Another Battle - Pertempuran Lainnya
Part 2
Datangnya musim dingin adalah neraka bagi desa kecil. Yang
bisa mereka lakukan hanyalah berdoa agar musim yang lebih hangat datang sambil
berlindung dari hari-hari yang dingin di dalam rumah mereka. Jika musim dingin
datang terlambat, atau jika panen di dalam musim gugur kurang, mereka mungkin
akan dipaksa untuk makan stok benih mereka, dan orang-orang masih akan tetap
kelaparan sampai mati meskipun mereka melakukan itu.
Meskipun ladang-ladang tidak perlu digarap ketika musim
dingin, kehidupan desa masih sangat dekat dengan kalimat “aktivitas”. Ada
banyak tugas yang harus dilakukan di dalam rumah, seperti merawat ternak dan
memelihara alat-alat pertanian. Disamping itu, rumah mereka, gubuk-gubuk dan
kandang-kandang semuanya harus dibersihkan. Memang tidak ada waktu untuk
istirahat.
Hal ini
terutama benar-benar terjadi di desa Carne, dimana mereka harus mendukung
monster-monster seperti ogre. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan
jebakan-jebakan saja untuk berburu daging yang cukup agar bisa menyelesaikan
masalah itu, jadi para penduduk akhirnya harus merawat babi-babi malahan,
membeli babi-babi itu dengan jumlah uang yang besar yang mereka terima dari
penjualan yang telah mereka panen.
Para goblin
membuat babi-babi itu masuk ke dalam hutan Tob agar bisa merumput. Hanya ada
jumlah kecil babi saat ini karena rencana ini masih berada pada tahap
percobaan, tapi jika berjalan dengan baik dan mereka bisa melewati musim
dingin, mereka akan bisa meningkatkan jumlah babi-babi yang dirawat di masa
depan.
Biasanya,
mereka harus membayar pajak kepada pemilik tanah tempat mereka merumput, tapi
untungnya, desa Carne tidak perlu melakukan hal itu. Alasannya adalah karena
hutan Tob adalah tempat berkumpulnya para monster, dan tidak dimiliki oleh
manusia.
Masa depan
desa Carne memang terlihat sangat cerah.
Semua ini
berkat Ainz Ooal Gown, yang telah menyelamatkan desa itu dan telah memberinya
banyak dukungan. Ditambah lagi, Dark Hero Momon telah menaklukkan Wise King of
the Forest. Banyak orang di desa yang berterima kasih kepada mereka berdua, dan
beberapa diantaranya bahkan berdo’a kepada mereka ketika sarapan, menganggap
mereka sama dengan para dewa.
Memang
karena harapan yang sangat melimpah inilah yang membuat kepala desa yang baru,
Enri Emmot, begitu sibuk.
Hari ini, Enri,
diikuti oleh Nfirea, menuju ke arah gubuk kecil untuk pekerjaan mereka.
Di desa
perbatasan seperti Carne, semua yang ada di dalam desa bekerja sama seperti
sebuah keluarga. Jika mereka tidak melakukan ini, mereka tidak akan bisa
selamat. Mereka berbagi peralatan bertani dan bahkan bergantian menggunakan
sapi-sapi umum untuk menggarap ladang-ladang itu.
Karena hal
ini, perawatan dan memberi makan ternak adalah aktivitas kelompok. Dan jerami
untuk sapi-sapi itu di musim dingin disimpan di dalam gubuk kecil seperti ini.
Enri
membuka pintu kayu tersebut lalu masuk, diikuti dari dekat oleh Nfirea.
Berjalan dengan tegak seakan dia masih sedang membuka pintu, Enri mendudukkan
dirinya ke atas tumpukan jerami, menenggelamkan pantatnya ke arah rumput-rumput
kering dengan suara lembut pomf.
Setelah
menutup pintu tersebut, Nfirea duduk di sampingnya, debu cahaya magic miliknya
menyinari sekeliling.
“Kepala,
anda seharusnya menunda bermain-main setelah menyelesaikan hal ini; kita masih
perlu melihat jika kita sudah memiliki jerami yang cukup lalu membuat beberapa
keputusan setelah itu.”
“Kamu
memanggilku kepala lagi...”
Nfirea mau
tidak mau tertawa terkikik terhadap Enri yang membalas dengan bosan.
“Yah,
lagipula siapa yang perduli? Aku adalah kepala, lagipula. Benar juga, Agu pikir
aku bisa menggencet semua goblin menjadi pasta jika aku merasa ingin
melakukannya! Dibanding hal itu, semua masalah ini bukan apa-apa!”
Sejak dia
menang adu panco dengan Agu, orang-orang di desa bergumam “mungkin saja itu
benar”. Suasana seperti itu memang sangat menjengkelkan. Untungnya, dia tidak
menantang ogre-ogre itu. Jika dia kalah, itu tidak akan membuktikan apapun, dan
jika dia menang, atau setidaknya hampir kalah, akan menjadi lebih buruk.
-Apakah itu artinya jika aku biarkan Enfi
pergi, aku takkan pernah bisa menikah?
Keringat
perlahan terbentuk di tangan Enri.
“Ah- benar
juga. Apakah kamu tidak akan membuka jendela? Sekarang sudah kering, jadi
membuka jendela itu seharusnya tidak masalah.”
“Eh? Tidak
perlu, kita tidak perlu melakukannya ya kan? Dan lihat, kita punya lampu magic
disini.”
“Benarkah?
Yah, jika Enfi tidak keberatan, aku pun juga demikian.”
Penerangan
secara magic lebih terang daripada matahari. Dia tahu ini, tapi saran Enri
murni berdasarkan logika bahwa “karena
matahari sudah keluar, bukankah sayang sekali membuang-buang mana untuk lampu
magic?” Ditambah lagi, Enri ingin merubah suasana di dalam ruangan itu. Tidak
ada alasan lain untuk itu dan dia sendiri tidak keberatan ketika Nfirea
menolak. Namun, duduk di samping Enri, Nfirea kelihatannya mengeluarkan reaksi
yang agak aneh, seperti telinganya menjadi merah dan semacamnya.
Apakah magic itu menguras begitu banyak mana
miliknya? Tapi aku dengar magic untuk membuat cahaya tidak begitu melelahkan...
apakah dia menggunakan mantra lain sebelum datang kemari? Setelah
dipikir-pikir, dia tidak bau tanaman-tanaman obat, dia berbau agak.... harum.
“A-Ada apa,
Enri?”
Ucapan
Nfirea keluar dari jeritan panik saat Enri mendorong hidungnya mendekat ke arah
Nfirea.
“Mm? Ah,
tidak, bukan apa-apa, aku hanya berpikir aku mencium bau yang harum...”
“Be-Benarkah?
Yah, senang sekali mendengarnya. Itu pasti cologne yang aku buat.”
“Benarkah...
mengapa kamu tidak coba menjualnya ke kota lain kali? Aku yakin pasti harganya
bagus.”
“Tidak,
itu.. ini... bukan untuk...”
“Hm-mm..yah,
lupakan saja. Lagipula, seharusnya ada cukup jerami di gubuk ini. Mari kita
lanjutkan?”
“Mm, yeah.
Kalau begitu, sebelum kita melanjutkan, biar kuperiksa sesuatu dahulu. Lagipula
di luar dingin.”
“..Yah,
tempat ini juga tidak begitu hangat pula...ah, lupakan saja.”
“Itu...
tentang itu. Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.”
Nfirea,
yang sedang duduk di sampingnya, terlihat sedikit tegang.
Ada apa
dengannya?
Saat Enri
mengguyur sisi samping wajahnya dengan tatapan curiga, Nfirea mengeluarkan
beberapa lembar kertas.
Lembaran-lembaran
kertas itu ditutupi oleh tulisan-tulisan kecil. Meskipun Enri bisa mengenali
beberapa tulisan itu, ada lebih banyak tulisan lagi yang tidak dia tahu dalam
sekali tatap.
“Hal
pertama adalah bagaimana memberi makan goblin-goblin sisa dari suku Agu dan
para ogre.”
“Eh?
Bukankah kita sudah baik-baik saja? Mereka membantu panen di musim gugur, dan
kita berhasil membeli makanan untuk ogre di kota.”
“Mmm, dan
penjualan tanaman-tanaman obat juga bagus, jadi bisa dikatakan kita memiliki
persediaan makanan yang cukup. Seharusnya itu cukup untuk menghadapi musim
dingin ini. Meskipun kita menambahkan jumlahnya, persediaan makanan kita
seharusnya masih mencukupi. Tapi jika jumlahnya terus meningkat, hidup akan
sangat keras. Mungkin kita harus memperoleh makanan dengan cara lain”
Ada 14
orang di suku Agu sekarang. Mereka bukan lahir, namun malahan, mereka berhasil
kabur dari teritori Giant of the West dan Serpent of the East.
“Mmmm.
Meskipun aku tidak melihat ada masalah, mungkin seharusnya kita membeli lebih
banyak makanan dari E-Rantel. Namun, aku berencana untuk menyimpan uang untuk
membeli beberapa alat logam untuk para ogre.”
“Jika kita
bisa membuat beberapa alat pertanian untuk ogre, penyemaian benih di musim semi
seharusnya akan jadi lebih cepat... Tapi masalahnya adalah jika kita memesan
peralatan untuk para ogre, alat-alat itu akan cukup besar sehingga tidak ada
manusia yang bisa menggunakannya, dan itu akan memunculkan banyak pertanyaan.”
“Dan jika
omongan mengenai ogre keluar, itu akan menyebabkan banyak masalah, ya kan?”
Ketika para
pengumpul pajak datang di musim gugur, Jugem dan yang lainnya harus sembunyi
agar tidak terlihat. Untungnya, berkat usaha mereka panen gandum sangat
melimpah.
Karena desa
Carne pernah diserang oleh knight kekaisaran, mereka hanya perlu membayar
tribut nominal saja, yang mana adalah suatu keberuntungan bagi mereka. Ditambah
lagi, mereka dibebaskan dari kewajiban itu selama beberapa tahun.
Sebagian
besar dari hal itu adalah sebuah bentuk permintaan maaf karena tidak melindungi
desa Carne dengan benar, tapi kelihatannya mereka benar-benar merasa bersalah
karena hal itu pula. Memang ada pertanyaan mengenai dinding yang mengelilingi
desa, tapi mereka menepis pertanyaan itu dengan berkata “itu adalah hasil
pekerjaan magic caster itu”. JIka mereka bisa melakukan hal itu, pastinya
mereka bisa menjelaskan ogre-ogre itu pula, ya kan? Setidaknya, itulah yang
Enri pikirkan, tapi Nfirea menggelengkan kepalanya.
“Tidak
diragukan lagi, jika keadaan memburuk, Kingdom bahkan mungkin akan mengirimkan
pasukan untuk menghukum.”
“Itu
keterlaluan!”.
“Kamu bisa
berkata begitu, tapi yang sebenarnya adalah ogre memang biasa makan manusia.
Satu-satunya alasan mengapa mereka bisa hidup dengan kita di desa ini adalah
karena Jugem-san, yang lebih kuat dari kita. Jangan lupakan itu.”
“Aku tidak
melupakannya...”
“Hal
lainnya adalah kita memiliki terlalu sedikit penduduk di desa ini. Kita harus
memikirkan cara bagaimana mendapatkan lebih banyak penduduk. Jika orang baru
tiba dengan musim tanam di musim semi, itu bagus juga.”
“Itu adalah
pertanyaan yang besar. Dan, seperti yang kamu bilang, apa yang terjadi jika
mereka melihat para goblin dan para ogre lalu kabur? Lalu bagaimana?”
Pertanyaan
ragu-ragu itu datang dari Enri. Saat dia mengucapkannya, sesuatu yang aneh
kelihatannya terjadi pada diri Nfirea. Sesuatu seperti... pikirannya melayang
entah kemana atau sesuatu seperti itu.
“Eh? Ah,
tidak, tidak ada masalah!”
Tidak
mungkin itu benar. Apakah dia merasa kelelahan? Lagipula, kekasihnya memiliki
kebiasaan buruk meletakkan semuanya karena terobsesi dengan potionnya.
Saat dia
melihat asli Enri yang mengerut, Nfirea mengambil nafas dalam-dalam lalu
mendekatkan tubuhnya.
Hm? Jadi dia memang lelah ternyata? Dia memang
sering melakukan percobaan setiap hari... tapi tidur disini sangat dingin.
Meskipun agak hangat di dalam jerami...
Ketika Enri
sedang memikirkan tentang hal ini. Nfirea perlahan semakin menyandarkan berat
badannya ke arah Enri.
Ada apa? Meskipun setelah dipikir-pikir, memang
lebih baik jika Nfirea menjadi sedikit lebih kuat... kurasa dia memang butuh
lebih banyak daging. Dia memang tidak cukup makan dan tidur.
Sebuah
pikiran menggoda datang kepada Enri, lalu dia mendorong Nfirea kembali. Pada
awalnya dia berniat untuk menggunakan sedikit kekuatan, tapi karena dia
menggunakan terlalu banyak kekuatan, dia akhirnya malahan menindihnya.
“-Ueeeeh?”
Di depan
mata Enri, wajah Nfirea yang terkejut dan bingung perlahan berubah menjadi
merah.
Aaaaaah~ pasti memalukan bagi seorang pria yang
kalah dalam hal kekuatan kepada wanita. Itulah kenapa aku bilang kamu perlu
makan lebih banyak...
Saat Enri
bergulung lepas darinya, Nfirea berbaring di dalam jerami dan menutup matanya.
Mereka
tetap seperti ini selama beberapa detik, menikmati ketenangan dan keheningan.
“..Ada apa,
Enri? Apakah kamu ingin tidur?”
Nfirea
kembali duduk, wajahnya sangat merah.
“Uh...oh...um.
bu-bukan apa-apa..”
“-Ane-san!”
Pintu itu
tiba-tiba terbuka tanpa ada ketukan saat teriakan itu sampai di telinga Enri.
Begitu kuat tenaga yang diberikan ke arah pintu sehingga membuatnya berdebam ke
arah dinding dengan suara keras.
“Hueeee?”
Jeritan
kaget itu datangnya dari Nfirea.
“A-a-a-a-a-apa
yang terjadi?”
“Maaf sudah
mengganggu kalian berdua, tapi ini adalah darurat!”
“Apa yang
terjadi?”
Ini adalah
pertama kalinya dia melihat Jugem sekhawatir ini sejak troll-troll itu
menyerang. Sebuah prasangka buruk terlihat mengalir di tubuhnya.
“Pasukan!
Sebuah pasukan besar sedang menuju kemari!”
“Eh?! Apa,
apa kamu bilang? Pasukan siapa itu?”
“Kami tidak
tahu dengan simbolnya jadi kita tidak kenal. Tapi ada banyak pakaian perang
yang berbeda, jadi anda seharusnya pergi dan melihatnya... Bagaimanapun, kita
harus menutup gerbang dahulu. Apa yang harus kita lakukan?”
“Itu! Ah...
kalau begitu, bisakah kamu katakan kepada kami pakaian apa yang paling banyak
di dalam pasukan itu? Jika kamu bisa menjelaskan atau mensketsanya mungkin aku
bisa membantu.”
Setelah
mendengarkan penjelasan dari Jugem, sebuah ekspresi curiga tersebar di seluruh
wajah Nfirea.
“Aneh
sekali. Itu adalah bendera dari Kingdom. Jika kita tahu simbol bangsawan mana
itu, kita bisa mengetahui siapa yang datang kemari.”
Desa Carne
adalah desa perbatasan, dan sebelum didirikan hanya ada hutan di sini. Jelas
sekali tujuan mereka adalah desa Carne, tapi mengapa mereka datang kemari masih
merupakan misteri.
“Tapi
mengapa? Apakah kamu tahu mengapa, Nfirea?”
“Mengapa
pasukan Kingdom datang ke desa ini? JIka mereka ingin pergi ke hutan Tob,
rasanya aneh mereka mengirimkan pasukan begitu banyak. Mereka bisa mengirimkan
para petualang sebagai gantinya. Jika itu masalahnya.. mungkin ada sebuah
pemberontakan atau seperti itu...”
“Jangan-jangan
hal semacam itu memang benar-benar terjadi?”
“Itu
hanyalah sebuah rumor, tapi aku pernah dengar kekuasaan sang raja tidak begitu
kuat. Saat ini, kelihatannya para bangsawan sedang mengalami konflik dengan
sang raja. Jika itu masalahnya, apakah mereka datang ke desa Carne untuk
menyerangnya?”
Darah
seperti kering dari wajah Enri.
Jangan-jangan
desa itu akan menjadi sasaran serangan mematikan seperti dulu?
-Bagaimanapun,
keadaan sekarang berbeda dari masa lalu.
Enri
memutuskan untuk menghadapinya langsung.
“Kita harus
kabur ke dalam hutan sebelum pasukan itu tiba disini!”
“..Ane-san,
maafkan aku. Kita telat mengetahui kedatangan mereka, jadi jika kita kabur
sekarang, kita harus meninggalkan semua barang bawaan di sini. Ditambah lagi,
karena ini adalah musim dingin, peluang para monster muncul di dalam hutan juga
sangat tinggi. Jika kita bertemu satu masalah, kita nantinya akan menabrak
masalah lain malahan.”
Ekspresi
terluka dari Jugem membuat Enri merasa pusing.
Mereka
tidak akan bisa selamat jika pasukan itu membakar desa di musim dingin.
“Jika itu
masalahnya...ah! Benar sekali! Jika kita tidak bisa kabur dengan barang-barang
milik kita, maka kita seharunsya bersiap perang dan menyembunyikan makanan dan
keperluan lain di saat bersamaan!”
“Ya! Itu
adalah rencana yang bagus, Enri! Ruang bawah tanah dimana Jugem dan ogre-ogre
bersembunyi dari pengumpul pajak seharusnya belum dikubur. Kita akan
memindahkan semunaya ke dalam sana!”
Saat Enri
akan bergerak, dia ingat sebuah pertanyaan yang belum dia tanyakan.
Berapa
jumlah mereka? Para penduduk desa bisa menghitung estimasi seberapa banyak
makanan yang harus disembunyikan jika mereka tahu berapa banyak mereka.
“Berapa
banyak mereka? Seharusnya ada ratusan, ya kan?”
“Tidak...”
Saat Enri
melihat Jugem menghirup nafas dalam-dalam dan perlahan menjawab, dia tiba-tiba
ingin menutup telinganya dengan jari tangan.
“Bukan
hanya ratusan... lebih seperti ribuan.”
Enri
berkedip. Begitu juga dengan Nfirea yang ada di sampingnya.
“Mereka
memiliki sekitar empat ribu orang setidaknya, kurasa.”
“Tapi
itu... mengapa mereka mengirimkan begitu banyak pasukan...”
“Aku tidak
tahu. Mengapa mereka harus mengirimkan begitu banyak pasukan ke sebuah desa
seperti ini?.. Enri, jangan-jangan kabar tentang goblin di desa sudah menyebar?”
“Tidak
mungkin. Itu tidak mungkin.”
Balasan
Enri datang langsung.
Tidak
perduli bagaimana dia memikirkannya, dia tidak bisa memikirkan sebuah alasan
kebocoran. Memang ada orang yang pindah, tapi mereka semua merasa bahwa para
goblin lebih bisa dipercaya daripada manusia. Sejak serangan troll itu batasan
antara penduduk asli dan baru di desa itu seperti sudah hilang.
Mungkin
karena para petualang – mungkin Momon dan Nabe telah menyebarkan kabar untuk
membalaskan rekan-rekan mereka yang gugur – tapi Nfirea bersikeras bukan
seperti itu.
“Kalau
begitu.. sambil bersiap kabur, kita seharusnya menanyakan alasan mereka kemari.
Melawan... adalah usaha terakhir.”
Melakukan
pertempurandengan sebuah pasukan berjumlah empat ribu orang mirip dengan bunuh
diri.
“Seperti
yang Ani-san bilang, hanya itu yang bisa kita lakukan... kurasa melawan jumlah
seperti ini, tidak ada cara lain.”
“Umu.
Itulah kenapa, kita harus bersiap untuk kabur setiap saat, sementara mencoba
mengulur waktu untuk kabur. Kalau begitu, ayo pergi!”
Beberapa
penduduk membantu menyembunyikan makanan bersama dengan para ogre. Yang tersisa
hanyalah Enri, Jugem dan beberapa goblin, beserta Britta dan beberapa anggota
pasukan pertahanan.
Hal pertama
yang Enri lakukan adalah bertanya kepada Britta tentang situasinya, menyakan
identitas dari penyusup dan milik siapa simbol yang mereka pakai. Tapi
sayangnya, Britta tidak bisa memberikan jawabannya.
Menurut
dia, orang lain selalu menangani hal semacam itu. Saat itu, Enri menyadari
seberapa pentingnya berpengetahuan. Karena itu, yang bisa mereka lakukan adalah
menunggu Nfirea membuat laporan setelah kembali dari menara pengawas.
Suara
langkah kaki kuda dari dari sisi sebaliknya dari dinding, lalu sebuah suara
keras.
“Ini adalah
rombongan dari Pangeran Mahkota dari Re-Estize Kingdom, Barbro Andreyan Ield
dale Vaiself! Buka gerbangnya dan biarkan kami masuk!”
Enri
meragukan telinganya lagi.
Meskipun
dia telah mendengar banyak hal mengejutkan dalam waktu sebentar, kali ini lebih
aneh lagi.
“Pa-Pangeran
mahkota?!”
Ada apa orang seperti itu kemari?!
Enri tidak
tahu apa yang terjadi. Semua ini mulai membuatnya terasa seperti mimpi buruk.
Namun,
dilihat dari cara Nfirea yang bergegas kembali dari menara pengawas, kalimat
dari utusan itu kelihatannya memang benar.
“Bendera
kerajaan berada diantaranya. Hanya keluarga kerajaan atau mereka yang ada
hubungannya dengna mereka diperbolehkan untuk membawa bendera itu.”
“Eh? Apa
artinya itu?”
“Itu
artinya keluarga kerajaan membawa pasukan ke desa kita!”
Enri mengangkat
suaranya, tidak mampu memahami apa yang terjadi.
“Mengapa,
Mengapa kalian harus mengirimkan begitu banyak pasukan ke desa terpencil
seperti ini?”
“Rakyat
biasa seperti kalian tidak perlu tahu tentang itu! Tanah ini adalah milik sang
raja. Dan mematuhi sang raja adalah
satu-satunya yang harus kamu lakukan! Atau jangan-jangan kamu menolak sang raja
– mengangkat bendera untuk memberontak?”
Tubuh Enri
gemetar.
Sebagai
bawahan dari sang raja, mereka seharusnya membuka pintu itu. Namun-
-Jugem bertukar
tatapan dengan Enri dari samping.
Meskipun
jika mereka membuka gerbang itu sekarang, mereka tidak bisa langsung
membukanya. Sebelum itu, mereka harus menyembunyikan para goblin dan ogre.
“Ah,
Ane-san. Kita akan menyembunyikan diri secepat mungkin. Sampai saat itu, tolong
ulur waktu.”
Enri
mengangguk. Mengapa aku memerintahkan kepada mereka untuk menyembunyikan
makanan dahulu, pikirnya, tapi sudah terlambat untuk menyesalinya sekarang.
“Aku
ulangi... buka gerbangnya!”
“Ma,
Maafkan saya! Sekarang ini, sekarang ini kami sedang mempersiapkan sambutan
untuk yang mulia sang pangeran! Tolong, tunggu sebentar lagi!”
“Ulangi
ucapanmu, perempuan! Apakah kamu yang bertanggung jawab untuk desa ini? Keterlambatan
ini tidak bisa diterima! Jangan membuang-buang waktu satu detikpun dalam
membuka gerbang!”
“...Mengapa
kalian begitu ngotot sekali ingin masuk?!”
Di bawah
tekanan, Enri yang sudah tidak tenang merespon dengan teriakan marah. Sementara
dia tahu itu tidak terhormat, dia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa
mereka ada pasukan dari negara lain yang menyamar sebagai pasukan Kingdom.
Pertahanan
desa Carne sangat solid sekali. Mereka sampai membuat pengumpul pajak yang
melihatnya terkejut.
Tidak
mengejutkan jika ada negeri lain yang ingin menggunakannya untuk markas.
Lagipula, troll-troll yang menyerang memang karena alasan itu.
Pihak lain
menjadi hening sekali lagi, dan kedua pihak ragu-ragu tidak tenang.
“Mengapa
kamu tidak menjawab! Apakah kamu tukang tipu yang pura-pura menjadi pasukan
Kingdom, ya kan!”
“...magic
caster yang dikenal sebagai Ainz Ooal Gown pernah datang ke desa ini sekali, ya
kan?”
Gambaran
dari penyelamat desa muncul di kepala Enri.
“Magic
caster itu sekarang adalah musuh dari Kingdom. Oleh karena itu, kami ingin
bertanya kepada kalian, yang memiliki hubungan dengan Ainz Ooal Gown, tentang
dia.”
Karena
terkejut, Enri tidak bisa bicara.
Namun,
bisikan dari salah satu anggota pasukan pertahanan berhasil sampai di
telinganya.
“Jika
Ainz-sama melawan Kingdom... maka bukankah Kingdom yang salah?”
Mata dari
penduduk desa terpantul persetujuan.
Dari
catatan tertentu penduduk desa yang pindah ke desa Carne setelah rumah asal
mereka dibakar habis. Kebencian mereka terhadap Kingdom karena tidak bisa
mempertahankan mereka dengan cepat berubah menjadi suatu kepercayaan dan hormat
kepada magic caster yang menyelamatkan desa ini.
Entah itu
hadiah tanduk yang bisa memanggil goblin, atau bantuan golem-golem yang
membangung dinding-dinding yang kuat yang sekarang melindungi mereka, atau pelayan
Lupusregina yang telah menyelamatkan desa itu ketika mereka diserang oleh
troll, semua ini terkumpul dan menjadi rasa hormat kepada Ainz.
“..Tapi,
mereka ada banyak sekali. Jika kita tidak membuka gerbang...”
“Tapi jika
kita mengkhianati Ainz-sama seperti ini setelah menerima kebaikannya...”
“Tunggu!
Mereka bilang mereka hanya ingin menanyakan sesuatu kepada kita. Itu bukan
berarti kita mengkhianatinya..”
“Begitukah?
Pada akhirnya, itu masih terdengar sangat tidak berterima kasih bagiku”
Mata semua
orang tertuju kepada Enri.
Dia
mengerti dengan baik pikiran dari kedua pihak. Karena itu, Enri ragu-ragu,
tidak mampu memiliki antara kedua pihak itu. Saat ini, sebuah teriakan datang
dari luar gerbang.
“Jika kamu
mengerti, buka gerbangnya sekarang juga! Jika tidak, kamu akan dianggap sebagai
pengkhianat oleh Kingdom!”
Ditekan
hingga batasnya, Enri meneriakkan balik sesuatu untuk mencoba mengulur waktu.
“Kotoran,
ada kotoran sapi di mana-mana! Ka-Kami tidak bisa membiarkan Pangeran berjalan
di atas tempat seperti ini!”
Setelah
hening sejenak, sebuah suara yang lebih tenang menusuk udara.
“Oh, um.
Mengerti. Kami akan masuk sebagai ganti dari yang mulia pangeran. Kami akan
pikirkan apa yang terjadi nantinya.”
Tidak ada
lagi alasan yang bisa dia berikan.
Otak Enri
menjadi benar-benar kosong. Tidak perduli apapun itu, dia meneriakkan hal
pertama yang bisa terpikirkan sebagai balasan.
“Ma-Maaf!
Kotoran itu ada di tanganku! Aku tidak bisa membuangnya! Biarkan aku
membersihkan tanganku lalu aku kembali!”
“-O-Oi!”
Enri
menatap punggung Jugem dan yang lainnya yang sedang mundur. Dia khawatir dengan
seberapa banyak waktu yang bisa dia berikan.
----
Ketidak
sabaran Barbro yang semakin meningkat mulai menyebar ke seluruh unit. Dia
menatap knight yang melaporkan dengan sebuah tatapan yang biasanya ditujukan
kepada musuh.
“Katakan
sekali lagi, kebodohan apalagi ini?!”
Kemarahan
Barbro meluap dengan setiap kalimat yang dia ucapkan diantara celah-celah
giginya yang bergemeretak, dan knight itu mengulangi sekali lagi.
“Yang
Mulia! Desa Carne masih tidak membuka gerbangnya.”
Saat dia
mendengarkan balasan tenang knight itu, Barbro dipenuhi dengan keinginan untuk
memukulnya secara tiba-tiba.
Namun, itu
adalah hal yang bodoh. Barbro berusaha untuk mengendalikan kemarahan yang
menggulung di dalam dirinya dahulu.
Knight ini
termasuk, tak ada satupun disini yang bersumpah setia untuk Barbro. Sejak awal,
Barbro tidak membawahi pasukan apapun. Setiap orang di sini berada di bawah
perintah dari tuan mereka, atau di bawah rombongan tuan mereka. Karena itu, dia
tidak bisa begitu saja menyerang sekutunya samentara knight-knight lain sedang
melihat.
“-Mengapa?
Mengapa rakyat jelata di desa Carne itu tidak mau membuka gerbang? Tanah ini
diperintah langsung oleh keluarga kerajaan! Mereka seharusnya mematuhiku! Aku
bilang kepada mereka untuk membuka gerbangnya, ya kan?!”
Saat
ketidaksabarannya semakin menumpuk dan darahnya semakin terpacu deras,
ucapannya mulai kehilangan kendali.
“Apa
masalahnya? Apakah mereka meremehkanku? Apa yang kalian tunggu?!”
Para
penduduk adalah makhluk yang jauh lebih rendah dari Putra Mahkota.
Makhluk-makhluk ini sekarang sedang menghinanya.
Saat
pemikiran itu datang ke dalam otak, bercampur dengan kejengkelan yang
mencengkeram hatinya. Kebencian yang memburuk dan lengket ini semakin menumpuk
di dalam dirinya selama berbulan-bulan sejak demonic disturbance (keributan
oleh iblis di ibukota), dan kebencian yang semakin membesar itu meledak seperti
sebuah bendungan.
Ucapan ini
keluar dalam sekejap.
“Pengkhianat!
Pengkhianat, mereka semua! Aku menyatakan semua yang ada di desa Carne adalah
penkhianat!”
Teriakan
itu bergema di penjuru udara, masuk ke telinga pasukan yang ada di sekeliling,
memicu keributan yang mengejutkan dari orang-orang ini.
“Tuanku,
tunggu sebentar! Jika anda melakukan itu...!”
Barbro
menatap knight yang panik tersebut dengan tidak senang yang membalasnya.
Jika mereka
menganggap desa itu sebagai pengkhianat, mereka harus menghancurkan
masing-masing penduduk sebagai permulaan, lalu membakar desa itu hingga habis
tanpa sisa.
Memangnya
kenapa?
Pangeran
Barbro tidak mengerti mengapa bawahannya tidak mengikuti perinta yang dia
berikan. Lagipula, orang-orang ini adalah milik Marquis dan mereka sedang
memandang remeh kepada dirinya dan menolak perintahnya.
“Omong
kosong apa ini?! Membiarkan mereka hidup setelah menolak perintah kerajaan
adalah dosa!”
Itu memang
benar. Membiarkan pengkhianatan terhadap keluarga kerajaan adalah sebuah hinaan
kepada mereka. Membiarkan mereka hanya akan menghasilkan kehilangna otoritas
dan mandat untuk mengaturnya.
Bahkan di
wilayah para bangsawan sendiri, ketika ada budak mereka memberontak, mereka
pasti akan dihancurkan tanpa ampun. Para knight dari Marquis seharunsya tahu
sebanyak itu.
“Tunggu sebentar,
Yang Mulia! Perang dengan Empire akan segera datang. Jika kita membunuh
penduduk milik raja, itu akan berakibat negatif terhadap moral dari seluruh
pasukan! Saya juga berharap anda melihat benteng ini. Tidak mungkin ini adalah
desa biasa. Meskipun para penduduknya tidak banyak, mencoba menerobos gerbang
dengan kekuatan brutal saja akan sulit. Jika itu masalahnya, kita harus meminta
alasan mereka kenapa tidak membuka gerbang setelah keadaan agak reda disini.”
“...Tanyakan
kepada mereka dengan baik-baik, lalu gantung beberapa diantaranya.”
“..Mau
bagaimana lagi. Lagipula, mereka memang menutup rapat gerbang itu karena
menolak perintah Barbro-sama.”
“Kamu harus
buat gerbang itu terbuka, lalu kita akan membuat mereka menjadi contoh!”
“Mengerti!”
Pangeran
Barbro menatap ke arah desa Carne.
Seperti
yang dikatakan oleh knight itu, gerbang yang kokoh terpasang ke dalam dinding
tebal yang mengelilingi. Karena desa itu berada tepat di samping hutan Tob, ini
mungkin memang disengaja. Namun, dari cara menara pengawas itu diletakkan,
mirip dengan benteng daripada desa perbatasan.
Merobohkan
desa itu akan memakan waktu yang lama.
Lebih dari
seribu pasukan berbaris di depan gerbang, berteriak kepada mereka agar
membukanya.
JIka
didengarkan dengan baik-baik, terdengar suara yang sama di kejauhan, dari
belakang gerbang.
Teriakan
ini seperti sebuah percikan api dari batu korek, jatuh ke dalam kayu yang
melambangkan emosi yang bercampuran di hati Pangeran Barbro. Api itu menyala,
dan saat terbakar, dia kehilangan kemampuan berpikir.
“Oi!
Tembakan anak panah api!”
“A-Anak
panah api?!”
“Benar
sekali. Hanya Tuhan yang tahu berapa lama lagi ini akan terjadi. Dengar, kita
tidak punya waktu untuk dibuang di desa ini lebih lama lagi! jIka kamu bisa
membuka gerbang itu dalam beberapa menit tidak apa, tapi kamu tidak bisa, ya
kan?!”
Knight
tersebut hanya bisa mengangguk sambil menggeretakkan giginya.
“Ancam
mereka dengan panah api. Waktu permainan anak-anak dengan berdiri di luar
dinding dan berteriak-teriak sudah usai. Sekarang kita tunjukkan kepada mereka
bagaimana orang dewasa melakukan sesuatu!!”
Saat knight
itu menatap, dengan mulut menganga dan bengong, seorang pria bergegas masuk
dari sampingnya.
“Tidak
kukira kalian tidak mengindahkan perintah dari Yang Mulia Pangeran... aku tidak
percaya kalian adalah salah satu dari orang-orang Marquis. Pangeranku, maukah
anda mengizinkan orang-orang saya melakukan serangan itu?”
Ini adalah
Baron Cheneko. Di belakangnya ada beberapa orang yang sesama pengadu.
Pangeran
Barbro lega orang seperti itu ada, yang bisa berguna meskipun mereka bodoh.
Tidak, dia juga seorang bangsawan, dan jika sebuah desa di daerahnya berani
memberontak, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Dia mungkin mengerti
posisi dari Pangeran Barbro.
“...Begitukah.
Kalau begitu aku perintahkan kepadamu, Baron. Luncurkan anak panah api ke desa
itu... tidak, ini lebih baik. Targetkan menara pengawasnya. Itu seharusnya
menghindari adanya korban, ya kan?”
“Ooohhhh!
Keputusan yang penuh ampunan! Seperti yang diduga dari Yang Mulia! Kalau
begitu, anda lihat saja kami!”
---
“Ane-san!
Kita sudah siap! Semuanya berlindung. Hanya kita yang akan- apa itu?”
Jugem bisa
merasakan keanehan di udara sekeliling, dan menjadi waspada.
Anggota
pasukan pertahanan yang tetap tinggal disini benar-benar saling berlawanan satu
sama lain. Separuh dari mereka ragu-ragu ingin membuka gerbang itu untuk
pasukan di luar sementara separuh lainnya sangat menentang. Akar dari
perselisihan itu adalah apakah mereka ingin mengkhianati pahlawan desa itu Ainz
Ooal Gown atau tidak. Hasilnya, sulit membuat keputusan.
“Sebenarnya...”
Enri ingin
mengatakan sesuatu kepada Jugem ketika sebuah suara keras datang dari luar
dinding.
“-Penduduk
desa Carne. Karena kalian tidak segera membuka gerbang itu ketika
diperintahkan, fakta bahwa apakah kalian adalah bawahan yang setia dari Kingdom
telah dipertanyakan. Oleh karena itu, kami akan mengambil wakil-wakil diantara
kalian ke medan perang, dimana kalian akan meyakinkan Ainz Ooal Gown agar
menyerah. Dengan melakukan hal itu kalian akan bisa membuktikan kesetiaan
kalian kepada Kingdom, dan kalian adalah bawahan yang setia!”
Suasana
mulai berubah. Kebencian terbakar di hati para penduduk desa seperti api liar.
Enri tidak
terkecuali.
Memang
benar jika penduduk desa adalah penduduk dari Kingdom, dan setia. Namun,
loyalitas itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rasa terima kasih
yang mereka rasakan kepada orang yang telah menyelamatkan desa mereka tanpa
sedikitpun biaya atau timbal balik. Lagipula, ketika anggota keluarga,
teman-teman dan keksaih mereka dibunuh, satu-satunya yang mengulurkan tangan
membantu mereka adalah magic caster
hebat itu.
“Aku takkan
membiarkan diriku diseret ke medan perang untuk menghalangi Ainz-sama!”
“Tidak
bisakah kita bersembunyi saja di dalam hutan dan melihat keadaannya sebelum
membuat keputusan?”
Argumen-argumen
keras seperti ini menggema dari sekeliling.
Namun, satu
hal yang sama dari mereka adalah tak ada yang ingin melakukan apapun yang
mungkin akan merugikan pahlawan mereka.
Saat itulah
suara sesuatu yang ditarik terdengar dari luar, diikuti dengan suara beberapa
obyek menusuk udara. Saat suara itu semakin dekat, titik-titik api yang cerah
muncul di depan mata mereka, dan anak panah-anak panah berjatuhan seperti hujan
ke arah menara pengawas. Suara anak panah yang menusuk kayu dan membakarnya
memenuhi telinga setiap orang.
“...Tidak...”
Kingdom
akan menggunakan senjata mematikan terhadap mereka. Fakta itu membuat Enri
ternganga.
Untungnya,
tak ada yang berada di menara pengawas saat itu. Mereka tahu hal itu sebelum
diserang. Atau mungkin-
-Mungkin
mereka tidak akan ragu jika ada orang di dalam tadinya.
“An-Ane-san!
Kelihatannya mereka belum akan menyerang kita, kamu tetap tidak seharusnya
berdiri di jangkauan busur mereka! Kemarilah, cepat!”
Enri, yang
tetap melihat menara yang terbakar dalam keadaan bengong, diseret oleh Jugem.
Dia tidak menolak saat Jugem menggenggam tangannya dan berlari, tapi wajahnya
tetap tidak berpaling dari menara pengawas.
Saat
pasukan pertahanan mulai tersebar ke belakang, menara pengawas itu terbakar
habis.
Atap jerami
itu menyala hebat dalam sekejap dan berubah menjadi onggokan kayu api yang
besar.
Semua yang
ada di desa bisa melihat kehancuran dari menara tersebut, tak perduli dimanapun
mereka berada. Ratapan kesedihan terdengar dari sekitarnya. Satu orang yang
terdengar sangat keras. Saat Enri mencoba mengatur nafasnya dan berusaha
mengendalikan diri, dia melihat pria yang berteriak paling keras, yang suaranya
terdengar sangat menderita.
Dia adalah
seorang pria yang baru saja pindah ke desa.
Wajahnya
bercampur antara kebencian dan putus asa. Enri melihat ke sekelilingnya, dan
banyak pendatang yang memiliki ekspresi yang sama di wajah mereka.
Enri
teringat.
Desa mereka
dibakar dengan cara yang sama.
“Musuh!”
Teriak pria tersebut. “Mereka adalah musuh! Bagaimana mungkin mereka bukang
musuh jika mereka melakukan ini! Aku ingin melawan mereka!”
“Kerajaan
milik siapa ini!? Mereka bahkan tidak membantu kita! Dan sekarang mereka ingin
membakar tempat ini hingga hancur!”
Teriakan
itu datangnya dari wanita yang gemuk.
“Bagaimana
mungkin mereka dibiarkan saja melakukan hal ini! Jika mereka ingin membunuhku,
silahkan saja! Aku akan bawa sebanyak mungkin orang-orang brengsek itu denganku
juga! Aku akan membalaskan dendam kepada mereka!”
Seorang
pemuda mengikutinya dengan teriakan sendiri.
Kegilaan
dan kebencian bercampur di udara, semua itu berkat bagian terkecil dari anak
panah api.
“..Ane-san.
Sudah waktunya membuat keputusan.”
Suara lirih
Jugem datang dari wajah yang sekeras armor warrior.
“Eh?..Tapi
orang-orang ini sudah kehilangan kemampuan berpikir. Bukankah kita harus
menunggu dulu sebelum membuat keputusan.?”
“Sudah
tidak ada waktu lagi. Dan tidak ada yang bisa menjamin mereka tidak akan
bertindak gila. Sebaiknya kamu memutuskan apa yang harus dilakukan oleh desa
sekarang.”
Itu adalah
saran yang beralasan. Pasukan sudah menghancurkan menara pengawas dengan panah
api. Selanjutnya, pasukan itu mungkin akan melakukan hal yang lebih buruk.
Mereka harus bertindak sekarang.
Saat Enri
mengumpulkan tekad, dia mengambil nafas dalam-dalam. Dia menatap sejenak ke
arah Nfirea, yang sedang memegang tangan Nemu, dan mereka mengangguk kepada
Enri, seakan memberikan semangat.
Dada Enri
tidak lagi terasa sesak.
Itu adalah
dosis terakhir keberanian yang Enri butuhkan.
“Semuanya!
Sekarang ini! Semua yang ada disini akan memutuskan apa yang akan kita, sebagai
seorang penduduk desa lakukan! Apapun keputusannya, Aku harap kalian akan mematuhinya!”
Sebuah
teriakan setuju yang serentak adalah jawaban untuk Enri.
“Angkat
tangan kalian yang ingin agar desa melakukan apa yang diinginkan oleh Kingdom!”
Tak ada
satu tanganpun yang terangkat.
Saat
jantungnya berdebar hebat, Enri berteriak sekali lagi.
“Kalau
begitu! Semuanya yang ingin bertarung melawan Kingdom hingga nafas terakhir,
angkat tangannya!”
Dengan
teriakan yang menggelegar, banyak tangan yang terangkat bersamaan. Semua yang
melakukannya mengangkat tangan dengan tinju terkepal erat, seringai di wajah
mereka menunjukkan tekad mereka yang ingin melawan.
Itu
menakutkan. Semua yang ada disini telah memilih sebuah jalan yang hanya bisa
mengakhiri hidup mereka. Meskipun begitu, ada sesuatu yang mengalahkan
ketakutan akan mati yang memotivasi orang-orang disini.
Itu adalah
keinginan untuk tidak ingin membayar kebaikan dan bantuan yang mereka terima
dengan pengkhianatan.
“Kalau
begitu – kita akan melawan! Kita akan melawan agar bisa membayar hutang kita!
Jugem-san! Aku serahkan rencana pertempuran kepadamu!”
Jugem maju
ke depan dan berdiri di samping Enri.
“...Aku
sudah melihat tekadmu. Kalian semua akan mati disini. Apakah kalian tidak
apa-apa dengan hal itu?”
Ucapan
Veteran itu bertemu dengan kesepakatan.
“Kalian
bisa berteriak dengan sekeras itu meskipun wajah kalian pucat. Luar
biasa...Namun, maafkan aku yang menghujani apa yang sudah kalian tunjukkan,
setelah kalian semua sudah berteriak keras menyatakan keputusan kalian.
Bukankah kalian harus biarkan yang muda lari dahulu? Lagipula, jika semuanya
mati, seharusnya kami dan yang paman-paman yang sudah tua.”
Seorang
pria tua berbicara.
“Dia ada
benarnya – tapi bukankah itu tidak mungkin? Musuh sudah menyegel kedua gerbang.
Meskipun jika kita kita memanjat dinding, mereka pasti akan segera
mengetahuinya.”
“Yah, itu
benar... jika kita hanya lari dengan biasa, seperti yang anda katakan.”
Jugem
menyeringai jahat saat dia melanjutkan.
“Kita tidak
bisa bersembunyi lalu lari. Jadi apa yang akan kita lakukan adalah membuka
gerbang utama dan memancing musuh ke dalam. Ketika mereka mengendurkan
kewaspadaan, kita akan pukul mereka dengan keras. Jika kita bisa memberikan
pukulan yang cukup keras, musuh akan mengumpulkan pasukan mereka yang tersebar
dan terfokus pada kita.”
Jugem
melihat ke sekeliling.
“Meskipun
aku sudah berkata demikian, tapi musuh mungkin juga tahu itu hanya tipuan. Jika
mereka tahu, selama kita memiliki kekuatan serangan yang cukup, musuh tidak
akan memiliki pilihan lain selain mengumpulkan pasukan mereka. Ada pertanyaan?”
“Kelihatannya
tidak, tapi Jugem-san, kemana mereka harus kabur?”
“Bukan
sudah jelas, Ane-san? Ke dalam hutan Tob. Aku akan memberikan perintah kepada
Agu dan Britta, yang tahu betul hutan, bergabung dengan kelompok yang kabur.
Aku yakin kita bisa berhasil sementara tanpa mereka.”
Para
penduduk desa sudah bersiap mati, tapi wajar saja jika mereka tidak ingin
anak-anak mereka ikut binasa bersama-sama. Mengetahui anak-anak itu berada di
dalam bahaya bisa membasahi semangat bertarung mereka.
Jugem
menyasar mereka dengan ekspresi wajah yang serius.
“Dengarkan.
Ronde pertama adalah sebuah pertempuran untuk membuat musuh menguatkan
pasukannya. Ronde kedua akan menjadi pertempuran untuk menguras kekuatan tempur
lawan, agar tidak ada lagi yang tersisa dari mereka. Semakin dahsyat
pertempuran itu, semakin baik peluang untuk yang kabur.”
“Hahahaha!
Hanya itu! Ahhh, kalau begitu, itu melegakan.”
Ucapan itu
digabungkan dengan beberapa tawa. Tawa itu bukan lahir dari keputusasaan atau
kegilaan – itu adalah tawa yang sederhana dan santai.
“Selama
istri dan anakku bisa diselamatkan, aku tidak menyesal. Sekarang adalah
waktunya untuk membalas kebaikan Ainz Ooal Gown-sama yang ditunjukkan kepada
kita!”
“Ah, benar
sekali! Jika aku menjadi semakin tua semakin pengecut, aku tidak akan bisa
melihat diriku sendiri!”
“Lalu...
bagaimana dengan tim yang kabur?”
Jugem
melihat dengan seksama kepada setiap orang saat dia menjawab pertanyaan Nfirea.
“Ane-san
dan Ani-san akan bertanggung jawab melindungi wanita dan anak-anak. Dan seperti
yang kubilang sebelumnya, kita akan butuh Britta, Agu dan goblin lain untuk
membantu menuntun mereka melewati hutan.”
“-Eh?”
Enri
berseru terkejut.
Sebagai
Kepala desa, dia memiliki kewajiban untuk berdiri dengan yang lainnya. Karena
dia sudah memerintahkan kepada para penduduk untuk mati, maka dia mau tidak mau
harus berdiri di samping mereka saat bertarung. Meskipun begitu, para penduduk
berseru di depan Enri.
Mata mereka
berkata mereka sepakat dengan Jugem. Saat Enri berpikir cara untuk menolaknya,
masalah itu sudah dikeluarkan dari kepalanya.
“Enri-chan,
aku akan serahkan kepadamu.”
“Tolong
jaga anak-anakku. Meskipun istriku sudah tiada...setidaknya, anak-anak-ini..”
Para
penduduk desa bergantian menggenggam tangan Enri, menyampaikan harapan dan
pemikiran mereka kepadanya saat meremasnya dengan erat. Nfirea perlahan-lahan
bergerak ke arah Enri, yang matanya sudah dipenuhi dengan air mata.
“Enri, ayo
pergi. Perjuangan kita adalah untuk bertahan hidup. Kita tidak boleh kalah
dalam pertempuran itu. Dan siapa yang tahu, Ainz Ooal Gown-sama mungkin akan
datang menyelamatkan kita lagi. Saat itu, lebih baik kita masih hidup, sebagai
orang yang akan melangkahkan kaki di wilayahnya.”
“Dia
benar.”
“Jugem-san...”
“Tanduk
yang kamu gunakan untuk memanggil kita itu... kurasa kamu harus menggunakannya
nanti, ya kan? Jika kamu menggunakannya sekarang, itu akan seperti memadamkan
rumah yang terbakar api dengan segelas air. Akan lebih baik jika kamu meniupnya
setelah semua ini selesai dan memanggil lebih banyak lagi teman-teman kami
untuk membantumu.
Enri
memegang matanya, yang penuh dengan air mata.
“Aku
mengerti! Aku akan melindungi istri-istri dan anak-anak dari semua orang! Ayo
pergi! Enfi!”
---
Satu sisi
gerbang terbuka perlahan-lahan.
“Kita harusnya
menggunakan anak panah api sejak awal. Yah,
anak panah api yang selanjutnya akan jadi percuma...”
Wajah
pengeran Barbro berubah menjadi masam. Mereka sudah membuang waktu terlalu
banyak. Agar bisa menutupi keterlambatan itu, orang-orang ini harus dipaksa
berjalan. Tapi itu tidak bisa dihindari.
Ini semua
adalah kesalahan dari orang-orang Marquis. Jika dia tidak memberikan perintah
menggunakan anak panah api sendiri, siapa yang tahu berapa banyak lagi waktu
yang terbuang?
Barbro
melihat ke arah langit, mengutuk kesialannya karena sudah diberikan bawahan
yang tidak kompeten.
Dia
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan nantinya – hal pertama adalah berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk menggantung para penduduk desa.
Dia akan
menggantung mereka di dinding desa, untuk menunukkan kepada siapapun nasib
akhir dari siapapun yang cukup bodoh membangkang perintah dari keluarga
kerajaan.
Selanjutnya,
dia harus menemukan siapapun yang memiliki kedekatan dengan Ainz Ooal Gown. Itu
mungkin akan memakan waktu lebih banyak daripada menggantung para penduduk
desa.
“Sial. Aku
seharusnya membawa orang yang ahli interogasi. Pertama, kita akan pura-pura
mengampuni siapapun yang bekerja sama... lalu kita bunuh mereka nantinya.
Sedangkan untuk anak-anak..”
Tidak ada gunanya
mereka hidup. Dari awal, anak-anak tidak akan bisa hidup tanpa orang tua
mereka, jadi menggantung anak-anak itu dengan orang tua mereka adalah sebuah
bentuk pengampunan.
“Apakah ada
cukup banyak tali untuk mereka semua? Jika kita bisa mendapatkan beberapa tali
dari desa, itu tidak apa...”
Para
prajurit yang berada di dekat gerbang perlahan bergerak maju. Kebanggaan
memenuhi dada Pangeran Barbro saat dia melihat bendera keluarga kerajaan
bergerak maju di ujung barisan. Ketika dia naik takhta nantinya, dia akan
memastikan dia memiliki penjaga upacara seperti itu.
Para
prajurit yang memegang bendera merangsek maju menuju gerbang – lalu
diterbangkan ke belakang.
Segera
setelah itu, makhluk raksasa yang menerbangkan mereka mengintip dari celah
gerbang.
“-O-O-Ogre?!
Apa yang ogre lakukan disini?!”
Perkembangan
yang benar-benar tidak diduga itu membuat pangera Barbro terkejut, dan dia lupa
kewibawaan dari keluarga kerajaan dalam keterkejutannya.
Ya. Itu
adalah demi-human yang dikenal dengan ogre. Para prajurit sama terkejutnya
dengan kemunculan mereka seperti Barbro juga. Pentungan mereka yang besar
mengirimkan lusinan orang terbang dengan setiap kali ayunannya.
Di tengah
semburan darah kental, pasukan yang terkena serangan itu terbang ke arah jauh
dan membentur tanah, bergulung-gulung dari kepala hingga kaki dan berusaha
mati-matian mulai kabur dari gerbang. Lalu, seakan mengejar pasukan yang kalah
itu, beberapa ogre muncul lagi dari belakang gerbang.
Saat para
prajurit bergerak mundur dengan cara yang memalukan, mereka diterbangkan dengan
pukulan dari pentungan ogre. Ogre itu terlihat seperti seorang anak-anak yang
sedang melemparkan mainannya ke arah jauh.
Alasan dari
gerakan mundur yang tidak enak ini – yang bahkan tidak bisa dianggap sebuah
penarikan pasukan – adalah karena prajurit-prajurit ini semua adalah pasukan
sipil milik Baron. Mereka sudah melepaskan anak panah api agar bisa memperoleh
kemenangan sebagai yang pertama bisa menembus gerbang. Siapa yang mengira
perjalanan kemenangan mereka bisa berbalik seburuk itu?
Pangeran
Barbro mengerutkan dahi ke arah Baron, yang telah mengabaikan orang-orang yang
dia pimpin dan datang dengan tergesa-gesa ke depannya. Saat ini, suara dari
benturan keras menggema di udara.
Knight-knight
dari Marquis telah mengangkat tombak mereka bersamaan. Itu adalah gerakan
teratur yang ditunjukkan oleh prajurit profesional. Namun, kelihatannya masih
sulit bagi mereka untuk bisa terjut ke dalam kermunan prajurit infanteri yang
berusaha kabur dan masuk ke dalam pertempuran jarak dekat yang kacau dengan
para ogre.
Sebuah
serangan pasukan berkuda adalah salah satu pasukan yang paling menghancurkan di
medan perang, tapi di dalam pertempuran jarak dekat, kavaleri akan kehilangan
keunggulannya.
“Mengapa
kamu masih belum menembaknya?!”
Teriakan
itu adalah milik Barbro.
Membiarkan
ogre semakin mendekat hanya akan meningkatkan jumlah kekalahan yang akan mereka
terima. Akan lebih baik mengabaikan para prajurit ini dan membunuh sesama
penduduk desa mereka beserta musuh.
Saat kejengkelan
Barbro mulai menumpuk, para ogre itu tiba-tiba mulai mundur. Mereka menggunakan
para prajurit yang sedang kabur sebagai perisai daging, mencegah pasukan
kavaleri yang mengejar, dan pada akhirnya mereka mundur kembali ke dalam
gerbang.
Setelah menerima
yang selamat, Barbro mulai mengatur kembali formasinya, tangannya menggenggam
pelana kuda lebih erat dan semakin erat saat kemarahannya menumpuk.
Pada
awalnya dia berencana untuk menyelesaikan misi yang membosankan ini dengan
cepat, lalu segera kembali ke medan perang untuk mendapatkan kemenangan di
dalam pertempuran melawan Empire.
Sekarang,
kekacauan yang tidak enak dilihat ini adalah sisa-sisa dari impiannya.
Meskipun
kemunculan ogre tidak terduga, jika mereka tidak bisa membawa orang-orang yang
cukup kembali ke E-Rantel, itu akan menodai reputasinya lebih jauh. Itu akan
menjadi kemunduran yang sangat besar dalam perlombaannya merebut takhta dengan
Zanack, pewaris cadangan.
Atau
jangan-jangan – apakah semua ini sudah direncanakan sebelumnya?
Dia berdecak
dengan lidah karena jengkel, mengetahui mata setiap bangsawan yang kini tertuju
kepadanya.
Namun, dia
tidak ada waktu lagi memikirkan mereka. Barbro menatap ke arah knight yang
sedang mendekat ke arahnya. Dia adalah komandan dari pasukan elit Marquis.
“...Apa
lagi itu? Apakah desa itu sudah diambil alih oleh ogre? Apa yang terjadi?!”
“Se-Seharusnya
tidak begitu, Yang Mulia. Tak ada yang menduga akan ada monster disana...
seharusnya ada pengumpul pajak yang berkunjung baru-baru ini. Tapi kita tidak
menerima adanya berita bahwa desa ini sudah diambil alih oleh ogre. Jika mereka
pergi dan tidak kembali, itu tidak biasa... apa yang sebenarnya terjadi di desa
itu...”
Dia bisa
merasakan kebingungan di dalam ucapan knight tersebut. Jika ada sebuah rencana
untuk membuat Barbro kehilangan kewibawaannya dan jatuh ke dalam perangkap, dia
mungkin tidak akan tahu pula.
Itu artinya
bahwa dia berada di pihak sang pangeran sekarang.
“Bagaimanapun,
kita tidak cukup tahu keadaan musuh. Yah, itu memang bisa diduga. Hanya lima
ogre yang muncul. Jika mereka memiliki ogre lebih banyak lagi, mereka pasti
akan terus menyerang kita. Jadi kelihatannya, mereka mungkin tidak memiliki
ogre lebih dari sepuluh jumlahnya. Kamu seharusnya bisa mengalahkan lima ogre,
ya kan?”
“Tentu
saja! Masing-masing dari kami sekuat anggota Kelompok Warrior Kingdom. Hanya lima
ogre bukanlah apa-apa bagi kami!”
“Aku tidak
meragukanmu. Aku hanya bilang, kamu harus hati-hati. Ogre adalah monster yang
bodoh, tapi tindakan mereka barusan jelas terlalu pintar. Mereka membuka pintu
untuk memancing kita masuk, lalu menyerang balik di waktu yang paling baik.
Kelihatannya pihak lain memiliki seorang komandan. Jika salah satu penduduk
desa memimpin mereka....”
“Maafkan
sikap kurang ajar saya. Tak ada petani yang bisa mengendalikan ogre. Saya yakin
pasti ada kekuatan lain di sini. Jika kita bisa mempelajari musuh-“
Barbro
tidak lagi bisa mengendalikan kesabarannya.
“Apa yang
sedang kamu gumamkan? Lihatlah disana!”
Barbro
menunjuk ke arah gerbang, pada bendera kerajaan yang tercabik-cabik.
“Bendera
negeri sekarang sedang dalam keadaan yang menyedihkan. Kamu akan menghancurkan
desa itu tak perduli bagaimana caranya. Kumpulkan pasukanmu, lepaskan anak
panah api, dan bakar desa itu hingga habis. Sekarang adalah waktunya
menggunakan pengalaman yang menumpuk dalam serangan itu! Kelihatannya kita tidak
akan bisa menyelesaikan ini tanpa adanya kerugian. Jadi kamu akan serang mereka
dengan niat untuk meratakan desa itu!”
“Tunggu
sebentar! Mungkin saja ada sorcerer ogre atau beberapa demi-human yang pintar
lainnya yang mungkin adalah otak dari desa ini, dan bukan para penduduk desa!”
“Kalau
memang benar, terus kenapa?”
Barbro
melihat ke arah knight itu, wajahnya seperti bingung, dan mulai menjelaskan
kepadanya dengan perlahan, seperti orang dewasa yang menasehati anak-anak.
“Apakah
kamu mendengarkan? Bagus. Tidak masalah jika para penduduk desa memiliki
kendali terhadap ogre, atau jika mereka dikendalikan oleh semacam demi-human
yang pandai. Para penduduk desa itu sudah membangkang terhadap penguasa yang
sah akan tanah ini, yaitu keluarga kerajaan. Oleh karena itu, kita harus
tunjukkan konsekuensi dari kebodohan itu kepada dunia.”
“Tapi,
mungkin saja ada beberapa penduduk desa yang disandera, bukankah mereka tidak
bersalah?!”
“Apakah
kamu tadi mendengarkan apa yang aku katakan? Terus kenapa jika memang ada?”
Barbro
mengangkat bahu ke arah knight itu, yang kelihatannya bingung menerima apa yang
baru saja dia dengar.
“Aku
mengerti, aku mengerti, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kalau begitu aku
akan tunjukkan kepada mereka ampunan dalam jumlah yang besar sebisa mungkin.
Tangkap penduduk desa yang tidak melawan, dan kita akan letakkan mereka dalam
pengadilan nantinya, apakah itu lebih baik?”
“Mengerti,
Yang Mulia!”
Knight itu
membungkuk dalam-dalam kepada Barbro. Setelah mendengarkan balasan yang memaksa,
Barbro mengangguk setuju.
“Tapi, aku
punya satu syarat. Aku ingin kemenangan penuh. Jika kita mengalami kekalahan
disini, banyak gosip yang akan menyebar. Begitu juga denganmu. Orang-orang akan
membicarakan tentang bagaimana kartu as dari Marquis yang telah dikirimkan ke
desa yang bukan apa-apa kembali dengan berdarah-darah.”
“Tapi itu
karena ogre-“
“-Kamu takkan bisa menggunakan itu sebagai alasan. Begitulah bagaimana dunia ini berjalan.”
“Saya
mengerti!”
“Jika kamu
sudah mengerti, segeralah bekerja. Panggil pasukan dari gerbang belakang. Di
waktu yang sama, potong pepohonan di hutan dan mulailah membuat pendobrak
dinding. Aku akan serahkan detilnya kepadamu. Minimalkan korban sambil
memastikan kemenangan. Bunuh siapa saja yang kabur.”
---
Sebuah aliran
oli yang memenuhi bejana membentur sisi dinding, diikuti dengan panah api.
Benturan
ledakan itu sebanding dengan sebuah mantra ‘Fireball’, menciptakan api merah
yang cerah yang mengeluarkan gumpalan asap hitam.
Jugem bisa
merasakan rasa tidak nyaman yang terpancar dari anggota-anggota pasukan
pertahanan yang ada di dekatnya. Pimpinan goblin mengangkat pedang besarnya
lalu meraung.
“Tahan
sebentar! Api seperti ini tidak akan bisa merobohkan dinding! Begitu juga
dengan pertahanan gerbangnya-“
Suara dari
benturan hebat, doom, datang dari
luar gerbang.
Dinding itu
memang jauh lebih tebal dan besar dari menara pengawas, yang sekarang sudah
berubah menjadi abu, meskipun sudah dihancurkan oleh panah api, dinding itu
tidak terbakar dengan mudah. Oleh karena itu, mereka memutuskan bahwa ini
adalah sebuah jebakan untuk menarik perhatian dari tujuan sebenarnya, yang
adalah menerobos gerbang. Kelihatannya ini adalah keputusan yang benar. Sekali
lagi, sebuah bunyi hebat doom datang
dari gerbang.
Itu adalah
suara yang lebih dalam dan kuat daripada benturan yang ditimbulkan oleh
pentungan ogre. Itu adalah suara dari siege weapon (senjata pengepungan) –
kelihatannya adalah battering ram (Pendobrak dinding).
“Lepaskan!”
Bersamaan
dengan teriakan Jugem, para penduduk desa menembakkan panah mereka dengan
mudah.
Teriakan
perih muncul dari sisi sebaliknya dari dinding. Namun, battering ram tidak
berhenti.
Mereka
pasti menggunakan banyak pendobrak dalam serangan bergelombang.
“Lepaskan!”
Sekali
lagi, anak panah berterbangan bersamaan dengan perintah dari Jugem. Namun, kali
ini, mereka disambut oleh anak panah musuh. Beberapa kali lipat jumlah anak
panah menghujani desa seperti hujan.
Namun, tak
ada satupun yang mengenai orang-orang yang bertahan.
Serangan
musuh adalah rentetan tembakan yang memiliki jangkauan, jadi mereka semua
luput, mengenai dinding dan bangunan tanpa melukai. Namun, semakin banyak
pemanah di pihak mereka, semakin tinggi peluang mereka mengenai. Oleh karena
itu, jika akurasi mereka bukan lagi angka nol, keadaan akan menjadi buruk.
“Mundur!
Mundur! Kita akan bergerak ke posisi baru!”
Para
penduduk desa melaksanakan perintah Jugem, yang masih tetap terdengar meskipun
sudah merendahkan suaranya. Mereka bergegas memindahkan lokasi mereka di tengah
kepanikan yang semakin tumbuh.
Sampai
sekarang, para penduduk desa hanya belajar menembak dari posisi yang tetap.
Sasaran mereka adalah menarget area dengan akurat di luar gerbang utama. Oleh
karena itu, ketika mereka bisa melakukan keduanya, akurasi mereka akan
meningkat, tapi sebaliknya, ketika mereka pindah ke lokasi yang tidak familiar,
panah mereka tidak akan lagi mengenai target lagi.
Bertarung
dalam pertarungan jarak jauh sekarang akan sulit.
“Angkat
tombak kalian! Kita akan pindah menjadi pertempuran jarak dekat!”
Sebuah
suara ping yang keras datang dari
balik dinding. Kedengarannya seperti suatu logam yang sedang menabrak dinding,
benar-benar berbeda dari suara dooms
dari senjata pendobrak. Kelihatannya itu adalah suara dari kapak, dan mereka
datang dari mana-mana.
Jumlah
adalah sebauh keunggulan yang besar. Mereka bisa menggunakan serangan pintu
atau dinding sebagai jebakan agar bisa menyerang dari arah yang benar-benar di
luar jangkauan. Jika Jugem adalah komandan di pihak lain, dia akan melakukan
itu pula.
Seperti yang direncanakan... kelihatannya
situasi berjalan dengan baik dan musuh menyebar.
Kebanyakan
dari strategi serangan konvensional akan menjadi percuma di hadapan keunggulan
jumlah pihak lawan. Bagi desa Carne, taruhan terbaik mereka adalah dengan terus
menerus mengikis kekuatan tempur lawan.
Selama
formasi musuh melemah, mereka bisa menyerang dari desa kapanpun. Idealnya,
mereka akan menyerang komandan musuh dalam formasi mengapit. Dengan begitu,
musuh yang panik akan langsung menguatkan pasukan mereka.
Membawa
ogre kembali dalam setengah perjalanan adalah bagian dari persiapan untuk
peristiwa itu. Meskipun ogre nantinya mendorong serangan mereka sendiri, akan
sulit bagi mereka membuat musuh panik dan memperoleh tujuan mereka dengan
menarik pasukan di gerbang belakang keluar ke depan.
Memang benar, ketika musuh yang tersebar
bergegas maju untuk mengepung kita, kita tidak akan memiliki jalan mundur...
Yah, kurasa apa yang mereka sebuah masuk ke dalam sarang naga meskipun tahu dia
ada di rumah....
Dengan kata
lain, ini adalah serangan bunuh diri.
Meskipun
begitu-
“Yah, kita
sudah meraih separuh dari tujuan kita.”
Jugem
bergumam sendiri saat garis pandangannya bergerak ke arah gerbang belakang yang
tidak bisa dia lihar dari sini.
Dia sudah
mempersiapkan rute kabur untuk tuannya dengan kemungkinan selamat yang paling
tinggi. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Mungkin sedikit kejam berkata
seperti itu, tapi selama para penduduk desa disini mati, tak ada yang akan tahu
berapa banyak yang sudah kabur dan Enri akan tetap diselubungi oleh misteri.
Melindungi
Enri adalah prioritas Jugem yang pertama dan tertinggi. Dia akan melakukan
apapun untuk itu dan tidak menyesal sedikitpun. Karena itu-
“Semuanya!
Tunggulah hingga gerbangnya runtuh! Kita akan segera menyerang! Target kita
adalah markas musuh! Peluang kita satu-satunya adalah membunuh komandan mereka!”
“Ohhh!”
Serangkaian
lolongan tekad menjawabnya. Ada sedikit getaran dalam suara itu, tapi tak ada
yang terlihat ingin mundur.
Yang
tersisa adalah keberanian murni dari pria yang bertempur anak-anak mereka dan
yang mereka kasihi.
---
Enri dan
Nfirea berlari menuruni dek pengamatan belakang, mengarahkan para wanita dan
anak-anak ke arrea di depan gerbang belakang. Nenek Nfirea Lizzie tidak ada
disana, karena saat ini dia sedang menyembunyikan seluruh peralatan alkimia
yang dia pinjam dari Ainz.
Dia tidak
akan punya waktu untuk kabur, tapi dia sudah menerima nasibnya.
“Tidak
masalah! Tidak orang di sekitar! Kita akan buka gerbangnya sekarang dan menuju
hutan!”
Anak-anak
yang berkumpul, berwajah pucat karena ketakutan, mengangguk mati-matian.
Sementara
itu, Nfirea dan Britta memutar pegangan, perlahan membuka satu sisi dari
gerbang.
Saat mereka
membuka gerbang, Enri mengeluarkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Tidak
ada siapapun. Sama seperti saat dia melihatnya dari dek pengamatan, tidak ada
pasukan yang terlihat. Rencana Jugem berhasil.
“Kalau
begitu, ayo pergi!”
Yang
pertama keluar adalah Agu dan sukunya. Jika mereka dikepung di dalam hutan,
mereka akan membuat jalan berdarah menembus musuh. Selanjutnya adalah Britta.
Dia adalah pengintai bagi kelompok itu, dan jika Agu tidak menemukan pasukan
apapun, Brita yang akan menanganinya.
Setelah
memperhitungkan kaki pendek dari anak-anak itu, tim pionir akan bergerak maju
ke arah hutan. Di belakang mereka, anak-anak akan mengikuti mereka dua dua.
Sang ibu akan menemani anak-anaknya saat mereka berlari. Anak-anak tanpa orang
tua akan dipimpin oleh anak-anak yang lebih tua.
Yang
terakhir adalah Enri dan Nfirea, yang akan berlari ke depan.
Bahkan
setelah keluar dari gerbang, hutan masih agak jauh. Memperhitungkan ini adalah
musim dingin yang mematikan, jaraknya beberapa kali lebih jauh dari biasanya.
Mereka
mati-matian berusaha memompa kaki dan berlari.
Terlalu
jauh.
Tidak
cukup.
Saat itu,
mereka mendengar ada kuda dari belakang.
Enri sangat
fit, sehingga dia sangat kaget karenanya. Meskipun begitu, hatinya berdebar dan
nafasnya tidak karuan. Takut melihat ke belakang, lalu dia melihat sesuatu yang
tidak bisa dia percaya ada disana – keputusasaan.
“Tidak
mungkin...”
Lebih dari
seratus knight berkuda muncul dari belakang. Mereka pasti sedang bersembunyi di
titik butta dari dek pengamatan, menempel di dinding. Mereka hanya muncul
karena mereka yakin tidak ada lagi yang lain yang akan keluar.
Itu adalah
sebuah jarak yang panjang antara desa dan hutan. Namun, ada perbedaan besar
antara kecepatan kuda dan manusia.
Mungkin Agu
dan Britta bisa lari. Tapi tidak mungkin bagi anak-anak. Mereka pasti akan
terkejar.
Para knight
itu memegang benda yang berkilauan di tangan. Tidak diragukan lagi mereka ingin
menebas dari belakang. Meskipun Nemu berlari di depan barisan, masih diragukan
jika dia bisa kabur.
“Enri,
tetaplah berlari!”
Nfirea
tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Enfi!”
“Aku akan
mencoba mengulur waktu!”
“Apakah
kamu sudah gila? Jangan berpikir ini seperti terakhir kalinya ketika
Lupusregina-san menyelamatkanmu!”
“Lari saja!”
Teriakan
marah Nfirea diarahkan kepada Enri, yang berhenti pula.
“Jika kamu
ingin mengulur waktu, aku memiliki cara yang lebih baik!”
Enri
mengeluarkan tanduk tua yang sudah usang dari kantungnya.
Tanduk itu
bisa memanggil 19 goblin. Meskipun tidak banyak, masing-masing goblin itu masih
sangat kuat. Seharusnya cukup untuk mengulur waktu.
“Dasar
bodoh! Ada banyak sekali mereka! Kamu bahkan tidak akan bisa mendapatkan 20
orang!”
Enri tidak
bisa berdebar terhadap alasan Nfirea. Mereka pasti akan terkepung. Namun, tidak
meniup tanduk itu adalah langkah yang bahkan lebih bodoh.
“Bukankah
itu sama halnya denganmu?!”
Enri tidak
lagi bisa buang-buang waktu bicara. Dia meletakkan tanduk itu di bibirnya.
-Goblin-sans!
Tolong aku!
Apa yang terdengar
adalah sebuah nada bass yang teramat rendah yang membuat tanah bergetar.
Enri
berkedip dengan apa yang baru saja dia lakukan. Di masa lalu, ketika dia
memanggil Jugem dan yang lainnya, yang dia dapatkan adalah suara poot yang lembut. Suara yang sama yang
dia dapatkan dari mainan anak-anak yang usang.
“En-Enri...
Garis
pandangan Nfirea yang panik berlalu dari Enri, melihat ke arah sesuatu yang ada
di belakangnya. Mata Enri mengikuti Nfirea ke arah belakang dirinya.
Para knight
berkuda akan segera mengejar menyusul mereka, dan mereka seharusnya bebas
melakukannya, tapi entah karena suatu alasan mereka menarik pelana kudanya agar
berhenti. Karena berhenti tiba-tiba, beberapa diantaranya bahkan terjatuh dari
tunggangannya.
Enri melihat ke arah belakang mereka, lalu-
“-Eh?
Ehhhhhhh?!”
----
Banyak item
di dalam YGGDRASIL yang bisa menerima nama buatan sendiri. Namun, hanya beberapa yang memiliki pengecualian
terhadap aturan itu. Itu termasuk item-item artefak yang dijatuhkan.
Salah satu
artefak itu adalah Horn of the Goblin General (Tanduk Jenderal Goblin).
Tanduk itu adalah
item yang biasa dan datar, tapi ada kalimat yang membuat penasaran padanya.
Dia hanya
bisa memanggil 19 goblin. 19 Goblin ini adalah monster-monster sampah yang
bahkan tidak layak sebagai musuh bagi para pemain YGGDRASIL. Jadi mengapa item
seperti itu mendapatkan nama yang megah seperti “General”? Aneh sekali
memanggilnya hanya dengan sebutan “Goblin Horn” (Tanduk goblin).
Banyak
pemain di dalam YGGDRASIL yang berpikir demikian. Pada akhirnya, tak ada dari
mereka yang bisa menjustifikasi nama tersebut, dan akhirnya mereka
meninggalkannya begitu saja.
Namun, ada
alasan tertentu dari nama itu.
Dan alasan
itu adalah-
---
Jugem
mengayunkan pedang besarnya yang dia rampas dari Giant of the East. Serangan
yang dia buat dengan seluruh tenaganya dihadang oleh lawan. Namun, dia tidak
bisa sepenuhnya menetralkan kekuatan dari benturan itu, dan itu membuatnya
kehilangan keseimbangan. Biasanya, Jugem akan langsung melanjutkan serangannya,
tapi prajurit yang lain menyerobot tidak membiarkannya.
Mereka
mengepung Jugem dari kedua sisi, agar bisa menutupi prajurit yang membuatnya
terbuka.
Dengan berdecak
lidah, Jugem mengayunkan pedang itu dengan bergelombang di udara seperti sebuah
perpanjangan tubuhnya sendiri, dengan rapi menangkis dua serangan pedang yang
mengarah kepadanya.
“..Goblin
ini jago juga. Dia benar-benar memaksa kita bertiga mundur sekaligus.”
“Orang yang
luar biasa. Aku tidak tahu goblin bisa sekuat ini.”
Jugem bisa
merasakan jika lawannya belum mencapai batas, itu membuatnya khawatir.
Jika dia
bertarung melawan pasukan ini satu persatu, dia bisa menang. Jika dia melawan
dua orang sekaligus itu akan menjadi masalah keberuntungan. Tiga sekaligus itu
artinya dia akan kalah. Dan sekarang-
Ada
prajurit lain yang memutar di belakangnya. Jugem mengambil satu langkah kecil
mundur.
-Melawan
empat orang sekaligus, yang bisa dia lakukan hanyalah mati.
Beberapa
lawannya yang pertama adalah prajurit lemah, yang bisa dia tembus dengan mudah.
Warrior
pemberani dari desa Carne bergerak maju tak terelakkan ke arah barisan tempur
Kingdom dengan formasi capit.
Namun,
lawan yang tangguh mulai bermunculan, seakan mereka baru saja masuk dari area
yang berbeda. Perlengkapan mereka adalah standar tinggi. Mereka pasti pasukan
elit dari prajurit musuh.
Meskipun
mereka tidak jauh dari markas musuh, mereka masih belum mengalami banyak
kerugian.
Namun – itu
masih sulit.
Dia
mengalihkan perhatiannya dari empat orang itu dan dengan sembunyi-sembunyi
mengamati sekelilingnya. Goblin-goblin di bawah komandonya perlahan diungguli
oleh jumlah yang lebih unggul.
Dia memang
lebih kuat dan lebih tangguh daripada musuhnya... tapi di sisi sebaliknya, itu hanya
memiliki dua keunggulan – termasuk ogre. Yang bisa mereka lakuakn hanyalah
melihat musuh mereka mundur setelah menerima satu pukulan.
Sudah Ada
beberapa martyr dari desa Carne. Meskipun para goblin telah menerima beban
serangan di tepian dari formasi capit, jumlah musuh terlalu menekan, dan tidak
mungkin bisa mengabaikan semua serangan mereka. Tanpa terkecuali, beberapa
orang akan berhasil masuk, dan tanpa terkecuali, seseorang akan berakhir
merengkuh tanah.
Itu adalah
strategi yang ceroboh, dan hasil ini memang bisa diduga.
Namun,
Jugem ingin percaya bahwa ini bukan masalahnya.
Dan pada
saat ini-
Pedang
mengenainya, menyebabkan sebuah luka yang segar.
“Chec!”
Jugem
mengayunkan pedang besarnya, membuat sebuah celah.
“Kalian,
siapa kalian? Aku berani bertaruh kalian bukan petani biasa.”
Jugem
berada pada level 12. Dengan berpikir demikian, lawannya saat ini sekitar level
10, atau mungkin 11. Tiga orang lainnya mungkin level 9.
Penduduk
desa biasa adalah level 1. Mungkin beberapa penduduk desa yang terlatih akan
berhasil mencapai level 2. Pasukan yang menemani pengumpul pajak dari E-Rantel
kelihatannya tidak seperti level 3. Itu artinya para prajurit yang sedang
melawannya sekarang memang sangat kuat.
Disamping
itu, sulit mengukur dengan tepat kekuatan dari Enri dan Nfirea karena mereka
bukan petarung, tapi mereka kuat dengan cara mereka sendiri.
“Goblin
ini.. tidak, apakah dia adalah hobgoblin? Atau apakah memang wajar bertemu
dengan lawan yang kuat seperti ini?”
“Tapi,
mereka bilang hobgoblin lebih besar... apakah dia adalah raja goblin? Mungkin
orang-orang itu mengendalikan desa dengan paksaan... tapi jika memang begitu,
mengapa para penduduk desa bertarung dengan keras sekali?”
“Haaa!
Manusia memang punya otak yang tumpul. Itu karena kami memiliki sandera! Apakah
kalian sudah paham?”
“Dia pasti
bohong. Mereka tidak akan bertarung karena alasan seremeh itu. Daripada begitu,
mereka akan menusukmu dari belakang. Aku bisa merasakan ada sesuatu seperti
persahabatan antara kalian yang jauh melebihi batasan ras. Mengapa? Mengapa
manusia dan goblin bisa bertarung bersama-sama?”
“Memangnya
akan kuberitahu, dasar bodoh!”
“Jadi
kurasa mereka memang teman, jika tidak-“
“Ahhhh,
diam saja! Orang sepertimu membuatku marah!”
Jugem
mengayunkan pedang besarnya sekali lagi.
Tapi
hasilnya sama seperti sebelumnya.
Dia bisa
menerima pukulan, tapi tidak sepenuhnya. Keseimbangan prajurit itu hancur, tapi
ketika dia ingin melanjutkannya, dia dihadang oleh serangan yang menyasar organ
vitalnya datang dari dua sisi.
Dengan
berpikir demikian, Jugem memutuskan untuk tidak menghindari dari serangan.
Serangan
tersebut, ditujukan kepada bagian yang tidak terlindungi oleh armor di
tubuhnya, memberikan luka yang terbuka.
Daripada
perih, yang dirasakan oleh Jugem adalah panas yang mengalir keluar dari dua
titik tubuhnya.
Jugem
menggeretakkan giginya, dan mengaktifkan skill khusus miliknya. Pedangnya
berubah arah, menyerang prajurit yang menebasnya dari samping.
“[Goblin
Blow]”
Serangan
kuat itu membelah menembus titik lemah dari chainmail prajurit itu dan
memberikan luka yang pedih pada daging di bawahnya. Saat itu, prajurit tersebut
mulai mengejang.
Ini adalah
kekuatan dari pedang besar tersebut – racun. Namun, itu masih bisa ditahan, dan
tidak akan bisa menghabisi musuh.
Karena
teralihkan perhatiannya, Jugem tidak bisa menghindari serangan pedang yang
datang dari belakangnya.
Meskipun
armor miliknya dimaksudkan agar lukanya tidak seberapa serius, tubuhnya
mengerang dari tusukan pedang itu.
“Sial!”
“Itu
seharunsya kami! Kamu sudah kehilangan kendali!”
“Biarkan
dia jatuh, ayo menuju belakangnya!”
Ketika
pertarungan jarak dekat, ada lebih banyak lawan daripada empat orang ini. Beberapa
diantaranya mencoba untuk menyerang celah yang dibuat oleh Jugem dan akhirnya
ditebas karena masalah mereka sendiri. Melihat equipment mereka yang parah,
mungkin mereka adalah para petani yang melakukan wajib militer.
Meskipun begitu,
ada banyak prajurit-prajurit seperti itu. Kalah dalam hal jumlah benar-benar
tidak adil.
“Mundur!
Goblin ini kuat! Kita akan menghadapinya. Kalian semua urus penduduk desa yang
ada di belakangnya!”
“Kamu kira
aku akan membiarkanmu!?”
Jugem
merasa geram dengan prajurit sipil tersebut lalu mengayunkan pedangnya.
Terintimidasi olehnya, mereka mundur.
Panas yang
dia rasakan di dalam tubuhnya perlahan berubah menjadi perih.
Sebagai
seorang warrior yang mengayunkan pedangnya untuk hidup, Jugem telah mempelajari
beberapa rahasia dari medan perang, pertama adalah bagaimana bertarung meskipun
sudah terluka. Rahasia lain adalah untuk mengetahui seberapa banyak luka yang
bisa diterima, dan kapan harus kabur. Nalurinya berkata bahwa dia masih bisa
bertarung, tapi untuk berapa lama, dia tidak tahu.
Warrior
pemberani lain dari desa Carne menemui ajalnya, darahnya melumuri bumi.
Kekalahan
mereka memang sudah pasti, dan pandangannya perlahan berubah menjadi merah.
Meskipun
begitu, dia masih harus mengulur waktu agar Enri dan yang lainnya bisa kabur,
hingga akhir nafas.
-Tujuan :
Markas musuh.
-Kekuatan :
Dirinya sendiri.
Mungkin dia
telah melihat tekad Jugem, tapi prajurit di depannya mulai mengeras.
Saat itu,
Jugem menggenggam pedangnya, bersiap untuk menyerang. Sebuah keributan besar
terjadi di dalam medan perang. Dengan mata yang terpaku pada msuuh di depannya
Jugem tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Itu karena
dari samping desa Carne-
---
-Alasannya
sederhana. Kekuatannya yang sebenarnya bukan hanya untuk memanggil 19 goblin.
Di dalam
YGGDRASIL, item ini tidak mampu menunjukkan nilainya yang sebenarnya dan
dibuang sebagai sampah.
Namun, di
dalam dunia baru ini, item tersebut memiliki peluang untuk mengeluarkan
kekuatannya yang sebenarnya.
Mari kita
lihat lagi nama dari item itu sekali lagi.
“Horn of
the Goblin General”.
Kekuatannya
yang sebenarnya, muncul hanya ketika tiga kondisi sudah dipenuhi, yaitu-
17 komentar:
thanks min
Kekuatannya yang sebenarnya, muncul hanya ketika tiga kondisi sudah dipenuhi, yaitu ????????
Malem amat min.
Ni min d blognya nig*l vol 10 udh kluar, tpi bru 1 chapter.
http://skythewood.blogspot.in/2016/04/O101.html
mas robby, itu coba baca dulu yg vol 10 lebih detail, itu bukan official tapi fan made dan itutuh april fool dari mbah skythewood, hehehe.. lebih baik kita tunggu aja translate english vol 10 nya yg bener dan asli barulah kita minta tolong mimin dan pada translator untuk men translate nya ke Bahasa Indonesia
o bgtu yaa.
thks iand udh ngasih pncerahan
Volume 10 dah complate dah ada di reddit
https://www.docdroid.net/2msHShd/overlord-vol10.pdf.html
Iseng nemuin http://touch-me.heck.in/
Mantep gan, teruskan , saya sebagai silent reader akhirnya memutuskan untuk berkomentar.
Malam ini update gak?
min. aku nemu overlord vol 10, tapi masih bhs ingris. tolong terjemahin ya.. https://www.docdroid.net/2msHShd/overlord-vol10.pdf.html
sankyuu
sankyu overlord vol.9 bab 3 bag.2
bukankah lupusregina diarahkan oleh ainz untuk menjaga desa ini...
@alien , si lupus orangnya emang gitu sadis, waktu desa carne diserang sama Trol juga diam aja tunggu si enrinya terpojokan baru nolong. Dan kayaknya pas disini dia mau ngetes lagi si Enri
Kekuatannya yang sebenarnya, muncul hanya ketika tiga kondisi sudah dipenuhi, yaitu ????????
Yaitu..? Apa woyy? Dmen bngt bkin pinisiriin
Pangeran otak udang.
Posting Komentar