Herd of Predators - Gerombolan Pemangsa.
Part 1
"Makanan macam apa ini!"
Sebuah teriakan histeris dan bernada tinggi, diikuti dengan suara benturan alat makan dengan piring-piring, berdering ke seluruh ruangan.
Beberapa orang di restoran menatap gadis yang sedang marah itu.
Penampilan gadis itu sangat cantik, hingga titik dimana kata 'cantik' tidak cukup untuk mendeskripsikan dia. Kecantikannya bahkan cukup untuk menyamai gadis tercantik di Kingdom, yang juga dikenal dengan nama putri "Emas". Bahkan kemarahannya hanya menambah daya tariknya.
Tidak hanya itu, meskipun dia sangat berisik, setiap gerakannya dipenuhi dengan keanggunan dan luapan kemewahan.
Pastinya, dia adalah putri dari seorang bangsawan dari negara lain. Tidak hanya itu, tetapi kelihatannya mereka dilahirkan dengan derajat tinggi oleh bangsawan kaya raya. Dia tidak sabar mengangkat rambutnya yang panjang dan penuh hiasan dan memandang kecewa terhadap hidangan di depannya.
Seluruh meja itu hampir penuh dengan piring-piring makanan.
Di dalam keranjang ada roti putih yang sangat lembut dan mengeluarkan asap seperti baru keluar dari oven. Di piringnya, ada sepotong daging yang dipanggang setengah matang dan lembut serta berair membuat yang melihatnya berlinang air liur. Daging itu dilengkapi dengan jagung beroleskan mentega manis yang dipanggang dan harum baunya, kentang yang dipotong-potong renyah dan sangat lezat sebagai hidangan sampingan. Kombinasi itu sangat mengundang nafsu makan. Ada juga salad yang enak dibuat dengan tenderloin yang diasinkan dan dipanggang, diletakkan di atas sayuran yang segar dan seperti baru dipetik dari kebun. Aroma yang menggiurkan dari jeruk juga bisa tercium dari salad tersebut.
Ini adalah hidangan yang terbaik dan paling mewah yang dibuat oleh restoran di dalam penginapan yang paling mewah di kota berdinding E-Rantel, "Shining Golden Pavilion".. Bahan makanan mereka dijamin adalah bahan tersegar meskipun menggunakan mantra [Preservation]. Biasanya, seluruh koki mereka adalah koki-koki elit kelas satu.
Ini adalah hidangan yang hanya bisa dinikmati oleh bangsawan dan orang kaya. Namun, gadis itu jelas-jelas tidak tertarik oleh hidangan yang mewah dan penuh seni ini.
"Ini rasanya tidak enak sama sekali!"
Tidak hanya terkejut karena mendengar protes gadis itu, orang-orang pun bertanya-tanya makanan surga macam apa yang biasa disantap oleh gadis ini.
Gerutuan yang tidak sopan yang diucapkannya sendiri menyebabkan semua orang menunjukkan ekspresi diam tak bisa berkata apapun.
Sementara itu, kepala pelayan tua yang ada di belakangnya memiliki sikap dan ekspresi yang tidak berubah. Bahkan setelah dia berbalik dan memandangnya dengan kasar, pak tua itu masih tegap. Seakan dia hanya memiliki satu ekspresi saja.
"Aku tidak ingin melanjutkan untuk tinggal di kota yang buruk ini, bersiaplah untuk segera pergi!"
"Tapi nona, ini sudah senja---"
"Diam! Lakukan saja apa yang kukatakan, apakah sudah jelas!"
Menghadapi sikapnya yang seperti anak-anak, kepala pelayan itu akhirnya mengubah sikapnya dan menundukkan kepala:
"Saya mengerti, nona. Saya akan segera membuat persiapan untuk bisa langsung pergi."
"Humph! Jika kamu sudah mengerti maka cepatlah untuk bersiap, Sebas!"
Gadis itu melemparkan garpunya ke samping hingga berbunyi. Tak punya apa-apa lagi untuk melampiaskan amarahnya, dia berdiri kecewa dan menghentakkan kaki keluar dari restoran.
Setelah keributan itu, suara yang berwibawa memecah ketegangan di dalam restoran itu:
"Saya meminta maaf yang sangat dalam kepada semuanya, karena sudah membuat keributan."
Kepala pelayan itu mengambil kursi yang hampir roboh ketika gadis tersebut berdiri dan mengembalikannya ke tempat semula. Setelah meminta maaf, dia dengan sopan membungkukkan kepala kepada para pelanggan yang ada di dalam restoran. Tamu-tamu itu dengan ramah menerima permintaa maaf kepala pelayan tua itu, dan banyak yang simpatik melihatnya.
"---Manajer."
"Ya."
Seorang pria yang sedang menunggu di dekat counter, pelan-pelan bergerak ke sisi kepala pelayan tersebut.
"Saya benar-benar minta maaf atas kerusuhan ini dan jika kompensasi ini tidak cukup, biarkan saya menutup seluruh biaya dari yang hadir disini."
Banyak pelanggan yang tidak tahan untuk menunjukkan ekspresi gembira setelah mendengar tawaran ini, karena makan di restoran dari penginapan yang paling mewah di kota ini benar-benar tidak murah. Jika kepala pelayan itu mau membayar makan mereka, seharusnya itu sudah lebih dari cukup untuk memaafkan keributan yang dilakukan oleh sikap nona besarnya.
Di sisi lain, manajer dari "Shining Golden Pavilion" membuat wajah yang tegas dan tenang serta dengan ramah membungkuk menjawab saran dari kepala pelayan itu. Ekspresinya yang tak tergoyahkan menunjukkan bahwa ini bukanlah pemandangan yang pertama kali terjadi.
Sebas mengarahkan matanya ke arah sudut restoran, menetapkan pandangannya ke arah pria yang kelihatannya miskin dan sengsara yang sedang mengunyah makanannya. Melihat tatapan dari kepala pelayan itu, pria tersebut cepat-cepat berdiri dan berjalan menuju Sebas.
Dibandingkan dengan tamu yang lain, pria ini benar-benar mencolok karena kurangnya 'kesopanan' dan 'kelas' yang membuatnya tidak mungkin bisa berbaur dengan sekitarnya tanpa memberikan rasa tidak layak berada disana.
Meskipun bajunya sebaik pelanggan yang ada disini, bajunya memberikan kesan membosankan dan dia lebih cocok terlihat seperti badut yang sedang memakai pakaian yang elegan, dia terlihat agak lucu.
"Tuan Sebas."
"Ada apa, Zach-san?"
Tamu lain mengerutkan dahi ketika mendengar nada yang menjilat dari orang yang bernama Zach. Mendengar sapaan yang seperti menjilat itu keluar dari mulutnya, mereka tidak akan terkejut jika selanjutnya dia menggosok-gosokkan kedua tangannya.
Namun, ekspresi Sebas tidak berubah sedikitpun.
"Sebagai orang yang dipekerjakan, aku tahu aku berada di posisi yang tak layak untuk membuat saran disini, tapi bisakah kita mempertimbangkan untuk tidak langsung pergi?"
"Apakah maksudmu kamu mengalami masalah dalam mengendalikan kereta di malam hari?"
"...Itu adalah sebagian alasannya. Dan...saya memiliki sedikit urusan di kota ini... saya butuh sedikit waktu."
Zach terus-terusan menggaruk kepalanya. Meskipun rambutnya terlihat cukup bersih, cara dia yang terus-terusan menggaruk kepala membuatnya seakan ketombe di rambut itu akan segera beterbangan. Melihat ini, beberapa tamu mengerutkan dahi lebih dalam tapi pada akhirnya tidak jelas apakah Zach mengetahui hal ini atau tidak karena dia menggaruk kepalanya semakin keras.
"Nona besar mungkin tidak akan menerima saran ini. Tidak, menurut sifat kerasnya, dia tidak akan mengubah keputusannya."
Sebas sangat yakin, dengan ekspresi tegas dan kokoh menambahkan jawaban yang pendek:
"Jadi, kita tidak punya pilihan lain."
"Tapi..."
Mata Zach melihat sekeliling, seakan mencoba mencari alasan, tapi dia tidak mampu menemukan alasan apapun dan kerutan muncul di wajahnya.
"Tentu saja, kita masih punya waktu sebelum kita pergi. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk merapikan dan mengangkut semua barang nona ke kereta. Kamu boleh melakukan apapun sesukamu saat itu dan menyelesaikan apapun yang kamu perlukan."
Sebas tidak melewatkan tatapan bahaya dari mata pria yang hina itu, seakan dia masih mencoba mencari alasan lain untuk memperlambat kepergian itu lebih jauh. Tapi Sebas pura-pura tidak menyadari maksud jahat Zach dan membuat ekspresi wajah yang tidak berbeda.
Dia juga ingin menyembunyikan kenyataan bahwa Zach telah jatuh ke dalam perangkapnya.
"Jadi, kapan kita akan berangkat?"
"Tentang itu, seharusnya sekitar dua atau tiga jam lagi, Jika kita pergi lebih lambat dari itu, jalanan akan benar-benar gelap, jadi tiga jam adalah batasnya."
Mata pria itu sekali lagi menunjukkan tampilan yang terhitung menjijikkan, dan Sebas sekali lagi mencoba sebisa mungkin pura-pura tidak menyadari. Zach lalu menjilat bibirnya beberapa kali sebelum berbicara:
"Heheh, kalau begitu tidak ada masalah."
"Baiklah, bisakah kamu langsung mulai membuat persiapan untuk kepergian kita?"
Sebas melihat Zach yang mundur dan pergi. Dia lalu melambaikan tangan seakan ingin menghapus udara yang tidak enak di sekitarnya, merasa seakan sesuatu yang menjijikkan menempel kepadanya.
Tanpa menampilkan ekspresi yang jelas di wajahnya, Sebas menekan keinginannya untuk menghela nafas.
Sejujurnya, Sebas tidak bisa menyukai sama sekali karakter yang datar dan vulgar seperti Zach. Demiurge, Shalltear dan beberapa orang lainnya mungkin bisa memperlakukan seseorang seperti dia sebagai mainan untuk kesenangan mereka sendiri, tapi Sebas bahkan tidak ingin dekat dengan orang semacam itu.
Ada pandangan yang sama di dalam Great Tomb of Nazarick: 'Mereka yang tidak termasuk anggota Nazarick adalah makhluk rendahan' dan 'Kecuali beberapa orang, manusia dan demi-human seharusnya dihabisi karena menjadi makhluk rendahan'. Sebas di lain pihak memberikan pendapat yang sama dengan penciptanya, 'Mereka yang tidak bisa menyelamatkan yang lemah tidak seharusnya menganggap dirinya kuat', tapi setelah bertemu dengan manusia sehina Zach, dia mulai berpikir bahwa mungkin pandangan umum dari Nazarick tidak salah.
"Ahh, manusia seharusnya lebih mulia dari ini..."
Sebas mengangkat tangannya untuk mengusap janggutnya yang dipangkas dengan rapi untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak dan memikirkan tentang bagaimana melanjutkan operasi mereka saat ini.
"Operasinya berjalan dengan mulus, tetapi mungkin seharusnya aku tetap mengawasinya untuk memastikan."
Sementara Sebas mempertimbangkan bagaimana melanjutkan arah dari operasi ini, dia melihat seorang pria berjalan menuju dirinya.
"Sudah harus pergi pada jam seperti ini pasti sulit bagi anda..."
Pria yang berbicara dengan Sebas berusia sekitar empat puluh atau lima puluh tahun, Rutin bercukur dan rambut hitamnya diselingi dengan banyak rambut putih yang terlihat mencolok. Mungkin karena usia tua dan kebiasaannya yang sering makan makanan mewah, perutnya membesar.
Dia berpakaian dengan selera tinggi, pakaiannya sangat mewah, cocok bagi seseorang dengan posisi yang tinggi.
"Bukankah anda adalah Bardo-san?"
Sebas mengangguk pelan untuk menyapanya, tapi pria itu cepat-cepat menghentikan isyarat tersebut:
"Ah, tidak perlu seformal itu."
Namanya adalah Bardo Lovely dan dia sangat dikenal sebagai pedagang makanan yang mengendalikan jumlah yang besar terhadap perdagangan makanan, Bardo adalah seorang pedagang yang cukup memiliki pengaruh di kota ini.
Ketika jumlah tentara mencapai sepuluh ribu orang, logistik yang melibatkan pengangkutan perlengkapan dan jatah makanan memerlukan waktu dan usaha yang besar. Strategi Kingdom adalah menggerakkan tentaranya dengan suplai yang minimum dan menyediakan kebutuhan tentara di kota ini. Itu artinya kota ini tidak seperti kota komersial lain, kota-kota yang memiliki pedagang makanan dan senjata merupakan kota yang memiliki pengaruh dan otoritas yang cukup besar.
Seseorang dengan otoritas seperti itu di dalam kota berdinding E-Rantel seharusnya tidak berbicara dengan Sebas hanya karena mereka berdua kebetulan makan di restoran yang sama. Pastinya dia memiliki motif tertentu karena mencoba berbicara dengan Sebas.
Namun, ini juga adalah salah satu tujuan Sebas.
"Sebas-san, pria itu tidak baik."
"Begitukah?"
Sambil bicara dengan Bardo, Sebas merubah ekspresinya untuk pertama kali sejak semua kejadian itu dimulai. Dia menunjukkan senyum ramah karena dia mengerti betul siapa pedagang yang dia ajak bicara.
"Pria itu terkenal tidak bisa dipercaya dan tidak jujur, Aku tidak mengerti mengapa Sebas-san mempekerjakan pria seperti dia."
Sebas cepat-cepat memikirkan alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dia tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya kenapa mereka mempekerjakan Zach kepada Bardo. Jika Sebas bilang kepadanya dia mempekerjakan Zach karena dia tidak tahu karakternya, Penilaian Bardo kepada dirinya akan rendah dan cara dia mengambil keputusan akan dipertanyakan.
Meskipun kami pastinya segera meninggalkan kota ini, Aku seharusnya menghindari kemungkinan Bardo merendahkan penilaiannya kepadaku. Di masa depan, mungkin saja ada kita bisa memanfaatkan dia.
"Mungkin anda benar, tapi tak ada orang yang memperkenalkan diri dengan tidak tahu malu seperti dirinya. Meskipun karakternya mungkin memiliki celah secara keseluruhan, nona sangat mengapresiasi antusiasnya."
Bardo menunjukkan senyum pahit. Penilaian dirinya kepada nona itu mungkin akan direndahkan lagi beberapa tingkat.
Demi tujuan mereka, dia meminta gadis itu untuk memainkan perannya, jadi mau bagaimana lagi. Sebas merasa agak bersalah karena gadis tersebut harus memainkan peran karakter semanja itu.
"Saya melangkahi diri sendiri, saya harap anda memaafkan ucapan saya. Mungkin sebaiknya anda menyampaikan saran saya ini kepada nona anda"
"Mungkin anda memang bear. Tapi mempertimbangkan pertolongan dan dukungan dari ayah nona yang diberikan kepada saya, saya tidak bisa membawa diri untuk melakukannya..."
"Memang loyalitas juga sangat penting..."
Bardo menggumamkan sebuah kalimat, tapi kalimat berikutnya tidak jelas terdengar.
"Apakah anda mau saya merekomendasikan beberapa orang yang bisa dipercaya?"
"Tidak perlu merepotkan, Bardo-san."
Meskipun nadanya lembut, dia dengan tegaas menolak tawarannya. Mengetahui keinginan keras dibalik ucapannya itu, Bardo mencoba pendekatan lain.
"Begitukah? Aku masih berpikir lebih baik jika ada bodyguard yang tepat yang mengikuti. Jalan ke ibukota masih jauh. Tidak seperti Baharuth Empire, jalanan di Re-Estize Kingdom sangat tidak aman. Aku bisa membantumu mencarikan beberapa tentara bayaran yang bisa dipercaya."
Keamanan di jalan dirawat oleh bangsawan wilayah itu, dan mereka menarik pajak jalan kepada orang-orang yang lewat di jalan mereka. Itu adalah salah satu hak dari bangsawan, tapi itu hanya jalan bagi mereka untuk mengumpulkan kekayaan. Banyak bagian dari jalan yang tidak terawat dengan baik atau dironda secara rutin, banyak celah dalam keamanannya. Oleh karena itu, sangat umum bagi orang yang bepergian diserang oleh bandit atau tentara bayaran yang beralih menjadi bandit.
Untuk menyelesaikan masalah ini, dengan kerja keras dari "Putri Emas", prajurit di bawah kendali langsung dari kerajaan mulai berpatroli di jalan itu. Tapi karena jumlah mereka yang kecil, mereka tidak dapat membuat perbedaan yang mencolok. Jumlah pasukan mereka yang berpatroli juga kecil karena ikut campur tangan langsung dari bangsawan wilayah itu yang ketakutan hak mereka akan dicabut.
Karena sudah menjadi seperti ini, negara sendiri tidak memiliki kekuatan untuk merawat dan mengatur keamanan jalan.
Pedagang yang ingin bepergian di jalan biasanya mempekerjakan sebuah tim petualang atau tentara bayaran untuk melindungi mereka. Pedagang yang kuat seperti Bardo seharusnya tahu kelompok tentara bayaran yang bisa dipercaya dan termasuk elit, tapi Sebas masih tidak bisa menerima tawarannya.
"Mungkin anda memang benar lagi, tapi nona tidak suka dikelilingi oleh banyak orang. Aku berharap bisa mengikuti permintaan nona sebaik-baiknya."
"Jadi seperti itu?"
Bardo mengerutkan dahi dalam-dalam di wajahnya dan menunjukkan ekspresi serba salah. Itu adalah wajah dari orang dewasa yang tidak berdaya menghadapi kemarahan dari anak-anak.
"Maafkan sedalam-dalamnya, bagi kami yang tidak memandang maksud baik anda."
"Tolong jangan berkata begitu. Sejujurnya, saya hanya ingin menjual budi baik. Jika itu tidak bisa, setidaknya bisa meningkatkan hubungan baik kita."
Putri dari pedagang yang sangat kaya atau bangsawan dari Empire dan kepala pelayannya, itu adalah setting palsu untuk Sebas agar bisa menginap di penginapan ini. Sikap mereka dimaksudkan untuk menunjukkan kekayaan mereka yang besar dan membiarkan yang lainnya tahu keberadaan mereka. Memperoleh budi baik dari orang sekaya kelompok Sebas seharusnya menjadi daya tarik bagi Bardo.
Sebas tersenyum dengan lembut kepada ikan yang memakan umpannya:
"Tentu saja saya akan memberitahukan hal ini kepada ayah nona, tuan saya. Agar tahu keramahan dan kebaikan dari Bardo-san."
Bardo sesaat menunjukkan kilatan yang dalam di matanya, tapi dia langsung memperbaiki diri. Biasanya, kebanyakan orang tidak akan bisa mendeteksi perubahan secepat itu, tapi Sebas menangkapnya dengan jelas.
"Kalau begitu, mohon permisi. Nona sudah menunggu, jadi saya akan pergi sekarang."
Menunggu momen tepat saat Bardo ingin bicara, Sebas mendahuluinya....
Bardo tahu tujuannya sudah diketahui, setelah mengintip ekspresi Sebas dia menghela nafas:
"---Wheew, jika memang seperti itu maka mau bagaimana lagi, Sebas-san. Lain kali jika anda di kota ini, silahkan kunjungi saya. Saya akan menyambut anda dengan hangat."
"Tentu saja, lain kali kita bertemu kami akan merepotkan anda."
Melihat Bardo yang mundur, Sebas bergumam:
"Kelihatannya ada banyak macam orang di dunia luar ini."
Meskipun ucapan dan sifat Bardo bisa dirasakan bahwa tidak semuanya karena motif tertentu. Bardo memang memiliki kekhawatiran yang asli kepada gadis muda dan kepala pelayannya.
Karena orang seperti itu, yang berharap untuk menolong mereka yang membutuhkan, sehingga Sebas tidak bisa membenci manusia sepenuhnya.
Sebas yang gembira menunjukkan senyum yang lega.
--
Setelah mengetuk beberapa kali dan mohon izin, Sebas sedikit membungkuk sebelum masuk ke kamar.
"Mohon maafkan sikap saya yang kurang ajar tadi, Sebas-sama."
Sebas menutup pintu dan disambut oleh gadis yang membungkuk dalam-dalam. Jika pelanggan di dalam restoran melihat pemandangan ini, mereka akan sangat kaget dan akan terjatuh, karena gadis yang membungkuk itu tidak lain adalah gadis yang memiliki temperamen keras yang tadi marah-marah.
Ekspresinya sangat tenang, seakan teriakannya tadi hanyalah sebuah akting dan sikapnya sekarang ini sangat tepat untuk menyambut seseorang dengan posisi yang lebih tinggi.
Penampilan dan bajunya tidak berubah, tapi dia terlihat seperti orang yang benar-benar berbeda.
Perbedaan menarik lainnya adalah salah satu matanya tertutup -- mata kirinya. Dia tidak melakukan ini ketika dia berada di restoran.
"Tolong, tidak usah meminta maaf, kamu hanya menjalankan tugasmu."
Sebas melihat sekeliling kamar yang memiliki perabot mewah. Tentu saja, jika seseorang membandingkan kamar ini dengan lantai 9 Nazarick, Royal Suite, kamar ini tidak memiliki daya tarik sama sekali. Tentu saja, itu tidak mengagetkan karena dia mengambil obyek yang salah sebagai pembanding.
Dia menaruh tatapan matanya ke sudut kamar dan menemukan barang bawaannya sudah dirapikan dan dikumpulkan. Mereka bisa langsung pergi jika menginginkan. Karena barang-barang itu tidak dirapikan dan dipersiapkan oleh Sebas, gadis itu pasti yang melakukan semua itu sendiri setelah dia pergi tadi.
"Kamu seharusnya membiarkan aku yang merapikannya."
"Apa yang anda katakan Sebas-sama, Saya tidak bisa terus-terusan merepotkan Sebas-sama dengan tugas remeh ini."
Gadis itu mengencangkan tubuhnya dan menggelengkan kepala. Dia adalah salah satu Battle Maid, Solution Epsilon (ε).
"Begitukah? Tapi sekarang ini aku adalah kepala pelayanmu"
Wajah Sebas yang memiliki kerutan yang rapi menunjukkan ekspresi seperti anak kecil yang nakal.
Solution melihat ekspresi gembira dari Sebas, dan merubah wajahnya yang tenang untuk pertama kalinya menjadi senyum malu-malu:
"Memang benar, Sebas-sama adalah kepala pelayanku, tapi aku juga di bawah Sebas-sama sebagai bawahan anda."
"..Aku kira memang benar. Kalau begitu biar kuberi perintah kepadamu sebagai atasan: Kamu sudah melakukannya dengan baik sejauh ini, jadi serahkan sisanya kepadaku. Tolong istirahatlah sampai waktunya tiba bagi kita untuk pergi."
"..Baik, terima kasih."
"Kalau begitu, aku akan pergi menemui Shalltear-sama yang seharusnya sedang menunggu tidak sabar di kereta, dan memberitahukan padanya waktu keberangkatan."
Sebas dengan mudah mengangkat barang bawaan yang paling besar dengan satu tangan, dan bertanya kepada Solution seakan dia baru saja terpikirkan :
"Ngomong-ngomong, apakah semuanya berjalan menurut perkiraan kita?"
"Ya, semuanya berjalan seperti yang kita duga."
Solution mengangkat tangannya dan menekan matanya.
"Kurasa kita beruntung. Jadi, apa yang barusan terjadi?"
"Ya --- dia sekarang sedang bertemu dengan orang-orang yang terlihat mencurigakan. Apakah anda ingin mendengarkan apa yang mereka bicarakan?"
"Tidak perlu, aku akan memindahkan barang bawaan ini ke kereta. Aku akan mendengar kesimpulannya nanti."
"Saya mengerti."
Solution tiba-tiba merubah ekspresinya.
Sudut matanya menurun dan tepian bibirnya melingkar. Meskipun ekspresinya mirip dengan senyuman, namun senyuman itu melekuk lebih lebar dari yang bisa dilakukan oleh manusia. Itu seperti membuat wajah senyum dari tanah liat dan memelintirnya dalam waktu bersamaan.
"--Sebas-sama, perbolehkan saya untuk merubah topik."
"Apa itu, Solution?"
"...Ketika semuanya sudah selesai, bolehkah saya mengurus pria itu?"
Sebas menggunakan tangannya yang tidak membawa apapun untuk mengusap janggutnya dan memikirkannya sejenak.
"--Tentang itu, selama kamu mendapatkan izin dari Shalltear-sama, kamu boleh melakukan sesukamu."
Alis Solution sedikit mengerut, sebuah wajah yang kecewa bisa terlihat jelas. Sebas melihat dan mencoba menenangkannya:
"Seharusnya tidak apa; seharusnya tidak masalah memberikan satu orang saja."
"Benarkah? itu bagus sekali! Tolong bantu saya menyampaikannya kepada Shalltear-sama. Jika bisa, aku ingin memiliki pria itu."
Solution menunjukkan senyum gembira. Ekspresi cerah dan gembira seperti itu tanpa sedikitpun suasana kelam bisa menarik hati siapapun yang melihat.
Sebas merasa kasihan dan tertarik pada orang yang membuat Solution menunjukkan ekspresi seperti itu. Dia bertanya kepadanya:
"Lalu, apa yang pria itu katakan?"
"Kurasa dia berkata dia tidak sabar lagi untuk menikmati saya. Ini adalah kesempatan langka, jadi aku berencana untuk menikmatinya dengan baik juga."
Solution menunjukkan senyum yang bahkan lebih terang.
Senyum itu seperti anak kecil yang tidak bersalah; seperti anak-anak yang menanti event besar selanjutnya.
5 komentar:
sankyu overlord vol.3 bab 1 bag. 1
Overlord vol 3 chapter 1 part 1
Fin
Nice
Tidak sabar menikmati tubuh pria tuk disiksa 😂
Santapan lezat tu
Posting Komentar