Chapter 3 : Krisis yang akan datang
Part 1
The Great Rift
Itu
merujuk kepada jurang yang lebar yang memanjang si sisi barat dari ibukota
Dwarven Kingdom, Feoh Gēr.
Itu
adalah sebuah jurang yang sangat dalam, dengan panjang lebih dari 60km dan
lebar 120m pada titik yang paling sempit. Kedalamannya tidak diketahui. Tak ada
yang tahu apa yang sedang menunggu di bawah sana, dan atak ada yang kembali
hidup-hidup dari dua ekspedisi yang telah dikirimkan untuk menyelidiki jurang
itu.
Untuk
waktu yang sangat lama, pembatas alami itu telah melindungi Feoh
Gēr dari segala macam
serangan luar biasa. Mereka bisa menggagalkan segala monster dari barat yang
mencoba menyerang selama mereka mempertahankan jembatan bersuspensi yang
membentang untuk menyeberangi the Great Rift.
Namun
hari ini, pasukan garnisun Feoh Gēr – markas militer yang berdiri diantara Great
Rift dan Feoh Gēr
— sedang berada di dalam
pusaran kebingungan dan teriakan.
“Apa
yang terjadi? Seseorang katakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi!”
Teriakan
itu datangnya dari arah Panglima dari pasukan dwarf, seorang veteran yang telah
melayani lebih dari 10 tahun.
Informasi
yang datang sangat kacau dan kontradiktif, dan tak ada yang tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Satu-satunya hal yang dia yakin adalah ada sesuatu yang
terjadi di benteng yang mempertahankan the Great Rift.
“Informasi
yang paling baru yang kita miliki mengatakan bahwa Quagoa sedang menyerang!”
salah satu komandan platon berkata, mengulangi sebuah laporan dari benteng
tersebut.
Berita
seperti itu sudah tidak asing. Quagoa dan dwarf adalah musuh bebuyutan, dan
mereka sering menyerang dalam kelompok ratusan. Ada lebih banyak serangan
selama Panglima itu mengabdi sepuluh tahun ini dari yang bisa dia ingat, tapi
hingga sekarang mereka semua telah dibelokkan dari benteng tersebut. Tak ada
Quagoa yang berhasil mendekati garnisun itu, terlebih lagi Feoh Gēr sendiri.
Ini
karena Quagoa adalah ras yang kuat terhadap serangan-serangan senjata, tapi
sangat lemah melawan serangan-serangan listrik. Mengetahui hal ini, mereka
menimbun benteng itu dengan item-item magic yang bisa menghasilkan [Lightning]
dan efek-efek sebanding.
[Lightning]
adalah sebuah mantra yang menusuk musuh dalam garis lurus, dan itu sangat
efektif terhadap musuh yang berbaris menyerang sebuah jembatan. Mantra itu bisa
menyapu habis seluruh gelombang Quagoa dalam sekali pukul, dan selain itu, para
dwarf menjaga tempat itu bersenjatakan crossbow yang diberi kemampuan untuk
memberikan luka listrik tambahan.
Sebaliknya,
para dwarf di dalam garnisun lebih lemah baik dalam perlengkapan dan jumlah.
Namun, itu bukan karena mereka tidak ingin mengalokasikan kekuatan militer ke
dalam markas yang penting, tapi karena pasukan dwarf selalu kekurangan tenaga.
Jadi, benteng itu harus menarik para pasukan dari kelompok pasukan yang kecil,
dan mereka melakukannya dalam jumlah yang tidak akan mengundang kecaman.
Meskipun
semua spekulasi ini berlawanan dengan serangan Quagoa, benteng itu sekarang
berada dalam keadaan dimana mereka bahkan tidak memiliki sisa-sisa orang yang
bisa diapnggil untuk membantu. Apa itu artinya?
“Jangan
katakan kepadaku kalau mereka diserang oleh musuh yang terlalu banyak untuk
dilawan! Apakah ada pesan lain dari benteng itu?”
“Tidak
ada sampai sekarang.”
Keringat
dingin mengalir di punggung Panglima.
Kalimat
“serangan besar” muncul di depan matanya. Ada rumor semacam itu beberapa tahun
yang lalu, namun meskipun begitu, dia telah mencoba sebaik mungkin untuk
membohongi diri, berkata bahwa tidak ada hal semacam itu. Namun, itu sekarang
terhampar di depan matanya.
Panglima
itu menguatkan diri. Sekarang bukan waktunya untuk merenungkan hal mengerikan
itu.
Apa tindakan
tepat yang harus dilakukan sekarang?
Sebuah
terowongan yang landai dalam bentuk spiral yang terhubung dari garnisun ini
hingga benteng itu, dan di depan mereka ada ibukota Feoh Gēr. Gua yang menjadi tempat dimana
garnisun itu berada adalah barisan pertahanan terakhir mereka, dan selain itu
mereka memiliki gerbang dari mythrill yang dipadukan dengan orichalcum. Mereka
bisa bertahan terhadap serangan musuh dari terowongan itu jika mereka menutup
gerbang tersebut.
Apakah
mereka harus menutup gerbang tersebut?
Jika
mereka melakukannya, mereka tidak akan bisa mengirimkan bala bantuan dari sini.
Dengan kata lain, mereka akan mengabaikan rekan mereka, yang mungkin sedang
bertarung dengan bertaruh nyawa di benteng itu.
Tetap
saja, keraguan itu hanya bertahan sesaat.
Ada
kurang dari 20 orang di dalam benteng tersebut. Ada lebih dari 100.000 dwarf di
dalam Feoh Gēr. Hanya
ada satu jawaban ketika yang dipikirkan adalah prioritasnya.
“Tutup
gerbagnya!”
“Sampaikan
perintah! Tutup gerbangnya!”
Sebelum
gema itu hilang dari udara, sebuah suara germuurh datang dari tanah. Perlahan,
gerbang itu menutup pintu masuk. Gerbang-gerbang ini, yang tidak tersentuh
selama latihan, sekarang digunakan untuk tujuan yang sebenarnya.
“Tuan!
Ada Quagoa!”
“Apa!?”
Setelah
mendengar teriakan para prajurit yang sedang berjaga di pintu masuk terowongan
itu, Panglima menoleh untuk melihat. Dia melihat bentuk menjijikkan dari
demihuman, dengan mulut berbusa, matanya merah seperti darah.
Tanpa
senjata yang diberi mantra lightning, bahkan satu saja dari mereka adalah lawan
yang mumpuni. Dan sekarang, ada segerombol makhluk seperti itu, begitu
banyaknya sehingga mereka tidak bisa dihitung dengan dua tangan, sedang
bergegas menuju para dwarf.
Bagaimana
mungkin ini terjadi? Apakah benteng sudah benar-benar jatuh? Berapa banyak
orang yang telah Quagoa bawa? Bisakah mereka bertahan terhadap mereka meskipun
sudah menutup gerbangnya?
Panglima
berdecak lidah. Quagoa itu membuat langkah yang bijak. Kulit mereka bisa
memantulkan anak panah yang ditembakkan oleh crossbow. Satu-satunya yang bisa
dilakukan oleh barisan tombak adalah menahan mereka di pinggiran. Namun,
orang-orang di sini telah mengantisipasi jika Quagoa akan mencoba sesuatu
seperti ini, dan mereka pun mengambil langkah untuk mencegahnya.
“Para
Mage! Blitzkrieg!”
Sebuah
mantra area yang luas tingkat tiga, [Thunderball] (Bola petir) dan mantra
tingkat dua, [Thunderlances] (Tombak Petir) datang dari balkoni yang sedang
memantau prajurit pembawa tombak, pada sudut yang tidak akan mengenai mereka.
Perapal
mantra-mantra ini adalah tiga mage yang paling kuat di dalam pasukan.
Kelompok
yang berlari di depan gerombolan langsung dibantai oleh [Thunderball], seperti
yang diduga dari kutukan Quagoa. Quagoa di belakang mereka berhenti untuk
menghindari mantra itu pula.
Hanya
beberapa saat saja, tapi itu memberi mereka ruang untuk bernafas.
Gerbang
itu tertutup dengan suara clang yang
keras. Suara-suara memukul-mukulkan dan membentur-benturkan tersaring menembus
ke sisi lain dari pintu yang kokoh ini.
Suasana
yang tegang di udara agak mereda. Namun, Panglima, orang-orang yang ada di
sekitarnya, dan siapapun di sini tahu ini masih belum selesai.
Gerbang
itu sangat kokoh. Gigi-gigi dan cakar dari Quagoa biasa tidak akan bisa
merusaknya. Namun, beberapa Quagoa memiliki gigi yang dikatakan setara dengan
kerasnya mythrill. Sementara adanya makhluk selevel pimpinan ini tidak aneh
jika ditemui ikut serta dalam serangan ini. Tidak mungkin bisa menyingkirkan
setiap masalah.
“Sialan!
Jika saja gerbangnya dialiri listrik!”
Itu
adalah saran yang dibuat oleh Panglima ketika dia pertama kalinya mengambil
posisinya. Lagipula, gerbang itu sendiri tidak cukup bisa diandalkan sebagai
baris terakhir pertahanan. Tentu saja, ada berbagai alasan atas mengapa mereka
tidak bisa memberi mantra gerbang ini, seperti kurangnya kekuatan nasional,
tapi alasan terbesarnya adalah benteng itu selalu berhasil menghentikan segala
serangan musuh. Jadi, para petinggi bersikap ‘selama benteng itu masih
bertahan, semuanya akan baik-baik saja’.
Melihat
sekeliling, dia melihat ekspresi gelap dan suram di wajah setiap orang.
Ini
gawat. Jika mereka kehilangan harapan untuk masa depan, mereka akan kalah
ketika pertarungan menjadi nekad.
Panglima
memtuskan untuk mengubah situasinya, dan berteriak:
“Bagus!
Kita telah memastikan keselamatan kota! Tapi itu tidak menjamin apapun!
Mulailah memasang barikade untuk jaga-jaga jika musuh berhasil menembus gerbang
itu! Cepat!”
Tekad
baru memenuhi wajah-wajah prajurit dwarf. Tahu bahwa masih ada sesuatu yang
bisa mereka lakukan menghidupkan kembali motivasi mereka. Bahkan satu harapan
rapuh masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Kepala
Staf Panglima berdiri di sampingnya dan berbisik ke telinga sang panglima.
“Tuan,
apakah kita harus mengubur gerbang itu dengan pasir dan tanah?”
Panglima
itu merenungkan ucapan dwarf lain.
Jika
mereka menyegel sepenuhnya. Banyak dwarf yang akan tidak setuju.
“Mereka
tidak tahu apa yang sedang terjadi.”
Panglimat
tersebut menyadari ekspresi kepala staf. Dia mungkin berasumsi kalimat sang
panglima adalah balasan pertanyaannya.
“Maaf,
Yang kumaksud bukan kamu. Yang kumaksud adalah mereka itu – Dewan Perwakilan.”
“Anda
adalah salah satu dari mereka, ya kan, panglima? Jadi itu respon mereka
terhadap penutup penuh? Secara pribadi, kurasa menyegelnya saja tidak cukup.
Kita harusnya membuang Feoh Gēr.”
Panglima
itu memicingkan matanya dan menyeret kepala stafnya dengan tangan ke tempat
dimana tidak ada orang yang akan mendengar mereka.
Dia
tidak ingin percakapan mereka didengar oleh siapapun.
“Kamu
juga berpikir demikian?”
Mereka
tidak tahu berapa banyak Quagoa yang ada di sisi lain dari gerbang itu.
Serangan
musuh terlalu cepat dan mereka terpaksa mundur. Jadi, mereka kehilangan peluang
untuk mempelajari musuh. Apa yang sedang mereka lakukan sekarang adalah seperti
mengunci diri dan menutup mata.
Satu-satunya
data solid yang mereka miliki adalah musuh memiliki kekuatan tempur yang cukup
untuk meruntuhkan benteng yang tak tergoyahkan hingga sekarang ini, dan mereka
harus memikirkan cara untuk menghadapi itu.
Di bawah
keadaan seperti ini, dan setelah memperhitungkan kekuatan tempur mereka, akan
sangat sulit bagi para dwarf untuk membuka gerbang itu dan mengalahkan musuh.
Solusi terbaik mungkin adalah membuang ibukota mereka.
“Kalau
begitu, berapa banyak waktu yang dihasilkan untuk mengulur waktu setelah
mengubur gerbang itu dengan tanah dan kotoran?”
“Jika
kita meruntuhkan terowongannya, kita akan mampu memberi banyak waktu, tapi jika
kita menggunakan pasir dan tanah saja, kita hanya akan memiliki waktu beberapa
hari saja paling banyak.”
“Bahaya
apa yang akan diberikan oleh keruntuhan itu nantinya?”
“Seperti
yang anda tahu, kita tidak jauh dari Feoh Gēr. Meskipun saya tidak bisa benar-benar yakin
tanpa menugaskan Dokter terowongan untuk memeriksa, ada peluang mungkin akan
mempengaruhi kota juga. Skenario terburuknya adalah sebuah jalan pintas akan
terbuka dari balik gerbang dan Quagoa akan masuk dari jalan itu ke dalam
ibukota Feoh Gēr…”
“Dengan
kata lain, kita harus cari tahu sekarang. Kalau begitu, pertanyaan selanjutnya.
Apakah kamu kira gerbang itu jatuh murni karena jumlah mereka? Mengapa
orang-orang di dalam gerbang itu tidak memberitahu kita cepat-cepat?”
“Saya
telah memikirkan beberapa kemungkinan. Secara pribadi yang paling memungkinkan
adalah Quagoa telah memasukkan bantuan spesies lain.”
“Jangan-jangan
Frost Dragon (Naga Beku)?”
Quagoa
telah menguasai mantan ibukota dwarf Feoh Berkanan, dan telah membuatnya
sebagai markas mereka. Namun, istana kerajaan di jantung kota dikuasai oleh
Frost Dragon.
Kedua
belah pihak tidka memiliki hubungan saling membantu yang sempurna, tapi karena
mereka hidup bersama, mereka mungkin akan saling membantu satu sama lain.
Wajah
panglima itu menjadi pucat. Frost Dragon pada dasarnya adalah bencana alam
ketika mereka menginjak usia tertentu.
Pada
awalnya ada empat kota dwarf.
Feoh
Berkanan, yang telah dibuang selama serangan Demon Gods 200 tahun yang lalu.
Feoh Gēr
di timur, yang adalah ibukota
saat ini.
Feoh Raiđō di selatan, yang telah dibuang beberapa tahun yang lalu.
Dan
akhirnya, Feoh Tiwaz, di
barat.
Kota di
barat ini telah dihancurkan ketika peperangan antara dua Frost Dragon - Olasird’arc=Haylilyal
dan Munuinia=Ilyslym, dan sekarang tidak lebih dari
sebuah reruntuhan.
“Aku
merasa memang itu kemungkinannya. Memang kita tidak tahu apa yang mereka
lakukan untuk bisa membuat si arogan itu mengambil tindakan, alternatif lain
adalah mereka melakukannya sendiri; entah telah menemukan semacam mantra, atau
mereka menemukan sebuah rute yang bisa melewati Great Rift.”
“Bahkan
kami para dwarf tidak menemukan jalan mengelilingi Great Rift.”
“Tetap
saja, sudah berapa tahu yang lalu itu? Mungkin Quagoa telah menggali sebuah
terowongan atau sesuatu sebagai jalan monster-monster lain, atau retakan bumi
berpindah dan memberi mereka sebuah jalan memutar. Jika kamu memikirkannya,
mungkin mereka juga bisa pergi ke atas permukaan.”
“Quagoa
di permukaan?”
“Mungkin
saja ada seorang individu dengan kemampuan itu.”
Quagoa
sebenarnya buta di bawah terik matahari, jadi tidak mungkin bagi Quagoa untuk
memindahkan pasukan mereka ke permukaan.
Namun,
itu hanyalah harapan semata di pihaknya.
Tidak,
sudah terlambat untuk menyesalinya sekarang. Dia harus mempertimbangkan itu
ketika merencanakan strategi masa depan.
“Kepala
staf, kita harus mempertimbangkan bahwa mereka mungkin bisa bergerak di atas
tanah dan memperkuat pertahanan di permukaan menurut itu. Kirim beberapa orang
tanpa mengancam pertahanan kita di sini. Kita juga harus mendapatkan berita
dari Dewan dan membuat mereka mengeluarkan perintah evakuasi ke selatan.”
Ditambah
garnisun ini, benteng di utara Great Rift dan Ruang Dewan di dalam kota
sendiri, ada lebih dari satu markas militer di dalam kota Feoh Gēr.
Itu
adalah sebuah benteng yang berdiri untuk keuntungan orang-orang yang lebih
tinggi dari dwarf – contohnya, manusia – di pintu keluar menuju permukaan.
Panglima tersebut memberi perintah untuk memperkuat area itu dan tetap waspada
akan serangan dari permukaan.
“Dimengerti!”
“Dan
juga, buat orang-orang bersiap untuk mengubur pintu itu. Jika perlu izin kepada
para dewan, aku akan mencari jalan untuk meyakinkan mereka.”
“Bagaimana
jika dewan memakan waktu untuk berunding?”
“Lakukan
yang sebisamu. Aku juga akan melakukan yang sebisaku.”
Hanya
itu yang bisa dia katakan. Tentu saja, rencananya adalah mendorong strategi itu
sekeras mungkin, di dalam posisinya sebagai salah satu dari delapan dewan, tapi
jika yang lainnya melakukan veto, maka yang bisa dia lakukan adalah mencoba
sekeras mungkin sendiri.
“Lapor!
Lapor! Saya ingin lapor! Dimana panglima?!”
Melihat
ke arah sumber suara itu, panglima tersebut melihat seorang prajurit dwarf
menunggangi seekor Riding Lizard (kadal tunggangan).
Kadal
yang dikendarai adalah sejenis Giant Lizard (Kadal raksasa). Mereka adalah
reptil yang memiliki ukuran tiga meter dari kepala hingga ekor. Mereka tidak
banyak, jadi para dwarf membesarkan mereka sebagai tunggangan dan
menggunakannya sebagai binatang untuk menarik beban untuk pekerjaan
sehari-hari.
Namun,
kebanyakan para pelari tidak akan mengguakan mereka untuk mengirimkan pesan.
Mereka dipekerjakan dalam keadaan genting – ketika diperlukan untuk memberitahu
garnisun tentang kondisi di baris depan.
Rasa
tidak tenang memenuhi hati panglima itu.
“Darimana
orang itu?”
“Dia
seharusnya memiliki pos di benteng pintu masuk permukaan minggu ini.”
Itu
memastikan perasaan takut yang ada di hati panglima tersebut. Tidak, melihat
ekspresi pria itu dan nadanya yang hampir gila, itu sudah jelas sekali. Bertanya
seperti itu hanyalah karena dia sangat ingin tidak mengakui ketakutan yang ada
di hatinya dengan kenyataan yang ada di depan mata.
“Aku di
sini! Ada apa?”
Pembawa
pesan itu belari ke arah panglima dengan kekuatan penuh. Itu tidak bisa
ditunda. Ini adalah sesuatu yang harus didengar secara langsung jadi tindakan
semacam itu bisa sangat menentukan.
Pembawa
pesan itu jatuh dari punggung kadal tunggangannya, lalu dia mencoba membenarkan
diri mati-matian.
“Panglima!
Ada keadaan darurat! Mon-Monster! Ada monster!”
Dia
menduga itu adalah Quagoa, tapi dia cepat-cepat menyingkirkan itu. Pria itu
tidak akan menggunakan kalimat seperti itu untuk mendeskripsikan Quagoa.
“Tenanglah!
Kita tidak akan bisa tahu apa yang kamu katakan! Apa yang terjadi? Apakah yang
lainnya baik-baik saja?”
“Y-Ya! Ada
monster-monster menakutkan di pintu masuk! Mereka bilng mereka ingin
membicarakan tentang pasukan Quagoa yang menuju kemari!”
“Apaaaaaaaaaa?!”
Pemilihan
waktu mereka terlalu sempurna. Dia tidak bisa membayangkan ada dua kejadian
yang tidak berhubungan. Jangan-jangan mereka adalah bos-bos dari Quagoa, atau
yang membantu mereka melewati Great Rift?
“Siapa,
siapa mereka? Bagaimana rupa mereka! Kepala Staf!! Kumpulkan setiap orang yang
bisa bergerak sekarang juga!”
“Saya
mengerti!”
Panglima
itu bahkan tidak punya waktu untuk melihat bawahan yang sedang panik pergi.
“Berapa
banyak monster-monster itu disana?! Berapa kekalahanmu?!”
“Y-Ya!
Ada 30 orang. Tpai mereka kelihatannya tidak ingin bertarung! Mereka bahkan
berkata mereka ingin membuat kesepakatan dengan kita, tapi mereka terlihat
sangat jahat, jadi saya tidak berpikir itu adalah niat mereka yang sebenarnya.
Pasti ada semacam rencana di sini!”
Bagaimana
sebenarnya mereka mengkualifikasikan sebagai jahat? Yang lebih penting lagi,
pria itu masih belum mendeskripsikan mereka. Setelah ditanya lagi, prajurit itu
menelan ludah dan menjelaskan,
“Mereka
adalah undead yang terlihat menakutkan dikelilingi oleh aura yang terlihat
tidak baik!”
“Apa?!
Undead?!”
Makhluk
yang membenci makhluk hidup, yang menabur kematian saat bangkit, musuh dari
semua yang hidup.
Beberapa
gambaran muncul di dalam benak panglima itu saat dia mendengar kata “undead”.
Contohnya, Freezing Zombie (Zombi beku), Frost Bone (Tulang Beku), dan
semacamnya. Namun, tak ada undead yang menjadi lawan kuat. Orang ini seharusnya
tahu itu. Kalau begitu, mengapa dia sangat ketakutan?
Disamping
itu, mengapa undead datang kemari? Apakah mereka di sini untuk bersenang-senang
dalam pembantaian dwarf dan quagoa, keduanya adalah makhluk hidup?
“Kepala
staf, apakah kamu belum siap?! Ayo berangkat ketika kamu sudah selesai! Kita
tidak tahu undead macam apa yang ada di luar sana, tapi jangan menganggap
enteng mereka! Jangan biarkan mereka menganggap remeh kita! Mereka mungkin
tidak bersikap sombong, tapi jika mereka meremehkan kita, bisa gawat!!”
34 komentar:
pertamax lagi.. yeeee
Lanjuutttttt
Terimakasih buat yg admin nya ug slalu setia menghibur
Dr awal ngikutin trus nih ampe sekarang
Ganbatte mimin .. 🙌
Hm
Semangat min 😀
min pengen tanya. pada waktu chapter emisary of the king albedo membenci ainz ooal gown dan mengibarkan bendera momonga . di akhir chapter albedo mengatakan "tetap saja, apa yang terjadi dengannya " nya ini perempuan atau laki laki min (what happens with her/him? )
Makin seru aja nich ceritanya. Semangat buat update terus...
Makin seru aja nich ceritanya. Semangat buat update terus...
@Anonim : yang dimaksud quote di akhir chapter itu chapter ke berapa?
njirrr, gagal pertamax gw..
padahal tiap hari slalu nyempetin buat mampir ke sini lo
thankyu buat ngadimin yg udah translate, ganbatte min
sankyu min semngat buat update selanjutnya :):)
Kerenn lanjutkan mimin
kerenn lajut trus minn
Lanjut terus min
Mantap min, makin penasaran tiap kali baca d sni, hasil translatenya bagus sih jd enak bacanya, semangat min
Good Job..
Saya rasa lebih bagus kalau judul Chapter 3 diterjemahkan "Krisis Yang Akan Datang"
ngeeenggg..🚲 ciiiiiiiittttt... ⛔ brughh...
📣LANJUT GANN!!!
#LoLisekai
ditunggu update'an selanjutnya min teng you..
@anonim , yg di prolog vol 10 ,mungkin yg di mksud itu ainz sama
@anonim, kalau benar yang dimaksud adalah akhir dari prolog 10 maka yang dimaksud "dia" memang adalah Ainz. Albedo saat itu sedang kepikiran karena mau dibawa kemana negeri Sorcerous Kingdom itu nantinya. Karena Ainz sama sekali belum memberitahukan arah mau dibawa kemana Sorcerous Kingdom kepada Albedo. Sebelumnya sudah dijelaskan persoalan administrasi dan hukum yang digunakan masih menggunakan Kingdom. Artinya Sorcerous Kingdom masih dibangun dari pondasi yang lama yaitu Kingdom.
menurut saya yg dimaksud anonim yang diatas itu ketika perang di kingdom. ketika albedo tidak ikut campur langsung dlm perang itu atau seperti di campakan oleh ainz (sebagai pemimpin guardian tp kurng memiliki andil). perang yang di pimpin dermigue, dan albedo belum sekali diberi misi untuk membuktikan dirinya di luar nazarick (albedo merasa dikurung disitu) ~ dia melihat ke bendera di pojok kamar dan berbicara seperti membenci ainz/berharap pemilik bendera itu memimpin nazarick (kamar itu milik salah satu anggota guild). tp end ga ada lanjutannya min, jd penasaran yg bagian itu.
Kerem
Nais thx miiiin sama
sankyu overlord vol.11 bab 3 bag.1
Makasih boos ku
lanjut
Ainz muncul langsung auto win
Mantap min lanjut terus
Aku baru baca sampe sini-_-,tpi thanks buat infonya juga :v
Ainz memang diciptakan sebagai pengatur konspirasi 'kelihatannya'
Disini dan seterusnya pengatur konspirasi masih berlanjut.
Kalo gini lebih baik judul volume sebelumnya diberi tambahan kelihatannya', ya kan....
Lanjut lagi deh
Penawaran bantuan dengan imbalan tunduk dan ke setiaan, ya secara tidak langsung ainz memang berpikir rakyatnya bisa dibilang budak untuk nazarick
Heloo
Posting Komentar