Massacre - Pembantaian besar-besaran
Part 1
Dua pasukan membentuk baris pertempuran mereka di sepanjang
lereng yang lantai di dataran merah, saling menatap satu sama lain.
Pasukan yang mengagumkan dari Kingdom berkekuatan 245.000
orang, dibagi menjadi sayap kiri 70.000 orang sayap kanan 70.000 orang, dan
pasukan tengah 105.000 orang, menyebar ke seluruh topografi dari tiga bukit
menjadi bentuk formasi perang mereka. Namun, ini bukan formasi yang disiplin,
tapi lebih mirip dengan bentuk kebrutalan karena jumlah yang sangat unggul.
Lima tingkat paling depan adalah pasukan infanteri yang
membawa tombak dengan dua tangan, masing-masing memiliki panjang setidaknya
enam meter, dan memposisikan diri mereka menjadi barisan tombak.
Tugas mereka adalah berperang sebagai dinding berduri untuk
seluruh pasukan, agar bisa membalas pasukan berat yang terdiri dari inti dari
kekuatan tempur dari Empire. Mereka tidak menggunakan pagar anti pasukan
kavaleri untuk alasan sederhana; melindungi begitu banyak orang akan
membutuhkan terlalu banyak kayu. Sebaliknya, pengirimkan dan pemanfaatan
pasukan bertombak akan lebih efektif.
Meskipun formasi ini sangat solid dan memiliki banyak
masalah untuk penyerang manapun, namun juga memiliki kelemahan pula.
Karena formasinya sangat padat dan senjata yang dibawa
sangat berat, yang bisa mereka lakukan hanyalah tetap di tempat dan mencegah
serangan musuh. Oleh karena itu, mereka kurang dalam hal kemampuan bereaksi
dengan cepat terhadap manuver musuh, dan jika Empire menggunakan pasukan
pemanah atau magic, kerugian mereka akan sangat berat.
Namun begitu, tidak banyak yang bisa diharapkan dari rakyat
biasa. Yang mereka butuhkan adalah mereka bisa mementalkan serangan pertama
dari musuh.
Di lain pihak, Empire memiliki 60.000 orang.
Jumlah mereka sangat kalah jauh dari pasukan Kingdom.
Namun, Para knight Imperial merasa santai, tanpa ada
sedikitpun tanda-tanda takut. Mereka tidak merasa akan kalah sama sekali.
Rasa percaya diri ini lahir dari pemahaman mereka terhadap
kekuatan mereka sendiri.
Meskipun begitu, kenyataan bahwa ada perbedaan yang sangat
besar dalam hal kekuatan militer dari kedua sisi. Meskipun bukan masalah jika
mereka bisa bertempur selamanya tanpa lelah, itu adalah hal yang tidak mungkin
bagi manusia. Ketika mereka lelah, bahkan sebuah jarak dalam kemampuan individu
bisa ditutup dengan mudah.
Kingdom juga memiliki satu lagi keunggulan, dan itu sangat
besar.
Itu adalah nilai dari nyawa setiap individu.
Kebanyakan dari pasukan Kingdom terdiri dari petani.
Sebaliknya, Empire menurunkan pasukan profesional yang disebut knight. Ada
perbedaan besar dalam hal waktu dan uang yang dihabiskan untuk melatih seorang
petani - yang dianggap siap tempur jika mereka bisa memegang senjata dan
mengikuti perinta - dan yang diperlukan adalah menghasilkan seorang knight.
Setiap kekalahan Empire lebih berat dirasakan daripada kekalahan yang sama dari
Kingdom. Empire hanya saja tidak bisa memebuang-buang knight mereka dalam
serangan yang bodoh atau adu daya tahan tubuh.
Dengan berpikir demikian, sebuah pertempuran adu daya tahan
di lapangan terbuka antara Empire dan Kingdom akan menjadi keunggulan Kingdom.
Karena hal ini, peperangan yang dilakukan antara Empire dan
Kingdom biasanya hanyalah pertempuran-pertempuran kecil.
Tujuan Empire akan bisa dicapai hanya dengan menarik rakyat
Kingdom ke medan perang. Tidak perlu membuang-buang nyawa para bangsawan atau
prajurit terlatih, dan Kingdom tahu betul hal ini.
Pertunjukan mencolok yang disengaja ini adalah apa yang
terjadi selama ini antara Empire dan Kingdom.
Meskipun jika magic caster
yang disebut Ainz Ooal Gown itu ikut ambil bagian, pasti masih akan tetap
berarkhir dalam pertempuran-pertempuran kecil. Itulah yang pemikiran dari
kebanyakan bangsawan dari Kingdom. Lagipula, knight dari Empire bukan hanya
pasukan militer saja, tapi pasukan polisi juga. Kerugian yang tidak perlu bagi
mereka akan mengancam stabilitas dari Empire.
Dan begitulah, para bangsawan menunggu gerakan selanjutnya
dari Empire.
Melihat tradisi, pasukan Imperial akan berparade di depan
pasukan Kingdom, lalu mundur. Lalu kingdom akan meneriakkan suara kemenangan.
Begitulah yang selama ini selalu terjadi.
Namun...
Pasukan Imperial tidak bergerak.
Tidak ada tanda-tanda gerakan dari castrum yang mirip dengan
benteng itu, tidak ada manuver dari pasukan yang akan memamerkan diri di depan
pasukan Kingdom. Seakan mereka sedang menunggu Kingdom membuat gerakan pertama,
atau ada hal lainnya.
"Tak ada yang terjadi, ada apa?"
Inilah yang terjadi di kamp utama, dimana raja berada. Kamp
utama diposisikan di dekat barisan belakang dari pasukan tengah, di belakang
105.000 pasukan.
Marquis Raeven berdiri di samping Gazef, berbicara denganya
saat dia mengamati knight-knight Imperial yang tidak bergerak dari titik
pengamatan di atas bukit yang sedikit lebih tinggi daripada yang lainnya.
Jika Empire tidak bergerak, begitu pula dengan Kingdom.
Sebuah serangan oleh Kingdom sekarang ini adalah tindakan
yang bodoh, melihat mereka sudah membentuk barisan tombak. Tentu saja, ini
pernah dicoba sebelumnya; sebuah serangan pendahuluan ke arah bangsawan Empire.
Namun, para penyerang langsung dibantai dalam sekejap, dan hasilnya Kingdom
menderita kekalahan yang besar.
Sejak saat itu, taktik yang lebih dipilih oleh Kingdom
terhadap Empire adalah membentuk barisan tombak dan mempersiapkan diri menerima
serangan. Jika mereka bisa memancing musuh maju ke arah mereka, tidak perlu
lagi terjun langsung yang lebih beresiko.
"Baiklah, kelihatannya mereka sedang menunggu
kita..."
"Negosiasi akhir sudah gagal, jadi mereka seharusnya segera
ikut bertempur... Kapten Warrior - Gazef-dono, apakah anda tahu apa yang
mungkin sedang ditunggu oleh Empire?"
Tiga puluh menit yang lalu, wakil dari kedua pasukan mulai
melakukan negosiasi di area tengah diantara mereka. Memang benar, itu hanyalah
sebuah statemen untuk kondisi menggelikan dari kedua belah pihak yang sulit
sekali dianggap sebagai sebuah negosiasi. Memang benar tujuannya adalah untuk
menunjukkan kepada masing-masing pihak mereka bisa saja menghindari peperangan
hingga detik-detik terakhir.
Dan tentu saja, negosiasi itu akan gagal, dan itu akan
menjadi sinyal untuk memulai pertempuran.
Di dalam keadaan yang biasa, pasukan Imperial akan segera
bergerak keluar. Namun, ini tidak berlaku dan mereka tetap tidak bergerak.
"Meskipun anda bertanya kepada saya, tapi saya tidak
memiliki jawaban untuk diberikan. Apakah anda tahu sesuatu tentang ini?"
"Anda saja saya tahu. Saya tidak terlalu familiar
dengan masalah militer. Biasanya saya menyerahkannya kepada bawahan saya untuk
menanganinya."
"Saya sulit sekali mempercayainya jika Marquis yang
sangat pandai tidak tahu apapun tentang musuhnya."
"Tidak tahu apapun... Gazef-dono jangan memaniskan
kalimat anda."
"Apakah saya membuat anda tersinggung? Saya minta maaf
jika begitu."
"Hahaha, tidak perlu minta maaf. Itu adalah nada yang
jauh lebih baik dibandingkan dulu."
Alis Gazef mengerut, saat kejengkelan mulai merambat di
dirinya.
"Hahaha. Begitulah yang sebenarnya. Memang kenyataannya
saya bukan jenderal dan itu bukanlah sebuah kebohongan. Saya beruntung saja
memiliki bawahan yang merupakan pemimpin yang baik, jadi saya serahkan urusan
militer kepada mereka."
"Jangan-jangan... salah satu mantan petualang bekerja
untuk anda, yang dulunya terkenal ketika keributan iblis di ibukota?"
"Ah.. bukan. Mereka ada di sebelah sana."
Raeven menunjuk ke sekelompok yang terdiri dari lima orang
yang berdiri bersama-sama.
Meskipun mereka semua memang terlihat paruh baya, dan
kekuatan mereka sudah tidak seperti dahulu, mereka pernah menjadi petualang
dengan peringkat orichalcum di masanya, dan itu ada sesuatu dari cara mereka
membawa diri yang membuat Gazef merasa bahwa dia harusnya tidak menganggap
enteng mereka.
"Mereka akan menjadi bodyguard saya ketika
perang."
"Dengan orang-orang seperti ini yang melindungi anda,
Marquis Raeven, saya yakin anda tidak akan ada masalah kembali dengan selamat
ke ibukota... yah, selama mereka tidak berhadapan dengan magic caster hebat
itu. Benar juga, lalu bagaimana dengan ahli strateginya?"
"Kurasa Gazef-dono akan mengenalnya, karena dia
hanyalah orang biasa dari daerah saya. Saya tahu namanya dari saat ketika dia
menggunakan milisi desa untuk mengalahkan pasukan goblin yang menyerang dengan
dua kali ukuran mereka. Sejak saat itu, saya mempercayakan perintah pasukan
rumah saya dan berbagai tugas lainnya. Yang mengejutkan adalah dia tak pernah
sekalipun kalah dalam perang. Dia juga adalah bawahan saya."
"..Saya ingin sekali melihat komandan yang sangat
dipuji oleh Marquis Raeven itu. JIka dia benar-benar seperti yang anda katakan,
kita mungkin bisa saja memberinya komando atas pasukan bersenjata
Kingdom."
"Jika anda memberikan itu kepadnaya... berikan dia
komando lengkap dari militer, dengan pasukan kerajaan yang bergerak
bersama-sama di bawah perintahnya, kita mungkin bisa membuat tetangga kita
berdiri dan berkata, 'Pasukan dari Re-Estize Kingdom tidak boleh
diremehkan'..."
Gazef saling bertukar tatapan dengan Raeven, menghela nafas,
lalu tersenyum.
"Para bangsawan tidak akan membiarkan orang biasa naik
hingga posisi itu. Itu tidak lebih dari fantasi sesaat."
"Tentu saja tidak mngkin jika para bangsawan masih
terpecah ke dalam fraksi-fraksi mereka."
Empire mengatur pasukannya dengan menunjuk seorang jenderal
pada tiap-tiap legiunnya, di bawah dia yang berperang sebagai komandan divisi,
komandan brigade, dan pejabat lainnya, semuanya diatur dengan ketat.
Sebaliknya, pasukan Kingdom terdiri pasukan rumahan dan para
petani yang bisa dikumpulkan dari masing-masing bangsawan Kingdom. Raja adalah
komandan keseluruhannya, tapi tiap-tiap pasukan akan bertindak ketika mereka
cocok melihatnya.
Dengan kata lain, itu adalah sekumpulan orang yang tidak
cocok.
Meskipun Gazef memiliki gelar Kapten Warrior, pada akhirnya,
dia hanyalah komandan dari pasukan pribadi sang raja, dan dia tidak memiliki
otoritas untuk memberikan perintah kepada para bangsawan. Memang bisa saja sang
raja memberikan perintah agar para bangsawan mendengarkan Gazef, banyak
bangsawan yang akan membencinya karena menerima perintah dari orang biasa, dan
itu akan menabur benih kebencian di masa depan. Raja pun tahu hal ini, dan
tidak memberikan perintah apapun yang seperti itu.
Dua orang itu mempertimbangkan posisi mereka di dalam
Kingdom, lalu menghela nafas dalam-dalam. Dan kemudian, mereka bertukar tatap,
lalu tertawa.
Percakapan ini seharusnya ada di tempat lain, bukan di
ambang adu pedang dan pertumpahan darah.
"Meskipun kita bisa pulang hidup-hidup, masih ada
medang perang lain yang menunggu disana..."
"Aku dengar begitulah artinya menjadi bangsawan?"
"Setelah semua ini selesai, aku akan memberikan petisi
kepada raja untuk mengangkatmu sebagai bangsawan. Aku merasa marah jika juara
sang raja tidak menghadapi para bangsawan seaktif seharusnya."
Meskipun Raeven terlihat seperti bercanda, Gazef bisa
merasakan dari cahaya di matanya jika dia serius.
Memperlihatkan emosi seseorang dengan tulus adalah sebuah
sebab perayaan ketika itu datangnya dari orang-orang yang bisa menyembunyikan
perasaan mereka dengan baik, tapi lain ceritanya jika itu bukan emosi positif.
Gazef cepat-cepat merubah topik.
"...Mari kita kesampingkan hal itu sekarang. Mengapa
tidak kita bawa saja ahli strategi anda kemari, dan mendengar pendapatnya...ah,
memanggilnya kemari akan sulit."
"Lagipula, dia sudah diberi tugas kamp utama. Saya
tidak berani menggerakkannya untuk hal-hal yang tidak perlu ketika kita tidka
tahu apa yang direncakan oleh Empire."
Meskipun para bangsawan telah bersumpah setia bekerja sama
untuk Kingdom, pada akhirnya, harta benda Raeven masih merupakan prioritas
teratas. MEmang wajar jika dia menolaknya.
"Haaaa... meskipun kita sudah melakukannya berkali-kali
sampai menjadi rutinitas, mungkin ini bukan jalan yang benar untuk situasi
tertentu seperti ini. Meskipun tak ada yang ingin melawan Empire secara
terang-terangan, jika mereka benar-benar menyerang, maka akan lebih baik bagi
kita dan moral kita untuk segera selesai."
Gazef bisa merasakan rasa tidak nyaman dari pasukan Kingdom.
Saat dia mencoba untuk menentukan penyebabnya, dia mengerutkan alis.
"...Ternyata begitu. Jika dipikir-pikir, ini mungkin
adalah tipu daya dari Imperial; buat kita menjadi cukup khawatir agar bisa
membuat gerakan. Sulit untuk berkoordinasi dan mengendalikan begitu banyak
pasukan, jadi sedikitpun gesekan di unit manapun bisa membesar menjadi
kekacauan jika berlangsung cukup lama. Pasukan dalam jumlah besar memang sulit
diserang, tapi ketika mereka hancur dan lari, mereka akan dengan mudah bisa
diburu dan dibunuh. Itu sama halnya dengan prinsip yang digunakan oleh binatang
ketika berburu."
Raeven yang terkejut mengikuti garis pandangan Gazef kepada
pasukan yang terlihat khawatir di sayap kiri, dan sikap setuju terlihat di
wajahnya.
"Itu..... kelihatannya mereka sedang merotasi pasukan
yang ada di dalam menjadi barisan depan."
"Jika saja itu hanya mengatur formasi.."
"Itu adalah bendera dari Marquis Bowlrob. Kelihatannya
komandan yang bertanggung jawab di sayap kiri bergerak ke depan."
Kingdom menempatkan para bangsawan dari fraksi bangsawan di
kedua sayap, sementara mereka yang berada di fraksi kerajaan dikumpulkan di
tengah.
Raja Ranpossa III adalah komandan keseluruhan dari pasukan
tengah, sementara Marquis Bowlrob mengomando sayap kiri.
"Aneh sekali, menggerakkan komando seseorang ke depan
formasi. Apakah anda melihatnya, Gazef-dono? Marquis menggunakan pasukan
elitnya yang setia kepada dirinya. Rencananya adalah untuk membuat mereka
mencolok dalam perang terhadap knight dari Imperial, di bawah tatapan dari para
bangsawan yang berkumpul. Dengan begitu dia akan membuat sebuah reputasi untuk
dirinya sendiri sebagai tuan dari unit terkuat di dalam Kingdom."
Raeven melemparkan tatapan menantang kepada Gazef. Apakah
anda akan membiarkan orang lain mendapatkan kemenangan yang lebih besar dari
kelompok warrior yang anda cintai, begitulah sepertinya yang dikatakan.
Gazef tidak memakan umpannya.
"Tugas dari kelompok warrior adalah melindungi sang
raja. Kita tidak akan bergerak tanpa perintah langsung dari raja, meskipun
menyuarakan serangan. Tidak ada tugas yang lebih besar dari kami selain
memastikan raja pulang ke ibukota dengan aman."
Gazef menepuk pedang di pinggangnya.
"Atau mungkin saja, aku harus menangkis serangan musuh
sendirian."
"Apakah itu... salah satu pusaka Kingdom, Razor
Edge..ah, ternyata begitu."
Marquis Raeven melangkah mundur, lalu mempelajari Gazef dari
atas hingga bawah.
Gauntlets
of vitality, yang menetralkan lelah. Amulet of Immortal, yang membuatnya bisa
menyembuhkan luka sendiri. Armor yang dibuat dari logam adamantite, logam
terkeras yang dikenal manusia, dan ditambah dengan magic yang bisa mementalkan
pukulan yang berbahaya. Dan akhirnya, Razor Edge, sebuah pedang magic yang
dibuat dengan ketajaman absolut yang pernah diingat, bisa mengukir logam
seperti mentega.
“Mungkin
harta karun terbesar dari Kingdom adalah dirimu sendiri, yang memakai
perlengkapan harta karun lainnya. Aku pernah mendengar Kingdom memiliki lima
harta karun, tapi kelihatannya mereka semua telah dikumpulkan sejak awal.
Gazef
tersipu saat dia dipuji sebagai sebuah harta karun, meskipun dia tahu itu hanya
senda gurau.
“Ah,
tolonglah Marquis. Sang raja jauh lebih hebat dari diriku. Yang mulia telah
mempercayakannya kepada yang orang biasa ini, item-item ini, meskipun dia tahu
apa itu artinya.”
“Itu adalah
pendapat yang beralasan. Sejujurnya, aku merasa itu adalah gerakan yang bodoh
karena sudah memberikan harta karun itu kepadamu, yang orang biasa. Itu semua
akan semakin menjadi alasan orang-orang meninggalkan Fraksi Kerajaan. Namun,
sekarang kita bertarung bersama-sama, mau tidak mau aku harus berpikir bahwa
itu mungkin adalah pukulan jitu dari raja, tapi itu hanya harapan saja.”
“Jika saja
aku bisa mencapai ekspektasimu...”
Gazef
melihat ke arah para knight dari Baharuth Empire yang sedang berbaris.
Tidak ada
yang dia kenal sebagai lawan yagn kuat di dalam Empire, disamping Triple Magic
Caster, Fluder Paradyne. Dengan memakai perlengkapan penuh seperti ini, dia
bisa mengalahkan Fluder, pikirnya dengan muram.
Di lain
pihak, dia tidak merasa memiliki peluang sedikitpun bisa mengalahkan Ainz Ooal
Gown.
Dia bahkan
tidak bisa membayangkan kemungkinan itu.
Tak perduli
seberapa keras dia mencoba untuk bersikap optimis, memikirkan bagaimana cara
dia mengalahkannya, satu-satunya pikiran yang muncul di otak adalah dirinya
yang dihancurkan oleh magic caster misterius itu.
“Ada apa?”
“Bu-Bukan
apa-apa...”
Dia tahu
dia adalah warrior terhebat di dalam Kingdom. Membiarkan dirinya terlihat lemah
hanya akan melemahkan moral pasukan.
“Ah,
tidak.. aku hanya sedang memikirkan nasib pangeran Barbro yang malang..”
“Pangeran
yang malang... jangan-jangan... oh begitu. Begitukah? Gazef-dono juga
merasakannya... ternyata begitu.”
“Apa yang
coba anda katakan?”
“Maksudku,
jangan-jangan Gazef-dono merasa sang raja mengirimkan pangeran ke desa Carne
agar dia tidak bisa menunjukkan diri...?”
“Apakah
bukan begitu?”
Raeven
tersenyum tipis.
“Mhm, yah,
aku tidak setuju. Aku merasa Yang Mulia benar-benar percaya dengan Gazef-dono.”
Marquis
Raeven memutuskan untuk menjelaskannya ketika dia melihat Gazef yang sama
sekali tidak paham.
“Sang raja
telah mengakui kekuatan dari Ainz Ooal Gown, lawan yang sangat diwaspadai oleh
bawahannya Kapten Warrior yang paling dia percaya, Kapten Warrior. Daripada
mengambil resiko anak kesayangannya bertempur melawan situasi yang tidak
diketahui seperti itu, sebagai gantinya dia mengirimnya ke tempat yang lebih aman
dimana dia bisa meraih sesuatu dalam keadaan yang relatif aman... Meskipun,
sejujurnya, aku yang dulu akan sangat marah dengan cara seseorang yang
mengirimkan putranya ke tempat yang aman sementara orang lain mengirimkan
keturunannya ke medan perang.”
Raeven
tersenyum dengan sikap seorang ayah.
“Tentu
saja, sekarang aku mengerti mengapa beliau melakukan hal seperti itu. Aku juga
pasti akan melakukan hal yang sama agar bisa memastikan keselamatan putraku.”
“Ah,
Marquis. Itu adalah ucapan yang sangat kebapakan.”
Raeven
tersenyum. Itu adalah sebuah senyum yang setara dengan sebagian lembut, gembira
dan bangga, sebuah senyum yang Gazef rasa sangat tidak cocok dengan pria itu.
“Yah, aku
sendiri adalah seorang ayah, lagipula. Aku sudah berjanji kepada putraku
demikian, setelah peperangan ini selesai, aku akan pergi bermain dengannya
selama yang dia mau, seperti ayah biasa. Ah – kita sudah melenceng dari topik.
Mari kita biarkan saja seperti itu. Meskipun... kelihatannya Pangeran Barbro
sangat tidak mengerti sudut pandang dari sang raja. Rasanya sedikit menyedihkan
bagaimana seorang ayah yang perasaannya tidak tersampaikan kepada sang anak.”
Gazef berusaha
memikirkan bagaimana caranya menjawab Marquis. Sulit baginya, yang tak memiliki
anak sendiri, meletakan dirinya ke dalam pemikiran itu.
“Benar,
benar. Ngomong-ngomong, apakah mungkin mereka akan meluncurkan serangan
sembunyi-sembunyi ke E-Rantel dengan pasukan terpisah? Meskipun itu tidak
disukai, kita tidak bisa begitu saja mengesampingkan kemungkinan tersebut.”
Gazef
merasa perubahan topiknya sangat dipaksakan ketika dia bicara, tapi ternyata,
Raeven mengikutinya.
“Bukan
masalah yang mudah menyerang E-Rantel, dilindungi oleh tiga lapis dinding
penutup. Meskipun jika sisa dua pasukan Empire digerakkan dengan penuh, itu
akan menjadi tugas yang sulit bagi mereka. Ahli strategiku berkata itu tidak
mungkin.”
“Benarkah?
Bagaimana jika mereka memiliki binatang terbang, atau sebuah pasukan rahasia
dan semacamnya?”
“Masih
tetap tidak mungkin kelihatannya. Sang sulit mengambil alih sebuah kota dengan
jumlah orang yang sedikit.. Ngomong-ngomong, Gazef-dono. Apakah anda tahu
syarat yang dibutuhkan agar bisa menaklukkan kota dengan sukses?”
Gazef
menggelengkan kepalanya.
“Dia harus
mengahdapi Kingdom dalam pertempuran terbuka dan mendapatkan kemenangan yang
luar biasa. Jika penyerangnya menang dengan selisih sedikit saja, mengatur
populasi yang ditaklukkan akan menjadi sulit, setidaknya. Penduduk tidak akan
merespon dengan baik para penyerang dan akan bangkit memberontak kapanpun. Jadi
meskipun jika Empire menggunakan pasukan terpisah untuk menyerang E-Rantel,
selaam prajurit kita memiliki kekuatannya, mereka akan langsung bertarung dari
gigi hingga kuku agar bisa mengambil alih kembali kota mereka. Oleh karena itu,
Empire memerlukan kemenangan total. Dengan begitu, para penduduknya akan
ketakutan terhadap penaklukkan yang keji, dan para prajurit tidak akan mampu
mengambil tindakan.”
Dengan kata
lain, Baharuth Empire harus menang disini. Ditambah lagi, mereka harus
memperoleh kemenangan penuh dan absolut, sehingga Kingdom Re-Estize tidak akan
mencoba merebut kembali E-Rantel.
Tiba-tiba
saja, Gazef merasa bahwa dia sudah mengumpulkan seluruh puzzle. Namun,
menyatukannya dengan benar masih jauh dari kemampuannya.
Sebuah
sifat jengkel yang membosankan menyiksa Gazef.
“Ada apa,
Gazef-dono?”
“Tidak...”
Gazef ingin
mengatakan kepada Raeven bagian-bagian puzzle yang bertebaran dan berhasil dia
kumpulkan menjadi satu di kepalanya. Dia percaya bahwa Raeven, dengan
kecerdasannya yang unggul, bisa mendapatkan pencerahan dari potongan-potongan
puzzle itu yang tidak bisa dia dapatkan. Namun, saat itu, mata Marquis terarah
kembali kepada formasi pasukan Baharuth Empire.
“Gazef-dono.
Kelihatannya mereka melakukan pergerakan.”
Pasukan
Baharuth Empire terbelah menjadi dua. Saat Gazef penasaran apakah mereka
berencana melakukan serangan ke arah sayap kiri dan kanan pasukan Kingdom
Re-Estize, dia melihat bendera yang asing berkibar di udara.
Itu adalah
sebuah bendera yang tak pernah Gazef lihat sebelumnya, dihias dengan simbol
aneh yang bukan merupakan milik Kingdom atau Empire. Rombongan yang mengibarkan
bendera itu bergerak maju.
Semua mata
tertuju kepada rombongan itu.
Lalu...
jantung Gazef berdegup kencang karena teror. Raeven, yang sedang berdiri di
sampingnya dan melihat hal yang sama seperti dirinya, menelan ludah dengan
keras. Mengetahui bahwa dia bukanlah satu-satunya yang merasakan hal itu, rasa
pahit mulai muncul di belakang mulutnya, dan jantungnya berdebar kencang.
Sebuah
pasukan besar monster.
Yang muncul
adalah sekelompok pengendara berjumlah sekitar lima ratus. Kelihatannya sangat
tidak signifikan jika dibandingkan dengan dua pasukan yang saling berhadapan.
Tapi
knight-knight itu.. mereka sangat tidak biasa. Mereka kelihatannya seperti
memancarkan udara yang menyesakkan yang bisa dia rasakan meskipun dari jarak
yang jauh.
Hal itu
menstimulasi ingatan Gazef ketika dia ada di desa Carne. Ainz pernah berkata
itu adalah seorang knight yang dia ciptakan, tapi sebenarnya itu adalah seorang
monster. Jumlahnya sekitar dua ratusan, membawa perisai raksasa dan memakai
armor berduri seperti yang pernah dia ingat dahulu.
Sisanya
mirip dengan pasukan yang bukan manusia, tapi mereka memakai armor kulit, dan
dipersenjatai dengan kapak, tombak, crossbow atau senjata-senjata yang mirip.
Jika yang
sebelumnya adalah knight, maka yang terakhir bisa disebut warrior.
Tapi apapun
mereka itu, mereka bukanlah manusia. Mereka adalah monster, sampai ke tulang
rusuknya.
Lalu, ada
juga makhluk yang mereka kendarai. Itu adalah binatang buas yang terbuat dari
tulang, dengan balutan kabut yang menggantikan daging dan darah mereka. Kabut
itu bertebaran dimana-mana, mengeluarkan cairan kuning dan hijau zamrud.
Debaran
jantung menyebar ke seluruh tubuhnya.
Ini gawat.
Ini sangat
gawat.
Gazef cuman
tidak memiliki ucapan yang tepat untuk bisa menjelaskan situasi ini lebih
jelas.
“...Empire
telah memasukkan monster-monster dalam barisan pasukan mereka, kelihatannya.
Ini benar-benar mengejutkan. Itu membuat jantungku sangat berdebar.”
“...Tidak.
Salah, Marquis Raeven. Bukan itu masalahnya. Apa yang Marquis rasakan
sekarang... tubuh anda yang rasakan dengan degup jantug... bukanlah hal yang
mengejutkan.”
“Kalau
begitu apa itu?”
Gazef
menjawab Raeven dengan cepat, yang kelihatannya sudah kehabisan kata-kata.
“Kematian.
Ketakutan akan mati, yang bergulung di dalam diri semua makhluk hidup.”
Mengalihkan
matanya dari Raeven yang terlihat sangat gemetar, Gazef melihat ke arah pasukan
Baharuth Empire.
“Kuda-kuda
seperti enggan. Bahkan kuda-kuda yang terlatih, kuda perang yang sudah tertempa
mau tidak mau tidak bisa berusaha maju melawan ketakutan itu.”
“...Lalu
mereka itu apa? Sebuah divisi rahasia dari Empire?”
“..Tidak
mungkin. Jangankan memanfaatkan, monster-monster itu bukanlah makhluk yang bisa
dikendalikan oleh manusia.”
Gazef tidak
tahu apa-apa dengan identitas sebenarnya dari monster-monster ini, tapi naluri
warriornya sudah cukup memiliki informasi yang bisa membuatnya mengeluarkan
kesimpulan.
“Mereka...
mereka pasti para knight Ainz Ooal Gown!”
“Apakah
itu.. pasuakn dari magic caster yang kamu takuti?!”
“Marquis
Raeven! Tolong kumpulkan para mantan petualang segera! Agar bisa merencanakan
tindakan kita selanjutnya, kita harus meminjam pengalaman dari mereka yang
pernah melawan banyak monster dan bisa selamat!”
“Un-“
Dia ingin
membalas bahwa dia mengerti, tapi sebelum itu, bodyguardnya sudah bergerak.
Namun, itu memang bisa diduga. Mereka tahu ancaman yang mereka hadapi jauh
lebih baik daripada Gazef.
“Marquis!”
Para mantan
petualang datang dengan mengendarai kuda.
“Apakah
anda melihatnya? Apakah anda merasakannya?”
Petualang
yang ada di depan mereka adalah pemimpinnya, seorang paladin of the Fire God
(Paladin Dewa Api), Boriz Axelson.
Di dalam
suaranya penuh dengan ancaman ketakutan yang tidak bisa dia sembunyikan.
Raeven
tidak bisa bicara. Gazef mengerti mengapa.
Ocehan
tidak tenang muncul dari para petualang, dan sebagian besar pasukan berkumpul
disini.
Ini bukan
lagi waktunya memperhatikan etika. Gazef bicara kepadanya.
“-Katakan
kepadaku! Apa itu? Tidak perlu menyapaku! Tolong katakan kepadaku semua yang
kalian tahu, sekarang!!”
Boris
menggenggam simbol suci yang menggantung di lehernya. Itu adalah sebuah tanda
penangkalan.
“...Kami
tidak bisa yakin, tapi kami percaya makhluk yang mereka kendarai adalah monster
legendaris yang dikenal sebagai Soul Eater. Mereka adalah makhluk undead yang
lapar terhadap jiwa dari makhluk hidup. Menurut legenda, mereka pernah sekali
muncul meluluhlantakkan sebuah kota di kerajaan Beastmen.”
“Lalu...
berapa banyak korbannya?”
Keheningan
yang terjadi selanjutnya, kalimat Boris yang terucap dengan panjang, panjang
sekali.
“—Seratus
ribu.”
Nafas Gazef
tertahan di tenggorokan.
“...Hanya
tiga Soul Eater sudah menghancurkan seluruh kota yang mereka temui. Sembilan
puluh lima persen orang-orang yang hidup disana, lebih dari seratus ribu orang,
terbunuh. Kota itu akhirnya diabaikan dan masuk ke dalam legenda sebagai Silent
City (Kota Sunyi).”
Sebuah
keheningan yang dalam jatuh kepada kelompok itu.
“..Dan ada
lima ratus makhluk seperti itu disana?”
Tak ada
yang bisa mengumpulkan tenaga untuk bisa menjawab Raeven.
Gazef
memaksa dirinya membuyarkan keheningan.
“Seperti
yang kubilang, aku sulit sekali percaya Empire bisa menaklukkan monster-monster
dengan level itu menggunakan kekuatan mereka sendiri. Bahkan magic caster yang
kuat itu, Fluder Paradyne, seharusnya tidak bisa melakukannya. Itu artinya –“
Dia tidak
perlu menyelesaikan kalimatnya. Marquis Raeven mengerti.
“Itu...
adalah kekuatan dari Ainz Ooal Gown? Kalau begitu, lalu... bagaimana dengan
makhluk yang mengendarai monster-monster itu?”
“Itu...”
Para
petualang terlihat gugup satu sama lain.
“Itu, kami
tidak tahu. Kami hanya tahu yang pasti mereka sangat berbahaya sekali. Tidak,
saya minta maaf. Seharusnya saya tidak menggunakan istilah yang tidak jelas
seperti bahaya. Namun, saya tidak bisa terpikirkan istilah lain lagi yang bisa
menjelaskan apa yang sedang kita hadapi sekarang.”
“Lalu, apa
yagn harus kita lakukan sekarang? Gazef-dono?”
Gazef
membalas tanpa membuang-buang waktu.
“Mundur.”
Mereka
mengerti bahwa musuh sudah mempersiapkan pasukan yang sangat membuat ternganga.
Dengan berpikir demikian, apa lagi yang bisa mereka lakukan selain lari?
“Nasehati
sang raja agar memerintakan untuk mun-“
Gazef tidak
bisa menyelesaikan kalimatnya.
Itu karena
seorang magic caster bertopeng berdiri di depan musuh. Di kanannya ada orang
yang pendek dengan jubah dan mantel. Di kirinya berdiri salah satu dari Empat
Knight dari Empire.
Bahkan dari
jarak ini, Gazef tidak salah lagi mengenali pria itu yang tidak lain adalah...
“..Gown-dono.”
“Apakah itu
magic caster yang dimaksud, Ainz Ooal Gown?!”
“Apakah dia
yang memanggil Soul Eater? Dia? Marquis Raeven, kami-“
Warrior
yang tak kenal takut di dalam pertempuran yang tak terhitung jumlahnya menelan
ludah dengan keras, dan melanjutkan dengan suara yang rendah.
“—Kejadian
macam apa yang sudah kita masuki?!”
Ainz
melambaikan tangan. Lalu dibalas dengan sebuah lingkaran magic yang berbentuk
seperti sebuah kubah dan memiliki radius sekitar sepuluh meter, yang tiba-tiba
muncul. Dia berada di tengah-tengahnya. Orang-orang yang ada di kiri dan
kanannya tercakup kedalamnya, tapi kelihatannya mereka baik-baik saja. Dia
mungkin tidak akan melukai sekutunya sendiri.
Pemandangan
yang aneh ini menarik perhatian setiap orang, meskipun mereka tahu ini adalah
keadaan darurat.
Lingkaran
magic itu berkilauan dengan cahaya putih pucat, dan simbol transparan muncul di
seluruh panjang dan lebarnya. Sigils (Simbol-simbol yang tergambar)
berubah-ubah dengan cepat, berubah antara tulisan kuno dan tulisan-tulisan yang
tidak pernah dilihat oleh siapapun sebelumnya.
Pasukan
Kingdom ternganga karena terkejut. Itu seperti melihat pertunjukan cahaya yang
spektakuler, dan tidak ada rasa takut dan ketegangan di suara mereka. Namun, pria
tertajam diantara mereka mulai melihat keadaan sekeliling dengan perasaan tidak
nyaman yang jelas terlihat.
“Aku kembali
ke unitku. Tidak ada lagi waktu boleh dibuang-buang lagi. Kekuatan Ainz Ooal
Gown tidak terukur. Melakukan pertempuran melawannya adalah kesalahan sejak
awal. Yang bisa kita lakukan hanyalah meminimalisir jumlah korban, dan di waktu
yang sama kita harus kembali ke E-Rantel secepat mungkin. Gazef-dono, tolong
lindungi Yang Mulia. Setelah itu, langsung mundur tanpa ditunda lagi!”
Keputusasaan
menutupi wajah Raeven saat dia pergi.
“Ok!
Meskipun aku tidak percaya dengan kemampuanku sebesar itu, tapi aku pasti akan
melindungi Yang Mulia sendiri. Kalau begitu, silahkan mundur kembali dengan
cepat-“
“Saya akan
melakukannya. Kita akan lari – tidak, kabur seperti kelinci.”
“Kalau
begitu, aku harap anda selamat, Marquis Raeven!”
“Saya juga
berharap sama, Gazef-dono!”
Pria yang
berdiri di puncak kekuatan militer dan strategis Kingdom berpikir untuk
cepat-cepat bertindak. Namun-
-Itu sudah
terlambat.
---
Tak ada siapapun disana.
Setelah
Ainz mengeluarkan lingkaran magicnya, itulah yang dia pikirkan.
Tidak ada pemain Yggdrasil di dalam Kingdom.
Super tier
magic (Magic tingkat super ) dari Yggdrasil memang sangat luar biasa.
Karena itu,
ketika pertempuran skala besar, memukul orang yang merapalkan mantra tingkat
super terlebih dahulu adalah prioritas absolut yang tertinggi.
Ada banyak
cara untuk menyela prosesnya. Mengepung dengan cara teleportasi. Membombardir
dari atas dengan karpet magic. Melakukan tembakan jitu dari jarak jauh.
Namun, tak
ada serangan seperti ini yang datang ke arah Ainz. Sebaliknya, itu membuktikan
bahwa tidak ada pemain Yggdrasil yang hadir.
Dibalik
topengnya, Ainz tersenyum, sebuah kenyaaan yang mana tak terlihat oleh
siapapun. Tentu saja, Ainz yang berwajah tengkorak tidak bisa tersenyum.
Senyum
pahit, ditambah dengan jejak kegembiraan yang samar, mencolok di dalam hati
Ainz yang berontak.
“Jadi,
umpan sudah tidak perlu lagi kalau begitu?”
Kegembiraannya
datang dari kenyataan bahwa dia belum bertemu dengan pemain satupun dari
Yggdrasil.
Ainz tidak
bisa dianggap yang paling hebat diantara para pemain Yggdrasil. Ada orang lain
yang lebih baik darinya, dan kemungkinan dia selamat melawan pemain yang lebih
kuat darinya tidaklah bagus. Ketika bermain, kekuatan Ainz berasal dari
pengetahuannya. Meskipun dia menang dalam pertempuran PVP dengan peraturan yang
mengejutkan, itu hanya terjadi setelah dia menyerah dalam pertandingan pertama
dalam masing-masing pertandingan.
Karena dia
sangat ahli dalam menggunakan informasi yang dia kumpulkan, kemampuan teknis
Ainz tanpa diduga ternyata tinggi. Sebaliknya, jika dia bertarung melawan musuh
yang tak pernah dia hadapi sebelumnya, peluang dia kalah akan sangat tinggi.
Ainz sangat
tahu kemampuannya, dan dia sangat berterima kasih sekali karena sudah tidak
menemui lawan yang kuat yang tidak dia ketahui sama sekali.
Tapi di
waktu yang sama, dia juga merasakan sebuah sedikit menyesal.
Menyesal
karena kenyataannya dia tidak bisa menemukan orang yang mencuci otak Shalltear
diantara musuh-musuhnya, orang yang memiliki World Class item (Item kelas dunia).
Dendam yang
kental dan memuakkan, berkumpul di lubuk hati Ainz. Meskipun emosi yang kuat
akan langsung ditekan oleh skill pasif miliknya, emosi yang lebih lemah masih
menggantung di dalam dirinya.
Ainz
membuka tangannya, dan di dalamnya ada sebuah miniatur jam pasir.
Jika dia
menggunakan sebuah cash item, dia bisa langsung mengaktifkan mantra tingkat
super. Alasan mengapa dia tidak melakukan hal ini karena dia ingin memancing
segala pemain yang mungkin dari Yggdrasil. Namun, meskipun tidak ada sama sekali,
masih tetap tidak perlu menunggu waktu casting yang lama dari mantra itu. Dia
merasa sangat bodoh karena berdiri begitu saja di tengah-tengah lingkaran magic
tanpa bisa bergerak.
Ketika
bertempur dengan Shalltear, dia tidak bisa seperti itu.
Melawan
lizardmen, dia tidak menggunakan mantra serangan.
Lalu-
“Sekarang,
bagaimana in nantinya? Aku sangat menantikannya.”
-Apa yang
sebenarnya dilakukan oleh mantra tingkat super terhadap pasukan dari Kingdom?
Meskipun
itu bukan mantra yang memang kuat di dalam Yggdrasil, apa efeknya terhadap
dunia ini?
Tiba-tiba
saja, Ainz mengerutkan dahinya yang tidak ada.
Dia sedikit
takut dengan dirinya sekarang. Dia tahu banyak orang yang akan mati, tapi yang
dia rasakan untuk mereka adalah perasaan kasihan yang samar. Bahkan tidak ada
sedikitpun perasaan kejam yang dia rasakan jika dia menginjak semua dengan
kaki. Tidak ada hal seperti itu sama sekali.
Yang dia
rasakan adalah keinginan untuk melihat hasil dari tindakannya. Dan tentu saja,
keuntungan yang akan diraihnya sendiri – bagi Great Underground Tomb of
Nazarick.
Ainz
mengumpulkan tenaganya di tangan.
Dengan
begitu – mantra tingkat super diaktifkan.
“[la
Shub-Niggurath!]”
Sebuah
angin hitam bertiup ke arah pasukan Kingdom, yang mana baru saja menyelesaikan
perubahan formasinya.
Atau lebih
tepatnya, tidak ada angin. Tak ada yang bergerak, dari rerumputan yang tumbuh
di dataran, atau rambut di kepala pasukan Kingdom.
Ada 70.000
orang di sayap kiri dari pasukan Kingdom.
Setiap
orangnya terbunuh di tempat.
28 komentar:
ainz sama <3
Sesuai judul... Pembantaian total... 70k lgsung mokad
Yess chapter pembantaian massal
Gag sabar ama lanjutanya.
Masih mau wkwkwkw, itu klo d game berserakan drop item/gold
sankyu overlord vol.9 bab 4 bag.1
Sip 1tombol 70K goler
Kelewat badass
Greget sangat
ggwp
bot_kill, kill_all
Bunuh,bantai,hajar wkwkwkwkw 😆
definisi dari imbalance
Baru kali ini gw gerasa kalo pembantaian itu menyenangkan wkkw :v
Walasam....
Marquis raven:cepat kumpulkan petualang segera,agar bisa merencanakan tindakan kita selanjutnya...."setelah berkumpul dan mengetahui bahwa 3 dri monster SOUL EATER itu saja sudah cukup untuk membuat 100.000 orang tewas"
Kesimpulan akhirnya "KABUR" sangat berfaedah
Savege savege savege savege savege!! Ainz-sama
AoE instant kill wkwk
Tiba-tiba saja, Ainz mengerutkan dahinya yang tidak ada.
Wkwkwk ngakak
Mantap min lanjut terus
Eh
sasuga ainz-sama
penasaran sama ekspresi bangsawan yg anggap remeh ainz setelah liat pembantaian 70k prajurit mati seketika
gw setuju..wkwkwk
gw setuju..wkwkwk
Tidak salah mank brfaedah😆
1 skill 70k nyawa melayang
Sasuga aina sama
Posting Komentar