True Vampire - Vampir Sejati
Part 4
Shalltear melompat ke depan. Seperti burung yang terbang menembus kegelapan, dia mendarat dengan satu kaki di atas barikade di pintu masuk gua itu. Pelayannya, dua orang vampire bride, pelan-pelan mengikutinya kembali ke pintu masuk.
Shalltear menunjukkan sebuah senyuman ketika melihat targetnya.
Dia melihat sebuah kelompok yang dibentuk erat.
Memimpin di depan adalah tiga orang pria yang kelihatannya adalah warrior. Masing-masing perlengkapan mereka berbeda satu sama lain, tetapi bahkan yang terlihat paling jelek dari kelompok itu memakai armor yang ditempa dengan menumpuk sisik-sisik bersamaan: Scale Armor (Armor Sisik), setiap orang menggenggam sebuah senjata di satu tangan dan membawa perisai di punggungnya.
Di belakang mereka ada seorang warrior wanita berambut merah yang mengenakan armor yang terikat. Di belakang kelompok itu, dilindungi oleh mereka yang ada di belakang, berjalan seorang pria yang memakai pakaian tipis dan memegang tongkat; kelihatannya adalah seorang magic caster. Disampingnya, berjalan beriringan adalah seorang magic caster faith based yang mengenakan pakaian seorang bishop menutupi armornya. Pria itu mengenakan sebuah liontin di sekeliling lehernya dengan bentuk lidah api.
Kelompok yang berjumlah enam orang itu, meskipun terkejut dengan kehadiran Shalltear yang tiba-tiba dari dalam gua, tidak menjadi kebingungan dan mempertahankan kewaspadaan mereka. Itu adalah reaksi yang lahir dari pengalaman mereka.
"Tidaaaaaak buruuuuukk."
Tidak buruk juga membunuh manusia yang selemah tahu, tapi memiliki musuh yang kelihatannya bisa memberikan perlawanan jauh lebih menarik.
Shalltear tersenyum tidak sabar ketika dua mata merah darahnya berkilau dengan harapan.
"Dia berbicara...!"
Sebuah tampang terkejut berkelebat di wajah magic caster, tapi itu hanya sebentar. Setelah ketenangannya langsung kembali.
"Musuh mungkin adalah seorang vampire! Hanya perak dan senjata magic yang efektif. Kemenangan tidak mungkin! Jangan melihat ke matanya!"
Dia meneriakkannya dengan suara lantang dan bisa terdengar di seluruh cekungan.
Dengan hanya meneriakkan informasi yang penting, respon dari anggota yang lain adalah cepat tanggap. Ketiga warrior yang ada di depan mengambil perisai besar dan membuat posisi bertahan. Mereka tidak memandang wajah Shalltear, namun melatih mata mereka untuk memandang dada atau perut. Warrior wanita di belakangnya mengambil masing-masing senjata mereka dan mulai melapisinya. Sebuah bau yang tidak sedap bertiup ke hidung Shalltear.
Perak Alkimia.
Cairan spesial yang dibuat oleh seornag Alchemist; ketika dilapiskan pada senjata, membentuk selaput magic dipermukaan pedang dan memberinya efek yang mirip dengan perak.
Senjata Perak sangat mahal. Bukan hanya itu, mereka lebih cepat rusak daripada senjata yang dibuat dengan besi dan tidak bisa bertahan lama. Itulah kenapa kebanyakan para petualang memilih untuk membeli caira alkimia sebagai gantinya, menggunakannya ketika dibutuhkan saja.
Dengan senjata mereka yang sekarang ditambahkan dengan properti perak, kelompok itu mulai mundur.
Bahkan cara mereka mundur sangat menakjubkan. Seluruh kelompok bergerak bersama-sama, gerakan mereka sangat teratur dan sinkron.
"Tuanku, Dewa Api--:"
"Percuma! Fokuskan pada magic pertahanan!"
Setelah menghentikan bishop itu menggunakan liontinnya, magic caster tersebut mulai fokus merapalkan mantranya ke depan kelompok. Uskup itu juga mengikuti dan mulai merapal nyanyiannya.
Meskipun berbeda kelas, pada umumnya, bishop menggunakan kekuatan Dewa untuk menekan, menghancurkan dan mendominasi makhluk seperti angel dan demon. Namun, itu adalah metode yang hanya efektif pada musuh yang menggunakan energi magic yang jauh lebih rendah daripada yang merapalkannya. Dengan kata lain, baru saja bishop itu mencoba untuk merapal mantra untuk menekan undead. Magic caster langsung memahami perbedaan kekuatan antara monster dan bishop itu, dan bilang padanya untuk tidak membuat energi dan menggunakannya untuk sesuatu yang lebih efektif sebagai gantinya.
Setelah mengetahui pemimpin mereka dari aliran di dalam kelompok, Shalltear memutuskan untuk mengikuti perintah dan menangkap mereka. Tapi hatinya masih diselubungi dengan hasrat untuk membantai, untuk melihat lebih banyak darah.
Dia ingin membunuh, menghancurkan mereka di bawah kakinya, untuk merobek anggota tubuh mereka, untuk menyiram dirinya dengan darah. Dia tidak tahan itu. Nafasnya menjadi tidak teratur dan mulutnya mulai berbusa.
[Anti Evil Protection]
[Lesser Mind Protection]
Satu demi satu, dua orang magic caster itu mengaktifkan mantra bertahan kepada warrior di depannya.
Shalltear, yang sudah kehilangan kesabaran karena gembira, meskipun sedikit, merasakan sesuatu yang mirip dengan kekaguman. Meskipun itu adalah yang paling dasar -- level 1, mantra yang mereka gunakan adalah yang paling cocok dengan situasi ini. Mereka berbeda dari tentara bayaran yang menyerang dengan sembrono, dari warrior bodoh yang bahkan tidak bisa menggunakan martial art dan menyerang sendirian.
Meskipun begitu, pada akhirnya itu adalah usaha yang percuma, begitulah: sia-sia. Melawan perbedaan kekuata yang sangat besar, semua itu tidak ada artinya.
Menghadapi perlawanan yang lucu itu, sedikit pertahanan diri yang membuat Shalltear masih di ujung kesadaran telah terpotong.
"Tidak lagi... Aku tak biiiiisaaaa! Aku tak biiiisaaaa menuuungguuuu laaagiiii!"
Dengan sebuah suara yang tali kekangnya sudah terpotong, Shalltear menggerakkan kakinya.
Itu adalah langkah yang sangat amat ringan. Tapi bagi mereka yang melihatnya, itu terlihat lebih cepat daripada badai. Seperti itu, tangannya menusuk ke depan.
Menembus perisai, menghancurkan armor, mengabaikan pelindung magic, membelah kulit, daging dan tulang; tangan yang di kelilingi oleh jantung yang berdetak dan dalam sekejap - mengoyaknya keluar. Mengabaikan figur warrior yang roboh, Shalltear menunjukkan sebongkah daging yang berwarna merah dan berubah-ubah kepada kelompok itu untuk dilihat. Wanita Warrior tersebut mengeluarkan jeritan kecil, dan wajah bishop seakan menatap sesuatu yang sangat dibenci.
Senang mendapatkan reaksi yang dia inginkan, Shalltear tertawa kecil karena gembira dan melepaskan magic miliknya.
[Animate Dead]
Warrior yang telah kehilangan jantungnya pelan-pelan berdiri. Dia telah menjadi zombie, monster undead kelas terendah. Namun, tidak berhenti disana.
Shalltear menjilat jantung di tangannya dan menaruhnya ke dalam bola yang sedang melayang di atas kepalanya. Ketika dia menariknya kembali, sebagai gantinya adalah sekumpulan darah yang berdenyut- seakan meniru tampilan dari jantung sebelumnya. Dia melemparkan segumpal darah itu ada zombie.
Seperti serangga, gumpalan itu berubah dan berputar, masuk ke dalam tubuh zombie. Degup. Dalam sekejap, tubuh itu gemetar. Setelah beberapa ldakan, zombie itu pelan-pelan mulai berubah.
Seakan seluruh cairan di tubuhnya mengering, kulitnya berubah kering dan retak. Kukunya memanjang beberapa kali, dan taring yang tajam terbentuk di giginya. Undead yang berdiri tidak lagi seorang zombie.
Melihat kelahiran dari vampire rendahan, suara terkejut dari para petualang terdengar bersamaan.
"Tidak mungkin! Aku tak pernah mendengar vampire yang bisa dengan mudah merapal mantra level tinggi seperti itu!"
"Kamu sedang melihat salah satunya sekarang! Tenangkan kepalamu!"
"Tapi!"
"Mundur juga tidak mungkin! Kita harus bertarung!"
"Mengerti!"
Saat bishop itu menjadi kacau, seorang warrior mengangkat senjatanya dan maju menyerang Shalltear. Warrior yang tersisa menyerang vampire rendahan, yang dulu adalah sekutunya.
"Tuhanku, Dewa Api. Hancurkan makhluk keji di depanmu!"
Sebuah kekuatan suci yang tidak terlihat bersinar dari liontin bishop di seluruh penjuru. Tak perlu dikatakan lagi, Shalltear benar-benar tidak terpengaruh.
"Ahahahahaha!"
Salah seorang pedang warrior menusuk menembus vampire rendahan. Gerakannya menjadi lamban akibat energi suci bishop itu. Karena dia belum berubah secara penuh, masih sebagian berupa zombie dan itulah kenapa serangan bishop tersebut terbukti efektif. Meskipun mengetahui ini, faktanya bahwa makhluk miliknya kalah dari kekuatan dewa yang sepele sudah cukup mengyinggung Shalltear.
Sambil menahan pedang yang datang ke arahnya dengan jari kelingkingnya, Shalltear menatap tidak senang kepada bishop yang berdiri di belakang kelompok.
"Muuuuuuuunnndduuuuuuurrr!"
Dia dengan malasnya menjentikkan jari tangan kanannya. Gerakan sederhana itu menyabet leher warrior dan akhirnya dia roboh, darah mengucur dari lukanya.
"[Lesser Strength Increase]"
Mantra yang kuat diaktifkan kepada warrior terakhir. Vampire rendahan yang gerakannya menjadi lamban melawan warrior itu ditambahi magic yang kuat. Gelombang pertempuran antara mereka sekarang sedikit berubah lebih unggul warrior itu.
Kelihatannya mereka sedang menikmatinya jadi tidak sopan jika aku sela. Lagipula masih banyak tersisa untuk diburu.
Dengan rasa haus darah yang masih berkobar, Shalltear memikirkan hal itu di kepalanya dan memilih menatap bishop.
Seakan ingin menghadang penglihatannya, warrior wanita itu berdiri di depannya, dengan senjata besi.
Hampir terlihat manis. Meskipun jelas terlihat ketakutan, penampilannya yang kuat saat dia menggenggam pedang - itu seperti perlawanan yang menyedihkan dari seekor binatang kecil. Shalltear merasa perut bawahnya bertambah panas saat dia menjadi terpesona dalam kesenangannya pada tubuh.
Suara apa yang akan dia keluarkan jika aku gigit jari-jarinya? Seharusnya aku potong telinganya dan memberinya makanan dengan itu. Tidak, sebelum melakukan apapun, aku akan meminum darahnya. Lagipula ini adalah mangsa wanita pertama sejak aku bepergian keluar.
"Pencuci muluuuuuut, ditemukaaaaaan"
Setelah mengumumkannya seperti itu dengan mulut yang menganga lebar, dia melompat.
Shalltear dengan mudahnya melompat melewati wanita itu, dan mendarat langsung di depan bishop dan magic caster.
Sebelum bishop tersebut bisa bergerak, Shalltear dengan lembut menggenggam tangannya yang digunakan untuk memegang lionting dan menghancurkannya. Menjadi pipih akibat cengkraman yang sangat kuat, tulang-tulang di tangannya benar-benar hancur. Tak punya tempat lain untuk keluar, kulit dan dagingnya meloncat keluar dari telapak tangan Shalltear.
"GAAAAAAAAHHH!!"
Puas dengan jeritan bishop, Shalltear dengan lembut memberinya sebuah hadiah; dia melepaskannya dari rasa luka.
Dengan sebuah ayunan tangan, darah muncrat dari leher tanpa kepala bishop itu. Shalltear mengangguk gembira saat dia melihat darah yang dihisap ke dalam bola di atas kepalanya.
Tiba-tiba, sebuah pedang menyela pemandangan, menembus Shalltear dari belakang. Tapi seperti pohon raksasa, dia tidak bergeming. Seakan pedang yang keluar dari dadanya hanyalah gangguan remeh.
"Tidak mungkin... ini tidak berhasil! Meskipun ini adalah perak?!"
Melihat Shalltear yang tidak terganggu oleh pedang yang jelas-jelas menembus dadanya - tepat pada jantung, wanita itu menjerit.
Semenit yang lalu, warrior wanita itu tidak memiliki senjata perak. Dia pasti mengambil senjata warrior yang tewas itu sebagai gantinya.
Informasi yang diteriakkan oleh magic caster itu tidak salah, namun, itu juga tidak seluruhnya benar pula. Sebuah senjata perak sendiri percuma melawan Shalltear. Meskipun ditempat dengan silver, dia harus ditambahkan dengan magic yang kuat, atau dibuat dari logam yang spesial. Mengabaikan wanita di belakangnya, Shalltear menatap magic caster yang masih terkejut. Mulutnya bergerak cepat.
"[Magic Arrow]"
Setelah magic diaktifkan, dua buah anak panah cahaya meluncur menuju Shalltear dan -- hilang dalam sekejap.
Skill Shalltear - Menetralkan Magic telah aktif. Memang tidak sempurna, dan bisa ditekan oleh mereka yang memiliki magic yang luar biasa kuat. Tapi dengan perbedaan yang jauh dalam kekuatan seperti ini, mantra itu bisa dengan mudah dinetralkan.
Dengan kata lain, itu artinya magic caster itu tidak memiliki satupun cara untuk melawan Shalltear.
"Memboooooosaaaaankaaaannn"
Kehilangan rasa tertarik, Shalltear mengayunkan tangannya dan memenggal kepalanya seketika itu juga.
Memutar pandangannya, vampire bawahan dan warrior itu masih berkutat dalam pertarungan yang panas.
Shalltear mengulurkan tangannya untuk meraih dua kepala di tanah. Menggenggam keduanya pada rambut, dia mengeluarkan ekspresi bosan saat dia melemparkan keduanya ke arah mereka yang sedang bertarung. Sebuah benda yang beratnya sekitar enam kilogram, dilempar dengan kecepatan yang menakutkan, hasilnya jelas sekali. Keduanya roboh ke tanah.
Shalltear yang sementara itu mengabaikan wanita tersebut, warrior wanita - pencucui mulut yang tidak berhenti menebas dan menusuk tubuh Shalltear.
Tapi percuma.
Melawan Shalltear, yang bahkan tidak merasa geli, jangankan perih dari serangannya, itu adalah tindakan yang sia-sia. Satu-satunya hal yang dia lakukan adalah membuat gaunnya penuh dengan lubang. Tapi meskipun begitu, karena baju yang dia kenakan adalah kualitas magic, langsung membetulkan diri selama Shalltear sendiri masih baik-baik saja.
"Kalaaaau begittuuuuuuu! Pencuciiiii muluuuuuttt! Waktunya makaaaaannn!"
Sebuah tawa seperti anak-anak yang menyimpan makanan favoritnya untuk terakhir - meskipun begitu, terlihat menjijikkan, dan terdengar kejam. Shalltear berputar mengarah ke wanita yang menyerang punggungnya dan saling bertatap.
Saat pandangannya bertemu dengan mata merah darah Shalltear, warrior wanita itu menyadari bahwa dia adalah yang terakhir tersisa. Dengan mata berkaca-kaca, dia mengambil langkah mundur, lagi dan lagi. Lalu, dia berusaha mencari-cari sesuatu dari kantung di pinggangnya, mencari sesuatu.
Dunianya telah diwarnai dengan merah, Shalltear menatap usaha wanita itu dengan ekspresi santai. Dia merasa sedikit ingin tahu atas apa yang wanita itu coba lakukan.
Dia dengan cepat mengeluarkan sebuah botol dan melemparnya.
Shalltear menatap botol yang berputar di udara dan menyeringai.
Meskipun wanita itu melemparkannya dengan seluruh kekuatannya, dalam mata Shalltear, itu terlalu pelan. Sangat mudah dihindari. Namun, sikap arogan yang kuat tidak memperbolehkannya. Dan dengan begitu, Shalltear ingin melihat; ekspresi wajah wanita itu untuk terakhir kalinya, senjata rahasinya dihancurkan.
Hasrat untuk membunuh sudah sangat kuat.
Tapi Shalltear menahan diri. Semakin lama dia menunggu, semakin besar kebahagiannya yang akan dia rasakan nantinya.
Saat Shalltear melihat botol yang terlempar kepadanya, diapun bengong.
Holy Water (Air Suci)? Ataukah api cair, percuma saja. Perlawanan yang sia-sia seperti itu. Seperti yang kuduga, aku akan pelan-pelan meminum darahnya dahulu, cukup agar dia tidak mati. Jika dia seorang perawan, tidak apa jika aku meminumnya hingga dia mati. Jika tidak, aku akan bermain dengannya sedikit, lebih baik tanpa harus menumpahkan darahnya.
Setelah memutuskan, Shalltear dengan malas menghancurkan botol itu dengan satu tangan. Benturanyang disebabkan cairan merah itu keluar dari mulut botol, tertumpah ke kulitnya.
Dan lalu - sedikit rasa sakit.
Di dalam kepala Shalltear tiba-tiba berubah menjadi putih. Haus darah yang sebelumnya mengamuk di dalam tubuhnya tidak lagi ditemukan.
Dia menatap sumber sakitnya dengan tatapan kosong; tangan yang menahan botol itu. Dari tempat cairan itu menyentuhnya, sebuah bau yang kuat keluar, bersama dengan asap yang kecil.
Shalltear merubah tatapannya ke tanah. Botol yang tergeletak di tanah dengan tutupnya yang terbuka, mengeluarkan aroma aromatik. Itu adalah bau yang sangat dia ketahui.
Itu adalah botol potion yang banyak digunakan di Nazarick.
Cairan itu sendiri kelihatannya adalah Potion Healing Minor. Undead akan terluka oleh item untuk menyembuhkan. Itulah alasan mengapa kulit Shalltear sedikit meleleh.
"Tidak mungkin!"
Suara orang marah kelihatannya mengguncang udara.
"Bawa wanita itu kepadaku hidup-hidup!"
Merespon perintahnya, vampire bride yang sedang berdiri di samping sampai sekarang akhirnya bergerak. Sementara Shalltear sedang berpikir dalam-dalam, wanita itu menggunakan kesempatan itu untuk berputar dan kabur. Dua orang vampire cepat-cepat menutup jarak dan menggenggam lengannya dari kedua sisi.
Meskipun si wanita berusaha keras, perbedaan kekuatan antara seorang manusia dan vampire sangat berbeda. Dengan mudahnya, dia diseret di depan Shalltear.
"Lihat mataku!"
Shalltear menyentuh dagu wanita itu dan memaksa matanya untuk melihat mata Shalltear. Tak perlu dikatakan lagi, Shalltear menahan kekuatannya, jika tidak dia pasti tidak sengaja merobek dagunya dan berakhir pada situasi yang memalukan. Meskipun Shalltear tahu bagaimana menggunakan magic faith based, sebagai seorang undead, dia tidak bisa menggunakan mantra healing biasa.
Dipaksa untuk melihat, mata wanita itu segera buram, dan tampang ketakutan pada wajahnya digantikan dengan ekspresi bersahabat. Itu adalah efek dari mantra charming [Demon Eyes of Attraction]. Merasa bahwa dia sudah dibawah pengaruh mantra, Shalltear melepaskan genggaman tangannya pada wanita warrior itu.
Dia memiliki beberapa pertanyaan untuknya.
Tapi hanya ada satu yang dia butuhkan untuk ditanyakan sebelum hal lainnya.
Shalltear mengambil botol potion yang terjatuh ke tanah dan menggenggamnya di depan wanita warrior itu.
"Darimana kamu mendapatkan potion ini? Dari siapa, dimana!"
"Di dalam kedai, seorang pria dalam balutan armor hitam memberikannya padaku."
Mendengar kalimat yang diucapkan seakan itu tidak penting, seluruh tubuh Shalltear berubah membeku.
"..Tunggu...Tidak, itu tidak mungkin....tapi..yang mana... kota yang mana?"
"Kedai di kota E-Rantel."
Shalltear terkejut, seakan dunia terguncang. Pria dalam armor hitam; itu karena dia merasa tahu siapa yang dimaksud oleh wanita ini.
Jika itu persoalannya, masalah yang lebih besar adalah, apa alasannya wanita ini bisa memiliki potion tersebut. Sulit dibayangkan jika dia hanya memberinya tanpa alasan.
"Tidak mungkin..."
Apakah dia juga memberikan beberapa instruksi yang tidak diketahui kepada wanita ini? Atau mungkin dia memberinya potion untuk membentuk sebuah koneksi, atau mungkin untuk memperkuat hubungan pertemanan mereka.
Tampilan berwibawa dari Ainz Ooal Gown, Penguasa mutlak dari Great Tomb of Nazarick, muncul di pikirannya, kemungkinan bahwa dia mengacaukan rencana yang dia buat terbakar di hatinya.
"Mengapa kamu kemari?! Apa tujuanmu!"
Shalltear tidak lagi menggunakan pura-pura lembut dengan ucapannya. Setelah dia sadar bahwa memperoleh informasi sebanyak mungkin menjadi prioritas utamanya, Shalltear menatap wanita itu dengan mata merah, dengan perasaan yang berbeda seluruhnya dari sebelum ini.
TL Note : Shalltear biasanya berbicara seperti Geisha dengan memakai tutur kata yang halus. Disini dia sudah tidak menggunakan tutur kata yang halus lagi.
"Ya. Tujuan utama kami adalah untuk berpatroli di jalan ini. Tapi ketika kami mendengar informasi bahwa persembunyian bandit berada di dekat sini, kami datang untuk menyelidikinya. Karena kelihatannya ada sesuatu yang terjadi, kami membagi tim menjadi dua dan kemari untuk melakukan misi pengintaian."
"Kalian membagi tim menjadi dua?"
"Ya, karena kami tidak tahu berapa banyak bandit disini, pekerjaan kami adalah untuk mengumpulkan perhatian mereka dan memancing mereka ke dalam jebakan yang telah disiapkan oleh lainnya."
"Jadi ada tim yang lain."
Memikirkan bahwa ada gangguan lain yang muncul, Shalltear mengeluarkan bunyi klik pada lidahnya.
"Jadi, berapa banyak jumlahmu?"
"Termasuk saya, mereka yang kemari ada tujuh, dan--"
"Apa? Tunggu, tujuh? Bukan enam?"
Tatapan Shalltear berpindah ke arah mayat-mayat yang ada di tanah. Tiga Warrior, Satu Bishop, Satu Magic Caster dan wanita ini; jumlahnya tidak cukup.
Berhadapan dengan mata yang dipenuhi dengan pertanyaan, warrior wanita itu merespon dengan santai.
"Ya. Jika keadaan darurat, kami memiliki ranger yang akan kembali ke E-Rantel untuk meminta bala bantuan."
"Apa...?"
Suara Magic Caster yang sebelumnya memang aneh. Benar sekali, suaranya cukup keras sehingga seluruh cekungan bisa terdengar.
"Kuh!"
Mata Shalltear melebar saat dia melompat keluar dari cekungan dengan kecepatan yang lebih cepat daripada angin. Meskipun dia telah memanjat hingga puncak dan memindai keadaan sekelilingnya, bahkan matanya yang bisa melihat di kegelapan itu tidak bisa menembus pohon-pohon yang ada. Meskipun dia memfokuskan telinganya, suara yang hanya bisa dia dengarkan adalah gesekan antara dedaunan yang disebabkan oleh angin.
Shalltear tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi atau magic untuk mencari. Dalam situasi ini, mencari seorang manusia di hutan ini adalah tidak mungkin.
"Sialan!"
Dia berteriak marah.
Dia kehilangan mereka. Jujur saja, itu karena dia yang terlalu santai. Dengan ini - jumlahnya jadi dua. Dia menggeretakkan gigi-giginya.
"Datanglah, saudaraku!"
Di bawah kaki Shalltear, bayangannya mengeliat, dan beberapa serigala menonjol ke depan. Tidak usah dikatakan, serigala ini bukanlah serigala biasa. Bulu gelap mereka sehitam langit malam, dan mata merah mereka berkilauan dengan sifat licik dan kejam.
Monster level 7, Vampire Wolf.
Meskipun Shalltear bisa memanggil banyak monster dengan kemampuannya [Raise Kin], hanya serigala-serigala ini yang bisa melacak musuh.
"Ikuti dia. Bunuh setiap manusia di hutan ini!"
Sebuah raungan seperti perintah, sepuluh serigala vampir berlarian bersama ke dalam hutan.
Meskipun ketika Shalltear melihatnya dari belakang, dia merasa bahwa kesempatan sukses mereka sangat rendah. Sebuah gambaran Aura melayang di benaknya. Mungkin saja dia memang tidak berada di level yang sama, seorang ranger mungkin akan memiliki beberapa trik tersembunyi ketika digunakan untuk melacak jejak.
Dengan kata lain, perlu diasumsikan bahwa pria itu sudah kabur dan dia perlu memikirkan langkah selanjutnya. Shalltear segera kembali ke tempatnya semula dan bertanya kepada warrior wanita, seakan dia akan menyerangnya.
"Pertama, apakah ada orang selain dirimu yang menerima potion dari pria dalam armor hitam?"
"Tidak, tak ada."
"Okay! Lalu pertanyaan selanjutnya. Apakah ada kemungkinan bahwa ranger itu akan bergabung dengan tim yang tersisa?"
"Tidak. Di dalam situasi dimana tim kami akan menghadapi kemungkinan terbesar dihancurkan, tugasnya adalah mengabaikan tim dan kembali ke kota. Ini adalah jalan dengan kemungkin terbesar keselamatan kami."
Itu adalah persiapan yang mempertimbangkan baik kemungkinan kalah dan melihat keadaan sekeliling mereka. Karena hal ini, akan berlebihan jika dikatakan bahwa Shalltear sudah terpojok. Menyadari ini, dia terbakar kemarahan.
"Manusia lemah, selalu memiliki trik-trik licik-. Jika aku mendapatkan izin untuk menaklukkan rasmu, aku akan memastikan kalian diperlakukan seperti ulat sesuai dengan kalian!"
Terbakar amarah tidak merubah kenyataan situasi sekarang ini.
Sudah hampir pasti bahwa keberadaan vampire akan diberitahukan ke kota.
Memang tidak diketahui apakah ranger yang lari bisa melihat bagaimana mukanya. Ini adalah tengah malam, dan juga di sudut cekungan. Susah sekali membayangkan penglihatan manusia akan mampu untuk mengetahui penampilannya di bawah kondisi semacam iut.
Namun begitu -
"Sialan!"
Meneriakkan sumpah serapah, Shalltear jatuh kedalam lamunan.
Perintahnya dari Ainz--
Targetmu kali ini adalah kriminal-kriminal. Tipe orang yang tidak merugikan siapapun jika mereka lenyap.
Jika ada dari bandit yang kamu temui mampu menggunakan martial arts skill atau magic, kamu harus menangkap mereka bagaimanapun caranya, meskipun kamu harus menghisap darah mereka dan memperbudaknya. Jika kamu menemukan kriminal apapun yang punya informasi tentang urusan dunia atau perang, mereka juga, kamu harus tangkap. Dan juga, jangan membuat kegaduhan. Jika gerakan Nazarick diketahui, ada kemungkinan bahwa itu akan mengganggu rencana kita di masa depan.
-- adalah seperti itu.
Lalu dia sudah menerabas banyak arahannya.
Shalltear menekan hasrat untuk mencakar rambutnya.
"Masih okay, masih okay, masih okay."
Dia mengulang kalimat itu, seakan mau menghipnotis dirinya sendiri.
Meskipun informasi tentang keberadaan vampire tersebar di kota, nama atau apapun yang menyangkut Nazarick kemungkinan tidak termasuk di dalamnya.
Sekali lagi, Shalltear jatuh kedalam pusaran lamunan.
Masalah selanjutnya adalah, dengan asumsi sama seperti sebelumnya, bagaimana menghadapi wanita ini.
Meskipun dia terkena mantra charm, ingatannya tidak akan sepenuhnya hilang. Pilihan yang paling aman adalah membunuhnya. Masalahnya dengan metode seperti itu adalah dia tidak tahu maksud dari tuannya yang memberikan potion itu kepada wanita tersebut.
Jika dia memberinya dengan sebuah tujuan di angan, maka membunuhnya disini akan membuat masalah bagi tuannya. Itu sangat berbahaya.
Jika dia membiarkannya kembali hidup-hidup, yang lainnya akan bertanya mengapa hanya dia yang diampuni. Lalu, seluruh informasi - terutama penampilan Shalltear, akan terbongkar. Sementara mungkin itu tidak akan mengakibatkan masalah yang terlalu besar saat ini, belum diketaui apa yang akan terjadi di masa depan.
Cara terbaik adalah menghubungi tuannya, tapi Shalltear tidak tahu bagaimana menggunakan mantra [Message].
Lalu apa yang seharusnya dia lakukan sekarang --.
"Ahhhh... aku pasti akan diomeli oleh Ainz-sama...."
Bergumam dengan suara yang cukup lirih sehingga tidak ada yang mendengar, Shalltear memegang kepala dengan kedua tangannya.
"Jika saja aku tidak memiliki Blood Frenzy... Tidak, itu berarti kurang ajar terhadap penciptaku, Peroroncino-sama. Jika saja aku bisa menekannya...."
Sudah telat untuk menyesalinya. Tak perduli bagaimana dia akan menangani warrior wanita itu -- itu tidak masalah sekarang, sebuah omelan sudah tidak terelakkan. Satu-satunya hal yang tersisa adalah memutuskan cara terbaik untuk meminimalisir kerusakan.
'lebih buruk' daripada 'paling buruk'.
Shalltear memikirkannya berulang-ulang, mengampuninya akan membuat opsi lebih banyak. Membunuhnya tidak akan bisa dikembalikan, tapi jika dia membiarkannya pergi, maka ada yang bisa dilakukan dengan itu.
Shalltear sudah memutuskan, salah jika mengatakan dia sedang membohongi diri.
"Namamu?"
"Brita"
"Okay... aku takkan melupakannya!"
Shalltear menjauh dari wanita yang bernama Brita itu. Dia lalu memanggil dua orang pelayannya, vampire bride.
"Kita akan mengumpulkan semuanya disini dan mundur."
Dia khawatir apakah ada cukup banyak waktu untuk menjarah. Namun dia harus mempertaruhkannya agar yang lainnya mudah dibohongi bahwa ini adalah serangan pencurian. Karena dia sudah gagal, setidaknya yang bisa dia lakukan adalah menyebarkan informasi palsu.
"Shalltear-sama, bagaimana kita harus menangani wanita ini?"
Shalltear memberikan tatapan lurus pada wanita yang berdiri di jarak yang agak jauh.
"Biarkan dia seperti itu."
"Tidak, maksudku wanita yang lain."
"..Apa? wanita lain apa?"
"Ya, Shalltear-sama. Kami memeriksa ke dalam gua untuk menemukan yang selamat dan menemukan beberapa wanita yang kelihatannya digunakan untuk melepaskan nafsu mereka. Bagaimana anda ingin kami menangani mereka?"
Shalltear mengerutkan dahi.
Apa.
Shalltear, berputar dan melihat lagi.
Karena mereka tidak melihat wajahku, tidak apa membiarkan mereka. Tapi apakah itu adalah tindakan yang benar? Menjengkelkan apakah aku seharusnya membunuh mereka? Tidak, kalau begitu aku akan dicurigai mengapa aku tidak membunuh Brita pula.
Tidak mampu memutuskan yang mana yang lebih baik, Shalltear memegang kepalanya.
"Apa yang harus kami--"
"Haaaaa? Bagaiana aku tahu!"
Mengapa kamu harus menanyakan hal seperti itu kepadaku, dasar bodoh.
Wajahnya sudah berkata banyak. Jika dia tidak tahu, dia bisa disebut bodoh jika sudah begitu. Tapi dengan sadar mengabaikannya setelah diberitahu adalah tindakan pengkhianatan yang jelas terhadap tuannya.
"Sudah cukup, aku tidak tahu! aku tidak tahu! Biarkan mereka disini! Taruh Brita bersama dengan wanita-wanita itu!"
"Apakah itu tidak apa?"
"Okay atau entahlah, aku tidak tahu, sialan! Diamlah sebentar!"
"Maafkan saya, Shalltear-sama."
"Kita pergi! Ayo bergerak!
Vampire-vampire itu menundukkan kepala dan mulai melakukan perintahnya. Sementara itu, Shalltear pelan-pelan menarik kepalanya sambil jongkok.
"...Aku akan diomeli.., apa yang seharusnya aku lakukan... tapi ..... huh?"
Shalltear mengangkat wajahnya dan matanya memandang ke arah hutan dimana serigala-serigala vampire menghilang.
"...Mereka menemukan sesuatu?"
Dia merasakan serigala-serigala itu menghilang dalam sekejap. Mereka tidak dikembalikan dengan magic, namun, dibunuh oleh seseorang.
"Lemparkan wanita itu dengan yang lainnya dan ikuti! Aku akan meninggalkan tanda di belakang!"
Keputusannya sudah bulat. Setelah meneriakkan ucapan itu. Shalltear berlari dengan kecepatan seakan membelah angin.
Meskipun dia terhalang oleh hutan, bahkan seorang manusia yang menunggang kuda takkan bisa berjalan seperti Shalltear sekarang ini.
Setelah menghabiskan hutan dalam sekali nafas, Shalltear berlari ke arah dimana dia merasakan serigala-serigalanya terakhir berada.
Di lokasi itu ada dua belas manusia.
Masing-masing dari mereka memiliki perlengkapan yang berbeda.
Perlengkapan mereka tidak biasa tampilannya, dan memiliki tampilan yang unik. Untuk perbandingan, mereka mirip dengan apa yang dikenakan oleh Shalltear. Mereka memancarkan kekuatan yang besar. Tak usah dikatakan, karena Shalltear tidak memiliki kemampuan apapun untuk mengidentifikasi item magic, itu semua hanya berdasarkan intuisinya saja. Namun, senjata mereka membuatnya teringat seperti item kelas legendaris rasanya.
Shalltear terbakar dengan pertanyaan pada siapa orang-orang ini. Dua orang pria dan wanita yang memiliki aura yang jauh berbeda dari manusia-manusia yang pernah dia hadapi hingga kini di dunia ini. Perbedaannya seperti tikus dan singa.
Sementara mata Shalltear bergerak dari satu orang ke yang lain, tatapannya berhenti pada pria tertentu.
Yang itu.. apakah dia kuat?
Meskipun Shalltear yang terkejut ingin mengukur seberapa kuat dia, dia bukanlah kelas warrior dan tidak bisa mendapatkan akurasi kekuatannya. Hanya saja bahwa tidak hanya dia lebih kuat dari dua vampire bride miliknya, tapi bahkan di atas Pleiades Solution.
Shalltear mengamatinya.
Dia menggambarkannya sebagai seorang pria karena equipment miliknya, tapi wajahnya androgynous (mirip pria mirip wanita).
Apakah memanggilnya pria atau wanita, dia tidak jelas. Pendek dengan wajah masih muda, mungkin di tengah pertumbuhan- hanya membuatnya semakin sulit diputuskan.
Rambutnya yang hitam legam cukup panjang hingga menyentuh tanah. Matanya yang taja, seperti ruby memiliki isyarat waspada ketika menatap Shalltear. Dengan tombaknya yang terlihat biasa, tidak seperti armornya, pria itu maju menyerang Shalltear.
"--Gunakan."
Sebuah suara seperti dinginnya danau; mendengar perintahnya, gemuruh keributan menjalar kepada mereka yang ada di dekatnya. Shalltear tidak mengerti apa artinya, hanya saja dia memerintahkan mereka menggunakan item yang memiliki kekuatan besar. Mungkin setara dengan kekuatan item kelas divine milik Shalltear.
Meskipun manusia-manusia itu mengikuti suaranya dan mulai bergerak, Shalltear benar-benar mengabaikan mereka. Dia hanya waspada terhadap satu orang dan yang lainnya tidak seberapa menimbulkan ancaman besar.
Di tengah gerakan mereka ada seorang wanita yang berpakaian aneh.
Kelihatanya seperti baju terusan dengan belahan panjang di samping dan kerah bundar. Berwarna putih keperakan, dengan gambar lima cakar naga yang naik ke langit disulam dengan benang emas.
Dalam dunia Ainz, itu sesuatu yang disebut dengan Cheongsam.
Namun, wajah wanita dalam gaun itu keriput karena usia. Kakinya yang terbuka seperti burdock (semacam rumput) atau kentang. Baju itu tidak cocok dengan penampilannya. Sampai-sampai seseorang akan memicingkan matanya jika melihat itu; Shalltear pun sama.
Tapi itu adalah perasaan aneh yang kecil dan terakhir.
Semuanya bisa berubah dengan tindakan terkecil.
Jika Ainz tidak menangkap Nigan, jika Ainz tidak melawan magic informasi dari Slane Theocracy dengan kuat, jika Theocracy tidak membuat kesalahan mempercayai bahwa 'Raja Naga dari bencana telah hidup kembali', jika saja Shalltear tidak teralihkan - semuanya akan berubah. Namun, faktanya bahwa terlalu banyak jika yang saling berbenturan, dengan kata lain, itu artinya ini tidak bisa dihindari.
Nama dari gaun itu adalah 'Bewitching Calamity' (Bencana yang mempesona), Kei Seke Koku.
Sebuah item yang ditinggalkan oleh dewa yang menyelamatkan umat manusia, subyek sesembahan mereka. Dia memiliki kekuatan yang bahkan tidak dimiliki oleh Shalltear.
-gemetar
Meskipun sebagai Guardian Floor dengan level tertinggi dari Great Tomb of Nazarick, tubuh Shalltear gemetar. Itu adalah sebuah peringatan, hampir seperti indra keenam.
Dengan instingnya yang menyala, Shalltear menolehkan matanya dan terpaku pada wanita tua itu.
Ini adalah manusia yang harus dia bunuh, tak perduli bagaimanapun caranya.
Menyadari kesadaran ini, Shalltear mulai bergerak menuju dia. Pria denga tombak itu menghalanginya.
"Minggir!"
Shalltear menghajarnya dengan sungguh-sungguh. Tubuh seorang manusia yang lemah akan hancur berkeping-keping, tapi pria itu hanya terlempar dan tidak tewas. Bukan hanya itu, dia masih memiliki semangat bertempur.
Shalltear berkonsentrasi pada wanita tua itu sebagai titik fokal dan merapalkan mantranya.
"[Mass Hold Species]"
(Menahan spesies besar-besaran)
Banyak dari mereka yang gerakannya terhenti. Alasan mengapa dia mengikat mereka karena dia menganggap mereka sudah lebih dari cukup untuk menembus kesalahan sebelumnya.
Saat pemikiran itu tembus melewati ingatannya, jantung Shalltear menjadi tumpang tindih dengan warna putih.
Sebagian ingatannya berguguran. Dia tidak tahu apa itu. Dan ketika kejadian yang sebenarnya membuatnya tersadar, rasa terkejut yang luar biasa terjadi padanya, bahkan Shalltear yang undead gemetar ketakutan.
Mengontrol pikiran.
Dia, seorang undead dengan kekebalan absolut terhadap efek pengendalian pikiran, telah dikalahkan pikirannya. Shalltear yang marah besar, sekarang hampir menjadi putih, dengan sebuah kebencian. Saat kepalanya dipenuhi dengan pemikiran dengan jumlah skenario terburuk yang tak terhitung--
"KUUUAAAAAAHHHHH!!"
-dia berteriak dan bertahan, darah mengalir di matanya. Pengendali pikiran itu mencoba untuk mengotori Shalltear, Guardian Floor dari Great Underground Tomb of Nazarick, dia melawan.
Tapi seakan mengabaikan usaha berat dari Shalltear, kesadarannya terus menjadi putih. Dia bahkan tidak sanggup menggunakan magic teleportasi. Kehilangan fokus untuk beberapa saat saja bisa membuatnya jatuh dalam efek mantra itu.
Shalltear menggunakan skill kelasnya dan membuat sebuah 'Purifying Javelin'
Javelin (semacam tombak) yang besar disuntik dengan energi divine masih bisa membuat kerusakan yang signifikan meskipun penggunanya memiliki jiwa jahat. Lebih penting lagi, melemparnya sambil menambahkan MP membuatnya takkan pernah luput dari sasaran.
Shalltear, yang sambil melawan dengan seluruh kekuatan di tubuhnya, menatap wanita tua yang merapal mantra yang mengotorinya itu.
Matanya bahkan tidak memberikan pantulan dari perisai besar yang seperti cermin dari pria yang menghadangnya sebagai ancaman.
Lalu- dia melemparnya.
Javelin itu terbang dari tangannya seperti memiliki keinginan sendiri.
Itu adalah serangan yang dikuatkan oleh setiap kemampuan yang bisa dia keluarkan saat kesadarannya menghilang.
Sasaannya jelas, serangan yang terlihat seperti kilatan cahaya itu menembus pria yang menghadangnya bersamaan dengan perisainya dan mengenai wanita tua itu.
Dua orang tersebut memuntahkan darah, kelompok itu gempar; ini adalah pandangan terakhir dari dunia yang dilihat oleh Shalltear.
4 komentar:
wah makasiih gan lanjut terus overlord nya :D
oh iya apa ndak kerjasama dengan kiminovel aja gan, kiminovel itu sarang nya TL lightNovel, mungkin dengan kerjasama dgn kiminovel bisa lebih semangat dan cepat TL overlordnya :)
ni web kiminovel gan https://www.facebook.com/kiminovelFP/
Terima kasih atas sarannya, namun maaf saya tidak ingin terburu-buru dalam mengerjakannya. Tapi tiap hari akan sangat berusaha untuk terus ada update!
sankyu overlord vol.3 bab 2 bag.4
Mimin gambate
Posting Komentar