Enri's Upheaval and Hectic Days -
Kesibukan dan Kehebohan sehari-hari Enri
Part 2
Enri berdiri di depan Great Forest of Tob. Tentu saja, dia tidak sendirian. Di sampingnya ada anggota-anggota dari pasukan Goblin yang telah dikumpulkan.
Para goblin memakai equipment dengan baju rantai, perisai bundar dan golok yang kokoh, yang mana menggantung di ikat pinggang mereka. Mereka memakai Jubah berwarna coklat di bawah armor mereka dan sepatu boot kulit berbulu di kaki mereka. Pada ikat pinggang itu ada banyak kantung untuk item-item kecil. Tak ada yang tahu apakah mereka cocok atau tidak.
Goblin yang memakai armor lengkap membuat pemeriksaan terakhir mereka kepada equipment masing-masing. Mereka mengisi penuh kantong-kantong kulit untuk air dan memastikan goloknya sudah ditajamkan.
Setiap orang memakai perlengkapan yang baik, namun mereka membawa sedikit barang bawaan. Itu karena rencananya hanyalah untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka, dan tidak melakukan ekspedisi perjalanan yang panjang di dalam hutan.
Tidak semua dari pasukan itu ditugaskan untuk melindungi Enri. Tujuan mereka adalah untuk mengamati secara menyeluruh area sekeliling dan memastikan informasi yang dikumpulkan oleh goblin wolf rider lebih jauh. Itu artinya, mereka sedang mengamati dengan hati-hati situasi saat ini di dalam Great Forest of Tob. Untuk melindungi desa, para goblin memutuskan untuk melakukan pengamatan sekeliling dan pedalaman.
Hanya tiga goblin yang menemani Enri.
Mereka dan satu orang lain: Nfirea. Dia telah membuat persiapan juga, memakai pakaian yang cocok untuk mengumpulkan tanaman obat di dalam hutan. Dengan Nfirea bersama mereka, perjalanan untuk mengumpulkan tanaman obat pasti akan sukses.
Mungkin dia telah merasa Enri sedang melihatnya, lalu membalikkan badan, bertanya "Ada apa?" Meskipun Enri melambaikan tangannya seakan berkata "Bukan apa-apa, tidak ada apa-apa," salah satu goblin yang ada di dekatnya mengetahui dan semakin mendekat ke samping Enri.
Dia adalah goblin yang memiliki tubuh berotot dan atletik sehingga sulit bagi orang yang melihatnya menganggap dia sebagai goblin. Dadanya dilindungi oleh pelindung dada yang kasar namun bisa diandalkan, dan sebuah pedang besar yang dia gunakan tersarungkan di punggungnya.
Ini adalah Jugem, pemimpin dari para goblin, diberi nama seperti goblin ranger dalam cerita dongeng yang disebut 'Jugem Jugem' oleh Enri. Selain itu, ada nama-nama knight lain yang juga melakukan pertempuran bersama dengan goblin ranger tersebut, dan nama mereka juga digunakan untuk goblin lain.
"Seharusnya tidak ada masalah... ada apa?"
"Tidak, memang tidak ada apa-apa, tidak ada masalah! Aku hanya sedang melihatnya."
"Itu bagus, lagipula, ketika kamu berada di dalam hutan, kamu bisa kehilangan nyawamu hanya karena sedikit meleng. Jika ada yang aneh, apapun itu, kamu bilang padaku."
"Benar sekali, Ane-san. Seperti yang kita setujui sebelumnya, kami semua sedang mengamati hutan, jadi jika ada apapun yang terjadi dan kami tidak bisa disana tepat waktu.... tidak apa, ya khan?"
Wajah brutal Jugem mengkerut dengan tampang yang mirip khawatir, dan dia menatap wajah Enri. Melihat itu, Enri tersenyum dan membalasnya.
"Tidak apa. Kita tidak akan masuk terlalu dalam, dan mereka akan melindungiku."
"Itu bagus..."
Jugem mengikuti garis pandangan Enri ke arah tiga goblin di depan mereka. Lalu dia berteriak.
"Oi! Kalian! Sebaiknya kalian tidak membiarkan Ane-san mendapatkan goresan sedikitpun, paham?!"
"Paham!"
Tiga goblin, Gokoh, Kaijali dan Unlai, merespon dengan teriakan sepenuh hati.
"Dan Ani-san, kamu akan menjaga Ane-san juga, ya kan?"
Enri tiba-tiba menyadari jika Kaijali, entah kenapa, melonggarkan ototnya dengan pose dua bisep di depannya.
"Maksudmu aku harus mengambil alih disini?..kah! Tentu saja! kamu bisa mengandalkanku untuk melindungi Enri!"
Untuk sesaat, Enri membayangkan Nfirea sedang menunjukkan giginya yang berkilau saat dia memancarkan rasa percaya dirinya melalui senyumnya. Sikapnya sekarang sangat berbeda dari biasanya, dan sejujurnya terasa seperti menjijikkan. Namun, itu mungkin hanyalah kegembiraannya karena akan berjalan masuk ke hutan.
Seperti seorang bocah, Enri tersenyum, merasa seperti seakan dia adalah seorang kakak.
"Terima kasih Enfi. Aku akan mengandalkanmu."
Aneh, apakah dia melakukan pose membusungkan dada barusan...? Apa maksudnya?
"Ahhh, itu lagi.. oh, tentang itu, aku sudah mempersiapkan banyak item-item kimia yang kubuat sendiri, jadi serahkan itu padaku!"
Setelah melihat senyum berkilauan Nfirea sekali lagi, senyum pun runtuh dari wajah Enri.
"Uh...mm. Lakukan saja itu."
"Ah, ya, kalau begitu sudah diputuskan...meskipun. Sejujurnya, meskipun kita tidak akan melakukan pekerjaan yang berbahaya, ini..."
Jugem berputar memandang kepada Enri, menunjukkan ekspresi masamnya. Enri mulai sedikit jengkel setelah mendengarkan pertanyaan ini lagi setelah berkali-kali menjawabnya di desa, namun karena dia anya bertanya karena khawatir, Enri tidak bisa mengabaikannya.
"Mungkin itu memang benar, namun kenyataan yang ada jika tak ada tanaman obat, kita tidak akan bisa mendapatkan uang..."
"Bagaimana dengan kulit binatang? Kita bisa mendapatkan itu."
"Itu bukan ide yang buruk, tapi tanaman obat adalah yang paling berharga."
Kulit binatang dan tanaman obat benar-benar berada dalam kategori harga yang sangat berbeda. Perbedaannya jika dibandingkan seperti langit dan bumi. Memang benar, beberapa binatang tertentu terutama binatang langka memiliki kulit yang layak dengan harga mahal, namun itu hanya beberapa.
"Jika Ani-san bisa berbagi miliknya..."
"Kita sedang menggabungkan milik Bareare dan milik kita sendiri. Kita bekerja sama dan membagi keuntungannya. Kita tidak bisa mengambil itu semua sendiri."
Saling membantu di dalam situasi yang sulit adalah kunci dari kehidupan desa - seperti itu, memang nantinya delapan puluh persen pendapatan mereka akan diperuntukkan untuk manfaat masyarakat desa. Ini juga mengapa anggota keluarga yang tamak dan egois takkan bisa betah disini, karena sikap demikian tidak akan pernah diperbolehkan. Swasembada adalah syarat yang ketat.
Dua orang itu mulai membuang muka dari Nfirea, yang sedang berkata dengan lirih, "Kaijali-san, tolong perhatikan suasana hati yang ada disini dan berhentilah membuat pose aneh itu..."
"Jika itu masalahnya, maka pastinya... dan memang akan begitu juga... yah, jika kamu tinggal dengan Ani-san, kamu bisa dan harus mengumpulkan kekayaan... tapi... kelihatannya tak ada yang menghalangi itu..."
Kaliamat Jugem perlahan kehilangan kekuatannya. Dia tahu jika dia tidak bisa menghentikan Enri yang ingin masuk ke dalam hutan.
Meskipun Enri tidak ingin membuat ini menjadi sulit bagi Jugem dan yang lainnya yang perduli dengannya, dia tidak akan berpaling dari arah yang dia tuju.
Lagipula, dia sudah memutuskan untuk masuk ke dalam hutan meskipun tahu itu berbahaya karena dia pernah mendengar Jugem berkata, "kami tidak bisa memperbaiki perlengkapan kami."
Mengasah dengan batu memang membantu, tentu saja, namun merawat dan memperbaiki senjata logam membutuhkan jasa dari seorang ahli tempa profesional (professional blacksmith). Itu artinya bahaya yang hampir tak kentara mengancam seluruh goblin. Jika perlengkapan mereka memburuk, itu artinya nyawa mereka akan dalam bahaya. Merawat perlengkapan tempur mereka adalah hal yang penting.
Apa yang bisa dia lakukan untuk mereka, yang telah mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya? Enri tidak bisa terus bersembunyi dan menikmati hasil kerja keras mereka. Saat mereka telah memberikan segalanya untuknya, dia juga harus melakukan apapun yang dia bisa untuk mereka. Itu adalah keputusan Enri.
Para goblin bukan hanya bodyguard Enri, mereka adalah penjaga desa. Jika dia memutuskan untuk menekankan hal itu, dia mungkin bisa memeras uang yang dibutuhkan itu untuk melengkapi goblin dari para penduduk desa. Namun, Enri memutuskan untuk menyerah terhadap ide itu.
Tak perduli bagaimana, Enri hanya mencoba untuk membalas budi kepada para goblin melalui usahanya sendiri. Ekspedisi ini adalah bukti itu.
"Biasanya, hal yang paling aman untuk dilakukan adalah untuk memastikan area itu bersih dari bahaya sebelum masuk..."
Menyela dari belakang ada seorang goblin yang berprofesi sebagai mage, Dyno.
Dia adalah seorang magic caster arcane yang memakai tulang tengkorak makhluk mirip manusia sebagai penutup kepala.
Di tangannya ada sebuah tongkat yang bahkan lebih panjang dari tubuhnya, terbuat dari kayu sederhana yang bengkok-bengkok. Dia berpakaian seperti kostum tribal seluruh tubuh yang eksotik yang berhasil menonjolkan dadanya yang amat kecil. Wajahnya kelihatannya lebih lembut dari goblin pria. Enri bisa mengenalinya karena dia adalah pemimpin wanita mereka, tapi orang biasa mungkin tidak akan mampu melihat detil itu.
"Namun, kamu tak bisa memastikan itu aman, ya kan?"
"Mm, itu benar. Sayangnya, kita tidak bisa melakukan itu. Paling banter yang bisa kita lakukan adalah memastikan jika hutan kelihatannya tenang, namun itupun perlu waktu. Dan jika kita ingin mencari tahu ketika ketegangan meninggi lagi, itu pun akan memakan waktu yang lebih banyak lagi."
Jika mereka melakukan itu, mereka akan melewatkan kesempatan untuk mengumpulkan tanaman obat yang diinginkan. Setelah mendengarkan kalimat Dyno. sebuah tekad kuat berkumpul di matanya dan dia membalasnya.
"Tidak apa, kita tidak akan pergi terlalu dalam."
Setelah mendengar dia mengulang itu beberapa kali, Jugem menyadari bahwa dia tidak bisa merubah pemikiran Enri. Malahan, dia melihat ke tiga goblin yang akan pergi dengannya. Apa yang dia bilang ada mereka sama dengan apa yang dia harus katakan kepada mereka sebelumnya.
"Kami takkan bisa melindungi Ane-san, jadi kalian harus melakukan itu untuk kami. Kamu sebaiknya menjaganya tetap aman! Dan Ani-san juga!"
"Aku mengerti!"
"Yang paling aman adalah kita semua tetap bersama-sama seperti biasanya. Membagi kekuatan tempur kita hanya mencari masalah."
Dyno berguman sambil bernafas.
"Jika kita melakukan itu, maka kita akan terpaksa menghadapi musuh, ya kan?"
"Benar sekali. Jika ada monster yang datang ke desa memutuskan untuk tinggal di dalam hutan, menyingkirkannya selamanya akan sangat susah. Sekali saja mereka membangun sarang, mereka takkan pernah mau pergi. Meskipun kita mengusir mereka, mereka akan datang kembali setelah beberapa saat."
Karena keseimbangan kekuatang di dalam hutan telah berubah, memantau Hutan - terutama area yang mengelilingi desa - adalah hal yang sangat penting.
"Bagus. kalau begitu, mari kita bergerak! Selesaikan yang ada di sini dan bertemu dengan Ane-san!"
Merespon panggilan Jugem, pasukan goblin serentak berseru setuju.
----
Di dalam Great Forest.
Meskipun mereka sudah berjalan sekitar seratus lima puluh meter ke dalam, suhu udaranya sudah turun beberapa derajat. Ini terjadi hanya karena tidak ada sinar matahari yang menembus sampai ke dalam hutan. Meskipun begitu, di dalam hutan tersebut tidak sepenuhnya gelap gulita, dan Enri masih bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Itu seperti berada di dalam ruangan dengan AC yang menyala penuh. Dengan cara seperti ini, Enri dan empat anggota lain dari kelompoknya maju ke dalam hutan.
Saat ini, hutan tersebut didominasi oleh keheningan. Selain dari suara lembut cabang pepohonan yang bergoyang dan suara teriakan dari burung-burung dan hewan liar, tidak ada yang lain. Langkah kaki Enri dan rekan-rekannya bergema keras. Tim lain yang dipimpin oleh Jugem sudah masuk jauh ke dalam, dan mereka tidak lagi terdengar.
Enri dan rekan-rekannya membentuk formasi segitiga secara kasar saat mereka maju ke dalam hutan. Di tengah formasi ada Enri dan Nfirea.
Sangat sulit untuk mempertahankan formasi yang luas di dalam hutan. Biasanya, mereka akan pergi dengan hanya satu baris, namun agar bisa melindungi keduanya, para goblin bersikeras melakukannya seperti ini. Sebagai hasilnya mereka kehilangan kecepatan, namun itu tidak bisa dihindari.
Saat mereka semakin maju ke dalam, Nfirea mulai melihat ke atas dan ke arah utara.
Dia sedang mencari harta karun yang tertidur di dalam hutan yang lebat - tanaman obat-obatan.
Enri bukanlah seorang pemula dalam mengumpulkan tanaman obat. Seorang gadis seusianya akan mengetahui semua hal tentang tanaman obat yang bisa diambil dengan mulut atau dioleskan pada area yang terkena, atau tanaman obat biasa yang digunakan sebagai bahan potion. Namun, di dalam hal ini dia benar-benar kalah dari Nfirea. Bukan hanya karena Nfirea yang sangat akrab dengan tanaman-tanaman obat, dia bahkan tahu yang mana yang berguna sebagai dasar dari senyawa alkimia.
"Ketemu tanaman obat langka?"
Dari seluruh pertanyaan yang ditanyakan Enri, Ini kelihatannya adalah satu pertanyaan yang sudah sangat dia tunggu. Para goblin yang mengelilingi mengambil pose mereka.
Sebuah pose meregangkan dua otot bisep lagi... apa ini tren terbaru atau bagaimana?
Enri yang memiringkan kepalanya tidak menyadari ekspresi jengkel yang samar dari wajah Nfirea.
"Mengapa aku tidak berhenti bilang pada mereka untuk berhenti membuat pose... menyebalkan sekali tidak memiliki keberanian. Kalau begitu, apakah ada lumut coklat di sebelah sana?"
Ternyata, ada lumut coklat yang tumbuh di tempat yang ditunjuk oleh Nfirea.
"Itu adalah Bebeyamokugoke. Campur sedikit tanaman itu dengan potion healing dan itu akan sedikit meningkatkan efeknya."
"Oh, benarkah? Aku kira itu hanya lembaran lumut biasa dan melewatkannya. Tanpa Enfi, aku mungkin akan mengabaikannya sama sekali. Seperti yang kuduga dari Enfi."
"Benar sekali, sekarang Ani-san memang sangat mengagumkan. Apakah lumut itu bernilai mahal?"
"Nilai cukup mahal..ah, tunggu. Jangan diambil. Apa yang diincar oleh Enri dan diriku bahkan bernilai lebih mahal. Jika kita tidak menemukannya, maka kita bisa mengambil yang ini saat kembali."
"Ternyata begitu. Yeah, kami paham. Ngomong-ngomong, bagi Ani-san, hutan ini pasti seperti kotak harta karun, karena sangat mudah mendapatkan kekayaan disini. Ah! Dengan Ani-san aku merasa jauh lebih tenang."
"Hal seperti ini--"
Pose para goblin yang ada di sekeliling berubah.
"Ya, hm, mungkin memang seperti itu. Satu hal yang pasti, orang-orang yang bepergian denganku tidak akan kesulitan. Aku sangat yakin dengan hal itu."
"Mmm. Enfi pasti bisa melakukan itu."
Suasana hati yang canggung mengalir ke dalam hutan yang sedang tidur.
"Kalau begitu, Ane-san, apakah hanya itu?"
"Hm? Kaijali-san, apa maksudmu?"
"Hm? Tidak, aku sebenarnya, bukan apa-apa...ah... setelah dipikir-pikir, ada pertanyaan yang aku lupa tanyakan. Tanaman macam apa yang sedang kamu cari?"
"Apakah kami tidak bilang padamu? Itu adalah tanaman obat yang disebut Enkashi. Lagipula kami akan biarkan Nemu menumbuknya nanti."
"Ah, jadi itu. Aku tahu. Meskipun sudah dijelaskan kepada kami, kami takkan bisa membedakan perbedaannya. Kalau begitu, ayo maju."
Selangkah demi selangkah, mereka semakin masuk jauh ke dalam hutan. Saat mereka semakin masuk ke dalam, hidung mereka mulai gatal karena aroma tebal dari hutan tersebut.
Tidak ada tanda-tanda aktifitas manusia di sini sama sekali. Tenggelam di tempat ini, Nfirea merasa ini adalah sebuah dunia dimana manusia terlihat lemah dan kecil. Lalu, dia membuka mulut untuk bicara.
"Mari kita mulai mencari di sekitar sini. Kami sedang mencari tempat-tempat dengan banyak naungan dan kelembaban... apakah ada sumber air di dekat sini? Tumbuhan obat itu biasanya tumbu di dekatnya. Tidak ada tanda-tanda aktifitas monster disini, untung sekali."
Dengan pengalamannya yang besar sebagai seorang herbalist, jarang sekali Nfirea membuat kesalahan... Para goblin dan Enri mengangguk setuju.
Kelompok itu meletakkan barang bawaannya sehingga beban mereka turun drastis.
"Ahhhh... Ane-san, bisakah kamu bantu Ani-san?"
"Ah, ya, benar sekali. Enfi pasti sangat kerepotan sendirian."
Enri berjalan ke tempat Nfirea meletakkan barang bawaannya dan membantunya bekerja.
"Terima kasih, Enri."
"Tidak masalah Enfi. Meskipun setelah kupikir-pikir, seluruh perlengkapan spesialis ini memang menakjubkan. Kamu punya banyak barang...."
Di luar sudut matanya, Enri bisa melihat para goblin yang mengangguk menandakan sikap 'bagus sekali, bagus sekali'. Meskipun dia terkejut dengan mengapa mereka terlihat begitu senang, dia akhirnya memutuskan prioritasnya yang pertama adalah menyelesaikan pekerjaan.
"Kalau begitu, mari kita mulai pencarian!"
Dengan sebuah seruan "Oh!" untuk menurunkan volume suaranya, mereak mulai. Para goblin mengawasi garis pertahanan, sementara Enri dan Nfirea mulai mengumpulkan tanaman obat.
Meskipun Enri sudah siap dengan pekerjaan yang akan menjadi sulit, mereka beruntung dan segera menemukan tumbuhan Enkaishi. Lembaran yang padat tumbuh dengan lebat di celah-celah batang pepohonan.
"Sebelah sana. Kami menemukan dimana tempat mereka tumbuh dengan cepat. Seperti yang kuduga, memang yang paling baik adalah ketika aku bersama Enfi."
"Tidak, bukan seperti itu. Kita beruntung menemukannya di area yang sepi. Jika ada jejak-jejak monster, bisa gawat."
Bagi dua orang manusia, jumlah tanaman obat yang banyak, memang tidak mirip dengan harta karun itu sendiri, lebih mirip seperti gunung kecil koin. Enri mati-matian melawan hasrat yang terbakar di dalam hatinya. Tempat ini berbahaya, sebaiknya dia menyingkirkan sikap tamaknya dahulu dan terus bekerja menyelesaikannya.
Namun, Enri berlutut, dan mulai mencabuti akar dari tanaman obat dengan hati-hati.
Nilai obat dari Enkaishi ada di akarnya. Tapi tidak bisa begitu saja mencabut akarnya seperti itu. Tumbuhan seperti ini memang sangat keras, dan mereka akan tumbuh lagi selama akarnya tetap ada. Memang sangat disayangkan, tapi menguras gerombolan tanaman obat ini (yang memang sangat menantang dalam menemukannya sejak awal) dengan memanen berlebihan itu seperti membunuh angsa yang mengeluarkan telur emas.
Sebuah aroma kuat memanggang hidungnya saat Enri melakukan pencabutan, namun karena dia terbiasa dengan hal semacam itu, bau tersebut tidak menghalangi pekerjaannya. Dibandingkan dengan rumah Nfirea, bau ini seperti surga.
Dia mencabut tanaman obat tersebut setangkai demi setangkai, menggenggam hasil panennya di bawah ketiak untuk mencegah tanaman itu hancur karena kecelakaan, lalu dengan hati-hati meletakkan ke dalam tas. Jika para goblin datang membantu, mereka akan selesai lebih cepat, tapi mereka terlalu sibuk mengawasi keadaan sekeliling. Enri bukanlah orang yang cukup bodoh untuk membuat mereka meninggalkan tugas jaga mereka hanya untuk membantunya.
Sebagai perbandingan, metode panen Nfirea seperti sebuah puisi yang bergerak. Dia dengan cepat menarik tanaman-tanaman itu dari tanah tanpa henti, dengan cara yang tidak merusak potensi tumbuhan tersebut sebagai obat. Teknik ini bahkan akan membuat kagum beberapa orang sesama proesi dalam hal ini.
Enri tanpa bicara melihat Nfirea, yang sedang menatap tanaman obat itu dengan ekspresi tekun di wajahnya. Wajah yang telah menjadi sangat akrab itu terlihat seperti orang lain di depannya.
...Dia sudah jadi seorang pria sekarang.
"..Ada apa?"
Nfirea tiba-tiba mengangkat kepalanya. Dia pasti telah merasakan pekerjaan Enri yang terhenti.
Meskipun Enri tidak melakukan apapun, Enri masih menundukkan kepalanya karena malu.
"Ah, itu, kurasa Enfi memang menakjubkan..."
"Benarkah? kurasa ini bukan hal yang fantastis. Aku hanya orang amatir dalam hal herbalist. Level seperti ini setara dengan level kursus."
"..Begitukah."
"Kurasa."
Percakapan itu terhenti begitu saja, dan dalam alur waktu yang pelan, stok tanaman obat di dalam tas punggung mereka semakin banyak. Setelah memenuhi lebih banyak dari separuh tas mereka, para goblin merunduk di dekat mereka, seakan sedang mencari tempat untuk bersembunyi.
Melihat wajah Enri yang terkejut, Kaijali memberikan isyarat tangan tanpa suara. Ini adalah keadaan darurat. Enri, yang mengerti, mengarahkan telinganya. Dari kejauhan datang suara tanaman yang sedang diinjak di bawah kaki.
"Ini adalah.."
"Ada sesuatu yang datang. Datang ke arah kita... atau lebih tepatnya, sedang maju dan kelihatannya akan berakhir di sini, jadi kita harus sedikit menyingkir dari sini."
"...kalau begitu, kita tidak akan memerlukan umpan untuk membuat keributan?"
"Benar sekali, Ani-san. Sebaiknya kita tidak menggunakan itu, rasanya keadaan akan bertambah buruk jika kita melakukannya. Ayo bergerak sekarang."
Limat orang itu mulai bergerak menjauh dari arah suara tersebut, bersembunyi di dalam bayangan pohon yang ada di dekat. Mereka tidak pergi lebih jauh karena mereka tidak ingin membuat suara pada tumbuhan yang ada di dekat sana. Jika kelompok lain hanya bergerak maju, tidak perlu mengambil resiko ditemukan seperti itu.
Karena pohon itu tidak seberapa besar, tidak bisa menyembunyikan mereka semua. Yang paling bisa mereka lakukan adalah membungkuk di akarnya dan berharap mereka tidak terlalu kelihatan.
Seperti ini, lima orang itu menahan nafas dan berdoa agar sumber suara itu akan berputar balik. Tapi sayangnya, ini tidak terjadi, dan figur yang membuat suara itu akhirnya datang ke dalam area pandangan Enri.
"Eh?!"
Sedikit rasa terkejut keluar dari mulut Enri.
Itu adalah goblin kecil yang terlihat berantakan.
Tubuhnya dipenuhi dengan luka-luka kecil yang terus berdarah. Nafasnya cepat dan tidak beraturan, dan bau darah dan keringatnya menyebar ke seluruh area.
Meskipun goblin itu mirip dengan manusia, goblin ini termasuk kecil dibandingkan goblin lain. Bagi Enri dan gobli yang memiliki kemampuan observasi yang terlatih, mereka mendapatkan kesimpulan yang sama yaitu "anak-anak".
Goblin yang masih anak-anak itu terlihat sangat ketakutan terhadap arah di belakangnya, yaitu di arah tempat dia datang. Tidak perlu lagi mendengarkan suara tanaman hidup yang terinjak yang mengikuti di belakangnya. Dari keadaannya, mereka adalah pemburu dan mangsa.
Dia menggerakkan kakinya yang kejang dengan penuh ketakutan, berlindung di bawah naungan rerimbunan tanaman yang berbeda dari milik Enri.
"Itu-"
"-Diam."
Gokoh bahkan tidak melihat Enri saat dia menyelanya. Mata itu tak henti-hentinya terpaku pada arah dimana anak itu datang.
Setelah sepuluh detik kemudian, pemburu itu menunjukkan diri.
Itu adalah binatang buas magis yang besar mirip dengan dark wolf (serigala gelap). Alasan mengapa mereka bisa dengan sekejap mengetahui itu bukanlah serigala biasa adalah karena rantai yang mengelilingi tubuhnya. Rantai yang membelit itu tidak menghalangi gerakannya sama sekali, seakan itu hanyalah ilusi. Dan dua tandung muncul dari kepalanya.
Nfirea menggumamkan nama dari binatang buas itu sendiri.
"Barghest..."
Meskipun binatang itu tidak mungkin bisa mendengarnya, barghest itu menyalak seperti anjing. Lalu - wajahnya berubah. Seperti seringai jahat yang tak bisa dibuat oleh binatang buas biasa. Perlahan binatang buas itu melihat sekelilingnya dan matanya terpaku pada pohon dimana goblin kecil tadi tersembunyi.
Seperti binatang buas yang mirip dengannya, barghest tersebut memiliki kemampuan mencari bau darah. Tidak mungkin binatang itu tidak bisa mencium bau darah dari goblin kecil yang berdarah-darah tadi hingga kemari.
Dari situasinya, alasan mengapa goblin itu berhasil sampai disini bukanlah karena dia bisa menahan si barghest. Namun lebih kepada karena barghest tersebut adalah makhluk yang sadis; atau mungkin itu karena dia adalah pemburu yang senang bermain-main dengan makanannya.
Tiba-tiba saja, barghest itu berhenti bergerak, rasa terkejut terlihat di wajahnya, dan mulai menatap ke tempat dimana mereka mengumpulkan tanaman obat tadi.
Ah-
Enri menarik wajahnya kembali. Yang lain cepat-cepat mengikutinya.
Dibalik batang pohon tersebut, Enri membuka tangannya. Kulitnya hijau dan belang-belang karena sisa-sisa tanaman. Di sampingnya, Nfirea juga sama.
Getah dan cairan dari tanaman yang dia ambil...
Ini adalah bau yang sama dengan bau saat Nemu menggiling tanaman obat. Meskipun mereka yang memiliki hidung yang mati rasa (seperti goblin-goblin itu) tidak keberatan, tapi bau yang kuat masih mengambang di udara. Jantung Enri berdebar keras, dan Enri menganggap itu menjengkelkan.
"Barghest itu mulai bergerak.. apakah dia kemari? Belum menyadari keberadaan kita, ya khan?"
Unlai, dengan telinga yang menempel di pohon, memberikan isyarat dengan tangan dalam sekejap.
"...apakah kamu bilang padaku binatang itu tidak bisa menggunakan indera penciumannya?"
"Apa maksudmu Ani-san? Bukankah monster-monster memiliki hidung yang sensitif..?"
"Itu karena bau itu." kata Nfirea saat menjelaskan sendiri.
Titik kuncinya adalah karena memang hidungnya yang sensitif terhadap baulah, aroma yang mengambang di area ini efektif terhadapnya. Barghest itu bingung dengan bau tangan dan tas Enri dengan bau yang ada di area yang sudah dipanen. Bahkan lebih baik, bau itu telah menutupi bau asli mereka.
Mungkin juga barghest itu merusak tanaman obat tersebut untuk membuat goblin anak-anak tadi keluar.
Meskipun bau yang kuat ada dimana-mana, jika mereka tergesa-gesa kabur, udara yang tidak tenang saat mereka kabur mungkin akan menangkap perhatian barghest tersebut.
"Kalau begitu, mari kita gunakan anak-anak itu sebagai korban dan menyelesaikannya. Kita tidak tahu seberapa kuat barghest itu, dan menghadapinya tanpa pengetahuan yang lebih besar terlalu beresiko."
Kalimat yang dingin ini membuat Enri melihat ke wajah Gokoh.
Namun ini adalah kalimat yang logis. Para goblin meletakkan keselamatan Enri sebagai prioritas mereka yang teratas. Dengan berpikiran seperti itu, menghindari pertarungan melawan binatang magis memang bisa diperkirakan. Mereka akan mengorbankan salah satu makhluk jenis mereka sendiri tanpa berpikir panjang.
Kalimat yang dia katakan, dinilai dari tekad mereka, tidak salah sama sekali.
Namun, Enri benci dengan hal semacam itu. Meskipun mereka adalah spesies yang berbeda, tidak membantu seseorang yang bisa kamu bantu adalah hal yang memalukan dirinya sebagai seorang manusia.
Siapa yang tahu, jika dia bukanlah seorang gadis desa yang bodoh yang tak pernah tahu serangan goblin dan kurang awas terhadap bahaya, dia mungkin tidak akan berpikir demikian.
Enri melihat ke yang lainnya. Para goblin tahu apa yang diinginkan Enri. Mereka hanya tidak ingin mengucapkannya. Setelah itu, Enri melihat kembali ke arah Nfirea.
"Enfi..."
"Haa.. Aku akan bantu. Siapa yang tahu, goblin anak-anak itu mungkin akan menjadi sumber informasi yang berharga. Jika kita tidak mencari tahu mengapa dia kabur hingga kemari, itu mungkin akan membuat desa dalam bahaya."
Para goblin mengerutkan dahi mereka.
"Apakah ada peluang kamu kalah?"
"Pastinya. Tapi jika itu memang barghest, kita beruntung. Barghest yang semakin besar memang sangat kuat. Tapi dari rantainya dan ukuran tanduknya, kurasa dia bukan tipe itu. Jika itu hanya barghest, kita pasti bisa menang."
"Tunggu sebentar. Ane-san akan tetap disini, ya kan? Ane-san harusnya menghindari bahaya."
Enri menelan ludah. Dia tahu apa yang dia katakan hanyalah memuaskan egonya semata, dan perkataannya yang bodoh akan membuat bahaya bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi bagi orang lain di sekelilingnya. Tapi meskipun begitu, Enri masih membuat mulutnya untuk berbicara.
"...Jika kita mengabaikan seseorang yang bisa kita bantu, itu akan sama buruknya seperti menyiksa diri sendiri. Aku tidak ingin seperti orang-orang itu yang melukai yang lemah. Tolonglah!"
Kaijali, yang telah mengamati ekspresi tulus Enri, menghela nafas kalah. Di waktu yang sama, gonggongan aneh monste ritu terdengar. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara dari tawa yang mengejek dari dalamnya. Sebagai balasan muncullah ratapan menyedihkan dari goblin anak-anak itu.
Tidak ada waktu lagi bingung dan berdebat.
"Mau bagaimana lagi. Hajar dia, anak-anak!"
Para goblin itu mengambil inisiatif melompat keluar, diikuti oleh Nfirea.
Enri merasakan luka yang sangat menyakitkan datang dari dalam hatinya saat dia menyaksikan para warrior itu pergi ke medan perang untuk memenuhi permintaannya.
Yang hanya bisa dia lakukan adalah melihat mereka dari belakang.
Lalu, Enri berpikir, setidaknya aku harus tetap disini dan mengamati mereka, tanpa membiarkan diriku kehilangan fokus sedikitpun.
Empat orang yang melompat tadi melihat barghest yang sedang menekan goblin anak-anak di bawah kakinya. Goblin kecil itu mengeluarkan luak bau namun belum mati, karena barghest memiliki kebiasaan bermain-main dengan mangsanya.
Gerakan Barghest terhenti, dan mulai menatap sekelompok orang yang yang telah melompat keluar lalu kepada goblin kecil itu. Mungkin binatang itu ketakutan jika mangsanya telah menuntunnya ke dalam jebakan.
"Hey hey, ayo" kata Unlai, menunjuk diri sendiri dengan ibu jarinya. "Ingin bermain-main? Aku akan main denganmu. Ayolah."
Barghest itu mengerang, penuh kebencian.
Dengan gerakan yang mengalir secara alami, Kaijali menghunuskan belati machete miliknya dari pinggang. Goblin lain mengikutinya serupa.
"Tidak berpikir panjang. Aku akan ajari anjing tua sepertimu ini trik baru. Bagaimana kalau mulai dengan ' pura-pura mati?'"
"Ashaaaa!"
Merespon pancingan goblin-goblin itu, barghest tersebut semakin menekan goblin kecil yang dia injak tadi, dan dia mengeluarkan raungan marah.
Meskipun binatang itu tidak bisa bicara, tindakannya sudah jelas. Sekali saja bergerak akan kubunuh bocah ini. Namun-
"Bagus sekali! Silahkan saja dan bunuh dia!"
Tiga goblin itu mengabaikan pancingan barghest tersebut, melangkah maju dengan meraung sendiri.
Balasan yang tidak terduga ini membuatnya sebuah kebingungan di mata si barghest.
Barghest itu tidak tahu jika goblin-goblin tersebut muncul dengan niat menyelamat goblin anak-anak. Mereka kemari hanya karena keinginan Enri, dan sikap mereka adalah "Selama kami mencoba menyelamatkannya, itu sudah cukup."
Karena mereka sudah muncul untuk bertarung, jika mereka tidak membunuh barghest itu, Enri yang sangat berharga bagi mereka mungkin akan terluka. Karena hal itu, mereka harus menghabisi barghest tersebut selamanya. Jadi jika goblin kecil itu terbunuh, jika itu membuat tindakan pertama lawan mereka terbuang sia-sia dan membuat mereka bisa mendapatkan tindakan inisiatif, maka para goblin itu akan dengan senang hati membiarkan bocah itu tewas.
Melihat sendiri wajahnya yang terpantul pada belati dari tiga machete, barghest tersebut mengerti jika goblin kecil itu tidak bisa digunakan sebagai sandera melawan mereka dan berhenti bergerak. Barghest itu bingung apakah dia harus membunuh bocah itu atau hanya menekannya.
Menghabisi nyawa adalah hal yang mudah. Goblin kecil itu pasti akan habis dengan sekali gigitan. Namun, jika barghest itu melakukannya, tidak usah ditanyakan lagi dia pasti akan diterjang hingga berkeping-keping oleh senjata lawan.
Ancaman terhadap nyawanya membuat barghest itu mengambil keputusan.
Mengabaikan goblin cilik itu, barghest melompat ke arah para goblin untuk menemui serangan mereka.
Seekor barghest yang lebih berat dari seorang goblin. Barghest itu berharap untuk menekan lawannya di bawah tubuhnya dan menghabisi mereka dengan mengoyak tenggorokan mereka dengan cakarnya.
Namun, ini adalah pilihan yang salah.
Goblin yang disasar dengan mudah berputar menghindari dari percobaan serangan, dan di waktu yang sama dua goblin lain di kiri dan kanan menebas barghest tersebut dengan belati mereka.
Satu belati dipentalkan oleh rantai barghest itu, tapi belati lain mengoyak tubuhnya, mengirimkan darah itu kemana-mana.
Di waktu yang sama, sebuah botol kecil yang dilemparkan pecah setelah menabrak ujung hidung barghest tersebut.
"Shaaaa!"
Racun yang busuk sekarang mengurung mata dan hidung barghest itu menarik raungan merintih dari barghest tersebut.
Dan di dalam momen itu, tiga buat luka yang mengejutkan mengalir di seluruh tubuhnya.
Binatang itu bisa merasa sedang dalam bahaya dari aliran darah itu sendiri. Barghest itu menangis, pandangannya bergetar dan kabur, dan bergerak. Targetnya adalah orang yang telah melemparkan botol itu - seorang manusia.
Namun, Barghest itu hanya mengambil beberapa langkah ketika kakinya terperangkap ke dalam sesuatu yang ada di bawah dan tidak bisa bergerak.
Melihat ke bawah, dia melihat tanah yang ditutupi oleh cairan yang mirip dengan lem yang aneh. Cairan aneh itu tidak diserap oleh tanah.
"Lem itu tidak akan bertahan lama! Habisi dalam sekali serang!"
Merespon suara manusia itu, para goblin berteriak penuh semangat bertarung dan menyerang. Sebagai tambahan, manusia itu melepaskan sebuah mantra yang kuat dari arahnya.
"SHAAAAAAAA!!!"
Barghest tersebut telah menghabiskan seluruh kekuatannya untuk mencoba menarik kakinya dari tanah. Meskipun gerakannya menjadi pelan karena kakinya masih dibungkus oleh perekat dan kotoran, dia masih mampu melawan.
Melihat goblin yang semakin mendekat untuk membunuhnya lagi, barghest tersebut menggunakan kecerdasannya yang unggul (dibandingkan dengan binatang buas biasa) untuk menerima kenyataan bahwa "goblin ini adalah lawan yang kuat."
Dia mengakui jika ini berbeda dengan goblin biasa dalah satu hal yang krusial - mereka adalah lawan yang bisa membunuhnya.
Barghest tersebut mengetahui tiga metode serangan. Menanduk, menusuk lawannya dengan tanduk. Menggigit, merobohkan lawannya dengan menggaruknya dengan cakarnya. Tidak seperti barghest yang lebih kuat, dia tidak memiliki kemampuan khusus. Namun sebenarnya, dia mempunyai kartu as.
Taktik ini akan mengabaikan pertahanan sama sekali, dan jika dia gagal, sudah pasti tewas. Tapi sekarang bukanlah saatnya mengkhawatirkan menahan diri. Dia harus memanfaatkan dengan sepenuhnya apa yang bisa dianggap sebagai detik-detik terakhir dari hidupnya.
Barghest tersebut meraung dengan liar, menatap goblin-goblin yang menyerang maju.
"[Reinforce Armor]!"
Mantra itu datang dari belakang, dirapalkan oleh manusia tadi, membuat armor goblin tersebut bersinar dengan cerah. Barghest tersebut panik, menduga bahwa itu semacam mantra untuk menguatkan, tapi goblin-goblin di depannya itu hanya menyeraingai.
Mungkin itu membuat mereka ceroboh, tapi dengan armor yang diperkuat, goblin-goblin itu maju bersatu. Mungkin bisa disebut sebagai gerakan yang bodoh, tapi bisa juga disebut itu adalah langkah yang berani untuk segera mengakhir apa yang disebut sebagai pertempuran yang lama.
Itulah yang seharusnya terjadi - jika barghest tersebut tidak menduga mereka melakukan ini.
Jika seekor barghest bisa merubah mimik wajahnya semudah manusia, dia pasti akan tersenyum sendiri.
Rantai di tubuhnya membuat suara seperti seekor ular. Lalu, rantai-rantai yang mengikat barghest itu tiba-tiba menjadi hidup.
Belenggu yang tebal dan kasar mulai berputar dengan tenaga yang luar biasa.
Kemampuan khusus 'Chain Cyclone' akan membuat para goblin terluka parah, jika tidak langsung membunuh mereka.
Barghest tersebut sudah habis-habisan. Ini adalah gerakan besar yang hanya bisa digunakan sekali sehari, dan setelah rantai itu digunakan maka tidak akan bisa digunakan lagi sebagai armor setidaknya sepuluh detik. Resikonya sangat tinggi.
Serangan yang tak terduga itu membuat penghindaran para goblin telat satu detik. Ini adalah kesalahan yang fatal. Namun-
"Merunduk!"
Sebuah perintah menggelegar menembus udara sebelum rantai itu datang.
Barghest yang telah mempertaruhkan segalanya pada serangan ini melihat ke arah manusia lain, yang berteriak, dan matanya melebar.
Para goblin yang seharusnya telat dalam menghindarinya dengan gesit jatuh ke tanah, seakan suara itu telah menyuntikkan vitalitas dalam dosis baru kepada mereka.
Barghest tersebut menatap komandan yang berdiri di belakang magic caster.
Lalu, kaki depan barghest tersebut dan satu kaki depannya putus dari badannya. Barghest tersebut meraung kesakitan. Dia mencoba menarik kembali rantainya, memamerkan taringnya, mengancam, namun para goblin tak sedikitpun ketakutan.
"Ani-san, tidak perlu dukungan magic. Untuk keamanan, pasang saja alarm di sekitar tempat ini."
Barghest yang sudah tahu sudah kalah, berusaha mati-matian untuk kabur.
Tubuhnya yang biasanya lentur sekarang menjadi beban dan lambat. Itu adalah hal yang wajar mempertimbangkan tiga kakinya sekarang yang sudah buntung. Meskipun begitu, barghest tersebut ingin kabu dengan seluruh tenaganya.
namun para goblin berpikir sebaliknya.
Darah yang lengket menyelimuti rumput di sekeliling dan bau besi tenggelam ke dalam aroma tanaman.
Goblin-goblin itu melihat ke arah goblin anak-anak dari tempat mereka berdiri, darah mengotori belati di tangannya, cipratan darah setinggi lutut dan organ dalam bertebaran dari mayat si barghest.
Bocah itu terluka berat dan sudah kehilangan kekuatannya untuk lari, tapi dia masih memaksa tubuh bagian atasnya bersandar ke pohon.
"Hey, siapa kalian? Dari suku mana asal kalian?"
Goblin-goblin saling melihat satu sama lain, bingung bagaimana merespon pertanyaan dari seorang anak yang separuh ketakutan dan separuh curiga.
Pada masing-masing mata itu, mereka mendiskusikan strategi untuk sikap macam apa yang paling menguntungkan dan informasi macam apa yang seharusnya mereka buka tanpa suara, namun Enri merasa baha ada masalah yang lebih mendesak dari itu.
"Kita harus merawat lukanya dahulu. Apa yang bisa kita lakukan, Enfi?"
Bocah itu terluka sangat berat dan dia sudah kehilangan banyak darah. Jika dibiarkan, dia pasti akan mati. Meskipun Enri tidak tahu bagaimana menolongnya, dia berharap teman sejak kecilnya akan tahu apa yang harus dilakuakn.
"Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh tanaman obat biasa adalah menghentikan pendarahan, itu tidak akan membantu kehilangan darah. Namun..."
Nfirea mulai mengaduk-aduk ke dalam kantungnya.
" Ini ada potion healing yang baru diciptakan. Aku ingin menyerahkannya kepada Gown-san, tapi... bisakah kamu menunjukkan lukamu padaku?"
Nfirea berjalan ke depan, menarik botol kecil potion itu dari jubahnya.
"Tu-Tunggu, apa cairan yang kelihatannya berbahaya ini? Apakah itu racun?"
Rasa permusuhan berkelebat di wajah bocah yang ketakutan itu saat dia melihat potion berwarna ungu. Dari sudut pandang Enri - mungkin bahkan dari sudut pandang Nfirea - ini adalah reaksi yang biasa. Potion itu sangat terlihat mirip dengan racun baginya sehingga wajar berhati-hati. Namun, goblin-goblin sangat marah dengan perkataan bocah itu, dan mereka langsung menatap lebih dekat kepadanya.
"-Oi, bocah. Ane-san adalah yang memutuskan untuk menyelamatkanmu, beserta Ani-san. Kamu sebaiknya menjaga ucapanmu terhadap orang-orang yang sudah membantumu. Itu demi kebaikanmu juga, mengerti?"
Bocah itu menoleh ke arah belati yang dihunuskan di depannya. meskipun dia hanya seorang anak kecil, dia masih tahu itu adalah ide yang buruk membuat marah goblin-goblin di depannya. Dia terlihat menunduk, seperti sebuah boneka yang putus dari talinya.
Enri merasa bahwa akan lebih baik jika mereka tidak mengintimidasi anak kecil itu, tapi dia tahu goblin-goblin memiliki peraturan sendiri yang harus mereka patuhi. Tidak baik baginya untuk ikut campur dengan kepekaan manusiawinya.
"A-Aku minta maaf."
"Ah, tidak apa, jangan khawatir."
Saat dia menjawab, Nfirea membubuhkan potion tersebut di tubuh anak kecil itu. Luka-luka tersebut terlihat menutup.
"Uuuooooh! Apa ini? warnanya memang menjijikkan tapi menakjubkan!"
Bocah itu merasakan tatapan dari goblin yang mengelilinginya dan gemetar.
"Ah... tidak, aku, ah, te-terima ka-kasih ba-banyak..."
"Oh, kelihatannya gova ini punya sopan santun juga."
"Bagus sekali. Dengan begini, aku bisa bilang kepada Gown-san jika percobaannya selesai tanpa celah."
Nfirea melihat sekeliling, mencari persetujuan. Enri dan para goblin, yang paham artinya, mengangguk kepadanya.
Potion yang Nfirea buat dari bahan-bahan yang disediakan oleh magic caster hebat Ainz Ooal Gown, yang telah menyelamatkan desa Carne. Bukan hanya tidak perlu menghabiskan uang untuk biaya penelitian, tapi dia bahkan menyediakan seluruh bahan yang dibutuhkan. Dengan pemikiran seperti itu, arti dan nilai dari potion yang dia ciptakan sudah jelas sekali.
Fakta bahwa Nfirea memutuskan untuk menggunakannya sendiri adalah masalah besar, tapi mungkin dia bisa menyampaikannya sebagai evaluasi praktek dari efek potion itu.
Jika aku menjelaskannya kepada Gown-san setelah tahu kenyataannya, dia mungkin akan memperbolehkannya... lagipula percobaan adalah prinsip fundamental dari farmasist.
"Kamu, kamu menggunakanya sebagai kelinci percobaan!"
Tak mampu membaca suasana, bocah itu terperangah karena terkejut, sementara Enri dan Nfirea meringis membalasnya. Sebuah reaksi seperti ini adalah hal yang wajar dari seseorang yang tidak tahu detil penuh dari situasinya.
Meskipun dua orang itu setidaknya berhasil tersenyum dalam menyikapinya, orang lain yang hadir disana tidaklah sepemaaf itu. Goblin-goblin yang hadir tidak bisa membendung kemarahan mereka, dan meludahkan ucapan seperti, "bajingan cilik itu!" dan seterusnya.
Enri menggenggam tangannya untuk mencoba menenangkan mereka. Reaksi ini memang wajar bagi bocah yang tak tahu apa-apa, dan karena dia seorang anak-anak, bereaksi berlebihan tidak akan membuatnya tenang.
"Yah, jika Ane-san berkata demikian.. lagipula, kita seharusnya segera bergerak. Siapa yang tahu monster lain apa yang akan tertarik oleh bau darah."
"Dan, meskipun kita menang... Ane-san. Tolong jangan melakukan hal seperti ini lagi, okay? Tugas kami adalah melindungimu."
"Berantakan sekali. Tetap saja, mendengar suara Enri seperti itu benar-benar membuatku takut."
"...Yah, itu karena suara itu kita baik-baik saja - oi, bocah, kamu sebaiknya tidak kabur. Kami punya banyak pertanyaan untukmu dan jika kamu tidak ingin pulang dalam keadaan berkeping-keping sebaiknya kamu jawab dengan jujur."
"Unlai-san..."
"-Ane-san, ini demi desa juga... kemarilah, bocah."
Bocah itu bangun, perlahan dan tertatih-tatih. Lukanya suda sembuh, jadi seharusnya tidak menghalangi gerakannya, tapi sifat keras kepalanya membuat gerakannya pelan.
Gokoh, yang belatinya berlumuran darah, meludah ke tanah.
Enri menoleh ke arah Nfirea untuk meminta bantuan. Namun, dia tanpa suara menggelengkan kepalanya. Saat dia memalingkan muka untuk melihat ke arah goblin, dia melihat ada sebuah tekad sekuat baja di mata mereka, dan dengan itu, setuju tanpa suara dengan tindakan rekan mereka.
"..Ane-san, jangan khawatir, aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan tentang apa yang terjadi. Disamping itu, bukankah dia bisa mati jika kita biarkan dia disini?"
Kelihatannya pertanyaan tersebut lebih banyak diarahkan kepada goblin kecil itu daripada Enri sendiri. Dia kelihatannya paham, lalu perlawanan di hatinya seketika menjadi padam.
"Aku mengerti... Aku tidak akan lari..."
"Bagus sekali. Kalau begitu kita sebaiknya bergerak. Bocah, bisakah kamu memastikan jika hanya ada satu barghest?"
"...Aku tak bisa. Selain mereka, ada beberapa ogre juga. Aku tidak tahu jika salah satunya mengejarku. Dan aku bukan bocah, Namaku Agu, anak keempat dari Ah, kepala dari suku Gigu."
"Agu-kun, hm."
"Kukira 'bocah' sudah cukup baginya..."
"Kita akan diskusikan itu nanti. Kelihatannya itu bukan hal yang cukup penting untuk diperdebatkan sekarang. Karena Agu ingin kita menggunakan namanya, mungkin sebaiknya kita melakukannya, agar bisa membangung rasa percaya diantara kita?"
"Ani-san benar-benar dewasa. Kalau begitu mari kita kumpulkan barang-barang kita dan pergi."
Sesuai dengan ucapan Kaijali, kelompok tersebut pergi tanpa suara sambil memperhatikan sekitar mereka dengan waspada. Suasana yang berat di sekitar mereka hampir terlihat oleh mata telanjang.
Meskipun Enri ingin mencerahkan suasana hati dengan percakapan, hutan bukanlah tempat bagi manusia. Dia tidak bisa bertindak gegabah disini, terutama mempertimbangkan kemungkinan adanya para pemburu yang mengejar mereka.
----
Tekanan yang telah memenuhi tubuh mereka kelihatannya seakan telah mencari saat mereka menapakkan kaki keluar dari hutan yang gelap dan penuh bayang-bayang, lalu digantikan oleh perasaan lembut dan tenang. Saat itu, mereka merasa bahwa mereka akhirnya kembali ke dunia dimana mereka terbiasa.
Nfirea, yang berjalan di samping Enri, menghela nafas lega dengan sebuah "Uwah~"
Gerakan para goblin sudah tidak lagi ada tekanan, namun ekspresi Agu masih terlihat kaku. Dia kelihatannya bingung dengan sinar matahari dan padang yang luas, dan itu diperlihatkan di wajahnya. Dia memang sudah lama berada dalam bayang-bayang hutan di tempat dia tumbuh besar.
"Disana, desa itu ada disana."
Wajah Agu mengkerut saat dia mengikuti jari yang ditunjuk oleh Enri di kejauhan.
"Apa? Tembok itu? Rasanya... rasanya seperti Monumen Kehancuran."
"Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Itu adalah tempat baru yang menakutkan di dalam Hutan. Siapapun yang pergi mendekatinya akan binasa. Mereka bilang ada undead disana juga."
"Kamu bilang siapapun yang mendekatinya akan mati, tapi kamu kelihatannya tahu banyak tentang itu."
"...Ketika Monumen Kehancuran masih dalam pembangunan, para pemberani dari suku kami pergi kesana dan melihat monster-monster tengkorak yang membangunnya."
"Apakah kamu tentang hal ini?"
"Tidak, maafkan aku, tapi ini juga hal baru bagi kami. Jika kita pergi terlalu dalam ke dalam hutan mungkin kita akan bertemu musuh yang bahkan bos kami takkan bisa kalahkan. Jadi kami tidak pergi terlalu jauh."
"...Hey, dari suku mana kalian bertiga berasal? Kalian lebih kuat dari goblin manapun yang pernah aku temui, jadi dari mana-"
Agu mencuri pandang kepada Enri, lalu menggumamkan sesuatu tentang 'Biasanya Manusia adalah...' sendirian.
"Apakah kalian melayani manusia?"
"Apakah itu aneh? Bukankah hal yang biasa bekerja untuk seseorang yang kuat?"
"Tapi orang yang kuat... tidak, maksudku, aku pernah dengar jika manusia adalah sebuah ras yang memiliki anggota yang kuat dan lemah.. tapi kamu seorang wanita, ya kan? Dan yang rambutnya menutupi wajahnya adalah pria, ya kan?"
Enri mendapatakn sebuah jawaban yang bisa dia terima dari Nfirea, yang sedang bergumam di sampingnya.
"Enri, kurasa bocah ini tak pernah melihat manusia sebelumnya. Setidaknya, dia tahu apa yang dibilang oleh teman goblinnya. Dan juga... apakah sulit sekali bagi goblin untuk membedakan kami?"
"Yah, pakaian kita.. memang berbeda..."
"Seperti yang kubilang, dia tidak tahu hal-hal semacam itu. Bukankah seluruh goblin memakai hal yang sama? Tentu saja, suatu ketika ada goblin yang memiliki peradaban dengan sebuah negara mereka sendiri, tapi dia bukan salah satu dari mereka."
Enri mengerti, namun saat dia memikirkan tentang hal itu, dia menyadari dia tidak menjawab pertanyaan dari Agus.
"Benar sekali, aku seorang wanita."
"Jadi apakah kamu seorang magic caster?"
"Tidak, ada yang salah?"
Sebuah ekspresi seperti kebingungan mendalam muncul di wajah Agu.
"Akulah magic caster. Seorang magic caster arcane."
"...Kalian berdua suami istri, ya kan?"
"Ehhhh?!"
Dua orang itu berseru berbarengan.
"Tidak, maksudku, di dalam beberapa ras, istri bisa menggunakan kekuatan dan kekuasaan dari suami mereka.. apakah bukan seperti itu?"
"Tidak, tidak, sama sekali bukan seperti itu!"
Goblin yang ada di sekitar kelihatannya ingin mengatakan sesuatu merespon penolakan kuat dari Enri, tapi semua yang terlihat dari mereka hanyalah menggoyangkan bahu mereka tanpa suara.
"Kalau begitu... apa yang terjadi? Bagaimana bisa wanita itu adalah yang terkuat?"
"Kami memanggilmu bocah karena kamu tidak mengerti kenapa. Kekuatan dari Ane-san bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh mata."
Enri ingin menyangkal itu, namun mata Agu yang jujur melihat ke arahnya dengan tekanan yang kuat sehingga membuatnya tidak bisa berbicara. Ketika Enri sedang bingung, Kaijali bertanya sesuatu.
"Kalau begitu, ada pertanyaan untukmu. Mengapa kamu dikejar-kejar oleh mereka? Apa yang terjadi?"
"Ini-"
"...Bagaimana, bisakah ini menunggu hingga kita tiba di desa?"
Dan yang menjawab tawaran Enri dengan, 'Benar sekali~ itu adalah ide yang lebih baik, -su.'
- Seorang wanita yang tak pernah bersama mereka selama ini.
Semuanya berseru terkejut, lalu melihat ke arah sumber suara.
Apa yang mereka lihat adalah seorang wanita cantik yang mencengangkan. Dia adalah seorang wanita dnegan dua kepang dan kulit coklat. Dia berpakaian dalam pakaian yang dia sebut sebagai pelayan, dan dia membawa sebua senjata yang kelihatannya aneh di punggungnya.
Dia adalah individu yang terlihat mencurigakan, dan di waktu yang sama seorang yang sudah akrab.
Lupusregina Beta.
Dia adalah seorang pelayan yang melayani Ainz Ooal Gown, penyelamat desa Carne, dan dia bertanggung jawab mengirimkan item-item alkimia dan peralatan kepada Bareare dan juga memerintah golem-golem batu. Sikapnya yang periang dan ceria membuatnya sangat terkenal di kalangan penduduk desa.
Namun, dia memiliki kebiasaan muncul secara tiba-tiba entah darimana seperti yang barusan. Para penduduk percaya bahwa itu adalah hal yang wajar bagi seorang pelayan yang melayani magic caster hebat juga memiliki magic sendiri, dan Enri juga memiliki pendapat yang sama. Meskipun begitu, muncul tiba-tiba seperti itu masih sangat menakutkan.
"Lupu-san, da-darimana kamu...?"
"Yang benar saja, masa baru sekarang, En-chan, aku sudah mengikuti kalian dari belakang sejak awal ~su. Aneh, apakah kalian tidak menyadari? Kukira semuanya mengabaikanku karena aku tak bisa dirasakan~su"
"Eh? Ehhhh?"
Meskipun dia terdengar seperti bercanda, nadanya sangat serius. Enri melihat sekeliling untuk meminta bantuan dari yang lainnya.
"Kalau begitu - Lupu-nee, bisakah kamu berhenti main-main?"
"Uwaaaa~ orang-orang mengira aku seorang pelawak~su. Kalian, tolong ingat ini~ ahh, lagipula aku hanya bercanda~su. Tak usah diperdulikan, tak usah~su."
Keheningan berlanjut, hingga seseorang menghela nafas lelah dengan "Haaaa"
"Yah, kelihatannya tidak ada masalah dengan itu. Jadi siapa goblin cilik ini?... Jangan, jangan-jangan!"
Enri merasa para goblin yang diantara dia dan Lupusregina bertukar tampang jengkel.
"Fufu - Enfi-chan, kamu disaingi oleh seorang goblin? Fufufu."
Sementara semua mata menjadi sayu dan tak bernyawa, Lupusregina menertawakannya.
"Kalau begitu apa ini~su. Sebuah cinta murni seorang bocah, diinjak seperti itu~su. Ah, kacau sekali~su! Fuha!... Baiklah, sudah cukup bercandanya, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tubuh Agu bergetar keras, seakan dia sedang melihat semacam monster.
Meskipun Enri bisa mengerti kenapa. Ekspresi ceria dari Lupusregina berubah tanpa henti, seperti orang yang berperasaan halus sedang dalam stres. Saat senyum tersebut berubah, menunjukkan wajah sebenarnya yang ada di dalam dari seorang Lupusregina, yang mana memang menakutkan jika dibandingkan dengan ekspresinya yang sebelumnya.
"Aw, jangan khawatir, aku tidak akan memakanmu~su. Tidak apa~su. Ayolah, katakan kepada kakak semua tentang itu~su."
"Lupu-nee. Kita seharusnya bicara tentang ini nanti saja. Bukankah kamu setuju dengan itu?"
"Oya? Hm, aku pasti ingat pernah berkata demikian~su"
"..."
"...Ah! Aku harap Beta-san bisa menyerahkan potion ini kepada Gown-sama. Ini baru dikembangkan, tapi efeknya sudah dites dan dibuktikan."
"..Oh? Enfi-chan akhirnya berhasil?"
"Benar sekali. Sayangnya, masih belum benar-benar merah, tapi kurasa kami sudah membuat progress yang signifikan."
"-Wah, bagus sekali. Aku yakin Ainz-sama akan sangat senang mendengarnya."
Dengan itu, sikap Lupusregina kelihatannya menjadi orang biasa, dan bukan gadis yang ceria dan tidak tetap seperti sebelumnya. Namun, ekspresi itu hanya bertahan sesaat. Selanjutnya, dia kembali kepada dirinya semula.
"Ahhh, benar-benar menyenangkan sekali, aku mengambil hari yang baik untuk berkunjung~su. Dan juga, tidak perlu memanggilku Beta. Lupusregina tidak apa ~su. Hanya untukmu~"
Dengan Lupusregina (yang kelihatannya) bersemangat tinggi di belakang, mereka masuk ke dalam gerbang desa.
Para penduduk tidak berkata apapun ketika mereka melihat goblin cilik yang asing. Bisa dikatakan mereka tidak gugup, tapi juga bisa dikatakan mereka percaya kepada Enri. Dia mungkin menjadi semacam keluarga bagi para goblin yang melindungi desa.
Mereka berjalan melalui desa dan melewati rumah Enri. Tujuan mereka adalah rumah goblin.
"Permisi sebentar. Aku akan memanggil Brita-san kemari untuk mendengarkan apa yang akan Agu katakan."
"Kedengarannya bagus, Ani-san. Dia masuk ke dalam hutam sambil berlatih menjadi seorang ranger, jadi mungkin lebih baik jika dia mendengar bocah ini.. Jadi apa yang harus kita lakukan, Ane-san?"
"Eh? Aku?"
Enri sedikit panik, tidak diduga namanya akan dipanggil ketika bercakap-cakap. Tanpa alasan tertetu menolaknya, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Mm. Kalau begitu, memang tidak banyak tapi mungkin lebih baik, namun aku harap dia mendengarkan apa yang akan dia katakan. Sampai nanti, Enfi."
Dengan sebuah 'aku mengerti', Nfirea meninggalkan kelompok itu.
"Meskipun menunggu disini tidak apa.. mungkin aku harus membuat minuman."
"Bagus sekali ~su! Aku haus~"
"..Lupu-nee, bukankah kamu seorang pelayan? Itu artinya kamu tahu bagaimana membuat minuman yang enak, ya kan?"
"Welp, aku adalah pelayan dari Ainz-sama, dan Supreme Being yang lain, jadiiiii... aku tidak ingin bekerja untuk orang lain ~su. Aku hanya ingin bermalas-malasan su~. Mari kita tidak bicara tentang pekerjaan dan yang lainnya."
"Begitukah...yah, sayang sekali."
Meskipun percakapan Unlai dan Lupusregina kelihatannya normal, Enri masih bisa merasakan sebuah hawa dingin yang mengalir di dirinya.
Saat mereka berjalan dan bicara, mereka tiba di rumah goblin.
Ini adalah sebuah tempat dengan halaman yang luas dimana kamu bisa mengembangbiakkan dan membiarkan serigala berlarian, mampu memberikan tempat teduh bagi hampir dua puluh orang. Itu adalah bangunan yang besar dimana mereka bisa berlatih dan merawat senjata mereka.
Para goblin membuka intu, dan memimpin jalan bagi Enri dan Lupusregina.
"Fueeeeeee- Aku tidak tahu jika ada tempat seperti ini~"
"Hmmmm? Lupusregina-san, kamu tidak masuk?"
"Yup yup~ Tidak bisa masuk tanpa undangan. Yah, hanya masalah etika, bukan berarti aku benar-benar tidak bisa masuk. Kurasa satu-satunya orang lain dengan legenda yang aneh seperti itu hanya 'si dada rata-san'~"
"Dada rata-san...?"
"Benar sekali, En-chan. Itu adalah nama dari kencantikan yang tragis. Yah, kelihatannya bukan benar-benar tidak bisa masuk. Legenda, cerita rakyat dan mitos - Weeeeelll, mari kita bicara tentang hal itu lagi~ Kita disini untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh goblin ini, benar kan?"
"Ah, ya. Kalau begitu, minuman..ehm, bagaimana kalau jus herbal dan jus buah? Ada teh rumput hitam dan air Hyueri..."
Agu dan Lupusregina benar-benar terlihat bingung dengan pertanyaan Unlai, jadi Enri menjelaskan kepada mereka.
"Hyueri adalah buah jeruk, kamu bisa memotongnya dan mencampurkannya ke dalam air dan rasanya benar-benar jernih dan enak. Teh rumput hitam sedikit pahit."
"Aku ingin air Hyueri kalau begitu."
"Jus Hyueri juga untukku~"
"Aku mengerti. Bagaimana dengan Ane-san?"
"Kurasa aku juga air Hyueri. Dan... bagaimana dengan cuci tangan? Meskipun hidung kita sudah terbiasa dengannya..."
"Ah, itu seharusnya tidak apa. Oi, bocah- maksudku, Agu, kemarilah juga. Kamu harus membersihkan diri. Dan bro, maaf tentang ini, tapi maukah kamu meletakkan senjata kita yang kotor di tempat lain?"
"Apakah tidak apa?"
"Tentu saja. Kelihatannya dia tidak bisa melakukan apapun. Peraturan kami disini sangat sederhana."
"Jika itu masalahnya.... ayo pergi."
Kaijali meninggalkan ruangan itu dengan tiga set senjata.
"Agu, cepatlah kemari."
"Mengapa aku harus membersihkan diri? Apakah itu akan membuatku cantik?"
Enri menyadari jika tangan Agu sangat kotor; sama sekali tidak memiliki arti bersih.
"Pendapatmu tidak relevan. Ini adalah pemilik rumah yang bilang padamu untuk membersihkan diri. Atau apakah kamu ingin mengatakan kamu menolak pemilik dari rumahnya sendiri?"
Agu menggelembungkan pipinya, dan berusaha menuju sisi Enri.
Enri menuangkan air dari tangki besar ke dalam ember. Setelah mempersiapkan empat set, dia mencelupkan tangannya ke dalam air yang tidak diduga dingin dan mulai membersihkannya. Warna hijau di tangannya mencair seperti salju di sinar matahari. Saat dia selesai, dia meletakkan tangannya ke depan wajah. Baunya sudah hilang.
Enri melihat di sekelilingnya. Gokoh dan Unlai juga membasuh tangan mereka, dan air itu berubah menjadi merah oleh darah barghest.
Selanjutnya, dia melihat ke arah Agu, tapi apa yang dia lihat membuatnya terbengong.
Bahkan seorang anak-anak akan tahu cara membersihkan diri yang lebih baik dari ini. Dia mencelupkan tangannya ke dalam air, menggoyang-goyangkannya sedikit, dan selesai. Dia bahkan tidak mengeringkannya.
Meskipun Enri sudah membasuh bau tanaman dari tangannya, Agus masih penuh bau dedaunan. Bagi goblin hutan, bau seperti ini adalah bentuk dari pertahanan diri terhadap binatang buas dengan indera penciuman yang tajam. Oleh karena itu, mereka mungkin takkan pernah bisa memiliki kebiasaan membersihkan diri secara menyeluruh.
Meskipun begitu-
"Kamu melakukannya seperti ini."
Agu membuat wajah jengkel saat Enri mengajarinya. Namun, dia memikirkan posisinya sendiri dan apa yang dikatakan oleh goblin lain sebelumnya dan menahan diri, dia mulai membersihkan diri secara menyeluruh sendiri.
"Benar sekali, kamu melakukannya dengan baik..."
"Hey, setelah ini, gunakan ini untuk mengusap tubuhmu. Pastikan kamu membersihkan seluruh darah."
Agu tidak terlihat senang dengan itu, tapi dia masih membersihkan dirinya dengan handuk yang basah.
"jadi kita buang air yang kotor itu keluar?"
"Yeah, seperti itu. Ane-san, silahkan duduk. Kita akan menangani sisanya."
Dengan itu, Enri menuju ke meja terdekat. Meja itu sudah dikelilingi oleh kursi-kursi karena banyak sekali goblin yang tinggal disini. Saat dia memilih tempat untuk duduk, tiba-tiba dia menyadari seberapa lelahnya dirinya. Lengan dan kakinya seperti batang kayu, dan kepalanya sangat berat.
Meskipun sebagian alasan adalah mengumpulkan tanaman obat, apa yang benar-benar membuatnya lelah adalah pertempuran melawan barghest.
Yang hanya kulakukan hanya mengamati...Enfi dan para goblin sedang bertarung, tapi mereka masih bisa seaktif ini.... kelihatannya aku takkan pernah bisa menjadi seorang warrior...atau lebih tepatnya, Enfi sudah menjadi benar-benar kuat...
Meskipun dia tahu jika teman sejak kecilnya bisa menggunakan magic, dia tidak menduga jika magic bisa sangat kuat.
Dia menakjubkan.
Saat dia tiba-tiba mengingat teman sejak kecilnya, Hati Enri membengkak karena emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata. Kelihatannya memang mengejutkan, tapi sekali lagi seluruhnya benar-benar terlihat berbeda.
Sebuah suara yang jernih membawah Enri kembali sadar, dan matanya jatuh ke cangkir keramik di meja. Cangkir-cangkir itu dipenuhi oleh cairan transparan yang mengeluarkan aroma jeruk, dan Enri memutuskan untuk minum langsung dari sebuah cangkir.
Rasa yang dingin, manis dan asam membasuh seluruh tubuhnya, dan dia merasa seperti dipenuhi dengan energi. Agu duduk di sampingnya, dan dia meneguk miliknya dalam sekali teguk dan langsung minta lagi.
Namun, Lupusregina tidak menyentuh miliknya.
Setelah dipikir-pikir, aku tidak pernah melihat Lupusregina makan atau minum.
"..Hm? Ada yang aneh? Kamu berkali-kali mencuri pandang tadi. Apakah kamu jatuh cinta padaku? Ahhh, membingungkan~ wah, mengejutkan, tidak kukira En-chan adalah seorang lesbian~su. Kelihatannya aku harus membuat semua orang tahu~su"
"Apa- tidak! Bukan seperti itu!"
"Wahahaha~ cuma bercanda. Aku tahu En-chan menyukai laki-laki."
Sambil memikirkan bagaimana membalasnya, mata Enri mengecil menjadi satu garis lurus.
"Meskipun, agak lambat... hm? Kelihatannya mereka sudah tiba."
Enri menoleh ke arah pintu, tapi dia merasa tidak ada orang di luar.
"Benarkah? Tapi aku tidak mendengar apapun."
Agu mengarahkan telinganya ke depan dengan tangan.
"Hey, apakah ras manusia memiliki pendengaran yang bagus?"
"Itu, itu, aku tidak tahu dengan hal itu, tapi kurasa Lupusregina-san tidak akan berbohong tentang hal semacam itu... meskipun dia mungkin... sedikit bercanda dengan orang lain."
Kalau begitu apakah dia sedang berbohong? Agu berpikir saat dia menatap Lupusregina dengan mata yang lebar.
"Tidak, benar kok, aku mendengar mereka. Mereka benar-benar datang. Kamu benar-benar menakjubkan."
"Hm? Ah, itu bukan masalah sama sekali. Dibandingkan Enri-san yang ada disini, aku bukan apa-apa."
Agu kelihatannya seperti menelan mentah-mentah, dan melihat ke arah Enri kembali dengan ekspresi terkejut.
Tidak, bukan begitu. Senyum di wajah Lupusregina sangat palsu! Enri penasaran bagaimana dia harus bilang pada Agu yang sebenarnya, tapi sebelum itu, sebuah ketukan datang dari arah pintu.
Segera setelahnya, Nfirea dan seorang wanita dalam balutan armor kulit masuk ke dalam ruangan.
Brita, mantan petualang, telah pindah ke dalam desa setelah Nfirea. Dulunya, dia adalah seorang petualang di E-Rantel, tapi pensiun setelah suatu peristiwa. Meskipun begitu, dia masih membuatuhkan pekerjaan untuk hidup, dan akhirnya dia merespon kepada permohonan penduduk desa dan pindah kemari.
Dia sedang belajar menjadi seorang ranger, dan dia memiliki potensi. Meskipun dia lebih lemah dari Jugem, dia masih menjadi salah satu orang terkuat di desa dan pemimpin dari pasukan pertahanan desa (meskipun masih tidak berada pada level dimana dia bisa disebut demikian).
Dia dipanggil juga karena dia adalah pemimpin dari pasukan pertahanan, dan karena dia pernah masuk ke dalam hutan sambil berlatih sesuai keahliannya.
"Ah - ternyata memang benar ada goblin baru... tidak, hm, aku terus berpikir dari sudut pandang petualang... dia bukan musuh."
Brita tersenyum pahit. Bukan seakan Enri tidak mengerti darimana dia datang. Dari cerita-cerita, goblin adalah musuh dari umat manusia. Membunuh mereka ketika kamu melihatnya adalah hal yang biasa, tapi di desa ini berbeda. Kenyataan yang sulit diterima adalah manusia terlihat sebagai musuh yang sebenarnya.
"Kalau begitu, karena semuanya ada di sini, mari kita dengarkan apa yang akan dia katakan. Agu, bisakah kamu beritahu kepada kami mengapa kamu lari sambil terluka sebanyak itu."
"Jawaban sederhananya adalah aku diserang."
"Itu terlalu sederhana.. monster macam apa yang menyerangmu?"
"Bawahan dari Giant of the East (Raksasa Timur)"
"Giant of the Easat? siapa itu?"
"...Bagaimana biasanya kalian menyebutnya?"
"Kami-kami tidak tahu, sejak awal, kami bahkan tidak tahu dia ada... Brita-san, apakah kamu tahu?"
Orang yang paling berpengetahuan luas di tempat ini adalah Nfirea, tapi ketika yang dimaksud adalah hutan, Brita masih tahu lebih banyak darinya. Meskipun begitu, yang hanya bisa dia lakukan adalah menggelengkan kepala.
"Maafkan aku. Aku tak pernah dengar apapun mengenai Giant of the East ini. Dan aku kira Master Latimon juga tahu. Kami tak pernah bertualang masuk ke dalam hutan hingga jauh dan tidak tahu banyak dengan penghuninya."
"Kalau begitu, Agu, katakan pada kami tentangnya."
"Jika yang kamu katakan adalah dasarnya, maksudmu..."
Enri mengerti dengan kebingungan Agus. Di dalam situasi ini, memang lebih baik untuk bertanya satu persatu, jadi akan lebih mudah baginya untuk menjawab.
"Kalau begitu, bisakah kamu katakan kepada kami seberapa kuat monster-monster di dalam hutan?"
"Yah, bagiku barghest dan ogre semuanya kuat... tapi jika kamu ingin membicarakan monster lain dengan level Giant of the east, maka di dalam hutan, ada yang kuat yang disebut Tiga monster. Pertama adalah Beast of the east (Binatang buas selatan). Mereka bilang dia luar biasa yang akan membantai siapapun yang menginjakkan kaki di daerahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Lalu ada Giant of the East. Markasnya di dalam hutan yang layu. Akhirnya ada Serpent of the West (Naga Barat). Aku dengar dia adalah ular yang menjijikkan yang bisa menggunakan magic."
"Aneh... bagaimana dengan yang di utara?"
"Kelihatannya adalah sebuah danau di utara dengan bermacam-macam ras. Sedangkan siapa yang memerintah mereka.... aku tidak tahu. Tapi kelihatannya ada dua penyihir kembar di rawa. Dan ketika beast of the south hilang, hutan menjadi aneh. Aku tidak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi, kelihatannya beberapa orang yang mengerikan muncul, dan keseimbangan kekuatan menjadi berubah..."
"Apakah itu adalah Monumen Kehancuran?"
"Benar sekali. Aku juga dngar jika Tuan dari Monumen Kehancuran bisa memerintah undead, bayangan hitam kecil yang bisa bergerak menembus kegelapan. Itulah yang dikatakan oleh mereka yang selamat kepada kami."
Semuanya - dengan pengecualian Lupusregina - terlihat tidak tenang satu sama lain.
Hal pertama adalah Beast of the South. Karena daerahnya seharusnya dekat, pasti itu adalah binatang magis yang dijinakkan oleh para petualang yang menemani Nfirea disini - atau lebih tepatnya, orang yang memakai armor hitam legam. Memang memiliki tampang kuat dan tenaga yang besar, jadi deskripsinya cocok sekali.
"Beast tersebut... Wise King of the Forest, Hamsuke-san."
"Itu dia! Ahh, ya, itulah binatang buas itu..."
Saat dia mendengar Nfirea, Brita, yang belum pindah ke desa ini kala itu, membuat suara.
Menurut dia, dia pernah melihatnya di E-Rantel, dari kejauhan.
Dan ada lagi dua makhluk raksasa yang setara dengannya. Tak ada yang tidak kaget dan ketakutan dengan kenyataan ini.
"Kalau begitu, bagaimana kamu bisa lepas?"
"Hingga sebelumnya, tiga makhluk itu saling menjaga satu sama lain. Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, tapi tak ada yang bisa menjamin itu akan terus terjadi. Jika Timur dan Barat bertarung, tak perduli siapapun yang menang, akan selalu ada peluang yang di saat menang itu, mereka pasti akan dihabisi oleh Beast yang lain pada posisi yang lemah. Oleh karena itu, tak ada dari ketiganya yang benar-benar masuk dalam pertarungan."
"Baiklah, aku bisa menerima itu. namun, jika Timur dan Barat bekerja sama dan ... tidak, Beast of the South tidak meninggalkan wilayahnya, jadi tidak perlu bekerja sama untuk mengalahkannya. Dan tentu saja, mereka tidak bisa membuat gerakan provokasi..."
"Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka hanya ingin memiliki daerah mereka dan merubahnya menjadi kerajaan mereka sendiri. Namun, pemilih dari Monumen Kehancuran mengacaukan distribusi kekuatan. Karena itu, Timur dan Barat memutuskan untuk perang melawan Raja Kehancuran, dan mereka memilih jalur peperangan."
Agu terus bicara dan bicara, tanpa sedikitpun berhenti.
"Dia memaksa kami untuk menjadi rekannya dalam perang. Meskipun itu adalah lelucon yang buruk. Kami para goblin tidak berguna bagi mereka. Mereka memanfaatkan kami sampai habis lalu membuang kami, dan jika kami mengacaukan, kami akan menderita. Karena itu, kami kabur. Namun..."
"Itu percuma, ya kan?"
"Ya, benar sekali. Barghest dan ogre mengejak kami. Kami tidak bisa melawan mereka, jadi kami berpencar. Aku kabur ke arah ini dengan beberapa orang ke dalam wilayah Beast of the South, tapi kami tidak menduga mereka datang mengejar kami tanpa ragu."
Dia bilang ada beberapa orang, tapi tidak ada tanda-tanda siapapun selain Agu.
Sebuah ekspresi terluka tergambar di wajah Enri, dan Gokoh berbicara.
"...Kami memiliki orang yang mengintai di hutan, jika ada yang hidup, kami bisa membawa mereka kembali kemari selama mereka tidak melawan."
"Ya, begitulah, hitung serigala memang sangat sensitif. Lalu... pertanyaannya adalah, disamping barghest, apa yang lainnya disana? Apakah mereka memiliki teman-teman yang datang kemari juga? Jika keadaan memburuk, para pengejar mungkin akan bisa hingga kemari. Oi, Agu. Monster lain apa di sana?"
"Ada barghest, ogre, boggart, bugbear, dan semacam serigala..."
"Itu sih monster-monster yang sudah umum. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang Giant of the East dan Serpent of the West, terutama, tampang mereka, kemampuan mereka, semacam itu. Apakah kamu tahu sesuatu?"
Agu menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu detilnya. Hanya saja Giant of the East membawa sebuah pedang besar, dan Serpent of the West memiliki sebuah kepala sepertimu, tetapi magic macam apa yang dia gunakan, aku tidak tahu."
Nfirea, yang menjadi pusat perhatian, menggelengkan kepalanya. Informasi yang ada terlalu sedikit untuk bisa digunakan.
"Pertanyaannya sekarang adalah apa yang harus kita lakukan? Jika sesuatu yang bisa setara melawan Beast itu muncul, sejujurnya, kita akan habis. Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh pasukan keamanan adalah membawa wanita dan anak-anak ke tempat yang aman."
"Memang benar. Jika yang hanya kita butuhkan adalah pertahanan yang kokoh maka itu tidak masalah, atau mungkin kita seharusnya memikirkan beberapa metode lain. Jika keributan di dalam hutan dengan sendirinya mereda, itu akan baik."
Bagi orang-orang yang hidup di luar hutan, jika masalah di dalam hutan selesai dengan sendirinya, mereka tidak akan perlu bergerak. Namun, jika mereka benar-benar tak mampu masuk ke dalam hutan, itu akan menyebabkan sebuah masalah yang besar dengan sendirinya. Yang paling parah, mereka akan terpaksa membuat pengorbanan menyakitkan untuk bisa terus hidup.
"...Namun, jika musuh bisa dengan mudah menghabisi suku hutan, itu artinya mereka pasti sudah mengumpulkan banyak kekuatan tempur."
"Salah!.. Pada awalnya, suku kami jauh lebih kuat. Namun, ketika kami pergi mencari tempat baru untuk tinggal, suku kami mengirimkan tim-tim campuran yang terdiri dari ogre dan goblin-goblin dewasa. Jika mereka masih hidup, kami masih bisa melawan balik!"
"Kalau begitu para goblin dewasa masih belum kembali?"
Saat Brita bicara, Nfirea memiringkan kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Tentang itu.. meskipun ini benar-benar berada di topik yang berbeda, bisakah aku menanyakan sesuatu yang sedang menggangguku? Apakah kamu berbicara dengan cara yang sama seperti goblin-goblin lainnya?"
"Apa maksudmu?"
"Ah, kamu tidak tahu? Di masa lalu, aku juga pernah bertemu goblin sendiri, dan jangan salah sangka, tapi mereka bicara seperti orang yang bodoh. Namun di desa ini, Jugem-sam dan yang lainnya berbicara normal. Sama halnya denganmu - karena kamu juga bicara dengan lancar. Karena itu, aku penasaran jika yang kulihat adalah suku goblin yang terpisah atau apalah."
"Tidak, hanya saja aku termasuk cerdas untuk seorang goblin. Kebanyakan goblin berbicara dalam satu suku kata. Itu membuat percakapan di dalam suku benar-benar menyusahkan, aku bisa bilang padamu begitu. Aku benar-benar penasaran jika aku memang berasal dari suku yang lain malahan. Sekarang, untuk amannya, biar kutanya padamu hal ini, apakah aku dilahirkan i dlaam suku dari sekitar sini? Apakah kamu pernah mendengar apapun tentangku?"
"Tidak, kami tidak tahu... kamu bocah.. jangan-jangan.. Ane-san, Ani-san, bisakah kalian kemari sebentar?"
Nfirea dan Enri mengikuti Kaijali ke sudut ruangan.
"Si bocah Agu itu, jangan-jangan dia bukan seorang goblin, tapi seorang hobgoblin?"
Hobgoblin adalah cabang dari ras goblin, dan mereka lebih unggul dari goblin-goblin dalam segala hal. Goblin sebesar anak manusia ketika mereka dewasa, tapi hobgoblin bisa mencapai tinggi seperti manusia dewasa.
Mereka mirip dengan manusia dalam hal kemampuan fisik dan kecerdasan. Agar bisa kawin dengan goblin lain, banyak suku cenderung hidup dalam area yang sama. Namun, agar tidak membuat populasinya meningkat terlalu besar, banyak yang ditinggal sebagai bodyguard atau pimpinan tim di dalam suku.
"Tapi jika ayah atau ibuku adalah hobgoblin, bukankah mereka tahu dengan sendirinya?"
"Kedua orang tuanya adalah goblin dan dia adalah seorang hobgoblin."
"Eh? Bukankah itu tampak seperti plot yang aneh yang muncul di dalam drama?"
"..Ini adalah pertama kalinya aku melihat Enri membuat ekspresi seperti itu... tapi sayangnya, aku pikir itu bukan jawabannya. Seperti manusia yang mengadopsi anak, kurasa goblin juga melakukan hal yang mirip."
"Itu juga suatu kemungkinan. Yah, kalau begitu, kita tidak usah terlalu khawatir tentang itu."
Tiga orang itu kembali ke meja, dan saat mereka kembali, Lupusregina yang sampai sekarang terdiam membuka mulutnya untuk berbicara.
"Welp, sudah buat keputusan? Jika ada apa-apa, kamu selalu bisa meminta bantuan Ainz-sama. Mintalah kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah dan semua itu."
Itu akan menjadi suatu berkah dari Tuhan.
Jika pahlawan yang telah menyelamatkan desa memutuskan untuk membuat gerakan, bahkan monster yang paling kuatpun takkan bisa berharap bisa melawannya. Namun-
"Itu terlalu naif."
Enri bergumam sendiri, dan para goblin setuju. Hanya Brita dan Agu, yang tidak tahu Ainz, menjadi bingung. Nfirea memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya.
"Desa ini adalah desa kami. Itu artinya kami harus melakukan sebisa mungkin apa yang bisa kami lakukan sendiri. Meskipun beberapa orang akan berpikir jika aku tidak seharusnya mengeluarkan perkataan manis karean aku sendiri tidak bisa bertarung dan tidak memiliki pengalaman bertempur..."
"Tidak, aku setuju dengan pendapat Ane-san. Desa ini adalah Ane-san-"
"Kaijali?"
"Hm?"
Dia memiringkan kepalanya untuk mengkoreksi diri.
"Ane-san dan kami.. tidak, itu juga salah."
"Kamu ingin bilang bahwa desa ini adalah milik semua orang yang hidup disini, ya kan?"
"Benar sekali, Ani-san. kamu paham juga! Yah, meskipun begitu, kurasa meminjam kekuatan dari Tuan Magic caster seharusnya menunggu hingga kami benar-benar kehabisan pilihan."
"Tapi jika kita melakukan itu, semua orang mungkin akan mati~su... Diterjang luka itu menyakitkan tahu ~ su"
"Ha! Lupusregina-san, kami takkan biarkan itu terjadi. Kami akan mengorbankan diri kami agar orang-orang memiliki waktu untuk kabur dahulu."
Sebuah tampang kecewa muncul di wajah Lupusregina.
"Begitukah? Sebaiknya kamu bekerja keras kalau begitu~su."
"Dan aku juga ingin mengkomunikasikan niat desa kepada Guild Petualang di E-Rantel - atau mungkin melaporkan adalah kata yang lebih baik untuk digunakan. Jika guild menerima permintaan kami, mereka akan mengirimkan seorang anggota untuk datang dan mengukur situasi saat ini. Akan jadi menjengkelkan jika kami meletakkan permintaan setelah keadaan benar-benar gawat."
Brita melanjutkan saran Nfirea.
"Itu benar. Guild Petualang tidak ingin dikejutkan dengan monster yang tidak terduga. Meskipun para worker dan sejenisnya mungkin akan berkata lain, ucapan dari orang-orang yang dibutakan oleh ketamakan tidak layak disebutkan. Adalah hal yang biasa bagi sebuah organisasi yang ingin melindungi anggota mereka sendiri."
"Brita-san, meskipun aku tidak ingin berbicara buruk tentang para petualang, tapi ketika keadaan darurat, pembayarang yang diminta akan meningkat hingga tinggi, apa yang terjadi jika mereka akhirnya menolaknya nanti?"
"Para petualang tidak ingin mati, dan Guild tidak akan membiarkannya juga. Karena itu, ketika masalahnya adalah permintaan darurat, harganya pun akan meningkat, itu artinya Guild akan cenderung menugaskan para petualang dengan peringkat tinggi unguk menghadapi mereka, bahkan jika situasinya secara teknis tidak menjanjikan sebaliknya."
Yang hanya bisa dilakukan oleh Enri ketika mendengar ucapan dari mantan petualang adalah menerimanya. Memang sulit menerima ini ketika mereka ditekan hingga ke sudut. Namun, ketika dia melihatnya dari sudut pandang petualang, memang masuk akal.
"Yah, meskipun jika Guild memeriksanya, orang-orang mungkin masih akan tetap tewas bagaimanapun juga, hal semacam itu sering terjadi..."
Brita menggigit bibirnya.
"-Ketika aku memikirkan serangan vampir itu, aku juga tidak bisa menahan diri yang terus gemetar... bahkan aku sering tidak bisa tidur tanpa obat karenanya..."
"Vampir? Apa itu?"
Agus bertanya tanpa berpikir, dan Brita tersenyum pahit.
"Itu adalah rahasia. Yah, lebih tepatnya aku tidak ingin memikirkan tentang hal itu. Kamu pasti akan terkencing-kencing karenanya."
"Tapi aku yang berta-"
"Kamu tidak adalam posisi untuk bertanya, bocah."
"Kalau begitu kita akan melakukan rencana ini untuk sementara dan melaporkannya kepada Guild, dan membuat permintaan jika semuanya berjalan dengan baik, begitukah? Meskipun biaya permintaan tidak murah, kita mungkin harus memecah tabungan untuk ini. Bilang pada Jugem-san dan kepala tentang ini nantinya. Bisakah kamu melakukan itu, Enri?"
"Aku akan menangani pasukan beladiri. Sejujurnya, aku berpikir inilah caranya juga."
Nfirea mengangguk saat Brita bicara.
"Kalau begitu, kurasa aku akan pergi meninggalkan desa sebentar su~ kamu benar-benar tidak ingin meminta bantuan kepada Ainz-sama?"
"Ya, Ya, kami ingin melakukannya sebisa mungkin sendiri. Jika mungkin, kami ingin kamu bilang pada Gown-sama seperti itu."
"Aku mengerti su~"
Saat Agu melihat kepada Enri dan Nfirea, yang sedang menjauh, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan menggelayut di dalam dirinya.
"Memangnya apa yang hebat dari wanita itu?"
"Hah?!"
Ada bahaya di dalam suara goblin dewasa, dan itu membuat tubuh Agu gemetar.
Agu merasa bahwa goblin dewasa lebih kuat dari siapapun di desanya. Adalah hal yang biasa baginya untuk menjadi berdebar ketika diancam oleh mereka.
Namun, ini masih tidak bisa menutupi rasa penasarannya yang kekanak-kanakan.
"Apakah wanita benar-benar sehebat itu desa Carne ini?"
Dari sudut pandang Agu, Enri tidak terlihat kuat. Meskipun dia memiliki beberapa otot di lengan dan kakinya, itu tidak cukup sama sekali. Memang dia tidak perlu sebesar ogre, tapi jika dia memang kuat, seharusnya dia lebih dari itu.
Jika dia seorang magic caster dia masih bisa memahaminya. Pemimpin wanita dari suku goblin sering menggunakan kekuatan misterius itu. Namun, wanita itu tidak terlihat sama sekali seperti seorang magic caster.
Sejujurnya, Agu tidak mengerti mengapa Enri ditempatkan di atas para goblin.
"Bukan seperti itu."
"Apakah wanita hunter yang datang telat tadi sangat kuat?"
"Yah, Brita memang tidak buruk. Tapi kami lebih baik."
Opini Agu dan goblin dewasa di depannya meningkat satu titik lagi. Meskipun dia masih pendek, Agu merasa bahwa ada alasan yang bagus atas kepercayaan dirinya.
"Lalu, wanita yang muncul dari belakangmu, dia tidak kuat, ya kah? Aku ketakutan sampai mati."
Goblin dewasa tiba-tiba terdiam, dan menatap Agu.
Tidak yakin apa yang dia rasakan di dalam, Agu dengan gugup bertanya.
"A-Apa? Ada apa dengan wanita itu?"
"Wanita yang tiba-tiba muncul itu... Namanya adalah Lupusregina, dan dia.. dia sangat berbahaya. Jika kamu ingin hidup di desa ini, jangan pernah pergi dekat-dekat dengannya atau bicara kepadanya. Itu demi kebaikanmu."
"Ah. Ahhh. aku mengerti."
"Dan aku harus bilang ini di depan. Meskipun itu jelas-jelas sekali walaupun tanpa dilihat. Jika kamu melakukan apapun terhadap orang-orang di desa ini.. Jujur saja, kamu takkan bisa kabur hanya dengan omelan saja, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk mati."
"Aku, aku mengerti. Begitulah yang terjadi kepada suku yang kalah, ya kan? Aku janji aku tidak akan melukai siapapun dari desa Carne."
"Baiklah, itu bagus... menjauhlah dari Lupusregina, okay?"
Agu mengerti campuran dari kehati-hatian dan ketakutan di dalam hati goblin dewasa, dan dia menancapkan peringatan itu ke dalam hatinya. Dengan begitu, dia menyadari dia tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang pertama, dan dia bertanya lagi.
"Mengapa Enri-san begitu hebat?"
Agu telah belajar untuk bersikap sopan. Atau lebih tepatnya, mudah baginya untuk belajar, karena dia adalah yang terpintar di sukunya dan tidak bisa banyak bicara dengan goblin-goblin lain.
"Ha.....Enri....sejujurnya, dia sangat kuat."
"Eh?!"
"Itu karena kamu terlalu lemah sehingga kamu tidak menyadarinya. Jika Ane-san serius, dia bisa menghabisi seekor barghest atau apapun dengan hanya satu tangan, dan memerah darah keluar ke dalam cangkir untuk diminum. Kamu tahu?"
"Benarkah?!"
"Oh ya, ya, tentu saja benar."
Agu berpikir tentang Enri. Melihatnya dengan tenang, dia mampu memberikan perintah yang efektif dan memaksa. Mungkin itu hanya pucuk dari gunung esnya?
"Ane-san hanya pura-pura lemah. Jika dia mendengar apapun yang lucu darimu, dia akan meremukkan tubuhmu hingga mati dengan satu tangan. Setelah itu, membersihkannya bisa jadi masalah. Akan ada darah dimana-mana."
"Be, begitukah.. kalau begitu mengapa, mengapa dia harus pura-pura lemah? Jika dia memang kuat, bukankah akan ada lebih sedikit masalah?"
"Jika kamu memamerkan kekuatanmu, beberapa orang bodoh akan datang dan menantangmu. Bukankah itu akan menyebabkan tambah masalah juga?"
Agu berpikir bahwa kekuatan adalah solusi dari semua masalah, tapi ternyata bukan.
Terkunci di dalam labirin cerminan diri, dia tidak menyadari jika goblin dewasa di depannya mengeluarkan ekspresi main-main di wajahnya.
----
Di tengah malam, Enri tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Meskipun kelihatannya tidak ada apapun di sekitar sana, Enri tetap terdiam sambil menggerak-gerakkan matanya untuk memeriksa yang ada di sekitarnya. Dunia di depannya gelap gulita, diterangi hanya dengan sebuah cahaya kecil dari sinar rembulan yang datang dari celah-celah penutup jendela. Dia tidak bisa melihat apapun yang aneh di cahaya yang lemah ini.
Tapi telinga Enri dalam keadaan baik-baik saja.
Tidak ada suara kuda meringkik, para knight berarmor yang beradu, atau orang-orang yang berteriak. Itu hanya malam yang biasa.
Enri menghela nafas dengan lembut, dan menutup matanya. Dia memang tidur terlelap, jadi dia masih agak terhuyung-huyung dan tidak bisa langsung bangun.
Banyak hal yang terjadi hari ini. Setelah pembicaraan dengan Agu, dia harus pergi menjelaskan keadaan kepada kepala desa dan Jugem, yang telah kembali dari pengintaiannya.
Keadaan akan baik-baik saja, ya kan?
Agar bisa memastikan informasi baru, Jugem harus pergi ke dalam hutan lagi dan mereka pergi di malam hari. Bergerak malam hari di dalam hutan memang terlalu berbahaya. Para goblin berbeda dari manusia; mereka bisa melihat dengan cahaya yang kecil, jadi mereka bisa bergerak dengan bebas. Namun, ada banyak binatang buas magis dan monster yang nokturnal, dan mereka akan menjadi aktif setelah matahari terbenam.
Itu jauh lebih berbahaya daripada siang hari.
Jika memang tidak perlu memastikan adanya monster lagi yang mengejar Agu, Jugem takkan pernah pergi keluar.
Memang benar goblin kuat, tapi itu hanya jika dibandingkan dengan Enri. Seperti binatang buas, banyak makhluk di dalam hutan yang lebih kuat daripada goblin.
Sebuah perasaan takut dan kehilangan menerpa Enri, membuatnya gemetar dan karena itu, adiknya mengerang di dalam tidurnya, semakin mendekat ke tubuh Enri.
Enri membuka matanya separuh, dan mengintip ke arah adiknya.
Kelihatannya dia masih belum bangun. Dia bahkan masih bisa mendengar dengkurannya yang lembut.
Hehe...
Saat Enri tertawa di dalam tenggorokannya, suara dari ketukan lembut terdengar di pintu. Ini pasti bukan sebuah trik akibat angin.
Enri mengerutkan dahi. Apa yang ada disana di malam selarut ini? Sekali lagi, tepat karena selarut ini itu artinya pasti sangat penting.
Dia dengan hati-hati memisahkan diri dari Nemu dan selimut serta perlahan bangun dari tempat tidur, bergerak secara hati-hati agar tidak membangunkan adiknya.
Papannya berderit saat dia bangkit dari tempat tidur, membuat jantung Enri berdebar lebih kencang karena khawatir membangunkan Nemu.
Setelah insiden itu, Nemu harus tidur dengan Enri di malam hari, segitu parahnya trauma yang dia derita.
Enri tidak berniat untuk mengomelinya karena itu. Jika ditekan dengan alasan mengapa, itu karena Enri merasa aman ketika dia tidur dengan adiknya.
Tapi dia tahu, bahkan ketika dua orang itu bersama-sama, Nemu seuatu ketika terbangun karena mimpi buruk. Karena itu, Enri memaksa untuk bisa bersama dengan Nemu meskipun ketika dia sedang terlelap.
Tanpa suara, dan perlahan-lahan, dia beringsut menuju pintu, namun ketukan itu tidak berhenti.
Enri dengan gugup mengintip keluar jendela, dan siluet Jugem diterangi oleh cahaya bulan. Dia menghela nafas lega.
Agar tidak membangungkan Nemu, Enri diam-diam bicara keluar jendela.
"Jugem-san, kamu selamat."
"Yeah, Ane-san. Pada akhirnya, tidak ada masalah. Maafkan aku sudah membangunkanmu, tapi ada suatu hal yang kukira harus kamu ketahui segera."
Enri membuka pintu sedikit, dan menyelipkan tubuhnya melalui celah itu. Dia khawatir cahaya bulan yang datang akan masuk ke dalam dan membangunkan Nemu. Memahami dari gerakannya, Jugem menurunkan suaranya dan bicara.
"Ada sesuatu yang kami butuhkan dari Ane-san."
"Sekarang?" Enri tersenyum. "Tentu saja."
"Aku benar-benar maaf tentang ini."
Enri mengikuti langkah kaki Jugem sambil bilang padanya untuk tidak usah minta maaf. Mungkin lebih baik bagi Nemu untuk bangun tidur karena ini, dan dia telah mempertimbangkannya, tapi Jugem telah datang setelah mengetahui orang lain sudah tidur. Pasti ada alasan untuk itu.
"Aku akan jelaskan sambil berjalan."
Mungkin dia lebih lelah dari biasanya, tapi ini adalah pekerjaan - setelah Jugem menguatkan pikiran, ucapannya ada benarnya.
Meskipun Enri merasa tidak apa untuk bersikap biasa dengan gadis desa sederhana seperti dirinya, Jugem tak pernah membiarkan dirinya santai hingga sekarang, jadi Enri menyerah dengan ide itu.
"Pertama, kami menemukan beberapa anggota suku dari Agu."
"Itu menakjubkan!"
"...tapi mereka secara emosional masih rapuh, dan kurasa mereka butuh istirahat untuk beberapa hari. Kami perlu meminjam Ani-san untuk ini."
Menyadari ekspresi terkejut dari Enri, Jugem mengikutinya dengan sebuah penjelasan.
"Ketika kami menemukan yang selamat dari suku Agu, mereka sedang ditahan oleh ogre dari Giant of the East, dan digunakan sebagai makanan. Meskipun Cona sudah menyembuhkan luka di tubuh mereka, pikiran mereka masih terluka. Ani-san memiliki beberapa obat untuk menenangkan mereka, dan kami ingin dia membantu merawat mereka. Setelah itu, kelihatannya ada beberapa masalah yang menyusahkan."
Jugem melihat ekspresi Enri sebelum melanjutkan.
"Ketika kami menyelamatkan mereka, kami menangkap lima ogre. Meskipun kami hanya melakukan itu untuk menanyai mereka... kelihatannya ogre terbiasa hidup berdampingan dengan goblin, dan sementara ogre bertarung, para goblin menyediakan makanan, tempat berlindung dan seterusnya, di dalam hubungan yang saling menguntungkan. Karena itu, mereka bilang mereka bersedia bertarung untuk suku kita. Menurut Agu, ini tidak aneh.. jadi, apa yang arus kami lakukan?"
"Bisakah kita mempercayai mereka?"
"Agu bilang kita bisa. Para ogre tidak akan bertarung untuk siapapun selain dari para goblin suku mereka, mereka mengkhianati Giant of the East karena dia bukan dari suku mereka. Sesuatu seperti itu."
"Mm. Tapi, ogre kedengarannya menakutkan..."
"Ketika mereka sudah menerima orang-orang desa sebagai bagian dari suku mereka, yang hanya kamu perlukan adalah memberi mereka makan dan semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa memberi mereka makanan apapun juga. Ogre cenderung makan apapun adalah hal yang sangat membantu disini."
Sejujurnya, keputusan ini sangat sulit bagi seorang gadis desa.
"Bagaimana kalau membunuh mereka?"
Ini diucapkan dengan nada yang biasa.
"Sejujurnya, aku tidak ada masalah membunuh mereka langsung. Itu akan membuat kami menghindari tumpukan masalah besar. Pada awalnya, orang-orang seperti mereka yang akan mengkhianati orang lain mungkin akan berbalik kepada kita jika keadaan menjadi buruk. Agu bilang mereka tidak akan melakukannya, tapi percaya begitu saja apapun yang dikatakan bocah itu sedikit..."
"Dan bagaimana menurutmu, Jugem-san?"
"Jika mereka bisa bertarung untuk kita, akan sangat membantu. Kita tidak tahu berapa banyak pengejar yang mungkin akan datang dari hutan, jadi beberapa perisai daging tambahan akan sangat membantu."
"Kalau begitu, satu pertanyaan lagi, apakah mereka makan manusia?"
"..Ane-san. Meskipun ogre memiliki reputasi karena memakan manusia, mereka hanyalah monster yang makan daing. Satu-satunya hal adalah lebih mudah menangkap manusia untuk dimakan daripada binatang liar."
Bagi ogre, lebih baik menangkap manusia daripada katakanlah, kelinci. Jadi wajar ketika mereka menganggap manusia lebih mudah ditangkap dan memberikan lebih banyak daging pula.
"Yah, jika kamu memberi mereka sesuatu untuk dimakan, mereka tidak akan menyerang penduduk desa. Pada awalnya, mereka hanya menyerang orang-orang untuk mengisi perut mereka. Aku janji kami akan berburu cukup banyak binatang untuk memenuhi perut mereka. Tentu saja, mereka masih harus diawasi dan kami akan melihat nantinya. Aku janji kami tidak akan membiarkan siapapun di desa terluka."
"...Kalau begitu, baik sekali jika kita bisa mempercayai mereka untuk bisa membuat mereka sebagai bawahan. Tidak hanya untuk sekarang, tapi untuk masa depan pula."
"Aku lega kamu mengerti. Hanya saja, ada perbedaan kecil dengan apa yang kukatakan sebelumnya. Jika mereka gagal nantinya, kami akan membantai mereka sampai habis. Sejujurnya, aku sedang berpikir bagaimana membuat ogre-ogre itu terkesan Ane-san adalah yang terkuat."
"Eh?!"
Enri mengeluarkan sebuah suara yang terdengar seakan dia sedang dibalik dari atas ke bawah. Ini adalah lompatan yang terlalu besar baginya. Mengapa seorang gadis desa sederhana sepertinya harus menjadi pemimpin dari sekelompok ogre? Bukankah cukup Jugem bos mereka?
"Ini adalah rencana untuk masa depan. Akan menyusahkan jika ogre berpikir Ane-san sebagai manusia biasa seperti lainnya. Meskipun kami mendengarmu, para ogre tidak akan mendengarkan siapapun kecuali kami, dan itu berpotensi sangat berbahaya. Jika ada sesuatu yang terjadi pada kami di garis depan, aku harap ada seseorang di belakang yang bisa memerintahkan ogre."
Enri memutar otaknya yang seorang gadis desa saat dia memikirkan masalah ini.
"Itu artinya kamu perlu dua orang yang bisa memerintah mereka?"
Jugem mengangguk.
"Kalau begitu, Enfi bisa-"
"Ani-san mungkin juga akan berakhir ada di garis depan juga."
"Oh begitu..."
Enri mengerti, dan mengangguk. Seseorang yang ada di tempat aman seperti diriya seharusnya juga berguna. Itulah yang juga diinginkan Enri. Namun-
"Tapi... bisakah aku mengendalikan ogre?"
"Itulah yang akan kita lakukan, Ane-san. Seberapa bagus kau berakting?"
----
Jugem membawa mereka ke gerbang desa lalu ke pintu samping. Di baliknya ada lima ogre yang sedang berlutut di tanah. Mereka juga menjadi sumber bau yang menggantung di udara.
Mengelilingi mereka ada pasukan goblin, seluruhnya hadir dan tidak terluka.
Di satu sisi pintu ada panggung untuk mengamati, yang biasanya dijaga oleh penduduk desa atau goblin, tapi tidak sekarang. Para goblin sementara membiarkannya.
Nfirea juga ada disana, bersama dengan Agu yang entah kenapa menjauh.
"Yo, Enri. Malam yang indah?"
"Yeah, Enfi. Bulannya sangat cantik."
"Memang benar. Jernih sekali."
"Yah, maaf sudah menyela. Kita tiba agak awal, tapi mari mulai."
Jugem berteriak saat dia mendengar ucapan Enri.
"Oi! Kalian semua! Ane-san kami ada disini! Dia memegang nyawa kalian!"
Ketika lima ogre mendengar ini, mereka mengangkat kepala melihat kepada Enri. Rasanya seperti ada tekanan yang jelas meremuknya, tapi Enri memaksa dirinya untuk tidak mengambil satu langkah mundur. Jika dia menyerah, rencananya akan gagal, dan para goblin akan menyingkirkan potensi masalah itu nantinya dengan membunuh ogre-ogre itu di tempat.
Enri bisa melihat tangan-tangan goblin yang mulai bersiap dengan senjata mereka. Enfi dengan tenang mengeluarkan sebuah botol potion sendiri.
Sebuah keabadian kelihatannya telah lewat di bawah tekanan yang merontokkan.
Enri menahan tatapan mata dari ogre-ogre itu dan mengembalikannya dengan salah miliknya. Tatapannya kokoh dan tak bisa digoyahkan.
Di matanya, ogre-ogre itu bertumpuk dengan bayangan dari para knight yang dahulu.
Enri mengepalkan tinjunya, mengingat dorongan hebat yang dulu dia rasakan, karena ingin mengoyak penutup kepala knight-knight itu agar dia bisa menghajarnya hingga mati.
Jangan menganggapku remeh. Yang lainnya menjaga desa, jadi aku harus melindungi tempat ini pula!
Setelah beberapa detik - satu detik yang kelihatannya memanjang hingga selamanya bagi Enri - ogre-ogre itu gemetar.
Mereka saling menatap, lalu kepada Jugem.
"Sudah kubilang, ya kan. Bos kami adalah yang terkuat."
"Merunduklah, kalian semua!"
Enri berteriak saat Jugem selesai berkata.
Suara Enri yang memaksa bahkan membuatnya terkejut sendiri, dan Agu yang ada di ujung pandangannya gemetar tidak karuan, tapi itu tidak apa. Apa yang penting adalah ogre-ogre itu telah merendahkan kepala mereka kepadanya.
Untuk sementara, ogre-ogre itu telah mengakui kelebihan dari Enri.
"Kalau begitu, apa yang harus kamu katakan kepada bos kami, kepala desa Carne, Ane-san kami?"
Dengan kepala mereka yang masih merunduk, apa yang muncul dari ogre itu adalah semburan suara yang bingung.
"Me, Menakutkan, bos kecil. Maaf."
"Maaf, kami sudah menyerang sukumu. Tolong maafkan."
"Suku milikmu" yang dimaksud ogre artinya adalah suku Agu. Meskipun realitasnya adalah entah bagaimana berbeda. Lebih muda bagi mereka untuk memahami situasi dengan orang-orang Agu sebagai bagian dari suku Carne, untuk menghindari otak ogre yang sudah kepayahan berpikir.
"kami akan, bekerja untukmu."
"Benar sekali! Bekerjalah untukku dan sukuku!"
Kalimat terakhir itu dibuat dengan mengeluarkan seluruh semangat yang masih tersisa. Meskipun dia hanya mengatakan satu atau dua kalimat, Enri sudah sangat lelah. Seburuk saat dia menghadapi barghest.
Saat Enri akan melepaskan mode Boss karena kelelahan, Jugem membantunya.
"Bagus sekali! Kelihatannya Ane-san telah menyelamatkan nyawa kalian!"
Tenaga sepertinya terlihat menyusut dari tubuh ogre-ogre itu. Karena mereka bisa terbunuh setiap saat, itu adalah reaksi yang alami.
Salah satu ogre melihat kepada Enri dan bicara.
"Boss, Kepala, Kami, apa yang harus kami lakukan?"
Itu, dia masih belum memikirkannya. Tetap saja, apa yang tidak dia tahu, dia bisa menyerahkannya kepada orang lain.
"Jugem, aku akan biarkan kamu mengurusi mereka. Gunakan mereka sesukamu."
"Aku mengerti, Ane-san."
Pemimpina goblin membungkuk kepada Enri, lalu membalikkan badan kepada ogre-ogre itu.
"Kalau begitu. Pertama, kami akan membuat tenda di luar desa. Kalian akan tinggal di atas sana. Dan kalian juga, membantu mereka mendirikan tenda."
Ogre-ogre itu pergi, ditemani dengan para goblin.
"Mendirikan tenda di luar desa akan menjadi masalah; kita harus mencari tempat agar mereka bisa tinggal di dalam desa. Meskipun begitu, kita harus menunggu hingga mereka belajar untuk tidak menyerang penduduk dahulu."
"Aku harus pergi berkeliling untuk bicara dengan banyak orang agar bisa membuat mereka menerimanya."
"Yup. Meskipun, kurasa selama kamu yang melakukannya, tidak akan ada masalah. Dan, tentang hari esok..."
Menurut rencana, Enri dan Nfirea akan pergi ke E-Rantel, dengan beberapa goblin sebagai penjaga.
"Maafkan aku. Aku masih harus membantu merawat yang selamat dari suku Agu, jadi aku tidak bisa pergi."
Lagipula, mereka akan tinggal di desa yang sama dengan ogre yang sama yang ingin memakan mereka. Trauma mental harus dirawat beserta dengan luka fisik, dan kepribadian Lizzie hanya akan membuat mereka ketakutan dan memberikan efek yang terbalik. Pada akhirnya, tak ada yang lebih bagi untuk ini selain Nfirea.
"Benarkah? Aku merasa tidak enak dengan ini.."
Enri tidak memiliki pengalaman dengan mengunjungi kota besar seperti E-Rantel, jadi dari sudut pandangnya beban itu kelihatannya sangat berat.
"Kalau begitu, bagaimana kalau ditemani oleh kepala desa?"
"Kurasa itu akan sulit..."
Kepala desa akan sibuk membangun desa kembali, dan membantu orang-orang baru ke desa, jadi dia tidak akan bisa bepergian jauh.
"...Bagaimana dengan istri kepala desa?"
"Mm. Yah, sejujurnya, tidak cukup tenaga di desa. Dulunya memang seperti itu dan sekarang bahkan lebih parah."
Desa Carne adalah sebauh desa dengan populasi yang sedikit. Sebagai hasilnya, ketika jumlah mereka berkurang, kemampuan mereka untuk melakukan apapun juga berkurang pula. Inilah alasannya mengapa para penduduk desa menekan penolakan mereka mengundang lebih banyak penghuni agar tetap tinggal dengan mereka.
"Ketika aku pergi ke E-Rantel, aku harus pergi ke kuil dan memastikan jika ada siapapun yang ingin pindah ke desa.. Ini benar-benar tugas yang terlalu besar untuk dilakukan bagi seorang gadis desa.."
"Semoga sukses, Kepala."
Enri cemberut saat dia mendengar ucapan Jugem. Sebagian dari dirinya berpikir, "Berani sekali kamu". Lagipula, merekalah alasan mengapa Enri menjadi sangat sibuk.
"Aku benar-benar ingin ikut..."
Nfirea bergumam dengan nada murung, lalu menutupinya dengan lambaian tangan putus asa yang tiba-tiba dan membingungkan.
"Semua akan baik-baik saja, aku akan menjaga Nemu-chan. Jadi kamu bisa pergi tanpa khawatir."
"...Baiklah, aku mengerti, apakah aku satu-satunya orang di dunia ini yang harus melalui hal ini? Satu saat orang-orang menyanjungku dan membuatku menjadi orang yang hebat, selanjutnya aku harus pergi ke suatu tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya dan melakukan hal-hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya..."
"Jangan terlalu pesimis, Enri. Pasti ada orang di luar sana yang mengenalmu."
Enri tersenyum lemah kepada Nfirea dan Jugem saat bahunya turun, sebuah tanda dia kehilangan kalah dalam bertempur dengan lelah. Di kejauhan, Agu mengamati dari kejauhan, lalu bergumam sendiri.
"Jadi memang benar, dia mengendalikan para goblin dengan kekuatan... Kepala desa Carne, Enri-nee...."
20 komentar:
selama admin belum ngasih kabar berhenti translate, tetap sabar menunggu meskipun membutuhkan waktu yang lama :3
Terima kasih atas kesabarannya. Memang akhir-akhir ini admin sibuk sekali di RL jadi Translate akan diusahakan sesempat-sempatnya. Sekali lagi terima kasih atas kesabarannya. :D
terima kasih karna tetap mengusahakan translate nya berjalan.
tetap semangat min, semoga sehat selalu.
Thnks min.
Smangt min.
Makasih banyak min ^^
Tetap Semangat dan semoga sukses..
terimakasih
arigatou gozaimasu
sankyu overlord vol.8 side 1 bag.2
Awalnya gue pikir dua pemimpin ini ada player baru di nazarik
death flag desa carne, nolak minta tolong. klo minta tolong pasti g ada korban nantinya ~ makanya minta tolong lah
Arigatou mimin San
Gw kira brita udah mati abis di hipnotis shaltear ternyata masih toh
Mantapa min lanjut terus
Entristing
Kau salah enri, ainz-sama bahkan lebih pusing daripada dirimu :V
Enri : apakah aku satu-satunya orang di dunia ini yang harus melalui hal ini? Satu saat orang-orang menyanjungku dan membuatku menjadi orang yang hebat, selanjutnya aku harus pergi ke suatu tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya dan melakukan hal-hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya..."
Ainz : 😎
Ainz:Am i joke to you?
Min, pas ainz marah ke lupus part ke berapa ya?
Agus diadopsi goblin kayak ceritanya Tarsan aja cuk?!
Dikibulin ama Kaijali dkk lagi
Semangat min upload nya cerita nya bagus banget
Posting Komentar