Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

02 Juli, 2016

Overlord - Vol 9 - Chapter 2 Part 3

Preparations for the Battle - 

Persiapan-persiapan untuk perang

Part 3


Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaGazef melewati gerbang utama dan tiba di kandang kuda perusahaan di cincin luar kota. Dia menghela nafas dalam-dalam, untuk menghilangkan kelelahan yang mengaburkan otaknya.

Dia kelelahan.

Pertemuan yang baru saja dia datangi membuatnya sangat sadar bahwa dia hanyalah orang biasa saja.

Saat dia berdiri di samping raja dan bergerak ke seluruh perkumpulan bangsawan, perlahan dia akhirnya mengerti cara berpikir mereka.

Meskipun begitu, dia sering menemui balasan-balasan dan sikap-sikap yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang bangsawan sejak lahir. Gazef tidak mengerti mengapa mereka berpikir seperti itu, terutama konsep menghargai kebanggaan sebagai bangsawan yang melebihi keuntungan yang nyata.

Atau bukan, bahkan yang lebih tidak bisa dimengerti lagi adalah ide memprioritaskan harga diri seseorang daripada nyawa penduduk.

Gazef perlahan memeriksa sekitarnya.

Para prajurit, berteriak saat mereka berlari maju mundur... mereka adalah rakyat, rakyat dari Kingdom, yang tiba dari seluruh desa di seluruh negeri untuk bertarung dalam peperangan ini. Meskipun mereka tidak terlihat terlalu bisa diandalkan sebagai prajurit, itu tidak bisa dihindari; tangan mereka memang dimaksudkn untuk menggenggam cangkul dan sekop.
Melindungi mereka seharusnya adalah tugas dari yang memerintah mereka.


Jika mereka menyerahkan E-Rantel, mereka akan melukai orang-orang yang hidup di dalam kota, seperti yang raja bilang.

Namun-

Gazef teringat dengan gambaran dari Ainz Ooal Gown, yang memakai topeng aneh.

Dia baru saja kembali ke desa setelah senja, tanpa ada tanda-tanda satupun sepeti baru melakukan pertempuran yang keras.

Itu memang benar. Dua orang itu dengan mudah mengalahkan musuh yang sama sekali menghancurkan Gazef dan pasukannya.

Seperti yang diduga dari makhluk superior yang memberikan gelar diri Sorcerer King.

Daripada melawannya secara langsung - tidak, itu hanya akan membuat orang-orang menderita.

"Sial!"

Gazef menyumpah serapah, tak mampu menemukan jawaban. Apa yang harus dia lakukan? Kebingungan di medan perang adalah sebuah tanda kematian yang tak terelakkan. Bahkan pria yang dianggap sebagai yang terkuat di wilayah itu masih bisa tewas jika dia tidak fokus.

Dan terlebih dari itu, lawannya adalah Ainz Ooal Gown.

Memang benar dia tidak menyaksikan sendiri pertempuran yang menyelamatkan desa Carne. Dan dia sendiri tidak bilang menang, hanya saja dia berhasil mengusir mereka.

Tapi siapapun tahu itu adalah kebohongan yang mencolok.

"Ngomong-ngomong... mengapa dia harus berbohong mereka sudah kabur?"

Setelah Ainz dan Albedo pergi, Gazef pergi ke dataran tempat mereka bertarung, tapi tak ada tanda-tanda pembantaian. Dia tidak bisa menemukan satu mayat pun, tapi mengubur lusinan mayat akan memakan banyak waktu. Tanpa mayat-mayat itu - tanpa bukti fisik - kalimat 'mereka telah kabur' bisa dipercaya.

Namun, itu diasumsikan jika Ainz Ooal Gown tidak menggunakan magic. Siapa yang tahu, mungkin saja ada mantra yang bisa memindahkan mayat-mayat itu atau menhancurkannya.

Ditambah lagi, Gazef memiliki sebuah firasat.

Meskipun itu murni berasal dari naluri warriornya, tapi ketika dia melihat Ainz yang tak terluka sedikitpun kembali ke desa, dia bisa mencium bau kematian yang sama keluar darinya.

Daripada dikatakan 'dia membiarkan mereka kabur', lebih akurat dikatakan 'dia membiarkan mereka hidup'.

Karena itu, Gazef mempercayai nalurinya atas apa yang dikatakan oleh Ainz. Tidak ada bukti untuk ini sama sekali. Mayat-mayat dari Sunlight Scripture tidak ditemukan sama sekali, tapi mereka tidak mati.

"...aku tidak mengerti..."

Magic caster itu, bisa melumat tanpa sedikitpun menerima goresan dari musuh yang bisa mengalahkan Gazef.

Seberapa kuat dia? Setidaknya, Gazef dan para prajuritnya bukan tandingannya.

Jika seorang makhluk seertinya muncul di medan perang dan menggunakan magic, apa yang akan terjadi?

Gazef sekali lagi melihat ke arah orang-orang itu, yang dipenuhi dengan kegembiraan, ketakutan, keputusasaan dan frustasi.

Diantara dua magic caster dengan tingkatan yang sama, magic caster yang lebih kuat pasti bisa mengeluarkan mantra yang lebih kuat.

Lalu, kengerian macam apa yang dihasilkan jika Ainz Ooal Gown merapal sebuah 'Fireball'?

Ayah yang memberi makan anak-anaknya yang masih bayi, anak-anak yang harus mendukung orang tua mereka yang sedang sakit, para pemuda yang akan menikah, semua orang in itelah meninggalkan keluarga mereka di belakang untuk datang kemari. Bagaimana kelihatannya jika mereka menerima serangan seperti itu?

Itu tidak akan mungkin, ya kan?

Tak ada yang bisa selamat ketika seorang magic caster hebat seperti itu mengangkat tangannya untuk menyerang.

Mereka pasti akan binasa oleh api, beku oleh es, atau tersengat oleh petir. Itu sudah tidak usah ditanyakan lagi.

Lalu, bagaimana dengan Gazef? Bisakah dia menerimanya?

Dia sangat yakin dia bisa menerima satu pukulan tanpa perlu mati.

Namun, pemikiran semacam itu mungkin terlalu naif.

"Ahhhh... mengapa ini berubah menjadi seperti ini?"

Melawan Ainz Ooal Gown adalah sebuah kesalahan.

Gazef erasa bahwa Ainz Ooal Gown bukanlah seorang monster, terlihat dari caranya menyelamatkan desa Carne. Namun, di waktu yang sama, dia merasakan bahwa dia bukanlah orang baik biasa. Kesan yang dia dapatkan dari Ainz adalah bahwa dia tidak akan memberi ampun kepada mereka yang melawannya.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh Kingdom untuk menghindari konflik dengannya dan memperlakukan dia dengan hormat. Setelah itu, dia mungkin bisa menerima memilih lokasi yang berbeda.

Saat Gazef melihat orang-orang yang mengelilinginya, sebuah perasaan yang berat menggantung di hatinya, dia melihat seorang pemuda berarmor putih dari sudut matanya. Bersamanya adalah seorang ahli pedang yang kelihatannya seperti mengambang di atas kakinya. Itu adalah Climb dan Brain.

Ada orang ketiga di belakang mereka, dan mereka dengan tidak sabar sedang mendiskusikan sesuatu.

"Siapa itu? Aku merasa seperti pernah melihatnya...ah! Dia adalah salah satu dari mantan petualang peringkat orichalcum di bawah Marquis Raeven."

Karena mereka semua adalah orang biasa, Gazef sangat akrab dengan tim mantan petualang, karena mereka adalah yang menjadi tumpuan harapan orang-orang. Dengan kata lain, mereka adalah seniornya, yang datang sebelum dirinya.

Paladin of the Fire God (Paladin api dewa), yang kelas jobnya unggul dalam menghadapi monster-monster yang bersekutu dengan setan, Evil Slayer (Pembantai Setan), Boris Axelson, usia 41 tahun.

Priest dari Dewa Angin, seorang priest warrior yang bisa bertahan sendirian dalam pertarungan dengan petarung manapun, Yorlan Dixgort, usia 46 tahun.

Warrior yang menggabungkan pedang-pedang menari dengan gaya bertarung empat pedangnya, Francen, usia 39 tahun.

Pelajar yang menjadi seorang magician yang telah menciptakan beberapa item magic yang memiliki namanya, Lundquist, usia 45 tahun.

Dan akhirnya, Thief yang dikenal sebagaih 'The Unseen' (Yang tak terlihat), Lockmeyer, usia 40 tahun.

Gazef mengingat mereka saat dia menghitungnya dengan jari. Yang sedang bercakap-cakap dengan Climb adalah thief itu, Lockmeyer. Ngomong-ngomong, dia kelihatannya bekerja dengan Climb serta Brain ketika keributan iblis, membantu mereka menyusup ke wilayah musuh untuk menyelamatkan orang-orang.

Kelihatannya mereka tidak menyadari Gazef, tapi rasanya salah tidak bergabung seperti itu.

Oleh karena itu, masih tidak sopan jika tidak menyapa mereka setidaknya. Disamping itu, mereka semua akan segera pergi menuju ke medan perang. Meskipun peluang mereka masuk ke dalam pertarungan sangat rendah, karena mereka akan melindungi sang raja, siapa yang tahu apa yang mungkin akan terjadi.

-Mungkin saja ini adalah terakhir kalinya mereka bisa saling menyapa satu sama lain.

Jika mungkin, dia ingin mengobrol secara pribadi dengan keduanya. Seakan dunia mengabulkan keinginannya, Lockmeyer melambai kepada mereka berdua lalu pergi.

Climb dan Brain ditinggalkan, sedang menertawakan sesuatu.

Ketika keributan iblis di ibukota, ikatan diantara mereka berdua telah semakin kuat. Baik sebagai teman atau murid atau rekan, mereka telah membangun hubungan positif yang sama-sama menguntungkan dan kompleks.

Dan itu karena hubungan itulah Brain sekarang adalah rekan dari Climb, seorang prajurit dibawah Putri Renner.

Gazef mau tidak mau menyesali kenyataan telah membiarkan seorang warrior yang bisa setara dengannya dicuri begitu saja.

Namun, dia berhaisl menenangkan diri saat dia melihat mereka berdua.

Gazef tersenyum saat mendekati pasangan itu.

Ngomong-ngomong, itu benar-benar armor yang sangat mencolok, ini masih malam di ibukota, tapi di medan perang dia akan dengan mudah dikenali. Apakah aku harus memperingatkan Climb tentang itu?

Ada banyak sekali prajurit di medan perang, tapi Climb sangat mencolok diantara mereka karena hampir tak ada yang memakai armor full plate. Selain itu, armornya dicat dengan warna putih cerah. Pemakai busur akan mengarahkan busurnya kepada dia, dan pasukan berkuda akan menggunakannya sebagai target. Meskipun Climb entah bagaimana lebih kuat daripada para knight Empire rata-rata, masih ada warrior yang lebih kuat darinya. Empat Knight dari Empire adalah salah satu contohnya.

Jika aku tidak salah, Putri Renner yang memberinya armor itu... dia pasti sangat tidak akrab dengan medang perang jika dia mewarnainya dengan warna itu.

Dia memang bagus dalam taktik, tapi kelihatannya dia kurang dalam hal kenyataan di medang perang.

Jika Climb mati, dia akan sedih.

Dengan magic, mereka bisa secara sementara merubah warna armor itu, dan mengembalikannya ke warna biasa ketika mereka kembali ke ibukota.

Dia mendekati mereka berdua dari belakang sambil memikirkan ini. Brain menolehkan wajahnya, lalu tangannya meraih genggaman katana miliknya.

Seperti yang diduga dari Brain. Dia bisa merasakan diriku dari jarak seperti ini.

Armor logam membuat suara ketika penggunanya bergerak.

Tidak aneh jika orang-orang menyadari dan bereaksi dengan suara jika semakin dekat dengan mereka.

Namun, ada banyak orang disini, semuanya bersiap untuk perang. Di bawah keadaan yang berisik ini, sambil fokus melangkah maju, menyadari suara lain akan sangat sulit. Tentu saja, seorang thief dengan latihan khusus adalah masalah lain.

Brain melebarkan matanya. Lalu, dia menatap Climb lalu menyeringai, ini juga bagus.

Sambil tersenyum sama seperti Brain, Gazef semakin mendekat, mencoba untuk tidak membuat suara saat dia melangkah maju, perlahan memperpendek jarak diantara dirinya dan Climb yang masih belum sadar. Meskipun dia belum dilatih dalam bergerak secara diam-diam dan sedang mengenakan armor logam, Climb masih tidak menydarinya, dan kelihatannya sedang mendiskusikan sesuatu dengan Brain.

Tantangannya adalah bsa tiba di titik langsung di belakang Climb, yang sukses dia lakukan.

Gazef menurunkan tangannya untuk memberikan pukulan lirih, langsung kepada kepala Climb yang tidak dijaga.

"Uwah!"

Climb tersandung mundur sambil menjerit dengan cara yang tidak jantan. Saat matanya mengenali Gazef, menjadi semakain membelalak.

"Ini! Bukan ini adalah Stron-"

"-Diam."

Setelah Climb menelan ucapannya yang separuh terbentuk, Gazef melanjutkan.

"Diamlah. Membuka identitask disini akan sangat bermasalah. Panggil saja aku Gazef."

Meskipun dia adalah Kapten Warrior, banyak penduduk desa dari daerah yang pelosok dari Kingdom tidak tahu seperti apa mukanya. Siapa yang tahu, di dalam bayangan mereka, Kapten Warrior mungkin memiliki tinggi dua meter, memakai pedang raksasa, dan memakai armor satu set plat emas yang berkilauan.

Gazef tidak ingin menghancurkan ekspektasi mereka, dan disamping itu, menarik perhatian adalah hal yang menjengkelkan.

"Sa-Saya minta maaf karena kurang-"

"Tidak, kamu tidak salah," kata Gazef saat dia menyela permintaan maaf Climb dengan sebuah seringai masam. Lalu, seringai itu memiliki arti baru.

"Meskipun begitu, aku harus bilang padamu untuk lebih waspada lagi. Lagipula, Kamu melewatkan seseorang dengan armor full plate yang bergerak mengendap-endap kepadamu. Memang sih, tidak ada musuh disini."

"Apa yang anda katakan, Gazef? Bersantai itu tidak sepenuhnya buruk. Terluka karena terlalu tegang itu masalah."

"Kalau begitu, Brain, bagaimana kamu bisa menemukanku dari jarak yang sangat jauh?"

"Bukankah itu sudah jelas? Ada perasaan aneh di udara."

Gazef menyadari Climb melihat ke arah Brain dan dirinya dengan mata penuh terkejut.

"Climb, sebagai pengawal pribadi Putri Renner, kamu harus bisa merasakan kehadiran seperti itu. Jika kamu melewatkan seorang assassin tersembunyi, yang menjadi tanggunganmu bisa terluka."

"Ah, jadi itu. Aku penasaran apa tujuanmu. Sekarang aku tahu. Climb-kun, jika aku tidak salah, kamu menggunakan gaya temuan sendiri, ya kan? Apakah itu termasuk merasakan kehadiran?"

"Ah, tidak, tidak ada. Saya fokus pada teknik bertarung. Maafkan saya."

"Aku tidak sedang memarahimu. Aku hanya ingin memastikan. Sejujurnya, aku dulu memang seperti itu juga. Memang mudah melupakan pelatihan terhadap kemampuan sensor seperti itu ketika berlatih sendirian. Itu adalah kebiasaan yang berbahaya. Lagipula, banyak sekali waktu kamu tidak akan bertarung dengan pertarungan jujur melawan seorang penyerang yang tidak kamu ketahui."

Wajah Gazef sedikit merah. Tampangnya saat melihat ke arah Brain terlihat mengatakan, "Kamu tidak usah mengatakan itu disini."

Pada awalnya, melatih warrior muda juga adalah tugas dari Kapten Warrior. Dia merasa malu tidak bisa menyelesaikan itu.

Karena Climb dilahirkan oleh orang biasa seperti dirinya, memang penting tidak membiarkan para bangsawan melihat mereka jatuh ketika melayani keluarga kerajaan. Seperti contohnya, jika Gazef menghajar Climb dalam latihan, para bangsawan akan berbisik bahwa Climb tidak layak melindungi sang putri. Sementara itu, jika Gazef roboh melawan Climb, mereka akan menggosipkan keburukannya.

Itulah kenapa dia merasa malu; karena sudah membuang swordmen muda untuk melayani sang raja, dan karena dia dipanggil orang baik meskipun jasanya tidaklah begitu menakjubkan.

Tidak, aku seharusnya tidak merasa malu. Jika aku punya waktu melakukan itu, aku harusnya-

"-Ah, lupakan saja, aku serahkan itu padamu. Karena kamu sudah berbaik hati menunjukkan kelemahan Climb di depanku, aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk membuatnya ingat itu."

"Terima kasih, Gazef-sama."

"...Bisakah kamu tidak bersikap formal? Kamu juga melayani keluarga kerajaan seperti aku - itu membuatmu bawahanku. Meskipun begitu, aku tidak mengajarimu, dan malahan memberikan pekerjaan itu kepada orang lain. Kamu tidak perlu berterima kasih kepada orang seperti itu."

Semakin Climb berterima kasih, semakin bersalah dia merasa.

"Bukankah itu menjengkelkan, menjadi seseorang dengan sebuah kaki di dalam kalangan bangsawan. Orang-orang menarikmu kembali untuk hal yang tidak berguna, dan kamu bahkan tidak bisa melakukan apa yang ingin kamu lakukan."

"Karena kamu adalah rekan dari Climb, melindungi Putri Renner bersamanya, bukankah itu membuat salah satu dari orang-orang itu juga?"

"Aku bukan orang yang hampir seketat mereka. Menjadi penjilat dari sang Putri atau... tidak, maafkan aku. Seharusnya aku tidak berkata begitu. Menjadi penjaga dari Putri hanyalah hal sementara. Ketika aku sudah bosan, aku akan pinda."

Brain tersenyum, ekspresinya sekeren dan sejelas langit musim gugur. Tetesan hujan mengoyak sifat manusia yang dilihat oleh Gazef di ibukota tidak terlihat disini.

Dia iri dengan bagaimana Brain bisa hidup dengan cara yang sangat bebas.

"Ngomong-ngomong, apakah tidak apa bagi anda ngobrol dengan kami, Gazef-sama?"

"Yah, sebenarnya aku agak sibuk sekarang. Aku hanya ingin beristirahat.. Ngomong-ngomong, apakah kalian sedang bebas?"

Brain dan Climb saling melihat satu sama lain merespon pertanyaan Gazef.

"Bebas..huh."
"Yeah, kurasa. Tidak banyak yang ingin dikerjakan, hanya mempersiapkan perlengkapan perangku."

"Kalau begitu, aku harap kamu... benar juga," Gazef berkata saat dia melihat ke arah salah satu menara pengawas di dinding kota. "Mau coba pergi kesana?"

Tak ada yang menolak, dan Gazef memimpin perjalanan.

Sebagai Kapten Warrior, tak ada prajurit yang menghentikannya. Dengan begini, mereka berhasil tiba di tempat yang diingkan oleh Gazef, tempat dengan pemandangan terbaik di kota.

Dinding terluar dari E-Rantel adalah titik tertinggi di dalam kota yang mana dikatakan, memiliki pemandangan terbaik dan yang terjauh bisa terlihat dari sana.

Dan karena udara yang dihangatkan oleh banyak orang di bawah sana tidak sampai di tempat ini, udara yang dingin dan segar dibawa oleh angin musim dingin menyegarkan tubuh mereka.

"Pemandangan yang hebat!"

Climb berseru dengan senang saat dia melihat ke arah tenggara.

"Itu adalah dataran Katze, ya kan?"

"Benar sekali. Dataran itu diselubungi oleh kabut sepanjang tahun, dan undead banyak berkeliling disana. Dalam beberapa hari, itu akan menjadi medan perang kita juga."

Setelah menjawab, Gazef menghirup nafas dalam-dalam lalu memaksa mengeluarkannya. Udara yang segar memenuhi tubuhnya, dan dia berharap itu akan mengeluarkan perasaan tidak enak yang dia miliki tentang Ainz Ooal Gown.

"Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Layak menjadi bawahan sang putri untuk ini. Apakah ini yang dilihat oleh para magician yang bisa menggunakan mantra 'Flight' setiap saat? Tidak heran banyak sekali orang gila diantara mereka."

"Apakah kamu pikir sudut pandang mereka berubah setelah melihat dunia yang luas?"

"Aku meragukannya. Mengapa kamu tidak membawa beberapa bangsawan dan melihatnya apakah itu berhasil? Jika mereka tidak merubah nada suara mereka, kita akan lemparkan mereka ke sisi luar dari dinding. Yang manapun, semuanya berhasil."

Gazef tersenyum masam dengan candaan Brain. Jika orang-orang bisa dirubah seperti ini, dia akan menyeret mereka dengan rantai jika perlu.

Climb terlihat tidak tahu bagaimana merespon, yang membuat Gazef merasa lebih baik.

"Ha...Datang kemari dengan kalian memang adalah hal yang benar. Aku merasa lega sekarang."

"yah, itu bagus didengar. Kalau begitu...mengapa kamu memanggil kami kemari? Apakah kamu yakin tidak ada yang melihat kita? Jangan katakan kamu mengumpulkan tiga orang disini hanya untuk melihat pemandangan ini? Atau apakah ada seseorang yang kamu ingin dia mati?"

Gelombang agresi tiba-tiba dari Brain membuat Gazef bingung.

"Yah, kurasa aku takkan bisa melindungi sang Putri dan sayang sekali rasanya tidak bisa melatih Climb lagi... tapi Gazef, aku berhutang padamu. Aku akan melakukan hal kotor apapun yang kamu inginkan dengan senyum di wajah."

Brain tidak bercanda. Tatapan matanya terlihat serius.

"Bukan seperti itu, Brain. Aku tidak ingin kamu melakukan hal semacam itu."

"..Kamu tahu kan kalau tanganku tidak benar-benar bersih, ya kan?"

"Memang, tidak sepenuhnya bersih. Brain, pedangmu sudah bersimbah darah. Namun, begitu juga denganku."

"Kalau milikmu, itu adalah darah dari musuh Kingdom ya kan? Aku akan adalah hasil dari hasratku sendiri, dan darah yang aku tumpahkan tidak sama sepertimu."

"...Apakah kamu mencoba untuk membersihkan dosa?"

"Tidak, bukan seperti itu. Aku telah melakukan banyak hal untuk bisa mengalahkanmu. Aku mengabdikan diriku untuk itu. Tapi meskipun setelah mengetahui tujuan yang selama ini aku ingin capai bukanlah hal yang spesial, aku tidak merasakan rasa bersalah apapun atas apa yang telah kulakukan. Tapi karena kamu baik kepadaku, aku ingin mengembalikan hutang budi itu. Hanya itu - tidak usah terlalu dipikirkan."

"Kalau begitu, permintaanku adalah jangan berpikir melakukannya. Disamping itu, apa maksudmu 'baik kepadamu'? Apakah yang kamu maksud adalah saat kita bertemu lagi di ibukota?"

Jawaban Brain adalah senyum pahit.

"Jangan khawatir dengan hal itu, aku hanya merasa kamu sudah membantuku."

"Semakin kamu bilang padaku untuk tidak mengkhawatirkannya, semakin khawatir jadinya..."

Di hadapan penolakan yang kokoh ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.

"Ah, ngomong-ngomong, kamu tahu kan kalah aku tidak punya alasan yang khusus untuk membawamu kemari?"

"Eh?"

Climb berbicara, tapi Brain hanya mengangkat alis.

"..Aku hanya sedang berpikir bahwa bagus juga jika kita bertiga mengobrol ketika sedang senggang, dan hanya ini tempat satu-satunya dimana aku bisa dengan santai berbicara tanpa khawatir tentang apa yang dipikirkan oleh orang lain. Jika kita di ibukota, kita juga bisa minum-minum dengan santai."

"Apa, cuman itu? Aku kira kamu punya semacam perintah rahasia untukku..."

"Tidak, bukan begitu. Bagaimana aku harus mengatakannya..."

Kita bisa saja mati setiap waktu di medan perang, dan ini mungkin adalah terakhir kalinya kita saling bertemu. Namun, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal yang penuh harapan seperti itu?

"Lupakan saja. Oh, benar juga, Climb, armor itu terlalu mencolok. Bukan sebaiknya kamu mewarnainya dengan warna yang berbeda? Kalau begini, kamu mungkin akan menjadi target prioritas di medan perang."

"Maafkan saya Stronoff-sama, tapi saya tidak bisa melakukannya."

Penolakan kuat dari Climb dikirimkan dengan tekad yang kuat.

"Ketika saya memakai armor yang mencolok dan memperoleh hal yang besar di medang perang, saya akan membawa nama Putri Renner. Ditambah lagi, banyak bangsawan tahu saya memakai armor putih. Jika saya merubah warna karena takut mati, saya akan menjadi bahan tawa bagi mereka, dan itu akan terpantul buruk kepada sang putri pula. Daripada seperti itu, saya lebih memilih untuk menemui takdir di medan perang, dan melayaninya baik saat hidup maupun mati."

Saat dia melihat ke arah mata Climb, Gazef menelan ucapan yang ingin dia katakan.

"Putri Renner tidak ingin kamu mati."

"Jangan campurkan adukkan antara keberanian dan kebodohan."

"Tahanlah sedikit kekerasan saat ini sekarang untuk masa depan yang lebih baik."

Dia sudah mempersiapkan seluruh kalimat ini sebelumnya, tapi tak ada satupun yang cukup persuasif untuk merubah pikiran Climb.

Seperti yang dikatakan oleh Climb. Armornya seperti bendera milik putri Renner. Tindakan kepahlawanannya akan meningkatkan derajat sang putri, dan sebaliknya, tindakan memalukan akan menodai reputasinya pula.

Climb telah diselamatkan oleh putri Renner, dan di dalam hatinya ada sebuah catatan "Hidupku adalah milik sang putri". Gazef tidak mungkin menggoyahkan keteguhan semacam itu.

Itu mirip dengan loyalitasnya kepada sang raja, oleh karena itu-

"Aku akan dengan senang hati membuang nyawa demi Putri Renner."

Gazef tidak tahu bagaimana merespon pemuda yang sudah membulatkan tekadnya.

"Oi, oi, oi. Mengapa kamu mengatakan ini seperti kamu akan mati setiap saat? Jangan khawatir, Gazef, aku akan menjaga Climb. Aku tidak akan membiarkannya melakukan tindakan bodoh. Tidak perduli masalah macam apa yang dia hadapi, aku akan menariknya keluar dari sana."

"Jika memang hanya Empat Knight dari Empire, tidak diragukan lagi kamu akan menang, Brain. Namun... melawan orang itu, Ainz Ooal Gown.. aku takut bahkan kamu pun akan kehilangan nyawamu."

"...Apakah Ainz Ooal Gown benar-benar sekuat itu? Ah, aku ingat kamu pernah menyebutkannya sebelum ini di tempatmu."

Setelah keributan karena iblis, Gazef dan Brain pernah berdiskusi bagaimana kehidupan mereka sudah hilang sejak turnamen besar selesai saat minum-minum. Itulah bagaimana nama Ainz muncul.

"Aku bisa dengan percaya diri berkata tidak ada knight dari Empire yang bisa mengalahkanmu. Empat Knight, sekuat apapun mereka, tidak akan bisa menjadi tandinganmu. Bahkan magic caster terkuat dari Empire, Fluder Paradyne, yang masuk ke dalam medan, kamu mungkin bisa keluar jika keberuntungan bersamamu. Tapi melawan Ainz Ooal Gown-dono... Brain, maafkan aku, tapi nyawamu bisa berakhir disana."

"Sekuat itu, huh. Seberapa kuat dia, sebenarnya?"

"...Yang bisa kukatakan adalah, Brain, dia jauh diluar apa yang kamu bayangkan. Lalu kamu bisa ambil apapun yang kamu bayangkan setelah itu dan mengalikannya berkali lipat."

"wah, jika dia memang sekuat itu... aku penasaran jika dia bisa bertahan menghadapi Sebas-sama?"

"Sebas? Apakah itu adalah pak tua yang dibicarakan oleh Climb? Meskipun pak tua itu kelihatannya memang luar biasa kuat, aku masih merasa Gown-dono akan lebih kuat darinya."

"Aku kelihatannya sulit menerima, secara pribadi. Aku yakin tidak bisa membayangkan ada yang lebih kuat dari Sebas-sama... tapi yang lebih penting lagi, mengapa kamu memanggil musuh dengan sehormat itu."

"Dia adalah musuh yang layak. Meskipun, berkata seperti itu akan membuat raja bermasalah, karena siapa yang mengucapkannya."

Brain mengangkat bahu.

"Kamu sudah melakukan hal yang besar untuk kami, Kapten Warrior-sama. Climb-kun, kamu sudah melakukan hal yang sama untuk Kingdom. Sedangkan aku, aku tidak apa dengan apapun. Putri-sama yang bodoh itu benar-benar keterlalu baiknya."

Ucapan itu memang cocok dengan Brain. Namun, sikapnya terhadap keluarga kerajaan tidak bisa dibuang begitu saja.

Meskipun Gazef Stronoff yang merupakan abdi setia dari raja mungkin akan mengerutkan dahi karena jengkel, Gazef Stronoff yang merupakan seorang warrior hanya bisa tertawa dengan kenekatan dari pria ini.

Jika orang lain melihat, dia pasti akan memarahi Brain, tapi sekarang ini, hanya mereka bertiga yang ada disini. Itu artinya bahwa dia hanya perlu menjadi dirinya yang warrior sekarang.

"Meskipun memang benar Putri Renner terlalu bebas... yah, cukup dengan itu. Aku mengerti jika Climb tidak ingin merubah warna armornya. Kalau begitu, tolong jaga dirimu."

"Saya sangat berterima kasih sekali atas kekawatiran yang telah anda tunjukkan pada saya. Namun, Putri Renner bilang kepada saya sebelumnya bahwa saya harus bekerja keras untuk bisa layak dengan armor ini. Jadi, meskipun saya minta maaf tidak bisa melakukan permintaan anda, saya tidak akan merubah pikiran saya."

"Begitukah? Kalau begitu kurasa itu boleh juga."

Angin yang dingin bertiup melewati mereka bertiga. Langit sudah hampir terang warna birunya. Rasanya seperti tidak ada perang yang akan terjadi sama sekali. Terhadap latar seperti ini, Gazef melihat Climb, dengan muka serius. Saat dia memikirkan tentang tidak membiarkan terlalu banyak orang mati, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan dan kesedihan.

Seakan menghapus perasaa ini, Gazef memutuskan untuk merubah topik.

"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kalian bicara barusan?"

Brain dan Climb saling melihat satu sama lain, lalu Brain bicara.

"Yah, kamu tahu kami tidak seperti dirimu, kami memang bebas, sampai suatu batasan. Jadi bagaimanapun, akulah yang memulai. Climb hanya mengikutiku. Meskipun ada satu orang lagi, Lockmeyer, aku harus membuatnya mengajakku berkeliling. Dan kami berencana untuk mengagumi sang messiah dari ibukota, petualang peringkat adamantite itu. Kami dengar dia memiliki markas di kota ini, jadi kami memutuskan untuk mengunjunginya."

"Oh, Momon-dono, benar kan?"

"Benar, benar, itu dia. Aku melihatnya saat melewati ibukota. Aku dengar mereka menyebutnya sebagai warrior terkuat yang pernah ada-"

Disini sikap Brain berubah. Dia lebih serius sekarang.

"-Jadi aku ingin mendiskusikan beberapa hal dengannya."

"Mendiskusikan?"

Gazef mengulangi ucapan itu seperti seekor burung nuri yang baru belajar bicara. Ekspresi Brain sulit dibaca.

"Tentang Vampir itu. Shalltear Bloodfallen."

Shalltear Bloodfallen.

Vampir terkuat, yang telah mengoyak semangat Brain Unglaus, rival Gazef.

Dia adalah seorang monster yang tidak bisa dikalahkan oleh umat manusia, dan dia telah muncul di ibukota.

Brain berpikir dia mungkin ada hubungannya dengan Jaldabaoth, tapi-

"...Apakah anda tahu ada vampir lain disini, Henyupenyuko, yang dikalahkan dengan item magic luar biasa yang digunakan oleh Momon-dono? Kelihatannya, sebagian dari hutan hancur oleh ledakan yang sangat besar, dan ketika Momon-dono kembali, armornya sudah dipenuhi dengan tanda-tanda pertempuran besar."

Gazef memang mendengar itu dari pak Walikota.

"Ah, ya, aku juga mendengarnya. Itulah kenapa aku ingin bicara dengannya. Pada awalnya, menurut pendapatku, Shalltear Bloodfallen adalah makhluk yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh petualang adamantite. Dan bukannya saya mencurigainya atau apalah, tapi saya ingin bertanya jika dia sudah menghabisinya dengan penghabisan. Dan saya juga tertarik dengan Henyupenyuko pula."

"Maksudmu, mungkin saja ada vampir lain seperti itu?"

"Benar sekali, Climb-kun. Dari yang kudengar, Momon mengejar dua vampir. Aku ingin memastikan jika itu adalah Henyupenyuko dan Shalltear."

"Lalu apa yang terjadi?"

"Yah, tentang itu..."

Brain mengangkat bahu.

"Sayangnya, dia sedang tidak ada. Dia lagi keluar kota karena sebuah permintaan. Saya tidak tahu kapan dia pulang."

"Yah, sayang sekali. Aku juga tidak beruntung. Aku tidak memiliki kesempatan untuk bicara dengan Momon-dono. Jika aku punya waktu, aku ingin bicara dengannya. Jika tidak ada hal lain, aku ingin berterima kasih kepadanya karena sudah menyelamatkan ibukota."

"Begitukah? Kalau begitu... setelah perang ini selesai, mengapa kita tidak pergi sama-sama? Jika kita beruntung, kita akan bisa melihatnya. Climb-kun, ingin datang dengan kita?"

"Aku juga ingin sekali!"

"Luar biasa. Kita pasti akan belajar sesuatu. Musuh macam apa yang pernah dia lawan... Aku sangat menantikan cerita sepak terjangnya!"

"Wah, tidak kuduga. Gazef, kamu suka dengan hal semacam itu?"

"Ah, ya. Lagipula, aku adalah seorang warrior; wajar saja aku tertarik...Jadi sebaiknya kamu pulang dengan selamat, ok?"

"Gazef menolehkan matanya ke arah dataran Katze."

"Ada kedai di ibukota dengan makanan yang enak. Ketika perang ini selesai, kita akan pergi kesana untuk merayakannya. Uang yang kusimpang memang untuk waktu-waktu seperti itu."

"Mari kita berharap bisa pergi kesana untuk merayakan kemenangan."

Brain berjalan ke samping Gazef, dan melihat ke arah yang sama dengannya.

"Kalau begitu... bisakah aku ikut juga?"

"Climb-kun, apakah kamu bisa minum?"

Meskipun hukum di dalam Kingdom tidak secara spesifik mengatur usia yang boleh minum, tak ada yang menjual alkohol kepada bocah lima belas tahun.

"Tidak, aku belum pernah, jadi aku tidak yakin."

"Begitukah? Kalau begitu kamu harus minum sedikit dan kita lihat. Mungkin ada waktunya kamu harus minum dengan orang lain, seperti sekarang."

"Memang benar. Mungkin itu adalah percobaan yang bagus untuk minum pertama kalinya sebelum nantinya."

"Aku mengerti! kalau begitu, aku harap kamu biarkan aku menemanimu."

"Bagus! Kalau begitu, semoga kita bertiga bisa kembali dengan selamat disini. Jangan sampai kehilangan nyawa tanpa alasan yang bagus!"

Brain dan Climb mengangguk merespon ucapan Gazef.

28 komentar:

Makh mengatakan...

Lanjut,, 👍

Unknown mengatakan...

makasih min ciggy dan ditunggu lanjutanya :)

attur mengatakan...

thank min ,ditunggu kelanjutannya

Rinnan Kanvas mengatakan...

Mantap. DI tunggu lanjutanya

Joy mengatakan...

sankyu na~

Ramiris mengatakan...

Ty

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.9 bab 2 bag.3

Anonim mengatakan...

pembicaraan terakhir untuk melawan ainz

Khafidz Zainal Arifin mengatakan...

dari sini aja udah keliatan siapa yang bakal mati.

NealSky mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
NealSky mengatakan...

SOPILER: Ainz memberikan kematian yang tidak menyakitkan untuk Gazef, dan Gazef minta jangan di resurrect. Ainz membiarkan pasukan Kingdom membawa mayat Gazef.

Unknown mengatakan...

Tolong hapus komentar atas saya min,karena gak semua orang suka spoiler & hapus komentar saya juga setelah yang atas dihapus,thx

Levius mengatakan...

Min, spoiler diatas dihapus dong, soalnya gak semua orang suka di kasih spoiler...

Unknown mengatakan...

Jujur saya baca 1~3 kalimat per parahraph..., wkwkwk,,, makasih atas update'an nya...,

Anonim mengatakan...

Njir malah kasih spoiler

Kuro mengatakan...

Death flag :"v

Unknown mengatakan...

Min, tolong hapus spoiler di atas

angga mengatakan...

Wtf..scroll ampe mentok malah dpt spoiler -_-

Anda mengatakan...

Thanks min

Anda mengatakan...

Yang suka spoiler itu sma aja dgn tidak menghargai karya dri seorang penulis. Be respect dong.

Anonim mengatakan...

Honyopenyopenyoko wkwkwkekl

Learn to Trade mengatakan...

Sebas lebih kuat ? Sebas mah kacungnya Ainz wahai brain siutan angin hahahahan.

Azkael Translation mengatakan...

Itu yg spoiler di remove aja commentnya min.

Unknown mengatakan...

YANG SEPOILER MATI AJA 1!1!1

AlwaysFree mengatakan...

Woiii yg spoiler mampus aja... Kok gua marah ya, padahal udah abis nonton animenya.

Unknown mengatakan...

Mantap min lanjut terus

Anonim mengatakan...

Norak kali ngasi spoiler

Amar mengatakan...

Mencium aroma2 kematian...