Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

28 Mei, 2016

Overlord - Vol 8 - Side 1 Part 3

Enri's Upheaval and Hectic Days - 

Kesibukan dan Kehebohan sehari-hari Enri

Part 3


Kota benteng E-Rantel didominasi oleh tiga cincin konsentris dinding benteng. Pintu-pintu di dinding ini adalah bagian yang paling kokoh dan paling kuat dari dinding itu sendiri, dan mereka terlihat seperti memancarkan perasaan yang kuat.

Adalah hal yang wajar melihat para traveler di jalanan menatap dengan mulut ternganga ke arah kota yang dikatakan mampu mementalkan serangan apapun yang dibuat oleh Empire. Dan orang-orang di jalan itu pastinya membuat ekspresi yang mirip di masa lalu.

Disamping gerbang-gerbang ini ada pos-pos pemeriksaan, yang dijaga oleh beberapa prajurit yang sedang bersantai berlindung dari sinar matahari.


Meskipun beberapa orang mungkin akan bertanya apakah tidak apa bagi para prajurit kota yang dekat dengan garis depan bersikap santai seperti itu, sebenarnya adalah pasukan dari pos pemeriksaan disana adalah untuk memeriksa para traveler. Pekerjaan mereka adalah untuk mengungkap barang selundupan dan mata-mata dari negara lain, jadi mereka tidak melakukan apapun ketika tak ada yang masuk ke dalam kota.

Sebagai hasilnya, para prajurit yang saat ini sedang terdiam - meskipun mereka mempertahankan kedisiplinan daripada melewatkan waktu meeka dengan bermain kartu - tidak bisa menahan dorongan untuk menguap.

Mereka mungkin terlihat seperti sedang bermalas-malasan sekarang, tapi ketika mereka sibuk, mereka pasti sangat sibuk. Terutama ketika pagi, sulit sekali menjelaskannya dengan kata-kata, ketika kota baru saja membuka gerbangnya.

Dengan matahari yang ada di titik paling tinggi di langit, para traveler mulai muncul di jalanan dalam kelompok kecil, tersebar bersama dengan pejalan kaki lainnya. Wajar orang-orang bepergian secara berkelompok, karena dunia ini dihuni oleh para monster.

Ketika mereka muncul, mereka muncul dalam gerombolan; kita akan segera sibuk, meskipun penjaga hanya berdiam melihat jalanan dari tempatnya. Matanya terpaku pada sebuah gerobak yang akan memasuki jalanan, menunggu beberapa pejalan kaki lewat.

Seorang wanita sedang mengendarainya. Dia tidak bisa melihat orang lainnya di dalam gerobak yang tidak tertutup itu. Dia bepergian sendiri.

Dia tidak bisa melihat senjata apapun padanya pula. Tebakannya yang pertama adalah dia seorang gadis desa.

Saat prajurit tersebut memikirkan hal ini, dia memiringkan kepalanya saat ragu-ragu dengan dirinya sendiri.

Bukan hal yang aneh jika orang-orang dari desa terdekat datang kemari. Namun, seorang wanita yang bepergian sendirian adalah masalah yang sama sekali lain. Area yang mengelilingi E-Rantel tidaklah bebas sama sekali dari para bandit dan monster. Berket usaha dari tim petualang legendaris "Darkness", kebanyakan monster-monster yang berbahaya dan bandit-bandit itu sudah disapu bersih. Tapi "kebanyakan" bukan berarti "semuanya", dan masih ada binatang buas biasa seperti serigala dan semacamnya yang harus diwaspadai.

Ini bukan hal yang unik bagi E-Rantel; berlaku juga untuk semua kota yang lainnya pula. Dan setelah dipikir-pikir, bisakah wanita bepergian sendirian?

Ketika berpikir jika dia mungkin saja berlari lebih cepat dari para bandit muncul di pikiran, dia tidak merasakan tekanan atau rasa gugup apapun pada dirinya sama sekali. Seakan dia tahu perjalanan itu adalah perjalanan yang aman.

Wanita macam apa dia?

Prajurit itu mengalihkan tatapannya yang curiga beralih ke kudanya, dan itulah ketika dia melakukan keheranan.

Kudanya luar biasa, bukan sesuatu yang dimiliki oleh hanya seorang gadis desa. Kondisi dan mantelnya mengingatkan pada seekor kuda perang.

Kuda perang memang sangat mahal. Meskipun kamu bisa mengumpulkan uang untuk membelinya, satu orang biasa tidak akan mampu mendapatkannya dengan mudah. Selain dari binatang yang bisa dikendarai berukuran besar seperti wyvern atau griffin, kuda perang adalah semacam makhluk terkuat yang biasa dijadikan sebagai tunggangan.

Orang biasa akan memerlukan uang dan koneksi untuk bisa mendapatakan kuda perang seperti itu, dan seorang gadis desa biasa tidak memiliki koneksi seperti itu.

Ada juga kemungkinan dia mencuri kuda itu dari pemilik asli, tai siapapun yang mencuri benda yang bernilai seperti itu pasti akan dikejar terus-terusan dan menjadi target hukuman yang setimpal. Inilah kenapa bandit-bandit tidak akan mencuri kuda atau menyerang pasukan berkuda.

Kesimpulannya, setelah mempertimbangkan semua bukti yang kentara, peluang dia benar-benar seorang gadis desa biasa sangat rendah. Jadi makhluk apa ini yang menyamar sebagai seorang gadis desa?

Hal yang penting adalah dia bepergian sendirian. Itu artinya dia sangat percaya diri dengan kemampuannya, dan kemampuan itu tidak terbatas pada kenyataan bahwa dia memilih berpakaian seperti seorang gadis desa. Dengan pemikiran seperti itu, kelihatannya dia adalah seorang magic caster, karena perlengkapan dan kekuatan mereka jarang sekali cocok dengan penampilan merka.

Itulah jawaban yang bisa dia terima. Jika ditekan alasannya, itu karena magic caster, atau petualang secara umum, memang kaya dan memiliki koneksi, jadi mendapatkan seekor kuda perang adalah hal yang mudah.

"Apakah itu seorang magic caster?"

Partner di sampingnya juga melalui proses yang sama.

"Mungkin saja."

Prajurit itu mengerutkan dahinya dan menjawab.

Magic caster adalah orang-orang yang menjengkelkan dalam hal pemeriksaan.

Pada awalnya, senjata utama mereka, magic, adalah satu hal yang tidak memiliki bentuk dan terlihat mata telanjang. Itu artinya tidak mungkin melihat apa senjata mereka.

Keuda, mereka mungkin menggunakan barang berbahaya sebagai bagian dari magic mereka dan menemukkanya adalah hal yang sulit.

Ketiga, magic caster biasanya memiliki banyak barang bawaan, jadi memeriksanya satu persatu adalah hal yang menjengkelkan.

Sejujurnya, dia benci berurusan dengan mereka. Karena itu, mereka mempekerjakan seorang pria dari asosiasi magician - setelah membayar biaya yang cocok, tentu saja - untuk membantu mereka. Namun...

"Apakah kita harus membawa pria itu keluar? Aku tidak ingin."

"Mau bagaimana lagi. Jika ada sesuatu yang terjadi, pantat kita jadi taruhannya."

"Akan lebih baik jika dia berpakaian layaknya seorang magic caster dari awal."

"Membawa tongkat aneh, memakai jubah aneh?"

"Yup. Setidaknya kamu akan tahu dia adalah seorang magic caster. Maka kita akan terpaksa memasukkannya ke dalam Asosiasi Magician dan membuatnya membawa Segel tanda pengenal Guild petualang yang wajib."

Dua prajurit itu bangun bersamaan, saling tertawa satu sama lain. Ini adalah untuk menyambut gadis yang mungkin saja seorang magic caster.

Dari balik mata yang awas prajurit itu, gerobak itu menggelinding ke pintu dan berhenti.

Gadis itu turun. Dahinya licin karena keringat, tapi dia kelihatannya terbiasa bepergian di bawah sinar matahari. Lengan bajunya panjang, mungkin untuk berlindung dari sengatan sinar matahari. Pakaiannya kelihatannya tidak mahal atau dijahit dengan benar. Tak perduli bagaimanapun kamu melihatnya, dia hanyalah seorang gadis desa biasa.

Tapi kamu tak bisa menilai sebuah buku hanya dari sampulnya. Dia bisa saja menyembunyikan sesuatu. Pekerjaan mereka adalah mencari tahu apa itu.

Prajurit itu mendekat sang gadis dengan waspada.

Mereka berbicara kepadanya dengan nada yang lembut dan baik. Ucapan seperti, "Kami tidak ingin menakutimu, jadi tolong tenanglah dan santai saja."

"Ya, tidak masalah."

Prajurit itu mengantarkan si gadis ke titik pemeriksaan.

Agar bisa berlindung dari mantra "Charm", dua prajurit lagi mengikutinya dari kejauhan beberapa meter. Yang lainnya mengawasi gadis tersebut dengan hati-hati, waspada dengan gerakan mencurigakan apapun.

Gadis itu memiringkan kepalanya berkali-kali, seakan merasa ada tekanan di udara.

"...Ada apa?"

"Eh? Ah, tidak, bukan apa-apa."

Seseorang bisa menyadari perubahan sekejap di udara tidak mungkin adalah hal yang biasa. Para penjaga itu membawanya ke titik pemeriksaan dengan pikiran seperti itu.

"Kalau begitu, bisakah kamu duduk disana?"

"Ya."

Gadis itu duduk di salah satu kursi yang disediakan di dalam benteng pertahanan kecil.

"Mari kita mulai dengna nama dan asalmu."

"Ya, Namaku adalan Enri Emmot. Aku datang dari desa Carne, di dekat Great Forest of Tob."

Prajurit itu saling bertukar tatapan, dan salah satunya melangkah keluar dari benteng pertahanan. Dia akan memeriksa daftar penduduk jika ada kecocokan.

Untuk bisa mengatur penduduknya, Kingdom menyimpan catatan mereka di dalam bentuk daftar. Meskipun begitu, daftar-daftar itu adalah urusan kasar, dan detil relevan tentang kelahiran dan kematian mengalami update sangat pelan, atau tidak sama sekali. Perkiraan kasarnya, ada puluhan ribu kesalahan pada daftar itu. Sebagai hasilnya, terlalu mengandalkan daftar tersebut adalah ide yang buruk, namun meskipun begitu, mereka memiliki manfaat juga.

Daftar ini kacau balau, tapi memiliki banyak isi, jadi mencarinya akan memakan waktu yang panjang. Prajurit itu memahami ini, dan memutuskan untuk mencoba dan mengurusi hal lain selama itu.

"Kalau begitu, sebagai ganti biaya masuk, bisakah aku melihat surat ijinmu?"

Biasanya, semua yang memakai jalanan Kingdom harus membayar biaya - sesuatu seperti pajak lewat. Namun, membebani biaya kepada penduduk uang itu akan menyebabkan perdagangan menjadi tersendat hingga macet, dan sebagai hasilnya setiap desa diberikan surat ijin bepergian dengan begitu mereka bisa masuk ke kota gratis. Tentu saja, karena adanya bangsawan yang berbeda pada masing-masing daerah, ada peraturan berbeda pada masing-masing daerah juga.

"Hmmm, biar kucari.. ini dia."

Prajurit itu menghentikan Enri sebelum membuka tasnya untuk mencari surat iin.

"Ah, kami yang akan melakukan itu. Bisakah kamu memberikan tasmu pada kami?"

Enri menyerahkannya tanpa protes. Prajurit itu dengan hati-hati memeriksa isinya, dan menemukan sebuah perkamen.

Mereka membuka gulungan itu di meja agar bisa dilihat siapapun. Meskipun tingkat melek huruf di antara penduduk Kingdom sangat rendah, adalah hal yang bagus jika setiap prajurit yang ditugaskan di titik pemeriksaan bisa membaca dan menulis. Atau lebih tepatnya, mereka disini memang karena mereka bisa baca tulis.

"Oh begitu. Yah, kelihatannya tidak apa. Ini jelas adalah surat ijin yang dikeluarkan untuk desa Carne. Aku sudah memastikan ini."

Prajurit itu menggulung kembali perkamen tersebut dan mengembalikannya ke dalam tas.

"Selanjutnya, katakan alasan mengapa kamu datang ke E-Rantel."
"Ya. Pertama, aku kemari untuk menjual tanaman obat yang aku petik."

Prajurit itu melihat ke dalam gerobak yang diletakkan di luar, dimana jambangannya saat ini sedang diperiksa.

"Dan berapa tanaman obat yang kamu jual?"

"Empat jambangan Nyukuri, empat jambangan Ajina dan enam jambangan Enkaishi."

"Enam jambangan Enkaishi katamu?"

"Benar sekali."

Enri bangga dengan ini, dan itu muncul di wajahnya. Prajurit itu mengerti kenapa.

Lagipula, ketika bertugas di titik pemeriksaan, biasanya akan mendapatkan pengetahuan tentang tanaman obat yang sedang diperdagangkan.

Enkaishi hanya tumbuh dalam waktu yang pendek dan hanya bisa dikumpulkan selama waktu itu saja, tapi itu adalah bahan utama dari potion healing. Permintaanya sangat tinggi, dan itulah kenapa harganya selalu bagus. Jika dia memiliki enam jambangan seperti yang dia katakan, itu artinya bahwa dia akan mendapatkan banyak uang ketika dia sudah menjualnya.

"Lalu, dimana kamu berencana untuk menjualnya?"

"Aku berencana untuk menjualnya di mantan kediaman dari Madam Bareare."

"Bareare? Maksudmu farmasist Lizzie Bareare?"

Meskipun dia sudah tidak tinggal disana lagi, dia telah menjadi orang paling penting di bisnis farmasi E-Rantel hingga dekat ini. Jika dia menjual tanaman obat di tempat Lizzie, itu artinya Lizzie sangat mempercayainya.

Kalau begitu, tidak perlu lagi menggali lebih dalam, pikir prajurit.

Yang sebenarnya adalah meskipun pekerjaan mereka adalah untuk menghentikan barang-barang berbahaya masuk ke dalam kota, menyelidiki ini ketika mereka sudah masuk ke dalam kota sudah bukan lagi tanggung jawab mereka.

Prajurit itu mengangguk dengan bersungut-sungut, dan melihat ekspresi Enri.

Hingga sekarang, percakapan mereka tidak mencurigakan, dan dia tidak merasa dia berbohong.

Itu artinya setelah pemeriksaan barang bawaan selesai, pekerjaannya akan selesai.

Saat ini, prajurit yang baru saja kembali menganggukkan kepalanya.

Itu artinya, seorang gadis yang disebut Enri ada di dalam daftar.

Namun, catatan itu hanya mengatakan ada seorang gadis yang disebut Enri lahir di desa Carne. Tanpa ada jaminan apapun jika orang yang ada di depannya adalah Enri yang sebenarnya, juga tidak ada bukti hidup macam apa yang dialami Enri. Mungkin ketika perjalanannya, dia telah mendapatkan semacam magic yang kuat, atau dia baru saja mati di dalam perjalanannya dan beberapa kriminal menggunakan namanya.

Karena itu, satu pemeriksaan terakhir dibutuhkan.

"Aku mengerti. Kalau begitu, panggil pria kemari."

Prajurit tersebut mengangguk, lalu meninggalkan benteng pertahanan.

"Setelah ini, kami akan memeriksa tubuhmu. Apakah tidak apa?"

"Eh?"

Sebuah ekspresi terkejut muncul di wajah Enri. Prajurit itu cepat-cepat menguatkan kalimatnya.

"Dan, tidak akan adalah lagi pertanyaan lain. Maafkan aku, ini adalah peraturannya. Dan kami tidak akan melakukan hal macam-macam kepadamu, jadi jangan khawatir."

"...Aku mengerti."

Melihat Enri yang tidak keberatan, prajurit itu menghela nafas lega. Dia tidak ingin menjadi orang yang membuat marah seseorang yang mungkin saja magic caster.

Prajurit yang baru saja pergi sudah kembali, kali ini dengan seorang pria yang mengikuti di belakangnya.

Pria ini adalah seorang magic caster.

Hidungnya menonjol seperti paruh elang, sementara wajahnya yang tipis berwarna putih pucat. Tubuhnya dibungkus dengan jubah hitam yang kelihatannya sangat panas. Keringatnya mengalir bebas, dan tangannya yang mirip cakar menggenggam tongkatnya dengan erat.

Jika prajurit itu harus berkata kepadanya, dia pasti akan menyuruhnya membuang jubah itu karena panas, tapi magic caster secara pribadi menyukai gaya itu, dan dengan keras kepala menolak untuk merubah pakaiannya. Oleh karena itu, ketika magic caster masuk ke dalam ruangan, suhu di dalamnya kelihatannya naik menjadi beberapa derajat.

"Jadi gadis ini ya?"

Magic caster itu berbicara dengan pelan, yang mana prajurit yang mengantarnya menganggapnya aneh, seperti biasa.

Meskipun dia terlihat seperti seorang pria berusia dua puluhan, suaranya yang benar-benar serak membuatnya sulit untuk menilai berapa usianya dari suara itu saja. Apakah itu karena penampilannya yang memang muda tidak normal, atau suaranya yang serak tidak normal.

"Itu..."

Enri berubah menjadi terkejut kepada magic caster yang menggantikan prajurit tadi. Di hatinya, prajurit tersebut mengira jika rasa terkejutnya memang tidak bisa dihindari. Dia juga, ketakutan ketika pertama kali dia melihat pria tersebut.

"Ini adalah magic caster dari Asosiasi Magician. Dia akan melakukan pemeriksaan sederhana, jadi mohon tunggu sebentar."

Prajurit itu memberi isyarat kepada Enri untuk tetap duduk, lalu mengangguk kepada magic caster.

"Aku akan serahkan padamu kalau begitu?"

"Tentu saja."

Magic caster tersebut mengambil satu langkah maju kepada Enri, lalu dia merapalkan mantranya.

"[Detect Magic]"

Setelah itu, magic caster tersebut menyipitkan matanya, seperti seekor binatang buas yang menatap mangsanya. Namun, Enri tetap tenang wajahnya melihat pemandangan aneh ini.

Melihat hal itu, seluruh prajurit bisa berpikir "Tidak heran"

Seseorang yang bisa tetap tentang di bawah tatapan semacam itu tidak mungkin seorang gadis desa biasa. Setidaknya, jika dia tidak memiliki pengalaman menghadapi monster atau orang-orang yang ingin membunuhnya, itu hanya memperkuat kecurigaannya.

"Jangan mencoba mengelabui mataku. Kamu sedang menyembunyikan item magic. Benda di pinggangmu."

Enri mendengarnya, dan melihat ke pinggangnya karena terkejut, untuk pertama kalinya sejak di datang kemari.

Prajurit itu mengambil sikap kuda-kuda. Mereka mengerti senjata seperti pedang, tapi item magic adalah misteri bagi mereka.

"Maksudmu ini?"

Enri mengeluarkan sebuah tanduk kecil dari bajunya, cukup kecil hingga kedua tangannya bisa menyembunyikannya. Prajurit itu tidak bisa melewatkan hal ini.

"...Apakah itu adalah sebuah item magic?"

"Benar sekali. Kalian sudah dikelabui oleh penampilannya. Benda itu memiliki magic yang kuat."

Prajurit tersebut tidak bisa berkata apapun lagi. Jika ini adalah sebuah item yang dianggap oleh magic caster kuat, lalu seberapa kuat itu?

Saat para prajurit menganggap gadis ini pasti berpakaian datar karena suatu alasan, mereka tidak bisa menahan diri merasa ada sebuah hawa dingin yang menusuk dada mereka.

"Ah, ini adalah-"
"Tidak perlu mencari alasan. Magic milikku sudah bisa melihatnya."

Untuk bisa memaksa Enri diam, dia merapal mantra lain.

"[Appraise Magic Item] - uoooooohhh!"

Ekspresi wajah magic caster tersebut berubah beberapa kali dalam beberapa detik. Menjadi terkejut, ketakutan, terancam, lalu bingung.

"Apa, Apa, Apa ini? Seperti sebuah lautan kekuatan yang tidak ada tepinya... Tidak mungkin! Memangnya benda apa ini?!"

Wajah magic caster itu menjadi merah, dan bintik-bintik ludah terbang dari samping mulutnya.

"Kamu, kamu, Siapa sebenarnya kamu! Jangan coba-coba menipuku!"

Perubahan sikap dramatis magic caster tersebut mengagetkan para prajurit, dan Enri tidak terkejut saat matanya melebar.

"Tidak, aku hanya, aku hanya orang biasa! Seorang gadis desa biasa! Itu sebenarnya!"

"Seorang gadis desa? Kamu, mengapa kamu berbohong? Kalau begitu bagaimana kamu bisa memiliki sebuah item magic seperti ini? Jika kamu benar-benar seorang gadis desa biasa, bagaimana kamu bisa mendapatkan sesuatu seperti itu?!"

"Eh? Ini, Ini adalah hadiah dari orang yang menyelamatkan desa kami, Ainz Ooal Gown-sama-"

"Bohong lagi! Seorang pendekat dari Theocracy pasti telah memberiksannya kepadamu!"

"Eh? Apa maksudnya dengan Theocracy?"

"Prajurit! Berkumpul! Gadis itu terlalu mencurigakan!"

Meskipun prajurit itu tidak mengerti apa yang terjadi, hingga hari ini, mereka tak pernah melihat magic caster tersebut menjadi ketakutan seperti ini sebelumnya. Jadi jika ini adalah darurat, mereka seharusnya meletakkan apapun yang sedang mereka lakukan dan merespon panggilan itu.

"Masuk! Masuk!"

Menjawab teriakan prajurit tersebut, beberapa rekan mereka menghentikan pemeriksaan barang merka dan masuk ke dalam ruangan.

"Siapa yang memberimu item seperti ini? Bagaimana kamu mendapatkannya? Kamu tidak mungkin seorang gadis desa biasa!"

"Tidak, ini benar-benar diberikan kepada oleh Gown-sama! Tolonglah, kalian harus percaya kepadaku!"

Dua prajurit itu bertukar pandang. Mereka semua, begitu juga dengan magic caster yang bertugas, percaya bahwa Enri adalah seorang magic caster juga. Namun, melihat reaksi gugup Enri terhadap perubahan situasi yang tiba-tiba, mereka mau tidak mau berpikir dia hanyalah seorang gadis desa biasa.

"Apa, Ada apa lagi disana? Katakan kepadaku mengapa kamu berpikir dia mencurigakan!"

"Hnh! Pada awalnya, tanduk ini bisa memanggil sekelompok goblin - meskipun aku tidak yakin berapa banyak yang bisa dipanggil, tapi benda itu memang bisa melakukannya."

Prajurit itu mengerutkan dahi. Akan jadi masalah jika benda seperti itu digunakan di jalanan. Namun, apakah itu buruk? Orang-orang tertentu, seperti para petualang, memiliki item magic yang banyak. Hanya karena satu ini bisa memanggil goblin bukanlah hal yang aneh.

"Dan testimoni dari gadis yang mengaku gadis desa ini dipenuhi dengan ketidak wajaran. Item itu memiliki nilai beberapa ribu koin emas; mengapa ada orang yang begitu saja memberikannya kepada hanya seorang gadis desa biasa?"

"Beberapa ribu?!"

"Beberapa ribu?!"

Jumlahnya mencengangkan ini menarik teriakan rasa tidak percaya dari para prajurit, dan Enri sendiri.

Beberapa ribu koin emas adalah jumlah yang bisa dimiliki oleh orang biasa di seluruh hidupnya. Sulit dipercaya item yang terlihat sederhana itu bisa memiliki nilai sebanyak itu.

"Benar sekali. Tak ada yang memberikan begitu saja sebuah item tanpa alasan yang jelas, terlebih lagi kepada seorang gadis biasa! Aku bisa menerima jika dia adalah petualang kelas atas atau magic caster. Tapi dia bialnag dia hanya seorang gadis desa biasa! Itu terlalu mencurigakan!"

Sampai segitu para prajurit mengerti. Orang-orang spesial cenderung mengumpulkan item-item spesial sendiri. Di masa lalu, baik orang hebat yang baik ataupun jahat dikenal kepemilikan mereka terhadap perlengkapan yang kuat. Itu adalah takdir mereka, dan itu tidak terelakkan.

"Tidak, benar kok, aku hanya seorang gadis desa biasa..."

"Dan, aku tak perna dengar Ainz Ooal Gown ini. Setidaknya, dia bukan bagian dari asosiasi kami, ataupun pernah mendengar seorang petualang dengan nama itu."

"Kapten Warrior kenal dengan Gown-sama!"

"Kapten Warrior dari Kingdom, Gazef Stronoff-dono? ...Kamu pasti membual. Bagaimana mungkin seorang gadis desa biasa tahu hal semacam itu?"

"Karena dia datang ke desa kami! Itu benar! Pergi dan tanyakan kepadanya dan kamu akan tahu!"

Tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan Kapten Warrior, yang tinggal di ibukota kerajaan, dari E-Rantel. Terlebih lagi, jika dia benar-bena seorang gadis desa biasa, kelihatannya dia tidak mungkin tetap ada dalam ingatan Kapten Warrior, jadi membuktikan identitasnya akan sulit.

"Jadi apa yang harus kita lakukan?"

"Tangkap dia untuk sementara, lalu selidiki lebih jauh nantinya. Karena dia tidak merahasiakan item itu, dan berencana untuk membawanya ke kota secara terbuka, dia mungkin bukan seorang mata-mata atau terorist, tapi itu bukan jaminan."

Enri panik melihat ke sekeliling.

Dia terlihat seperti seorang gadis desa biasa. Jika ini adalah sebuah akting, dia pasti seorang akto yang sangat hebat.

Tiba-tiba saja, salah prajurit yang ada di luar berseru terkejut. Di waktu yang sama, sebuah suara yang tidak bisa diingat dengan baik oleh Enri terdengar.

"Aku ingin masuk ke dalam kota, tapi... apa yang terjadi?"

Saat mereka berbalik ke arah sumber suara, mereka melihat seorang pria dengan armor hitam legam.

"Uoooh!"

Prajurit dan magic caster itu berseru terkejut. Siapapun di E-Rantel tahu pria yang memakai armor itu. Plat Adamantite yang bergoyang di dadanya adalah bukti pasti dari identitasnya. Seorang legenda hidup, seorang pria yang membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, warrior terkuat.

Momon dari 'Darkness'.

"I-Itu Momon-sama! Mohon maaf sebesar-besarnya!"

"Memangnya, apa yang sedang terjadi disini.. hm? Gadis ini adalah..."

"Ya! Karena gadis ini, kami menghabiskan sedikit waktu memeriksanya. Maafkan saya karena ketidaknyamanan yang kami sebabkan untuk Momon-sa-"

"-Enri, ya kan? Enri Emmot?"

Udara di ruangan itu kelihatannya seperti membeku. Mengapa seorang petualang legendaris tahu nama dari seorang gadis desa biasa?

"Itu, anda adalah... ah, ya, Itu, yang waktu itu, anda adalah petualang yang datang dengan Enfi. Meskipun aku mengira tidak pernah bicara dengan anda.. apakah anda tahu nama saya dari Nfirea?"

Momon meletekkan tangannya ke dagu, seakan sedang berpikir. Lagipula, dia memberi isyarat kepada magic caster dan mereka keluar dari benteng pertahanan. Meskipun para prajurit ingin mengikuti, mereka tidak bisa meninggalkan Enri sendirian.

Hanya magic caster tersebut, yang sekarang menjadi tenang, kembali ke ruangan.

"Lepaskan dia. Pria hebat itu, Momon si Hitam, telah memberikan jaminan dengan statusnya sebagai petualang peringkat adamantite. Kurasa tidak ada gunanya membuatnya tetap disini. Bagaimana?"

"Itu adalah keputusan yang jelas... tapi, apakah itu tidak apa?"

"Apakah tidak apa meragukannya, dari semua orang?"

"Te-Tentu saja tidak! Aku mengerti. Kami akan memperbolehkannya lewat. Enri Emmot dari Desa Carne, kamu diperbolehkan masuk ke kota. Kamu boleh pergi."

"Ah, ya. Terima kasih banyak."

Setelah cepat-cepat membungkuk kepada mereka, Enri meninggalkan benteng pertahanan. Saat punggungnya menghilang di kejauhan, prajurit itu berpaling kepada magic caster itu.

"Bagaimana dengan Momon-sama?"

"Dia pergi duluan."

"Kalau begitu... apa hubungan pahlawan itu dengan gadis desa tersebut?"

"Memangnya aku tahu? Momon-dono bilang kepadaku apa yang kubilang kepadamu, dia memberi jaminan untuknya dan meminta kita untuk melepaskannya."

"Kalau begitu pertanyaan lain. Gadis Enri Emmot itu. Apakah kamu kira dia hanyalah seorang gadis desa biasa?"

"Tentu saja tidak. Tidak mungkin dia hanya seorang gadis desa biasa, jika tidak mengapa seorang pahlawan hebat sepertinya membantu dia? Dan bukan kebetulan dia membawa item itu.. Apakah itu ada hubungannya dengan Theocracy?"

"Itu Ainz entah apalah. Jika dia dari Theocracy, bukankah kita seharusnya membiarkan pimpinan tahu?"

"Sejujurnya, aku tidak tahu. Lagipula, Momon-dono sudah menjaminnya. Jika kita biarkan orang-orang di atas tahu.. yah, kamu hanya melakukan pekerjaanmu, tapi apakah kamu benar-benar ingin membuat marah Momon-dono?"

Wajah prajurit itu berubah.

Perbuatan berani Momon di pahlawan kegelapan di dalam kuburan E-Rantel adalah topik percakapan yang umum ketika para prajurit berkumpul.

Tidak ada yang siapapun yang tidak mendidih darahnya setelah mendengar legenda dari seorang pahlawan yang menghancurkan sebuah gerombolan puluhan ribu undead. Bahkan mereka yang hanya melihat dari jauh bisa merasakan tekanan yang luar biasa dari permainan pedangnya. Pria yang bahkan bisa membuat binatang buas berlutut di depannya dan menawarkan diri sebagai tunggangan membuat hati para prajurit meledak.

Sama seperti wanita yang jatuh cinta kepada pria yang kuat, banyak pria yang memuji Momon the Dark Hero, dan bisa dikatakan sebagian besar dari kekuatan tempur di E-Rantel adalah fansnya.

Prajurit ini adalah salah satunya.

Sebagai seorang fans Momon, hanya ditepuk bahunya saja oleh sang idol sudah cukup membuatnya ingin memamerkan kepada semua orang yang dia temui. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat marah pria yang dia kagumi.

"Itu ya itu. Yah, karena Momon-sama sudah menjaminnya, kurasa tidak apa-apa."

"Kurasa juga begitu. Jika kita memperlakukan seorang teman dari Momon-dono dengan buruk, kurasa nanti akan jadi tidak baik. Kurasa yang bisa kita lakukan adalah menghindari perahu bergoyang. Kalau begitu sekarang... kurasa aku akan pergi kembali berjaga."

"Ayup. Aku juga akan kembali ke posku."


----


Enri mengendarai gerobaknya dengan memunggungi gerbang kota E-Rantel, penasaran apa yang sebenarnya baru saja terjadi. Pria dengan armor hitam legam itu - petualang yang datang bersama dengan Nfirea ke desa Carne untuk memetik tanaman obat - dia telah membantunya lepas dari titik yang ketat.

Yang benar, dia seharusnya langsung pergi untuk berterima kasih kepadanya, tapi sayangnya dia sudah tidak melihatnya ketika dia masuk ke kota.

Jika aku berterima kasih ketika lain kali kita bertemu... apakah dia akan memaafkanku? Meskipun dia sedang berpikir jika dia harus segera mulai mencarinya ketika dia masih punya waktu, ada alasan mengapa dia tidak bisa melakukannya. Alasan itu adalah apa yang saat ini sedang dia khawatirkan. Dia menggenggam sebagian dari pakaiannya, merasa tanduk yang ada di dalamnya untuk mengusir rasa tidak tenangnya.

Tanduk Goblin sesuatu.

Ini.. ini memiliki nilai beberapa ribu koin emas? Tidak mungkin. Tolong katakan kepada itu tidak benar...

Keringat Enri mengalir seperti sebuah sungai. Tanduk itu diberikan kepadanya dengan enteng sehingga dia tidak mengira seberharga itu. Tidak, Nfirea pernah bilang itu adalah item magic kelas tinggi.... tapi jumlahnya jauh melebihi bayangannya.

Apakah tidak apa bagiku menggunakan item ini? Apakah nantinya tidak apa? Jika dia disuruh untuk mengembalikan yang satunya yang telah dia pakai, apa yang harus dia lakukan?

Aku butuh beberapa ribu jambang tanaman obat... Mungkin aku tidak akan bisa mencukupinya seumur hidup hanya dengan memetik tanaman obat... Ditambah lagi, dia memiliki item lain yang bergarga ribuan koin emas.

Apakah Gown-sama seorang pria yang bisa dengan mudah memberikan item seperti itu?! Atau mungkin, dia tidak tahu nilainya.. tidak mungkin, tidak mungkin orang sepertinya tidak tahu... tapi, jika dia tidak tahu...

Perut Enri mengeluh dan sakit.

Dia melihat ke sekelilingnya dengan curiga. Tidak banyak orang di sekitar, tapi masih lebih banyak beberapa kali dari desa Carne. Apakah ada orang yang akan mencuri tanduk ini? Ide yang tidak enak itu muncul di hati Enri.

Jika saja aku tidak membawanya keluar. Ada banyak kejahatan disini, ya kan? Bagaimana jika tanduk itu dicuri.. Jika tanduk itu ditiup dan goblin-goblin muncul membuat kekacauan, bukankah itu membuat seperti kriminal?

Saat keringat dingin membasahi Enri, seseorang turun dari tempat duduk di sampingnya di kursi pengemudi. Cara dia turun seperti sebuah bulu yang melawan gravitasi pasti adalah magic.

Siapa-

Saat rasa terkejut melihat orang baru menghilang, sebauh rasa terkejut yang lebih besar mendatanginya.

Dia adalah seorang wanita cantik yang memiliki rambut hitam legam yang wajahnya bisa meluncurkan ribuan kapal. Dia adalah orang yang datang dengan petualang berarmor hitam ke desanya. Matanya yang sedingin es tidak mirip apapun selain batu onyx saat menatap Enri.

"Makhluk rendahan (lalat pengganggu). Momon-san ingin bertanya sesuatu -"

"Cantiknya..."

"Pujian hanya akan mendapatkan-"

"Secantik Lupusregina..."

Saat dia melihat rasa terkejut di mata yang sedang melihatnya, Enri langsung menyesali hal bodoh yang dia katakan. Dia mungkin bahkan tidak tahu siapa Lupusregina. Namun, tidak ada orang lain yang bahkan bisa mendekati pemandangan yang ada di depannya.

Apa yang harus kulakukan, aku sudah membuatnya marah... yah, itu sudah jelas, tapi...

"Tentang itu, Lupusregina adalah orang yang sangat cantik di desaku-"

"-Terima kasih."

"Eh?!"

Matanya keras, dan begitu juga suaranya, dan bahkan alisnya tegang. Tapi rasa terima kasih yang dia berikan adalah tulus.

"...Haaaah. Momon sa-san ingin bertanya kepadamu, itulah kenapa aku datang. Jangan buang waktu lagi. Mengapa kamu kemari?"

Enri tidak punya kewajiban untuk menjawab. Namun, ini adalah partner dari orang yang sudah membantunya. Jika dia ingin tahu, maka dia seharusnya menjawab.

"Itu, sebelum itu, bisakah aku meminta bantuanmu? Momon-san telah membantuku tadi, dan aku sangat, sangat berterima kasih. Tolong katakan padanya itu."

"Aku akan mengatakannya. Jadi mengapa kamu kemari?"

"Ah, ya, aku, aku kemari, karena ada banyak hal yang harus dilakukan, seperti misalnya, menjual tanaman obat."

Wanita itu memberi isyarat dengan dagunya, memberi isyarat kepada Enri untuk terus bicara.

"Lalu, aku akan pergi ke kuil, untuk melihat jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa kami. Dan lalu aku ingin pergi ke Guild Petualang untuk membicarakan beberapa hal. Dan aku harus memberi beberapa hal yang tidak bisa didapatkan di desa, seperti senjata. Sesuatu seperti itu..."

"Oh begitu, aku mengerti yang kamu katakan. Aku akan menyampaikannya kepada Momon-san."

Dengan gerakan yang indah dan sangat halus yang sepertinya tidak dipengaruhi gravitasi, wanita itu mendarat di gerobak, lalu pergi tanpa melihat ke belakang.

Kesan Enri kepadanya adalah seperti angin ribut yang beku yang bisa mengoyak orang-orang.

"Dia adalah wanita menakjubkan... rasanya sepuluh kali lebih kuat dari Brita-san..."

Tidak ada gadis di desa sepertinya. Nabe mungkin menjadi seorang petualang karena kepribadiannya seperti itu. Itu membuatnya merasa bahkan lebih susah dalam mengunjungi Guild Petualang.

"Ahhhh, oh tidak!"

Nabe adalah petualang yang kuat, tapi Enri hanya menyadarinya setelah dia pergi. Ditambah lagi, dia adalah partner dari pria yang telah menaklukkan Wise King of the Forest. Dia mungkin bisa memberitahu Enri apa yang sedang terjadi di dalam hutan.

"Giant of the East dan Serpent of the West, dan apapun itu Monumen Kehancuran.. jika saja aku bisa menanyakan semua itu. Ah~ Aku benar-benar bodoh, Mengapa aku tidak kepikiran itu sebelumnya?"

Enri mengendarai gerobaknya melalui sebuah gerbang sambil mengomeli dirinya karena ceroboh.


----


E-Rantel bisa dibagi dalam tiga zona secara kasar, dipisahkan oleh dinding-dinding kota. Zona tengah adalah tempat orang-orang tinggal.

Itu juga tempat Guild Petualang berada.

Idealnya, uang paling aman adalah menjual tanaman obat di Guild Farmasi. Namun, itu akan melibatkan banyak dokumen merepotkan, jadi dia memilih untuk pergi ke Guild Petualang daripada menggunakannya sebagai perantara. Dia telah mempertimbangkan gambaran atas bantuan Lizzie untuk ini, tapi Enri telah memutuskan untuk menggunakan nama nenek teman baiknya adalah hal yang terlalu tidak tahu malu, dan mempertimbangkannya lagi.

Rencana pergi ke Guild petualang adalah ide Nfirea.

Jika Nfirea datang sendiri, mereka tidak perlu menggunakan Guild dan dia bisa menjual semuanya langsung. Seorang gadis desa sederhana seperti Enri melakukan ini sendirian akan menjadi santapan bagi anggota-anggota cerdik dari Guild Farmasi.

Enri menuruni jalanan yang dikatakan oleh Nfirea dan Brita.

Meskipun dia bepergian dengan goblin sebelumnya, mereka semua sedang menunggu di luar kota agar Enri menyelesaikan urusannya. Sejak dia keluar dari desa, dia menyadari bahwa dia sendirian, dan tangannya menggenggam tali kekang lebih erat lagi.

Tekanan membuat kaku bahu Enri. Akhirnya, tak mampu menahannya lagi, dia melihat ke seluruh penjuru dan tujuannya ada di depannya.

"Aku menemukannya!"

Enri berteriak kecil kegirangan. Sekarang setelah dia ada disini, dia mungkin tidak akan tersesat.

Dia menyerahkan tali kekang gerobaknya kepada penjaga yang sedang berdiri di pintu Guild Petualang, dan mendorong pintunya agar terbuka.

Di dalam, banyak warrior berarmor full plate, hunter dengan busur di punggungnya, dan magic caster baik arcane dan divine sedang berjalan-jalan. Beberapa orang secara antusias bertukar informasi tentang monster yang ada di sekitar, yang lainnya menatap dalam-dalam perkamen yang ada di papan pengumuman, dan beberapa sedang mengusap-usap perlengkapan mereka yang baru saja dibeli.

Tempat itu dipenuhi dengan sebuah panas dan aktifitas yang membuat Enri tidak tenang kakinya, sebuah dunia pengamatan tanpa henti dan tekanan. Ini adalah dunia para petualang.

Mulur Enri jatuh terbuka saat dia melihat sebuah pemandangan yang tak pernah dia lihat di desa, lalu bergegas menutupnya kembali.

Memang benar dia dari daerah yang terisolasi, dan tidak mengejutkan jika dia gugup dengan suasana dari kota besar, tapi bagi seorang gadis seusianya, menatap bodoh dengan mulut menganga adalah hal yang memalukan.

Enri mulai berjalan, punggungnya lurus, secara tidak sadar memeriksa gerakannya agar tidak menggerakkan lengan dan kakinya di sisi yang sama atau melakukan apapun yang akan membuat dia menjadi bahan tertawaan. Namun, Enri mulai ragu dengan apakah tidak apa bagi seorang gadis desa yang jelas tidak cocok dengan tempat ini berjalan-jalan dengan beranir diantara para petualang yang berotot.

Di counter, dia disambut oleh senyum resepsionis.

"Selamat datang."

"Y-Ya, aku kemari untuk berkunjung."

Enri menatap resepsionis tersebut. Lalu, keduanya tersenyum samar. Enri merasa bahunya kaku, karena mungkin ini pertama kalinya dia datang ke E-Rantel.

"kalau begitu, boleh saya tanya urusan apa yang anda punya dengan Guild Petualang?"

"Mm. Pertama, aku ingin meminta bantuan menjual tanaman obat."

"Saya mengerti. Dimana tanaman obatnya sekarang?"

Enri bilang kepadanya mereka ada di dalam gerobak di luar, dan resepsionis itu mengalihkan pandangannya kepada wanita di sampingnya.

"Juru taksirnya akan segera memeriksanya sekarang, tolong tunggu di dalam Guild hingga dia selesai."

"Aku mengerti. Kalau begitu, hal lainnya.. meskipun kami tidak mengeluarkan permintaan sekarang juga, mungkin kami akan melakukannya di masa depan."

Enri dengan kasar menjelaskan situasinya kepada resepsionis. Senyum wajah wanita yang lainnya menjadi semakin serius saat dia mendengarkan cerita Enri.

"Begitukah... Aku hanya seorang resepsionis, dan aku tidak memutuskan kesulitan dari permintaan, tapi jika itu melibatkan Wise King of the Forest, mungkin itu adalah tugas yang hanya bisa ditangani oleh peringkat adamantite Momon-san. Tentu saja, jasanya tidak akan murah."

Enri merasakan perubahan pada suasana hati resepsionis itu. Dia kelihatannya sangat tidak termotivasi, seakan dia sudah memutuskan "Percuma saja aku bilang padamu, merepotkan sekali."

Ketika hidup dengan goblin, Enri perlahan mempelajari pembacaan emosi orang lain. Ini karena goblin terlihat jelek dan berbeda sekali dari manusia, dan dia sudah bekerja keras untuk mengetahui dan mengartikan perasaan mereka. Itu adalah cara Enri tumbuh.

Dia pasti sedang berpikir desa itu tidak memiliki banyak uang, huh... yah, melihat pakaianku, memang itu adalah kesimpulan yang wajar.. dan lagipula dia memang berpakaian sangat bagus. Enri sedikit membandingkan pakaiannya dengan resepsionis itu, dan memutuskan kebijakan fashion itu, dia benar-benar kalah kelas.

Tapi pakaian seperti itu jauh terlalu merepotkan untuk dipakai bekerja, dan pakaian itu juga terlalu mahal. Oleh karena itu, menurut Enri si wanita, pertarungan ini adalah draw.

"Namun, aku dengar kota akan memberikan subsidi..."
"Memang benar. Namun, subsidinya hanya sebagian dari biayanya, dan kamu harus membayar sisanya sendiri. Petualang dengan peringkat adamantite sangat mahal, dan meskipun setelah disubsidi mereka masih membutuhkan banyak uang untuk mempekerjakan. Tentu saja, kamu bisa menawarkan uang yang lebih sedikit untuk sebuah permintaan, tapi Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya. Jika kamu menawarkan uang yang lebih sedikit daripada syarat minimum, permintaanmu akan ditempatkan di bawah prioritas bawah, jadi kamu mungkin perlu mempertimbangkan mungkin saja tidak akan ada yang mengambilnya."

Dia pasti telah mengingat peraturan yang diberikan melihat caranya mengucapkannya bahkan matanya tanpa menjadi sayu. Resepsionis itu melihat ke arah Enri seperti seorang pembeli yang tidak akan membeli.

Itu memang wajar. Seorang pembeli yang tidak mengeluarkan uang bukanlah seorang pembeli sama sekali. Semua yang dikatakan oleh resepsionis itu ternyata menjadi seperti yang diprediksi oleh Nfirea, jadi dia tidak merasa terlalu marah. Itu adalah kenyataan jika tak ada siapapun yang akan membantu yang lemah.

Ainz Ooal Gown-sama benar-benar penyelamat desa karena sudah menyelamatkan kami. Dan dia bahkan memberikan seorang gadis desa sederhana seperti itu harta berharga seperti itu. Dia penasaran bagaimana resepsionis itu akan bereaksi jika dia menggunakan tanduk ini sebagai pembayaran. Hebat juga nantinya melihat tampangnya nanti, tapi Enri tahu dia takkan pernah melakukan hal semacam itu. Item ini telah diberikan kepadanya oleh magic caster hebat dengan instruksi "gunakan untuk melindungi dirimu sendiri". Dia tidak bisa menjualnya, bahkan tidak untuk desa. Dia tidak bisa melakukan hal yang tidak berterima kasih seperti itu.

"Aku mengerti. Kalau begitu, tolong katakan padaku berapa banyak biayanya nanti. Dengan begitu aku bisa kembali ke desa untuk berdiskusi."

"Jika memang seperti itu... bagaimana kalau begini? Silahkan kembali setelah pemeriksaan terhadap penjualan obat sudah selesai, dengan begitu kita seharusnya sudah selesai menghitung jumlahnya."

Setelah berterima kasih kepada resepsionis, Enri meninggalkan counter dan duduk di sofa di dalam aula, memandang atap sementara hingga pemeriksaan sedang dilakukan.

Lelahnya....
Setiap kali sejak dia masuk ke gerbang kota dalah petualang besar. Atau lebih tepatnya, ketika dia pikir-pikir, sejak hari orang tuanya tiada, hal membingungkan terus bertumpuk.

Yang kuinginkan hanyalah menjalani sebuah hidup yang sederhana dan tidak berubah di desa...

Saat dia memikirkan apa yang hilang darinya, Enri menghela nafas.

Dia berpikir tentang apa yang terjadi setelah itu - para goblin, teman masa kecilnya, dan menggelengkan kepalanya.

Tidak bisakah mereka lebih cepat...

Jika dia sedang melakukan sesuatu, dia tidak akan memiliki waktu longgar untuk memikirkan hal yang membuat gundah seperti itu. Dia lebih memilih fokus bekerja daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih.

"Enri-san, taksirannya sudah selesai."

Enri bangkit dan menuju suara dari pedagang.

"Terima kasih, Terima kasih banyak!"

"Biayanya adalah-"

Saat ini, Enri mendengar suara seseorang yang sedang buru-buru, tidak, sejujurnya sedang berlari ke arahnya. Saat dia berputar, dia melihat resepsionis yang tadi di depannya.

"Haaa- haaa- Enri-san dari desa Carne. Tidak maksudku, Enri-sama. Tentang masalah yang tadi, bisakah aku mendiskusikan detilnya kepadamu?"

Ini adalah resepsionis yang sama dari sebelumnya, tapi sikapnya benar-benar berbeda. Bahkan matanya merah.

"Ah, maafkan aku, tapi aku baru saja akan bilang padanya hasil dari taksirannya-"

"kamu diam saja, aku sedang bicara ini."

Balasan resepsionis itu membuat wajah pedagang tersebut berubah.

"Jika tidak apa, apakah anda mau mendiskusikan ini sambil minum di ruangan tamu?"

Dia sedang tersenyum, tapi senyumnya tidak sampai ke matanya. Malahan, ada sebuah perasaan putus asa, berusaha pada mata itu.

Mungkin dia merasakan sesuatu yang berbeda dari Enri yang bingung. Mata resepsionis tersebut lembab, dan tangannya ditutup keduanya seperti berdoa.

"Tolong, aku mohon padamu, anda harus biarkan aku mendengarnya! Jika tidak, aku bisa tamat!"

Setelah mendengarkan permohonan putus asa dan hampir menyedihkan, Enri tidak ingin bicara dengannya sama sekali, tapi kelihatannya terlalu kejam tidak memberinya peluang. Dia menatap ke arah pedagang itu kembali, yang kelihatannya seperti paham niatnya, karena dia sedikit mengangguk kepadanya.

"Me, Mengerti. Kalau begitu, bisakah kamu tunjukkan jalannya?"

Tubuh resepsionis itu terlihat mengendur saat dia mendengar balasannya.

"Terima kasih banyak! Benar-benar, terima kasih banyak! Silahkan, silahkan, saya akan menunjukkan jalannya."

Enri mengikuti di belakangnya, bermandikan tatapan setiap orang. Resepsionis menggenggam tangan kanannya dengan erat, seakan dia tidak ingin Enri untuk kabur.

Apakah aku terlalu gegabah?

Dia masuk ke ruang tunggu dengan jejak tidak nyaman di hatinya.

Enri tanpa suara melihat ke sekeliling yang ada di dalam ruangan. Ruangan itu tidak ada orangnya kecuali dirinya sendiri dan dekorasi yang rumit, dipenuhi dengan perabotan yang kelihatannya mahal sekali dia penasaran jika itu memang untuk dibuat tempat duduk.

"Silahkan, silahkan, silahkan duduk."

Sebagian dari dirinya bertanya-tanya jika dia akan ditangkap atau diikat saat dia duduk.

Namun, tak ada apapun yang terjadi ketika dia duduk di sofa. Yang hanya dia rasakan adalah perabotan yang nyaman menerima berat tubuhnya.

"Apakah anda ingin minum sesuatu? Bagaimana kalau minuman keras? Terlalu dini? Ya, kelihatannya... bagaimana kalau buah.. tidak, manisan dan pencuci mulut, mungkin?"

"Ah, tidak perlu seperti itu..."

Perubahan dramatis pada sikap resepsionis itu mulai membuat Enri takut. Pada awalnya, dia tidak merasa bahwa resepsionis itu memperlakukannya dengan dingin. Dia bersikap wajar, tanpa emosi seperti itu. Setidaknya, kelihatannya lebih normal dari sikapnya yang sekarang.

Tapi mengapa leopard ini merubah tempatnya? Apakah karena tanduk itu lagi?

"Tidak, tidak, apa yang anda katakan? Apapun boleh untuk anda. Kami bisa memberikan minuman keras, brandy, dan makanan ringan sebagai pendampingnya juga."

"Tidak, tidak usah repot-repot.. dan disamping itu, aku sudah kehabisan waktu. Bisakah kita mulai mendiskusikan masalahnya?"

"Tentu saja! Anda benar sekali! Kalau begitu, silahkan, silahkan lanjutkan!"

Resepsionis tersebut mengambil sebuah alas dari kertas putih. Semua kertas yang pernah dia lihat sebelumnya jauh lebih kasar dan memiliki warna lain yang tercampur. Ini pasti semacam benda kelas tinggi disini. Apakah tidak apa menggunakannya?

Enri mulai bicara. Meskipun pembukaannya sudah cukup mudah untuk dibicarakan, ini adalah bagian yang menjengkelkan - detilnya.

Akhirnya, saat tenggorokan Enri mulai kering, percakapan itu akhirnya berakhir.

"Terima kasih atas bantuanmu! Ada minuman disini, silahkan tidak usah sungkan sebelum anda pergi! Tidak apa tinggalkan saja cangkirnya disini, tapi terima kasih sudah datang kepada kami hari ini!"

Resepsionis itu tiba-tiba berdiri, lalu meninggalkan ruangan seakan dia baru saja diusir dari sana.

"Yang benar saja... apa yang terjadi?"

Tentu saja, tidak ada seorangpun disini yang bisa menjawab pertanyaan retorika miliknya.


-----


Pada akhirnya, Enri tidak menghabiskan malam di E-Rantel dan kembali pulang ke desa Carne.

Dia akan tidur di dataran, tapi dia tidak khawatir. Sebaliknya, dia tidur dengan nyenyak. Itu karena para goblin, yang sedang mengendarai gerobaknya yang sarat dengan isi.

"Ahh~ Akhirnya aku melihatnya."

Di depannya ada dinding desa Carne. Meskipun kayu-kayu tertata dengan rapi terlihat mengagumkan dengan cara mereka sendiri, Enri mau tidak mau berpikir mereka terlihat lusuh dibandingkan dengan benteng E-Rantel.

"Memang benar. aku harus laporan kepada kepala desa secepatnya."

Enri mengatakan hal ini kepada salah satu goblin di gerobak. Lima goblin telah pergi ke E-Rantel dengan Enri sebagai yang dilindungi, termasuk Cona sang priest dan seorang goblin pengendara serigala, yang saat ini sedang menjaga jarak untuk bisa mengetaui potensi ancaman apapun.

"Yah, masalah terbesar sudah ditangani, tapi bagaimana dengan permintaan kepala desa, Ane-san?"

"Ya, tentang itu.. menurut priest, hampir tak ada siapapun yang ingin pindah ke desa."

"Itu aneh. Maksudku, sudah ada imigran dari desa lain disini. Mengapa jumlah penduduknya tidak bertambah? Apakah pendeta itu berbohong?"

"Tidak, seorang pendeta tidak akan pernah berbohong" Enri tersenyum samar. "Sejujurnya, desa perbatasan adalah daerah yang berbahaya, jadi mereka menjaga jarak mereka. Meskipun beberapa orang menantikannya, seperti anak ketiga yang langsung meninggalkan kotaku jika mereka mendapatkan sebuah peluang untuk menggarap tanah... tapi tak banyak orang yang akan kemari tanpa sebuah perintah. Dan orang-orang yang pindah kemari pada awalnya pernah tinggal di desa-desa perbatasan seperti kita. Itulah perbedaannya."

"Begitukah..."

"Begitulah. Tapi sebenarnya, itu sedikit melegakan bagiku."

Mungkin akan sangat sulit bagi orang biasa untuk bisa membentuk hubungan baik dengan goblin dan hidup dengan mereka di desa yang sama. Imigran manapun dari kota mungkin akan pucat ketakutan saat melihat pemandangan itu dan akan berusaha menjauh.

Dan sejujurnya, jika Enri dipaksa memilih antara penduduk kota dan goblin, dia akan memilih goblin tanpa ragu.

Saat ini, gerobak itu bergoyang, dan suara seperti logam mengenai gerobak terdengar dari belakangnya.

"Ah, maaf. Apakah kamu baik-baik saja?"

Enri memutar kepalanya untuk melihat ke belakang.

Meskipun para goblin duduk di lantai gerobak, ada semacam karung disana, salah satunya akan membuat suara logam ketika gerobak bergoyang.

"Ah, kami tidak apa, Ane-san. Tidak usah khawatir. Ngomong-ngomong, dengan anak panah sebanyak ini, kita akan bisa berburu hingga puas."

Goblin-goblin itu terlihat senang ketika mereka melihat tas yang lupa diberikan oleh Enri kepada mereka, malahan hanya tersenyum.

Mereka telah menyeberangi ladang gandum, dan memasuki gerbang yang dibuka setengah.

Setelah menyambut semuanya, Enri mengendarai gerobak ke tempat asal mereka, agar bisa mengeluarkan muatannya.

Saat dia menghentikan gerobak di titik temu, goblin yang ada di dalam, setelah mendengar gerobak, berhamburan menyambutnya.

"Oh! Selamat datang kembali, Ane-san. Aku lega tidak ada apapun yang terjadi."

Enri tersenyum. Sambutan mereka adalah apa yang membuat Enri merasa bahwa dia telah kembali ke desa, karena baginya, Goblin-goblin itu adalah bagian dari keluarganya.

"Aku pulang!"

"Itu adalah barang yang banyak. Apakah kamu membawanya ke dalam?"

"Benar sekali bro. Tolong bantu aku."

"Aku datang!"

Goblin-goblin bergerak bersamaan, dengan cekatan menurunkan barang bawaan. Beberapa pergi kesana, beberapa pergi kesini, dan akhirnya seluruh item terkumpul tanpa perlu dikomando oleh Enri. Ini adalah bukti seberapa besar goblin-goblin memadukan diri mereka ke dalam kehidupan desa.

"Ah, Ane-san, biarkan kami mengurus sisanya. Mengapa kamu tidak menemui adikmu dan Ani-san? Meskipun aku tidak tahu jika Ani-san masih sedang membantu orang-orang Agu."

"Terima kasih, tapi aku masih harus melaporkannya ke kepala desa dahulu."

"Benarkah? Aku mengerti. Kalau begitu, untuk amannya, aku akan datang denganmu. Lagipula, masih ada masalah tentang ogre-ogre itu."

Gokoh berbicara kepada beberapa rekannya setelah meninggalkan tempat berkumpul, lalu dia naik ke gerobak di samping Enri, yang sedang mengendarai. Gobln lain yang telah menjaga Enri di jalanan ke E-Rantel iri melihatnya, tapi tak ada satupun dari mereka yang bersuara protes. Itu mungkin karena mereka setuju dia melakukan hal yang benar.

Enri tersenyum dan samar-samar berkata, "Aku mengandalkan kalian! Dan terima kasih banyak!"

Setelah berterima kasih kepada goblin, dia memacu kudanya agar bergerak.

"Jadi, apa yang terjadi di dalam desa sejak aku pergi?"

"Tak ada yang spesial. Hal terbesar adalah kami membangun sebuah tempat dimana ogre bisa tetap tinggal di dalam desa. Tentu saja, golem-golem batu yang paling banyak mengerjakannya, dan dibuat dengan sangat kasar dari kayu, tapi pada akhirnya, menjadi tempat yang sangat baik. Namun, kita tidak bisa melakukan apapun dengan bau mereka. Bahkan handuk yang kami berikan kepada mereka menjadi bau."

"Jadi begitu... tapi tetap saja cepat sekali!"

"Seperti yang kubilang, golem-golem yang paling banyak mengerjakannya. Jika kamu ingin berterima kasih kepada seseorang, terima kasihlah kepada magic caster yang telah memberikan mereka kepada kita."

"Dan Lupusregina-san, ya kan?"

"..Mari kita tidak membicarakannya sekarang. Aku tidak ingin melakukan apapun yang berhubungan dengan berterima kasih kepadanya. Suatu hal tentang dia agak membuatku marah."

Enri sulit menerima apa yang dia dengar. Ini adalah pertama kalinya Gokoh membicarakan hal buruk seseorang.

"Bagaimana aku harus menceritakannya... Dia sangat menakutkan, seperti seorang monster yang sedang mengawasi kita... Aku kira Ane-san belum merasakannya.."

"Tapi dia adalah pelayan dari orang yang telah menyelamatkan desa kita, Ainz Ooal Gown, jadi dia tidak seburuk itu."

"...Ah, merepotkan sekali~"

Bahu Enri dan Gokoh kaget. Ngomong-ngomong...

Enri melihat ke punggungnya buru-buru, dan seperti hari-hari sebelumnya, pelayan itu sedang duduk di gerobak seperti memang itu tempatnya.

"Yang benar saja, En-chan, merepotkan sekali."

"Apa maksudmu?"

"Mungkin, mungkin sebelum itu, kamu seharusnya bilang kepada kami bagaimana kamu muncul entah darimana."

"Mm? Mudah saja. aku turun dari langit."

"Itu tidak masuk akal. Ada beberapa kali kamu datang dari atas, tapi kami tak bisa merasakan kehadiranmu."

"Aku bisa membuat diriku tidak terlihat, yanno. Aku mencoba menjadi sehalus mungkin terhadap apa yang aku lakukan. Lihatlah betapa baiknya aku~"

Gokoh memutar wajahnya ke depan sekali lagi. Rasa jengkel muncul di seluruh wajahnya.

"Tapi, ah ya, jarang sekali kami bisa melihat Lupusregina-san dua hari berturut-turut. Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Lupusregina berbalik jengkel kepada Enri. Bahkan ketika dia marah, dia masih terlihat cantik, pikir Enri.

"Yah, semacamnya. Taaaaaapi lagipula, Aku hanya penasaran apa yang sedang terjadi. Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan miniatur gobbo milikmu?"

"Dia baik-baik saja. Aku rasa dia seharusnya ada di rumah kepala desa."

"Mengapa di rumah kepala desa?"

"Ah, bisakah kamu membantu goblin dari sukuku, atau semacamnya seperti itu. Mereka tinggal disana sementara kami membangun sebuah tempat bagi goblin untuk bisa tinggal di desa."

"Ah-- yeah, memang masuk akal, Agu adalah putra dari kepala sukunya. Dia pasti merasa seperti dia memiliki tugas untuk melindungi mereka atau semacamnya. Yang benar saja, dia hanya seorang bocah tapi sudah bersikap seperti seorang pria~"

Meskipun Lupusregina sedikit tersenyum, siapapun yang melihatnya akan tertangkap oleh daya tarik yang memancar darinya. Bahkan Enri akhirnya melihatnya lama meskipun kenyatannya mereka berdua wanita.

"Aiya, bukankah kamu seharusnya melihat ke depan malahan?"

"Itu, benar juga!"

Enri, yang tersipu di ujung telinganya, bergegas melihat ke depannya sekali lagi.

Setelah berhenti di depan rumah kepala desa, Enri dan Gokoh turun dari gerobak.

"Kalau begitu, aku akan membawa kuda kembali ke kandang. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Beritahu aku apa yang kalian bicarakan nanti~"

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku minta maaf sudah membebanimu, tapi kami mengandalkanmu"

Enri membungkuk kepada Lupusregina, yang sedang tersenyum dengan "hoho" lalu mengendarai gerobak menjauh.

Enri mengetuk pintu, memberitahukan diri agak keras agar orang yang ada di dalam mendengarnya, dan membuka pintu.

Kepala desa dan Agu saling menghadap satu sama lain di seberang meja.

"Oh, selamat datang kembali. Silahkan duduk. Bagaimana keadaannya di desa?"

Saat kepala desa berbicara, Enri duduk di samping Agu. Untuk sesaat tubuh Agu kelihatannya menjadi kaku, tapi itu pasti hanya trik cahaya.

"Ah, begitulah yang kusampaikan. Kalau begitu, Kepala desa, tolong jaga kami."

Enri tidak tahu siapa yang dituju oleh kalimat itu. Karena yang hadir hanyalah Enri, Gokoh dan kepala desa, kelihatannya jelas bahwa ucapan itu ditujukan kepada kepala desa.

Namun, Agu melihat ke arah Enri, dengan punggung kaku dan bibir melengkung. Enri melihat ke mata Agu, dan di dalam tatapannya yang tidak berkedip dan tabah, dia menyadari jika dia tidak sedang bercanda atau menipu.

"Eh..eh?!"

Mengapa harus dirinya?

Di tengah kebingungan Enri, Agu permisi dan meninggalkan rumah Kepala desa.

"Hey! Tunggu-"

"Kalau begitu, Enri, bisakah kamu ceritakan padaku tentang ini?"

"Eh? Tidak, itu.. ini... ah ya, aku tahu."

Hal itu membebani pikirannya, tapi dia bisa menjernihkan keraguannya nanti. Laporan lebih penting untuk sekarang.

Setelah memutuskan hal itu, Enri menyampaikan peristiwa yang telah terjadi di kota dengan jelas dan ringkas. Bagian yang paling penting adalah tak ada yang ingin pindah ke desa Carne. Namun, kepala desa kelihatannya telah mengantisipasi hal ini, karena tak ada penyesalan di wajahnya, hanya menerima dengan tenang.

"Jadi begitu. Yah, mau bagaimana lagi. Kita adalah desa perbatasan, jadi orang-orang tidak ingin pindah ke tempat dimana tingkat kemunculan monster tinggi."

Kepala desa mengatakan apa yang Enri sedang pikirkan. Semua yang ada di desa mungkin sudah menerima dengan baik.

"Kamu telah melakukan banyak hal untuk kami. Terima kasih."

Kepala desa merendahkan kepalanya, dan Enri berkata, "Tidak apa," Sebagai balasannya. Memang agak membingungkan saat itu, tapi juga merupakan pengalaman yang bagus.

"Kalau begitu-" garis pandangan kepala desa berkedip kepada Gokoh untuk sesaat. "Ada satu hal yang ingin aku percayakan kepada Enri Emmot."

"Ah, ya. Apa itu? Kamu terlalu serius, pak Kepala desa..."

"...Aku harap kamu melanjutkan posisiku sebagai kepala desa."

Ekspresi Enri akan mengalahkan akting dalam istilah seberapa cepat dan dramatisnya wajah Enri berubah.

"Haaaaaaaa?! Apa, Apa ini? Hey! Jangan-jangan Agu yang berkata demikian... ehhhh?!"

"Kamu bingung tidak akan membantu..."

"Jangan menyelaku ketika aku bingung! Kepala desa!, apa kamu sudah gila? Mengapa kamu mengatakan ini?!"

"...Mungkin kata gila sedikit keterlaluan. Aku mengerti kamu gembira dan gugup tentang hal ini - Aku tahu hal it, tapi aku harap kamu bisa tenang dan mendengarkanku."

"Tentang, bagaimana aku bisa tenang? Aku hanya seorang gadis, mengapa aku harus menangani omong kosong kepala desa ini?!"

"Kuatkan dirimu!"

Suara itu disuarakan sekuat tenaga, tapi bagi Enri hanya sedikit keras. Meskipun begitu, itu membantunya mendapatkan kembali sedikit ketenangannya. Tidak, jika dia tidak mendengar kepala desa, dia takkan pernah menyadari apapun, atau setidaknya itulah apa yang sedang dipikirkan oleh sebagian otaknya.

"Aku mengerti jika kamu menjadi bingung. Namun, aku harap kau bisa duduk dan mempertimbangkan hal ini dengan kepala yang dingin. Sebagai awalnya, siapa yang menjadi pusat di desa ini?"

"Bukankah itu kamu, kepala desa?"

"Itu salah. Pak tua ini merasa bahwa dirimu adalah pusat dari desa ini. Para goblin dan ogre yang baru saja tiba mengakuimu sebagai pemimpin mereka ya kan?"

"Memang benar. Kami semua setia kepada Ane-san dari lubuk hati kami."

"Kalau begitu, ada juga goblin yang kamu bantu. Dari apa yang dibilang oleh Agu kepadaku, mereka juga melihatmu sebagai bos."

Mulut Enri berubah menjadi bentuk '^'. Mungkin memang benar jika goblin-goblin seperti itu, tapi apa yang akan dipikirkan oleh para penduduk desa? Mereka takkan pernah menerima hal ini.

"Aku dapat menerka apa yang kamu sedang pikirkan. Para penduduk desa akan menolak, begitu kan? Aku sudah bicara dengan semua orang dan mendapatkan persetujuan mereka. Tadi malam, kami mengadakan rapat penduduk desa dan mendapatkan pendapat mereka. Dan semua sepakat - mereka semua ingin kamu menjadi kepala desa yang baru."

"Tapi, tapi bagaimana?!"

"...Serangan itu adalah goncangan yang besar bagi kita semua Enri. Semuanya mengharapkan penguasa yang kuat."

"Dilihat darimana aku kuat? Aku hanya seorang gadis desa sederhana!"

Meskipun memang ada otot di lengannya, dia masihlah seorang gadis desa yang hampir tidak bisa menggunakan senjata. Jika mereka menginginkan kekuatan, mereka seharusnya bertanya kepada pasukan pertahanan diri, ya kan?

"Kekuatan tidak diukur dengan otot saja.Bukankah mampu memerintah goblin-goblin di sekelilingmu adalah sebuah bentuk kekuatan juga? Bocah Bareare berkata demikian ketika mengajukan namamu."

"Enfi!"

Enri mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang mencekik ayam hingga mati.

"Itu, dan pak tua ini semakin tua. Aku harus segera mencari penerus."

"Apa maksudmu, 'semakin tua'? Pak kepala desa sama sekali tidak tua. Apakah itu mengapa kamu berbicara seperti seorang pak tua?"

Kepala desa sudah berusia sekitar pertengahan empat puluh tahunan, jadi masih sedikit dini menyebutnya tua. Lagipula, dia masih berada pada usia dimana dia bisa berkontribusi bagi pekerjaan desa.

"Kesampingkan dahulu masalah berbiara seperti pak tua, kamu seharusnya menyadari sekarang, tapi hutan di sekitar desa sedang mengalami beberapa perubahan. Karena Virtuous King of the Forest sudah tidak ada, ada peluang yang lebih tinggi monster-monster akan keluar dari hutan dan menyerang. Di bawah keadaan ini, aku tidak cocok menjadi kepala desa."

"Pak kepala desa, ini mungkin tidak sopan, tapi aku harus bertanya. Aku tidak bisa menghindari ini, ya kan?"

"....Sejujurnya? Meskipun kamu menolak, aku tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu."

Apa yang Enri lihat adalah mata dari seorang pria yang dengan jujur mengutarakan hasil pemikirannya.

"Aku masih ingat hari itu bahkan hingga sekarang. Hari mengerikan itu ketika teman-temanku di desa dibunuh. Aku tahu keluarga Emmot pula. Jika kita tidak hidup tenang-tenang saja, jika kita membangun sebuah dinding, jika kita mau melakukan penjagaan, mungkin kita tidak akan terlalu menderita... mungkin kita bisa bertahan hingga Gown-sama datang membantu kita."

Itu adalah hal yang sulit, pikir Enri. Desa ini juga memiliki banyak imigran yang selamat dari desa lain yang hancur. Desa mereka memiliki dinding yang kokoh - meskipun tidak sekokoh desa Carne saat ini - tapi mereka masih diserang dan dibantai. Tapi dinding-dinding itu bisa memperlambat para penyerang sedikit dan membuat orang-orang selamat. Enri setuju dengan bagian itu.

"Cara berpikir lama yang aku miliki tidak akan berhasil lagi. Kita harus mengatur dan melindungi keamanan desa dengan tangan kita sendiri. Satu-satunya yang bisa melakukan ini... adalah para pemuda yang fleksibel dan bersama dengan ini mereka butuh kekuatan pula."

Kepala desa telah mengatakan bagiannya. Dia melihat Enri dengan tenang.

Saat kepala desa berbicara, Enri hanya mendengarkannya dengan serius. Pertama, dia ingin menolak karena bebannya terlalu berat. Jika mereka diserang lagi, dia tidak yakin dia bisa menanggung beban tanggung jawab nyawa dari rekan-rekan penduduk desa. Namun, seperti yang dikatakan oleh kepala desa, dia tidak bisa begitu saja lari dari itu.

"Aku tidak tahu jika aku bisa menerima tanggung jawab ini."

"Itu adalah reaksi yang wajar. Goblin-goblin dan aku bisa membantu administrasi desa. Meskipun aku berkata begitu, memang menakutkan membuat keputusan besar."

"Bagaimana dengan dewa yang dibentuk oleh penduduk desa?"

"Sejujurnya, aku juga memikirkan demikian. Namun, semakin besar masalah, semakin besar kemungkinannya mereka akan pecah menjadi beberapa kelompok dan membuat mereka tidak bisa bergerak mendapatkan keputusan. Pada akhirnya, tanpa satu orang yang memimpin, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan efektif."

"Bagaimana kalau kita memiliki dua sistem, satu untuk menghadapi keadaan situasi normal dan yang satu lagi untuk darurat?"

"Itu tidak akan berhasil. Itu tidak akan mendidik pemimpin kita. Orang-orang akan mengikuti pemimpin mereka dalam keadaan darurat dan bekerja sama karena mereka tahu pemimpin itu juga mampu dalam keadaan damai."

Tekad kepala desa memang kuat dan dia sudah menjelaskan alasannya. Dengan ekspresi masam, Enri menanyakan pertanyaan terakhir.

"...Kapan kamu ingin mendapatkan jawabanku?"

"Aku tidak akan membuatmu tergesa-gesa untuk itu. Gunakan waktu dengan baik untuk mempertimbangkannya."

"Aku mengerti."

Setelah Enri berkata ini, dia berdiri dan pergi.


-----


Saat dia meninggalkan rumah kepala desa, Gokoh mengikuti di belakang Enri.

"Tolong, aku ingin memikirkan hal ini sendirian, bisakah aku mendapatkan ruang?"

"Aku mengerti, Ane-san. Kalau begitu, Gunakan waktu untuk memikirkannya. Kami semua akan mendukungmu, Ane-san. Jika kamu perlu sesuatu, katakan saja kepada kami."

"Yeah, aku akan mengandalkanmu kalau begitu."

Setelah melihat Gokoh pergi, Enri kembali ke rumahnya sendiri.

Apakah aku bisa menjadi kepala desa yang baik?

Enri tidak merasa percaya diri sama sekali.

Siapa yang tahu, ketika tiba waktunya, dia mungkin akan memberikan perintah yang tidak dia senangi - mengorbankan sedikit demi kebaikan yang lebih besar.

Aku tidak bisa melakukannya sama sekali...

Semua orang di desa berpikir terlalu tinggi tentang aku. Sebagai awalnya, para goblin yang dikatakan oleh semua orang sebagai kekuatanku, mereka bukanlah sekutu yang kubuat dengan karisma dan koneksi dari diriku sndiri. Pada akhirnya, mereka hanya dipanggil dari tanduk yang diberikan kepadaku oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown.

Item itu adalah sedikit bantuan pertama yang diterima oleh desa - Aneh, apakah aku adalah orang pertama yang dia bantu? Aku memang ingat Gown-sama memakai topeng...Hm? Apakah dia memakai topeng?

Ingatannya terhadap insiden itu agak kabur, tapi itu memang bisa diduga karena kacaunya situasi kala itu.

Enri menggoyangkan kepalanya untuk menjernihkan keraguannya.

Bagaimanapun...

Jika tanduk itu diberikan kepada orang lain, orang itu akan menjadi kepala desa selanjutnya, bukan dirinya. Itu artinya masalahnya adalah bukan kompetensi Enri sendiri, tapi tidak lain hanyalah murni karena keberuntungan.

Aku harus bicara dengan seseorang tentang ini...

Nfirea adalah orang pertama yang dia pikirkan. Dia hidup di kota sebelumnya, melihat banyak orang, dan Enri merasa bahwa dia akan tahu apakah dia bisa menjadi kepala desa selanjutnya. Dan dia telah banyak membaca, jadi dia pasti mampu memberikan jawabannya.

Namun, kepala desa sudah mengatakan hal ini kepada Nfirea - atau lebih tepatnya, keluarga Bareare - telah setuju dia menggantikannya. Itu artinya meskipun aku mengatakan ini kepada Nfirea, dia nantinya pasti akan mendorongkku untuk menerima posisi ini.

Dia tidak bisa... dan penduduk desa manapun juga tidak. Itu artinya tinggal Agu dan para ogre, tapi Agu suda mengira aku adalah kepala desa, dan para ogre jelas bodohnya.

Saat ini, seseorang memanggil Enri yang mengerutkan dahi dengan suara riang.

"Ossu~ kelihatannya mereka sudah selesai bicara... Oya? ada apa, wajahmu aneh? Ada masalah, Enri?"

Suara itu membuat Enri bergidik seakan ada aliran listrik yang mengalir melalui kulitnya. Benar sekali. Dia adalah orang luar bagi desa, pihak ketiga yang netral yang bisa dengan tenang dan secara logis menilai situasinya.

Enri berlari ke arah Lupusregina dengan seluruh tenaganya.

"Lupusregina-san!"

Dia menggenggam erat bahu pelayan yang terkejut.

"Apa apa apa apa ini? Oh tidak ~ Jantungku berdebar kencang sekali. Tapi tolong jangan menyatakan cinta padaku. Aku bukan seorang lesbian, aku menyukai lawan jenis. Tidaaaaak~ Lepaskan aku~ aku akan diperkosa su~"

"Tunggu! Tolong, tunggu sebentar!"

Tangan Enri melepaskan bahunya, karena dia berencana untuk menutupi mulut Lupusregina. Tapi dia dengan cekatan terlepas dari sergapan Enri dan tersenyum kepadanya.

"Ahhhh, maaf, maaf, tapi kamu kelihatannya senang sekali, aku kira aku harus sedikit menenangkanmu. Itu hanya bercanda su~"

"Itu adalah candaan yang benar-benar buruk..."

Enri menggoyangkan bahunya. Namun, dia langsung tenang kembali. Lupusregina adalah orang yang datang dan pergi ke desa sesuka hatinya, jika dia tidak mengambil kesempatan ini untuk membuatnya tetap tinggal dia akan menghilang lagi.

"Tolong dengarkan aku. Aku perlu nasehat terhadap apa yang harus kulakukan selanjutnya!"

"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan, tapi kita bisa bicara sambil jalan ya kan? Aku tidak ingin penduduk desa melihatku dengan aneh~"

Wajah Enri berubah menjadi merah. Lupusregina ada benarnya disini. Namun-

"Taaaaaapi jika kamu ingin menggagahiku lagi aku akan teriak~"

"Ggk!"

Lupusregina mengeluarkan lidahnya bermain-main dengan Enri.

"Benar kok - benar kok Lupusregina-san!"

"Ayo, ayo, ayo pergi, ayo pergi."

Tanpa menunggu jawaban, Lupusregina berangkat, dan Enri mengikuti.

"Yah, ceritakan masalahmu kepada onee-san - dari yang rahasia sampai yang H untuk menggoda pria~"

"Ah, benar juga? Lupusregina-san benar-benar orang yang sudah dewasa memang..."

Bagi Enri, yang tidak tahu apapun tentang hal itu, dia pastinya cukup dewasa. Tidak ada perubahan yang jelas, tapi entah bagaimana Lupusregina kelihatannya terlihat lebih dewasa sekarang.

"Ahem! Lagipula aku adalah seorang mimidoshima!"
[TL Note. mimidoshima adalah seorang wanita muda yang tidak berpengalaman tapi memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang H]

"...huh?"

Apa artinya 'mimidoshima'? Enri penasaran dengan istilah aneh, Lupusregina memberikan isyarat kepadanya dengan isyarat tangan 'kemarilah'. Ingin segera menyelesaikan pertanyaan yang aneh itu, Enri mulai menceritakan kepadanya tentang apa yang terjadi di dalam rumah kepala desa.

"Jadi, apa yang harus kulakukan?"

"Hm? Entahlah."

Hanya itu.

"Hey - bukankah kamu bilang aku bisa menceritakan masalahku kepadamu?"

"Aw, apakah aku harus menjawabmu... hm, baiklah, terserah. Pada awalnya, jika kamu didorong untuk posisi ini dan kamu tahu kamu akan menyesalinya, maka sebaiknya kamu tidak mengambilnya dari awal. Pikirkan tentang segala macam hal yang kamu bisa dan tidak bisa lakukan."

Gadis yang biasanya ceria itu sudah ilang, dan sebagai gantinya adalah wanita cantik yang mempesona dan menghantui. Mata yang biasanya lebar sekarang menyempit, dan senyum yang menggoda sekarang mengirimkan sebuah hawa dingin ke tulang belakang.

"Ini hanya pendapatku saja; kamu seharusnya memutuskan apa yang ingin kamu lakukan sendiri. Duduklah, kunyahlah dahulu apa yang kamu makan sebentar, semacam itu. Sebagai permulaan, biar kujelaskan lebih detil, tidak masalah jika kamu menjadi kepala desa atau orang lain yang jadi, kamu pasti akan mengacaukannya cepat atau lambat. Hanya ada empat puluh satu orang yang aku tahu yang takkan pernah membuat kesalahan. Karena itu, tidak ada gunanya khawatir dengan apa yang terjadi jika kamu gagal. Tapi jika dipikir-pikir, tak ada yang lebih cocok untuk pekerjaan itu selain kamu."

"Apa maksudmu?"

"Tanyakan kepada para goblin. Ketika desa diserang oleh monster menakutkan dan mereka tahu mereka tidak bisa menang, apa yang terjadi? Bayangkan situasi itu sendiri sebagai seorang kepala desa dan tidak sebagai kepala desa."

Ekspresi Lupusregina berubah lagi, kembali kepada dirinya yang biasanya periang.

"Welp, begitulah. Haaa, aku tidak ingin bermain sebagai penasehat sama sekali. Sekali lagi jika En-chan tidak menjadi kepala desa, tragedi cantik akan terjadi dan itu akan lebih menyenangkan."

"-Eh?"

Lupusregina menyengir saat dia menepuk bahu Enri.

"Secara pribadi, kurasa kamu akan menjadi kepala desa yang hebat. Dan juga... mengapa kamu tidak bertanya kepada bocah itu?"

Setelah melepaskan tangannya dari bahu Enri, Lupusregina berputar-putar di temapt. Itu adalah gerakan yang kelihatannya aneh dari konsep kalimat 'gesekan' apapun.

"Sampai jumpa lagi kalau begitu."

Lupusregina melangkah pergi, tangannya terbang bebas menembus udara. Di depannya berdiri Nfirea dengan memegang tangan Nemu. Lupusregina menepuk bahu Nfirea, dan seakan membalik sebuah tombol, keduanya menjadi hidup.

"Selamat datang kembali, Onee-san!"

Nemu pasti sangat khawatir, karena dia menabrak dan memeluk Enri sambil berlari dengan kecepatan penuh. Enri ditabrak cukup keras sehingga dia mengira dia mungkin akan terjatuh, tapi otot kakinya yang kokoh meredam benturannya.

"Selamat datang kembali, Enri. Kamu lebih awal dari yang diduga. Apakah kamu tidak menginap?"

"Aku pulang. Dan ya, aku berkemah di jalan tadi malam."

"Begitukah... aku lega kamu tidak diserang monster. Tetap saja, aku tidak bisa menyetujui hal semacam itu. Goblin-goblin memang kuat, tapi masih ada monster yang lebih kuat dari merka. Memang, aku tak pernah melihat mereka lagi satupun di dekat dataran..."

"Nee-san, jangan melakukan hal berbahaya!"

Nemu berkata begini sambil bergantungan dengan erat pada pakaian Enri. Enri hanaylah satu-satunya keluarga bagi adiknya. Hidupnya tak lagi menjadi hanya miliknya. Kelihatannya Enri telah lupa detil itu.

"Kamu benar. Maafkan aku."

Enri tersenyum dan dengan lembut mengusap rambut Nemu.

"Mm! Kalau begitu aku akan memaafkan Nee-san!"

Nemu melihat ke atas dan tersenyum.

"Terima kasih. Ngomong-ngomong, apakah Nemu menjadi gadis yang baik? Kamu tidak mengganggu Enfi, ya kan?"

"Tidak! Benak kok~ Aku bukan gadis cilik lagi! Ya kan, Enfi-kun?"

"Ahahaha... yah, aku sudah merawat orang-orang dadi sukunya Agu, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi aku yakin Nemu bersikap baik."

"Benarkah, Enfi-kun! Kalau begitu, bagaimana dengan ini, Nee-san. Enfi-kun bau!"

"Nemu-chan! Itu adalah bau dari tanaman obat! Ketika kamu menggilingnya, bukankah tanganmu menjadi bau juga?"

"Kotoran berwarna itu dari tanaman obat?"

"...Tidak, ini berbeda. Itu dari membuat item-item alkimia, jadi tolong jangan bilang aku bau..."

"Tapi kamu memang bau!"

Wajah Nfirea membeku.

"Mm, menyebar ke seluruh pakaian Enfi. Jadi mungkin dia seharusnya melepasnya ketika dia tidak sedang bekerja?"

Enri bergegas mencoba menjelaskan arti sebenarnya kepada adiknya, dan wajah Nfirea melembut saat dia mendengarnya.

"Aku tidak punya pakaian lain,...di E-Rantel seringnya aku hanya memakai itu setiap saat."

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku membuatkannya satu set untukmu setelah itu?"

"Eh? Kamu bisa melakukan itu?"

"Enfi, kamu pikir siapa aku? Aku masih bisa membuat pakaian sederhana sendiri."

"Begitukah? Aku membeli semua pakaianku, jadi bisa membuat sendiri kedengarannya menakjubkan."

"Yah, trims untuk itu. Tapi setiap orang di desa bisa.... Nemu, kamu sebaiknya mulai belajar."

"Kay~"

"Kalau begitu, Nemu, maukah kamu kembali dahulu? aku harus mendiskusikan sesuatu dengan Enfi."

Nemu menutup mulutnya dengan tangan, tapi senyum sudan membuat matanya berbinar.

"Mm! Aku mengerti! Kalau begitu, aku akan pergi dahulu. Semoga beruntung, Enfi-kun!"

Nemu melambaikan tangan saat dia pergi, bergumam sendiri.

"Dia benar-benar patuh. Lupakan saja, apakah kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Tidak, kurasa tidak..ah, maksudmu itu? iya kan? Meskipun aku bisa menerka secara kasar, karena aku ada di kota ada rapat kemarin."

Dengan itu, mereka melewati pertunjukan yang tidak berguna. Enri bilang kepada Nfirea apa yang dia dan kepala desa diskusikan.

Tidak berhenti sampai disitu. Dia juga bilang kepadanya tentang diskusinya dengan Lupusregina, dan Nfirea menerima itu semua tanpa sepatah katapun. Setelah dia selesai, Nfirea melihat kepada Enri lurus di matanya, dan bicara.

"Kurasa Enri bisa melakukan itu tak perduli apa jawabannya, aku akan selalu mendukungmu... ugh, kalimat itu terlalu murahan. Aku harap kamu akan menjadi kepala desa yang baru."

"Mengapa? Aku hanya-"

"Tidak, kamu bukan hanya seorang gadis desa biasa. Kamu adalah pemimpin dari para goblin, Enri Emmot. Kamu mungkin akan bilang bahwa goblin-goblin bukanlah kekuatanmu, ya kan? Tapi pada akhirnya, para goblin benar-benar adalah kekuatanmu. Lupusregina memintamu untuk bertanya kepada para goblin, tapi aku akan jelaskan. Jika kamu bukan kepala desa, dan jika desa berada dalam bahaya, para goblin akan menahan tindakan tindakan mereka hingga kamu bisa kabur sendirian."

"Tidak mungkin! Mereka takkan pernah melakukan hal seperti itu!"

"Mereka mungkin akan berkata demikian di kala damai. Namun, ketika sebuah krisis datang mereka akan melakukannya seperti itu. Aku dengar itu dari mereka sendiri."

"Tidak mungkin..."

Enri melihat Nfirea tak percaya. Apakah dia berbohong? Tapi bahkan tidak ada sedikitpun sebuah kebohongan dari udara di sekitarnya.

"Hal terpenting bagi mereka bukanlah desa, itu adalah dirimu. Tapi jika kamu menjadi kepala desa, maka desa akan menjadi milikmu, dan goblin akan tetap tinggal dan bertarung untuk desa hingga akhir. Mungkin kelihatannya bukanlah perbedaan besar, tapi itu adalah perbedaan. Selain itu, mereka juga bilang padaku jika sebuah keadaan darurat seperti itu terjadi, mereka berharap aku bisa membawa Nemu dan lari di belakangmu. Enri.. jika kamu ingin memastikannya kepada mereka tidak apa. Tapi aku harap jika kamu memang melakukannya, kamu akan menyimpan apa yang kukatakan kepadamu menjadi rahasia."

"Aku tidak akan bertanya kepada mereka."

Nfirea mengangkat rambutnya saat dia mendengar balasan yang langsung dan lurus, menunjukkan matanya yang lebar.

"Apakah tidak apa? Aku mungkin saja berbo-"

"-Itu tidak mungkin. Nfirea tidak akan berbohong kepadaku. Aku percaya padamu. Namun, apakah sang tuan sepenting itu bagi mereka yang dia summon?"

"Yah, bukankah itu karena kamu adalah tuan mereka? Kamu membeli senjata untuk para goblin, ya kan? Bukankah itu akan membuat mereka menjadikanmu sebagai prioritas tertinggi karenanya? Mungkin kedengarannya buruk, tapi para goblin tak pernah mendapatkan apapun dari penduduk desa, yang menganggap mereka tidak lain dari hanya monster yang di summon. Kira-kira siapa yang akan mereka prioritaskan, orang-orang yang hampir tak kenal mereka, atau orang yang memberi mereka makan dan mempersenjatai mereka?"

Tentu saja, tak ada penduduk desa yang akan benar-benar mengatakannya demikian keras-keras. Namun, memang benar dia tidak ingin ada penduduk desa satupun yang berterima kasih kepada mereka dengan jalan yang nyata.

"...Tapi, para penduduk desa sangat berterima kasih kepada para goblin."

"Mereka berterima kasih kepadamu. Itu seperti membayarmu atas pengeluaran yang ada dan waktu yang dihabiskan. Apakah kamu pernah melihat siapapun di desa yang memanggil goblin dengan mereka?"

Tidak ada. Pertama dia mengira itu hanya kerna mereka tidak bisa membedakan mereka, tapi ketika dipikir-pikir, itu adalah karena mereka tidak ingin membedakan mereka.

Pemikiran itu memenuhi Enri dengan kesepian yang tidak bisa dijelaskan.

"Begitukah."

Namun, di dalam suaranya tidak hanya kekecewaan, tapi matanya bersinar dengan cahaya pencerahan.

"Benar sekali. Itulah kenapa aku, secara pribadi, merasa bahwa kamu akan menjadi kepala desa yang baik. Jika tidak ada hal lain, ketika kamu menjadi kepala desa, kamu akan merubah keadaan untuk goblin."

"...Semua orang akan membantuku, ya kan?"

"Tentu saja. Kamu mungkin bisa bilang tak ada siapapun yang akan menahan diri dalam memberi bantuan mereka."

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menuju ke tempat kepala desa. Aku sebaiknya melakukannya sebelum aku berubah pikiran!"

Enfi tersenyum saat dia mendengar pernyataan sikap Enri.

Dia mengerti badai emosi yang ada dibalik keputusan Enri. Itu adalah bingkai pikiran yang keras namun baikhati.

"Baiklah! Semoga beruntung, Enri!"

Dia mengangguk membalasnya, dan tanpa melihat ke belakang, berangkat menapakkan kaki menjadi kepala desa yang baru.


-----


Dari langit, Lupusregina bisa melihat hampir setiap orang di desa berkumpul di pusat desa. Enri memimpin mereka, menyapa mereka, tapi dia tidak bisa mendengar apa yang Enri katakan.

Setelah Enri kelihatannya selesai, para penduduk desa bertepuk tangan.

"Ha.. jadi ternyata berakhir seperti ini. Ahhhh, aku tidak bisa menerimanya, uhihi."

"-Apanya yang lucu?"

Suara di belakang membuat Lupusregina memutar badan menghadapnya.

"Oya~ bukankah ini Yuri-nee? Apakah kamu terbang karena item magic?"

"Benar sekali. Ainz-sama memberikannya kepadaku sendiri. Ini pasti... desa Carne, ya kan? Itulah kenapa kamu dimarahi."

"Benar sekali..Ahhh, sekarang kesenangan akan dimulai~"

"Apa maksudmu?"

"Seorang pemimpin baru baru saja bangkit di dalam desa. Bagi para penduduk, mereka akan membuka lembaran baru di dalam sejarah mereka. Namun, aku penasaran apa yang akan terjadi jika, pada saat-saat yang meriah ini, desa diserang dan semuanya terbakar. Aku penasaran wajah macam apa yang akan ditunjukkan oleh para penduduk desa itu nantinya?"

Sebuah seringai sadis menyebar di wajahnya yang cantik, dan siapapun yang melihatnya pasti akan langsung menyimpulkan bahwa sesuatu yang jahat dan mengerikan telah dilepaskan.

"Dan kukira kamu bergaul dengan baik sama orang-orang ini. Apakah ini datangnya dari lubuk hatimu?"

"Benar sekali, Yuri-nee~ Maksudku setiap kalimat itu. Setiap kali aku memikirkan orang-orang itu diinjak dan dimusnahkan dengan kasar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."

"Kamu jahat sekali. Kamu sejahat Solution. Mengapa adik-adikku seperti ini? Yang benar saja, yang baik hanya Shizu... meskipun kurasa Entoma bukanlah gadis yang buruk."

Lupusregina tertawa saat kakaknya bergumam.

"Ah~ Apakah desa ini akan hancur rata?"

6 komentar:

R mengatakan...

Makasih min, smangat min, smpe vol 9. hehe.
Thnks bnget lh min.

Anonim mengatakan...

Lanjut minnn

Unknown mengatakan...

udah ada lagi ternyata, makasih updateannya :3

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.8 side 1 bag.3

Nurdin bahari mengatakan...

Kenapa gw merasa kalau Enrique sangat imut

Anonim mengatakan...

Narberal denger kakaknya dipuji langsung jd lembut.