Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

08 Maret, 2016

Overlord - Vol 6 - Chapter 7 Part 1

Attack Preparation - Persiapan Penyerangan

Part 1


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 3, 18:27

Brain tetap di sana hingga para penjaga yang dipanggil oleh Climb tiba. Ketika dia mulai menuju ke rumah Gazef kembali, matahari sudah terbenam dan perutnya sudah melilit lapar.

...Jika aku membut Stronoff kelaparan, aku akan merasa tak enak.

Dia mendorong pintu itu seakan rumahnya sendiri, tapi itu hanya karena dia telah memperoleh izin dari Gazef untuk melakukannya.

Saat dia mulai berjalan menuju kamar yang dipinjamkan Gazef, Brain mendengar suara langkah kaki yang menuju ke arahnya. Dia kira itu mungkin Gazef, dan memastikannya ketika langkah kaki itu terdengar dari tangga.

"Kamu telat Unglaus. Pergi kemana saja kamu?"

Tidak ada tanda-tanda mengkritik dalam suaranya. Melihat Brain yang tidak membalas dan termenung, mata Gazef semakin penasaran.

"Jika kamu baik-baik saja, apakah kamu ingin menceritakannya sambil makan?"

Itu adalah pemandangan yang menyejukkan bagi mata yang sudah lelah. Brain membalas dengan mengelus-elus perutnya.


"Kedengarannya itu adalah ide yang menakjubkan. Jadi, au kemana?"

Dengan sedikit ekspresi terkejut, Gazef menunjukkannya ke ruang makan.

"Apakah para pelayan memasakkannya untukmu? Ataukah kamu masak sendiri?"

Gazef tersenyum pahit dengan pertanyaan kosong itu.

"Tidak, aku sangat buruk dalam hal masak memasak."

Dia melanjutkan dengan sedikit rasa penasaran.

"Mungkin para pelayan yang semakin menua, karena masakannya selalu agak kurang berasa. Setelah seharian kerja, kamu ingin menikmati sesuatu yang kuat, tapi para pelayan kelihatannya tidak terlalu mengerti."

"Kapten Prajurit terkuat dari Kingdom dipaksa makan masakan yang kurang berasa bumbu masakannya?"

Brain tersenyum saat dia menggoda Gazef, tapi Gazef membalas dengan tekanan seperti biasanya.

"Unglaus, Aku ingin sekali memberimu makanan sehat yang kurang terasa bumbunya dari rumahku, tapi kita harus menerima makanan yang kubawa dari luar."

"Jika memang begitu, aku harus berterima kasih kepadamu karena sudah sangat pengertian."

Melihat senyum Brain, Gazef tertawa lepas sedikit. Namun, serangan baliknya dilakukan.

"Tapi bagaimana denganmu, apakah kamu bisa masak?"

Pedang bantahan Gazef kelihatannya luput dan menebas udara tipis.

"Yang tidak susah-susah dan hanya yang sederhana. Akan jadi masalah besar jika kamu tidak bisa masakan ketika perjalanan untuk latihan atau ekspedisi."

Mengangguk perlahan, Gazef membawa keranjang kecil yang ada di pojokan ruang makan. Keranjang itu cukup besar untuk bisa memuat seorang bayi dan sebuah aroma yang menstimulasi hidung dan perut terhembus ke udara.

Dua orang itu duduk saling menghadap.

Setelah mengeluarkan beberapa makanan dari dalam keranjang, mereka memenuhi gelas-gelas itu dengan wine dan mengangkatnya untuk saling bersulang. Tidak ada alasan khusus mereka bersulang dan meneguk habis wine dalam keheningan. Brain mengambil dua teguk besar sebelum menurunkan gelasnya.

Dia mengeluarkan helaan nafas dalam-dalam dan bergumam dengan hati yang gemetar.

"..Sudah lama sekali aku tidak minum."

"Sama juga denganku. Aku tidak pernah makan di rumah akhir-akhir ini."

"...Tugas istana pasti sulit."

"Sejak aku menjadi Kapten Prajurit, kelihatannya selalu ada sesuatu."

"Mempertahankan keluarga kerajaan juga?"

"Itu juga. Kenyataannya itu adalah tugas utama."

Setelah mendengarkan cerita Gazef, Brain bisa merasakan betapa teguhnya Gazef itu. Dia tidak bisa sembarangan melenceng jalan-jalan dari waktu ke waktu, tapi dia terus bergerak maju dalam garis lurus.
'Seseorang seperti ini pasti dibenci oleh para bangsawan'.

Seakan asumsi Brain benar, cerita Gazef hampir tidak mengandung penyebutan bangsawan apapun. Meskipun berada pada posisi tinggi seperti Kapten Prajurit, kebanyakan dari ceritanya adalah tentang kehidupannya sebagai seorang prajurit atau tentang keluarga kerajaan. Ada juga cerita tentang pesta dansa yang megah.

Perubahan terjadi di negara-negara tetangga seperti Empire, tapi di dalam Kingdom berdiri sebuah dinding perbedaan status yang besar antara bangsawan dan orang biasa.

Bagi Brain, seluruh situasi ini menggelikan.

Dia mencurahkan seluruh waktunya untuk berlatih agar bisa mengalahkan Gazef, dan dia mengharapkan sebuah pertarungan hingga mati ketika bertemu lagi selanjutnya. Sekarang, mereka duduk minum bersama sebagai teman. Seakan jika pemikirannya terbaca, Gazef tersenyum pula.

Gelas-gelas mereka berbenturan sekali lagi, tapi merasa sedikit mabuk, mereka bertatapan terlalu keras dan beberapa wine tercecer di meja.

"Cobalah untuk tidak mencecerkannya ke dalam makanan."

"Mungkin akan terasa lebih enak dengan wine di makanan itu."

"Aku tidak seberapa tahu dengan rasanya... Unglaus, mungkin kamu juga sama?"

"Brain, panggil saja aku Brain."

"Baiklah, kalau begitu aku adalah Gazef."

"Ok, Gazef."

Mereka tertawa dan membenturkan gelas-gelas mereka sekali lagi.

Cerita Gazef terpecah dan ada banyak hal yang Brain tidak ketahui. Saat suasana semakin memanas, Gazef bertanya tanpa malu.

"Jadi Brain, apa yang sebenarnya terjadi dengan seseorang sekaliber dirimu?"

Seakan membuka luka lama, Gazef menjahitnya dengan hati-hati. Pengukuran Gazef kepada reaksi Brain bukan berdasarkan apakah dia bicara jujur atau tidak, tetapi benar-benar kekhawatiran asli.

"Trims."

Melihat Gazef yang banyak berkedip saat menerima terima kasih dari entah dimana, Brain merasa sedikit enakan juga. Dia mengambil momen sesaat untuk mempersiapkan dirinya sebelum bicara.

"...Aku bertemu seorang monster."

"Seorang monster? Macam apa?"

"Mungkin seorang vampir... Namanya Shalltear Bloodfallen. Serangan yang aku ciptakan.. untuk mengalahkanmu dipentalkan hanya dengan jari kelingkingnya."

Dia bisa melihat mata Gazef yang semakin lebar.

"...Begitukah."

Gazef mengambil seteguk wine. Brain juga melakukan hal yang sama dan mengingat pertarungan - Bukan, pembantaian yang terjadi waktu itu.

Tentu saja, dia tidak menyebutkan tentang kegiatan sebagai bandit. Gazef mungkin sudah mengira bagaimana Brain hidup sepertinya. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan kepada Gazef jika dia adalah seorang pria yang akan melakukan apapun untuk memperoleh kekuatan yang lebih kuat.

"Apakah kamu percaya padaku?"

"..Dunia itu besar dan luas. Tidak aneh bahkan jika ada seorang monster seperti itu ada. Kilas balik dalam sejarah, ada makhluk seperti Demon God dan Dragon Lord pula. Tapi seorang monster seperti itu... itu sudah di atas kemampuanku."

"Yea. Aku tidak tahu seberapa kuat dirimu sekarang, jadi aku tidak ingin bicara tanpa bertanggung jawab, tapi aku akan bilang mustahil bagimu untuk bisa menang melawannya, kita hanya akan bertahan 1 atau 2 detik paling lama."

"Hey, tolong katakan itu tidak mungkin."

Gazef protes dengan nada bercanda, tapi Brain membuat pembelaan sejujurnya.

"Gazef, kamu adalah seorang Kapten Prajurit yang bertanggung jawab melindungi keluarga kerajaan. Tolong jangan melawannya jika kamu pernah bertemu dengannya. Nyawamu sangat berharga."

"Aku berterima kasih atas nasehatnya, tapi jika monster yang disebut Shalltear itu mencoba menyerang sang raja, aku harus mengulur waktu meskipun itu harus dibayar dengan nyawaku."

Bahkan mengulur waktu akan mustahil jika monster itu setidaknya memutuskan untuk bermain-main dengan Gazef. Namun, jika itu adalah Gazef.... dia merasa Gazef pasti akan bisa melakukannya. Meskipun hanya untuk beberapa detik.

"Shalltear. Shalltear Bloodfallen ya."

Gazef mengangguk berat setelah bertanya tentang deskripsinya sekali lagi

"Baiklah, setelah kita berdua agak mendingan dari mabuk ini, maukah kamu mengatakan kepadaku sekali lagi? Kelihatannya akan bijak jika bisa mengumpulkan informasi itu sebanyak mungkin."

"Meskipun kamu sudah mengumpulkan informasi, aku tidak yakin jika ada yang bisa dikerjakan tentang hal itu."

"Jika sebuah badai datang, maka setidaknya kita bisa bersiap menghadapinya. Ditambah lagi, siapa yang tahu jika orang yang lebih bijak lainnya memiliki ide yang bagus."

"Itu akan menjadi jawaban yang terbaik."

"Aku memiliki beberapa kenalan yang merupakan petualang dengan peringkat adamantium. Mungkin mereka bisa memberikan beberapa ide... Jadi Brain, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Brain mengerutkan dahi dengan pertanyaan itu. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Tatapannya pelan-pelan berkelana ke arah Katana miliknya yang tergeletak di meja kecil.

Itu adalah penyesalan yang masih melekat.

Itu adalah penyesalan yang masih melekat. Tak perduli seberapa keras dia mencoba mulai sekarang, dia takkan pernah bisa mengalahkan monster itu. Impian menjadi yang terkuat sudah pecah berantakan. Hidupnya sudah habis. Dia tidak bisa hidup dengan kepala ada di dalam awan lagi.

Itu adalah mimpi yang liar dari seorang anak kecil..

"Apa yang harus kulakukan.. Mungkin aku akan kembali bertani."

pada awalnya dia adalah seorang petani. Dia hanya bisa samar-samar mengingatnya, tapi dia teringat dasar-dasar bercocok tanam dari sudut kepalanya. Semua hal selain kemampuan berpedang. Secara halus, dia hidup dengan satu tujuan.

"Itu... kedengarannya tidak buruk... tapi, apakah kamu mau mempertimbangkan melayani Kingdom bersamaku?"

Itu bukan penawaran yang buruk. Dia tidak akan pernah bisa menang melawan seorang monster seperti Shalltear, tapi sebagai seorang manusia dia menganggap dirinya berada di antara yang lebih kuat. Namun...

"Aku benar-benar tidak terbiasa bekerja sebagai tim. Aku tidak seberapa bagus dalam hal menundukkan diri juga."

"Apa kamu kira aku banyak melakukan menyembah-nyembah?"

"Ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyimpulkan bahwa kamu melakukannya. Hanya saja aku membayangkan seluruh orang yang bekerja di istana seperti itu... Gazef, idemu tidak buruk juga. Bertarung untuk orang lain... Ah! Ngomong-ngomong, aku ketemu bocah bernama Climb."

"Climb? Apakah yang kamu maksud adalah bocah dengan suara serak?"

Ketika Brain mengiyakan suara Gazef yang naik nadanya karena terkejut.

"Kamu ketemu Climb? dia adalah bodyguard sang putri, jadi aku tidak mengira dia akan meninggalkan sisi sang putri sejauh itu..."

"Aku melihatnya ketika dia sedang berlatih di kota."

"Berlatih di dalam kota... Dia sangat tidak berbakat jadi tidak mungkin baginya untuk menjadi lebih kuat dari sekarang. Apa yang tersisa darinya adalah memperkuat kekuatan fisiknya. Apakah latihan semacam itu? Jika tidak, maka aku harus memberinya sedikit ucapan nasehat."

"Hmmmm, dengan pedang... dia memang tidak berbakat. Tapi dalam sisi lain, dia lebih kuat dariku."

Gazef membuat ekspresi agar Brain berhenti bercanda.

Tentu saja, perbedaan antara Brain dan Climb adalah mutlak, dan bakat tidak bisa dibandingkan. Namun, di depan orang yang sejatinya kuat, Brain menyadari itu seperti membandingkan seberapa cepat siput bisa salin balapan. Di atas semuanya, memiliki hati untuk bisa berdiri melawan nafsu membunuh dari orang seerti Sebas patut dipuji tinggi-tinggi.

Aku yang hancur pasti akan lari. Tapi jika itu adalah Climb, dia takkan pernah berlari dengan orang yang seharusnya dia lindungi. Seseorang sepertinya.. mungkin cukup bagus untuk bisa memotong ujung dari jari kelingking monster itu.

Gazef mengeluarkan wajah penasaran, tapi Brain tetap terdiam. Malahan, dia menceritakan serangan ke salah satu rumah bordil yang dijalankan oleh Eight Fingers.

"Begitukah... dengan Climb."

"Jika kamu mengira hal-hal yang tidak mengenakkan akan terjadi padamu, tidak apa menendangku keluar. Setelah aku pikir-pikir lagi, akan jadi masalah padamu jika seseorang yang menghajar dunia bawah tanah keluar masuk rumahmu."

"Tidak, itu tidak apa sama sekali. Malahan, aku mempersilahkannya dengan segenap hai. Mereka adalah sampah yang mengotori Kingdom. Aku senang berdiri di depanmu dan menghancurkan tempat itu, jika mungkin."

"Apakah Eight Finger segitu merusaknya kepada Kingdom?"

"Sangat menjijikkan malahan. Mereka mengendalikan sebagian besar dunia bawah tanah. Dengan uang yang mereka peroleh, mereka membeli para bangsawan dan mengeksploitasi rakyat biasa pula. Meskipun kita mencoba menghancurkan mereka, para bangsawan yang mereka beli selalu ikut campur. Jika kita ingin menyerang, mereka harus dipukul secara spontan seperti yang kamu lakukan, Brain. Meskipun begitu, mereka memiliki lebih banyak kekuatan daripada bangsawan rata-rata, jadi jika kami gagal, reaksinya akan sangat besar."

"Antara hammer (palu) dan anvil (landasan tempa)."

"Yea. Akan bagus menangani mereka dengan beberapa pukulan seperti yang kamu lakukan. Sayangnya, tidak semudah itu."

"Bagaimana jika menggunakan otoritas keluarga kerajaan?"

"Itu tidak mungkin karena fraksi bangsawan yang menolak. Masalahnya adalah, mereka sudah membeli orang-orang dari kedua Frasi."

Suasana berat menyelimuti mereka berdua saat mereka minum dan makan tanpa bicara.

5 komentar:

Darklighter mengatakan...

wow... sugooii update nya cepet.. simpen dulu tunggu banyak baru baca.. numpang komeng gan.. terima kasih & sukses selalu

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.6 bab 7 bag. 1

Unknown mengatakan...

Mantap min

D mengatakan...

Khu ku ku....penasaran si Gazef tentang Climb...

Unknown mengatakan...

Terima thank you