Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

28 Juni, 2016

Overlord - Vol 9 - Chapter 2 Part 1

Preparations for the Battle - 

Persiapan-persiapan untuk perang

Part 1


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia
Satu bulan kemudian

Rapat diadakan di dalam istana Valencia dari Re-Estize Kingdom. Gazef Stronoff - yang berdiri tak bergerak di samping raja Ranpossa III selama ini - melebarkan matanya saat dia melihat pemandangan dari enam pimpinan dari keluarga bangsawan agung Kingdom.

Enam orang itu berkumpul bersama adalah sebuah kejadian yang memang langka.

Masing-masing dari mereka mengendalikan cukup banyak kekayaan, tanah dan wilayahnya menyaingi, jika bukan secara langsung melampaui, sang raja. Karena ini, mereka secara rutin menemukan alasan terhadap pemanggilan dari raja, terutama pemimpin dari Fraksi anti keluarga kerajaan - Marquis Bowlrob, yang bahkan tidak ingin repot-repot menyembunyikan penghinaannya terhadap sang raja. Itu sudah cukup buruk hingga sementara, orang-orang mengira Kingdom mungkin akan runtuh dari dalam.

Selanjutnya, mata Gazef menuju ke arah tiga anak dari sang raja.

Yang paling mencolok mata adalah putri ketiga dari sang raja, 'Putri Emas', Renner Theiere Chardelon Ryle Vaiself.


Setelah itu adalah Pangeran kedua, Zanack Valurean Igana Ryle Vaiself. Ketika kericuhan akibat iblis, dia telah mendapatkan banyak pujian ketika dia, sebagai seorang keturunan raja, bergerak keluar demi rakyat.

Yang terakhir adalah putra tertua, Pangeran mahkota Barbro Andorean Ield Ryle Vaiself. Dengan tubuhnya yang kuat dan potongan rambut yang rapi, dia adalah pria yang coba ditempatkan ke singgasana oleh Marquis Bowlrob. Agaknya, Bowlrob menghadiri rapat istana ini atas permintaan Barbro.

Setiap rapat yang dihadiri oleh Marquis Bowlrob dari Fraksi Bangsawan pasti akan menjadi sengit. Gazef mengalihkan matanya dari suasana ruangan yang berat, yang kelihatannya suram di atas kepala seperti ada awan badai yang sedang berkumpul, lalu melihat ke arah bangsawan yang tersisa.

Dari tiga orang yang hadir, yang menjadi milik Fraksi Kerajaan, yang pertama mencolok mata adalah Marquis Volumlash, orang yang berpakaian paling mewah di istana.

Dia adalah pria yang mendekati usia empat puluh tahun, dengan ciri-ciri simetris. Wilayahnya memiliki tambang emas dan mythril, itu membuatnya sebagai orang terkaya di dalam Kingdom. Namun, bisikan-bisikan gelap yang beredar jika dia sangatlah rakus, hingga titik dimana dia bahkan akan mengkhianati keluarganya sendiri demi koin emas.

Ada juga rumor bahwa dia telah mengkhianati Kingdom dan sedang memperjualbelikan informasi kepada Empire. Namun, karena kurangnya bukti yang kuat, tak ada yang bisa dilakukan kepadanya. Lagipula, memenggal kepala Marquis Volumlash - seorang pendukung Fraksi kerajaan yang mencolok - tanpa adanya bukti sedikitpun hanya akan menghasilkan bangsawan lainnya berbondong-bondong masuk ke Fraksi bangsawan. Jika dia sadar dengan hal ini dan mengambil keuntungan dari hal itu untuk terus menjual informasi, maka dia akan benar-benar menjadi orang yang paling hina yang hadir disini.

Selanjutnya, mata Gazef mengarah kepada bangsawan yang paling muda dan paling tampan, Marquis Pespeya.

Dia menikahi putri tertua sang raja, dan menjadi kepala keluarga di waktu yang sama dengan pernikahannya. Meskipun sedikit yang tahu kemampuannya dan kepribadiannya, ayahnya memiliki kepribadian yang luar biasa dan merupakan pria yang kompeten, jadi Gazef merasa bahwa Pespeya mungkin mewarisi pendahulunya.

Sebaliknya, yang paling tua dari Enam Bangsawan itu adalah Margrave Urovana. Rambutnya sudah memutih, dan sangat sedikit yang tersisa mungkin bisa juga tidak ada sama sekali. Meskipun tubuh dan anggota badannya terlihat seperti kayu keriput, dia masih memiliki sikap yang sangat serius seperti yang dimiliki seorang tetua.

Urovana adalah yang paling persuasif diantara para bangsawan besar.

Disusun melawan mereka adalah tiga anggota Fraksi Bangsawan.

Pertama sebagai inti dari Fraksi bangsawan, Marquis Bowlrob, yang mengendalikan wilayah yang paling banyak diantara para bangsawan besar. Wajahnya memiliki banyak luka, seperti seorang jenderal perang.

Saat dia sudah menginjak usia lima puluh tahun, tubuhnya yang pernah perkasa dan terus ditempat dengan latihan tanpa lelah sekarang hanya tersisa sedikit saja dari ingatan masa lalu, namun suara dan tatapannya sebagai predator membuat orang-orang berpikir pasti ada sesuatu yang tersisa sedikit dari jiwanya sebagai seorang warrior.

Meskipun dia - sebagai seorang warrior - telah kehilangan banyak kekuaannya karena usia, sebagai seorang komandan, dia adalah komandan yang lebih baik bahkan daripada Gazef, yang membuatnya tidak bisa tergantikan bagi Kingdom sebagai seorang Kapten Warrior.

Di sampingnya adalah Count Ritton.

Dia adalah seorang pria yang penampilannya disebut menyerupai serigala, dan juga salah satu dari anggota dengan peringkat yang lebih rendah dari Enam bangsawan. Oleh karena itu, dia mati-matian mencoba untuk meningkatkan statusnya. Namun, kepribadiannya yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain jika itu bisa memperluas kekuasaannya tidak bisa diterima dengan baik oleh bangsawan lain. Bergabung dengan Bowlrob pasti adalah gerakan strategis agar bisa keluar dari musuhnya.

Orang terakhir dari Fraksi Bangsawan memiliki rambut pirang yang disisir ke belakang dan mata biru yang sempit.

Wajahnya pucat, dengan sedikit tanda-tanda terkena pancaran sinar matahari. Dia memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Digabungkan dengan kulit pucat, dia mengeluarkan kesan seekor ular. Dia belum mencapai usia empat puluh tahun, tapi terlihat lebih tua karena warna pucat tubuhnya yang tidak sehat.

Dengan emosi yang tercampur berputar di dalam hatinya, Gazef mengalihkan pandangan dari dirinya - dari Marquis Raeven.

Perebutan kekuasaan yang kompleks dan terus meningkat akan menjadi masalah pada raja selanjutnya.

Marquis Bowlrob dan Count Ritton dari Fraksi Bangsawan, begitu juga Margrave Urovana dari Fraksi Kerajaan, semuanya mendukung Putra Mahkota Barbro, sementara sebagian besar bangsawan yang tidak ada hubungannya mendukung Marquis Pespeya, yang menikahi Putri pertama. Raeven di samping Pangeran kedua Zanack, sementara Marquis Volumlash kelihatannya tidak begitu memperhatikan masalah penerus kerajaan.

Untuk semua alasan ini, sang raja duduk di singgasananya tanpa membuat keributan. Jika dia menunjukkan sebuah jari kepada setiap orang, ada bahaya perang sipil yang akan pecah.

Hingga saat ini, Gazef tidak memiliki pendapat atas siapa yang seharusnya menjadi raja. Tapi sekarang, hatinya condong ke arah Zanack. Selain itu, atau Putri Renner sebagai kuda hitam, tapi Kingdom, di dalam seluruh sejarahnya, tak pernah diperintah oleh seorang ratu, jadi itu mungkin sudah diluar pertanyaan.

"Kalau begitu sekarang, mari kita mulai."

Nada suara sang raja terdengar sedikit berbeda dari biasanya. Mereka yang memiliki telinga sensitif mungkin akan menduga alasan berkumpul hari ini dan menunjukkan kecurigaannya.

"Bacakan proklamasi yang dikirimkan oleh utusan dari Baharuth Empire."

Menurut perintah sang raja, para bawahan yang ada di samping kanan dan kirinya mulai membacakan isi dari perkamen itu.

Isinya secara kasar berikut ini:

Baharuth Empire telah mengakui kedaulatan dari Kerajaan independen Nazarick, yang dikuasai oleh Sorcerer King Ainz Ooal Gown, dan secara resmi mengakuinya sebagai sekutu dari Kekaisaran.

Pada awalnya, daerah yang ada di dekat E-Rantel adalah wilayah dari Sorcerer King Ainz Ooal Gown. Kingdom Re-Estize telah melawan hukum menguasai wilayah ini dan sekarang harus mengembalikannya ke pemilik asli.

Jika Kingdom tidak mematuhi permintaan ini, Baharuth Empire akan membantu Sorcerer King Ainz Ooal Gown dalam mengambil kembali wilayahnya.

Ini akan menjadi perang yang adil, bertarung hingga akhir terhadap pendudukan yang tidak benar.

Setelah isinya dibaca dengan keras, ruangan itu meledak ke dalam keriuhan diskusi. Syarat ini memang gila, dan siapapun setuju dengan itu.

"Sebagai jaga-jaga, aku juga sudah memerintahkan kepada para terpelajar untuk memeriksa sejarah Kingdom, dan tak ditemukan satupun individu yang bernama Ainz Ooal Gown yang berkuasa di sekitar E-Rantel. Tidak ada legitimasi terhadap klaim ini."

"Ini benar-benar omong kosong yang edan, ocehan orang gila mana ini?!"

Teriakan yang riuh terdengar di seluruh penjuru ruangan.

Kehadiran dari Marquis Bowlrob's - sebuah bukti dari kejayaannya di masa lalu sebagai seorang warrior - kelihatannya telah memberikan keberanian kepada para bangsawan lain, dan mereka mengembalikan teriakannya dengan persetujuan.

"Meskipun sudah terlambat, bukankah ini sama saja dengan penyerangan lama dari Imperial yang diumumkan setiap tahunnya? Merkea selalu mencari alasan bodoh untuk mendeklarasikan perang, jadi kali ini, mereka benar-benar sudah mengorek-ngorek hingga bagian tong yang paling bawah untuk melemparkan nama dari magic caster ini ya kan? Aku ingin lihat badut macam apa yang mereka berikan gelar menggelikan dari 'Sorcerer King'."

Ucapan Count Ritton diikuti oleh tawa yang mengejek oleh bangsawan lainnya.

"Namun..."

Count mengarahkan matanya yang seperti serigala - dipenuhi dengan kebencian - ke arah Gazef.

"Aku yakin kita pernah mendengar Sorcerer King gila ini sebelumnya, ya kan. Wahai Kapten Warrior Stronoff?"

"Memang benar, dia adalah magic caster yang membantuku di perbatasan E-Rantel."

Count Ritton mengantarkan ejekannya yang dingin dengan tawa yang menjengkelkan.

"Oh begitu, dia pasti membantu karena dia pikir mereka adalah rakyatnya sendiri."

Tawa sinis dari para bangsawan bisa terdengar di sekitar, namun tak ada yang menghentikannya, karena Gazef, yang dilahirkan sebagai seorang rakyat biasa, dibenci oleh banyak anggota dari Fraksi Bangsawan.

Jika itu adalah anggota dari Fraksi Kerajaan, sang Raja akan ikut menyela, tapi karena Count Ritton miliki pihak oposisi, sang raja hanya bisa mengerutkan alisnya.

"Kelihatannya memang Empire yang membakar desa petani di dekat E-Rantel, ya kan? Kapten Warrior memang berkata sesuatu tentang Slaine Theocracy, lalu menerima bantuan dari seorang yang bernama Gown, ya kan? Bukankah dia terlibat dengan Empire? Dan bukankah orang lain juga berkata mayat-mayat dari para penyergap yang hampir membunuh Kapten Warrior hilang tanpa jejak?"

Di dalam ingatannya, Gazef teringat dengan pemandangan dari anggota terkuat dari Six Scriptures, begitu juga dengan siluet agung Ainz Ooal Gown.

"Meskipun mayat-mayat itu menghilang seperti yang dikatakan oleh Count Ritton, aku tidak merasa Empire ikut terlibat. Ketika aku berada di desa Carne, para knight yang menyerang kami jauh lebih kuat daripada Empire. Mereka menggunakan angel, dan tidak diragukan lagi jika mereka adalah sebuah unit dari Slane Theocracy."

"Dan mengapa Theocracy melakukan itu?"

Bagaimana aku tahu?

Memang benar, jika Gazef bisa memberikan jawaban seperti itu, akan membuat jauh lebih baik.

Saat rapat akan jatuh ke dalam petengkaran karena diamnya Gazef, sebuah suara bantuan terdengar dari samping Ritton.

"Magic caster gila itu tidak ada hubungannya! Apa yang harus kita putuskan adalah bagaimana merespon Kaisar palsu, bukankah begitu, Yang Mulia?"

"Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob. Kita harus memutuskan apa jawaban Kingdom nantinya."

"Aku mohon izin untuk bicara." Marquis Pespeya berkata terlebih dahulu. "Menerima syarat sang kaisar akan sangat sulit. Satu-satunya pilihan kita adalah perang."

Penyebutan perang sontak memicu aktivitas diantara barisan para bangsawan.

"Ah-ah, sekarang adalah waktunya menghajar mereka untuk selamanya, lalu membawa peperangan itu ke pintu Baharuth Empire."

"Kamu memang bena, aku sudah lelah dengan penyerang Baharuth Empire yang terus menerus."

"Sudah waktunya kita beritahu pada orang-orang bodoh di Empire itu siapa yang mereka hadapi!"

"Tepat sekali, seperti yang dikatakan oleh Marquis."

Ucapan ini, digencet oleh tawa yang tersebar dan berulang kali ke seluruh penjuru kerumunan para bangsawan, membuat Gazef jengkel tak tertahankan di telinganya.

Dalam beberapa tahun belakang ini, mereka telah bertemu dengan sang Kaisar di medan perang Katze Plain.

Sebagian besar, mereka hanya menarik garis pertempuran dan saling berhadapan satu sama lain, atau bertukar senjata dengan kekalahan kecil pada Kingdom. Tahun ini mungkin tidak lebih akan sama, dan para bangsawan menghirup udara kelemahan saat mereka membayangkan kejadian yang lama terulang lagi.

Namun, Gazef berbicara, didorong oleh teriakan nalurinya sebagai warrior.

"Jangan dikira pertempuran ini akan berakhir seperti peperangan kecil yang selalu terjadi!"

Para bangsawan terlihat seakan mereka baru saja diguyur dengan air dingin satu ember, lalu menoleh dengan tampang benci kepadanya.

"Oh begitu, Ini adalah apa yang dipercayai oleh Kapten Warrior. Bisakah kamu memberikan kepada kami sebuah alasan untuk itu?"

"Ya, Yang Mulia, itu adalah-"

Bayangan dari orang tertentu membunyikan alarm di hatinya.

"-Bisa dikatakan, itu karena magic caster hebat itu, Ainz Ooal Gown."

"Meskipun begitu, satu-satunya dari kami yang benar-benar melihat wajahnya langsung adalah anda, Kapten Warrior. Itu artinya kami harus memberikan beban kepada ucapanmu. Bisakah kamu katakan kepada kami apa yang membuatmu berkata begitu?"

Gazef tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi naluri warriornya berkata kepadanya bahwa membuat keputusan perang seperti itu akan sangat berbahaya.

"Yang MUlia, tidak bisakah anda menyerahkan perbatasan E-Rantel ke Empire, tidak, ke magic caster itu?"

Setelah sejenak terdiam, teriakan beterbangan seperti hujan.

"Dasar pengecut dan penakut! Sampai seberapa memalukannya kamu, dasar berhati ayam?!"

Teriakan ini datangnya dari bangsawan-bangsawan di Fraksi Kerajaan.

"Setelah Yang Mulia menunjukkan kepadamu kebaikan, kamu berpaling dan mengatakan kepadanya untuk menyerahkan kepemilikannya kepada orang luar? Sejak kapan kamu mulai melayani Kaisar Palsu?! Apalagi, kamu bahkan belum menjawab pertanyaan Yang Mulia!"

Di hadapan hinaan yang layak seperti itu, Gazef tidak bisa menjawab. Jika dia ada di posisi mereka, dia mungkin akan melakukan hal yang sama.

"Cukup."

Yang mengulurkan tangan ke arah Gazef kali ini adalah rajanya yang dicintai.

"Tapi, Yang Mulia!"

"Aku sangat berterima kasih terhadap bawahanku sangat tersentuh karena diriku. Karena alasan itulah aku meminta kalian mengingat bahwa Kapten Warriorku takkan pernah mengkhianatiku. Demi diriku, dia sudah berulang kali tanpa mengenal takut menusukkan diirnya ke dalam bahaya. Seseorang seperti itu takan pernah melakukan apapun yang akan melukaiku."

Para bangsawan yang berteriak kepada Gazef membungkuk kepada sang raja. sambil mengakui kenyataan ini, dia melanjutkan berbicara kepada Gazef.

"Kapten Warrior, yang aku percayai seperti tangan kananku. Meskipun kamu adalah yang mengajukan proposal itu, aku tidak bisa menyetujuinya. Tak ada penguasa yang akan menyerahkan tanahnya tanpa sebuah pertarungan. Tindakan seperti itu tidak bisa diperbolehkan demi orang-orang yang hidup di atasnya."

Menyerahkan tanah sambil memindahkan seluruh penghuninya tanpa melukai mereka tak lain hanyalah dongen. Meskipun itu bisa dilakukan, tidak mungkin para penduduk yang pindah akan hidup seperti dulu, dan pada akhirnya hidup mereka akan jauh lebih buruk dari itu.

"Memang tidak diragukan begitu, Yang Mulia, dan saya harap anda akan memaafkan saya atas perkataan saya yang bodoh."

Gazef merendahkan kepalanya kepada sang raja, yang sangat mencintai rakyatnya, bicara kepadanya. Jika dia seorang bangsawan yang hanya melihat rakyatnya sebagai cara untuk mengeruk keuntungan, raja takkan berbicara seperti itu. Karena kebaikan hati sang raja yang membuat Gazef rela bersumpah mempertaruhkan hidup untuknya.

Dia mengingat ucapan yang dia katakan kepada wakil kaptenya setengah tahun yang lalu.

"Ketika kamu mencari bantuan, yang akan datang adalah para bangsawan. Yang kuat akan membawa bantuan."

"Merekalah yang akan datang membantu yang lemah, tak perduli bahayanya."

Gazef yang sebelum memasuki turnamen beladiri besar takkan pernah berkata demikian. Terlebih lagi wakil kaptennya, dia akan berpikir tak ada bangsawan yang akan membahayakan diri mereka untuk orang biasa.

Setelah dia mulai melayani sang raja, bagaimanapun, Gazef menyadari untuk pertama kalinya jika bangsawan seperti itu ada. Sayangnya, bangsawan itu kurang dalam hal kekuasaan.

Ada banyak nyawa yang tidak bisa dia selamatkan, dan setara dengan banyaknya insiden dimana harga diri tidak berguna dari para bangsawan telah membuat mereka melemparkan rintangan di jalannya.

Meskipun begitu, orang yang dia layani tidak menyerah. Dia terus bekerja membangun sebuah kerajaan dimana rakyatnya akan bisa hidup lebih baik dari hari demi hari.

Gazef sangat bangga dengan rajanya, Ranpossa III. Jika bukan karena itu, dia sudah pasti akan beralih kepada Empire ketika sang Kaisar sendiri telah mencoba untuk mendapatkannya.

Tapi memang karena dia adalah orang seperti itu sehingga awan gelap menggantung di hatinya.

Apa yang diucapkan oleh sang raja itu memang benar, dan dia memiliki sudut pandang yang benar. Raja selalu penuh kasih sayang, tapi Gazef tahu alasan mengapa sang raja harus mengucapkan nada yang kasar itu.

Setelah kekacauan yang disebabkan oleh iblis, keseimbangan kekuatan antara dua fraksi berubah drastis.

Setelah waktu yang lama, Kingdom telah dipecah ke dalam dua Fraksi yang sebagian besar setara hingga saat ini, namun sekarang Fraksi Kerajaan telah melebar, sementara Fraksi bangsawan telah berkurang.

Karena sang raja dengan beraninya berkuda maju dan mendorong Jaldabaoth mundur, dia terlihat oleh orang-orang sebagai seorang penguasa yang kuat, dan sejumlah bangsawan mendukung di belakang sang raja. Oleh karena itu, sang raja tidak bisa menunjukkan kelemahan disini. Namun, berkata demikian itu artinya-

"Tetap saja, Kapten Warrior ada benarnya, ya kan? Kita tidak bisa menghindari perang hanya karena satu kota. Seorang raja juga memiliki tugas untuk mencegah penderitaan rakyatnya. Bukankah raja yang sebenarnya akan rela mengorbankan tubunya sendiri demi rakyatnya?"

Yang berbicara itu adalah dari Fraksi Bangsawan. Ucapan itu memang indah, tapi itu sudah diperhitungkan untuk mengurangi jumlah tanah yang dikendalikan oleh raja, dan oleh karena itu, Fraksi bangsawan membantah mereka.

"Tanah itu diatur oleh sang raja! Jika kamu ingin menyerahkan tanah kerajaan, mengapa kamu tidak menyerahkan milikmu dahulu?!"

Fraksi Bangsawan juga membalas dengan cepat.

"Omong kosong apa itu?! Empire telah meminta E-Rantel dan sekitanya! Apakah kamu benar-benar mereka akan menerima tanah dari sisi lain Kingdom? mengapa kamu tidak berpikir dahulu sebelum bicara?!"

Fraksi Kerajaan telah menjadi lebih besar, sedangkan Fraksi bangsawan semakin lemah. Itu hanya membuat Fraksi bangsawan bahkan lebih mati-matian melumpuhkan sang raja.

Keseimbangan yang kacau diantara dua fraksi itu adalah sumber tidak enak Gazef. Di dalam usaha mereka yang mati-matian ntuk mengikis kekuasaan dari Fraksi Kerajaan, mereka mungkin akan membuat Kingdom jatuh ke dalam perang saudara.

Karena itu, wajar bagi sang raja yang ingin meredakan potensi pemberontakan dengan mendemonstrasikan kekuatannya. Tapi itu berarti-

Jika dia tidak bisa mengakui kelemahannya, bukankah itu adalah bahaya tersendiri?

Tersesat dalam pemikirannya, Gazef kembali kepada kenyataan setelah beberapa tatapan keras dari anggota Fraksi Kerajaan. Karena dia sudah menyarankan penyerahan wilayan Kingdom, mereka pasti berpikir dia sudah pergi ke arah Fraksi Bangsawan.

Mereka memberikannya tatapan yang berkata, "Dasar kamu rakyat rendahan yang baru naik kelas, apakah kamu sudah lupa kebaikan yang telah diberikan sang raja kepadamu?"

"Lalu, mengapa bukan kamu yang menawarkan pertukaran tanahmu dengan E-Rantel, lalu menyerahkannya?!"

"Memangnya tanah bisa dibeli dan dijual seperti babi di pasar! Dasar bodoh!"

"Kamu yang bodoh disini."

Pertengkaran anak-anak telah menelan seluruh ruang rapat. Di masa lalu, pertengkaran seperti ini akan berakhir dengan jalan buntu karena keseimbangan kekuatan yang sama, tapi sekarang suara dari Fraksi Kerajaan lebih keras dari Fraksi Bangsawan.

Biasanya, sang raja akan menghentikan ini. Dia kelihatannya tidak berniat melakukannya sekarang, mungkin karena pihak kerajaan memiliki keunggulan.

Tak ada yang akan menghentikan keadaan yang menguntungkan diri mereka. Sang raja pasti juga ingin mengalirkan frustasinya dengan Fraksi Bangsawan.

Sepertinya dia sedang mabuk oleh racun yang manis.

Perlahan, Gazef mulai merasakan sebuah keyakinan hitam dan dingin di mata Fraksi bangsawan.

Secara tak sadar, dia bergidik.

Serangan dari demon terkuat Jaldabaoth menjadi awal semuanya.

Waktu itu, keputusan raja untuk ikut ambil bagian dalam medang perang memang diperdebatkan apakah memang yang terbaik. Tanpa bantuannya, garis pertempuran mungkin akan hancur dan para petualang akan dikalahkan. Jika 'Blue Rose' juga ikut dengan mereka, Kingdom akan berada dalam keadaan yang sangat sulit.

Namun, saat Gazef melihat ke arah pemandangan yang terbuka di depannya, dia mau tidak mau penasaran apakah mereka seharusnya melakuakn hal lain malahan.

Apa yang terjadi dengan sesi pertemuan ini jika keadaan dari kedua Fraksi menjadi setara?

Entahlah, tapi..ah, benar sekali, bagaimana jika kita kalah dalam peperangan dengan Empire ini? Apakah kita akan terus melawan sampai akhir? Kekuatan dari Fraksi Kerajaan akan sangat berkurang banyak, sementara Fraksi bangsawan akan naik. Apakah kita akan kembali ke hari-hari ketika keduanya seimbang? Atau apakah keseimbangan kekuatan akan hancur sama sekali dan menjadikan negeri ini jatuh ke dalam perang saudara? Apakah itu tidak apa?

Dia tidak senang dengan perasaan ini... Perasaan yang meskipun dia sudah membuat keputusan sendiri, dia pada akhirnya masih menari dalam nyanyian orang lain.

Jangan-jangan semua ini sudah direncanakan sejak aku bertemu dengan Gown-dono? Aku tidak ingin berpikir seperti itu, tapi aku tidak merasakannya saat kami berbicara satu sama lain di waktu yang pendek itu.

Dari cara Gazef menyapanya dengan gelar bahkan dalam cara bicaranya - dan dia pikir - jelas sekali dia tidak berniat jahat kepada magic caster Ainz Ooal Gown.

...Mungkin dia bisa mengambil alih dengan aman .... ah, tidak, jika aku terus berpikir seperti ini akan menjadi pengkhianatan.

"Kurasa sudah waktunya kita menghentikan pertengkaran kecil ini."

Sebuah suara pria yang dalam membelah keributan - semuanya terdiam saat mereka mencoba menemukan sumbernya.

Gazef menggigit bibirnya saat orang lain merampas peran yang seharusnya dimainkan sang raja.

Kemenangan itu semanis madu...

Dia tidak berpikir itu adalah hal yang besar. Namun, apakah sang raja sudah lupa dengan kemanisan itu? Apakah sang raja yang sangat dibanggakan oleh Gazef sudah hilang? Dia tidak bisa menghapus pemikiran itu dari otaknya.

"Yang Mulia, jika penyerangan Empire adalah keputusan yang tak dapat dielakkn, maka kita harus mempersiapkan diri."

"Marquis Raeven, yang mulia sendiri-"

Ucapan dari Fraksi bangsawan itu disela oleh Raeven.

"-Aku akan berterima kasih jika mau memikirkannya. Jika pasukan yang mulia dikalahkan, siapa yang tahu kemana Empire akan menyerang selanjutnya? Jadi, demi melindungi daerahku, aku akan melindungi Yang Mulia."

Keheningan terjadi.

Pasukan Kingdom adalah wajib militer sipil. Tidak mungkin mereka menandingi para knight dari Empire. Satu-satunya cara mengalahkan keunggulan Empire dalam kualitas pasukan adalah dengan jumlah pasukan. Begitulah keadaan yang terjadi selama beberapa tahun, tapi jika mereka tidak bisa mengumpulkan pasukan yang cukup untuk menandingi Empire, maka hasil dari peperangan itu sudah menjadi kesimpulan yang tak terelakkan.

Setelah mendengar ucapan dari Raeven, anggota dari Fraksi bangsawan membayangkan para knight dari Imperial memporak-porandakan wilayahnya pula.

Yang pertama mendukung sang raja adalah para bangsawan yang memiliki tanah di antara ibukota dan E-Rantel, diikuti oleh para bangsawan yang terikat erat dengan kelompok pertama, dan pada akhirnya, semua bangsawan menyerahkan seluruh dukungannya.

"Baiklah. Kalau begitu, kita akan menunda balasan kita kepada Empire, dan mengumpulkan pasukan di tempat biasa sebelum kita menjawab mereka. biasanya, aku akan pergi pula."

"Tolong biarkan aku bergabung denganmu di medan perang, ayah!"

Yang berteriak adalah Pangeran Barbro, yang menunggu tanpa bicara di samping hingga sekarang.

"...Tidak, tidak. Tidak perlu anak tertua dan pewaris takhta pergi ke medan. Aku akan menangani ini."

Pangeran mahkota Barbro menoleh ke arah yang bicara, pangeran kedua Zanack. Jawaban barbro singkat dan langsung ke permasalahannya.

"Tidak perlu?!"

Bantahannya dipenuhi dengan kemarahan.

Tawaran Zanack adalah hal yang beralasan. Karena sang raja sudah menuju medan perang, akan terlalu berbahaya membawa putra tertuanya bersama dengannya. Barbro mengerti ini, meskipun begitu, penolakannya datang dari kebencian kepada Zanack.

Kebencian itu sekali lagi timbul dari kekacauan iblis.

Ketika kekacauan oleh iblis, Zanack berpatroli di ibukota dan mendapatkan pujian dari banyak penduduk. Barbro, di lain pihak, bersembunyi di dalam istana, dan oleh karena itu, jumlah bangsawan yang mendukung Zanack meningkat pula.

Sekali tatap, Zanack tidak tampak sangat heroik, dan berlawanan antara tampang dan keberaniannya menarik perhatian. Sebaliknya, Barbro terlihat menakjubkan, namun ketiadaan tindakannya membuatnya terlihat seperti pengecut. Agar bisa menghapus rasa malu ini, Barbro ingin pergi ke medan perang untuk menunjukkan keberaniannya.

Putra mahkota memang warrior yang cukup berbakat, sesuai dengan penampilannya. Meskipun dia dibawa ke dalam kehidupan yang mewah, dan tidak setara dengan bodyguard dari Putri Renner Climb yang tanpa lelah terus melatih dirinya, dia masih bisa dikatakan sebagai petarung terkuat dari keluarga kerajaan. Baginya, tidak terpikirkan sama sekali jika Zanack - yang akan kehilangan keseimbangannya setelah mangayunkan sebuah pedang sekali saja, karena berat badannya - bisa dianggap sebagai warrior yang lebih hebat daripada dirinya. Itu adalah rasa malu yang tidak bisa dia tahan. Meskipun Marquis Raeven pernah berkata, "Apa gunanya kemampuan berpedang seorang raja?", Barbro lebih lemah dalam hal hal intelektual dari Zanack, dan oleh karena itu, dia bahkan lebih bertekad untuk tidak kalah dalam bidang perang yang dia pilih.

Tak perduli bagaimanapun, seseorang tak bisa terus-terusan menguntik di belakang lawannya dalam permainan takhta.

Perut Gazef terasa sakit saat dia mempertimbangkan potensi krisis yang bersembunyi di dalam Kingdom.

Meskipun dia ingin berhenti dari tugas setelah sang raja turun takhta dan mendedikasikan dirinya untuk melindungi Ranpossa III, realistisnya, itu akan sangat sulit dilakukan.

Ditambah lagi, mungkin akan menjadi kegagalan dirinya sebagai seorang bawahan yang setia kepada Yang Mulia jika dia bahkan tidak bisa menyelamatkan sebuah nyawa yang tidak bisa dia selamatkan. Apalagi turun takhta sang raja sendiri masih dipertanyakan.

Jika ada seseorang yang bisa menggantikannya, maka dia akan dengan senang hati menyerahkan posisinya. Namun, orang seperti itu memiliki persediaan sangat sedikit. Ada satu orang yang bisa setara dengan Gazef, tapi dia sendiri takkan pernah setuju menjadi Kapten Warrior.

Apa yang Brain rencakan di masa depan? Apakah dia memiliki sesuatu dalam rencananya?

Meskipun Brain telah menjadi bawahan langsung Putri Renner, Gazef merasa dia akan segera pergi. Jika dia menghilang, mungkin untuk mengasah kemampuan berpedangnya. Sebagai seorang pria yang diikat oleh istana, Gazef mau tidak mau mengagumi cara hidupnya itu.

Dia teringat dengan kemampuan berpedang Brain yang sangat terasah.

Setelah keributan oleh iblis, Gazef dan Brain telah bertarung dalam sparring persahabatan.

Meskipun gazef menang dalam pertandingan yang tak resmi itu, dia bisa merasakan lamanya Brain dalam mengasah pedangnya saat angin dari pedangnya bertiup melewati rambutnya.

Siapa yang tahu, di dalam beberapa tahun nanti, Brain mungkin akan menjadi lebih kuat dari dirinya.

Jika Brain setuju untuk mengambil alih tempatku, aku akan memfokuskan energi milikku untuk melatih generasi selanjutnya, agar Kingdom akan memiliki cadangan warrior yang terlatih di masa depan.

"Aku sangat setuju!"

Suara Marquis Bowlrob menghentikan pemikiran Gazef. Sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan masa depan yang masih jauh.

"Jika anda izinkan saya, saya akan dengan senang hati menambahkan pasukan terkuat saya untuk berusaha melindungi Yang Mulia sendiri. Bagaimana dengan itu, Yang Mulia?"

"Umu. Kapten Warrior, bagaimana menurutmu?"

Dia tidak bisa pura-pura tidak mendengar itu. Itu akan menjadi sebuah kebohongan. Gazef mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh, sambil mengabaikan perubahan alis dari Raeven.

Mungkin saja itu adalah tawaran dari Bowlrob, yang mendukung Barbro sebagai raja selanjutnya, karena Barbro bertarung di depan. Namun, Gazef tidak mempunyai bukti untuk ini, jadi hanya ada satu jawaban yang bisa dia berikan.

"Saya yakin itu semua tergantung dari pendapat Yang Mulia."

Raja mengangguk dalam-dalam, dan Gazef tiba-tiba merasakan perasaan bersalah.

"Begitukah... kalau begitu, jika memang begitu... maka kamu seharusnya ikut juga."

"Ya! Biarkan saya mempersembahkan kepala kaisar palsu kepada anda, Ayah!"

Saat dia mendengarkan balasan antusias dari Barbro, Gazef hanya bisa berharap jika persiapan yang akan datang akan menyingkirkan awan ketidak tenangan yang terbentuk di hatinya.


-----


Kemampuan politik Marquis Raeven memang tidak ada tandingannya diantara Enam Bangsawan Besar, jadi bisa diduga kantor dimana dia menunjukkan kemampuannya memang menakjubkan. Namun, bukan itu masalahnya. Banyak orang yang akan terkejut dengan bagaimana perintah-perintah yang akan menentukan masa depan Kingdom Re-Estize dibuat di tempat yang sempit dan sederhana tersebut.

Interior ruangan itu dipenuhi dengan rak-rak buku, dan buku-buku serta gulungan-gulungan itu ditata rapi dengan cara yang menunjukkan kepribadian dari pemiliknya. Namun, bukan karena hal ini ruangan itu terlihat sangat kecil, meskipun sebagian memang adalah alasannya.

Alasan terbesar tidak terlihat oleh mata telanjang.

Rumah Raeven dibangun dari batu bata yang dibungkus oleh plesteran. Ini memang hal yang biasa di kalangan rumah bangsawan, dan kantor Raeven bukan pengecualian.

Namun, interior dari dinding-dinding ini dibungkus dengan lapisan tembaga yang menutup seluruh ruangan.

Ini dilakukan agar bisa menghadang mantra yang digunakan untuk menguping, mengamati atau mendeteksi lokasinya.

Ruangan tanpa jendela itu terasa sedikit klaustrofobia, tapi dari sudut pandang efektifitas biaya, itu adalah praktis dan harus ditanggung.

Setelah kembali dari istana Valencia, Raeven langsung menuju kantor ini, yang memang bisa menghadang magic. Dia menyeberang ke sisi lain dari meja kerjanya sebelum menjatuhkan diri ke kursinya, tubuhnya sudah kehabisan energi.

Lalu, dia menutupi wajahnya dengan tangan. Dia tidak terlihat sedikitpun seperti bangsawan besar yang mengkomandoi kekuatan yang tak tertandingi dan memiliki keistimewaan dari Kingdom. Malahan, dia terlihat seperti seorang pria paruh baya, yang kelelahan oleh beratnya stres dan tanggung jawab.

Dia menaikkan untaian rambut pirangnya yang lemas dengan jari, menyisirnya kembali ke atas saat wajahnya berubah.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam, stres yang terkumpul selama sesi rapat berubah menjadi marah, yang memenuhi hatinya. Dalam sekejap kemarahan itu sudah melampau batas, dan meledak seperti sebuah ledakan.

"Dasar mereka orang yang sangat, sangat, sangat, sangat bodoh itu!"

Tak ada yang mengerti apa yang terjadi. Tidak, jika seseorang mengerti dan memanfaatkan situasinya, mereka malahan akan menjadi ahli dalam strategi.

Sekarang ini, Kingdom sedang menghadapi bahaya besar.

Hasutan perang dari Empire yang terus-terusan membuat masalah yang sangat gawat seperti kurang pasokan pangan, dan juga ada masalah lain yang mulai muncul. Satu-satunya alasan mengapa tidak ada keretakan di dalam Kingdom yang muncul sejauh ini adalah karena para bangsawan yang benar-benar percaya "kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama lagi sampai fraksi lain jatuh dahulu."

Empire mempekerjakan warrior-warrior profesional yang dikenal sebagai knight, tapi Kingdom tidak memiliki prajurit yang setara diantara barisan mereka. Untuk melawan serangan Baharuth Empire, mereka membutuhkan rakyat untuk wajib militer demi keuntungan mereka. Dan tentu saja, itu artinya desa-desa akan segera kekurangan pekerja mereka.

Dengan hal itu sebagai tujuannya, Empire bertujuan untuk menyerang Kingdom selama musim gugur, musim panen. ketika mereka mereka sangat membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Selama musim yang paling sibuk dari desa petani, dampak dari pria dewasa mereka - yang merupakan sumber tenaga kerja yang paling penting - menjadi hilang tidak bisa dianggap remeh. Tentu saja, ide untuk tidak melakukan wajib militer kepada banyak orang pernah terpikirkan, tapi menghadapi kekuatan militer Baharuth Empire, yang jauh terlatih dan bersenjata lebih baik, Kingdom tidak bisa mengerahkan perlawanan tanpa jumlah yang besar di pihak mereka.

Hanya ada satu kesempatan ketika kurangnya prajurit rakyat yang membuat kerugian besar untuk Kingdom. Untungnya, serangan balik yang dipimpin oleh Gazef berhasil, membunuh dua dari Empat Knight aslinya dan menghentikan perang, karena kedua pihak telah menang dan kalah. Namun, sebenarnya adalah kekuatan nasional dari Kingdom telah berkurang, dan karena kehilangan banyak penduduk, Kingdom keluar sebagai pihak yang kalah dalam hitungan.

Dan bahkan ketika saat itu...

"Dasar pengkhianat-pengkhianat kotor itu! Perebutan kekuasaan yang bodoh ini! Orang-orang yang bodoh itu, saling bertarung memperebutkan kursi yang bodoh!"

Marquis Volumlash, salah satu enam bangsawan besar, telah mengkhianati Kingdom dengan menjual informasi kepada Empire. Para bangsawan telah terpecah menjadi dua Fraksi dan berusaha mendominasi. Kedua Pangeran saling mengincar pewaris takhta seperti anjing-anjing yang berebut tulang.

Marquis Raeven memukul mejanya berkali-kali, menyalurkan kemarahannya.

"Raja juga tidak lebih baik! Dia memang tidak bodoh dan mabuk kekuasaan, tapi dia tidak berpikir sama sekali! Cara dia yang terus memegang takhta hanya akan mengipasi api dari krisis pergantian takhta menjadi semakin tinggi! Putri Renner memberinya kesempatan yang baik dengan membuat keadaan lebih menguntungkan kepada Fraksi Kerajaan, jadi dia seharusnya sudah segera memindahkan kekuasaan!"

Selama peristiwa keributan oleh iblis, yang satu-satunya menyemangati sang raja untuk ikut bertarung secara pribadi adalah Putri Renner.

Karena itu, pengaruh dari Fraksi Kerajaan semakin meningkat, dan mereka seharusnya bisa mewariskan takhta kepada Pangeran Zanack jika mereka sudah mengajukannya. Namun-

"Akhirnya berakhir seperti ini karena dia mengasihani putra pertamanya. Bukannya aku tidak mengerti perasaannya, tapi tak ada yang berpikir tentang apa yang penting! Tak ada sama sekali!"

Sejujurnya, ini tidak benar. Ada beberapa orang di dalam Kingdom yang memikirkan masa depan dan apa yang penting untuk negeri. Masalahnya adalah mereka semua adanya di kamp Raeven.

Dia seharusnya tidak memusatkan mereka semua di bawah sayapnya. Malahan, dia seharusnya secara hati-hati menyebarkannya ke fraksi lain dan mempengaruhi pemimpin mereka dari dalam. Namun, kejengkelannya tidak ditujukan kepada dirinya sendiri karena tidak melakukan hal ini sebelumnya, tapi kepada para anggota dari fraksi lain, yang kebodohannya memberikan sakit kepala kepada Raeven.

"Dasar bodoh, tiap-tiap mereka itu."

Raeven berteriak karena frustasi saat dia mengingat mereka, orang-orang bodoh yang hanya bisa melihat umpan yang diletakkan di depan mereka, yang kecerdasannya tidak lebih baik dari goblin.

"-Meskipun begitu, apa yang harus kulakukan? Pikir, Raeven, pikir!"

Kefrustasian Raeven semakin meningkat saat nafasnya tenang.

Dia harus berpikir bagaimana membuat Kingdom Re-Estize tetap berjalan, bahkan dihadapan bahaya sekalipun.

"Sebagai awalnya, perang dengan Empire ini berbahaya, terutama jika Ainz Ooal Gown itu memiliki komando kekuatan besar. Aku harusnya mulai dengan mengasumsikan dia bisa menyebabkan 10.000 korban nyawa sendiri sebelum aku mulai merencanakan strategi. Lalu di waktu yang sama, aku akan mendorong sang pangeran untuk menjadi raja selanjutnya... Apakah itu terlalu sulit?"

Raeven mengucapkan pemikirannya keras-keras sambil menatanya di pikiran. Sejujurnya, dia ingin berbagi masalah ini dengan seseorang dan mendiskusikannya.

Itulah kenapa Raeven mendukung Pangeran Zanack, Pangeran Kedua adalah satu-satunya sekutu bagi dia - meskipun sekarang ada orang lain lagi, Putri Renner - diantara para bangsawan. Keduanya mengerti bahaya yang akan dihadapi oleh Kingdom, dan dia menganggap putri itu sebagai seorang rekan seperjuangan ketika itu adalah perencanaan untuk masa depan.

Jika saja pangeran kedua bisa naik takhta, itu akan mengangkat beban dari bahu kanannya.

"...Kurasa dia tidak bercanda ketika dia menjanjikan untuk membuatku sebagai Perdana Menteri. Meskipun aku tidak bisa melepaskan beban di bahu kiriku, setidaknya itu akan meningkatkan kondisi Kingdom."

Tujuan Raeven saat ini adalah untuk menempatkan Pangeran Zanack ke dalam takhta. Jika dia gagal dengan itu, negeri ini akan selangkah lebih maju menuju keruntuhan.

"Dengan bantuan Putri Renner, tugasku akan lebih mudah, setidaknya."

Raeven menghela nafas berat saat dia mengeluarkan suara pemikiran dan rencana masa depannya.

Bahkan dia pun memiliki hari-hari ketika dia ingin begitu saja meletakkan semuanya dan menjauh.

Suatu ketika, kekhawatiran berlebihan bahkan membuatnya merenung menghancurkan Kingdom dengan tangannya sendiri, meskipun pemikiran tertentu itu hanya datang sekali dua kali.

Itu seperti sedang membangun istana dari pasir, dikelilingi oleh anak kecil yang mencoba untuk menendangnya. Suatu ketika, dia serasa ingin menghancurkannya sendiri, hanya agar membuat mereka tidak merasa puas. Tetap saja, dia memiliki alasan untuk mengabaikan keinginan menghancurkan itu dan tetap melakukan apa yang seperti biasanya.

Ada sebuah ketukan di pintu.

Suara itu kelihatannya datang dari posisi yang lebih bawah dari biasanya. Untuk sesaat, Raeven menunjukkan sebuah ekspresi yang tidak seperti biasanya. Mungkin bisa dikatakan ekspresinya meleleh; alisnya turun, dan bahkan sudut mulutnya bersikap santai tidak seperti biasanya.

"Oh, itu tidak baik. Aku tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini."

Raeven memukul pelan wajahnya, karena semangatnya saja tidak cukup untuk mengembalikan sikap yang tepat. Setelah merapikan rambutnya yang acak-acakan, dia menoleh ke arah pintu logam dan berbicara kepada orang yang ada dibalik pintu itu agar bisa didengar. Meskipun suaranya keras, namun mengandung kelembutan yang mengejutkan menandakan bahwa dia tidak merah.

"Masuklah."

Kecepatan dari terbukanya pintu itu menandakan seberapa besar pihak lain sangat menantikannya.

Di sisi lain dari pintu ada seorang bocah laki-laki.

Sebuah wajah yang samar tersipu terlihat pada kulitnya yang pucat dari wajah bocah itu. Dia kelihatannya sekitar lima tahun, lalu dia melangkah menyeberangi lantai, berhenti di lutut Raeven.

"Wah wah, kamu tahu kamu tak boleh seharusnya berlarian di dalam, itu tidak sopan."

Sebuah suara wanita mengikuti bocah itu ke arah Raeven.

Dia adalah seorang wanita dengan wajah cantik yang dibayangi oleh kesuraman. Dia tidak terlihat seperti wanita yang bahagia. Pakaiannya memang mewah, tapi warnanya mati.

Wanita itu membungkuk tegak kepada Raeven, lalu tersenyum.

Dengan sedikit malu, Raeven membalas dengan senyum.

Istrinya mulai tersenyum baru-baru ini.

Raeven mau tidak mau teringat hari-hari itu.

Ketika dia masih muda, hatinya dipenuhi dengan ambisi dan dorongan tanda pemuda. Dan target ambisinya adalah singgasana.

Mengincar takhta adalah impian pengkhianatan.

Marquis Raeven yang masih muda, dipenuhi dengan kepercayaan diri dengan kemampuannya, mungkin merasa bahwa dia tidak memiliki tujuan lain yang layak sebagai tujuan selama hidupnya. Pada akhirnya, dia bekerja dengan lirih, membesarkan pengaruhnya, mengumpulkan kekayaan, memperluas koneksinya, menghancurkan musuhnya-

Mengambil istri tidak lebih dari sebagian dari rencananya. Selama dia bisa menjual posisi dari janda seorang bangsawan dengan harga tinggi, dia tidak perduli wanita macam apa yang nantinya dia dapatkan. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik, namun suram, tapi Raeven tidak keberatan. Lagipula, hal terpenting adalah koneksi yang dia buat dengan keluarga istrinya.

Rumah mereka memang biasa.

Tidak, begitulah Raeven merasakannya. Dia menganggap wanita yang dia nikahi sebagai sebuah alat, tapi tidak ada cinta diantara mereka.

Saat takdir berjalan, ada suatu hal yang kecil yang merubah Raeven.

Dia menolehkan matanya ke arah bocah laki-laki di depannya.

Hal pertama yang dia pikirkan ketika dia tahu dia memiliki seorang anak adalah dia memiliki alat lain untuk digunakan. Namun, saat bocah itu lahir memegang jarinya dengan tangannya yang mungil, sesuatu terlihat hancur di dalam tubuhnya.

Ini adalah putranya, yang terlihat seperti monyet manusia. Dia memang tidak menganggapnya menggemaskan. Namun, ketika dia merasakan kehangatan yang memancar dari jarinya, hal-hal lain kelihatannya seperti menghilang.

Siapa yang perduli dengan takhta?

Pria yang didorong oleh ambisi telah hilang, tidak terlihat dan tidak bersedih.

Lalu, ketika Raeven tersenyum berterima kasih kepada istrinya yang baru saja melahirkan putranya, dia secara gamblang teringat ekspresi wajah istrinya, yang memang lucu, meskipun dia tidak mengatakannya dengan keras. Dia teringat bertanya, "Siapa dia?"

Waktu itu, istrinya menganggap bahwa ini hanya sebuah keanehan yang disebabkan karena tahu dia memiliki keturunan. Namun, Raeven terus-terusan berubah setelah ini, dan itu membuat istrinya bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan suaminya.

Pada akhirnya, ketika istrinya mempertimbangkan suaminya yang sebelum ini dan sesudah perubahannya, dia memutuskan bahwa dia lebih memilih Raeven yang baru, dan sikapnya berubah pula. Dua orang itu, pada akhirnya, menjadi sepasang suami istri yang biasa.

Raeven membungkuk dan mengangkat putranya, yang mencoba merangkul lutut Raeven.

Si bocah tertawa gembira saat dia dipangku oleh Raeven. Dia bisa merasakan panas dari tubuhnya melalui pakaiannya, dan berat badan yang sudah akrab terasa nyaman. Sebuah kepuasan yang hangat dan menenangkan terpancar tiada akhir dari hatinya.

Sekarang, Raeven hanya punya satu tujuan.

'Aku ingin meninggalkan wilayah yang dijaga dengan baik kepada putraku' Itu adalah tujuan yang dimiliki oleh ayah bangsawan manapun.

Raeven melihat hangat kepada bocah yang ada di kakinya, lalu berbicara kepadanya.

"Ada apa-chu? Rii-tan? Chuchu~"

Hanya dua orang di dunia ini yang bisa melihat seorang bangsawan besar yang mengerucutkan bibirnya dan membentuk "~chu".

Salah satunya, si bocah itu, yang tertawa kegirangan.

"...Sayang, berbicara dengan bahasa bayi hanya akan mengganggu tata bahasanya."

"Hmph! Omong kosong, itu tak lebih hanyalah rumor yang tak berdasar."

Meskipun mulutnya berkata demikian, Raeven sadar bahwa gawat nantinya jika dia membesarkan putranya dengan buruk.

Karena dia adalah putranya, itu artinya dia pasti memiliki semacam bakat. Atau lebih tepatnya, tidak perduli meskipun dia tidak memiliki bakat, tapi sebagai orang tuanya, mereka memiliki kewajiban untuk menemukan dan mengasah kemampuan dari anak-anak mereka. Oleh karena itu, menjadi pengaruh yang buruk kepadanya adalah hal yang tidak mungkin. Tetap saja, dia tidak akan membuang nama kesayangan baginya.

Lagipula cinta adalah guru terbaik.

"Bukankah itu benar, ya kan Rii-tan? Ada apa? Apakah kamu ingin mengatakan sesuatu kepada Papa?"

Raeven mengabaikan ekspresi gelisah istrinya dan bertanya lagi.

"Ehehehe, tentang hal itu~"

Dia terlihat seperti ingin berbagi semacam suatu rahasia, melihat dari caranya yang menutupi mulut dengan tangan kecilnya. Saat dia melihat gerakan itu, sudut mata Raeven menjadi tenang, dan dia membuat satu wajah yang takkan diduga dibuat oleh pria yang dianggap sebagai ular itu.

"Yah, apa itu? Bisakah kamu bilang kepada Papa~n? Uwah~ apa itu?"

"Makan malam hari ini~"

"Mm, mm!"

"Itu adalah kesukaan Papa!"

"Mm! Papa~n akan sangat senang! Apa makan malam hari ini?"

"ikan Gabra a la meuniere."

"Begitukah- Ada apa? Rii-tan?"

Raeven melihat ekspresi tidak senang di wajah putranya lalu cepat-cepat bertanya.

"Seharusnya aku yang mengatakannya!"

Sebuah petir terlihat seakan berkelebat di punggung Raeven.

"Apakah itu -chu er, maksudku, benarkah itu? Yah, kalau begitu Papa~n yang salah. Maafkan Papa. Rii-tan, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?"

Saat Raeven melihat ke arah istrinya dengan alis yang mengkerut, istrinya, yang tak tahu apa yang harus dilakukan, menutupi wajahnya.

"Rii-tan, mengapa kamu tidak bilang kepada Papa~n?"

Dengan sebuah suara 'hmph' jengkel, bocah itu membuang wajahnya ke samping. Gerakan kecil itu memiliki benturan besar kepada Raeven. Dengan wajahnya yang dipenuhi keputusasaan, dia terlihat seperti baru saja diperintahkan bunuh diri.

"Aku benar-benar minta maaf Rii-tan, Papa~n itu bodoh dan lupa semuanya, bisakah kamu katakan kepada Papa?"

Putranya menoleh ke arah Raeven dari sudut matanya. Dia kelihatannya belum siap membuat keputusan.

"Tidak mau bilang kepada Papa~n? Papa~n akan nangis nih~"

"Itu - Tentang itu, itu adalah ikan kesukaan Papa~"

"Benarkah? Papa gembira sekali mendengarnya!"

Raeven tidak bisa menahan keinginan untuk mencium pipi putranya. Karena geli, bocah itu tertawa polos.

"Baiklah, ayo pergi makan malam!"

"---Kurasa masih belum siap."

"-Apa."

Ekspresi jengkel menyebar di muka Raeven, seakan sebuah baskom berisi air dingin disiramkan ke kepalanya. Meskipun itu adalah masalah yang mudah memerintahkan kepada koki untuk bergegas, mereka masih butuh waktu untuk mengikuti langkah yang tepat melakukan pekerjaan mereka, dan langkah-langkah itu harus dilakukan dengan timing yang spesifik. Oleh karena itu, jika dia dengan egoisnya mengganggu rutinitas mereka, makanan tidak akan seenak biasanya.

Oleh karena itu, meskipun dia tidak senang menunggu. Raeven tidak memberikan perintah itu. Karena dia ingin putranya makan dengan makanan yang terbaik.

"Baiklah, ayah harus kerja. Ayo pergi."

"Kay~"

Raeven tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang dia rasakan saat dia mendengar balasan dari putranya.

"Koff! Tunggu, sebenarnya, aku sudah selesai bekerja."

"Benarkah?"

"Ya, benar kok. Jangan khawatir, pekerjaan sudah selesai."

"...Begitukah? Tidak baik menundanya."

"..."

Meskipun sang istri menatap dengan tatapan dingin, Raeven tidak ingin melepaskan putranya. Dia memeluk bocah itu dengan erat, lalu menghela nafas saat dia merasakan kehangatan dari tubuh putranya mengalir kepadanya.

"...Yah, aku juga lagi buntu," gumam Raeven. "Kelihatannya aku tidak bisa menyelesaikannya dalam sehari."

Ini bukan alasan. Dia tidak punya sesuatu yang mendesak untuk diselesaikan.

Istrinya mengangguk menyambutnya.

"Aku mengerti, tapi tetap saja... kelihatannya benar-benar susah."

"Itu yang kukatakan. Aku tidak perlu tambahan tangan dan kaki untuk bekerja, cuman kepala yang bagus."

"Bagaimana dengan saudaraku?"

"Dia memang berbakat, tapi karena keluargamu sudah cukup sibuk dengan wilayahnya sekarang. Kurasa aku tidak bisa memanggilnya kemari, ya kan? Apakah kamu tahu orang lain lagi yang bisa dipercaya?"

Raeven sudah menanyakan pertanyaan ini berulang kali, dan istrinya telah memberikan jawaban yang sama; tidak ada bangsawan yang bisa menghadapi masalah ini seperti dirimu.

Sebenarnya adalah jika orang lain seperti itu, kehidupannya tidak akan sesulit ini sekarang. Pada akhirnya, yang bisa dia lakukan hanyalah mencari di kalangan orang biasa. Jika ini adalah tempat seperti Empire, dimana sistem pendidikannya terpusat untuk melatih orang-orang agar siap untuk melayani umum, maka keadaan akan baik-baik saja, tapi di dalam Kingdom, mencari bakat tersembunyi seperti mencari sebuah jarum di dalam tumpukan jerami. Yang bisa dia lakukan adalah mendengar rumor orang berbakat dan merekrut mereka.

Saat dia berpikir betapa banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan, hati Raeven tenggelam. Saat ini, putranya memiliki ide yang bagus.

"Papa~n, aku ingin membantumu bekerja juga~"

"Uwah~ Rii-tan, terima kasih banyak! Aku paling menyayangi-chu!"

Raeven tidak berhenti menciumi putranya saat dia melanjutkan bahasa bayinya. Ini tidak diragukan lagi adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidupnya.

Dia bisa melupakan stres dalam sehari-harinya dan mendapatkan sebuah kedamaian kecil.

Meskipun aku harus mengorbankan diriku, aku akan melindungi semua ini, Raeven bersumpah di dalam hatinya.

19 komentar:

Yan mengatakan...

siiippp thanks a lot min, ditunggu yaa update-an berikutnya

Rinnan Kanvas mengatakan...

Lanjut Min :D

attur mengatakan...

Lanjut min

ESPADA mengatakan...

Mantabb, makasih min ~

Ditunggu selanjutnya..

Joy mengatakan...

sip thx min

all hail ainz sama

Makh mengatakan...

Lanjut.......

Anonim mengatakan...

kasian gazef. susah memang jadi orang baik

Ramiris mengatakan...

Lanjut

Anonim mengatakan...

saat d situasi dan kondisi spt itu gazef stronof seolah-olah bukan dirinya sendiri saat dia berkata sesuatu yang bodoh spt :
"Yang Mulia,tidak bisakah anda menyerahkan perbatasan E-Rantel ke empire, tidak, ke magic caster itu?" krna dia sendiri sdah mengerti kehebatan dan kebaikan dr ainz sendiri saat di desa carne.
normalnya gazef pasti akan menyarankan untuk berdiskusi dengan ainz terlebih dulu,karena dari berita dr empire tsb bisa menyatakan 2 pertimbangan: 1. hanya alasan empire untuk memulai perang. 2. jebakan yg dibuat empire.
namun alasan terakhir lebih masuk akal krn empire berani melampirkan nama ainz oleh karena itu seharusnya memverifikasi berita tsb dn berdiskusi kpd ainz sendiri lebih baik drpd scr langsung membuat keputusan untuk "berperang dg empire" meskipun saat diskusi hasil terburuknya jga berperang.. namun smua bisa tau keaslian berita tsb dan mengatahui kekuatan ainz dr berdiskusi.

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.9 bab 2 bag.1

Anonim mengatakan...

2018 konfirmasi nih

Unknown mengatakan...

Reaven tu sebenarnya baik dia rela berpindah2 fraksi demi keseimbangan kerajaan.
Kalau bukan karena marques reaven kerajaan sudah hancur sejak lama seperti yg dikatakan putri ranner pada arc jaldabaoth hanya reaven yg mementingkan perkembangan kerajaan dia rela dianggap orang licik dan tamak demi melindungi kerajaan mangkanya dia memilih pangeran zannack untuk menjadi raja karena unggul dlm kecerdasaan sedangakan barboro stupid/goblok minta ampun

Unknown mengatakan...

Pada akhir nya para bangsawan bodoh itu kena Bantai zehaha...

D mengatakan...

Jelaslah tidak bisa meragukan berita itu. Ingat kejadian para worker dari Empire itu

Kuhaku mengatakan...

Reaven jelas milih pangeran zanak yg mana kecerdasannya emng tidak di ragukan di antara saudaranya,meski putri emas reiner juga sama mungkin atau lebih cerdas dari zanack,,sprti yg di ceritakan tadi,belum pernah kingdom dipimpin olh ratu,makanya kadidat reaven adalah zanak,,beda gk kayak babro yg pikirannya dangkal,goblok,yg bisanya gelud doang

My name is ...... mengatakan...

Yang MUlia, tidak bisakah anda menyerahkan perbatasan E-Rantel ke Empire, tidak, ke magic caster itu?"
Sasuga stronoff sama
Awowkww

Kuhaku mengatakan...

Alasan Kingdom Re eztize masih berdiri sekarang ya karna Marquis Reaven yg sering berpindah fraksi, tuk keseimbangan dan memberi pengaruh ke kebijakan politik dan keputusan lainnya, mengendalikan dibalik layar kerajaan, emang best lah orang macam Marquis ini.

Dn cerita yg bagus, bahkan dalam kehidupan keluarga juga dijelaskan .

Kuhaku mengatakan...

Waktu itu kingdom kagak tau apa apa tentang penyerangan worker

Tekek hijau mengatakan...

Sungguh bapak yg baik