Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

01 Juni, 2016

Overlord - Vol 8 - Side 1 Part 4

Enri's Upheaval and Hectic Days - 

Kesibukan dan Kehebohan sehari-hari Enri

Part 4


"Ah, aku lelah sekali."

Enri melemparkan papan tulis kecil yang sedang dia pegang ke meja dan menjatuhkan diri, seperti tak punya energi. Dia berputar untuk melihat ke arah sumber tawa yang keras dan melihat Nfirea disana dengan sebuah senyuman yang bilang 'seperti yang direncanakan' di wajahnya.

"Kamu sudah bekerja keras, Enri."

"Suuuuuulit sekaaaaali~ Aku tidak ahli dalam menggunakan kepalaku..."

"Kamu harus belajar bagaimana cara baca dan tulis."

Balasan Enri hanyalah merengek sedih.


Sebagai kepala desa dia membutuhkan level pendidikan dasar, yang mana mengapa Nfirea yang mengajarinya secara pribadi, tapi kepala Enri rasanya seperti mau pecah.

"Kalimat bodoh ini, mereka dibuat hanya untuk memberiku masalah..."

"Jangan berkata begitu. Kamu sudah mempelajari bagaimana menuliskan namamu, ya kan? Dan Nemu-chan juga."

"Mm..yah, itu adalah hal yang bagus... tidak bisakah aku belajar sampai segitu saja?"

"Aduh! Ini hanyalah dasarnya. Lihatlah dengan cara ini, kamu hanya mulai belajar selama lima hari, kita bahkan belum sampai pada bagian yang penting."

Sebuah ekspresi 'kamu becanda ya' muncul di wajah Enri.

"Ahhhh, jangan membuat wajah seperti itu. Ketika kamu sudah mempelajari dasarnya, mereka akan berguna bagimu. Itulah kenapa ini sangat penting."

"Hmph."

"Kamu terlihat benar-benar kelelahan. Kalau begitu, kita hentikan saja untuk hari ini."

Seakan sedang menunggu kalimat ini, Enri beranjak dari tempat duduknya.

"Itu bagus! Mari kita akhiri besok agak dini pula! Terima kasih, Enfi!"

Nfirea tersenyum tipis sebelum menghapus huruf-hufur yang seperti goresan ayam di papan tulis.

"Kalau begitu kamu sebaiknya istirahat dengan baik. Besok kita akan mulai lagi di waktu yang sama."

"Aku benar-benar senang kamu menggunakan waktu percobaanmu untuk mengajariku semua ini. Tapi aku tidak ingin berterima kasih sama sekali..."

"Mm. Yah, begitulah. Mereka bilang lebih baik guru dibenci oleh murid mereka daripada diucapkan terima kasih."

"Itu bohong! Itu benar-benar bohong!"

"Ahahaha. Ah, aku sudah kehabisan waktu. Selamat malam, Enri."

"Mm. Selamat malam. Jangan bekerja terlalu keras ketika kamu sudah kembali dan tidurlah lebih dini."

Nfirea tersenyum untuk menunjukkan dia mengerti, lalu dia pergi melalui pintu depan. Setelah melihat butiran kecil dari lampu magic yang melayang semakin menghilang di kejauhan, Enri kembali ke rumahnya. Di kegelapan, rasanya sangat kesepian.

"Ah-- Aku lelah sekali..."

Enri dengan malasnya melucuti bajunya dan menimbun diri dibalik selimut. Dia sangat ribut ketika sedang belajar barusan, tapi sekarang yang hanya dia dengar adalah suara imut dari adiknya yang sedang tidur. Enri menutup matanya dengan tenang.

Setelah memaksa otaknya bekerja sangat keras sebelumnya, Enri yakin dia akan segera tertidur. Seperti yang dia duga, dia terlelap dalam hitungan detik saat menutup matanya.

Dia tidak tahu berapa lama dia tertidur, tapi suara di kejauhan membangunkannya dari mimpi.

Tiga kali ketukan. Sebuah jeda, lalu tiga kali ketukan lagi.

Menyadari apa sinyal itu artinya, Enri memaksa membuka matanya di kegelapan. Setelah terbangun dengan kecepatan normal dan menyadari dia masih di rumah, dia bergegas melompat keluar dari tempat tidur. Di waktu yang sama adiknya juga melesat bangun juga.

"Apakah kamu tidak apa?"

"Mm."

Suaranya seperti terikat oleh ketakutan, tapi kedengarannya dia masih bisa bergerak.

"Bersiaplah sekarang!"

"Mm!"

Menyalakan lampu akan banyak menghabiskan waktu, jadi Enri mempersiapkan diri untuk kabur di kegelapan.

Saat suara lonceng terbawa oleh angin, Enri dan Nemu mempersiapkan diri segera. Kecepatan mereka tercipta bukan hanya dari latihan evakuasi yang berulang kali, tapi dari teror masa lalu yang tetap ada saat desa mereka diserang di masa lalu. Dan setelah mendengarkan perkataan Agu, dia tahu apa yang datang.

"Nemu! Pergilah ke titik berkumpul! Aku akan pergi menangani hal lain!"

Tanpa menunggu jawaban adiknya, Enri menggenggam tangan Nemu dan berlari keluar dari pintu.

Lonceng berbunyi dengan sangat keras, itu artinya ada sebuah situasi darurat. Ini pasti sebuah tanda adanya serangan yang datang.

Urutan latihan untuk evakuasi berulang sendiri berkali-kali di hatinya, dan dia tidak bisa sama sekali mengabaikan keinginannya untuk lari dari kenyataan dan ini, tapi sebuah hawa dingin di udara menyangkalnya. Itu adalah hawa dingin yang sama yang ada ketika para prajurit menyerang desa.

Saat mereka semakin dekat dengan titik berkumpul, Enri mendorong Nemu maju.

"Baiklah, pergi!"

Nemu mengangguk sangat sedikit membalasnya, lalu berlari kencang ke tempat pertemuan.

Namun, sebagai kepala desa yang baru beberapa hari, Enri harus mempertimbangkan bagaimana dia akan bergerak ke seluruh desa.

Perasaan buruk yang dia miliki sebelumnya mengasumsikan posisinya sekarang mengalir keluar tidak karuan dari hatinya.

"Seakan para dewa ingin melihatku menderita."

Tanpa berpikir, Enri membiarkan kalimat itu keluar dari mulutnya. Ini adalah skenario terburuk.

Seorang goblin berlari ke arah Enri.

"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?"

"Kami menemukan banyak monster di hutan. Ada kemungkinan besar mereka akan menyerang kita."

"Aku mengerti, sekarang ayo pergi!"

Degan goblin yang menunjukkan jalannya, Enri segera tiba di gerbang utama. Dia melihat barikade waktu malam sudah dipasang dan para goblin sudah berkumpul disini. Mengenakan senjata dan armor yang Enri beli untuk mereka, mereka terliaht seperti veteran berpengalaman.

Saa dia semakin dekat Enri bisa mencium bau di udara, yang memberikan petunjuk kepada Enri pada kenyataan bahwa ada ogre disana. Ogre menggenggam pentungan bau mereka, yang terlihat berduri dan mengancam.

Bersama dengan Enri, Nfirea yang terengah-engah dan anggota dari pasukan bertahan yang dipimpin Brita berkumpul di gerbangutama. Agu dan beberapa teman goblinnya, yang sudah cukup sembuh dari cobaan berat bertarung, berdiri bersama mereka pula.

"Apakah itu sudah semuanya? Bagaimana dengan Madam Lizzie? Apakah ada sesuatu yang membuatnya tertahan?"

Nenek Nfirea Lizzie adalah magic caster yang penting. Bukan hal yang berlebihan jika dia mengambil bagian dalam melindungi desa.

"Tidak, Obaa-chan tidak datang kemari. Dia ada di tempat berkumpul. Tempat itu juga penting."

Para penduduk mengangguk saat mereka mendengar ucapan Nfirea. Karena keluarga mereka juga kabur ke tempat berkumpul, mereka harus dijaga agar tetap aman juga.

"Semuanya yang tidak bisa menggunakan busur sudah ada disana. Karena kalian kuat, tidak apakah jika salah satu dari kalian juga pergi kesana?"

"Kita tidak bisa melakukan itu."

Jugem menolak dengan jelas permintaan Brita.

Dia tidak melakukan ini karena niat buruk kepada para penduduk desa yang sudah hidup bersama dan bekerja bersama. Saat tekanan yang tinggi muncul membuat Enri menelan ludah, Jugem menjelaskan posisinya.

"Ada banyak monster. Dan ada juga lainnya, ditambah lagi ogre. Memecah diri akan sangat berbahaya."

"Apakah kamu mendapatkan gambaran jelas jumlah mereka?"

"Brita-san, musuh sedah mengendap-endap di hutan. Tidak mungkin bisa menilai jumlah mereka dengan tepat. Namun, kami berhasil mendapatkan estimasi... tujuh ogre, beberapa ular raksasa, beberapa warg, beberapa sesuatu yang mungkin kami kira adalah barghest dan beberapa makhluk besar yang mengikuti di belakang mereka."

"Warg, ular raksasa dan ogre? Apakah ada seorang druid bersama mereka?"

Warg adalah monster yang terlihat seperti serigala, tapi lebih besar. Mereka lebih cerdas daripada serigala dan berita buruk jika menemui mereka di dalam hutan.

"Kelihatannya, keadaan akan benar-benar berbahaya jika mereka memiliki seorang magic caster disana. Kita mungkin bisa mengasumsikan jika mereka juga memiliki penyerang jarak jauh. Jadi akan lebih baik untuk mengeluarkan seluruh kemampuan tempur kita disini, ya kan? Apakah aku harus memanggil Obaa-chan kemari?"

"Itu.. sulit untuk dikatakan, Ani-san. Titik kumpul itu adalah salah satu bangunan terkuat di desa. Jika ada apapun yang terjadi, itu akan menjadi garis pertahanan terakhir atau dengan kata lain, yang paling berharga bagi desa. Kita tidak bisa membiarkan siapapun yang melindunginya meninggalkan tempat itu."

"...Jadi kita akan mundur sambil melawan? Kemana kita harus pergi?"

"Brita-san akan mengarahkan pasukan tempur. Aku harap kamu bisa menyampaikan perintahku kepada mereka agar mereka bisa mengerti. Lalu, bertindaklah saat situasinya membutuhkan."

"Jadi kami akan menggunakan strategi kedua melawan penyerang? Setelah mengguyur mereka dengan anak panah, kita juga akan menggunakan barikade untuk membuat mereka tetap ada di pinggiran sambil menusuk mereka melalui celah dengan tombak. Tidak perduli seberapa lihatinya orang-orang kita ketika mereka sedekat itu."

"Ah, kalau begitu aku serahkan itu kepadamu. Namun, warg dan barghest sangat lincah, dan jika dibiarkan, mereka akan menyebabkan kerusakan besar. Target mereka dahulu. Dan juga, ketika druid mereka muncul, maukah kamu memerintahkan pasukan bertahan pergi ke garis belakang?"

"Aku tidak menolak itu, tapi apakah kamu punya cukup orang di depan tanpa kami?"

"...jika kita beruntung, kita akan cukup."

"jika seperti itu.. seperti yang kukira, aku sebaiknya mengatakan kepada siapapun disini untuk bersiap mati. Setidaknya. jika kita di belakang kita tidak akan diserang, jadi kita bisa berkonsentrasi menyerang druid. Kamu tahu kalau aku pernah menjadi seorang petualang, tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat penduduk desa yang pemberani... setidaknya, aku mengira seperti itu ketika aku melihat mereka berlatih dengan busur."

"Di masa lalu, desa sudah diserang... dan kami benci betapa tidak bergunanya kami dahulu."

Enri, yang tetap terdiam hingga sekarang, memotong pembicaraan dengan sentimen setiap anggota dari pasukan bertahan.

Menakjubkannya, tidak siapapun disini yang ingin kabur. Tidak mungkin bisa menghindari pertarungan ini, tidak mungkin mereka tidak akan melindungi desa mereka demi yang mereka cintai yang sedang bersembunyi di belakang mereka.

"Ngomong-ngomong, pasukan sebesar itu pasti butuh waktu untuk berkumpul. Apakah itu artinya mereka dikirimkan oleh Giant of the East ataukah Serpent of the West?"

"Itu tidak mungkin."

Jugem memastikan kecurigaan Brita dengan lirih.

Jika itu masalahnya, itu berarti Agu telah menarik monster-monster itu kemari. Itulah kenapa Jugem merendahkan suarana, jadi pasukan bertahan tidak akan mendengarnya dan mengarahkan kemarahan mereka kepada Agu.

Keberadaan monster-monster seperti Giant of the east, Serpent of the West dan musuh mereka bersama, Beast of the South, sudah diketahui diantara para penduduk desa.

Meskipun Beast sudah dijinakkan oleh Dark Hero, bentuk dan kehadiran dari monster kuat itu sudah terukir tak terhapuskan di hati para penduduk desa. Ketakutan adalah respon yang tepat saat memikirkan bertarung melawan sesuatu dengan level yang sama seperti itu.

"Jadi magic macam apa yang digunakan oleh Serpent of the West? Sial, susah sekali."

Jugem mengangguk dengan gumaman Brita.

"Biasanya, monster-monster dengan mantra-mantra sejak lahir tidak akan lebih dari sepuluh, tapi jika meeka bisa mempraktekkan dan belajar magic, mereka akan memiliki akses lebih banyak lagi, yang membuatnya menyusahkan. Jika mereka mengetahui magic untuk menghindari rintangan..."

"Tidak apa jika Enfi atau goblin, tapi magic-user adalah si brengsek yang curang."

Enri berkata sangat tidak senang, yang mana menarik senyum menyeringai dari para penduduk desa.

"...Tapi jangan bilang Gown-sama aku bilang itu, okay?"

Kalimat yang terakhir itu membuat senyum itu berubah menjadi tawa.

Itu seharusnya bisa memecahkan tekanan, pikir Enri. Meskipun tidak baik jika mereka terlalu santai, menjadi terlalu tertekan juga akan membuat mereka tidak bisa bertarung dengan efektif. Sekarang, suasana hatinya kelihatannya sudah bagus.

Jugem terlihat berterima kasih kepada Enri. Kelihatannya dia mengerti mengapa dia mengatakan ucapan itu.

"Jangan khawatir. Tetap di belakang dan tembak. Kita akan menangani yang di depan."

Para goblin telah melatih pasukan bertahan tepat untuk peran ini, yang mana sangat cocok dengan mereka.

Sebuah desa kecil akan sangat kesulitan mengumpulkan armor dan senjata, dan memang tidak cukup banyak untuk bisa mempersenjatai pasukan bertahan. Dan pada akhirnya, mereka hanyalah penduduk desa. Mereka mungkin memiliki lengan kuat karena bekerja di ladang, tapi itu tidak membuatnya bisa memiliki kemampuan berpedang. Siapapun yang bisa melatih diri menjadi seorang warrior yang bisa mengalahkan monster di waktu senggang mereka diantara tugas sehari-hari bukanlah semacam orang jenius.

Meskipun teknik mereka telah meningkat dan mereka bisa mengenai target mereka, busur mereka tidak memiliki kekuatan penetrasi yang besar, membuat sulit untuk menembus monster dengan kulit yang tebal. Namun, Jika mereka beruntung dan menembakkan dengan berbarengan, ada peluang mereka mungkin akan mengenai titik yang lemah.

"Baiklah, seperti yang kita latih, arahkan ke sisi lain dari pintu, dan tembakkan berurutan! Agu, tugasmu adalah menjaga pintu utama dihancurkan dan menusuk mereka dengan tombak. Anggaplah perintah Brita seakan mereka datang dari Ane-san dan dengarkan dia."

"Ohhh! Serahkan itu padaku!"

"Itu baru semangat. Sekarang, dengarkan. Aku larang kalian lari. Bertarunglah hingga mati."

"Tentu saja! Aku pasti akan membayar kebaikan yang kamu tunjukkan setelah menyelamatkanku! Kenyataannya, mengapa kamu tidak menaruhku di garis depan bersama dengan para ogre?"

"Dasar bocah bodoh! Jika aku biarkan kamu melakukan itu, kamu hanya akan berakhir bunuh diri. Kamu bisa bilang itu ketika kamu sudah menjadi lebih kuat!"

Setelah diomeli oleh Jugem, wajah Agu dipenuhi dengan penyesalan dan beberapa pasukan bertahan menenangkannya.

Enri menghela nafas saat dia melihat ini. Untuk pertama kalinya, penduduk desa tidak melihatnya sebagai seseorang yang membawa monster masuk. Untuk yang lain, itu adalah bukti bahwa Agu diterima oleh penduduk desa.

Mereka adalah orang luar terakhir yang ada di dalam desa. Meskipun mereka dijauhi dan diperlakukan buruk, masih ada sebuah jarak diantara mereka. Namun, dari kelihatannya, jarak itu hilang jika mereka menang hari ini. Itu adalah ironi karena medang pertempuran adalah tempat terbaik untuk membangun ikatan persahabatan.

Dan karena jarak itulah Agu bertarung dengan gigih. Tujuannya adalah untuk berkontribusi terhadap desa dan meningkatkan dirinya dan orang-orangnya. Di dalam masyarakat ras manusia, mereka akan menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang yang menumpahkan darah untuk mereka. Agu dan orang-orangnya harus memikirkan kesejahteraan mereka, jadi keinginan besarnya adalah hal yang wajar.

"Enfi, aku ada sesuatu yang harus kutanya kepadamu."

Enri berdiri di samping Enfi, dan berbisik ke telinganya.

"Oh, tidak, sedikit jauh - ah. Mm. Aku mengerti. Kalau begitu - Agu, aku ada sesuatu yang harus kuserahkan kepadamu. Bawa item alkimia ini dan gunakan dengan baik."

Enfi membuka tasnya. Di dalamnya banyak botol dan kertas.

"Gunakan ini dan lemparkan kepada musuh. Kamu akan luput jika terlalu jauh, jadi coba gunakan kepada mereka dalam jangkauan menengah. Kamu siap?"

"Serahkan kepadaku! Lihat diriku yang akan menyelesaikan misiku dengan sempurna!"

Agu menerima tas itu, dan saat mereka menunggu, salah satu goblin berteriak kepada mereka.

"Mereka sedang bergerak! Mereka menuju kemari!"

Jika salah satunya mendengarkan, mereka bisa mendengar suara dari monster-monster itu yang mengoyak malam.

"Pasukan bertahan menuju posisinya! Ane-san, hati-hatilah! Ani-san juga!"

"Ya ya, aku tahu! Jangan mati kalian semua, aku mohon!"

"Tentu saja!"

"Kalau begitu sekarang, Enri, mari?"

Nfirea berlari dengan Enri yang menemaninya. Pekerjaan mereka berpatroli ke rumah-rumah untuk melihat jika ada yang belum tahu situasi darurat.

Saat mereka melihat Enri pergi, para goblin berdiri dan siap bertempur.

"Pasukan bertahan, ke tempat kalian - dan selesai. Musuh sedag memasuki area target."

Tidak ada garis api langsung menuju monster di sisi lain dinding. Menembak target yang tidak terlihat akan membutuhkan tembakan yang melengkung, tapi itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh amatir, dan berlatih untuk bisa melakukan itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Sebagai hasilnya, para goblin memutuskan untuk mencoba hal lain.

Mereka melatih pasukan bertahan untuk membuat anak panah mereka di sisi lain dinding. Itu artinya melatih seberapa banyak tenaga yang digunakan, dan melatih sudut pandang yang tepat untuk menembak agar bisa mengenai area spesifik dengan akurat. Itu adalah latihan yang benar-benar tidak berguna di luar keadaan yang sangat spesifik. Namun, karena target musuh adalah untuk meruntuhkan gerbang dan mereka berkumpul di depannya, begitu saja menyerang gerbang, latihan itu sangat efektif.

Gerbang utama bergetar karena teriakan menakutkan dari para monster, dan dinding yang ada di dekat situ pun bergetar pula.

"Bagus sekali! Musuh berada di target area! Tembakan menekan - dimulai!"

"Mulai!"

Merespon teriakan Jugem, goblin-goblin pemanah di menara pengawas - Shurigan dan Gurindai - mulai menembaki. Selama target mereka berada dalam jangkauan api, akurasi dari para goblin tidak akan luput. Teriakan kesakitan terdengar dari balik pintu.

Pasukan bertahan gemetar ketakutan dan tertekan, seakan mereka ditelan oleh oleh udara yang dipenuhi dengan riuhnya medan perang. Di tengah-tengah hal ini, Jugem berteriak sekali lagi.

"Pasukan bertahan - hentikan! Jangan mengangkat busur sampai diperintahkan!"

Mereka diperintahkan untuk tidak menembak ketika musuh sudah tiba di tempat yang mereka gunakan berjam-jam untuk belajar menembak. Namun, dalam sekejap, semua orang yang melihat ke menara mengerti kenapa.

Monster-monster mulai melemparkan bebatuan dari balik dinding. Masing-masing batu itu memiliki ukuran sebesar kepala manusia.

Meskipun banyak yang luput, bahkan satu buah lemparan yang mengenai menara pengawas membuat mereka gemetar.

"Pelempar batu terlihat! Pelempar batu musuh memiliki sisa beberapa kali lagi!"

"Masing-masing memiliki 3 batu, dan sekitar 21 batu jumlahnya - whoa!"

Batu yang dilemparkan lagi mengenai menara pengawas dan kayu-kayunya bertebaran.

Jika mereka mulai menembaki, pasukan bertahan akan menjadi target juga.

Memang benar pasukan bertahan tidak terlihat oleh musuh, dan akurasi mereka rendah. Namun, jika mereka sedang sial, satu buah lemparan bisa membunuh manusia. Bahkan satu batu yang dilemparkan dengan lemah bisa membuat luka berat pada seseorang.

Perintah untuk pasukan bertahan untuk tidak menyerang bisa dikatakan adalah strategi yang aman, karena itu menunjukkan bahwa Jugem tidak ingin siapapun mati ketika perang berkepanjangan bisa saja terjadi.

"Jangan mengira kami tidak bisa mengenai kalian karena kalian melempari batu kepada kami!"

Gurindai berteriak marah, dan mulai menembak lagi sambil berkelit dari hujan batu yang dilemparkan. Pasukan bertahan membakar semangat di dalam mata mereka, melihat cara dia yang tanpa takut mengembalikan tembakan, mengetahui bahwa dia akan terluka berat jika terkena. Namun, Jugem sedang tidak melihatnya. Dia cepat-cepat memeriksa keadaan sekeliling dan menemukan musuh baru dalam sekejap.

"Kiumei! Ular yang memanjat di sisi kiri! Apakah kamu baik-baik saja sendirian?"

"Tidak masalah, Pimpinan! Serahkan padaku!"

Kiumei, yang sedang berdiri di belakang, memacu serigalanya ke depan. Di depannya ada ular raksasa yang sedang memanjat dinding.

"Lima belas, enam belas! Kalian berdua bertahanlah sedikit lagi!"

Tidak ad ayang kurang dalam ucapan Jugem. Tidak ada satupun isyarat ketakutan bisa terlihat dalam posisi menembak dua archer yang sedang berada di atas menara pengawas. Tidak perduli apakah menara pengawas itu akan roboh, mereka terus menargetkan monster-monster dan memancing penyerang dengan batu. Di sisi kiri, Kiumei kelihatannya baik-baik saja melawan ular-ular tersebut.

Akhirnya, menara pengawas menjadi bengkok dan roboh di bawah serangan beruntun dari bebatuan yang dilemparkan. Shurigan dan Gurindai melompat turun, bergulung beberpa kali untuk menyebarkan kekuatan benturan saat mereka terjatuh.

"Pemanah pasukan bertahan bersiap!"

Merespon panggilan tersebut, para pemanah mempersiapkan busur mereka.

"Bernafas dalam-dalam! Masuk - keluar! Masuk - Tarik!"

Suara itu mirip dengan saat mereka berlatih, dan untuk sesaat, pemanah pasukan bertahan lupa mereka sedang berada dalam medang perang. Mengabaikan suara dari kayu yang berderit, mereka melakukan gerakan yang sama seperti saat mereka melakukannya dalam latihan.

"Lepaskan!"

Empat belas anak panah membentuk lengkungan yang indah di sepanjang langit lalu hilang di balik dinding, menarik lebih banyak teriakan dari para monster.

"Menakjubkan," Agu bergumam sendiri, tapi Jugem tidak berniat memberikan waktu bagi yang lain untuk melihat lebih jauh.

"Gelombang serangan kedua bersiap! - Jangan panik - Tarik nafas dalam-dalam! masuk - keluar! masuk - tarik!"

Saat ini, Shurigan dan Gurindai sudah sembuh dan mengambil tempat di dalam pasukan bertahan.

"Lepaskan!"
Sekali lagi empat belas anak panah melayang ke depan, sedikit diikuti oleh dua anak panah lagi. Pintu pun berderit semakin keras saat teriakan dari musuh semakin kuat. Anak panah-anak panah itu pasti sudah membuat mereka marah - dan membuat mereka semakin keras memukul.

"Cadangan! Ganti Senjata!"

Pasukan bertahan bergerak dalam satu kelompok di belakang barikade yang terletak di belakang gerbang utama. Siapapun yang menerobos masuk akan tertahan oleh rintangan batang-batang dan duri-duri. Bentuknya seperti huruf L, mengarahkan para penyerang ke tempat Jugem dan ogre yang sedang menunggu mereka. Bagi para penyerang, membobol gerbang sama seperti melompat dari panci panas ke dalam api.

"Jika kamu melihat satupun magic caster, keluarlah dari garis tembak mereka!"

"Pimpinan!"

"Ada masalah apa, Agu?"

"Ani-san memberiku beberapa item alkimia dan ada lem juga disana, dimana kamu ingin ini ditempatkan?"

"Apakah itu akan diserap oleh lumpur?"

"Ya, tapi dia bilang itu hanya akan memperpendek durasi efektifnya."

"Jika memang seperti itu, maka tunggulah kesempatan bagus dan buat pintu masuk menjadi macet karenanya."

Setelah menunjukkan bahwa mereka mengerti, Agu dan rekan-rekan satu sukunya bergerak bersama-sama. Kiumei kembali setelah mengalahkan ular-ular tersebut dan langsung menuju ke arah cleric goblin untuk menerima penyembuhan.

Ada suara seperti kayu yang pecah, dan satu sisi gerbang utama sudah hancur. Ogre-ogre musuh merangsek masuk melaluinya.

"Kuku, sekelompok makhluk bodoh tak punya otak."

Jugem mengejek musuh yang datang. Mereka melakukan kesalahan fatal.

Monster-monster itu hanya merobohkan satu sisi pintu. Ketika sisi itu roboh, mereka mengabaikan sisi lain dan memaksa masuk, terutama karena mereka takut terkena anak panah jika mereka terus di luar. Namun, dengan hanya satu sisi pintu yang roboh, mereka hanya bisa datang satu persatu setiap saat. Itu artinya banyak musuh yang terperangkap berhimpitan di pintu masuk. Ditambah lagi, mereka akan terperangkap oleh sudut dengan bentuk L, dimana seluruh penjaga bisa memfokuskan serangan mereka kepada sejumlah kecil penyerang setiap kalinya.

"Selamat datang di zona pembunuhan. Waktunya mati."

Ogre bersenjata di pihak desa akan memiliki keuntungan dalam pertempuran yang melambat melawan musuh mereka, dan pasukan berhtan memiliki bantuan dengan tombak mereka. Ogre manapun yang mencoba meruntuhkan pagar kayu akan dirobohkan oleh anak panah api, magic dan item alkimia Agu. Goblin-goblin akan menangani binatang buas magis apapun yang berhasil menerobos di tengah-tengah keributan.

Situasi taktis memang sangat menguntungkan mereka dan masih ada goblin penunggang serigala yang berdiri di belakang. Jika lawan tidak memiliki magic caster satupun, kemenangan mereka sudah pasti. Namun-

"-Apa itu?!" Kepanikan merembes di suara Jugem. "Apakah itu adalah seekor troll disana?"

Kelihatannya berbeda dari ogre, tapi memiliki ukuran yang sama. dia bergerak dengan kaku menuju mereka yang bertahan, mengeluarkan keberadaan yang menekan keras saat datang. Di tangannya, dia memegang sebuah pedang besar (greatsword) dengan udara yang aneh mengelilinginya.

Sebuah cairan lengket mengalir di tengah-tengah pedang. Itu pasti semacam bentuk magic.

"Pimpinannya sudah maju?.. Jangan-jangan... Giant of the East?"

Memang kelihatannya seperti itu. Tubuhnya yang kuat terlihat seperti sudah terlatih hingga sekeras baja dan benar-benar tidak mirip dengan troll lain manapun yang dikenal oleh Jugem. Dalam sekali tatapan, dia bisa melihat bagaimana dia setara dengan Beast of the South.

Hanya satu troll membutuhkan seluruh goblin menanganinya Itu adalah musuh yang lebih tangguh daripada siapapun yang pernah mereka hadapi.

"Jika memang begitu.."

Jugem terpikirkan akan apa yang harus dilakukan.

Kelihatannya memang percuma. Cara terbaik adalah melindungi Enri yang sedang kabur. Jika dia tidak menginginkannya, maka meskipun jika mereka harus memaksanya-

"...Tidak, itu bukan cara terbaik. Itu adalah cara terburuk, dan cara terakhir kita."

Setelah membuang tindakan itu, Jugem berbicara kepada pasukan goblin.

"..Oi, kalian semua. Setelah ini, seiap orang dari kita akan mati. Jangan pernah memikirkan hal anak-anak seperti mundur. Pastikan kamu mengukir kematian heroikmu ke dalam mata setiap orang!"

Para goblin menjawab dengan sebuah teriakan penuh semangat tempur. Dalam sekejap, musuh dan sekutu kelihatannya seperti membeku.

"Ini dia, anak-anak! Mari kita tunjukkan pada mereka kekuatan dari bawahan Ane-san!"


----


Setelah mengelilingi desa, Enri memastikan tidak ada yang tertinggal dan bernafas lega. Lalu tiba-tiba, suara sesuatu yang dihancurkan datang dari depan. Suara itu diikuti oleh teriakan perang dari kedua sisi dan suara bass yang dalam bergema  membuatnya gemetar.

Itu mungkin suara gerbang yang hancur dan para goblin masuk dalam pertempuran. Dia hampir muntah karena stres, tapi Enri memaksanya kembali. Rasanya yang pahit tersisa di mulutnya, tapi dia mengabaikannya untuk mencari Nfirea.

"Enfi. Kita harus menuju gerbang."

"Aku mengerti. Tapi kamu harus pergi titik temu dan menenangkan semua orang, okay?"

Kalimat Enfi memiliki subtext jangan menghalangi jalan orang lain.

Meskipun Enri terlatih dalam menggunakan busur, sekarang gerbang sudah hancur, pertempuran akan berubah menjadi pertempuran jarak dekat. Sejujurnya, bahkan jika Enri pergi kesana sekarang, tidak banyak yang bisa dia lakukan.

"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku memilih memimpin goblin dan para penduduk desa, dan selama aku bisa, aku harus melakukan itu. Meskipun mundur adalah hal yang benar, itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan."

Dia harus berdiri di garis depan dan melihat bagaimana pertempuran itu terjadi. Setelah melihat tekad di mata Enri, Enfi menguatkan tubuhnya dan mengangguk.

"Itu memang benar. Aku mengerti. Aku akan melindungimu."

Ekspresi serius pada teman masa kecilnya biasanya adalah wajah tenang yang membuat detak jantung Enri menjadi aneh dan menakjubkan.

"Mm? Ada apa, Enri? Aku tahu, aku tidak sekeren Gown-san, tapi aku tidak akan membiarkanmu mati."

"...Jangan mengatakan mati."

"Ah, maafkan aku. Itu... itu..."

Saat dia melihat teman semasa kecilnya beusaha memilih kalimat yang akan dia gunakan, seperti biasanya, Enri tersenyum.

"Ayo pergi, Enfi!"

"Ah, ya! Itu benar, kita tidak bisa buang-buang waktu mengobrol!"

Dua orang itu berlari ke gerbang depan. Karena mereka mulai berlari dari gerbang belakang, yang mana paling jauh, meksipun jika mereka berlari dengan kecepatan penuh, akan memakan waktu tidak sebentar untuk sampai kesana. Dan dengna mereka yang berlarian terengah-engah nafasnya, tidak mungkin mereka bisa mulai bertarung segera. Agar tidak percuma, mereka melanjutkan dengan kecepatan sedang.
Namun, mereka hanya berlari beberapa detik.
Dua orang itu mendengar suara perut yang terkocok dan menghentikan gerakan mereka.

Melihat ke belakang, mereka melihat seseorang yagn sedang menatap mereka dari atas dan belakang.

Makhluk itu luar biasa besar, jauh lebih besar daripada manusia. Mereka bisa langsung mengerti saat mereka melihatnya, tapi itu bukan bentuk yang sebenarnya. Makhluk itu memiliki sebuah tangan di gerbang belakang, yang panjangnya empat meter.

"-Itu, apa itu? Raksasa?"

"Entahlah! Ah-"

Kalimat Nfirea terpotong di tengah-tengah, dan mulutnya terbuka. Enri bergegas melihat ke arah apa yang membuatnya terpaku dan akhirnya membuat ekspresi yang sama.

Sesuatu perlahan memanjat dinding.

Sesuatu yang memang terlalu besar disebut manusia.

"Jangan-jangan itu adalah troll?"

Saat dia mendengar Nfirea yang mengeluarkan kalimat itu, Enri menatap monster yang muncul.

"Apa itu?"

"Meskipun ini adalah pertama kalinya kau melihatnya, itu benar-benar seperti bagaimana yang aku dengar. Jika itu memang benar-benar troll kita dalam masalah... Troll adalah musuh yang bahkan petualang dengan peringkat emas akan kesulitan mengalahkannya. Sejujurnya, Jugem dan yang lainnya mungkin juga akan kesulitan."

Enri merasakan darah mengalir ke bawah saat dia mendengar sesuatu yang lebih kuat daripada makhluk terkuat di desa.

Trol yang mengeluarkan siluetnya yang besar mendengus, dan mulai melihat sekelilingnya.

Dengan menggenggam tangan Enri, Nfirea menyeretnya ke dalam bayangan rumah yang ada di dekat. Disini, dia menutup mulutnya dan berbisik langsung ke telinga Enri dengan suara yang hampir tidak bisa terdengar.

"Enri, Troll memiliki hidung yang sensitif. Tidak apa sekarang karena kita berada di arah yang dituju oleh angin, tapi terlalu dini bersantai. Kamu harus keluar dari sini.. lalu bertemu dengan para goblin."

Enri semakin dekat dengan Nfirea dan berbisik balik ke telinganya.

"Aku tak bisa, Enfi. Jika kita biarkan dia pergi ke gerbang utama, semuanya akan mati dalam serangan kepungan."

"Mungkin memang begitu, tapi sekarang ini, kita tidak bisa-"

"-Hanya kita yang ada disini. Itu artinya terserah kita untuk menghentikannya."

Diantara celah-celah rambutnya, mata Nfirea melihat ke arah Enri seperti baru saja melihat orang gila. Memang benar, Enri menyadari dia baru saja meminta Enfi dan dirinya untuk melakukan hal yang tidak mungkin, tapi sejujurnya, tidak ada cara lain.

"Kita tidak perlu menang atau mengalahkannya. Kita hanya perlu melambatkannya. Enfi, tolong pinjamkan kekuatanmu."

"-Bagaimana caranya kita akan membuatnya melambat? Memancingnya menjauh dari sini? Kurasa aku bisa bertarung melawannya secara langsung... tapi aku ragu aku bisa menerima satupun pukulan darinya."

Ucapan tenang Nfirea menunjukkan tekad yang tenang di dalamnya. Sebagai balasannya, Enri mengeluarkan rencananya.

"Aku punya rencana. Sebagai awalnya, mari kita mari kita buat beberapa ogre."


----


Troll tersebut menatap sebentar ke arah rumah kayu buatan manusia dan bergerak ke sana.

Itu karena dia mengira semua rumah ini memiliki bau manusia yang lembut dan lezat, tapi itu hanyalah bau yang tersisa. Setelah memastikan tidak ada bau lain di area tersebut,  dia mulai melangkah ke arah datangnya sumber pertempuran. Suara manusia yang sedang bertarung melawan sesamanya membuat air liurnya mengalir nonstop, dan di otaknya, dia mengira akan ada manusia disana.

Sebuah pesta daging manusia yang lembut dan menarik.

Sebagai penikmat diantara para troll, dia menyukai organ-organ berdaging dan tidak menyukai dada yang pahit. Oleh karena itu, langka sekali dia bisa kenyang, tapi sekarang kelihatannya dia akan bisa melakukan hal itu.

Langkahnya semakin panjang dan dia mulai mengeluarkan air liur karena menunggunya.

Namun, troll berhenti dan melihat sekelilingnya dengan hati-hati. Atau lebih tepatnya, dia melihat ke dalam bayangan dari rumah yang ada di dekat.

Ada beberapa ogre.

Bau ogre yang mengalir keluar dari sana.

Troll itu mengerutkan dahi. Meskipun ogre masih merupakan sekutu, ada sedikit perbedaan dalam bau yang dia terima. Bau itu tidak ada dalam ingatannya. Dan sekarang bau itu datang dari sekelilingnya.

Tentu saja troll tersebut tidak mengeluarkan kesimpulan in ikarena hidungnya yang memang sesensitif anjing pelacak tapi kareka dia teringat bau unik dari ogre sekutunya. Oleh karena itu, troll itu tidak tahu berapa banyak ogre yang ada disana.

Dan itu membuatnya bertanya-tanya. Ada bau aneh juga disini, seperti bau rumput yang digiling, tapi jauh lebih kuat.

Apakah ogre menggiling rumput dan menyelimuti tubuhnya dengan bau ini?

Troll tersebut bertanya-tanya dan menjadi bingung. Tanaman obat yang kuat menusuk hidungnya, dan air matanya hampir mengalir. Jika ogre bisa bertahan dari bau ini, pasti karena mereka memiliki indera penciuman yang buruk.

Troll bisa menghadapi ogre secara langsung. Sebagai seorang troll, dia jauh lebih kuat daripada ogre. Namun, itu bukan berarti dia akan bisa keluar tanpa luka, dan akan memakan waktu untuk menghadapinya.

Karena troll memiliki kemampuan alami regenerasi, luka mereka akan sembuh dengan berjalannya waktu. Namun, meregenerasi lukanya akan tetap memakan waktu, yang mana menjengkelkan. Siapa yang tahu, ogre rekannya mungkin akan memakan semua manusia ketika dia tiba disana.

Kalau begitu, karena musuh sudah tersebar, selama troll itu bergerak lurus, mereka akan keluar menyerang.

Troll itu merasakan secercah kebanggaan saat dia sudah mengira rencana musuhnya dan perlahan mulai bergerak lagi.

Troll itu akan menghancurkan mereka dalam sekejap. Oleh karena itu, fakta bahwa lawannya telah terpisah adalah kesempatan emas. Yang hanya dia butuhkan adalah membantai ogre satu persatu.

Troll itu bergerak perlahan, menjaga diri agar tidak membuat suara, tapi tiba-tiba saja, sebuah bayangan kecil berlari keluar dari rumah terdekat.

Bukan goblin, bukan salah satu mangsa favoritnya, manusia.

Berlawanan dengan troll yang terkejut tak bergerak, manusia yang bertudung melemparkan sesuatu kepadanya...

"Uguoooaaaaahhhhh!"

Troll tersebut berteriak dari bau yang jauh lebih kuat. Hanya dengan menciumm bau dari benda hijau, bau yang kuat merasuk dengan kuat ke dalam hidung dan sinusnya. Bau yang tajam itu beberapa kali lebih kuat daripada ogre yang berselimut rumput.

Meskipun troll bisa melakukan regenerasi, ini bukanlah luka yang bisa sembuh. Troll itu hanya tidak bisa tahan dengan baunya. Matanya berair dan mengambil langkah ke arah manusia, tapi sudah kembali ke dalam rumah.

Alasan mengapa manusia berhasil mendekat meskipun indera penciuman troll adalah karena bau manusia ditutupi bau rumput yang dihancurkan.

Marah karena kehilangan targetnya, troll itu kembali ke target semula - ogre. Pertama, dia akan membunuh lalu mencari umpan yang menggiurkan itu, pikir troll.

Trolll tersebut mengamuk di luar rumah, tidak menemukan satupun tanda-tanda adanya ogre. Seakan mereka sudah hilang ditelan udara.

"Guuuuu, dimana?"

Melihat sekeliling, dia masih tidak bisa menemukan ogre-ogre itu, yang bentuknya masih besar meskipun lebih kecil dari dirinya. Tak perduli bagaimana ogre-ogre itu bergerak, seharusnya troll tersebut bisa melihat mereka nantinya.  Apakah ogre kecil itu bisa menggunakan invisibility, seperti tuan mereka? Troll itu telah menghadapi situasi lain yang tidak bisa dia ketahui lalu mendengus.

Namun, aroma yang kuat dari tanaman obat mulai tercium dari tubuhnya sendiri dan itu mengganggu indera penciumannya, sehingga dia tidak bisa mengikuti jejak bau dari ogre.

"Guuuuuuuu..."

Troll tersebut mengerang mencoba menggosok cairan di tubuhnya. Kali ini, jarinya yang bau. Melirik sekitarnya, troll tersebut menemukan sebuah kain yang terjatuh di anah.

Troll tersebut mempertimbangkan mungkinkah bagus membersihkan bau itu dengan kain yang dia ambil tadi dengan wajah yang penasaran. Dia mengambil kain tersebut lalu mengangkatnya ke hidung dan menciumnya, tapi karena hidungnya masih belum sembuh, dia hanya bisa mendapatkan sedikit bau kain itu.

Troll itu mencium bau ogre pada kain tersebut, dan tiba-tiba saja, dia mengerti.

Dia telah salah menduga kain yang sangat bau ogre ini dengan ogre itu sendiri.

Ini bukan sebuah kebetulan.

"Manusia!"

Mengerang marah, troll itu mulai menghancurkan sekitarnya. Tidak ada manusia. Kalau begitu mereka seharusnya masih berada di rumah mereka.

Tinju Troll tersebut menerjang marah ke arah rumah terdekat dan setelah menghancurkannya berkali-kali, dia berniat untuk menghancurkan atapnya juga, berniat untuk menghancurkan interiornya.

Seorang manusia bergegas keluar panik saat dia menghancurkan rumah tersebut. Ingin sekali mengoyak manusia itu juga, dia mengejarnya.


----


Target itu mengejar Enri. Itu artinya rencananya berjalan. Meskipun dia bersyukur dengan hal itu, hatinya masih berdebar dan dia ingin menangis. Sebuah monster raksasa pemakan manusia menekannya dari belakang, dan melakukan permainan kejar-kejaran dengan taruhan yang besar ini - jika dia kalah, dia akan menghilang di tenggorokan monster itu - adalah sesuatu yang akan membuat gadis desa manapun menangis.

Fakta bahwa dia tidak tahu berapa lama dia harus memainkan permainan ini membuatnya tambah ingin menangis lebih keras lagi.

Jika dia tau kapan selesainya, dia mungkin bisa menguatkan tekadnya untuk terus berlari sampai saat terakhir. Namun, tanpa tahu kapan pertempuran di gerbang selesai, tanpa tahu kapan yang lainnya bisa datang dan membantunya, dia dipenuhi dengan perasaan tidak enak, yang membuat kekuatannya berkurang.

Enri menyesal tidak mengirim seseorang ke gerbang utama untuk melapor, tapi persiapan itu memakan waktu yang terlalu lama.

Dia berlari dengan seluruh tenaga, bergegas masuk ke dalam rumah dimana Nfirea sedang menunggu. Sebagai gantinya, Nfirea bergegas keluar dari pintu belakang mengenakan jubah dan mantel yang sama dengannya.

Enri menahan nafasnya, menelan ludah berharap musuh tidak mengetahui rencana mereka. Troll itu terus mengejar Nfirea, tidak menyadari pergantian itu.

Enri menenangkan nafasnya yang tidak teratur dan menggenggam tangannya dengan gembira.

Troll memang jauh lebih kuat dari manusia dalam hal kekuatan, jangkauan kaki dan kemampuan fisik, oleh karena itu satu orang manusia yang sedang berlari pasti akan tertangkap. Agar bisa memulihkan stamina untuk beberapa gerakan, mereka memutuskan bergantian dengan satu sama lain tanpa membiarkan musuh tahu. Ini dimaksudkan untuk menariknya dan mengejar, dan juga untuk menjaganya menuju titik temu dimana orang-orang berada.

Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya menipu troll itu.

Bagaimana troll membedakan manusia? Mungkin jika mereka hidup bersama dalam waktu yang sama panjang mereka mungkin akan memiliki beberapa cara, tapi ini hampir tidak cukup panjang. Prakteknya, adalah melalui penampilan, terutama pakaian. Oleh karena itu, Nfirea dan Enri memakai jubah dan mantel yang sama.

Selanjutnya, mereka harus menjaga agar tidak ada perbedaan dalam indera pembaunya, dan jus herbal itu dimaksudkan untuk menangani hidungnya yang tajam.

Enri sudah mempersiapkan dua jebakan berdasarkan bau - satu untuk menggunakan bau ogre untuk membuatnya menghentikan langkahnya, dan yang lain adalah menggunakan bau dari tanaman obat yang membuat salah sasaran.

Setelah nafasnya sudah berhasil kembali bisa dikendalikan. Enri mulai bergerak diam-diam ke rumah selanjutnya.

Dia merayap ke dalam kegelapan interior rumah, mengintip situasi di luar. Dengan sebuah suara 'dong', Nfirea berlari ke dalam. Saat ini, Enri berlari keluar lagi dari pintu belakang dimana dia baru saja masuk.

Tapi Enri lalu menyadari bahwa troll itu tidak mengikutinya, meskipun dia sudah berlari keluar dari rumah.

Troll itu mendengus dan melihat ke arah Enri dan rumah itu. Wajahnya yang buruk mengkerut lebih dalam. Dia menduga tampang wajah itu adalah kejutan.

Keringat dingin yang besar mengalir di tenggorokan Enri. Dia menyentuh dirinya sendiri secara tidak sadar, dan tangannya lalu datang dan pergi, lengket dan basah.

"..hidungnya sudah terbiasa?"

Setelah terbiasa dengan bau dari tanaman obat, dan mencium ketakutan di dalam keringatnya, troll itu kelihatannya sudah menyadari ada dua manusia.

Troll itu mengangkat tangannya dan memukulkannya hingga dalam kepada rumah tersebut. Nfirea berlari keluar lagi.

Namun, langkahnya terhenti, dan dia tidak kelihatannya tidak terlihat akan lari.

"Enri! Larilah! Aku akan mengulur waktu untukmu!"

"-Dasar bodoh! Larilah denganku!"

"Dia pasti akan bisa mengejar kita! Meskipun kita menggunakan rumah-rumah sebagai tameng!"

Enri yang bermata lebar melihat Nfirea dengan tersenyum.

"Aku lebih kuat, jadi ada peluang yang lebih besar aku bisa selamat jika kamu meninggalkanku!"

Nfirea merapalkan sebuah mantera, dan tubuhnya diselimuti oleh gelembung cahaya lembut dan lunak.

Dia terus tersenyum kepada Enri, yang sudah kehilangan tenaga untuk bicara.

"Dan di samping itu - Aku ingin melindungi wanita yang kucintai."

Nfirea berpaling kepada monster mengerikan itu, mengangkat tangannya dan mengarahkan ibu jarinya kepada dirinya sendiri.

"Ayo, badan besar, aku akan bermain denganmu! Datanglah jika kamu sudah cukup kuat! [Acid Arrow]!"

Nfirea terus memancing troll tersebut, sambil menembakkan sebuah anak pana hijau asam kepadanya. Saat anak panah itu mengenai, asap mengepul dengan suara berdesis dan menggelembung, membuat troll itu berteriak kesakitan.

Troll tersebut membenarkan matanya yang menjadi sangat marah kepada Nfirea. Dia tidak lagi memperdulikan Enri.

"Pergilah! Pergilan dan cari bantuan!"

Adalah hal yang bodoh membuang waktu disini.

"-Kamu harus tetap selamat!"

Berkata begitu, Enri berlari.

Troll tersebut kelihatannya tidak ingin mengejar.

Sejujurnya, peluang Enri selamat adalah nol. Ada perbedaan luar biasa dalam hal kemampuan fisik. Dan tidak mungkin dia bisa mengalahkan lawan yang untuk mengalahkannya saja butuh petualang peringkat emas.

Itu adalah pertempuran yang percua, dan mampu bertahan bahkan satu menit layak dipuji.

"Yup, aku akan mati."

Nfirea tersenyum pahit saat dia menatap troll itu, yang sedang mendekatinya dengan hati-hati.

Tidak tidak bisa meregenerasi luka yang disebabkan oleh asam dan api Nfirea. Karena ini, troll itu semakin berhati-hati dngan Nfirea, yang bisa mengalahkan kemampuan terbesarnya. Memang lucu jika dia bersikap sangat hati-hati di dekat lawan yang bisa dia habisi dengan sekali pukulan.

"Yah, itu juga tidak apa bagiku. [Hypnotism]!"

Rasa permusuhan troll itu kelihatannya tidak berubah. Kelihatannya dia kebal terhadap mantra itu.

Menyadari dia menjadi target mantra, troll itu menyerang.

Tubuhnya yang besar mendekati Nfirea seperti sebuah pemandangan mimpi buruk.

"Jika ini berhasil, aku bisa menahannya sedikit lebih lama... tidak ada keberuntungan seperti itu. Ahhh, sayang sekali."

Nfirea kelihatannya seperti menyerah. Ini karena itu adalah pertempuran yang memang benar-benar tidak bisa dimenangkan, yang sudah melebihi garis dari keberanian menjadi kecerobohan. Tapi meskipun begitu-

-Dia harus mengulur waktu untuk Enri.

Dengan berpikir seperti itu, Nfirea melompat untuk bertindak.

Mengingat lengan kiri troll itu yang tidak terangkat, dia belari ke depan dan ke kiri. Mencari kehidupan di dalam kematian, dia terjun dengan kepala dahulu ke dalam bahaya untuk meraih keamanan di depan sana. Tinju troll itu mengikutinya, dan angin yang melewatinya mengacak-acak rambutnya. Dan di depan Nfirea, sebuah kaki yang kuat menendang kepadanya seperti sebuah dinding bergerak.

Pandangan Nfirea berputar kencang saat dia terbang di udara, tubuhnya membuat suara retak seperti cabang pohong yang patah berkeping-keping.

Dia terjatuh ke tanah dan bergulung berkali-kali, seperti sebuah sampah yang dibuang.

Luka mengalir melalui tubuh Nfirea, yang terus berputar di tanah. Dia lebih kesakitan daripada yang pernah dia alami selama hidupnya.

"Tidak, entah bagaimana aku berhasil selamat. Itu menakjubkan. Aku menakjubkan..."

Itu karena efek dari mantra pertahanannya dan kenyataan bbahwa troll idak mampu menendang dengan kekuatan penuhnya. Mengabaikan luka yang mengalir di tubuhnya dengan setiap nafas yang dia hirup, Nfirea berdiri, dan melepaskan mantra lain.

"[Acid Arrow]!"

Troll yang mengejar itu menghentikan langkahnya, berhati-hati terhadap gengangan asam yang membakar di kakinya.

Mmm, seperti yang kuduga.

Tujuan Nfirea adalah mengulur waktu. Jika musuh menghentikan serangannya dan bertahan, dia berharap dia akan terus seperti itu.

"...Sialan, ini sakit sekali. Aku tidak ingin mati..."

Nfirea bersuara terhadap keputusasaannya.

Pada akhirnya, hanya ini arti nyawanya.

Dia tidak ingin menghadapi kenyataan ini, tapi keadaan memaksanya mengakuinya.

Dia akan mati disini. Tidak diragukan lagi keberadaanya akan berakhir disini.

Dia ingin berlari. Mungkin jika dia berlari dengan seluruh tenaganya dia mungkin akan mampu kabur. Tapi jika itu terjadi, tragedi seperti apa yang akan terjadi?

Nfirea terpikirkan Enri.

Dia mampu melawan karena dia memiliki Enri.

"Jadi aku sudah mengatakan itu padanya ternyata.. sialan. aku tidak ingin mati sebelum aku mendengar jawabannya."

Troll yang pernah mendekatinya tidak mengerti perasaan pemuda itu.

Dan dia tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi.

Dia tidak tahu bagaimana, tapi Nfirea berhasil membaca pikiran lawannya melalui wajahnya. Dia berencana membunuh dirinya, meskipun nantinya menyakitkan. Jika itu masalahnya-

"[Acid Arrow]!"

Yang hanya bisa dilakukan oleh Nfirea adalah melukai troll itu, agar bisa membuat keadaan lebih mudah bagi rekannya yang akan menghadapinya nanti setelah dia.

Troll itu mengangkat tinjunya, wajahnya berubah dari kesakitan menjadi terbakar asam. Nfirea, yang bahkan tidak bisa berdiri tanpa kesakitan, tak mampu lagi mengeluarkan bentuk pertahanan apapun.


----


"Cepat!"

Merespon perintah Enri, tiga goblin berlari menyelamatkan Nfirea.

Alasan mereka harus bertemu bukan karena Enri harus sampai di gerbang utama, namun lebih tepatnya, karena Enri tidak kembali, dan raungan yang datang dari belakang membuat Jugem cukup khawatir sehingga dia harus mengirim tiga goblin untuk menyelidikinya.

Jika dia bisa bertahan, goblin itu akan menyelamatkannya. Inilah yang Enri pikir, saat hatinya dipenuhi rasa bersalah.

Ini benar-benar sebuah kesialan.

Jika keadaan tidak seperti ini-

"Disana!"

Enri menunjuk ke arah Nfirea, di depan mereka. Dan di atasnya, troll itu mengangkat tinjunya.

Mereka tidak bisa mencapai Nfirea. Jaraknya terlalu jauh.

Tangan troll itu jatuh seperti petir. Tangan itu bisa menghancurkan sebuah rumah dalam sekali pukul. Nfirea pasti mati tidak diragukan lagi.

Saat Enri menutup matanya, dia mendengarkan goblin yang menelan ludah karena terkejut.

Respon mereka yang tidak diduga membuat Enri dengan gugup membuka matanya-

"Aaaahhhhhh, HP mu sudah merah~ Kamu tidak apa?"

-Dan dia melihat seorang wanita cantik yang sedang memegang senjata raksasa.

Lupusregina sedang membawa sebuah senjata yang terlihat seperti semacam simbol relijius yang terlalu besar, menggunakannya seperti sebuah perisai untuk menahan tinju troll itu. Dimensi senjata itu dan ukuran maid itu kelihatannya sangat tidak cocok hingga titik aneh, tapi ini bukan ilusi.

"kalau begitu, aku akan menanganinya... Oh tunggu, Enfi-chan kesakitan. [Heal]."

Troll itu melangkah mundur, tak mampu mengerti pemandangan di depannya. Pukulan yang mengandung seluruh tenaganya ditahan oleh seorang manusia, jadi reaksinya memang bisa diduga. Mungkin dia berpikir ada semacam magic yang digunakan disini.

Dengan ekspresi terpaku, Enfi pergi tertatih-tatih dari troll itu, menjauh darinya. Itu adalah postur yang sama sekali tidak waspada, tapi troll itu tidak menekan serangannya. Tidak, dia tidak bisa mengabaikan pendatang itu.

"Enfi!"

Enri memeluk Nfirea dengan erat.

"Ah, ternyata Enri."

Balasannya yang seperti mimpi mengatakan kepada Enri jika dia sudah sampai pada batasnya. Meskipun dia sudah jauh dari bahaya, dia masih kaget.




"Aku senang kamu baik-baik saja."

"-Ka-kamu juga."

Enri merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam hatinya. Itu adalah sebuah kehangatan yang menggantikan dingin yang mengalir di dalam tubuhnya ketika dia pikir Nfirea sudah mati.

"Aku benar-benar senang kamu baik-baik saja!"

Enri memeluk Nfirea dengan erat, dengan seluruh tenaganya.

"Begitu juga denganku."

Nfirea mengulurkan lengannya kepada Enri sebagai balasan. Meskipun pelukan itu sangat erat, mereka berdua merasa aman di dalam lengan masing-masing.

Air mata Enri berkumpul dan mengalir keluar, mengalir turun ke wajahnya.

"Ada apa?"

"...Dasar bodoh."

"Ahhhh~ Maaf harus menyela kalian berdua ketika sedang bermesraan."

"Lupusregina-san!"

Enri melepaskan kekuatan yang mengalir dari lengannya, dan di waktu yang sama Nfirea mengendurkan genggamannya. Merasa sedikit kecewa, mereka berdua berpaling kepada Lupusregina.

"Troll itu-"

Mengangkat garis pandangannya, Enri melihat sesuatu yang sulit dijelaskan.

"Ah, ini? kelihatannya seperti daging hamburger, ya kan? Yang hanya dibutuhkan adalah pemanggangan hingga gosong."

Sebuah daging yang memuncratkan darah berubah dan mengejang di bawah kepala tongkat keuskupan dari Lupus. Tidak ada yang lain selain hanya setumpuk daging rusak yang menandakan dahulunya adalah sebuah troll. Namun, apa yang membuatnya menjijikkan adalah kenyataan bahwa daging itu masih melakukan regenerasi, dan masih bernafas.

"Ahhhh yah! bagus jika kalian berdua baik-baik saja. Kalau begitu kurasa aku juga bisa membersihkan yang disini."

Enri mendengar suara dari para goblin yang mendekat. Kelihatannya pertempuran gerbang utama sudah dimenangkan.

"Ini dia~"

Api yang turun dari langit, dan sebuah tiang cahaya merah menelan troll tersebut, mengeluarkan bau daging bakar.

"Kalau begitu sekarang, masalah troll sudah selesai, jadi aku akan pergi. Ah, Enfi-chan, Ainz-sama ingin memberikan hadiah kepadamu karena sudah mengembangkan potion ungu, jadi dia mengundangmu ke rumahnya. Aku harap kamu bersiap-siap~ Atau seharusnya kukatakan, apakah ada ucapan terakhir?"

Setelah berkata begitu, Lupusregina pergi melalui pintu belakang.

"Terima kasih banyak!"

Lupusregina tidak berhenti atau memutar badang merespon teriakan terimakasih Enri, hanya melambaikan tangannya.

"...Ane-san, Ani-san, kami akan mengambil alih tugas mengantarkan yang lain. Kalian berdua seharusnya pergi beristirahat disana."

Tanpa menunggu balasan, goblin-goblin itu mulai bergerak. Bukankah mereka seharusnya meninggalkan seseorang dengan kami, pikir Enri, tapi dia lebih khawatir dengan Nfirea daripada hal itu, dan meletakkan tangannya ke bahunya.

Setelah meniggalkan mayat troll itu, keduanya kemudian duduk.

"Haaaa."

Helaan nafas lega mereka saling bertumpuk. Lalu, keduanya mengangkat mata mereka untuk melihat langit malam.

"Dia menyelamatkanmu."

"Mmm."

"Itu adalah keberuntungan."

"Mmm."

"Jangan lakukan hal itu lagi."

"Mmm."

Keheningan mengalir di antara mereka berdua. Enri tiba-tiba bicara di hati.

"Aku tidak tahu apakah ini cinta, tapi aku tidak ingin Enfi pergi kemanapun."

"...Mmm....Mmm."

"Apakah ini cinta?"

"...Entahlah. Tapi jika memang itu cinta, aku sangat senang."

Enri dan Nfirea duduk dengan diam seperti ini, menyandarkan bahu masing-masing dan melihat ke arah bintang hingga goblin-goblin tiba-

10 komentar:

R mengatakan...

Yosh, thnks min.
Lnjutkan min. :)

Unknown mengatakan...

lanjut vol 9 min...
gak sabar sama kabar aura and mare yang lagi di empire

Joy mengatakan...

terimakasih min :)

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.8 side 1 bag.4

Unknown mengatakan...

Itu bukan cinta

Unknown mengatakan...

Menarilah didalam drama yang dibuat penguasamu, Ainz Oawn Gown!
Muhahahahahaaaaa

kemo mengatakan...

Itu hanya nafsu belaka

Anda mengatakan...

Makasih min

Unknown mengatakan...

Kalo dipikir2 maksut dari perkataan enri bahwa petualang tingkat emas keatas yg dapat mengalahkan troll.

Kita tahu bahwa hanya pemimpin petualang yg memiliki lempengan logam pengenal contoh hanya momon yg memiliki lempengan logam adamantium.sedangkan setiap grup petualang mrmiliki 4 sampai 12 anggota kecuali dark hero momon dan nabe dapat dilihat di adventure wikia vandom

Berarti kekuatan troll sama dengan 4-12 anggota peringkat emas keatas bukan 1 orang peringkat emas

Juga diketahui pada petualang adamantium red drop tidak semua anggota mempunyai kemampuan yg setara adamantium mereka memiliki gelar adamantium karena dianggap satu tim/party oleh pemimpin mereka

Unknown mengatakan...

Bikin seneng sekali aja kenapa sih