Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

16 Oktober, 2016

Overlord - Vol 11 - Chapter 2 Part 1

Chapter 2 : Pengejaran di negeri dwarf 

Part 1


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia
Shalltear dan Aura berkumpul di sisi danau dekat desa Lizardman, ditemani dengan para pengikut pilihan sendiri.

Dibawah Shalltear ada 25 makhluk undead, masing-masingnya memiliki level 80 atau semacamnya. Aura telah memilih 30 magical beast (binatang buas magis). Ada enam vampire bride yang menemani Shalltear, Aura dan Ainz. Lalu, ada lima Hanzo yang Ainz bawa. Setelah itu ada lima magical beast seperti Mammoth untuk beban yang di summon dengan mata uang dalam game. Binatang buas itu dimanfaatkan untuk membawa barang di kedua sisinya, semacam binatang yang umum digunakan di dalam Yggdrasil.

Mereka bisa dianggap sebagai makhluk terlemah di dalam kelompok itu, melihat mereka hanya memiliki kurang lebih level 40. Tetap saja, kemampuan mereka dalam membawa beban sangat mengesankan, dan ketahanan mereka pada dingin dan api berarti mereka bisa bergerak dengan mudah menembus padang tundra yang beku atau lahar yang bergolak. Hal yang paling penting adalah penampilan mereka sangat berlawanan dengan mobilitas mereka yang luar biasa dan kemampuan untuk dioperasikan dalam waktu yang lama tanpa makan dan minum.


Ainz memerintahkan kepada Cocytus untuk berdiri di belakangnya, lalu dia memanggil Zenberu ke depan.

“Apa yang anda ingin dari saya, Yang Mulia?”

Zenberu menjauh dari Zaryusu dan Crusch – Ainz ingat nama mereka – dan datang ke depan Ainz. Ainz pun mau tidak mau melihat ke arah lizardmen putih kecil yang Crusch gendong.

Mungkin Crusch merasakan semangat seorang kolektor pada Ainz, namun secara naluri dia memindahkannya untuk melindungi sang anak.

Aku tidak akan mengambilnya darimu...

Merasa sedikit putus asa, Ainz menyerahkan tiga item kepada Zenberu.

“Ambil ini. Cincin untuk mengeliminasi kebutuhan untuk tidur, makan atau minum. Cincin ini memberikan ketahanan terhadap dingin. Dan kalung ini memberikan kemampuan kepada penggunanya untuk bisa menggunakan mantra [Fly]. Aku akan mengajarimu bagaimana cara menggunakannya nanti. Untuk jaga-jaga jika kamu terjatuh dari tebing.”

“Terima kasih banyak, Yang Mulia.”

Ini adalah dasar dari perlengkapan untuk memanjat gunung yang dia gunakan selama hari-hari di dalam Yggdrasil. Dia bisa menukarkan perlengkapannya untuk merespon efek-efek area unik yang dia temui di dalam rangkaian pegunungan Azellisia.

“Maaf sudah menyela persiapanmu. Aku sudah melakukan apapun yang kuperlukan. Kamu boleh kembali.”

Zenberu mengangguk dan kembali tanpa suara.

“Cocytus. Kelihatannya anak-anak sangat penasaran.”

Anak-anak tidak kabur namun menjaga jarak mereka, melihat ke arah Ainz dan yang lainnya dengan mata berkilauan (?).

Mm. Bisakah anak-anak beradaptasi jika aku membawa mereka ke kota manusia? Tidak, bagaimana jika sebaliknya dan membawa anak-anak manusia kemari? Mungkin aku bisa membangun sebuah tempat berkembah di dekat sini, lalu membawa anak-anak Lizardmen kesana.

Ainz membayangkan sebuah pemandangan dimana anak-anak manusia, Lizardmen dan Goblin bermain bersama. Lalu dia menambahkan Aura dan Mare, anak-anak Dark Elf. Lalu dia memutuskan untuk melempar Shalltear ke dalamnya pula.

Dia harus memasukkan Shalltear karena dia melihatnya membuat persiapan bersama-sama Aura, undead dan magical beast. Tidak ada arti khusus untuk itu.

Aku suka gambaran itu. Mungkin aku harus menyarankan ini kepada Albedo dan Demiurge...

“Jika. Mereka. Membuat. Anda. Tidak. Senang. Saya. Akan. Perintahkan. Kepada. Mereka. Untuk. Segera. Pergi?”

“Bukan itu maksudku... Apakah kamu tidak merasa anak-anak itu mungkin bisa bermain sama-sama, meskipun mereka berbeda ras? Bukankah anak-anak manusia bisa berjalan bersama-sama dengan anak-anak dari Lizardman?”

“Saya. Tidak. Yakin. Tapi. Jika. Itu. Adalah. Kehendak. Anda. Maka. Saya. Yakin. Mereka. Akan. Mengulurkan. Tangan. Kepada. Ainz-sama.”

...Ini tidak ada hubungannya dengan kehendak, perintah atau semacamnya, hanya masalah membuat orang-orang dari berbeda spesies bisa bekerja sama-sama. Kurasa aku tidak bisa membuat saran ini karena posisiku sebagai raja...

Ide Ainz akan bisa diinterpretasikan sebagai perintah absolut. Oleh karena itu, untuk suatu titik tertentu, itu sangat menakutkan.

“...Benarkah. Kalau begitu, sudah waktunya berangkat. – Aura, Shalltear! Apakah kalian sudah siap?”

Dua orang itu membalas hampir dalam sekejap.

“Ya! Kami sudah siap!”

“Sama. Jika anda memberikan perinta, kami bisa berangkat saat ini juga, Ainz-sama.”

“Zenberu!”

“Tidak ada masalah disini!”

“Baiklah, Ayo berangkat!”

“Ainz-sama. Berhati-hatilah! Jika. Ada. Sesuatu. Yang. Terjadi. Saya. Bisa. Menggerakkan. Pasukan. Kapanpun.”

Cocytus ada benarnya. Jika ada para pemain musuh mendekat, keadaan akan meningkat menjadi pertempuran skala penuh, dan itu akan membutuhkan penggunakan kekuatan militer. Namun-

“-Mungkin itu akan terjadi. Namun, ini lebi kepada pasukan untuk memantau. Jika kami menemui orang-orang yang kuat, kami akan mundur setelah mengumpulkan informasi yang cukup. Jika itu terjadi, kami akan menantikan prestasimu di medan perang.”

“Saya mengerti!”


***

Rencananya adalah menuju ke utara dan memanjat gunung, dengan dipandu oleh ingatan Zenberu.

Undead yang menunggangi bertindak sebagai barisan penjaga depan dengan bangga menunjukkan bendera Sorcerous Kingdom.

Semua makhluk berakal yang hidup di dekat danau di bawah panji Cocytus. Jadi, mengangkat bendera itu berarti mereka tidak perlu takut dengan serangan apapun. Meskipun begitu, itu hanya berlaku untuk makhluk berakal – mereka yang mengerti konsep dikuasai. Tidak ada artinya untuk makhluk-makhluk yang memiliki kecerdasan rendah, seperti binatang buas contohnya. Sebaliknya, meningkatkan peluang makhluk seperti itu akan menyerang mereka. Tetap saja, tidak ada monster di hutan ini yang tidak bisa ditangani oleh Ainz dan kelompoknya.

Shalltear kelihatannya sedang melihat sekeliling mencari makhluk-makhluk yang bodoh itu, tapi dia tidak bisa menemukan satupun monster. Pada akhirnya, mereka tiba di bagian paling utara dari danau.


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia


Mata mereka mengikuti arah arus kecil yang masuk ke danau, dan di depan mereka terbentang Puncak bergerigi dari rangkaian pegunungan Azellisia. Di bawah langit biru dan cuaca yang cerah, itu adalah pemandangan yang sangat mengagumkan, dan itu membuat emosi di dalam hati Ainz samar-samar tergugah.

Saat itu, Zenber mendekatkan jaraknya kepada Ainz, dan membuat saran.

“Bisakah saya diperkenankan berjalan di depan anda? Kurasa dengan melihat pemandangan sekeliling mungkin akan membantu saya mengingat sesuatu.”

Tentu saja, tidak ada yang keberatan.

“Baiklah. Silahkan saja ke depan barisan, tapi. Jangan pergi sendirian. Bawalah salah satu orangku denganmu. Jika ada yang menyerang, gunakan mereka untuk melindungimu dan mundur. Kamu adalah anggota yang sangat berharga dalam ekspedisi ini.”

“Terima kasih banyak.”

Setelah memerintah – atau lebih tepatnya, meminta – magical beast yang dia kendarai, makhluk itu mematuhi dan mulai bergerak. Karena Zenberu tidak punya pengalaman mengendarai, Ainz memberinya salah satu magical beast Aura, yang bisa dikendalikan dengan ucapan daripada teknik.

Ada perbedaan besar antara kecepatan mereka di pegunungan dan kecepatan mereka ketika berjalan menyusuri sisi danau.

Dengan kata lain, mereka bergerak sangat perlahan.

Pada awalnya, mereka hanya mengikuti aliran utara, namun mereka mengurangi kecepatan setelah memutar untuk menghindari sebuah air terjun.

Zenberu berusaha sebaik-baiknya mengingat rute yang dia ambil, tapi sangat sulit untuk menelusuri kembali langkah-langkah yang dia ambil sekali, beberapa tahun yang lalu, sambil menuju arah sebaliknya. Ditambah lagi, tingkat tanjakan masih sangat rendah, jadi pepohonan yang tinggi menghalangi garis pandangan meeka.

Meskipun bentuk tanah tidak berubah, pepohonan masih tumbuh dengan berlalunya waktu.

Zenberu terus maju ke depan saat dia berusaha mengingat.

Sebagian besar dari anggota kelompok tersebut tidak membutuhkan istirahat, tapi Zenberu – orang yang paling penting – adalah sekian diantara pengecualian itu. Jadi, mereka harus berhenti beberapa kali untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan dengan hening.

Mereka sekilas menangkap adanya sesuatu yang kelihatannya seperti monster di kejauhan, tapi sepertinya tidak ingin mendekat. Mungkin kelompok Ainz terlalu banyak jumlahnya, atau mungkin monster-monster itu sudah kekenyangan. Ainz berpikir menangkap monster yang tidak diketahui untuk main-main mungkin menyenangkan, tapi dia memutuskan untuk menyerah dengan ide itu kali ini.

Tujuan mereka saat ini adalah tiba di Dwarven Kingdom.

Ainz tahu betul jika seorang pemburu yang mengejar dua rabit tidak akan mendapatkan keduanya.

Dengan sedikit penyesalan, Ainz memilih untuk bergegas dalam perjalanan mereka.

Saat kelompok tersebut mendekati tepian hutan, pepohonan semakin pendek, dan matahari mulai jatuh di belakang gunung.

Langit biru berubah warna menjadi merah sekali, lalu menjadi malam. Siluet pegunungan terhadap lautan yang tak bertepi dari bintang-bintang hanya bisa disebut sebagai pemandangan yang luar biasa. Mengetahui gambaran yang luar biasa ini hanyalah sebagian kecil dari dunia ini membuat Ainz merasa alam itu sendiri memperhatikan dirinya.

Sinus Ainz bergetar, lalu dia menghirup udara yang segar dan wanit itu.

Mengapa dia bisa melakukan itu – atau lebih tepatnya, jika dia bisa melakukan ini, mengapa dia tidak bisa membedakan bagaimana bau makanan? Ainz mendorong pemikiran itu keluar dari benaknya, dan sebagai gantinya memilih untuk menikmati udara ini, yang tidak bisa ditemukan di dalam Nazarick atau di luar E-Rantel.

Di dalam Yggdrasil, dia tidak bisa mengalami kehebatan alam seperti ini.

Dia merasakan perasaannya terkabulkan, sama seperti saat dia memperoleh pengalaman baru saat bertualang sebagai Momon, dan jantung Ainz dipenuhi dengan kepuasan. Sejujurnya, mereka bisa kembali sekarang tanpa harus menemukan Dwarven Kingdom dan dia tidak keberatan sama sekali.

Bukankah – Bukankah ini adalah semacam pemandangan yang seharusnya dilihat oleh para petualang?

Ainz tertawa kecil, lalu berbicara kepada orang-orang di belakangnya.

“kalau begitu, kita akan berkemah di sini malam ini.”

Setelah mereka semua membalas setuju, Shalltear bertanya kepada Ainz, “Apakah kita akan kembali ke Great Underground Tomb of Nazarick?”

Memang benar, hal yang paling bijak adalah membuat tanda di sini lalu menteleport mereka semua kembali ke tempat aman untuk menghabiskan malam. Namun, karena suatu alasan Ainz tidak merasa ingin melakukannya. Bukan masalah untung atau rugi dari situasinya, tapi murni karena masalah emosional.

“Tidak perlu untuk itu. Kita akan mendirikan tenda di sini.”

“Tapi Ainz-sama, membayangkan anda berkemah di tempat seperti ini...”

Sekejap meliaht sekeliling hanya akan menunjukkan bebatuan, dan angin pegunungan yang dingin – memang benar, mereka tidak ada efeknya kepada Ainz, yang kebal terhadap dingin – mencuri kehangatan tubuh. Siapapun tanpa kekebalan terhadap dingin atau pakaian wool yang tebal akan merasa seakan ditusuk oleh jarum-jarum. Ini mungkin karena angin yang bertiup melewati tumpukan salju dan membawa udara dingin dari puncak pegunungan.

Ainz tersenyum saat rasa hormatnya terhadap kemegahan alam tumbuh semakin dalam.

Di dalam Yggdrasil, ada guild-guild yang menjelajah dan berpetualang untuk mengubah yang tidak diketahui menjadi tahu. Mereka bepergian pada perjalanan tanpa akhir dengan perasaan itu di hati mereka.

Mereka adalah guild yang lemah dalam pertempuran, tapi melompat begitu saja tanpa pikir panjang ke dunia yang belum pernah digapai. Saat itu, Ainz tidak mengerti apa yang mereka pikirkan. Namun, setelah menemui dunia yang luar biasa seperti yang satu ini, dia mulai melihat darimana itu datangnya.

Saat dia masih menjadi Momon, dia juga pernah meghibur diri dengan berpikir untuk melepaskan semuanya dan berkeliling dunia-

“-Ainz-sama?”

Bayangan yang mulai mengambang di kepalanya itu tiba-tiba pecah.

“Ada apa, Shalltear?”

“Ma-Maafkan saya sudah menganggu perenungan anda, Ainz-sama.”

“Ahh, tidak, tidak apa. Aku tidak sedang memikirkan hal yang penting.”

“Benarkah? Baiklah, kalau begitu...”

“Lalu, ada masalah apa? Ah, kamu sedang bilang tentang berkemah di sini, ya kan?”

“Ya. Mohon terima permohonan maaf saya karena tidak mempersiapkan tenda yang tepat meskipun tahu anda mungkin ingin tinggal di sini, Ainz-sama. Saya ingin mengambilnya dari Nazarick. Bolehkah saya menggunakan [Gate]?”

“Itu tidka perlu. Bukan karena kamu lupa akan tendanya, tapi lebih kepada, aku tidak menuliskannya di dalam daftar karena itu tidak dibutuhkan. Apakah kamu tahu kalau Mare bisa membuat sebuah tempat bernaung dengan magic?”

Shalltear mengangguk.

Ternyata begitu. Jadi, kamu seharusnya tahu kalau aku juga bisa melakukannya. Aku bisa menggunakan sebuah item magic seperti Green Secret House sebagai gantinya, tapi itu mungkin akan terlalu sesak untuk jumlah kita. Sekarang, lihat ini.”

Ainz mencari tempat yang cocok. Bisa miring nantinya, tapi yang terpenting adalah bebas dari bebatuan.

Dia menemukan satu hampir langsung, lalu Ainz merapalkan mantranya. Itu adalah mantra tingkat 10.

“[Create Fortress]!”

Saat mantra itu memperlihatkan efeknya, sebuah menara yang agung muncul entah darimana. Itu adalah sebuah menara setinggi 30 meter, berdiri menjulang dan tegak seperti akan menelan langit berbintang.

Pintu gandanya yang besar terlihat cukup kuat untuk tidak menghiraukan alat-alat pendobrak dinding. Dindingnya bertabur duri-duri dalam jumlah tak terhitung membuat siapapun tidak bisa memanjatnya. Empat patung demon menghiasi sudut-sudut paling atas dari lantai menara itu. Rasanya sangat berat dan menekan bahkan dalam sekali tatap.

Bangunan yang kokoh seperti benteng ini adalah inkarnasi fisik dari kata : “towering” (luar biasa tinggi).

“Kalau begitu, ayo.”

Saat Ainz mendekati pintu itu di depan kelompoknya, pintu besi itu terbuka. Dia menunggu disana agar yang lainnya bisa masuk. Di dalam Yggdrasil, siapapun dalam tim yang sama bisa membuka pintu itu tanpa disentuh. Sebaliknya, orang lain hanya bisa masuk dengan menghancurkan pintu tersebut. Ainz penasaran apakah pintu di dunia ini akan membuat penilaian seperti itu.

Ainz meninggalkan dua undead di luar, lalu memerintahkan mereka untuk membuat pintu itu setelah tertutup. Pintu itu tetap tertutup.

Dia menunggu sedikit lama, tapi tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.

“..Jangan-jangan hanya aku yang bisa membukanya? Aura, pergilah dan sentuh pintu itu.”

Dengan ucapan “Tentu!” Aura menyentuh itu coba-coba, tapi kelihatannya pintu itu tidka ingin terbuka.

Kelihatannya hanya Ainz yang bisa membuka pintu itu. Dia secara mental mengerutkan dahi. Friendly fire (Bisa melukai teman) benar-benar menyusahkan pantat... Jika ada pemain lain di dunia ini, perubahan kecil seperti ini mungkin akan mempengaruhi yang lainnya, dan skenario terburuknya dia mungkin akan membunuh seseorang karena tidak sengaja.

Sudah hampir setahun sekarang... Dan aku masih harus hati-hati dengan penggunaan kekuatanku. Akan menjadi tragedi jika seseorang terkena serangan efek area luas kami. Apakah aku harus mengarahkannya kepada orang-orang dengan peringkat lebih tinggi? Mare, terutama... meskipun mereka akan menyalahkanku karena itu jika mereka sudah menyadari... Kurasa aku akan mencoba dan menyerahkannya sebagai komentar orang lain atau semacamnya.

Mengingatkan orang dengan halus ternyata sulit. Benar-benar berbeda dengan hanya langsung saja mengomeli mereka. Ainz menjadi sangat kenal baik dengan kenyataan bahwa selama dia berada di dunia kerja.

Saat jantung semakin berat, Ainz memutuskan untuk menghentikan percobaannya dengan membuka gerbang dan membiarkan dua undead yang ada di luar masuk. Dia menutup gerbang itu sekali lagi setelah memastikan semuanya sudah lewat, lalu bergerak maju.

Sepasang pintu menghadap pintu masuk, dan sebuah lorong memanjang di kejauhan. Di akhir lorong itu ada sepasang pintu lagi. Jalannya diterangi oleh lampu magic, jadi tidak ada masalah berjalan menyusurinya.

Sesaat setelah Ainz membuka pintu bagian dalam, sebuah lampu yang menyilaukan bersinar ke arah mereka.

Di depan mereka ada aula bundar. Lantainya seputih salju dan atapnya tinggi di atas. Sebuah tangga spiral melingkar dari tengah ruangan dan menyambungkan ke lantai-lantai di atasnya.

“Kalau begitu... kita akan menghabiskan malam di sini. Siapapun yang ingin istirahat silahkan saja. Siapapun yang tidak ingin... yah, berdiri di sini juga sangat tidak baik pula. Semuanya, berdirilah di kamar kalian.”

Ainz menunjuk sepuluh pintu dengan jari telunjuknya. Tiba-tiba, ruang di sini membesar, jadi tempat ini lebih besar di dalam daripada di luar.

“Ada lebih banyak kamar seperti ini di lantai dua dan tiga, jadi silahkan saja gunakan mereka. Aura, Shalltear, Zenberu, kalian bertiga tetap di sini. Aku ingin merencanakan rute ke depannya setelah apa yang telah kita pelajari hari ini. Ah, ya, mari kita kumpulkan kursi-kursi di sebelah sana. Kalau begitu, ayo, semuanya.”

“Ainz-sama, apa yang harus kita lakukan dengan para vampire bride?”

“Umu..”

Ainz tidak bisa menjawab pertanyaan Aura dengan segera. Lagipula, membawa mereka serta adalah ide Decrement, dan dia baik-baik saja tanpa mereka. Ainz berhenti sejenak untuk berpikir sebelum berkata, “Aku akan memberi mereka perintah nantinya. Untuk sementara, buat mereka menunggu di kamar masing-masing.”

Dengan itu Ainz telah menyerahkan masalah tersebut ke dirinya di masa depan.

Lalu, Ainz menuju sofa dan duduk. Segera setelahnya, tiga orang yang dia sebutkan sebelumnya duduk pula, dia mulai berbicara.

“Kalau begitu, mari kita mulai dengan catatan perjalanan kita untuk hari ini. Aura, silahkan.”

“Baik, Ainz-sama.”

Aura membuka sebuah buku catatan, memegangnya terbuka dengan satu tangan lalu mensketsa sebuah peta dengan tangan lain.

“Saya tidak terlalu percaya diri dengan beberapa detil yang lebih kecil, tapi seharusnya secara kasar seperti ini.”

“Umu. Terima kasih, Aura.”

Itu adalah peta yang agak kasar, tapi mereka bisa memastikan jarak dan semacamnya dari udara.

“Sekarang, aku tahu kamu lelah, Zenberu, tapi aku ingin meminta kerja samamu. Mungkin kamu tidak akan senang dengan ini.”

“....Apa maksud anda, Yang Mulia?”

Ainz tersenyum ke arah Zenberu yang tiba-tiba gugup.

“Dengan kata lain, aku ingin melihat ingatanmu.”

“A-Apa artinya itu?”

“...Kurasa aku akan menjadi penjahat jika berkata seperti itu. Aku bisa mengendalikan ingatan orang lain dengan magic, tapi magic yang sama bisa menjelajahi ingatan orang lain. Sejujurnya, itu menguras banyak mana dan aku lebih memilih untuk tidak menggunakannya jika bisa dihindari, tapi mengandalkan ingatanmu yang kabur saja agak mengkhawatirkan.”

“Saya, Saya yakin tidak akan ada efek sampingnya?”

“Tidak apa. Berkat bantuan seorang cleric, aku bisa berkata dengan aman jika aku sangat ahli dalam hal ini. Tidak ada masalah selama aku tidak melakukan hal-hal aneh di dalam sana. Kenyataannya, aku sudah melakukan prosedur yang sama kepada salah satu pelayanku dan tidak ada masalah pula.”

“Maksud anda Shizu, ya kan?”

“Tepat sekali, Aura. Karena itu, mantra ini tidak sekuat itu. Jika orangnya sendiri hampir lupa dengan kejadiannya, aku hanya bisa mendapatkan detil kasar. Ada juga hal-hal lain yang membuat rumit penggunaan mantra. Contohnya, ingatang mungkin tidak berada di dalam otak, tapi diakses dari sumber yang lebih primordial (lebih awal keberadaannya)-“ Ainz mengangkat bahu saat menyadari dia sudah melenceng dari topik. “Yah, seamcam itu, bagaimanapun juga, aku bisa menyelidiki ingatanmu.”

“Ternyata begitu... untuk jaga-jaga, saya ingin bertanya lagi, tapi apakah benar-benar tidak apa?”

“Aku mengerti kekhawatiranmu. Jangan khawatir, Zenberu. Aku tidak akan merubah ingatanmu. Aku bersumpah atas namaku.”

“Kalau begitu – apa yang harus saya lakukan?”

“Umu. Duduk saja di sana, dan bersantailah. Ini tidak akan sakit. Namun, aku harus memastikan beberapa detil denganmu sebelum aku merapal mantra. Hal-hal seperti, berapa bulan dan tahun yang lalu dan di mana ingatan ini terjadi, dan semacamnya.”

Setelah mendengarkan penjelasan Zenberu, Ainz merapalkan mantranya.

Setelah merapalkan mantra ini berkali-kali sebelumnya, Ainz memiliki kepercayaan diri seorang ahli dalam menangani magic, tapi tetap saja, menggunakannya sangatlah sulit.

Karena segala perubahan apapun akan tetap berada di sana, salah menanganinya mungkin akan menjadi situasi yang tidak bisa diperbaiki lagi. Itu seperti memprogram kembali sebuah komputer tanpa membuat cadangan data apapun. Bisa dikatakan itu adalah mantra yang luar biasa dalam membuat sayuran.

Yang lebih penting lagi, mantra itu menguras mana dalam jumlah besar ketika aktif. Itulah yang membuatnya sulit digunakan.

Ainz merasakan mananya berkurang deras setelah menjelajahi ingatan Zenberu sebentar saja.

Rencana awal Ainz adalah menemukan ingatan yang dituju lalu menjelajah seenak hatinya. Namun, dia memperkirakan MP nya akan habis sebelum itu. Ditambah lagi, masalah dengan mantra ini adalah meskipun dia menunggu sampai hari berikutnya ketika mana terisi kembali sebelum mantra itu dirapal lagi, di masih harus mulai dari awal.

Hasilnya, mantra-mantra lain akan lebih efektif dalam mengumpulkan informasi.

Setelah bergumam di dalam hatinya, Ainz melihat apa yang terlihat seperti gunung. Saat dia menemukan tempat yang dia cari, mananya habis.

Memeriksa ingatan masa lalu adalah yang paling melelahkan. Lebih mudah untuk melihat ingatan yang baru-baru saja...

Seperti yang dia duga, ingatan yang dia temukan kabur, seakan diselimuti oleh kabut. Dia melihat wajah-wajah Dwarf, tapi mereka semua terlihat sama bagi Ainz. Dia tidak tahu apakah itu kesalahan Zenberu, tapi dia tidak bisa membedakan mereka. Mereka semua hanya jenggot-jenggot yang berteriak dengan nada kasar dan bir yang diminum dengan lahap.

Ini gawat. Aku menggunakan cleric itu sebagai subyek percobaan dan bekerja dengan baik pada Shizu. Tapi aku merasa seperti aku masih tidak bisa menggunakannya dengan baik... Aku tidak bisa membuat kesalahan dengan hal-hal yang halus seperti ingatan. Aku ingin melanjutkan percobaan dengan cleric itu, tapi dia tidak bisa berbicara jelas lagi... Yah, menulis kembali ingatan berhasil jika aku membatasi diriku untuk beberapa tahun saja. Kurasa aku harus melakukan sebuah percobaan atas apa yang akan terjadi jika aku menghapus ingatan seseorang menjadi bersih...

Mungkin aku harus memilih beberapa orang yang divonis mati dari E-Rantel dan menggunakan mereka sebagai percobaan...

Dengan berpikir seperti itu, Ainz mengakhiri mantra tersebut.

“Bagaimana keadaanmu, Zenberu? Apakah kamu merasa tidak enak badan?”

“Eh? Saya merasa baik-baik saja, tapi agak aneh..”

Ainz tersenyum.

“Aku hanya melihat-lihat ingatanmu. Aneh jika itu merasa aneh, karena aku tidak membuat perubahan apapun. Mungkin itu adalah efek plasebo atau semacamnya; harusnya akan segera pudar.”

Zenberu memaksa menggoyang-goyangkan kepalanya, dia masih tidak paham.

Tidak ada perbedaan fitur di sini, dan bagaimana dia bisa memastikan posisinya di dalam pemandangan membingungkan di pegunungan? Ditambah lagi, ingatan-ingatan bersembunyi dari monster jauh lebih jelas dibandingkan itu.

Kenyataanya adalah meskipun mana Ainz pulih kembali besoknya, dia tidak akan mendapatkan informasi apapun yang layak dengan pengeluaran kekuatan magic yang besar itu.

Kalau begitu, kita akan tetap pada rencana dan membuat Zenberu menunjukkan jalan ke utara. Aku tidak melihat apapun yang berguna di ingatannya.”

Bukannya tidak dia tidak punya ide yang lebih baik.

Memberangkatkan para pengendara hanya akan berfungsi untuk membantai monster-monster yang ada di depan mereka.

“Bubar. Semuanya. Beristirahatlah dengan baik, kelihatannya tidak ada yang butuh istirahat selain Zenberu. Kalau begitu, persiapkan diri kalian untuk hari esok.”


***


Saat dia menatap sangat tuan yang kembali ke kamarnya, Aura berpaling ke arah Shalltear, yang duduk di sampingnya.

“Ada kamar di kiri dan kanan kamar Ainz-sama sendiri. Yang mana yang kamu mau?”

Aura memiliki item magic yang membuatnya bisa tanpa tidur, dan Shalltear adalah undead. Sejujurnya, tak ada dari mereka yang butuh kamar. Namun, akan tidka sopan tidak menggunakan kamar-kamar yang disediakan untuk mereka, dan akan buruk bagi keamanan jika mereka terlalu jauh dari Ainz.

“Hm~ yah, kurasa yang manapun juga tidak apa, betul kan?”

“Yah, kurasa itu benar... Ngomong-ngomong, sedang apa kamu?”

Aura melihat ke arah Shalltear setelah mendengar balasan darinya yang teralihkan. Inilah saat Aura menyadari Shalltear sedang menulis sesuatu dalam buku catatannya.

“Hm, Ainz-sama berkata seperti itu, cek. Tentu saja aku sedang mencatata. Aku tidak ingin lupa dengan ucapan Ainz-sama.”

“Hmm~ kamu sangat bekerja keras ternyata. Biar kulihat.”

Aura berhenti sejenak untuk mengintip, dan melihat buku catatan itu dipenuhi dengan tulisan tangan yang penuh sesak, hampir tak ada ruang kosong diantara tulisan-tulisan itu.

Setelah sejenak mengintip, Aura menemukan bahwa Shalltear secara esensi mencatat ucapan sang tuan hingga sangat detil, begitu juga dengan tindakan yang dia ambil.

Ini... bagaimana aku harus mengatakannya? Tentu saja, memang wajar melestarikan ucapan Ainz-sama untuk masa depan, tapi aku ragu Shalltear menulisnya untuk tujuan itu...

Shalltear seharusnya mencatat titik-titik kuncinya saja dari kebijaksanaan sang tuan, lalu belajar darinya. Namun, situasi ini mulai membuat Aura merasa tidak enak.

“Ah, apa kamu tahu. Aku merasa mencatat itu memang ide yang bagus, tapi harusnya bukan seluruhnya, ya kan?”

Shalltear melihat ke arah Aura dengan ekspresi bingung.

“Mengerti? Mungkin mencatat membuat berpikir kamu sudah melakukan pekerjaan yang bagus. Tapi yang seharusnya kamu lakukan adalah merekam hal-hal yang penting dan menggunakannya untuk mengajarkan kepada dirimu bagaimana menghadapi situasi yang mirip, ya kan? Apakah tidak apa mencatat seperti ini?”

“Kelihatannya tidak apa...”

“Yah, jika memang begitu, baguslah. Untuk jaga-jaga, harusnya kamu menelaah kembali ketika kembali ke kamarmu. Cobalah untuk memikirkan tentang apa yang ada di pikiran Ainz-sama dan meletakkan dirimu di tempatnya dan membayangkan apa yang akan kamu lakukan.”

“Oh, benarkah?”

“Ya, memang benar.”

Setelah berkata begitu, Aura tiba-tiba saja penasaran mengapa dia mengatakan hal semacam itu kepada Shalltear. Dan kemudian, karena suatu alasan, dia merasa dengan mengarahkan Shalltear begitu adalah hal yang wajar baginya.

Haaa. Entah kenapa, aku merasa seperti memiliki saudari yang tidak berguna... Mungkin agak sedikit kurang ajar, tapi aku penasaran apakah Bukubukuchagam-sama merasakan hal yang sama?


***


Mereka bersiap berangkat pada pagi yang memang cemerlang. Meskipun begitu, persiapan mereka tidak lebih dari berjalan keluar dari menara yang dibuat secara magic dan membentuk barisan. Ainz merasa ini sedikit kurang nikmat dibandingkan persiapannya untuk perjalanan saat masih menjadi Momon.

Setelah itu, mereka melanjutkan pencarian, tapi usaha mereka dari fajar hingga senja tidak menghasilkan apapun.

Saat matahari tenggelam di bawah lereng pegunungan, Ainz memicingkan matanya.

Mereka sudah bepergian lebih dari 100 kilometer di atas punggung magical beast mereka – dengan kata lain, mereka sudah melebihi jarak ke kota Dwarf yang sudah diperkirakan Ainz. Namun, mereka tidak menemukan apapun. Dengan kata lain, mereka akan memulai tugas yang memakan waktu yaitu menyisir pedesaan.

Ainz menggunakan magic untuk menciptakan tempat istirahat seperti sebelumnya, lalu, sudah waktunya hari berikutnya – dengan kata lain, hari ketiga.

Tiba-tiba saja, Zenber berseru dengan suara yang aneh.

“Sebelah sini! Aku ingat tempat ini!”

Tidak ada lagi pepohonan yang terlihat, hanya sebuah padang bebatuan. Suara Zenberu bergaung sangat keras di tempat ini.

“Yang Mulia! Kita seharusnya sudah sangat dekat!”

“Begitukah! Kalau begitu, semuanya, melangkahlah dengan hati-hati!”

Terhadap perintah Ainz, kelompok itu membentuk barisan yang sangat teratur.

“Kalau begitu, aku akan serahkan ini kepadamu, Zenberu.”

“Anda bisa mengandalkan saya!”

Kelompok itu bergerak maju, dipimpin oleh Zenberu.

Akhirnya, mereka melihat sesuatu yang terlihat kurang mirip sebagai gua namun lebih mirip retakan di dalam pegunungan.

Ainz melihat sesuatu yang mirip dalam ingatan Zenberu, tapi dia merasa seharusnya lebih besar. Tetap saja, ini mungkin tempat yang benar, melihat reaksi Zenberu yang sangat senang.

Ingatan yang dimiliki Zenberu; sudut pandang Lizardman seharusnya lebih bisa diandalkan daripada penglihatan sekilas patah-patah dari Ainz.

Ainz merapikan jubahnya yang acak-acakan, lalu memberi isyarat kepada Aura.

Bertindak seperti yang mereka rencanakan sebelumnya, Aura memimpin binatang buasnya ke arah celah tersebut.

“Kerajaan para dwarf! Yang Mulia Ainz Ooal Gown, Raja dari Sorcerous Kingdom yang baru saja berdiri yaitu Ainz Ooal Gown dari selatan, datang untuk memberikan kunjungan! Apakah kalian tidak akan mengirimkan seseorang untuk menyambutnya!?”

Suara Aura sang pemberi berita bergema ke seluruh menembus celah itu.

Namun, tidak ada balasan.

Aura melihat ke arah Ainz dengan ekspresi yang berkata, “Apa yang harus kulakukan sekarang?”

Ainz memberi isyarat dia harus mengumumkannya lagi.

Dengan begitu, Aura berteriak dengan suara paling keras sekali lagi.

Namun, masih tidak ada balasan. Tidak ada tanda-tanda siapapun yang muncul meskipun setelah menunggu beberapa saat.

Zenberu pernah bilang bahwa seharusnya ada para penjaga yang mengawasi jalan keluar ini untuk mencegah penyusup dari luar. Jika memang begitu, seseorang seharusnya sudah mendengar suara Aura.

Apakah mereka menghindari Dark Elf?

Ainz membayangkan Aura untuk sesaat, lalu memanggil Zenberu.

“Giliranmu sekarang. Pergilah dan berteriaklah sedikit dan lihat bagaimana hasilnya.”

Ainz merapalkan beberapa mantra buff (penguat) kepada Zenberu. Memang itu tidak menjamin keselamatannya dalam hal apapun, itu sangat mengurangi bahaya yang mungkin dia hadapi dibandingkan dikirim tanpa mantra-mantra itu.

“Zenberu semakin mendekati gua tersebut dan berteriak. Tetap saja, tidak ada balasan.

“... Pasukan Hanzo.”

“Kami hadir untuk tuan.”

Ninja-ninja itu mengalir keluar dari bayangan Shalltear. Hanzo-hanzo lain berbaris di belakang pimpinan Hanzo.

“Masukilah interiornya dan pastikan situasinya. Jangan sampai terlihat.”

“Perintah dilaksanakan. Bolehkah saya bertanya harus seberapa jauh kami menyelidikinya? Kota para dwarf dikatakan memiliki banyak lubang karena terowongan-terowongan tambang. Menyelidiki sepenuhnya terhadap jaring yang rumit dari terowongan-terowongan itu akan memakan waktu yang sangat lama.”

“Lakukan inspeksi sepintas. Fokuskan kepada area tengah dan area-area administratif dari kota itu. Kalian boleh menyelidiki interior terowongan itu nanti.”

“Dimengerti.”

Para Hanzo pergi dengan berlari sprint, mengikuti pemimpin mereka. Cara mereka berlari, meninggalkan bayangan di belakang mereka, adalah sebuah gerakan yang unik bagi monster-monster tipe ninja level tinggi.

Ainz memberi isyarat jika Zenberu harus kembali ke tengah kelompok – membiarkan dirinya menunggu di tempat yang aman. Dia bisa sangat berguna ketika bernegosiasi dengan para dwarf.

“-Shalltear, jangan mengendurkan keamanan.”

“Dimengerti!”

Setelah menggunakan sebuah skill, Shalltear berarmor penuh dalam sekejap. Dia mengamati sekelilingnya dengan hati-hati, tidak membiarkan satu detilpun lepas darinya.

Sekarang setelah Shalltear – Guardian terkuat Nazarick – siap tempur, tak ada musuh, seberapapun kuatnya mereka, bisa membunuh Shalltear dalam sekejap dengan sebuah combo. Meskipun begitu, pengalaman adalah hal yang penting ketika bertarung melawan pemain, dan memberinya tugas itu bagi Shalltear yang tidak berpengalaman adalah hal yang sangat berbahaya.

Dengan kata lain, Ainz yang berpengalaman mungkin masih perlu bertindak sebagai model contoh baginya.

Ainz dengan hati-hati mengamati sekelilingnya juga. Segera setelah itu, para Hanzo kembali. Mereka memakan waktu lebih lama dari yang diduga, mungkin mereka harus berjalan jauh.

Para Hanzo berbaris di depan Ainz dan berlutut di satu kaki. Tentu saja, pimpinan mereka berbicara mewakili.

“-Ainz-sama, kami telah menemukan apa yang mungkin saja adalah area pemukiman para dwarf. Kami telah memeriksanya, tapi tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.”

“-Apa yang terjadi?”

“Kami tidak menyelidiki dengan secara menyeluruh, tapi tidak ada mayat ataupun tanda-tanda produk rumahan di dalam rumah-rumah. Bahkan tak ada tanda-tanda adanya pertempuran.”

“Kelihatannya para dwarf membuang kota ini dengan sendirinya, karena suatau alasan tertentu.”

Ainz melirik ke arah Zenberu, yang kelihatannya juga sangat terkejut. Ainz mungkin hanya kenal Zenberu sebentar, tapi dia telah mendapatkan sedikit gambaran kepribadian Zenberu, dan ini kelihatannya bukan pura-pura.

“-Baiklah, kalau begitu. Antarkan kami ke distrik pemukiman itu.”

“Baik!”

Ainz mengikuti di belakang para Hanzo. Ini adalah daerah yang tidak dikenal dan dia tidak bisa sembrono di sini. Shalltear, Aura dan Zenberu juga dikawal oleh undead level tinggi dan para magical beast (hewan buas magis).

Satu-satunya yang tersisa di luar adalah vampire bride level rendah dan magical beast yang mirip Mammoth.

Ini dilakukan untuk memasang sebuah jebakan. Setiap makhluk yang tidak dikenal yang menganggap mereka sebagai musuh pasti akan mulai mengikis kekuatan tempur mereka dari bagian pasukan mereka yang yakin bisa dikalahkan. Ditambah lagi, itu adalah taktik dasar untuk memulai serangan terhadap barisan dukungan mereka berharap mempelajari sesuatu dari obyek yang mereka jatuhkan.

Jadi, dia tidak membiarkan mereka sendirian. Dia juga memposisikan seorang Hanzo di dekatnya, tersembunyi.

Hanzo itu di sana bukan untuk menyelamatkan mereka.

Namun, dia di sana untuk mengamati lawan dan mempelajari tentang penyerang mereka. Setelah itu, setelah mampu mempelajari titik lemah mereka – atau yang lebih baik lagi, markas mereka – adalah bonus tambahan yang tidak diduga.

Alasan mengapa mereka tidak kembali ke Nazarick dalam suatu waktu selama perjalanan mereka juga untuk menghindarkan lawan tahu bahwa mereka bisa mengisi kembali pasukan tnapa batas dengan menggunakan mantra [Gate]. Ini akan membuat mereka berpikir bahwa Ainz dan kelompoknya bisa dibuat kelelahan dengan berjalannya waktu.

Yah, meskipun jika musuh memang muncul, bagus jika para vampire bride aman juga.

Ainz tidak ingin para vampire bride mati. Namun, dia tidak keberatan mengorbankan POP monster yang bisa spawn kembali untuk mendapatkan informasi lawan.

Apakah ini sedikit kejam, pikir Ainz saat dia memasuki gua tersebut.

Tidak ada cahaya dari luar gua, dan tidak laam mereka diselimuti oleh kegelapan yang pekat. Namun, itu tidak masalah bagi Ainz, yang memiliki darkvision (penglihatan malam). Shalltear, Aura, undead lain dan para magical beast juga memiliki kemampuan itu. Pada level mereka, kegelapan seperti ini bukanlah hal yang menyulitkan bagi siapapun yang ada di sini.

Zenberu lain lagi, dia dituntun oleh salah satu undead seperti tuan puteri.

Karena kenyataannya semua stalaktit dan stalagmit di area ini sudah dibersihkan, dan kenyataan bahwa area ini diratakan sehingga cukup mudah dilalui dengan berjalan, tidak diragukan lagi bahwa tempat ini adalah kota para dwarf.

Para hanzo memimpin di depan. Ada banyak jalan bercabang di sepanjang jalan, semuanya cepat sekali menemui jalan buntu, menurut para hanzo yang menunjukkan jalan kepada mereka. Mungkin itu digali untuk membingungkan para penyusup dan mengulur waktu, atau mungkin untuk membantu melakukan serangan balik.

Ada mantra-mantra yang bisa Ainz gunakan dalam keadaan ini, tapi para Hanzo tidak memiliki kemampuan itu. Memang wajar jika mereka memakan banyak waktu mempertimbangkan mereka harus menyelidiki seluruh kemungkinan jalan ini.

Saat Ainz berpikir demikian, salah satu Hanzo berputar menghadapnya.

“Ainz-sama, kita akan tiba di distrik permukiman.”

“Benarkah.... Ada semacam lampu yang kabur di kejauhan, Hanzo. Bukankah kamu bilang tidak ada dwarf di sini?”

“Ya, tidak ada sama sekali. Lampu ini dikeluarkan oleh kristal mineral.”

Sebuah ruang terbuka yang besar terbentang di depan mereka.

Saat Ainz melihat ke arah sumber penerangan, dia melihat pilar-pilar yang kokoh menyangga atap. Obyek seperti kristal muncul dari atap, dan obyek tersebut memancarkan cahaya yang dibicarakan oleh para Hanzo.

Tidak ada sumber cahaya lainnya – tidak ada sumber buatan manusia, setidaknya – sejauh yang bisa Ainz lihat.

Tempat ini kelihatannya seperti distrik permukiman, saat Hanzo mendeskripsikannya. Memang terlihat seperti sebuah kota, dengan barisan panjang bangunan-bangunan membosankan, sekitar dua lantai tingginya.

Mungkin karena yang membangun adalah ras pendek, namun struktur bangunan mereka semuanya memang lebih pendek daripada bangunan yang dibuat oleh manusia. Meskipun begitu, bangunan-bangunan itu masih lebih tinggi daripada Ainz, dan dia tidak tahu ukuran dari kota itu karena garis pandangannya dihalangi oleh bangunan-bangunan tersebut. Namun, jumlah bangunan itu saja membuatnya merasa jika dia menghitung semuanya sudah merupakan usaha yang percuma.

“Hmm…”

Saat Ainz memeriksa kota tersebut, api harapan di hatinya padang dengan suara “chu~”, seakan sudah dipadamkan oleh satu baskom air dingin.
(TL Note: chu~ yang dimaksud adalah cerita komik お七の十)

Kota itu terlalu hancur.

Cerita-cerita yang dia dengar bahwa kota dwarf seperti sebuah gambaran tempat yang berkilau, rumit dan penuh wibawa, tapi tidak ada tanda-tanda seperti itu di sini. Tidak ada jejak Yggdrasil – kehadiran pemain – di sini pula.

Ainz melangkah maju, dan mendorong pintu dari salah satu bangunan.

Seperti yang Hanzo bilang, dia ditemui oleh ruang kosong.

Dia tidak bisa melihat perabotan apapun dari tempat dia berdiri di pintu masuk. Satu-satunya yang tersisa adalah rak-rak yang dipasang di dinding dan benda-benda lain yang tidak bisa digerakkan. Debu putih menutupi tanah. Kelihatannya tidak ada orang yang tinggal di sini untuk waktu yang agak lama.

“-Zenberu! Panggillah seseorang dan kita lihat apakah ada orang di sana!”

Setelah mendengarkan perintah Ainz, Zenberu meneriakkan nama Dwarf yang telah merawatnya di masa lalu.

Kenyataannya adalah tidak ada gema di dalam ruang tertutup ini jelas menunjukkan ukuran gua yang luar biasa besar.

Zenber meneriakkannya beberapa kali lagi, tapi seperti sebelumnya, tidak ada tanda-tanda siapapun yang muncul untuk merespon.

“-Hanzo. Periksa terowongan-terowongan di luar kota ini dan temukan apapun yang mungkin bisa berperang sebagai petunjuk. Temukan alasan mengapa kota ini ditinggalkan. Namun, melihat kita tidak tahu seberapa panjang jaringan terowongan itu, kembalilah jika kamu merasa kamu sudah pergi terlalu jauh.”

“Dimengerti!”

Memang bisa saja lebih cepat jika semua orang berangkan sendiri-sendiri dan memeriksanya, Ainz tidak cukup bodoh untuk memecah kelompok itu dalam keadaan seperti ini, dimana mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Dia memerintahkan setiap orang untuk berkumpul dan melakukan penyelidikan kecil. Saat Ainz menunggu di belakang, mereka membuka pintu-pintu dari satu persatu bangunan di sana.

Mereka semua awalnya memberikan hasil yang sama.

Beberapa diantara bangunan itu ada perabotan yang ditinggalkan, tapi itu tidak lebih dari rak buku di sini dan meja di sana. Dia tidak menemukan sebuah kediaman dengan satu set lengkap perabotan.

Memeriksa semua rumah seperti ini akan memakan waktu yang lama.

“Aura, kamu memiliki indera yang paling baik diantara kita semua. Apakah kamu menemukan petunjuk apapun?”

“Tidak. Tidak merasakan keberadaan siapapun.”

“Begitukah... kalau begitu kita berpisah menjadi dua tim dan mencari lebih jauh. Shalltear, ambil alih komando dari undead dan bertindaklah sebagai pengintai. Aura, pergilah ke rumah dimana Zenberu tinggal terakhir kalinya dia di sini. Periksa kota itu untuk alasan mengapa para dwarf tidak lagi ada di dekat sini, tapi berhati-hatilah untuk tidak tersesat terlalu jauh.”

Dua Guardian menjawab mengerti, lalu dia melihat Zenberu membungkuk berterima kasih.

Setelah mengangguk dengan agung, Ainz merapalkan [Fly].

Dia perlahan melayang naik.

Ini akan menjadi tindakan yang berbahaya jika ada orang yang menunggu untuk menyergap, tapi karena suatu alasan, Ainz merasa bahwa tidak ada orang di dekat sana.

“Ainz-sama!”

Shalltear terbang karena panik.

“Ini berbahaya! Saya mohon turun saja!”

“Setelah dipikir-pikir, kamu benar. Kelihatanya aku sudah ceroboh.”

Memang wajar jika Shalltear marah. Lagipula, Ainz melayang – di tempat dimana dia bisa menarik garis lurus untuk menembaknya – murni karena dia bertindak berdasarkan insting.

“Tetap saja, kenyataannya adalah aku tidak diserang adalah bukti lebih jauh bahwa tidak ada orang di sini. Dan juga, ada kemungkinan jika siapapun yang melihatku mungkin akan mendekat untuk mengetahui lebih banyak, jadi aku akan menyerahkan perimeter keamanan kepadamu.”

“Tolong jangan menggunakan diri anda sebagai umpan untuk memancing musuh ke dalam jebakan.”

Punitto-san ada benarnya; tergantung keadaan, seorang pemimpin mungkin harus menggunakan dirinya sebagai umpan... Tetap saja, kurasa itu sulit bagi orang seperti Shalltear untuk memahami hal itu, melihat dia bukanlah salah satu temanku, tapi pelindungku.

“Maafkan aku,” Ainz berkata kepada Shalltear sebelum melihat ke bawah.

Ini adalah sebuah kota, dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang mirip, ditata rapi seperti papan go (catur jepang).

“-Ada bangunan yang terlihat mengesankan di sebelah sana, dan di sana serta di sana.”

Meskipun sebagian besar bangunan-bangunan itu terlihat seperti dicor dari cetakan yang sama, ada beberapa yang kelihatannya lebih besar dari yang lain.

“Mari kita pergi dan melihat-lihat?”

“...Mari kita panggil Aura kembali dahulu. Rasanya keadaan akan mungkin menjadi sangat menyusahkan jika ada pengepung di sana.”

Semua yang Shalltear katakan barusan memang ada benarnya.

“Ainz-sama!”

Baru saja, suara Aura datang dari bawah. Melihat ke bawah, Ainz melihat Aura dan Zenberu yang melambai kepada Ainz, dan dari cara mereka melakukannya, kelihatannya ada sesuatu yang tidak lazim di sana.

“Kelihatannya mereka menemukan sesuatu.”

“Kelihatannya begitu.”

Dua orang itu bertukan pandangan sebelum mendarat di sisi Aura, setelah itu diikuti oleh undead yang bergegas menuju posisi mereka.

“Kemari dan lihatlah ini, Ainz-sama!”

Aura menuntun mereka ke dalam salah satu rumah yang baru saja dia buka.

Ainz memeriksa tempat itu sekali lagi, tapi dia tidak mendeteksi perbedaan apapun dari bangunan-bangunan lain, dan dia tidak menemukan sesuatu yang spesial di dalamnya.

“Apakah ini rumah dwarf tempat Zenberu pernah tinggal?”

“Tidak, bukan ini. Di perjalanan ke rumah dwarf yang merawat Zenberu, kami menemukan bangunan-bangunan yang telah dibuka. Setelah memeriksanya, saya menemukan jejak kaki di tana, dan itu mungkin saja jejak kaki dwarf. Di sini, coba lihat. “

“Zenberu, para dwarf tidak berjalan dengan telanjang kaki, ya kan?”

“Ahh, tentu saja tidka. Mereka semua memaki sepatu, dan mereka tidak melepas sepatu itu bahkan di dalam rumah masing-masing. Saya sering melihat mereka memakai sepatu dengan alas logam yang kokoh.”

“Itu artinya jejak kaki ini jelas bukan milik dwarf.”

“Seberapa banyak yang bisa kamu ketahui dari jejak kaki itu?”

“Hmmm, mari kita lihat...”

Aura memiringkan kepalanya merenung.

“Jejak kaki itu kelihatannya dibuat oleh makhluk yang berjalan dengan dua kaki, dan bekas diseret diantara jejak kaki kiri dan kanan menandakan sebuah ekor atau semacamnya.”

“Apakah seperti lizardman?”

Shalltear menoleh ke arah Zenberu.

“Tidak, bukan. Ekornya tipis, tidak tebal seperti Zenberu. Dan juga, jejak kaki itu dipenuhi dengan debu, jadi pasti ditinggalkan dalam waktu yang agak lama. Siapapun yang meninggalkannya tidak sering bolak balik. Dan juga, kelihatannya orang yang datang kemari langsung pergi setelah masuk... Apakah mereka datang karena mereka tertarik dengan kota dwarf?”

Aura mengalihkan tatapannya dari rumah itu ke jalan di luar.

“Dan bukan hanya satu orang.. ada banyak, setidaknya 10.”

“Seberapa jauh kamu bisa mengikuti jejak ini? Lagipula hanya ini satu-satunya petunjuk, jadi aku ingin mengikutinya sejauh mungkin.”

“Saya mengerti. Bisakah anda mengikuti di belakang saya?”

Tidak ada alasan yang mungkin untuk menolak.

Semuanya mengikuti di belakang Aura, sementara Shalltear berdiri di belakang Aura untuk melindunginya.

Pemilik jejak kaki itu bergerak seperti yang Aura duga – memiliki tujuan yang sama dengan Ainz, berkeliling dan melihat bangunan-bangunan dwarf.

Separuh perjalanan mengikuti jejak itu, Aura tiba-tiba berhenti dan menatap jalanan di depan. Dia sedang meliha kepada salah satu bangunan besar yang Ainz lihat dari atas.

“Ada banyak jejak kaki yang mirip di sini. Kelihatannya sebuah pasukan datang dari sana. Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menyelidiki pasukan ini?”

“....Tidak, mungkin lebih baik melihat dimana pemilik jejak kaki itu menghilang. Kita akan menyelidiki kelompok lain nanti.”

“Dimengerti!”

Aura mulai bergerak lagi. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah bangunan yang menempel di dinding dan kelihatannya memanjang di seluruh kota.

Bangunan itu seperti sebuah bungalow, tapi besar.

“..Seharusnya tidakada orang di dalam, tapi untuk keamanan, aku akan menggunakan magic setelah ini. Mantra-mantra pertahanan musuh mungkin akan aktif dipusatkan kepadaku, jadi siapapun harus menjaga jaraknya.”

Dengan menggunakan magic tipe divinasi (seperti peramalan) memiliki resiko menjadi target serangan balik. Sementara hanya satu diantara mereka yang mungkin benar-benar terbunuh dalam satu kali pukulan oleh serangan balik itu adalah Zenberu, tidak ada alasan yang tidak perlu untuk mengurangi nyawa bawahannya.

“Ainz-sama, perkenankan saya untuk menjaga anda.”

“Eh? Kalau begitu aku datang juga.”

“Tidak, kamu harus tetap di tempat dimana kamu tidak akan terkena dan mengawasi keadaan sekeliling.”

Setelah diprotes oleh Shalltear, Aura melihat dengan memohon ke arah Ainz, tapi kali ini, Ainz memiliki pendapat yang sama dengan Shalltear.

“Memang benar. Kemampuan sensormu adalah yang terbaik diantara kita, Aura. Memang kelihatannya tidak ada, jika benar-benar ada pengepung, mungkin kamu akan berakhir menjadi yang pertama harus dihadapi.”

Setelah mendengar hal itu dari sang tuan, Aura tidak bisa berkata apa-apa lagi. Yang bisa dia lakukan adalah ogah-ogahan mengekspresikan persetujuannya.

Ainz mengeluarkan sensor magic dan mengirimkannya ke dalam bangunan tersebut.

Seperti yang diduga, tidak ada tanda-tanda siapapun yang bersembunyi di dalam, jadi dia mengirimkannya semakin dalam.

Apa fungsi dari bangunan ini sebelumnya? Sebuah counter dan – apakah itu loker-loker? Kelihatannya seperti rumah pemandian, tapi tidak ada pemisah jenis kelamin... apakah ini adalah satu-satunya bangunan Dwarf?”

Saat Ainz mengamati interior beberapa ruangan, dia menemukan sebuah tempat yang kelihatannya seperti sebuah terowongan yang menembus tempat di mana dia dan yang lainnya baru saja lewat barusan.

Jangan-jangan bangunan ini adalah cekpoin atau semacam markas? Mungkin dimaksudkan untuk menghentikan lawan yang datang dari kedalaman terowongan ini. Apakah itu berarti terowongan tersebut menuju suatu tempat lain?

Satu kali pemeriksaan cepat dari interior bangunan itu menunjukkan tidak adanya lawan. Ainz cepat-cepat menyimpulkan keadaan di dalam bangunan tersebut. Lalu membiarkan Aura menuju ke dalam, agar bisa memastikan jika jejak kaki itu berakhir di dalam terowongan tersebut.

Setelah itu, Ainz, Shalltera dan Zenberu mengikuti. Dia meninggalkan magical beast dan undead menunggu di luar untuk berjaga-jaga jika para Hanzo kembali nanti.

Saat mereka mengikuti di belakang Aura, Ainz berbisik kepada Zenberu: “Apa yang kamu tahu tentang bangunan ini?”

“Maaf, Yang Mulia, tapi saya tidak tahu sebanyak itu. Yang saya tahu bangunan besar yang barusan kita lihat tadi – yang ada di depan bangunan dimana kita mendapatkan jejak kaki – kelihatannya digunakan untuk tugas-tugas administrasi. Dan juga, bangunan-bangunan besar lainnya yang kita lihat dari waktu ke waktu digunakan untuk kedai minuman atau toko pandai besi dan semacamnya. Bahkan bagi kepala dwarf – tidak, orang mereka yang bertanggung jawab – tidak tinggal di rumah besar. Saya tidak tahu alasannya,” Zenberu menyimpulkan.

Saat itu, Aura berhenti di pintu masuk terowongan.

“Jejak kaki tersebut datangnya dari sini. Apakah kita akan terus mengikutinya?

Ainz sejenak terhalang dengan pertanyaan Aura, tapi segera berlalu.

“Tidak, tidak usah. Ada tempat lain untuk diselidiki di dalam kota. Tempat ini yang terakhir saja. Dan juga, akan lebih baik ada Hanzo untuk ini.”

Bisa dikatakan terowongan tersebut sangat panjang, mempertimbangkan para Hanzo yang masih tidak kembali.

Setelah mereka kembali ke luar, Ainz merapalkan sebuah mantra [Message] untuk bicara kepada pimpinan Hanzo.

“Ada apa, Hanzo? Apakah kamu sudah menemukan sesuatu?”

Maafkan kami sedalam-dalamnya karena sudah memakan waktu lama. Namun, harap dimengerti; meskipun memakan waktu, akhirnya kami menemukan sebuah jejak keberadaan seseorang.

“Apa? Benarkah? Apakah kamu menemukan bukti tentang menghilangnya para dwarf?”

Ini bukan bukti yang tepat, tapi kelihatannya ada sesuatu – sebuah suara datang dari kedalaman terowongan ini.
Bukan suara yang wajar kelihatannya?”

Memang benar! Itu adalah suara seperti seseorang sedang menggali bijih di dalam tambang. Apa yang harus kami lakukan? Apakah sebaiknya kami melangkah lebi jauh untuk menyelidikinya?

Tidak, lupakan itu. Sebelum kamu melakukannya, bawa kami kesana. Lokasi kami saat ini adalah-

Setelah dipikir-pikir, dia mungkin tidak bisa mendapatkan pesan dengan jelas hanya dengan menggunakan perkataan saja.

“Itu dia, kita akan menggunakan obor sebagai sinyal.”

Mengerti!

Setelah mengakhiri [Message], Ainz mengeluarkan sebuah obor. Obor itu bisa dinyalakan sendiri, dan dia menyerahkan obor itu kepada salah satu undead yang sedang menunggu di dekat sana. Makhluk undead tersebut melambaikannya dari samping ke samping, memberi tanda kepada hanzo, yang lokasinya tidak diketahui.

Tentu saja, ini bukanlah api biasa. Itu adalah artefak yang dijual di dalam toko-toko; memberikan damage dua kali lebih besar dari obor biasa ketika ditempelkan ke tubuh monster-monster seperti slime.

Ini agak sia-sia, tapi Ainz tidak memiliki obor biasa saat ini.

Obor itu kelihatannya mengeluarkan pita merah di dalam pandangan Ainz sebelum para Hanzo akhirnya muncul di depannya.

“Maafkan keterlambatan kami, Master.”

“Tidak usah memakai formalitas, waktu adalah uang. Bawa kami kesana sekarang.”

“Kami mengerti!”

Ainz berkendara di atas magical beast mengejar para ninja yang berlari.

Pada akhirnya, mereka tiba di depan sebuah bangunan seperti yang yang mereka temukan ketika mengikuti jejak kaki. Para hanzo berhenti di sini. Jadi mungkin ini adalah tujuan mereka.

Setelah turun dari binatang buasnya, Ainz mendengarkan penjelasan situasinya dari para Hanzo.

“Ada terowongan rahasia di dalam bangunan ini. Makhluk yang dimaksud berada di dalam terowongan itu.”

“Ainz-sama, ada satu set jejak kaki baru di sini. Kelihatannya tidak keluar dari terowongan tersebut, dan hanya menuju ke dalam. Orang yang membuat jejak kaki ini memakai sepatu, dan dari ukurannya, aku kira tingginya seperti Shalltear. Dan juga, hanya ada satu.”

Ainz mengangguk kepada Aura, yang sedang menatap tanah di depan bangunan tersebut.

“...mari kita coba untuk membuka dialog ramah dengan orang ini. Meskipun mereka menyerang, kalian hanya diperbolehkan mempertahankan diri. Dalam keadaan apapun kita tidak boleh mengambil gerakan pertama. Apakah kalian mengerti? Untuk menghindari pihak lain menjadi waspada, kita akan mencoba Aura bicara kepadanya, lalu-“

Ainz menyentuh wajahnya.

Apakah manusia hanya satu-satunya yang menghindari undead? Atau apakah itu adalah kenyataan di dunia ini?

Bagimanapun juga, bawahannya masih merupakan pimpinan pasukan undead. Oleh karena itu, dia mungkin mungkin akan membuat kesan yang lebih baik dengan memperlihatkan wajahnya dan tidak menyembunyikan identitas.

“Baiklah, Hanzo. Bawa kami ke tempat kamu mendengar suara itu.”

Para hanzo memimpin mereka melalui bangunan tersebut dan masuk ke dalam terowongan.

Atapnya lumayan rendah, jadi pasti itu digali oleh para dwarf. Dwarf di dalam Yggdrasil memang semuanya pendek dalam ukuran tubuh.

Jika mereka menggali terowongan ini, mungkin memang setinggi ini.

Telinga Aura berkedut saat mereka bergerak masuk ke dalam terowongan itu. Itu memastikan akurasi dari laporan Hanzo.

Ainz berusaha mendengarkan, tapi tidak tidak bisa mendapatkan suara yang Aura dengar.

“Apakah itu?... Apakah sudah dekat?”

“Sulit dikatakan. Saya tidak bisa menilai jarak akuratnya karena suara gema.”

“Umu. Jika ini lurus, sebuah arcane eye (mata magic arcane) akan bisa menunjukkan identitas pihak lain...”

Seseorang tanpa pendengaran tajam Aura – yang diterima dari job class atau rasnya – tidak akan mampu mendengarkan apapun karena jarak diantara mereka. Namun, jika mereka semakin dekat, pihak lain mungkin akan mengetahui keberadaan dari proses panjang yang sedang bergerak.

Jika siapapun yang medengar sebuah kelompok tak dikenal mendekati mereka, insting pertama mereka mungkin akan kabur untuk menyelamatkan diri. Tentu saja, dengan Aura di sini itu berarti mereka tidak akan bisa kabur, tapi pihak lain mungkin masih bisa menghindarinya jika mereka bisa [Teleport] atau jika mereka memiliki skill yang membuatnya bisa meleleh ke dalam tanah.

Keputusan yang paling bijak adalah mengirim Aura dan para Hanzo, atau Ainz pergi sendiri, karena dia bisa menjadi tidak kasat mata.

“kalau begitu, kita akan kirimkan orang-orang yang bisa bersembunyi dari titik ini. Aura dan Hanzo, kalian pergi dahulu. Aku akan mengikuti. Shalltear, kamu harusnya menunggu di sini.”

“Jika itu adalah kehendak anda.”

“...Tidak, itu adalah ide yang buruk menunggu di sini?”

Ainz melihat ke arah atap. Kelihatannya seperti bebatuan yang kokoh, tapi tidak ada hal yang absolut.

“Cukup adil. Kembalilah ke bangunan sebelumnya dan tunggu kami kembal... Tidak, jika aku melakukan itu, para Hanzo juga akan.. Aura, apakah kamu kira jejak kakinya mengarah ke sumber suara?”

“Ya, mereka menuju kesana. Orang yang membuat jejak itu mungkin adalah sumber suara tersebut.”

“Ternyata begitu, bisakah kamu menuju kesana denganku?”

Aura mengangguk.

“kalau begitu, kita berdua akan pergi dahulu. Semuanya kecuali Aura dan aku akan menuju bangunan di pintu masuk terowongan ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, terutama munculnya makhluk yang kuat seperti level kita, langsung mundur. Dengan begitu, kita akan membuat jalan kabur sendiri, jadi jangan khawatir. Tujuan dari [Gate] adalah bangunan Aura di dalam hutan.”

“Mengerti! Tapi apakah anda berdua benar-benar baik saja sendirian?”

“Aku tidak yakin. Yah, aku ingin berpikir kami akan baik-baik saja.”

Seseorang bisa mempertimbangkah celah seharian penuh dan tidak akan kemana-mana. Yang bisa Ainz lakukan adalah menerima bahwa dia berkompromi dengan keselamatannya saat mengambil tindakan. Ini adalah sesuatu yang Ainz pelajari baru-baru ini.

Shalltear tidak berkata apapun yang membuatnya ingin berubah pikiran. Atau lebih tepatnya, mungkin saja perintah Ainz tidak meninggalkan protes, jadi yang bisa dia lakukan adalah mematuhinya.

Ainz pergi dengan Aura. Dia masih belum menggunakan magic karena mereka masih agak jauh.

Dua orang itu berjalan tanpa suara untuk sementara, lalu suara itu tiba di telinga Ainz.

“..Kelihatannya siapapun yang melakukan ini berusaha sebaik mungkin untuk meminimalisir suara yang dihasilkan.”

Ainz tidak tahu mengapa topik itu keluar, tapi jika Aura menyebutkannya, maka seharusnya memang benar.

“Apakah itu berarti kita bisa berasumsi pihak lain dalam kewaspadaan tinggi pula?”

“Jadi apakah kita harus mulai dengan menangkap mereka?”

“Hanya jika mereka ingin kabur. Lagipula, jika kontak pertama kita melalui kekerasan, mungkin akan sangat sulit untuk menjalin hubungan pertemanan dengan mereka di masa depan.”

“Saya mengerti. Kalau begitu, biarkan saya pergi daulu dan bicara seperti biasa.”

“Lakukan itu. Kalau begitu, aku akan membuat diriku tidak terlihat – tidak, untuk alasan keamanan, aku akan mengikuti di belakangmu sambil tidak kelihatan, Aura. Jika pihak lain lari, maka kita tidak ada pilihan lain kecuali menangkap mereka.”

41 komentar:

Unknown mengatakan...

pertamax :v

Ainz mengatakan...

Mantap lanjutkan !!!
Disini memang terbaik dan cepat update nya :D

Unknown mengatakan...

Mantab..., ga sia sia nunggu. Ceritanya makin seru. Semangat biar bisa update terus

Unknown mengatakan...

semangat min 💪

Unknown mengatakan...

super.

Unknown mengatakan...

thanks min semangat terus

Unknown mengatakan...

Coment

amsier mengatakan...

Lanjutkan...

Unknown mengatakan...

Sankyu min n smngat :)

Meza34 mengatakan...

makin mantap ceritannya

tonski46_ mengatakan...

penasaran sama hanzo :)

Heru mengatakan...

Halo bro, selamat sore
Saya minta ijin untuk pakai translasi agan di blog saya boleh?
Saya akan cantumkan kredit buat agan translator aslinya, sekaligus bantu promosi situs agan di blog saya, bagaimana?

Salam

Unknown mengatakan...

Wanjir, lanjutkan min :d

Ciggy Shiggy mengatakan...

@Heru : Maaf gan Heru. Translator di sini masih belum memperbolehkan copas content atau isinya. Translator ingin tetap pada niat awal untuk tidak mengkomersilkan hasil terjemahannya dan hanya ingin penggemar Overlord semakin bertambah di dalam negeri. Itulah kenapa di blog ini tidak ada ads atau iklan sama sekali. Untuk membuat PDF sendiri silahkan saja namun sekali lagi filenya jangan dikomersilkan letakkan pada filehost yang tidak berbayar seperti google drive atau hosting milik sendiri. Saya harap bisa dimaklumi karena takutnya translatornya ngambek dan nggak mau neruskan project ini lagi. Terima kasih.

Unknown mengatakan...

Btw ada yang tau vol selanjut ceritain apa ?

Unknown mengatakan...

kelanjutanya chepter 2 part 2 kapan kluar gan.

R mengatakan...

Sabar gan Syaiful Amri, translator juga manusia. XD

Anonim mengatakan...

LANJUTKAN

Unknown mengatakan...

Tetap semangat min....

Unknown mengatakan...

wkwkwk.. okey gan. ane tunggu ya. soalnya ane nyari dimana2 masih zonk. baru di blog agan aja yg ada..hehe
sankyu ya min

Makh mengatakan...

Nanti malem update gak min?

Unknown mengatakan...

Reload" page berhadiah pertamax wkwkwk
Semangat Min

Anonim mengatakan...

Super,

Anonim mengatakan...

Itu ainz da magic . Untuk mliht ingtn msa lalu sesorang miskipun orng itu lpa. Knp nggk pkai ke shaltear. Spya tau spa orng yg mkai world item tu pda shaltear. Tw mnk di sngja ma pnulisny. Di thn buat jdi last chapter tw enemy. Nth. Hihi. Semangat min. N terima kasih

Ramiris mengatakan...

Mantaf

Anonim mengatakan...

@anonim , kan shalltear udah mati, jadi "kemungkinan" ingatannya yg didunia baru ini kereset & waktu dibangkitin cuma ada settingan charanya / ingatan waktu didunia game ny #CMIIW

AdeHaze mengatakan...

aku entah kenapa gemes ngebayangin Shalltear nulis di note nya,

Unknown mengatakan...

Akhurnya petualangan dimuleii

Unknown mengatakan...

SEMANGAT KK!!!

Anda mengatakan...

Thanks min

Brian | Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.11 bab2 bag.1

Anonim mengatakan...

Mantab

Learn to Trade mengatakan...

Terlalu waspada ahh ainz. Title Overlordnya jadi gak berasa.

Anonim mengatakan...

Ainz serasa jdi si jirvnic, waspadanya jdi berlebihan

Unknown mengatakan...

Mantap min lanjut terus

Unknown mengatakan...

Mantap lanjut terus

D mengatakan...

Fufu, tapi aq menyukai sikap rendah hatinya.

D mengatakan...

Wuoo, aq ketarik masuk menyelusuri kota Dwarf yang gelap gulita itu bersama nereka dan merasakan ketegangannya.

Unknown mengatakan...

Overlord kan cuman final form dr skeleton magic caster .. bukan julukan atau tittle khusus. . . Dan di gamenya sendiri ada bnyak player yg lbh kuat dr dia jd wajar klo waspada

Casssie mengatakan...

Arinsuuuu

Kuhaku mengatakan...

Gk tau mau komen apa hehe