Chapter 2 : Pengejaran di negeri dwarf
Part 1
Shalltear dan Aura berkumpul di sisi danau dekat
desa Lizardman, ditemani dengan para pengikut pilihan sendiri.
Dibawah Shalltear ada 25 makhluk undead,
masing-masingnya memiliki level 80 atau semacamnya. Aura telah memilih 30
magical beast (binatang buas magis). Ada enam vampire bride yang menemani
Shalltear, Aura dan Ainz. Lalu, ada lima Hanzo yang Ainz bawa. Setelah itu ada
lima magical beast seperti Mammoth untuk beban yang di summon dengan mata uang
dalam game. Binatang buas itu dimanfaatkan untuk membawa barang di kedua
sisinya, semacam binatang yang umum digunakan di dalam Yggdrasil.
Mereka bisa dianggap sebagai makhluk terlemah di
dalam kelompok itu, melihat mereka hanya memiliki kurang lebih level 40. Tetap
saja, kemampuan mereka dalam membawa beban sangat mengesankan, dan ketahanan
mereka pada dingin dan api berarti mereka bisa bergerak dengan mudah menembus
padang tundra yang beku atau lahar yang bergolak. Hal yang paling penting
adalah penampilan mereka sangat berlawanan dengan mobilitas mereka yang luar
biasa dan kemampuan untuk dioperasikan dalam waktu yang lama tanpa makan dan
minum.
Ainz memerintahkan kepada Cocytus untuk berdiri di
belakangnya, lalu dia memanggil Zenberu ke depan.
“Apa yang anda ingin dari saya, Yang Mulia?”
Zenberu menjauh dari Zaryusu dan Crusch – Ainz ingat
nama mereka – dan datang ke depan Ainz. Ainz pun mau tidak mau melihat ke arah
lizardmen putih kecil yang Crusch gendong.
Mungkin
Crusch merasakan semangat seorang kolektor pada Ainz, namun secara naluri dia
memindahkannya untuk melindungi sang anak.
Aku tidak akan mengambilnya darimu...
Merasa
sedikit putus asa, Ainz menyerahkan tiga item kepada Zenberu.
“Ambil
ini. Cincin untuk mengeliminasi kebutuhan untuk tidur, makan atau minum. Cincin
ini memberikan ketahanan terhadap dingin. Dan kalung ini memberikan kemampuan
kepada penggunanya untuk bisa menggunakan mantra [Fly]. Aku akan mengajarimu
bagaimana cara menggunakannya nanti. Untuk jaga-jaga jika kamu terjatuh dari
tebing.”
“Terima
kasih banyak, Yang Mulia.”
Ini
adalah dasar dari perlengkapan untuk memanjat gunung yang dia gunakan selama
hari-hari di dalam Yggdrasil. Dia bisa menukarkan perlengkapannya untuk
merespon efek-efek area unik yang dia temui di dalam rangkaian pegunungan
Azellisia.
“Maaf
sudah menyela persiapanmu. Aku sudah melakukan apapun yang kuperlukan. Kamu
boleh kembali.”
Zenberu
mengangguk dan kembali tanpa suara.
“Cocytus.
Kelihatannya anak-anak sangat penasaran.”
Anak-anak
tidak kabur namun menjaga jarak mereka, melihat ke arah Ainz dan yang lainnya
dengan mata berkilauan (?).
Mm. Bisakah anak-anak beradaptasi jika aku
membawa mereka ke kota manusia? Tidak, bagaimana jika sebaliknya dan membawa
anak-anak manusia kemari? Mungkin aku bisa membangun sebuah tempat berkembah di
dekat sini, lalu membawa anak-anak Lizardmen kesana.
Ainz
membayangkan sebuah pemandangan dimana anak-anak manusia, Lizardmen dan Goblin
bermain bersama. Lalu dia menambahkan Aura dan Mare, anak-anak Dark Elf. Lalu
dia memutuskan untuk melempar Shalltear ke dalamnya pula.
Dia
harus memasukkan Shalltear karena dia melihatnya membuat persiapan bersama-sama
Aura, undead dan magical beast. Tidak ada arti khusus untuk itu.
Aku suka gambaran itu. Mungkin aku harus
menyarankan ini kepada Albedo dan Demiurge...
“Jika.
Mereka. Membuat. Anda. Tidak. Senang. Saya. Akan. Perintahkan. Kepada. Mereka.
Untuk. Segera. Pergi?”
“Bukan
itu maksudku... Apakah kamu tidak merasa anak-anak itu mungkin bisa bermain
sama-sama, meskipun mereka berbeda ras? Bukankah anak-anak manusia bisa
berjalan bersama-sama dengan anak-anak dari Lizardman?”
“Saya.
Tidak. Yakin. Tapi. Jika. Itu. Adalah. Kehendak. Anda. Maka. Saya. Yakin.
Mereka. Akan. Mengulurkan. Tangan. Kepada. Ainz-sama.”
...Ini tidak ada hubungannya dengan kehendak,
perintah atau semacamnya, hanya masalah membuat orang-orang dari berbeda
spesies bisa bekerja sama-sama. Kurasa aku tidak bisa membuat saran ini karena
posisiku sebagai raja...
Ide Ainz
akan bisa diinterpretasikan sebagai perintah absolut. Oleh karena itu, untuk
suatu titik tertentu, itu sangat menakutkan.
“...Benarkah.
Kalau begitu, sudah waktunya berangkat. – Aura, Shalltear! Apakah kalian sudah
siap?”
Dua
orang itu membalas hampir dalam sekejap.
“Ya!
Kami sudah siap!”
“Sama.
Jika anda memberikan perinta, kami bisa berangkat saat ini juga, Ainz-sama.”
“Zenberu!”
“Tidak
ada masalah disini!”
“Baiklah,
Ayo berangkat!”
“Ainz-sama.
Berhati-hatilah! Jika. Ada. Sesuatu. Yang. Terjadi. Saya. Bisa. Menggerakkan.
Pasukan. Kapanpun.”
Cocytus
ada benarnya. Jika ada para pemain musuh mendekat, keadaan akan meningkat
menjadi pertempuran skala penuh, dan itu akan membutuhkan penggunakan kekuatan
militer. Namun-
“-Mungkin
itu akan terjadi. Namun, ini lebi kepada pasukan untuk memantau. Jika kami
menemui orang-orang yang kuat, kami akan mundur setelah mengumpulkan informasi
yang cukup. Jika itu terjadi, kami akan menantikan prestasimu di medan perang.”
“Saya
mengerti!”
***
Rencananya adalah menuju ke utara dan memanjat gunung, dengan dipandu oleh ingatan Zenberu.
Undead
yang menunggangi bertindak sebagai barisan penjaga depan dengan bangga
menunjukkan bendera Sorcerous Kingdom.
Semua
makhluk berakal yang hidup di dekat danau di bawah panji Cocytus. Jadi,
mengangkat bendera itu berarti mereka tidak perlu takut dengan serangan apapun.
Meskipun begitu, itu hanya berlaku untuk makhluk berakal – mereka yang mengerti
konsep dikuasai. Tidak ada artinya untuk makhluk-makhluk yang memiliki
kecerdasan rendah, seperti binatang buas contohnya. Sebaliknya, meningkatkan
peluang makhluk seperti itu akan menyerang mereka. Tetap saja, tidak ada
monster di hutan ini yang tidak bisa ditangani oleh Ainz dan kelompoknya.
Shalltear
kelihatannya sedang melihat sekeliling mencari makhluk-makhluk yang bodoh itu,
tapi dia tidak bisa menemukan satupun monster. Pada akhirnya, mereka tiba di
bagian paling utara dari danau.
Mata
mereka mengikuti arah arus kecil yang masuk ke danau, dan di depan mereka
terbentang Puncak bergerigi dari rangkaian pegunungan Azellisia. Di bawah
langit biru dan cuaca yang cerah, itu adalah pemandangan yang sangat
mengagumkan, dan itu membuat emosi di dalam hati Ainz samar-samar tergugah.
Saat
itu, Zenber mendekatkan jaraknya kepada Ainz, dan membuat saran.
“Bisakah
saya diperkenankan berjalan di depan anda? Kurasa dengan melihat pemandangan
sekeliling mungkin akan membantu saya mengingat sesuatu.”
Tentu
saja, tidak ada yang keberatan.
“Baiklah.
Silahkan saja ke depan barisan, tapi. Jangan pergi sendirian. Bawalah salah
satu orangku denganmu. Jika ada yang menyerang, gunakan mereka untuk
melindungimu dan mundur. Kamu adalah anggota yang sangat berharga dalam
ekspedisi ini.”
“Terima kasih
banyak.”
Setelah
memerintah – atau lebih tepatnya, meminta – magical beast yang dia kendarai,
makhluk itu mematuhi dan mulai bergerak. Karena Zenberu tidak punya pengalaman
mengendarai, Ainz memberinya salah satu magical beast Aura, yang bisa dikendalikan
dengan ucapan daripada teknik.
Ada
perbedaan besar antara kecepatan mereka di pegunungan dan kecepatan mereka
ketika berjalan menyusuri sisi danau.
Dengan
kata lain, mereka bergerak sangat perlahan.
Pada
awalnya, mereka hanya mengikuti aliran utara, namun mereka mengurangi kecepatan
setelah memutar untuk menghindari sebuah air terjun.
Zenberu
berusaha sebaik-baiknya mengingat rute yang dia ambil, tapi sangat sulit untuk
menelusuri kembali langkah-langkah yang dia ambil sekali, beberapa tahun yang
lalu, sambil menuju arah sebaliknya. Ditambah lagi, tingkat tanjakan masih
sangat rendah, jadi pepohonan yang tinggi menghalangi garis pandangan meeka.
Meskipun
bentuk tanah tidak berubah, pepohonan masih tumbuh dengan berlalunya waktu.
Zenberu
terus maju ke depan saat dia berusaha mengingat.
Sebagian
besar dari anggota kelompok tersebut tidak membutuhkan istirahat, tapi Zenberu
– orang yang paling penting – adalah sekian diantara pengecualian itu. Jadi,
mereka harus berhenti beberapa kali untuk beristirahat sebelum melanjutkan
perjalanan dengan hening.
Mereka
sekilas menangkap adanya sesuatu yang kelihatannya seperti monster di kejauhan,
tapi sepertinya tidak ingin mendekat. Mungkin kelompok Ainz terlalu banyak
jumlahnya, atau mungkin monster-monster itu sudah kekenyangan. Ainz berpikir
menangkap monster yang tidak diketahui untuk main-main mungkin menyenangkan,
tapi dia memutuskan untuk menyerah dengan ide itu kali ini.
Tujuan
mereka saat ini adalah tiba di Dwarven Kingdom.
Ainz
tahu betul jika seorang pemburu yang mengejar dua rabit tidak akan mendapatkan
keduanya.
Dengan
sedikit penyesalan, Ainz memilih untuk bergegas dalam perjalanan mereka.
Saat
kelompok tersebut mendekati tepian hutan, pepohonan semakin pendek, dan
matahari mulai jatuh di belakang gunung.
Langit
biru berubah warna menjadi merah sekali, lalu menjadi malam. Siluet pegunungan
terhadap lautan yang tak bertepi dari bintang-bintang hanya bisa disebut
sebagai pemandangan yang luar biasa. Mengetahui gambaran yang luar biasa ini
hanyalah sebagian kecil dari dunia ini membuat Ainz merasa alam itu sendiri
memperhatikan dirinya.
Sinus
Ainz bergetar, lalu dia menghirup udara yang segar dan wanit itu.
Mengapa
dia bisa melakukan itu – atau lebih tepatnya, jika dia bisa melakukan ini,
mengapa dia tidak bisa membedakan bagaimana bau makanan? Ainz mendorong
pemikiran itu keluar dari benaknya, dan sebagai gantinya memilih untuk
menikmati udara ini, yang tidak bisa ditemukan di dalam Nazarick atau di luar
E-Rantel.
Di dalam
Yggdrasil, dia tidak bisa mengalami kehebatan alam seperti ini.
Dia
merasakan perasaannya terkabulkan, sama seperti saat dia memperoleh pengalaman
baru saat bertualang sebagai Momon, dan jantung Ainz dipenuhi dengan kepuasan.
Sejujurnya, mereka bisa kembali sekarang tanpa harus menemukan Dwarven Kingdom
dan dia tidak keberatan sama sekali.
Bukankah – Bukankah ini adalah semacam
pemandangan yang seharusnya dilihat oleh para petualang?
Ainz
tertawa kecil, lalu berbicara kepada orang-orang di belakangnya.
“kalau
begitu, kita akan berkemah di sini malam ini.”
Setelah
mereka semua membalas setuju, Shalltear bertanya kepada Ainz, “Apakah kita akan
kembali ke Great Underground Tomb of Nazarick?”
Memang
benar, hal yang paling bijak adalah membuat tanda di sini lalu menteleport
mereka semua kembali ke tempat aman untuk menghabiskan malam. Namun, karena
suatu alasan Ainz tidak merasa ingin melakukannya. Bukan masalah untung atau
rugi dari situasinya, tapi murni karena masalah emosional.
“Tidak
perlu untuk itu. Kita akan mendirikan tenda di sini.”
“Tapi
Ainz-sama, membayangkan anda berkemah di tempat seperti ini...”
Sekejap
meliaht sekeliling hanya akan menunjukkan bebatuan, dan angin pegunungan yang
dingin – memang benar, mereka tidak ada efeknya kepada Ainz, yang kebal
terhadap dingin – mencuri kehangatan tubuh. Siapapun tanpa kekebalan terhadap
dingin atau pakaian wool yang tebal akan merasa seakan ditusuk oleh
jarum-jarum. Ini mungkin karena angin yang bertiup melewati tumpukan salju dan
membawa udara dingin dari puncak pegunungan.
Ainz
tersenyum saat rasa hormatnya terhadap kemegahan alam tumbuh semakin dalam.
Di dalam
Yggdrasil, ada guild-guild yang menjelajah dan berpetualang untuk mengubah yang
tidak diketahui menjadi tahu. Mereka bepergian pada perjalanan tanpa akhir
dengan perasaan itu di hati mereka.
Mereka
adalah guild yang lemah dalam pertempuran, tapi melompat begitu saja tanpa
pikir panjang ke dunia yang belum pernah digapai. Saat itu, Ainz tidak mengerti
apa yang mereka pikirkan. Namun, setelah menemui dunia yang luar biasa seperti
yang satu ini, dia mulai melihat darimana itu datangnya.
Saat dia
masih menjadi Momon, dia juga pernah meghibur diri dengan berpikir untuk
melepaskan semuanya dan berkeliling dunia-
“-Ainz-sama?”
Bayangan
yang mulai mengambang di kepalanya itu tiba-tiba pecah.
“Ada
apa, Shalltear?”
“Ma-Maafkan
saya sudah menganggu perenungan anda, Ainz-sama.”
“Ahh,
tidak, tidak apa. Aku tidak sedang memikirkan hal yang penting.”
“Benarkah?
Baiklah, kalau begitu...”
“Lalu,
ada masalah apa? Ah, kamu sedang bilang tentang berkemah di sini, ya kan?”
“Ya.
Mohon terima permohonan maaf saya karena tidak mempersiapkan tenda yang tepat
meskipun tahu anda mungkin ingin tinggal di sini, Ainz-sama. Saya ingin
mengambilnya dari Nazarick. Bolehkah saya menggunakan [Gate]?”
“Itu
tidka perlu. Bukan karena kamu lupa akan tendanya, tapi lebih kepada, aku tidak
menuliskannya di dalam daftar karena itu tidak dibutuhkan. Apakah kamu tahu
kalau Mare bisa membuat sebuah tempat bernaung dengan magic?”
Shalltear
mengangguk.
Ternyata
begitu. Jadi, kamu seharusnya tahu kalau aku juga bisa melakukannya. Aku bisa
menggunakan sebuah item magic seperti Green Secret House sebagai gantinya, tapi
itu mungkin akan terlalu sesak untuk jumlah kita. Sekarang, lihat ini.”
Ainz
mencari tempat yang cocok. Bisa miring nantinya, tapi yang terpenting adalah
bebas dari bebatuan.
Dia
menemukan satu hampir langsung, lalu Ainz merapalkan mantranya. Itu adalah
mantra tingkat 10.
“[Create Fortress]!”
Saat
mantra itu memperlihatkan efeknya, sebuah menara yang agung muncul entah
darimana. Itu adalah sebuah menara setinggi 30 meter, berdiri menjulang dan
tegak seperti akan menelan langit berbintang.
Pintu
gandanya yang besar terlihat cukup kuat untuk tidak menghiraukan alat-alat pendobrak
dinding. Dindingnya bertabur duri-duri dalam jumlah tak terhitung membuat
siapapun tidak bisa memanjatnya. Empat patung demon menghiasi sudut-sudut
paling atas dari lantai menara itu. Rasanya sangat berat dan menekan bahkan
dalam sekali tatap.
Bangunan
yang kokoh seperti benteng ini adalah inkarnasi fisik dari kata : “towering”
(luar biasa tinggi).
“Kalau
begitu, ayo.”
Saat
Ainz mendekati pintu itu di depan kelompoknya, pintu besi itu terbuka. Dia
menunggu disana agar yang lainnya bisa masuk. Di dalam Yggdrasil, siapapun
dalam tim yang sama bisa membuka pintu itu tanpa disentuh. Sebaliknya, orang
lain hanya bisa masuk dengan menghancurkan pintu tersebut. Ainz penasaran
apakah pintu di dunia ini akan membuat penilaian seperti itu.
Ainz
meninggalkan dua undead di luar, lalu memerintahkan mereka untuk membuat pintu
itu setelah tertutup. Pintu itu tetap tertutup.
Dia
menunggu sedikit lama, tapi tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.
“..Jangan-jangan
hanya aku yang bisa membukanya? Aura, pergilah dan sentuh pintu itu.”
Dengan
ucapan “Tentu!” Aura menyentuh itu coba-coba, tapi kelihatannya pintu itu tidka
ingin terbuka.
Kelihatannya
hanya Ainz yang bisa membuka pintu itu. Dia secara mental mengerutkan dahi. Friendly fire (Bisa melukai teman)
benar-benar menyusahkan pantat... Jika ada pemain lain di dunia ini,
perubahan kecil seperti ini mungkin akan mempengaruhi yang lainnya, dan
skenario terburuknya dia mungkin akan membunuh seseorang karena tidak sengaja.
Sudah hampir setahun sekarang... Dan aku masih
harus hati-hati dengan penggunaan kekuatanku. Akan menjadi tragedi jika
seseorang terkena serangan efek area luas kami. Apakah aku harus mengarahkannya
kepada orang-orang dengan peringkat lebih tinggi? Mare, terutama... meskipun
mereka akan menyalahkanku karena itu jika mereka sudah menyadari... Kurasa aku
akan mencoba dan menyerahkannya sebagai komentar orang lain atau semacamnya.
Mengingatkan
orang dengan halus ternyata sulit. Benar-benar berbeda dengan hanya langsung
saja mengomeli mereka. Ainz menjadi sangat kenal baik dengan kenyataan bahwa
selama dia berada di dunia kerja.
Saat
jantung semakin berat, Ainz memutuskan untuk menghentikan percobaannya dengan
membuka gerbang dan membiarkan dua undead yang ada di luar masuk. Dia menutup
gerbang itu sekali lagi setelah memastikan semuanya sudah lewat, lalu bergerak
maju.
Sepasang
pintu menghadap pintu masuk, dan sebuah lorong memanjang di kejauhan. Di akhir
lorong itu ada sepasang pintu lagi. Jalannya diterangi oleh lampu magic, jadi
tidak ada masalah berjalan menyusurinya.
Sesaat
setelah Ainz membuka pintu bagian dalam, sebuah lampu yang menyilaukan bersinar
ke arah mereka.
Di depan
mereka ada aula bundar. Lantainya seputih salju dan atapnya tinggi di atas.
Sebuah tangga spiral melingkar dari tengah ruangan dan menyambungkan ke
lantai-lantai di atasnya.
“Kalau
begitu... kita akan menghabiskan malam di sini. Siapapun yang ingin istirahat
silahkan saja. Siapapun yang tidak ingin... yah, berdiri di sini juga sangat
tidak baik pula. Semuanya, berdirilah di kamar kalian.”
Ainz
menunjuk sepuluh pintu dengan jari telunjuknya. Tiba-tiba, ruang di sini
membesar, jadi tempat ini lebih besar di dalam daripada di luar.
“Ada
lebih banyak kamar seperti ini di lantai dua dan tiga, jadi silahkan saja gunakan
mereka. Aura, Shalltear, Zenberu, kalian bertiga tetap di sini. Aku ingin
merencanakan rute ke depannya setelah apa yang telah kita pelajari hari ini.
Ah, ya, mari kita kumpulkan kursi-kursi di sebelah sana. Kalau begitu, ayo,
semuanya.”
“Ainz-sama,
apa yang harus kita lakukan dengan para vampire bride?”
“Umu..”
Ainz
tidak bisa menjawab pertanyaan Aura dengan segera. Lagipula, membawa mereka
serta adalah ide Decrement, dan dia baik-baik saja tanpa mereka. Ainz berhenti
sejenak untuk berpikir sebelum berkata, “Aku akan memberi mereka perintah
nantinya. Untuk sementara, buat mereka menunggu di kamar masing-masing.”
Dengan
itu Ainz telah menyerahkan masalah tersebut ke dirinya di masa depan.
Lalu,
Ainz menuju sofa dan duduk. Segera setelahnya, tiga orang yang dia sebutkan
sebelumnya duduk pula, dia mulai berbicara.
“Kalau
begitu, mari kita mulai dengan catatan perjalanan kita untuk hari ini. Aura,
silahkan.”
“Baik,
Ainz-sama.”
Aura
membuka sebuah buku catatan, memegangnya terbuka dengan satu tangan lalu
mensketsa sebuah peta dengan tangan lain.
“Saya
tidak terlalu percaya diri dengan beberapa detil yang lebih kecil, tapi
seharusnya secara kasar seperti ini.”
“Umu.
Terima kasih, Aura.”
Itu
adalah peta yang agak kasar, tapi mereka bisa memastikan jarak dan semacamnya
dari udara.
“Sekarang,
aku tahu kamu lelah, Zenberu, tapi aku ingin meminta kerja samamu. Mungkin kamu
tidak akan senang dengan ini.”
“....Apa
maksud anda, Yang Mulia?”
Ainz
tersenyum ke arah Zenberu yang tiba-tiba gugup.
“Dengan kata
lain, aku ingin melihat ingatanmu.”
“A-Apa
artinya itu?”
“...Kurasa
aku akan menjadi penjahat jika berkata seperti itu. Aku bisa mengendalikan
ingatan orang lain dengan magic, tapi magic yang sama bisa menjelajahi ingatan
orang lain. Sejujurnya, itu menguras banyak mana dan aku lebih memilih untuk
tidak menggunakannya jika bisa dihindari, tapi mengandalkan ingatanmu yang
kabur saja agak mengkhawatirkan.”
“Saya,
Saya yakin tidak akan ada efek sampingnya?”
“Tidak
apa. Berkat bantuan seorang cleric, aku bisa berkata dengan aman jika aku
sangat ahli dalam hal ini. Tidak ada masalah selama aku tidak melakukan hal-hal
aneh di dalam sana. Kenyataannya, aku sudah melakukan prosedur yang sama kepada
salah satu pelayanku dan tidak ada masalah pula.”
“Maksud
anda Shizu, ya kan?”
“Tepat
sekali, Aura. Karena itu, mantra ini tidak sekuat itu. Jika orangnya sendiri
hampir lupa dengan kejadiannya, aku hanya bisa mendapatkan detil kasar. Ada
juga hal-hal lain yang membuat rumit penggunaan mantra. Contohnya, ingatang
mungkin tidak berada di dalam otak, tapi diakses dari sumber yang lebih
primordial (lebih awal keberadaannya)-“ Ainz mengangkat bahu saat menyadari dia
sudah melenceng dari topik. “Yah, seamcam itu, bagaimanapun juga, aku bisa
menyelidiki ingatanmu.”
“Ternyata
begitu... untuk jaga-jaga, saya ingin bertanya lagi, tapi apakah benar-benar
tidak apa?”
“Aku
mengerti kekhawatiranmu. Jangan khawatir, Zenberu. Aku tidak akan merubah
ingatanmu. Aku bersumpah atas namaku.”
“Kalau
begitu – apa yang harus saya lakukan?”
“Umu.
Duduk saja di sana, dan bersantailah. Ini tidak akan sakit. Namun, aku harus
memastikan beberapa detil denganmu sebelum aku merapal mantra. Hal-hal seperti,
berapa bulan dan tahun yang lalu dan di mana ingatan ini terjadi, dan
semacamnya.”
Setelah
mendengarkan penjelasan Zenberu, Ainz merapalkan mantranya.
Setelah
merapalkan mantra ini berkali-kali sebelumnya, Ainz memiliki kepercayaan diri
seorang ahli dalam menangani magic, tapi tetap saja, menggunakannya sangatlah
sulit.
Karena
segala perubahan apapun akan tetap berada di sana, salah menanganinya mungkin
akan menjadi situasi yang tidak bisa diperbaiki lagi. Itu seperti memprogram
kembali sebuah komputer tanpa membuat cadangan data apapun. Bisa dikatakan itu
adalah mantra yang luar biasa dalam membuat sayuran.
Yang
lebih penting lagi, mantra itu menguras mana dalam jumlah besar ketika aktif.
Itulah yang membuatnya sulit digunakan.
Ainz
merasakan mananya berkurang deras setelah menjelajahi ingatan Zenberu sebentar
saja.
Rencana
awal Ainz adalah menemukan ingatan yang dituju lalu menjelajah seenak hatinya.
Namun, dia memperkirakan MP nya akan habis sebelum itu. Ditambah lagi, masalah
dengan mantra ini adalah meskipun dia menunggu sampai hari berikutnya ketika
mana terisi kembali sebelum mantra itu dirapal lagi, di masih harus mulai dari
awal.
Hasilnya,
mantra-mantra lain akan lebih efektif dalam mengumpulkan informasi.
Setelah
bergumam di dalam hatinya, Ainz melihat apa yang terlihat seperti gunung. Saat
dia menemukan tempat yang dia cari, mananya habis.
Memeriksa ingatan masa lalu adalah yang paling
melelahkan. Lebih mudah untuk melihat ingatan yang baru-baru saja...
Seperti
yang dia duga, ingatan yang dia temukan kabur, seakan diselimuti oleh kabut.
Dia melihat wajah-wajah Dwarf, tapi mereka semua terlihat sama bagi Ainz. Dia
tidak tahu apakah itu kesalahan Zenberu, tapi dia tidak bisa membedakan mereka.
Mereka semua hanya jenggot-jenggot yang berteriak dengan nada kasar dan bir
yang diminum dengan lahap.
Ini gawat. Aku menggunakan cleric itu sebagai
subyek percobaan dan bekerja dengan baik pada Shizu. Tapi aku merasa seperti
aku masih tidak bisa menggunakannya dengan baik... Aku tidak bisa membuat
kesalahan dengan hal-hal yang halus seperti ingatan. Aku ingin melanjutkan
percobaan dengan cleric itu, tapi dia tidak bisa berbicara jelas lagi... Yah,
menulis kembali ingatan berhasil jika aku membatasi diriku untuk beberapa tahun
saja. Kurasa aku harus melakukan sebuah percobaan atas apa yang akan terjadi
jika aku menghapus ingatan seseorang menjadi bersih...
Mungkin aku harus memilih beberapa orang yang
divonis mati dari E-Rantel dan menggunakan mereka sebagai percobaan...
Dengan
berpikir seperti itu, Ainz mengakhiri mantra tersebut.
“Bagaimana
keadaanmu, Zenberu? Apakah kamu merasa tidak enak badan?”
“Eh?
Saya merasa baik-baik saja, tapi agak aneh..”
Ainz
tersenyum.
“Aku
hanya melihat-lihat ingatanmu. Aneh jika itu merasa aneh, karena aku tidak
membuat perubahan apapun. Mungkin itu adalah efek plasebo atau semacamnya;
harusnya akan segera pudar.”
Zenberu
memaksa menggoyang-goyangkan kepalanya, dia masih tidak paham.
Tidak
ada perbedaan fitur di sini, dan bagaimana dia bisa memastikan posisinya di
dalam pemandangan membingungkan di pegunungan? Ditambah lagi, ingatan-ingatan bersembunyi
dari monster jauh lebih jelas dibandingkan itu.
Kenyataanya
adalah meskipun mana Ainz pulih kembali besoknya, dia tidak akan mendapatkan
informasi apapun yang layak dengan pengeluaran kekuatan magic yang besar itu.
“Kalau
begitu, kita akan tetap pada rencana dan membuat Zenberu menunjukkan jalan ke
utara. Aku tidak melihat apapun yang berguna di ingatannya.”
Bukannya
tidak dia tidak punya ide yang lebih baik.
Memberangkatkan
para pengendara hanya akan berfungsi untuk membantai monster-monster yang ada
di depan mereka.
“Bubar.
Semuanya. Beristirahatlah dengan baik, kelihatannya tidak ada yang butuh
istirahat selain Zenberu. Kalau begitu, persiapkan diri kalian untuk hari
esok.”
***
Saat dia
menatap sangat tuan yang kembali ke kamarnya, Aura berpaling ke arah Shalltear,
yang duduk di sampingnya.
“Ada
kamar di kiri dan kanan kamar Ainz-sama sendiri. Yang mana yang kamu mau?”
Aura
memiliki item magic yang membuatnya bisa tanpa tidur, dan Shalltear adalah
undead. Sejujurnya, tak ada dari mereka yang butuh kamar. Namun, akan tidka
sopan tidak menggunakan kamar-kamar yang disediakan untuk mereka, dan akan
buruk bagi keamanan jika mereka terlalu jauh dari Ainz.
“Hm~
yah, kurasa yang manapun juga tidak apa, betul kan?”
“Yah,
kurasa itu benar... Ngomong-ngomong, sedang apa kamu?”
Aura
melihat ke arah Shalltear setelah mendengar balasan darinya yang teralihkan.
Inilah saat Aura menyadari Shalltear sedang menulis sesuatu dalam buku
catatannya.
“Hm,
Ainz-sama berkata seperti itu, cek. Tentu saja aku sedang mencatata. Aku tidak
ingin lupa dengan ucapan Ainz-sama.”
“Hmm~
kamu sangat bekerja keras ternyata. Biar kulihat.”
Aura
berhenti sejenak untuk mengintip, dan melihat buku catatan itu dipenuhi dengan
tulisan tangan yang penuh sesak, hampir tak ada ruang kosong diantara
tulisan-tulisan itu.
Setelah
sejenak mengintip, Aura menemukan bahwa Shalltear secara esensi mencatat ucapan
sang tuan hingga sangat detil, begitu juga dengan tindakan yang dia ambil.
Ini... bagaimana aku harus mengatakannya? Tentu
saja, memang wajar melestarikan ucapan Ainz-sama untuk masa depan, tapi aku
ragu Shalltear menulisnya untuk tujuan itu...
Shalltear
seharusnya mencatat titik-titik kuncinya saja dari kebijaksanaan sang tuan,
lalu belajar darinya. Namun, situasi ini mulai membuat Aura merasa tidak enak.
“Ah, apa
kamu tahu. Aku merasa mencatat itu memang ide yang bagus, tapi harusnya bukan
seluruhnya, ya kan?”
Shalltear
melihat ke arah Aura dengan ekspresi bingung.
“Mengerti?
Mungkin mencatat membuat berpikir kamu sudah melakukan pekerjaan yang bagus.
Tapi yang seharusnya kamu lakukan adalah merekam hal-hal yang penting dan
menggunakannya untuk mengajarkan kepada dirimu bagaimana menghadapi situasi
yang mirip, ya kan? Apakah tidak apa mencatat seperti ini?”
“Kelihatannya
tidak apa...”
“Yah,
jika memang begitu, baguslah. Untuk jaga-jaga, harusnya kamu menelaah kembali
ketika kembali ke kamarmu. Cobalah untuk memikirkan tentang apa yang ada di
pikiran Ainz-sama dan meletakkan dirimu di tempatnya dan membayangkan apa yang
akan kamu lakukan.”
“Oh,
benarkah?”
“Ya,
memang benar.”
Setelah
berkata begitu, Aura tiba-tiba saja penasaran mengapa dia mengatakan hal
semacam itu kepada Shalltear. Dan kemudian, karena suatu alasan, dia merasa
dengan mengarahkan Shalltear begitu adalah hal yang wajar baginya.
Haaa. Entah kenapa, aku merasa seperti memiliki
saudari yang tidak berguna... Mungkin agak sedikit kurang ajar, tapi aku
penasaran apakah Bukubukuchagam-sama merasakan hal yang sama?
***
Mereka
bersiap berangkat pada pagi yang memang cemerlang. Meskipun begitu, persiapan
mereka tidak lebih dari berjalan keluar dari menara yang dibuat secara magic
dan membentuk barisan. Ainz merasa ini sedikit kurang nikmat dibandingkan
persiapannya untuk perjalanan saat masih menjadi Momon.
Setelah
itu, mereka melanjutkan pencarian, tapi usaha mereka dari fajar hingga senja
tidak menghasilkan apapun.
Saat
matahari tenggelam di bawah lereng pegunungan, Ainz memicingkan matanya.
Mereka
sudah bepergian lebih dari 100 kilometer di atas punggung magical beast mereka
– dengan kata lain, mereka sudah melebihi jarak ke kota Dwarf yang sudah
diperkirakan Ainz. Namun, mereka tidak menemukan apapun. Dengan kata lain,
mereka akan memulai tugas yang memakan waktu yaitu menyisir pedesaan.
Ainz
menggunakan magic untuk menciptakan tempat istirahat seperti sebelumnya, lalu,
sudah waktunya hari berikutnya – dengan kata lain, hari ketiga.
Tiba-tiba
saja, Zenber berseru dengan suara yang aneh.
“Sebelah
sini! Aku ingat tempat ini!”
Tidak
ada lagi pepohonan yang terlihat, hanya sebuah padang bebatuan. Suara Zenberu
bergaung sangat keras di tempat ini.
“Yang
Mulia! Kita seharusnya sudah sangat dekat!”
“Begitukah!
Kalau begitu, semuanya, melangkahlah dengan hati-hati!”
Terhadap
perintah Ainz, kelompok itu membentuk barisan yang sangat teratur.
“Kalau
begitu, aku akan serahkan ini kepadamu, Zenberu.”
“Anda
bisa mengandalkan saya!”
Kelompok
itu bergerak maju, dipimpin oleh Zenberu.
Akhirnya,
mereka melihat sesuatu yang terlihat kurang mirip sebagai gua namun lebih mirip
retakan di dalam pegunungan.
Ainz
melihat sesuatu yang mirip dalam ingatan Zenberu, tapi dia merasa seharusnya
lebih besar. Tetap saja, ini mungkin tempat yang benar, melihat reaksi Zenberu
yang sangat senang.
Ingatan
yang dimiliki Zenberu; sudut pandang Lizardman seharusnya lebih bisa diandalkan
daripada penglihatan sekilas patah-patah dari Ainz.
Ainz
merapikan jubahnya yang acak-acakan, lalu memberi isyarat kepada Aura.
Bertindak
seperti yang mereka rencanakan sebelumnya, Aura memimpin binatang buasnya ke
arah celah tersebut.
“Kerajaan
para dwarf! Yang Mulia Ainz Ooal Gown, Raja dari Sorcerous Kingdom yang baru
saja berdiri yaitu Ainz Ooal Gown dari selatan, datang untuk memberikan
kunjungan! Apakah kalian tidak akan mengirimkan seseorang untuk menyambutnya!?”
Suara
Aura sang pemberi berita bergema ke seluruh menembus celah itu.
Namun,
tidak ada balasan.
Aura
melihat ke arah Ainz dengan ekspresi yang berkata, “Apa yang harus kulakukan sekarang?”
Ainz
memberi isyarat dia harus mengumumkannya lagi.
Dengan
begitu, Aura berteriak dengan suara paling keras sekali lagi.
Namun,
masih tidak ada balasan. Tidak ada tanda-tanda siapapun yang muncul meskipun
setelah menunggu beberapa saat.
Zenberu
pernah bilang bahwa seharusnya ada para penjaga yang mengawasi jalan keluar ini
untuk mencegah penyusup dari luar. Jika memang begitu, seseorang seharusnya
sudah mendengar suara Aura.
Apakah
mereka menghindari Dark Elf?
Ainz membayangkan Aura untuk sesaat, lalu memanggil
Zenberu.
“Giliranmu
sekarang. Pergilah dan berteriaklah sedikit dan lihat bagaimana hasilnya.”
Ainz
merapalkan beberapa mantra buff (penguat) kepada Zenberu. Memang itu tidak
menjamin keselamatannya dalam hal apapun, itu sangat mengurangi bahaya yang mungkin
dia hadapi dibandingkan dikirim tanpa mantra-mantra itu.
“Zenberu
semakin mendekati gua tersebut dan berteriak. Tetap saja, tidak ada balasan.
“...
Pasukan Hanzo.”
“Kami
hadir untuk tuan.”
Ninja-ninja
itu mengalir keluar dari bayangan Shalltear. Hanzo-hanzo lain berbaris di
belakang pimpinan Hanzo.
“Masukilah
interiornya dan pastikan situasinya. Jangan sampai terlihat.”
“Perintah
dilaksanakan. Bolehkah saya bertanya harus seberapa jauh kami menyelidikinya?
Kota para dwarf dikatakan memiliki banyak lubang karena terowongan-terowongan
tambang. Menyelidiki sepenuhnya terhadap jaring yang rumit dari
terowongan-terowongan itu akan memakan waktu yang sangat lama.”
“Lakukan
inspeksi sepintas. Fokuskan kepada area tengah dan area-area administratif dari
kota itu. Kalian boleh menyelidiki interior terowongan itu nanti.”
“Dimengerti.”
Para
Hanzo pergi dengan berlari sprint, mengikuti pemimpin mereka. Cara mereka
berlari, meninggalkan bayangan di belakang mereka, adalah sebuah gerakan yang
unik bagi monster-monster tipe ninja level tinggi.
Ainz
memberi isyarat jika Zenberu harus kembali ke tengah kelompok – membiarkan
dirinya menunggu di tempat yang aman. Dia bisa sangat berguna ketika
bernegosiasi dengan para dwarf.
“-Shalltear,
jangan mengendurkan keamanan.”
“Dimengerti!”
Setelah
menggunakan sebuah skill, Shalltear berarmor penuh dalam sekejap. Dia mengamati
sekelilingnya dengan hati-hati, tidak membiarkan satu detilpun lepas darinya.
Sekarang
setelah Shalltear – Guardian terkuat Nazarick – siap tempur, tak ada musuh,
seberapapun kuatnya mereka, bisa membunuh Shalltear dalam sekejap dengan sebuah
combo. Meskipun begitu, pengalaman adalah hal yang penting ketika bertarung
melawan pemain, dan memberinya tugas itu bagi Shalltear yang tidak berpengalaman
adalah hal yang sangat berbahaya.
Dengan
kata lain, Ainz yang berpengalaman mungkin masih perlu bertindak sebagai model
contoh baginya.
Ainz
dengan hati-hati mengamati sekelilingnya juga. Segera setelah itu, para Hanzo
kembali. Mereka memakan waktu lebih lama dari yang diduga, mungkin mereka harus
berjalan jauh.
Para
Hanzo berbaris di depan Ainz dan berlutut di satu kaki. Tentu saja, pimpinan
mereka berbicara mewakili.
“-Ainz-sama,
kami telah menemukan apa yang mungkin saja adalah area pemukiman para dwarf.
Kami telah memeriksanya, tapi tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.”
“-Apa
yang terjadi?”
“Kami
tidak menyelidiki dengan secara menyeluruh, tapi tidak ada mayat ataupun
tanda-tanda produk rumahan di dalam rumah-rumah. Bahkan tak ada tanda-tanda
adanya pertempuran.”
“Kelihatannya
para dwarf membuang kota ini dengan sendirinya, karena suatau alasan tertentu.”
Ainz
melirik ke arah Zenberu, yang kelihatannya juga sangat terkejut. Ainz mungkin
hanya kenal Zenberu sebentar, tapi dia telah mendapatkan sedikit gambaran
kepribadian Zenberu, dan ini kelihatannya bukan pura-pura.
“-Baiklah,
kalau begitu. Antarkan kami ke distrik pemukiman itu.”
“Baik!”
Ainz
mengikuti di belakang para Hanzo. Ini adalah daerah yang tidak dikenal dan dia
tidak bisa sembrono di sini. Shalltear, Aura dan Zenberu juga dikawal oleh
undead level tinggi dan para magical beast (hewan buas magis).
Satu-satunya
yang tersisa di luar adalah vampire bride level rendah dan magical beast yang
mirip Mammoth.
Ini
dilakukan untuk memasang sebuah jebakan. Setiap makhluk yang tidak dikenal yang
menganggap mereka sebagai musuh pasti akan mulai mengikis kekuatan tempur
mereka dari bagian pasukan mereka yang yakin bisa dikalahkan. Ditambah lagi,
itu adalah taktik dasar untuk memulai serangan terhadap barisan dukungan mereka
berharap mempelajari sesuatu dari obyek yang mereka jatuhkan.
Jadi,
dia tidak membiarkan mereka sendirian. Dia juga memposisikan seorang Hanzo di
dekatnya, tersembunyi.
Hanzo
itu di sana bukan untuk menyelamatkan mereka.
Namun,
dia di sana untuk mengamati lawan dan mempelajari tentang penyerang mereka.
Setelah itu, setelah mampu mempelajari titik lemah mereka – atau yang lebih
baik lagi, markas mereka – adalah bonus tambahan yang tidak diduga.
Alasan
mengapa mereka tidak kembali ke Nazarick dalam suatu waktu selama perjalanan
mereka juga untuk menghindarkan lawan tahu bahwa mereka bisa mengisi kembali
pasukan tnapa batas dengan menggunakan mantra [Gate]. Ini akan membuat mereka
berpikir bahwa Ainz dan kelompoknya bisa dibuat kelelahan dengan berjalannya
waktu.
Yah, meskipun jika musuh memang muncul, bagus
jika para vampire bride aman juga.
Ainz
tidak ingin para vampire bride mati. Namun, dia tidak keberatan mengorbankan
POP monster yang bisa spawn kembali untuk mendapatkan informasi lawan.
Apakah ini sedikit kejam, pikir Ainz saat dia
memasuki gua tersebut.
Tidak
ada cahaya dari luar gua, dan tidak laam mereka diselimuti oleh kegelapan yang
pekat. Namun, itu tidak masalah bagi Ainz, yang memiliki darkvision
(penglihatan malam). Shalltear, Aura, undead lain dan para magical beast juga
memiliki kemampuan itu. Pada level mereka, kegelapan seperti ini bukanlah hal
yang menyulitkan bagi siapapun yang ada di sini.
Zenberu
lain lagi, dia dituntun oleh salah satu undead seperti tuan puteri.
Karena
kenyataannya semua stalaktit dan stalagmit di area ini sudah dibersihkan, dan
kenyataan bahwa area ini diratakan sehingga cukup mudah dilalui dengan
berjalan, tidak diragukan lagi bahwa tempat ini adalah kota para dwarf.
Para
hanzo memimpin di depan. Ada banyak jalan bercabang di sepanjang jalan,
semuanya cepat sekali menemui jalan buntu, menurut para hanzo yang menunjukkan
jalan kepada mereka. Mungkin itu digali untuk membingungkan para penyusup dan
mengulur waktu, atau mungkin untuk membantu melakukan serangan balik.
Ada
mantra-mantra yang bisa Ainz gunakan dalam keadaan ini, tapi para Hanzo tidak
memiliki kemampuan itu. Memang wajar jika mereka memakan banyak waktu
mempertimbangkan mereka harus menyelidiki seluruh kemungkinan jalan ini.
Saat
Ainz berpikir demikian, salah satu Hanzo berputar menghadapnya.
“Ainz-sama,
kita akan tiba di distrik permukiman.”
“Benarkah....
Ada semacam lampu yang kabur di kejauhan, Hanzo. Bukankah kamu bilang tidak ada
dwarf di sini?”
“Ya,
tidak ada sama sekali. Lampu ini dikeluarkan oleh kristal mineral.”
Sebuah
ruang terbuka yang besar terbentang di depan mereka.
Saat
Ainz melihat ke arah sumber penerangan, dia melihat pilar-pilar yang kokoh
menyangga atap. Obyek seperti kristal muncul dari atap, dan obyek tersebut
memancarkan cahaya yang dibicarakan oleh para Hanzo.
Tidak
ada sumber cahaya lainnya – tidak ada sumber buatan manusia, setidaknya –
sejauh yang bisa Ainz lihat.
Tempat
ini kelihatannya seperti distrik permukiman, saat Hanzo mendeskripsikannya.
Memang terlihat seperti sebuah kota, dengan barisan panjang bangunan-bangunan
membosankan, sekitar dua lantai tingginya.
Mungkin
karena yang membangun adalah ras pendek, namun struktur bangunan mereka
semuanya memang lebih pendek daripada bangunan yang dibuat oleh manusia.
Meskipun begitu, bangunan-bangunan itu masih lebih tinggi daripada Ainz, dan
dia tidak tahu ukuran dari kota itu karena garis pandangannya dihalangi oleh
bangunan-bangunan tersebut. Namun, jumlah bangunan itu saja membuatnya merasa
jika dia menghitung semuanya sudah merupakan usaha yang percuma.
“Hmm…”
Saat
Ainz memeriksa kota tersebut, api harapan di hatinya padang dengan suara
“chu~”, seakan sudah dipadamkan oleh satu baskom air dingin.
(TL
Note: chu~ yang dimaksud adalah cerita komik お七の十)
Kota itu
terlalu hancur.
Cerita-cerita
yang dia dengar bahwa kota dwarf seperti sebuah gambaran tempat yang berkilau,
rumit dan penuh wibawa, tapi tidak ada tanda-tanda seperti itu di sini. Tidak
ada jejak Yggdrasil – kehadiran pemain – di sini pula.
Ainz
melangkah maju, dan mendorong pintu dari salah satu bangunan.
Seperti
yang Hanzo bilang, dia ditemui oleh ruang kosong.
Dia
tidak bisa melihat perabotan apapun dari tempat dia berdiri di pintu masuk.
Satu-satunya yang tersisa adalah rak-rak yang dipasang di dinding dan
benda-benda lain yang tidak bisa digerakkan. Debu putih menutupi tanah.
Kelihatannya tidak ada orang yang tinggal di sini untuk waktu yang agak lama.
“-Zenberu!
Panggillah seseorang dan kita lihat apakah ada orang di sana!”
Setelah
mendengarkan perintah Ainz, Zenberu meneriakkan nama Dwarf yang telah
merawatnya di masa lalu.
Kenyataannya
adalah tidak ada gema di dalam ruang tertutup ini jelas menunjukkan ukuran gua
yang luar biasa besar.
Zenber
meneriakkannya beberapa kali lagi, tapi seperti sebelumnya, tidak ada
tanda-tanda siapapun yang muncul untuk merespon.
“-Hanzo.
Periksa terowongan-terowongan di luar kota ini dan temukan apapun yang mungkin
bisa berperang sebagai petunjuk. Temukan alasan mengapa kota ini ditinggalkan.
Namun, melihat kita tidak tahu seberapa panjang jaringan terowongan itu,
kembalilah jika kamu merasa kamu sudah pergi terlalu jauh.”
“Dimengerti!”
Memang
bisa saja lebih cepat jika semua orang berangkan sendiri-sendiri dan
memeriksanya, Ainz tidak cukup bodoh untuk memecah kelompok itu dalam keadaan
seperti ini, dimana mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Dia memerintahkan
setiap orang untuk berkumpul dan melakukan penyelidikan kecil. Saat Ainz
menunggu di belakang, mereka membuka pintu-pintu dari satu persatu bangunan di
sana.
Mereka
semua awalnya memberikan hasil yang sama.
Beberapa
diantara bangunan itu ada perabotan yang ditinggalkan, tapi itu tidak lebih
dari rak buku di sini dan meja di sana. Dia tidak menemukan sebuah kediaman
dengan satu set lengkap perabotan.
Memeriksa
semua rumah seperti ini akan memakan waktu yang lama.
“Aura,
kamu memiliki indera yang paling baik diantara kita semua. Apakah kamu
menemukan petunjuk apapun?”
“Tidak.
Tidak merasakan keberadaan siapapun.”
“Begitukah...
kalau begitu kita berpisah menjadi dua tim dan mencari lebih jauh. Shalltear,
ambil alih komando dari undead dan bertindaklah sebagai pengintai. Aura,
pergilah ke rumah dimana Zenberu tinggal terakhir kalinya dia di sini. Periksa
kota itu untuk alasan mengapa para dwarf tidak lagi ada di dekat sini, tapi
berhati-hatilah untuk tidak tersesat terlalu jauh.”
Dua
Guardian menjawab mengerti, lalu dia melihat Zenberu membungkuk berterima
kasih.
Setelah
mengangguk dengan agung, Ainz merapalkan [Fly].
Dia
perlahan melayang naik.
Ini akan
menjadi tindakan yang berbahaya jika ada orang yang menunggu untuk menyergap,
tapi karena suatu alasan, Ainz merasa bahwa tidak ada orang di dekat sana.
“Ainz-sama!”
Shalltear
terbang karena panik.
“Ini
berbahaya! Saya mohon turun saja!”
“Setelah
dipikir-pikir, kamu benar. Kelihatanya aku sudah ceroboh.”
Memang
wajar jika Shalltear marah. Lagipula, Ainz melayang – di tempat dimana dia bisa
menarik garis lurus untuk menembaknya – murni karena dia bertindak berdasarkan insting.
“Tetap
saja, kenyataannya adalah aku tidak diserang adalah bukti lebih jauh bahwa
tidak ada orang di sini. Dan juga, ada kemungkinan jika siapapun yang melihatku
mungkin akan mendekat untuk mengetahui lebih banyak, jadi aku akan menyerahkan
perimeter keamanan kepadamu.”
“Tolong
jangan menggunakan diri anda sebagai umpan untuk memancing musuh ke dalam
jebakan.”
Punitto-san ada benarnya; tergantung keadaan,
seorang pemimpin mungkin harus menggunakan dirinya sebagai umpan... Tetap saja,
kurasa itu sulit bagi orang seperti Shalltear untuk memahami hal itu, melihat
dia bukanlah salah satu temanku, tapi pelindungku.
“Maafkan
aku,” Ainz berkata kepada Shalltear sebelum melihat ke bawah.
Ini
adalah sebuah kota, dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang mirip, ditata rapi
seperti papan go (catur jepang).
“-Ada
bangunan yang terlihat mengesankan di sebelah sana, dan di sana serta di sana.”
Meskipun
sebagian besar bangunan-bangunan itu terlihat seperti dicor dari cetakan yang
sama, ada beberapa yang kelihatannya lebih besar dari yang lain.
“Mari
kita pergi dan melihat-lihat?”
“...Mari
kita panggil Aura kembali dahulu. Rasanya keadaan akan mungkin menjadi sangat
menyusahkan jika ada pengepung di sana.”
Semua
yang Shalltear katakan barusan memang ada benarnya.
“Ainz-sama!”
Baru
saja, suara Aura datang dari bawah. Melihat ke bawah, Ainz melihat Aura dan
Zenberu yang melambai kepada Ainz, dan dari cara mereka melakukannya,
kelihatannya ada sesuatu yang tidak lazim di sana.
“Kelihatannya
mereka menemukan sesuatu.”
“Kelihatannya
begitu.”
Dua
orang itu bertukan pandangan sebelum mendarat di sisi Aura, setelah itu diikuti
oleh undead yang bergegas menuju posisi mereka.
“Kemari
dan lihatlah ini, Ainz-sama!”
Aura
menuntun mereka ke dalam salah satu rumah yang baru saja dia buka.
Ainz
memeriksa tempat itu sekali lagi, tapi dia tidak mendeteksi perbedaan apapun
dari bangunan-bangunan lain, dan dia tidak menemukan sesuatu yang spesial di
dalamnya.
“Apakah
ini rumah dwarf tempat Zenberu pernah tinggal?”
“Tidak,
bukan ini. Di perjalanan ke rumah dwarf yang merawat Zenberu, kami menemukan
bangunan-bangunan yang telah dibuka. Setelah memeriksanya, saya menemukan jejak
kaki di tana, dan itu mungkin saja jejak kaki dwarf. Di sini, coba lihat. “
“Zenberu,
para dwarf tidak berjalan dengan telanjang kaki, ya kan?”
“Ahh,
tentu saja tidka. Mereka semua memaki sepatu, dan mereka tidak melepas sepatu
itu bahkan di dalam rumah masing-masing. Saya sering melihat mereka memakai
sepatu dengan alas logam yang kokoh.”
“Itu
artinya jejak kaki ini jelas bukan milik dwarf.”
“Seberapa
banyak yang bisa kamu ketahui dari jejak kaki itu?”
“Hmmm,
mari kita lihat...”
Aura
memiringkan kepalanya merenung.
“Jejak
kaki itu kelihatannya dibuat oleh makhluk yang berjalan dengan dua kaki, dan
bekas diseret diantara jejak kaki kiri dan kanan menandakan sebuah ekor atau
semacamnya.”
“Apakah
seperti lizardman?”
Shalltear
menoleh ke arah Zenberu.
“Tidak,
bukan. Ekornya tipis, tidak tebal seperti Zenberu. Dan juga, jejak kaki itu dipenuhi
dengan debu, jadi pasti ditinggalkan dalam waktu yang agak lama. Siapapun yang
meninggalkannya tidak sering bolak balik. Dan juga, kelihatannya orang yang
datang kemari langsung pergi setelah masuk... Apakah mereka datang karena
mereka tertarik dengan kota dwarf?”
Aura
mengalihkan tatapannya dari rumah itu ke jalan di luar.
“Dan
bukan hanya satu orang.. ada banyak, setidaknya 10.”
“Seberapa
jauh kamu bisa mengikuti jejak ini? Lagipula hanya ini satu-satunya petunjuk,
jadi aku ingin mengikutinya sejauh mungkin.”
“Saya
mengerti. Bisakah anda mengikuti di belakang saya?”
Tidak
ada alasan yang mungkin untuk menolak.
Semuanya
mengikuti di belakang Aura, sementara Shalltear berdiri di belakang Aura untuk
melindunginya.
Pemilik
jejak kaki itu bergerak seperti yang Aura duga – memiliki tujuan yang sama
dengan Ainz, berkeliling dan melihat bangunan-bangunan dwarf.
Separuh
perjalanan mengikuti jejak itu, Aura tiba-tiba berhenti dan menatap jalanan di
depan. Dia sedang meliha kepada salah satu bangunan besar yang Ainz lihat dari
atas.
“Ada
banyak jejak kaki yang mirip di sini. Kelihatannya sebuah pasukan datang dari
sana. Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menyelidiki pasukan ini?”
“....Tidak,
mungkin lebih baik melihat dimana pemilik jejak kaki itu menghilang. Kita akan
menyelidiki kelompok lain nanti.”
“Dimengerti!”
Aura
mulai bergerak lagi. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah bangunan yang
menempel di dinding dan kelihatannya memanjang di seluruh kota.
Bangunan
itu seperti sebuah bungalow, tapi besar.
“..Seharusnya
tidakada orang di dalam, tapi untuk keamanan, aku akan menggunakan magic
setelah ini. Mantra-mantra pertahanan musuh mungkin akan aktif dipusatkan
kepadaku, jadi siapapun harus menjaga jaraknya.”
Dengan
menggunakan magic tipe divinasi (seperti peramalan) memiliki resiko menjadi
target serangan balik. Sementara hanya satu diantara mereka yang mungkin
benar-benar terbunuh dalam satu kali pukulan oleh serangan balik itu adalah
Zenberu, tidak ada alasan yang tidak perlu untuk mengurangi nyawa bawahannya.
“Ainz-sama,
perkenankan saya untuk menjaga anda.”
“Eh?
Kalau begitu aku datang juga.”
“Tidak,
kamu harus tetap di tempat dimana kamu tidak akan terkena dan mengawasi keadaan
sekeliling.”
Setelah
diprotes oleh Shalltear, Aura melihat dengan memohon ke arah Ainz, tapi kali
ini, Ainz memiliki pendapat yang sama dengan Shalltear.
“Memang
benar. Kemampuan sensormu adalah yang terbaik diantara kita, Aura. Memang
kelihatannya tidak ada, jika benar-benar ada pengepung, mungkin kamu akan berakhir
menjadi yang pertama harus dihadapi.”
Setelah
mendengar hal itu dari sang tuan, Aura tidak bisa berkata apa-apa lagi. Yang
bisa dia lakukan adalah ogah-ogahan mengekspresikan persetujuannya.
Ainz
mengeluarkan sensor magic dan mengirimkannya ke dalam bangunan tersebut.
Seperti
yang diduga, tidak ada tanda-tanda siapapun yang bersembunyi di dalam, jadi dia
mengirimkannya semakin dalam.
Apa fungsi dari bangunan ini sebelumnya? Sebuah
counter dan – apakah itu loker-loker? Kelihatannya seperti rumah pemandian,
tapi tidak ada pemisah jenis kelamin... apakah ini adalah satu-satunya bangunan
Dwarf?”
Saat
Ainz mengamati interior beberapa ruangan, dia menemukan sebuah tempat yang
kelihatannya seperti sebuah terowongan yang menembus tempat di mana dia dan
yang lainnya baru saja lewat barusan.
Jangan-jangan bangunan ini adalah cekpoin atau
semacam markas? Mungkin dimaksudkan untuk menghentikan lawan yang datang dari
kedalaman terowongan ini. Apakah itu berarti terowongan tersebut menuju suatu
tempat lain?
Satu
kali pemeriksaan cepat dari interior bangunan itu menunjukkan tidak adanya
lawan. Ainz cepat-cepat menyimpulkan keadaan di dalam bangunan tersebut. Lalu
membiarkan Aura menuju ke dalam, agar bisa memastikan jika jejak kaki itu
berakhir di dalam terowongan tersebut.
Setelah
itu, Ainz, Shalltera dan Zenberu mengikuti. Dia meninggalkan magical beast dan
undead menunggu di luar untuk berjaga-jaga jika para Hanzo kembali nanti.
Saat
mereka mengikuti di belakang Aura, Ainz berbisik kepada Zenberu: “Apa yang kamu
tahu tentang bangunan ini?”
“Maaf,
Yang Mulia, tapi saya tidak tahu sebanyak itu. Yang saya tahu bangunan besar
yang barusan kita lihat tadi – yang ada di depan bangunan dimana kita
mendapatkan jejak kaki – kelihatannya digunakan untuk tugas-tugas administrasi.
Dan juga, bangunan-bangunan besar lainnya yang kita lihat dari waktu ke waktu
digunakan untuk kedai minuman atau toko pandai besi dan semacamnya. Bahkan bagi
kepala dwarf – tidak, orang mereka yang bertanggung jawab – tidak tinggal di
rumah besar. Saya tidak tahu alasannya,” Zenberu menyimpulkan.
Saat
itu, Aura berhenti di pintu masuk terowongan.
“Jejak
kaki tersebut datangnya dari sini. Apakah kita akan terus mengikutinya?
Ainz
sejenak terhalang dengan pertanyaan Aura, tapi segera berlalu.
“Tidak,
tidak usah. Ada tempat lain untuk diselidiki di dalam kota. Tempat ini yang
terakhir saja. Dan juga, akan lebih baik ada Hanzo untuk ini.”
Bisa
dikatakan terowongan tersebut sangat panjang, mempertimbangkan para Hanzo yang
masih tidak kembali.
Setelah
mereka kembali ke luar, Ainz merapalkan sebuah mantra [Message] untuk bicara
kepada pimpinan Hanzo.
“Ada
apa, Hanzo? Apakah kamu sudah menemukan sesuatu?”
『Maafkan kami sedalam-dalamnya
karena sudah memakan waktu lama. Namun, harap dimengerti; meskipun memakan waktu, akhirnya kami menemukan
sebuah jejak keberadaan seseorang.』
“Apa?
Benarkah? Apakah kamu menemukan bukti tentang menghilangnya para dwarf?”
『Ini bukan bukti yang tepat,
tapi kelihatannya ada sesuatu – sebuah suara datang dari kedalaman terowongan ini.』
“Bukan
suara yang wajar kelihatannya?”
『Memang benar! Itu adalah suara
seperti seseorang sedang menggali bijih di dalam tambang. Apa yang harus kami
lakukan? Apakah sebaiknya kami melangkah lebi jauh untuk menyelidikinya?』
“Tidak,
lupakan itu. Sebelum kamu melakukannya, bawa kami kesana. Lokasi kami saat ini
adalah-”
Setelah
dipikir-pikir, dia mungkin tidak bisa mendapatkan pesan dengan jelas hanya
dengan menggunakan perkataan saja.
“Itu
dia, kita akan menggunakan obor sebagai sinyal.”
『Mengerti!』
Setelah mengakhiri [Message], Ainz mengeluarkan sebuah obor. Obor itu bisa dinyalakan sendiri, dan dia menyerahkan obor itu kepada salah satu undead yang sedang menunggu di dekat sana. Makhluk undead tersebut melambaikannya dari samping ke samping, memberi tanda kepada hanzo, yang lokasinya tidak diketahui.
Tentu
saja, ini bukanlah api biasa. Itu adalah artefak yang dijual di dalam
toko-toko; memberikan damage dua kali lebih besar dari obor biasa ketika
ditempelkan ke tubuh monster-monster seperti slime.
Ini agak
sia-sia, tapi Ainz tidak memiliki obor biasa saat ini.
Obor itu
kelihatannya mengeluarkan pita merah di dalam pandangan Ainz sebelum para Hanzo
akhirnya muncul di depannya.
“Maafkan
keterlambatan kami, Master.”
“Tidak
usah memakai formalitas, waktu adalah uang. Bawa kami kesana sekarang.”
“Kami
mengerti!”
Ainz
berkendara di atas magical beast mengejar para ninja yang berlari.
Pada
akhirnya, mereka tiba di depan sebuah bangunan seperti yang yang mereka temukan
ketika mengikuti jejak kaki. Para hanzo berhenti di sini. Jadi mungkin ini
adalah tujuan mereka.
Setelah
turun dari binatang buasnya, Ainz mendengarkan penjelasan situasinya dari para
Hanzo.
“Ada
terowongan rahasia di dalam bangunan ini. Makhluk yang dimaksud berada di dalam
terowongan itu.”
“Ainz-sama,
ada satu set jejak kaki baru di sini. Kelihatannya tidak keluar dari terowongan
tersebut, dan hanya menuju ke dalam. Orang yang membuat jejak kaki ini memakai
sepatu, dan dari ukurannya, aku kira tingginya seperti Shalltear. Dan juga,
hanya ada satu.”
Ainz
mengangguk kepada Aura, yang sedang menatap tanah di depan bangunan tersebut.
“...mari
kita coba untuk membuka dialog ramah dengan orang ini. Meskipun mereka
menyerang, kalian hanya diperbolehkan mempertahankan diri. Dalam keadaan apapun
kita tidak boleh mengambil gerakan pertama. Apakah kalian mengerti? Untuk
menghindari pihak lain menjadi waspada, kita akan mencoba Aura bicara
kepadanya, lalu-“
Ainz
menyentuh wajahnya.
Apakah
manusia hanya satu-satunya yang menghindari undead? Atau apakah itu adalah
kenyataan di dunia ini?
Bagimanapun
juga, bawahannya masih merupakan pimpinan pasukan undead. Oleh karena itu, dia
mungkin mungkin akan membuat kesan yang lebih baik dengan memperlihatkan
wajahnya dan tidak menyembunyikan identitas.
“Baiklah,
Hanzo. Bawa kami ke tempat kamu mendengar suara itu.”
Para
hanzo memimpin mereka melalui bangunan tersebut dan masuk ke dalam terowongan.
Atapnya
lumayan rendah, jadi pasti itu digali oleh para dwarf. Dwarf di dalam Yggdrasil
memang semuanya pendek dalam ukuran tubuh.
Jika
mereka menggali terowongan ini, mungkin memang setinggi ini.
Telinga
Aura berkedut saat mereka bergerak masuk ke dalam terowongan itu. Itu
memastikan akurasi dari laporan Hanzo.
Ainz
berusaha mendengarkan, tapi tidak tidak bisa mendapatkan suara yang Aura
dengar.
“Apakah
itu?... Apakah sudah dekat?”
“Sulit
dikatakan. Saya tidak bisa menilai jarak akuratnya karena suara gema.”
“Umu.
Jika ini lurus, sebuah arcane eye (mata magic arcane) akan bisa menunjukkan
identitas pihak lain...”
Seseorang
tanpa pendengaran tajam Aura – yang diterima dari job class atau rasnya – tidak
akan mampu mendengarkan apapun karena jarak diantara mereka. Namun, jika mereka
semakin dekat, pihak lain mungkin akan mengetahui keberadaan dari proses
panjang yang sedang bergerak.
Jika
siapapun yang medengar sebuah kelompok tak dikenal mendekati mereka, insting
pertama mereka mungkin akan kabur untuk menyelamatkan diri. Tentu saja, dengan
Aura di sini itu berarti mereka tidak akan bisa kabur, tapi pihak lain mungkin
masih bisa menghindarinya jika mereka bisa [Teleport] atau jika mereka memiliki
skill yang membuatnya bisa meleleh ke dalam tanah.
Keputusan
yang paling bijak adalah mengirim Aura dan para Hanzo, atau Ainz pergi sendiri,
karena dia bisa menjadi tidak kasat mata.
“kalau
begitu, kita akan kirimkan orang-orang yang bisa bersembunyi dari titik ini.
Aura dan Hanzo, kalian pergi dahulu. Aku akan mengikuti. Shalltear, kamu
harusnya menunggu di sini.”
“Jika
itu adalah kehendak anda.”
“...Tidak,
itu adalah ide yang buruk menunggu di sini?”
Ainz
melihat ke arah atap. Kelihatannya seperti bebatuan yang kokoh, tapi tidak ada
hal yang absolut.
“Cukup
adil. Kembalilah ke bangunan sebelumnya dan tunggu kami kembal... Tidak, jika
aku melakukan itu, para Hanzo juga akan.. Aura, apakah kamu kira jejak kakinya
mengarah ke sumber suara?”
“Ya,
mereka menuju kesana. Orang yang membuat jejak itu mungkin adalah sumber suara
tersebut.”
“Ternyata
begitu, bisakah kamu menuju kesana denganku?”
Aura
mengangguk.
“kalau
begitu, kita berdua akan pergi dahulu. Semuanya kecuali Aura dan aku akan
menuju bangunan di pintu masuk terowongan ini. Jika ada sesuatu yang terjadi,
terutama munculnya makhluk yang kuat seperti level kita, langsung mundur.
Dengan begitu, kita akan membuat jalan kabur sendiri, jadi jangan khawatir.
Tujuan dari [Gate] adalah bangunan Aura di dalam hutan.”
“Mengerti!
Tapi apakah anda berdua benar-benar baik saja sendirian?”
“Aku
tidak yakin. Yah, aku ingin berpikir kami akan baik-baik saja.”
Seseorang
bisa mempertimbangkah celah seharian penuh dan tidak akan kemana-mana. Yang
bisa Ainz lakukan adalah menerima bahwa dia berkompromi dengan keselamatannya
saat mengambil tindakan. Ini adalah sesuatu yang Ainz pelajari baru-baru ini.
Shalltear
tidak berkata apapun yang membuatnya ingin berubah pikiran. Atau lebih
tepatnya, mungkin saja perintah Ainz tidak meninggalkan protes, jadi yang bisa
dia lakukan adalah mematuhinya.
Ainz
pergi dengan Aura. Dia masih belum menggunakan magic karena mereka masih agak
jauh.
Dua
orang itu berjalan tanpa suara untuk sementara, lalu suara itu tiba di telinga
Ainz.
“..Kelihatannya
siapapun yang melakukan ini berusaha sebaik mungkin untuk meminimalisir suara
yang dihasilkan.”
Ainz
tidak tahu mengapa topik itu keluar, tapi jika Aura menyebutkannya, maka
seharusnya memang benar.
“Apakah
itu berarti kita bisa berasumsi pihak lain dalam kewaspadaan tinggi pula?”
“Jadi
apakah kita harus mulai dengan menangkap mereka?”
“Hanya
jika mereka ingin kabur. Lagipula, jika kontak pertama kita melalui kekerasan,
mungkin akan sangat sulit untuk menjalin hubungan pertemanan dengan mereka di
masa depan.”
“Saya
mengerti. Kalau begitu, biarkan saya pergi daulu dan bicara seperti biasa.”
“Lakukan
itu. Kalau begitu, aku akan membuat diriku tidak terlihat – tidak, untuk alasan
keamanan, aku akan mengikuti di belakangmu sambil tidak kelihatan, Aura. Jika
pihak lain lari, maka kita tidak ada pilihan lain kecuali menangkap mereka.”
41 komentar:
pertamax :v
Mantap lanjutkan !!!
Disini memang terbaik dan cepat update nya :D
Mantab..., ga sia sia nunggu. Ceritanya makin seru. Semangat biar bisa update terus
semangat min 💪
super.
thanks min semangat terus
Coment
Lanjutkan...
Sankyu min n smngat :)
makin mantap ceritannya
penasaran sama hanzo :)
Halo bro, selamat sore
Saya minta ijin untuk pakai translasi agan di blog saya boleh?
Saya akan cantumkan kredit buat agan translator aslinya, sekaligus bantu promosi situs agan di blog saya, bagaimana?
Salam
Wanjir, lanjutkan min :d
@Heru : Maaf gan Heru. Translator di sini masih belum memperbolehkan copas content atau isinya. Translator ingin tetap pada niat awal untuk tidak mengkomersilkan hasil terjemahannya dan hanya ingin penggemar Overlord semakin bertambah di dalam negeri. Itulah kenapa di blog ini tidak ada ads atau iklan sama sekali. Untuk membuat PDF sendiri silahkan saja namun sekali lagi filenya jangan dikomersilkan letakkan pada filehost yang tidak berbayar seperti google drive atau hosting milik sendiri. Saya harap bisa dimaklumi karena takutnya translatornya ngambek dan nggak mau neruskan project ini lagi. Terima kasih.
Btw ada yang tau vol selanjut ceritain apa ?
kelanjutanya chepter 2 part 2 kapan kluar gan.
Sabar gan Syaiful Amri, translator juga manusia. XD
LANJUTKAN
Tetap semangat min....
wkwkwk.. okey gan. ane tunggu ya. soalnya ane nyari dimana2 masih zonk. baru di blog agan aja yg ada..hehe
sankyu ya min
Nanti malem update gak min?
Reload" page berhadiah pertamax wkwkwk
Semangat Min
Super,
Itu ainz da magic . Untuk mliht ingtn msa lalu sesorang miskipun orng itu lpa. Knp nggk pkai ke shaltear. Spya tau spa orng yg mkai world item tu pda shaltear. Tw mnk di sngja ma pnulisny. Di thn buat jdi last chapter tw enemy. Nth. Hihi. Semangat min. N terima kasih
Mantaf
@anonim , kan shalltear udah mati, jadi "kemungkinan" ingatannya yg didunia baru ini kereset & waktu dibangkitin cuma ada settingan charanya / ingatan waktu didunia game ny #CMIIW
aku entah kenapa gemes ngebayangin Shalltear nulis di note nya,
Akhurnya petualangan dimuleii
SEMANGAT KK!!!
Thanks min
sankyu overlord vol.11 bab2 bag.1
Mantab
Terlalu waspada ahh ainz. Title Overlordnya jadi gak berasa.
Ainz serasa jdi si jirvnic, waspadanya jdi berlebihan
Mantap min lanjut terus
Mantap lanjut terus
Fufu, tapi aq menyukai sikap rendah hatinya.
Wuoo, aq ketarik masuk menyelusuri kota Dwarf yang gelap gulita itu bersama nereka dan merasakan ketegangannya.
Overlord kan cuman final form dr skeleton magic caster .. bukan julukan atau tittle khusus. . . Dan di gamenya sendiri ada bnyak player yg lbh kuat dr dia jd wajar klo waspada
Arinsuuuu
Gk tau mau komen apa hehe
Posting Komentar