Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

30 Januari, 2016

Overlord - Vol 3 - Chapter 3 Part 4

Confusion and Control - Kekacauan dan Pengendalian

Part 4


Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaAinz berlari sepanjang jalan.

Udara hangat menerobos masuk di celah penutup kepalanya, bertiup ke titik dimana matanya berada. Jika dia memiliki bola mata, mungkin dia akan berkedip terus-terusan, tapi karena Ainz tidak memiliki organ dia hanya merasa 'ada angin yang bertiup'.

Melihat ke bawah, tanah yang terbang secepat anak panah. Mungkin itu dikarenakan jarak dari tanah yang kecil, atau karena alasan lain, tapi rasanya lebih cepat dari kecepatan bepergian biasanya, meskipun berkata bahwa itu tidak seberapa menakutkan. Setiap kali tubuhnya terkena tiupan angin, seperti refleks akan ada kekuatan yang ditambahkan ke bawah kakinya.

Meskipun faktanya bahwa Hamusuke sudah biasa mempertahankan keseimbangannya, selain karena ukurannya yang besar, padasarnya dia hanyalah seekor hamster. Juga sangat sulit untuk mengendarainya karena Ainz harus melebarkan kaki selebar-lebarnya, dan posisi yang tidak stabil ini harus dipertahankan tanpa bantuan sadel atau perlengkapan berkuda. Bahkan Ainz, yang unggul dalam keseimbangan dari orang lainnya, harus berhati-hati agar tidak terjatuh.

Sangat sulit untuk mencabut pedang sambil mengendarai Hamusuke. Mungkin aku seharusnya membuat sebuah sadel dan pijakan kaki sesegera mungkin. Ketika aku membuat ini, mungkin armor blacksmith terdekat bisa datang dan membantu mempersiapkannya.


Apa yang membuat Ainz berpikir ini, selain dari tunggangan yang tidak stabil, yang lebih penting adalah karena figur yang bergerak sejajar dengannya.

Berkendara sejajar dengannya di punggung kuda adalah Narberal. Dia mengendarai kuda raksasa yang mengenakan armor logam berat, dipanggil oleh item 'Statue of Animal War Horse' (Patung binatang Kuda Perang).

Penampilan yang Heroik dari Narberal yang dengan lincahnya mengendalikan kuda raksasa saat mereka berlari sepanjang jalan memang mengagumkan. Figur bagian atas, kuncir kudanya bergoyang tertiup angin, dan jubah yang berwarna coklat berkibar karena angin yang kuat dari depan, seperti pemandangan dari film.

Perbedaannya bagaikan langit dan bumi dibandingkan dirinya, yang sedang mengendarai hamster yang terlalu besar. Merasa putus asa, dia melihat ke depan dan melihat sekelompok pria.

Itu adalah sebuah kelompok yang terdiri dari empat orang. Armor yang mereka kenakan lebih lengkap dari anggota Swords of Darkness yang dulu bepergian bersama dengan Ainz sebelumnya.

Ainz menekan insiden Swords of Darkness ke belakang ingatannya, melepaskan diri dari belenggu pikiran dan melihat ke arah empat orang di punggung kuda seperti tidak sadar.

Kuda yang hebat.

Ainz tidak memiliki banyak pengetahuan tentang kuda, tapi mantel kuda itu memiliki corak warna yang indah, dan bentuk tubuhnya sangat tegap. Seharusnya itu semacam kuda yang terkenal.

Empat orang yang mengendarai kuda dalam formasi segitiga sama kaki, juga seperti dalam adegan film.

Aku sangat bodoh sekali, terlihat seperti orang bodoh yang mengendarai Hamusuke.

Perasaan hatinya sedang suram, tapi hanya Ainz yang merasakan ini.

"Monster yang anda naiki sangat menakjubkan."

Salah satu teman Igavaruji yang sedang berkendara berbicara kepada Ainz. Nadanya berbeda dengan Igavaruji, tidak ada rasa permusuhan. Mungkin itu karena sifat alami petualang yang ingin tahu terdorong, nada itu dipenuhi dengan keingintahuan dan penasaran.

"Apa sebutan monster itu? Apakah dia terkenal?"

"Huh? Apa? Itu adalah monster dalam legenda!"

Pria itu berteriak dengan mata lebar.

Aku masih tidak terbiasa dengan reaksi ini. Apa perlu seheboh itu karena seekor hamster...ah?

Di dalam sudut pandangan Ainz, dia melihat Hamusuke yang dengan bangga menggoyangkan kumisnya dan menggerakkan telinganya. Momentum yang lebih kaut disalurkan ke pinggangnya. Separuh perhatiannya tertuju kepada pembicaraan antara Ainz dan lainnya.

Setelah Ainz menggunakan sarung tangannya untuk memukul kepala Hamusuke tanpa ampun, dia mendengarkan suara dengan emosi dalam.

"Tidak, hanya saja Igavaruji sudah menyebutkan sebelumnya... jadi memang itu. Dia itu iri."

"Bagaimana dia menceritakan tentangku?Ah, lupakan. Tidak apa tidak usah dikatakan. Aku bisa menebak dengan kasar hanya dari ekspresi kalian."

"Hahaha, maaf. Dia itu.. sebenarnya tidak buruk. Hanya saja suatu waktu dia iri terhadap perhatian langsung."

"...Dengan teman-teman semacam itu, kelompok kalian beruntung tidak terluka sejauh ini. Atau apakah kelompok kalian berganti banyak anggota?"

"Tidak, sejak kelompok ini dibentuk tidak ada anggota yang dibuang. Karena kepribadian orang itu dan kemampuannya tidak setara, dia masih seorang petualang yang sangat ulung."

"Ulung...huh."

Ainz mengubah tatapannya kepada Igavaruji dan melihat sepasang mata yang tajam yang penuh dengan niat memusuhi.

"Pasti sulit."

Setelah Ainz tersenyum saat dia mengeluarkan statemen ini, dia dengan entengnya mengangkat tangan memberi isyarat kepada Narberal, menyuruhnya untuk menekan emosi yang muncul perlahan-lahan menuju Igavaruji. Ainz tidak ingin memulai pertikaian disini, karena ada masalah yang lebih penting yang perlu ditangani.

Hamusuke mengangkat kepalanya dan melihat mereka setelah Ainz memberi isyarat kepada Narberal.

"Master...kepalaku sakit.."

Mata hitam yang legam itu berkilauan dengan air mata.

Dia merasa sedikit bersalah. Mungkin pukulannya tadi terlalu kuat, tapi jika dia terlempar dalam kecepatan ini, bisa gawat.

Meskipun Ainz terbentur ke tanah dengan keras, dia tidak akan merasakan sedikitpun luka. Dia telah melakukan percobaan menggunakan pelayan yang memiliki kekuatan mengurangi damage seperti dirinya, dan tidak merasakan sakit apapun ketika jatuh dari ketinggian seribu meter.

Masalahnya adalah teman seperjalanannya yang akan merasa curiga terhadap Ainz yang kuat seperti itu. karena dia sudah mengizinkan mereka untuk menemaninya hingga titik ini, dia berharap juga untuk menangani masalah ini hingga akhir. Harapan Ainz sangat tulus dan tanpa kemunafikan.

"Berlarilah dengan lebih stabil. Aku tidak ingin terpaksa menjepit tubuhmu."

"Mengerti, master khawatir terhadap kondisi tubuh bawahan ini ya kan?"

Kali ini Hamusuke tergenang air mata emosional. Saat ini Ainz menyuruhnya untuk mengawasi jalan ketika berlari, teman-teman Igavaruji yang sebelumnya merasa semakin kagum dan memuji:

"Oh, menakjubkan, mempertahankan posisi seperti itu sambil menjaga keseimbangan. Bahkan jika anda melakukan persiapan dan mengimbanginya, bukankan posisi ini sangat berbahaya?"

"Itu karena aku sudah terbiasa...lagipula aku berencana untuk memasang sadel nantinya."

"Sadel...itu sedikit menjijikkan...Tentu saja saya bercanda! Jika itu adalah pendapat master, Hamusuke ini akan menuruti tanpa protes!"

Dilingkupi dengan tatapan tajam Narberal, Hamusuke berusaha kuat untuk menunjukkan penampilan setia. Ainz merasakan getaran dari pinggangnya, getara yang berbeda terasa dari saat dia berlari.

Ainz mengerutkan alisnya pada wajah ilusi di bawah penutup kepalanya.

Tidak perlu menggunakan nafsu membunuh untuk menakuti cuma seekor hamster? tingkat kesetiaan segini masih menggembirakan, tapi apakah Hamusuke keterlaluan? Diskriminasi terhadap manusia tidak apa, tapi dia perlu hati-hati terhadap waktu dan tempat...Narberal kelihatannya tidak terlihat benar-benar memahami bagian ini...apakah pengaturannya memang seperti itu? Jika itu masalahnya maka mau bagaimana lagi, tapi tetap saja...

Hanya dengan membawa Hamusuke untuk melakukan aksi sudah membuat nama Momon si petualan menjadi terkenal, dan penampilan kesetiaan dari Virtuous King of the Forest dan juga sifatnya yang mengerikan memberikan dua kesan berbeda kepada lainnya. Yang pertama membiarkan orang percaya bahwa Ainz adalah petualang hebat yang dinilai baik. Meskipun dia mengendalikan Hamusuke dalam kedua kasus, selama ada kesempatan Ainz lebih memilih untuk menaikkan reputasinya ke arah itu. Ini karena dia berharap untuk cepat-cepat meraih titel seorang pahlawan dan bukan orang kejam.

Terlbih lagi, mendapatkan aliansi dari mereka yang ada di luar Nazarick pastinya akan berguna di masa depan.

Ainz bercermin pada sedikit aksinya. Mungkin dia terlalu kasar dalam menyikapi Hamusuke, oleh karena itu dia dengan lembut mengusap area yang dia pukul tandi dengan pelan seperti yang dia lakukan kepada binatang kecil.

"Tuan...itu benar-benar memalukan."

Ainz jelas-jelas mendengar suara gertakan gigi di dekat sana, bercampur dengan suara kuda yang berlari.

...Ini sebagian adalah kesalahanmu juga tahu? Ngomong-ngomong kamu terlalu memaksa, kelihatannya iri? Bukankah sebaiknya dia saja yang melakukan hal lain? Narberal juga sangat setia, tapi...hadiah apa yang seharusnya aku berikan padanya?

Saat Ainz bingung sendiri tidak tahu apakah harus memberikan sebuah cincin atau harta, Igavaruji mengeluarkan suara yang tidak bersahabat.

"Hey, Momon, kita sudah tiba di tujuan."

Setelah memberi isyarat mengerti. Hamusuke mengikuti dengan melambatkan kecepatannya. Berbeda dari kuda, bisa berkomunikasi langsung dengan Hamusuke adalah kekuatan terbesarnya sebagai penunggang. Jika dia mengendarai kuda. Untuk mengatasi masalah itu, masih lebih baik jika aku melatih menunggang kuda.

Ainz melompat turun dari Hamusuke. Setelah mengusapnya dengan maksud berterima kasih, Ainz melihat Narberal yang merubah kudanya kembali menjadi patung, dan orang-orang itu menggiring kudanya ke satu sisi.

"Kalau begitu, ayo maju. Formasi macam apa yang ingin kalian lakukan ketika masuk?"

"Kami akan berjalan di depan, kalian ikuti saja dari belakang."

"Kami tidak keberatan apapun yang ingin anda lakukan. tapi tolong pertimbangkan keberadaan kami dan berhati-hati dalam gerakan anda."

Setelah mendengar respon tidak sabar dari Igavaruji, Ainz membawa Narberal dan Hamusuke ke dalam hutan.

Sama seperti hutan di dekat desa Carne, hutan yang liar ini sulit untuk ditelusuri. Namun bagi Ainz yang dipenuhi dengan item magic yang bermacam-macam, itu seperti tanah datar. Juga, karena dia khawatir terhadap Shalltear, langkah kakinya tentu saja semakin bertambah cepat, dan suatu ketika bahkan Igavaruji meminta untuk memperlambat langkahnya.

Meskipun permintaannya dibenarkan, kata-kata kasar yang digunakan penuh dengan rasa bermusuhan. Narberal yang mengikuti dari samping hampir berteriak karena marah beberapa kali, tapi dihalangi oleh Ainz setiap kalinya.

"Kita akan segera tiba. Jangan bertindak gegabah."

Melihat ekspresi tanda tanya Narberal membuat Ainz tersenyum dari balik penutup kepalanya. Saat ini Hamusuke merasakan sesuatu yang tidak beres, dan terus menggerakkan telinganya seakan mencoba untuk mencari dengan jelas sumber suara.

Ainz, yang tahu alasan Hamusuke menunjukkan reaksi seperti itu, berbisik pada telinganya:

"--Berhentilah mendengarkan."

"Apa? Master, apa yang anda bilang--"

"---jika yang kamu dengarkan adalah suara logam, itu hanya bunyi yang aku buat dengan tangan. Tidak usah dihiraukan."

"Y..Ya, jadi begitu. Maaf sudah kurang ajar, master."

"Maka, selain dari itu, apakah kamu sudah menemukan tanda-tanda orang yang mengikuti."

Dia sudah menyuruh Nigredo untuk memonitor, dan ditambah dengan mengambil beberapa tindakan pencegahan, tapi tetap saja untuk jaga-jaga dia masih bertanya untuk mengkonfirmasi.

"Tidak ada. Ditambah lagi, kelihatannya tidak ada yang mengikuti."

"Hey---apakah ada yang terjadi?"

Pria yang berkendara di samping Ainz bingung dengan pertanyaan Ainz. Itu bukanlah wakil kelompok, Igavaruji yang bertanya, untuk alasan yang jelas yang tak perlu disebutkan.

"Begitukah?"

Pria itu mengeluarkan tampang bahwa dia tidak menerima jawaban ini, mengangkat bahu dan tetap diam setelah tahu bahwa Ainz tidak berniat bicara.

Meskipun aku tidak memiliki dendam kebencian pada kalian semua.

Ainz tidak berkata apapun, hanya berbisik di hatinya dan maju menembus hutan tanpa bicara.

Setelah berjalan beberapa meter ke dalam hutan, suara senjata yang berhasil dicabut dengan cepat datang dari belakang. Ainz menghentikan langkahnya dan dengan santai melihat ke belakang.

"Ada apa?"

"Masih bertanya seperti itu? Jika kamu berjalan di depan, setidaknya kamu masih bisa waspada."

Untuk pertama kalinya orang-orang itu menunjukkan sikap setuju terhadap nada Igavaruji yang dipenuhi dengan permusuhan.

"hey! Kalian yang sedang bersembunyi disana. Keluarlah cepat!"

Di arah yang diteriakkan oleh Igavaruji, ada pohon yang ukurang cukup besar untuk menjadi tempat bersembunyi seseorang dari belakang.

Di dalam suasana yang tegang itu, Ainz dengan tenang berjalan menuju ke arah pohon itu. Meskipun ada suara panik yang memanggil Ainz dari belakang, dia benar-benar mengabaikan mereka.

Narberal memiliki ekspresi yang tidak khawatir. Meskipun Hamusuke merasakan keraguan, dia tidak berhenti.

Seakan membalas Ainz yang mendekat pohon, seseorang yang mengenakan armor dengan warna yang mirip dengan Ainz menunjukkan diri dari belakang pohon. Di tangannya figur ini memegang battleaxe besar yang mengeluarkan kilauan yang samar-samar menyakitkan.

Penampilan dari warrior yang penuh dengan tenaga yang menyelimuti seluruh pemandangan dengan suasana yang aneh. Tidak, lebih tepat dikatakan bahwa hanya sebagian dari tempat itu yang diselimuti dengan suasana aneh.

Ainz dengan enteng mengangka tangan, memberikan lambaian dan menyambutnya:

"Terima kasih atas kerja kerasnya."

"Terima kasih, Ainz-sama."

Orang yang muncul, Albedo menyembah dengan hormat.

"Kalau begitu, Shalltear--"

"--Siapa lagi dia? Apakah dia adalah temanmu? dan apa maksudnya Ainz-sama?"

Rentetan pertanyaan bersuara keras itu datang dari belakang Ainz.

Bagi Igavaruji dan yang lainnya, ini adalah reaksi yang alami, tapi bagi Albedo yang mempertahankan sikap hormat yang elegan, itu adalah sikap kurang ajar yang mana mati saja tidak akan cukup. Sebuah kemarahan yang sangat ganas dan bisa membakar sekeliling menjadi abu keluar.

Hamusuke mulai gemetar, seluruh bulu badannya berdiri, melebihi level sebelumnya.

Pihak ketiga juga menunjukkan reaksi ini. Sedangkan individu yan gmarah, tentu saja wajahnya sangat pucat, dan dahinya basah kuyup oleh keringat saat dia merasakan itu dan suatu saat nyawanya tidak bisa terjamin.

"Persilahkan aku untuk memperkenalkan kepada semuanya temanku -- Albedo"

"Ainz-sama, bahkan menyebut orang seperti hamba sebagai teman... saya adalah pelayan anda yang setia."

"Sekarang kamu sudah mengatakannya, ya. Aku menarik kembali statemenku sebelumnya; dia adalah bawahanku. Apakah ini cukup menjawab pertanyaanmu? Kalau begitu Albedo, lakukan menurut percakapan tadi dan ambil langkah selanjutnya."

Ketika seluruh orang-orang itu terdiam, Albedo berdiri dan berjalan kepada mereka.

"Aku hampir lupa, namaku bukan Momon, namaku yang sebenarnya adalah Ainz, Kalian tak perlu mengingatnya."

Melihat orang-orang itu ragu-ragu menunjukkan ekspresi bingung membuat Albedo mengeluarkan senyum yang manis. Namun senyum itu datang dengan emosi dingin.

"Kalau begitu...Albedo, singkirkan mereka. Cukup tangkap satu orang...tidak, tangkap lebih dari satu sebagai cadangan. Gangguan sudah diaktifkan, jadi kamu bisa tenang karena tidak ada gunanya menggunakan komunikasi magic."

Sementara suara tenang Ainz membuat orang-orang Igavaruji merasa kecemasan yang tidak bisa dijelaskan, Ainz melanjutkan perintahnya:

"Juga bawa mayat-mayatnya kembali ke Nazarick. Jika mereka memiliki kekuatan seperti itu, mereka bisa digunakan untuk melakukan percobaan untuk melihat jika bisa digunakan untuk membuat undead dengan level yang lebih tinggi."

"Mengerti."

Albedo pelan-pelan dan dengan entengnya mengayunkan kapak raksasa.

Gerakan ini tidak dibarengi dengan niat membunuh, tidak juga dengan sikap memusuhi atau emosi negatif lainnya.

Itu adalah gerakan yang alami, karena bagi Albedo, untuk memenggal makhluk seperti ini sama seperti memotong daun wortel.

Jika bukan karena perintah Ainz, mungkin dia tidak akan menyandang senjata dan masih bisa meyakinkan kondisinya sendiri yang tidak terluka.

Orang-orang Igavaruji tidak bisa memilih dalam situasi sekarang, tapi mengetahui mereka menghadapi keadaan gawat, mereka semua menghunus senjata bersiap bertarung.

Diselimuti dengan tatapan bahaya, Ainz hanya mengangkat bahu.

"Maafkan aku. Apa yang aku katakan di Guild tidak benar: lebih tepat jika 'kematian pasti akan datang jika mengikutiku', aku sebenarnya bermaksud 'datanglah dan aku akan membantai kalian semua.'"

Ainz mengucapakn kalimat kematian kepada gerombolan manusia tersebut.

"Aku sudah memberi peringatan, tapi kalian tidak mau mendengarnya. Oleh karena itu ini adalah hasil dari pilihan kalian sendiri. Terimalah nasib kalian dengan rela."

Kelompok Igavaruji memilih untuk mundur.

Keputusan langsung mereka untuk mundur tanpa membuat komunikasi apapun sebelumnya atau isyarat tangan adalah karena mereka semua mengerti perbedaan kekuatannya. Terlebih lagi, pilihan mereka bukan kabur sama-sama, tapi berpisah dan kabur dengan kemungkinan selamat tertinggi.

Gerakan musuh kelihatannya diluar perkiraan Albedo, jadi dia mulai bergerak setelah beberapa saat terlambat. Meskipun jika kemampuan fisiknya melebihi Ainz sejauh ini, masih cukup rumit untuk mengalahkan musuh yang kabur ke dalam hutan dengan sekali sapuan.

Dia dengan cepat menyusul target pertama, menggunakan kemampuan menangkap untuk membuat musuh pingsan.

Albedo menggunakan indra pendengarannya yang tajam untuk menangkap suara logam yang terus menerus terdengar di kejauhan becampur dengan suara jeritan dari orang yang pingsan. Namun, karena garis pandangan di halangi oleh pohon di dalam hutan, sulit untuk meyakinkan lokasinya. Ditambah lagi, pria yang tidak memakai armor yang terbuat dari logam, setidaknya, suara langkah kakinya pada rumput dan kayu. Oleh karena itu lebih sulit untuk Albedo yang kekurangan petarung gerilya dan job thief.

Albedo menggelengkan kepala dan menghela nafas, lalu memerintahkan:

"Mare, singkirkan mayatnya. Ah, benar juga, ingatlah untuk menyingkirkan orang yang tidak sopan terhadap Ainz-sama."

---

Igavaruji berusaha melepaskan diri mati-matian.

Pada rapat Guild, dia sudah tahu sebelumnya bahwa Momon adalah petualang yang lebih kuat dari dirinya, tapi Igavaruji masih menolak untuk mengakui fakta ini.

Namun kemudian, menyaksikannya mengendarai monster -- penampilan agung dari monster hebat dari legenda kuno terdekat, virtuous king of the forest, dia hanya bisa mengakui meskipun dia tidak mau. Memiliki kekuatan untuk menjinakkan monster seperti itu, dia pasti memiliki kekuatan lebih daripada kelas mythrill.

Setelah mengetahui bahwa percakapan semua orang yang ada di ruangan tadi adalah benar, Igavaruji dipenuhi dengan kemarahan.

Aku tidak tahu kamu terkenal di negara mana, tapi jangan menghalangi kami, jika kamu ingin informasi, aku akan berikan padamu. Jadi diamlah dan pergilah ke tempat lain.

Teritorinya sendiri dilanggar -- Ini adalah pemikiran sebenarnya dari Igavaruji.

Untuk menggapai cita-citanya sendiri, dia tanpa lelah menguatkan tubuhnya, mengalami banyak petualangan dimana dia lolos dari kematian yang hampir merenggutnya berkali-kali untuk naik kelas pelan-pelan, namun ada seseorang yang melompati banyak sekali kelas. Tentu saja ini membuat yang lainnya merasa tidak puas.

Jika sebuah kesempatan itu hadir, dia akan menendang tangganya, bahkan menyebarkan rumor untuk menghancurkan penilai orang lain padanya. Hanya karena maksud ini Igavaruji memutuskan untuk bepergian dengannya.

Oleh karena itu, ketika teman Momon yang berpakaian armor gelap muncul, ingin membantai kelompok Igavaruji, dia bisa memilih untuk kabur tanpa ragu. Meksipun dalam ketakutan dia masih mampu mengambil tindakan lebih cepat dari orang lain, karena dia didorong oleh pemikiran buruk untuk melaporkan Momon--tidak, berita buruk Ainz kepada Guild secepat mungkin.

Kamu layak mendapatkan ini. Aku pasti akan kembali dengan selamat, dan membuat seluruh publik tahu apa yang kamu lakukan!

Meskipun tahu hal itu saat ini, senjata mengerikan itu bisa membabat habis dari belakang -- Meskipun tahu hidupnya dalam bahaya, Igavaruji menyimpan perasaan terdalamnya dan mengeluarkan cibiran.

Dia benar-benar tidak perduli keselamatan teman-temannya. Tidak, jika mereka menjadi tameng daging agar dia selamat sendiri, itu akan semakin baik.

Aku ingin menjadi nomer satu, lalu mendapatkan kelas orichalcum, kelas adamantium dan menjadi seorang pahlawan yang dibicarakan oleh orang banyak.

Selain dirinya, tidak perlu lagi individu kuat lainnya. Teman hanyalah batu loncatan untuk meraih puncak. Dia akan menjadi pahlawan yang menyelamatkan dunia seperti tiga belas pahlawan di masa lalu. Ini adalah impian Igavaruji setelah mendenga legenda pahlawan dari pemain musik yang mengunjungi desa.

Menghancurkan impian ini, dan melebihi kelompoknya, itu bahkan lebih tidak bisa dimaafkan terutama karena dia adalah orang yang akan melakukan pekerjaan yang aneh.

Lari, lari dan lari.

Bisa terus-terusan lari menembus hutan tanpa kehabisan nafas, benar-benar pantas disebut Igavaruji petualang kelas mythrill.

Namun --

Igavaruji bimbang. Sebuah riak di hatinya muncul, dan sangat besar pula.

Dimana ini? Aku takut mereka akan menempatkan pengepungan...jadi aku seharusnya sudah memilih jalan yang melenceng...huh..?

Indera arah dari Igavaruji mengatakan dia sudah benar, namun, indera keenamnya menunjukkan lainnya. Meskipun ini adalah pertama kalinya dia mengunjungi hutan ini, dia tidak mungkin bisa kesasar. Namun karena alasan yang tidak diketahui, dia merasa tidak tahu dimana dia berada...

Inderaku pasti ada yang salah.

Dia betekad jika ini adalah masalahnya. Namun, dia tidak merasa bahwa inderanya salah sama sekali. Itu adalah firasat buruk tapi dia tidak punya pilihan lagi selain menerimanya.

"..Apakah aku tersesat? Bagaimana bisa... sebagai seorang Forest Stalker sepertiku menjadi tersesat?"

Job yang dipelajari oleh Igavaruji adalah Ranger, spesialisasi dalam operasi lapangan. Itu juga berarti bahwa hutan ini adalah seperti kebun belakang rumahnya. Namun, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dan familiar muncul, seakan hutan ini telah berubah menjadi mulut menganga dari binatang buas pemakan daging.

"Ini seperti labirin.."

Hutan yang seharusnya familiar ini sekarang terlihat berubah drastis, membuatnya merasa tidak enak dan gelisah dari lubuk hatinya.

Saat ini---

Suara desiran bisa terdengar.

Teringat Eksekutor hitam sebelumnya, Igavaruji dengan penuh ketakutan menolehkan kepalanya untuk melihat sekeliling atas sumber suara, dan melihat seorang anak kecil yang mengintip dari balik pepohonan.

Itu adalah seorang dark elf, masih saudara dekat dengan elf hutan, sebuah ras yang hidup di pedalaman hutan.

Mengapa disini ada dark elf?

Menurut rumor, desa dark efl terletak di pedalaman huta besar di selatan, sebuah tempatyang tak pernah dikunjungi oleh manusia. Dark Elf memang dasarnya seperti itu, seharusnya hidup jauh dari peradaban. Kali ini, mereka sangat berbeda dari elf hutan yang berdagang dengan manusia.

Dia merasakan getaran aneh dari dark elf tersebut, dan seorang anak-anak, muncul sendirian, membuat Igavaruji merasa curiga, Saat ini, anak itu keluar dengan malu-malu.

Ah, dia seorang gadis.

Memakai pakaian wanita, ekspresi ketakutan muncul disana dibandingkan dengan penampilan cantik, niat kejam dari Igavaruji muncul. Meskipun pemikiran bahwa gadis ini dikirim oleh Momon terbersit di otaknya, perbedaan sikap diantara keduanya sangat jauh berbeda, oleh karena itu dia merasa itu tidak mungkin dan tertawa.

Terlebih penting lagi, jika gadis tersebut adalah dark efl hutan ini, dia pasti tahu rute yang aman. Meskipun wanita berarmor gelap tadi mengejarnya, dia juga bisa menggunakan gadis ini sebagai perisai daging. Dengan pemikiran seperti ini, dan memperhitungkan bahwa intimidasi diperlukan untuk memastikan kepatuhannya, Igavaruji mengambil langkah maju.

"...Hey."

Dia sengaja mengeluarkan suara yang dalam dan mengintimidasi, dark elf yang ketakutan mengambil langkah mundur:

"Itu, ma.. maaf..."

Melihat dia ketakutan menyebabkan Igavaruji mengeluarkan seringai, merasa rencananya akan berjalan mulus.

"Tidak perlu minta maaf. Ada sesuatu yang aku ingin tanyakan padamu, jadi kemarilah sebentar."

"Uh...Uh, uh, itu.. ma..maaf."

Tidak tahu mengapa pihak lain meminta maaf lain, Igavaruji bingung, tapi tongkat sandalwood di tangan gadis dark efl itu sudah diayunkan kepadanya.

Seperti rantai seluruh tubuh Igavaruji diikat erat dengan tanaman.

Dia gugup hingga titik seluruh tubuhnya gemetar.

Dia adalah seorang kelas mythrill, namun tidak mampu menahan magic yang dirapalkan oleh gadis ini?

Meskipun dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk melepaskan diri, tanaman itu tidak bergeming sedikitpun. Dipenuhi dengan rasa khawatir, Igavaruji mengeluarkan bualan:

"Dasar gadis brengsek! Jika kamu tidak melepaskanku, aku akan membunuhmu! Hey!"

Dark elf itu dengan hati-hati menundukkan kepalanya dan berjalan menuju Igavaruji.

Saat inilah Igavaruji menyadai bahwa gaunnya bukanlah item biasa. Pakaian dan armor yang luar biasa, hampir seperti barang yang sangat bagus yang takkan pernah Igavaruji dapatkan. Ditambah lagi, dari matanya--ingatan dari teman elf hutannya sekali lagi datang ke otaknya.

Kecuali, sebelum ingatannya terbentuk penuh, sebuah bayangan jauh di wajahnya.

Gadis itu dengan memaksa mengayunkan tongkatnya ke bawah.

Wajah gadis itu masih dalam keadaan ekspresi ketakutan, tapi matanya tidak membawa emosi apapun. Tidak ada perasaan apapun atas apa yang akan terjadi kepada Igavaruji. Sikap yang ketakutan itu terlihat hanya sikap buatan yang diperintahkan oleh lainnya

Dia terpikir menghubungkan gadis ini dan wanita berarmor hitam kejam dari sebelumnya.

"Tu.. Tunggu sebentar! Apa yang kamu rencanakan--"

Albedo tiba sebelum tongkat Mare turun di kepala pria itu. Penutup kepalanya yang terkena tongkat buyar, dan tengkorak di dalamnya juga membentuk retak seperti terkena benturan, dengan bola mata yang tergencet keluar karena pukulan yang kuat. Tengkoraknya benar-benar hancur, seperti bermain Suikawari di pantai di musim panas.
TL Note : Suikawari - permainan memukulkan tongkat ke semangka.

"Kamu sudah bekerja keras."

"I..Itu, Albedo-sama, Su..sudah selesai...a.. apakah ini benar?"

Albedo yang melepaskan penutup kepalanya, tersenyum kepada Mare yang ketakutan mengangkat tatapannya.

"Bagus sekali. Meskipun metode eksekusinya agak berantakan, itu tidak apa. Ainz-sama juga seharusnya memujimu."

"Be..Benarkah! Hehehehe."

Setelah dark efl itu tersenyum gembira dan melirik kepada mayat itu, Albedo bertanya:

"Bagaimana dengan orang yang terakhir?"

"Ah, i itu... sudah selesai. Ma..mayatnya sudah dipindakan ke balik pohon."

"Ternyata begitu, bagus sekali. Kalau begitu, Mare, bisakah kamu membantuku memindahkan mayat ini ke Nazarick?"

"Me..Mengerti."

Albedo tersenyum lagi kepada pemuda yang mengangguk dan tersenyum dengan gigi yang meringis dan memegang tongkat yang penuh darah. Dia dasarnya adalah anak yang baik.

Namun, akan lebih baik jika dia lebih berterima kasih.

5 komentar:

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.3 bab 3 bag.4

Unknown mengatakan...

nice tx for translate
https://virtualoficesemarang.blogspot.com/

Kuhaku mengatakan...

Membunuh adalah jalan ainz,,wkwkwk

Unknown mengatakan...

...

Tekek hijau mengatakan...

Yap, dia adalah anak yang baik yang mematuhi orang dewasa untuk membunuh oran lain