Chapter 1 : Persiapan untuk negeri yang tidak diketahui
Part 3
Dia dikawal oleh para Hanzo untuk melindunginya.
Dari Lima Hanzo, satu Hanzo berikatkan kain merah di lengan kanannya.
Itu bukan kain yang diberi magic; hanya untuk
menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin mereka.
Sejak awal, dia hanya menganggap dengan melakukan
itu akan membuatnya lebih mudah untuk mengatur mereka. Namun, pimpinan yang
baru ditunjuk sangat senang karena terpilih, dan Ainz tahu dia sedang tersenyum
dari balik topengnya.
Sejujurnya, Ainz merasa agak bersalah. Lagipula, dia
hanya memberinya secarik kain.
Dengan dilindungi oleh para bawahannya, Ainz
sekarang bisa melihat patung dirinya.
Ainz sudah kemari beberapa kali sebelumnya, karena
itu adalah tujuan teleportasi yang sudah ditentukan. Tetap saja, patung itu
masih membuatnya malu.
Ada patung figur historis dan semacamnya di dalam
dunia Suzuki Satoru, tapi tentunya siapapun akan merasa malu menyaksikan sebuah
monumen dirinya sendiri sementara mereka masih hidup.
Apa yang sebenarnya membuatnya tidak nyaman adalah
kenyataan bahwa tulang wajahnya sedikit berbeda dari dirinya. Kelihatannya
mereka sedang mencoba untuk mempercantik dirinya.
Apakah tulang pipi
terlihat lebih tampan jika seperti itu? Aku tidak paham sama sekali. Estetika
macam apa yang bisa menghasilkan ini?
Saat Ainz merenungi masalah tersebut, dia berpaling
dan menyadari Cocytus dan Lizardmen berlutut di depannya.
Dia terbiasa dengan pemujaan seperti itu sekarang
saat dia semakin berpengalaman dalam memainkan perannya sebagai makhluk
superior. Tetap saja, itu tidak menyenangkan bagi Suzuki Satoru yang seorang
pegawai kantoran. Meskipun begitu, dia mengerti bahwa itu adalah simbol dari
loyalitas mereka, jadi dia tidak meminta mereka untuk berhenti.
“-Angkat kepala kalian.”
Setelah izin itu – diberikan dengan perasaan campur
aduk – dikeluarkan, lizardmen kembali melihat ke atas, seakan mereka baru saja
hidup kembali.
“Terima. Kasih. Sudah. Datang. Hingga. Kemari.
Ainz-sama.”
Ainz memberi isyarat kepada Cocytus yang masih
berlutut agar dia seharusnya berdiri.
“Umu. Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku sudah
menerima laporanmu tentang desa. Meskipun aku hanya melihatnya sekilas, aku
tidak melihat adanya masalah, yang mana itu bagus. Prestasimu di sini layak
dipuji.”
“Terima. Kasih. Banyak! Ini. Bisa. Diselesaikan.
Berkat. Keagunganmu. Ainz-sama.”
Aku tidak melakukan
apapun, Ainz ingin berkata demikian. Malahan, dia menerima pujian setia dari
Cocytus dengan sikap berwibawa. Lagipula, jika dia berkata yang lainnya, hanya
akan berkembang menjadi putaran yang tanpa akhir dari “Tidak tidak”, “Tidak
tidak tidak tidak” dan seterusnya. Ainz sangat yakin itu.
“...Meskipun begitu, hasil yang luar biasa yang kamu
tunjukkan layak mendapatkan penghargaan.”
Setelah berpikir ke belakang, Albedo dan Mare sudah
menerima sebuah cincin Ainz Ooal Gown masing-masingnya, Aura sudah menerima
sebuah jam dengan suara Bukubukubchagama yang terekam di dalamnya, Shalltear
sudah diberi bestiary (Buku Ensiklopedia tentang moster zaman abad pertengahan
terutama) milik Peroroncino, dan Demiurge – dia telah memberikan patung demon
kepada Demiurge yang dibuat oleh Urbelt.
Hadiahnya kepada Cocytus adalah nyawa dari lizardmen
ini, tapi mungkin sudah waktunya untuk hadiah lain.
“Mungkin kamu akan berkata tidak perlu, tapi wajar
jika hadiah dan hukuman harus diserahkan saat dianggap memang dibutuhkan...
Katakan kepadaku, Cocytus, apa yang kamu inginkan?”
“Tidak.
Ainz-sama. Saya. Tidak. Menginginkan. Hadiah. Lain. Selain. Melayanimu. Dengan.
Setia.”
Sementara
permintaan Solution atas “manusia tak bersalah” sangat mengganggu, sebuah
permintaan seperti Cocytus juga sangat sulit dikabulkan.
Salah
satu anggota guildnya komplain dengan tipe wanita tertentu yang menjengkelkan,
semacam yang berkata, “Apapun itu ok” ketika ditanya “Kemana kamu ingin pergi
makan siang”, lalu kemudian wanita itu berkata, “Kita seharusnya pergi ke
masakan italia tadi”. Ainz merasakan hal yang sama. Ratusan kali jauh lebih
mudah untuk bergaul dengan seseorang yang jelas-jelas berkata apa yang mereka
inginkan.
“...Cocytus.
Kurangnya hasrat suatu ketika lebih menjengkelkan daripada ketamakan. Aku
sekarang memerintahkan kepadamu – katakan kepadaku apa yang kamu inginkan dalam
waktu satu minggu, terbatas pada obyek materi. Apakah kamu mengerti?”
Sebuah
tampang bingung muncul di wajah Cocytus. Ainz tidak menghiraukannya.
“Apakah
kamu mengerti?” ulang Ainz.
“Jika.
Itu. Adalah. Kehendak. Anda. Ainz-sama.”
“Umu.
Itu adalah kehendakku. Baiklah kalau
begitu. Cocytus, sudah waktunya berpindah pada alasanku datang ke desa ini. Aku
ingin bicara dengan Zenberu.”
“Saya
mengerti! Saya. Sudah. Membawanya. Kemari. Silahkan. Datang. Kesini.
Ainz-sama.”
Cocytus
bergerak di belakang dan ke samping Ainz, lalu memanggil lizardmen yang sedang
berlutut.
“Zenberu.
Jawablah. Pertanyaan. Ainz-sama. Kamu. Diizinkan. Untuk. Menghadapnya. Secara.
Langsung.”
Zenberu
mengangkat kepalanya dengan sebuah “Ya”, tapi ada kebingungan di dalam suaranya.
“Kalau
begitu, aku akan langsung ke masalahnya. Aku ingin berkunjung ke Dwarven
Kingdom. Jadi, aku ingin mempekerjakanmu sebagai penunjuk jalan. Bisakah kamu
bawa aku kesana?”
Lizardmen
itu terlihat seperti sedang memicingkan matanya.
Ainz
tidak mengerti ekspresi lizardmen, dan dia tidak bisa membedakan tampang macam
apa di wajahnya, tapi kelihatannya tidak baik.
“Maafkan
saya sebesar-besarnya, Yang Mulia, tapi bolehkan saya bertanya niat anda menuju
Dwarven Kingdom?”
Saat dia
selesai mengucapkan itu, sebuah geletakan rahang terdengar dari belakang Ainz.
“...Zenberu.
Ingin. Tahu. Niat. Dibalik. Keputusan. Ainz-sama. Adalah. Sikap. Tidak. Hormat.
Yang. Paling. Tertinggi.. Yang. Kamu. Perlukan. Adalah. Menjawab. Pertanyaan.
Itu. Dengan. Jujur.”
Cocytus
sedang menggunakan nada yang sama seperti biasanya, tapi ada perbedaan sikap
tidak senang dalam ucapannya.
Ainz
ingin menyingkir saja dari suara tidak senang yang jelas terdengar dari
belakangnya.
Tetap
saja, sementara Ainz senang bukan menjadi target agresi dari Cocytus, Zenberu
tetap terdiam. Dia melihat reaksi Ainz, tatapannya tidak tergetar.
Ketegangan
memenuhi udara di tengah-tengah keheningan yang menakutkan, yang mana
dipatahkan oleh suara mengancam dari Cocytus. Tidak banyak waktu yang telah berlalu, pikir Ainz. Ketika dia
tiba-tiba menyadari bahwa Cocytus akan membuat gerakan lalu Ainz menyela untuk
menahannya. Tidak melakukan hal semacam itu akan berbahaya.
“Tidak
apa, Cocytus. Zenberu tidak menunjukkan sikap tidak hormat apapun kepadaku.”
“Tapi.
Ainz-sama—“
“Tidak
apa. Kalau begitu, aku akan mengambil sedikit sikap kasihan kepadamu, Zenber.
Apa yang membuatmu mengeluarkan konsepsi yang salah seperti sekarang?”
Reaksi
Zenberu memang wajar melihat apa yang telah dia lakukan kepada desa ini. Tetap
saja, Ainz tidak membiarkan pemikiran seperit itu muncul di wajahnya. Jika Ainz
menginginkannya, maka tidak ada kesalahan dari tindakan para pelayan Nazarick.
Bertindak selain itu di depan para bawahannya mungkin akan membuat mereka ragu
dan mempengaruhi aktifitas masa depan.
“Zenber.
Aku tidak punya niat melukai para dwarf. Aku datang sendiri karena aku ingin
membentuk sebuah hubungan pertemanan dengan para dwarf.”
“Apakah
itu benar?”
“Kamu-“
Ainz
berpaling kepada Cocytus.
“Cocytus.
Loyalitasmu membuatku senang. Tapi aku sudah katakan bahwa itu tidak apa. Tidak
usah menghiraukan apa yang Zenberu katakan di sini dan lupakan saja.”
“Saya
mengerti!”
Apakah
ini yang mereka maksud dengan “katakan pemikiranmu sejujurnya”? Jika bos
memintamu untuk “katakan apa yang kamu pikirkan sejujurnya”, itu jelas jebakan.
Ainz
berpaling kepada Zenberu.
“Memang
benar, begitulah, Zenberu. Aku akan bersumpah atas namaku jika diperlukan. Aku
ingin membangun hubungan pertemanan dengan para dwarf. Namun, ada juga kemungkinan
aku akan menggunakan kekuatan yang mungkin dibutuhkan jika memang menjamin dari
respon mereka. Bisakah kamu mengerti tindakan seamcam itu tidak bisa
dihindari?”
“Memang
wajar. Itu masuk akal. Di dunia ini, kekuatan memang benar. Meskipun begitu,
bagaimana aku harus mengatakan ini... Aku tidak ingin membalas kebaikan dengan
keburukan.”
Zenberu
berhenti sejenak untuk mengambil nafas. Ainz teringat kepada para warrior yang
bernafas ketika mereka akan meluncurkan sebuah serangan.
“Ditambah
lagi, jika anda meluncurkan serangan kejutan dan menghabisi mereka setelah saya
mengantarkan anda kesana, saya harap anda memaafkanku karena akan melawan.”
Sebuah
geretakan yang keras datang dari belakang Ainz, lalu Ainz berkata, “Tidak apa”
kepada Cocytus.
Meskipun
tanpa memeriksa, dia sudah tahu itu adalah suara dari Cocytus yang sedang
memperkuat genggaman senjatanya.
Apa yang harus kulakukan kepadamu, pikir Ainz saat dia melihat Zenberu
dengan sombong. Kelihatannya latihan yang dia lakukan berulang kali terbayarkan,
karena tubuh Zenberu terdiam karena teror.
“Yah,
jika itu terjadi, aku cuman harus menghancurkanmu pula. Bukannya aku
keberatan... tapi itu sangat berani sekali. Apakah kamu sudah mempertimbangkan
bahwa kenyataan itu mungkin akan berakhir dengan kehancuran semua lizardmen di
desa ini pula?”
“..Saya
percaya anda tidak akan benar-benar melakukan itu, Yang Mulia?”
Saat
Zenberu menatap Ainz dengan tatapan tajam, Ainz mengelus dagu dengan ibu jari
dan telunjuknya. Lalu, dia membuat pengumuman.
“Kelihatannya
kamu salah. Aku mempertimbangkan masalah itu atas dasar untung dan ruginya. Mungkin memang aku tidak akan menghancurkan
seluruh kelompok karena pengkhianatan satu orang, tapi jika ternyata
pengkhianatan yang mirip mungkin akan muncul di kemudian hari, dan kerugiannya
melebihi keuntungan membiarkan mereka hidup, apakah kamu kira aku tidak akan
menghabisi mereka semua tanpa ragu? Atau apakah kamu mengira aku adalah seorang
makhluk yang tidak punya otak dan penuh kasih?”
Ekspresi
Zenberu berubah.
Namun,
Ainz tidak tahu ekspresi macam apa yang dikeluarkannya.
Kelihatannya
agak aneh berkata seperti ini sebagai makhluk undead sendiri, tapi dia merasa
bahwa Lizardmen itu lihai.
Tidak
perlu memahami ekspresi ras lain. Lagipula, dia hanyalah undead dengan kenangan
dan pengalaman sebagai manusia yang disebut Suzuki Satoru.
Karena
Zenberu kelihatannya tidak akan melanjutkan bicaranya, Ainz meneruskan:
“Ah,
jangan khawatir. Aku tidak akan menghancurkan desa ini meskipun kamu
mengkhianatiku. Lagipula, itu bukanlah pengkhianatan yang terorganisir, dan
reaksimu sangat bisa dipahami melihat kepribadian dan sejarahmu. Mereka adalah
teman-teman lamamu – penyelamatmu? Aku mengerti mengapa kamu berpihak kepada
mereka. Namun, biarkan aku mengulangi ucapanku: Aku tidak akan menghancurkan
Dwarven Kingdom tanpa alasan.”
Entah
pemain lain itu ada atau tidak, Ainz tidak ingin meluncurkan sifat bermusuhan
secara langsung tanpa adanya dialog.
Lagipula,
keadaan tidak berjalan sangat baik dengan negeri-negeri tetangga.
Sekarang
setelah mereka menjadikan negeri yang kelihatannya berhubungan baik, nama
mereka akan terkenal buruk jika mereka akhirnya mendeklarasikan perang dengan
para dwarf pula.
Oleh
karena itu, mereka harus berusaha sebaik-baiknya untuk menandatangani
perjanjian teman dengan para dwarf. Dengan begini, mereka bisa menunjukkan
kepada negeri-negeri tetangga bahwa Sorcerous Kingdom adalah entitas yang bisa
mematuhi pakta dan perjanjian. Ini juga akan memberi mereka moral yang tinggi
dan membiarkan mereka membatasi tindakan yang bisa diambil jika ada pemain yang sedang bersembunyi di sana.
Apa yang
akan para pemain lakukan jika mereka mewaspadai Sorcerous Kingdom?
Kemungkinan
terbesarnya adalah mereka akan menganggap Sorcerous Kingdom adalah kerajaan
iblis, dan menggunakan alasan itu untuk meluncurkan teriakan peperangan
kepadanya.
Di sisi
sebaliknya, apa yang akan mereka lakukan jika mereka mendengar bahwa Sorcerous
Kingdom telah menandatangani perjanjian pertemanan dengan Dwarven Kingdom,
seperti sebuah negeri yang benar dan baik?
Beberapa
orang mungkin akan berpikir itu ditandatangani di bawah tekanan atau itu adalah
diplomasi kapal perang (diplomasi dibawah ancaman). Namun, dipermukaan akan
terlihat sebagai perjanjian biasa dan adil.
Bicara
berdasarkan asumsi, jika seorang pemain memutuskan untuk berperang melawan
Sorcerous Kingdom, pemain itu pasti akan mengundang entitas yang sama levelnya
– kelihatannya adalah para pemain lain – untuk bergabung dalam ekspedisi
militernya. Namun, beberapa orang mungkin akan menganggap Sorcerous Kingdom
sebagai negeri yang baik. Orang-orang yang ogah perang ini mungkin akan
menyebut perjanjian dengan dwarf sebagai alasan untuk menyingkir dari konflik.
Memang
benar, ini hanyalah asumsi yang tidak berdasar, tapi dia mungkin bisa menyerang
sementara lawan dalam keadaan terpecah dan mengalahkan mereka, dimana saat
sebuah bom “Itulah kenapa aku tidak ingin bertarung” akan meledak dan
merobek-robek musuh.
Ini
adalah alasan mengapa dia ingin menempatkan diri dalam moral yang tinggi.
Lagipula, satu-satunya hal yang Ainz takuti
adalah sekelompok pemain, bukan hanya satu atau dua pemain lain.
Memang
benar jika para pemain dengan World Class Item adalah menakutkan, dan begitu
pula para pemain dengan kelas-kelas yang sangat kuat, seperti World Champion.
Meskipun begitu, jika mereka sendirian, mereka tidak akan bisa mengalahkan
Nazarick tanpa menggunakan salah satu dari Dua Puluh World Class Item yang
disebut Twenty.
“Jadi
kamu bisa tenang.”
“-saya
mengerti sekarang.”
“Umu.
Itu memang yang terbaik. Bisakah aku percayakan tugas itu kepadamu, Zenberu?”
“Saya
mengerti, Yang Mulia. Saya akan membawa anda ke kota gua para dwarf dimana saya
pernah tinggal sesaat.”
Ainz
mengangguk puas, lalu berpaling kepada Zaryusu.
“Bagus,
sekarang aku akan memanggil Zaryusu. Tolong terima ucapan selamatku atas
kelahiran dalam keluargamu. Apakah ibu dan anaknya sehat-sehat saja?”
Zaryusu
dengan gugup menjawab:
“Ya,
Yang Mulia. Mereka baik-baik saja. Kelihatannya anak saya akan mulai berjalan.”
“Itu
cepat sekali!”
Meskipun
begitu, penyelidikannya menunjukkan bahwa anak manusia di dunia ini berkembang
lebih cepat dariapda di dunia Suzuki Satoru dalam segala aspek, baik tumbuhnya
gigi, bicara atau berjalan sendiri. Tentu saja, itu hanyalah sesuatu yang dia
pikirkan setelah membandingkan pengamatannya terhadap apa yang dia ingat dari
ucapan Touch Me di masa lalu.
“Begitukah?
Saya merasa itu sangat normal..”
“Ah,
Ternyata begitu. Kelihatannya aku menganggap itu dari sudut pandang manusia.
Anak... hm. Saat ini, aku sedang dalam proses membangung sebuah negara yang
terdiri dari makhluk-makhluk dari berbagai spesies berjalan sama-sama. Jika aku
memintamu untuk hidup di sebuah negeri manusia di bawah pemerintahanku untuk
mempercepat tujuan itu, apakha kamu akan menerima?”
“Saya
tidak bisa menolak perintah Yang Mulia.”
“Oh,
jangan seperti itu.”
Sementara
Zaryusu mungkin tidak berniat untuk mengatakan demikian, kedengarannya seperti
sebuah ejekan.
Hal yang
sama berlaku dengan Ainzach sebelumnya, Ainz berpikir saat dia melanjutkan
bicara.
“Aku
ingin mendengar pendapatmu untuk masalah ini. Setelah pernah meninggalkan Lizardmen
sebagai seorang Traveler, kamu harusnya mengalami hal semacam ini, apakah aku
salah? Dengan kata lain, kamu harus mampu berpikir dengan cara yang berbeda
dari Lizardmen biasa. Karena itu, aku ingin mendengar apa yang kamu pikirkan
dan rasakan dengan dunia yang terus berubah di hadapanmu.”
“Saya
menjadi seorang Traveler karena saya merasa keadaan tidak berjalan seperti
dulunya. Saya terpaksa melakukannya karena keadaan.”
“Meskipun
begitu, sudut pandangmu seharusnya lebih lebar setelah melihat dunia. Jika
mungkin, mengapa tidak menggantikanmu dengan seorang lizardmen biasa lalu
meninggikan evaluasi dari keuntungan Lizardmen yang bepergian ke negeri
manusia?”
“Ya...”
Setelah
berpikir sejenak, Zaryusu bicara sekali lagi.
“Secara
pribadi, saya tidak ingin bepergian ke kota manusia. Saya merasa tidak tenang
melakukannya dengan menggandeng istri dan anak. Meskipun itu adalah negeri yang
dipimpin oleh Yang Mulia... Itu akan sangat sulit.”
Membuang
keadaan sekitar yang familiar dan bepergian ke lingkungan yang benar-benar
berbeda sangat melelahkan. Wajar saja jika seseorang ingin mempertahankan
keadaan sekeliling yang terbiasa bagi mereka. Ini memang benar bagi Zaryusu,
yang merupakan seorang pria dan harus memikul beban sebuah keluarga.
Mungkin
ada beberapa orang yang tidak ingin dilindungi seluruh hidupnya. Tapi Ainz
merasa orang-orang yang tidak bisa menerima perlindungan ketika keadaan
membutuhkan adalah orang yang lemah, baik itu PK atau PKK.
“Oh
begitu. Kalau begitu... apakah mungkin anak-anak akan terbiasa dengan hal
semacam itu?”
“Apakah
itu berarti anda hanya berniat untuk mengambil anak-anak, Yang Mulia?”
Ainz
merasakan kritikan kecil di dalam ucapan itu.
Zaryusu
pasti berpikir bahwa Ainz akan memaksa memisahkan anak-anak dari orang tua
mereka.
“Jangan
biarkan imajinasimu semakin liar. Aku berniat untuk membangun sebuah negeri
dimana ras-ras berbeda bisa hidup berdampingan denga harmoni. Langkah pertama
dari itu adalah menciptakan sebuah tempat dimana anak-anak Lizardmen, manusia,
Goblin dan sebagainya bisa bermain dengan gembira sama-sama. Hanya itu... tetap
saja, aku percaya jika kalian semua tidak berniat hidup dan mati di dunia kecil
dari danau ini, tapi berencana untuk menginjakkan kaki di dunia yang lebih
besar?”
Wajah-wajah
lizardmen dipenuhi dengan ekspresi yang rumit.
“Apakah
maksud anda... anda ingin lebih banyak orang yang menjadi Traveler?”
“Aku
menganggap pekerjaan Traveler bukanlah pekerjaan mewah diantara lizardmen,
apakah aku salah? Aku hanya ingi berkata bahwa kamu harusnya memperluas
pikiranmu.. Aku tidak seberapa jelas dengan hal ini, tapi jangan-jangan kamu
dan istrimu tidak berniat untuk memberikan anakmu sebuah pandangan yang lebih
lebar akan dunia?”
Sebuah
tampang aneh berkelebat di wajah Zaryusu.
“Itu...
Sulit dikatakan. Saya ingin anak kami hidup di dalam sebuah desa yang aman dan
tidak kekurangan makanan, tapi keadaaan sekarang berbeda.”
Dia
pasti sedang berbicara dengan kapasitasnya sebagai orang tua. Ini sedikit
berbeda dari apa yang Ainz inginkan dari NPC untuk hidup bahagia. Saat dia
merenungkannya, Ainz mulai merasa sebuah kekerabatan tertentu dengan Zaryusu.
“Aku
mengerti bagaimana perasaanmu. Seseorang tidak bisa mengharapkan perubahan dari
mereka yang sudah memantapkan jalannya. Semakin cepat perubahan itu, semakin
banyak generasi tua yang akan merengek dan menolaknya.”
Ainz
mengangkat bahu sementara Zaryusu dan Zenberu tersenyum.
“Seperti
yang dikatakan oleh Yang Mulia,” balas Zaryusu. “Orang-orang tua masih terus
komplain saat ini dan seterusnya.”
“Apakah
itu berarti kamu adalah salah satu orang tua itu, Zaryusu?”
Zaryusu
melihat ke arah Zenber dengan bingung, tapi Ainz melanjutkannya.
“Orang
tua dengan anak, ya? – Ya. Benar sekali.”
Ainz
melihat dengan sayang kepada Cocytus, yang berdiri di sampingnya.
“Yah,
kelihatannya aku harus memperjelasnya. Cocytus, aku sekarang akan memberimu
perintah.”
“Mengerti!”
“Meskipun
jika Zenberu memililh melawanku, kamu dilarang melukai teman-temannya di desa
ini.”
“Saya.
Dengar. Dan. Patuhi. Yang. Tertinggi. Satu-satunya!”
Ainz
mengangguk puas kepada Cocytus yang membungkuk dalam-dalam, lalu melihat
kembali ke arah Zenberu.
“Kalau
begitu, Zenberu. Aku ingin tahu semua yang kamu ketahui. Katakan kepadaku
dimana kamu bertemu dengan para dwarf, kehidupan macam apa yang kamu jalani
dengan mereka, hadiah macam apa yang membuat mereka senang, dan semacamnya.
Katakan kepadaku semuanya.”
“Tidak
masalah, Yang Mulia.”
“Sikap.
Kurang. Ajar. Itu-“
“Tidak
apa, Cocytus. Dia akan kehilangan kepalanya karena hal seperti itu dalam
keadaan resmi-“
Ainz
melihat sekeliling.
“Namun,
ini bukanlah acara resmi. Aku akan membiarkan itu tidak mendapatkan hukuman.
Aku yakin aku mampu untuk itu.”
Ainz
tertawa kecil, lalu Cocytus bicara lagi, bingung.
“Ai-Ainz-sama...”
Ainz mengulurkan
tangan untuk menyela Cocytus, lalu menatap Zenberu dengan dingin. Lalu, dia
menggunakan sebuah gerakan yang dia latih berkali-kali di depan cermin.
“Namun,
Zenberu, ada satu hal yang harus tidak boleh kamu lupakan. Cocytus akan merasa
bersalah karena nada memalukan yang kamu ucapkan kepadaku.”
Tubuh
Zenberu gemetara, mungkin karena takut.
Apakah ini gemetaran sebelum bertempur?
“..Maafkan
saya sedalam-dalamnya, Yang Mulia. Pelayan anda sudah melangkah jauh dari yang
seharusnya.”
“-Tidak apa,
kamu harusnya berterima kasih kepada Cocytus, administrator desa ini. Karena
dia, aku tidak akan melukainya secara langsung.. hm, kelihatannya aku sudah
mengatakan hal yang percuma. Haruskah kita mulai mendiskusikan Dwarven
Kingdom?”
“Sebelum.
Itu. Apakah. Anda. Tidak. Ingin. Duduk. Ainz-sama?”
Ainz
sedikit tidak nyaman dengan saran Cocytus.
Ainz
tidak merasa lelah, jadi dia tidak perlu duduk. Namun, dia tidak bisa
mengabaikan saran yang berharga seperti itu.
“Memang
benar. Mari kita lakukan. Cocytus, jangan gunakan sesuatu yang terlalu wah.
Apapun yang bisa aku duduki tidak apa.”
“Mengerti!
Kalau. Begitu. Permisi.”
Cocytus
meletakkan tangan dan lututnya, berlutut di tanah.
Gambaran
Shalltear yang melakukan hal yang sama seperti Cocytus muncul dari ingatan
Ainz.
“...Kurasa
aku tahu apa yang sedang terjadi, tapi mungkin lebih baik untuk bertanya, untuk
jaga-jaga. Apa yang kamu lakukan?”
“Saya.
Dengar. Shalltear. Pernah. Melakukan. Ini. Pula. Oleh. Karena. Itu. Saya.
Ingin. Menirunya.”
“Itu
adalah hukuman untuknya. Tidak perlu kamu melakukan ini.”
“Tapi.
Lizardmen. Di bawah. Saya. Telah. Bicara. Secara. Tidak. Hormat. Kepada. Anda.
Ainz-sama—“
“Tidak
perlu membawa masa lalu. Aku sudah bilang aku tidak keberatan. Apakah kamu
tidak mendengarku?”
“Itu.
Memang. Benar. Tapi—“
Haa—
Ainz
mencoba untuk bicara dengannya, tapi Cocytus terbukti sangat keras kepala.
Meskipun kenyataannya undead tidak lelah, keletihan memenuhi jiwa Ainz. Merasa
sulit di sekelilingnya, Ainz memutuskan untuk mengabaikan penolakannya dan
membuat pengumuman.
“-Ah,
sudah cukup. Kalau begitu, aku akan mendudukimu, Cocytus.”
“Saya
mengerti!”
Balasannya
sangat memaksa.
Duduk
seperti ini di depan orang lain sangatlah – yah, sampai titik tertentu, sangat
memalukan.
Tetap
saja, orang lain akan menganggapnya aneh jika dia ragu-ragu di sini. Apa yang
harus dia lakukan adalah mengeluarkan aura seorang penguasa absolut saat duduk
di atas tubuh bawahannya.
Ainz
menekuk pinggangnya. Sebenarnya, itu sangat tidak nyaman. Sebenarnya, itu sangat
tidak seimbang. Dan sebenarnya, kursi itu sangat dingin.
Selain
itu, Cocytus kelihatannya seperti kegirangan, mengeluarkan kabut putih yang
semakin tebal, jadi kelihatannya seakan seseorang mengguyurkan air ke atas es
kering dan uapnya keluar di antara kaki Ainz. Kelihatanya seperti efek spesial yang
digunakan untuk membuat orang-orang terkesan, dan itu membuat serasa sedang
menduduki ranjang penuh paku.
“Apakah.
Ini. Membuat. Ainz-sama. Senang?”
Sial. Ainz tidak bisa bicara jujur di sini.
Sebagian
dari dirinya yang penasaran ingin tahu apa yang terjadi jika dia bicara
sejujurnya, tapi memikirkan reaksi Cocytus terlalu mengerikan.
“Mm,
tidak buruk...”
Apakah aku terdengar seperti seorang yang mesum
jika berkata begitu. Ainz
berpikir penuh ketakutan. Namun, dia tidak bisa memikirkan ucapan lain.
“Kalau.
Boleh. Saya. Tahu. Apakah. Anda. Lebih. Memilih. Shalltear. Atau. Saya?”
“...”
Ainz
menjadi bengong. Bagaimana dia harus menjawab?
“Eh...
Mengapa, mengapa kamu ingin tahu?”
“Ya!
Saya. Merasa. Bahwa. Saya. Harus. Berlatih. Untuk. Itu. Ketika. Suatu. Hari.
Saya. Harus. Menahan. Tuan. Saya. Di punggung.”
“.....Eh?!”
Apa lagi yang sedang dia bicarakan?
Apakah
Cocytus adalah spesies yang membiarkan wanitanya menungganginya ketika proses
reproduksi? Atau apakah dia hanya seorang masochist secara sexual?
Takemikazuchi-san!
Tidak,
dia harusnya lebih baik dari itu. Dia mungkin mencintai pertempuran, tapi dia
seharusnya menjadi seorang pria yang baik yang jarang menyusahkan orang.
Tapi
mengapa Cocytus berubah demikian? Ainz gemetara sampai pusatnya, seakan dia
telah menemukan rahasia fetish orang lain.
“Be,
begitukah. Itu bagus.”
Meskipun,
Ainz tidak tahu apakah itu bagus sama sekali.
“Ya!
Kalau. Begitu. Bolehkah. Saya. Bertanya. Apa. Jawaban. Ainz-sama?”
“Agak
tidak seimbang, tapi tidak sampai titik aku tidak bisa duduk. Dalam hal itu,
Shalltear sedikit lebih baik.”
“be.gi.tu.kah...”
“Tidak!
Tidak, maksudku, kamu punya keunggulan juga. Ah, bagaimana aku harus
menceritakannya, dingin.. ya, sensasi dingin adalah yang paling baik di musim
panas.”
Ainz mau
tidak mau penasaran mengapa dia berusaha mati-matian untuk menenangkan Cocytus.
“Oh.
Begitu! Namun...Mm.”
Sambil
samar-samar gembira karena Cocytus terdiam untuk berpikir, Ainz menyapa
lizardmen itu.
“Ka-kalau
begitu! Tidak usah dihiraukan apa yang terjadi di sini. Kemarilah, Zenberu,
katakan kepadaku.”
“Ah,
ya.”
Menurut
Zenberu, dia mendaki naik dan turun lereng dan puncak gunung untuk menemukan
para dwarf, menghabiskan sebulan dalam pencarian tanpa hasil. Saat ketika dia
akan menyerah itu dia bertemu dengan seorang dwarf yang keluar untuk
menjelajahi permukaan. Setelah itu, berbagai hal terjadi, dan dia mendapatkan
kepercayaan para dwarf dan dibawa ke kota mereka.
Penampilannya
tidak sedikitpun membuatnya beruntung, tapi kelihatannya dia mendapatkan
kepercayaan mereka setelah meletakkan hatinya kepada mereka.
Setelah
itu, dia mempelajari martial art di dalam kota Dwarven. Dia pergi ketika dia
mendapatkan cukup kepercayaan diri dan kembali ke desa Lizardmen.
Hal
terpenting diantara semua ini adalah apakah Zenberu bisa menunjukkan kepada
Ainz dan kelompoknya atau tidak ke kota Dwarven.
Zenberu
kelihatannya sedikit tidak nyaman, namun pada akhirnya dia membalas bahwa dia
mungkin bisa melakukannya.
Kota
Dwarven terletak di bawah tanah, di pedalaman gua, jadi seharusnya dia mampu
menunjukkan jalan kepada Ainz selama medan gunung tidak berubah. Ketika Ainz
mendengar ini, dia teringat dengan kota-kota bawah tanah di dalam Yggdrasil, dan
dia pun mau tidak mau merasa kegirangan.
Hal
terakhir yang Ainz tanyakan adalah jarak ke kota Dwarven.
Zenberu
membalas bahwa perjalanan kembali dari Dwarven Kingdom memakan waktu sekitar
seminggu menyusuri perbukitan. Itu membawanya ke ujung paling utara dari danau.
Karena
Lizardmen tidak terbiasa berjalan di tanah, perjalanan selama seminggu dengan
jalan kaki diartikan sekitar 100 kilometer.
Sayangnya
mereka harus mengandalkan ingatan Zenberu, jadi mereka tidak bisa memberikan
rute terpendek di peta.
Aku harus bersiap tersesan berkali-kali.
Itu
membuat Ainz memikirkan petualangannya di dalam Yggdrasil, lalu Ainz tersenyum
lebar.
“...Apakah
informasi ini berguna bagi anda, Yang Mulia?”
“Tentu
saja. Aku menyambut ekspedisi dalam kegelapan dengan hanya lentera kecil
sebagai penerangan jalannya. Itulah yang mereka sebut dengan kegirangan, ya
kan?”
Mungkin
mereka menganggap Ainz sedang bercanda, tapi tawa yang keras datang dari
barisan Lizardmen.
Ainz
tidak berniat mengkoreksi kesalahannya. Orang-orang yang tidak tahu Yggdrasil
akan sulit memahaminya.
“Kalau
begitu, aku akan menunjuk Zenber sebagai penunjuk jalanku, dan kita akan
bersiap untuk bepergian menurut apa yang telah dia katakan kepadaku. Aura dan
Shalltear akan segera tiba dengan pengikut mereka di belakang, jadi kamu
harusnya bersiap juga.”
“Saya
dengar dan laksanakan, Yang Mulia.”
Ainz
mengangguk dengan agung kepadanya, lalu bangkit dari tubuh Cocytus.
Dia
tidak menghiraukan suara sedih yang lirih datangnya dari bawah Ainz.
39 komentar:
Cepet banget min. Makasih ya.
Semoga Sukses Selalu
Siiipppp
Kpan update lgi
jos gandos lanjut terus min....
semangat terus min sukses selalu
MANTABZZ
Fast translete
Mantap min...yang semangat ya....
Joss... Lanjut terus, tetap semangat
terima kasih banyak... semangat terus...
Joss... Lanjut terus, tetap semangat
Ngakak si cocytus kwkw mantap min lanjutkan
fakk disuruh milih antara cocytus sama shalltear :v ya mendingan shizu lah <3
Amazing Min,,
selalu ditunggu updatenya
thanks min, kamu memang yang terbaik 💪
Gak sabar nunggu part 4
Nunggu part 4
keren minnn.. tolong tetep di update yaa, aku termasuk pembaca setia
Haha homo
Apakah cocytus masokis ? :v
Rip Cocytus ama Takemikazuchi-sama :v
min emang ainz udah punya berapa champion class item di dalam nazarik
Ya Mending Shalltear, Imut, Menggemaskan dan juga Mungil XD
shock dengan Cocyutos hahah... ga nyangka di M haahhha
Wujud monster nya shalter gimana ?
Thanks min
Takemikazuchi gk taunya "M" toh wkwkwkkwk~
Novel ini baru saja menceritakan sisi lain dari karakternya lebih jelas di setiap chapternya.
Dan ternyata sosok segagah cocytus lebih M dari shaltear. Walaupun shaltearnya H
wahh pada salah Tafsiran. maksud cocytus adalah nanti pas anak ains lahir bisa gendong anaknya jadi kambing"an/dipundaknya Kan sifat anak gak jauh beda dengan orang tuanya.
tonton overlord season 1 kayaknya betapa senangnya cocytus ngebayangin gendong anaknya.
kalau misal anaknya lahir dengan albedo y masak minta ditunggangi albedo ya gk terima secara pangkat meraka sama
disuruh memilih nguakakkkkk wkwkwk
Eleh ainznya kurang kejam sama zanberu..
Kurang ajar
Saya ingin lihat cerita selanjut nya. Apakah Cocytus akan bertengkar dengan shelter huahahahahaah
Mantap min lanjut teus
cocytus gak ada imut imutnya dibandingkan shaltear
Ada lolicon nih wkwkwk...
Arinsu
Mau bgt ainz punya anak ama albedo hihi
Kalo pas lagi dalam wujud aslinya masih mau?
Hm? Di anime season 1 kan udah ada pas tahun 2018 kan? Gak nonton anime ya?
Anaknya cuma tulang nanti awokaowkaokwok
Posting Komentar