Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

01 Maret, 2016

Overlord - Vol 5 - Chapter 4 Part 2

Congregated Men - Kumpulan Para Pria

Part 2


Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaBulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 3, 10:31

Sebas berjalan sambil berpikir bagaimana menghadapi lima orang yang sedang membuntutinya setelah dia meninggalkan rumah itu. Dia tidak memiliki tujuan tertentu di otaknya. Dia hanya percaya bahwa menggerakkan tubuhnya dan merubah pemandangan akan membantunya mendapatkan ide yang bagus.

Akhirnya, dia menemukan ada sebuah kerumunan di depan sana.

Disana, sebuah suara terdengar seperti marah dan tawa, bersama dengan suara dari sesuatu yang dihajar. Di dalam kerumunan, orang-orang berkata tentang bagaimana seseorang akan dibunuh, dan bahwa seseorang seharusnya memanggil penjaga.

Meskipun Sebas tidak bisa melihat menembus kerumunan itu, sebuah kekerasan pasti sedang terjadi.

Sebas berpikir untuk mengambil jalan yang berbeda, tapi saat dia akan merubah arahnya, dia ragu... dan berlanjut ke depan.

Dia sedang menuju ke tengah kerumunan.

"Maaf."

Dengan sebuah frase, Sebas bergerak di antara kerumunan dan melangkah ke dalam.

Seakan mereka terperangah dengan gerakan aneh si pak tua yang sedang mencoba menembus mereka, semua yang ada di jalan Sebas minggir darinya ketika dia lewat. Kelihatannya seperti ada orang lain selain Sebas yang sedang menuju jauh ke dalam kerumunan. Dari suaranya yang meminta untuk lewat, dia terdengar bingung karena tidak bisa lewat.


Setelah tiba di tengah-tengah kerumunan tanpa banyak kesulitan, Sebas memastikan dengan matanya sendiri apa yang sedang terjadi.

Beberapa pria dengan pakaian lusuh sedang menendang sesuatu sekaligus.

Sebas tanpa bicara melanjutkan perjalanannya. Dia mendekati pria hingga cukup dekat untuk mengulurkan tangannya dan menyentuh mereka.

"Ada apa ini pak tua?!"

Salah satu dari lima pria itu melihat Sebas dan bertanya dengan kasar.

"Aku kira ini sedikit berisik."

"Kamu ingin diajari sopan santun juga?"

Para pria itu bergerak mengelilingi Sebas, menunjukkan sesuatu yang sedang mereka tendang. Itu adalah seorang bocah. Entah dari mulut atau hidung, darah mengalir dari wajahnya saat bocah itu tergeletak. Dia tidak sadar karena ditendang dalam waktu yang lama tapi masih bisa bernafas.

Sebas menatap para pria itu. Bau alkohol menggantung di udara sekitar mereka, begitu juga dengan nafas mereka. Wajah mereka merah dan itu bukan karena latihan. Mungkin mereka tidak bisa mengendalikan kekerasan karena mereka sedang mabuk.

Sebas berbicara kepada mereka dengan ekspresi yang datar.

"Meskipun aku tidak tahu apa alasan kalian, aku yakin kalian sudah cukup."

"Ahn? Dia mengotori pakaianku dengan makanannya. Apakah aku seharusnya membiarkan saja?"

Di tempat yang ditunjuk pria itu, memang ada sedikit noda. Namun, pakaian mereka kotor dari awalnya. Dengan melihatnya seperti itu, noda itu bukan tidak diketahui.

Sebas memutar matanya kepada seseorang yang terlihat seperti pimpinan dari kelompok tersebut. Meskipun perbedaannya tidak mencolok, hampir tidak mungkin terlihat oleh manusia, Sebas bisa merasakannya dengan inderanya yang luar biasa sebagai seorang warrior.

"Memang benar... kota ini benar-benar memiliki ketertiban umum yang buruk."

"Ahn?"

Dari perkatan Sebas yag kelihatannya memastikan sesuatu yang jauh, salah satu pria itu merasa bahwa dia sedang mengabaikan mereka dan mengeluarkan suara yang penuh dengan kemarahan.

"...Menyingkirkalh dari hadapanku."

"Apa? Kakek, apa kamu bilang?"

"Aku akan bilang sekali lagi. Menyingkirlah dari hadapanku."

"Dasar brengsek!"

Wajah pria yang terlihat seperti pimpinan mereka menjadi merah. Dia mengangkat tinjunya untuk menyerang dan - roboh.

Suara terkejut terdengar dari berbagai arah, dan tentu saja, dari empat pria yang tersisa pula.

Apa yang dilakukan Sebas memang sederhana. Dia menggunakan tinjunya untuuk memukul dagu pria itu dengan akurasi yang tepat - dengan kecepatan yang sangat luar biasa dan hampir tidak bisa terlihat oleh mata manusia - dan membuat bingung otak pria yang ada di tengkoraknya itu. Meskipun Sebas bisa saja membuatnya terlempar dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, tapi dia tidak akan bisa membuat ketakutan kepada yang lainnya. Itulah kenapa dia menahan kekuatan miliknya.

"Apakah kalian mau meneruskan?"

Sebas bertanya dengan lirih.

Seakan ketenangan dan kekuatan membuat mereka tersadar, pria-pria itu mundur beberapa langkah sambil meminta maaf secara bersamaan. Sebas berpikir bahwa yang harusnya mereka minta mafa itu adalah adalah orang lain tapi tidak mengucapkannya.

Sebas memutar matanya dari pria itu saat mereka membantu rekan mereka bangun dari tanah. Dia lalu mencoba mendekati bocah tersebut tapi mengurungkannya di tengah jalan.

Apa yang sedang dia lakukan?

Sekarang ini, dia memiliki masalah sendiri yang harus ditangani segera. Tapi dia sedang mencoba untuk memikul beban lain. Betapa bodohnya. Ketika memang sudah begitu, bukankah ini adalah tipe tindakan yang tanpa dipikir lagi tepatnya dan kebaikan yang menjadi alasan mengapa dia sedang berada dalam masalah ini pada awalnya?

Bocah itu terlihat selamat; dia sudah puas dengan hal itu.

Meskipun berpikir demikian, Sebas mendekati bocah yang sedang terbaring di tanah. Dia menyentuh punggung bocah itu dengan pelan dan mengalirkan Ki miliknya. Kesembuhan yang sempurna bisa saja di lakukan jika dia menggunakan kekuatan penuh, tapi itu akan menjadi sangat mencolok.

Setelah memutuskan bahwa dia harus berhenti saat hampir sedikit lagi, Sebas bergerak ke arah orang yang kebetulan berada pada pandangannya.

"...Tolong bawa anak ini ke kuil. Sangat mungkin tulang rusuknya patah. Berhati-hatilah karena ini dan tolong bawa dia dengan hati-hati agar dia tidak terlalu banyak bergerak."

Melihat pria yang diberi instruksi itu menganggukkan kepala, Sebas bergerak lagi. Tidak perlu baginya untuk menembus kerumunan. Kemanapun dia berjalan, kerumunan itu terpisah di depannya.

Saat Sebas akan pergi, dia merasakan sejumlah orang yang mengikutinya telah bertambah.

Namun, ada sebuah masalah. Itu adalah identitas dari penguntitnya yang baru.

Lima orang yang mengikutinya dari rumah tidak diragukan lagi, orang-orang Succulent. Lalu siapa dua orang yang mulai mengikutinya setelah insiden dengna bocah tersebut?

Dari langkah kaki mereka dan suaranya, mereka seperti pria dewasa. Tapi dia tidak bisa menduga siapa itu.

"Memikirkannya tidak akan mendapat jawaban. Maka aku seharusnya menangkap mereka dahulu."

Sebas memutar di jalan dan berjalan semakin dalam dan dalam ke dalam kegelapan. Tetap saja, dia sedang diikuti.

"...Ini membuatku penasaran apakah mereka benar-benar memiliki niat untuk menyembunyikan diri."

Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda menyembunyikan langkah kaki mereka. Sebas penasaran apakah itu karena mereka tidak cukup pandai melakukannya, ataukah jika ada alasan lain. Bagaimanapun juga, dia bisa memastikannya sendiri. Saat kehadiran dari orang yang sedang lewat semakin samar, Sebas akan membuat gerakan ketika - seakan menyamai timingnya - suara dari seorang pria yang masih mudah mengalir dari salah satu pengikutnya.

"-Permisi."

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Pertamax, update gan

Fandy mengatakan...

sebas yg di ciptkn dngn tingkt keadilan yg tinggi dri sang pnciptany.. hhhh sebas bnr2 sprti ktaka ainz yg lmh di slmatkn touch me. nect min sankyu

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.5 bab 4 bag. 3

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.5 bab 4 bag. 2