A Handful of Hope - Segelintir Harapan
Part 2
Nafas Arche terengah-engah.
Setiap kali rumput bergoyang karena angin, seluruh tubuh Arche akan gemetaran. Seperti seekor binatang kecil, dia melihat-lihat ke setiap arah dengan ketakutan.
Keadaan sekitar adalah sebuah hutan, dan ada banyak tempat yang tanpa cahaya. Kanopi-kanopi dari kayu yang ada di dekat situ menghalangi cahaya dari langit, dan hampir tak ada yang sampai ke permukaan.
Meskipun lingkungan ini biasanya menyulitkan manusia dalam hal navigasi, sebagai pengganti penerangan, Arche menggunakan mantra 'Darkvision', yang membuat sekitarnya terlihat seakan cerah seperti siang hari.
Namun, meskipun dengan mantra ini, dia masih membutuhkan banyak konsentrasi untuk memilih rerumputan yang bisa digunakan untuk bersembunyi oleh seseorang, batang kayu yang mungkin menyembunyikan lawan di belakangnya, dan mendengarkan ranting-ranting yang berderit saat mereka bergoyang diterpa angin.
Sebagai seorang arcane magic caster, jika Arche dihadang oleh monster yang lalu menyerangnya, dia tidak bisa menyingkirkannya sendirian. Biasanya dia akan mendapatkan bantuan dari rekan-rekannya, namun yang akan menolongnya, yang akan memberikan dia perlindungan, atau menyembuhkannya, semuanya tidak ada.
Itu artinya yang hanya bisa dia lakukan adalah waspada terhadap musuh yang mendekat, menjaga jarak, lalu kabur. Arche merasa tegang karena dia sangat paham dengan kenyataan ini, dan itu menyedot kekuatan mentalnya bahkan lebih banyak dari biasanya.
Rencana asalnya adalah untuk bisa keluar, itu artinya dia harus kabur dengan mantra 'Flight'. Namun ketika dia sudah terbang di atas pepohonan, dia melihat seekor makhluk raksasa yang terbang di langit yang kelihatannya sedang mencari sesuatu, jadi dia mengabaikan rencana itu.
Setelah dia memastikan keberadaan kelelawan raksasa itu, dia tidak bisa membuatnya mencoba mengubah hal itu menjadi kontes kecepatan. Itu karena meskipun 'Invisibility' bisa mengelabui indra penglihatan, namun tak bisa mengelabui organ sensor spesial dari seekor kelelawar.
Setelah memastikan keadaan sekitarnya aman, Arche sekali lagi terbang dengan kecepatan seperti siput.
Dia melanjutkannya sepelan mungkin dengan mantra 'Flight' karena dia ingin mengamati sekitarnya. Jika dia melakukannya dengan kecepatan penuh, dia tidak akan bisa bereaksi dengan cukup cepat meskipun dia sedang waspada dan melihat sebuah ancaman, dan itu artinya dia harus melompat ke dalam mulut monster apapun yang mengejarnya. Untuk menghindari hal ini, dia sengaja menurunkan kecepatannya.
Akhirnya, Arche merasa lapisan energi magic yang mengelilingi dirinya semakin tipis. Mantra terbang yang digunakan hampir habis.
Perlahan dia turun ke atanah.
Pertanyaannya sekarang adalah apa yang seharusnya dia lakukan. Merapalkan 'Flight' lagi bukan masalah. Dia bisa merasakan memiliki cukup 'mana' untuk itu. Namun, 'Darkvision' juga adalah mantra yang penting, dan dia juga harus menyimpan 'mana' yang cukup untuk mantra bertahan ketika ada pertempuran.
Mantra tingkat ke 3 'Flight' adalah salah satu mantra dengan tingkat tertinggi yang Arche tahu bagaimana menggunakannya. Itu juga berarti mantra itu adalah salah satu mantra yang paling banyak menyedot mana dari mantra-mantra yang dia miliki. Jika mungkin, dia ingin menghindari menggunakan mantra itu.
Mengabaikan keadaan saat ini, bahkan dia tidak tahu berapa lama agar bisa keluar dari hutan ini tanpa menggunakan mantra-mantra yang akan menambah kelelahan. Dan tanpa kemampuan terbang, dia bahkan tidak bisa memastikan lokasi saat ini.
Saat kemari, Arche sering naik ke atas kanopi utan dan menggunakan pepohonan besar dibalik coloseum sebagai penanda jalan. Jika dia tetap berada di dalam hutan, dia tidak bisa melihat pepohonan besar tersebut, dan dia tidak bisa memanjat pohon pula.
"...Dimana aku bisa beristirahat..."
Arche bergumam sendiri.
Jika dia mengembalikan mana miliknya melalui tidur, dia bisa menggunakan 'Flight' lebih sering lagi, dan bergerak di bawah matahari akan lebih aman. Ini memang benar untuk hutan, dimana monster-monster cenderung muncul di malam hari.
Mungkin lebih baik dirinya bergulung di suatu tempat dan menunggu datangnya fajar, daripada memaksa diri meneruskan perjalanan di hutan yang gelap.
Namun Arche tidak tahu dimaan tempat yang aman.
Jika Imina ada disini, dia mungkin tahu. Dan jika Roberdyck atau Hekkeran ada disini, dia bisa beristirahat dengan mudah di area yang berbahaya. Namun, rekan-rekannya yang bisa diandalkan sedang tidak bersamanya.
"Imina, Roberdyck-"
Arche melingkar di samping pohon besar, dan memikirkan rekan-rekannya.
"-Pembohong."
Masih belum ada kabar dari mereka setelah waktu yang lama.
Seperti yang kuduga, mereka tidak bisa kabur.
Tidak, itu adalah sesuatu yang sudah dia ketahui dari awal. Tidak mungkin mereka bisa mengalahkan entitas konyol yang dikenal sebagai Ainz. Meskipun begitu, apakah dia memang bodoh karena sudah menggantungkan harapan bisa melihat mereka lagi?
Arche duduk di atas tanah, menyandarkan punggungnya kepada pohon besar, lalu menutup matanya. Dia tahu itu berbahaya, namun dia masih ingin menutup matanya.
Saat ingatan akan ketiga temannya muncul dalam ingatan, dia menutup rapat-rapat kelopak matanya.
Sensasi sedingin es dari kayu di kepalanya sangat nyaman. Setelah beristirahat sesaat akhirnya dia menyadari seberapa lelah dia. Tekanan pada dirinya berubah menjadi kelelahan emosional, dan itu terus meningkat tanpa berhenti.
"-Haaaa..."
Arche membiarkan kepalanya beristirahat pada pohon.
Lalu dia membuka matanya lebar-lebar.
'Darkvision' mewarnai dunia malam ini dengan warna yang terang dan segar, namun dia tidak memiliki penjelasan terhadap apa yang ada di dalam area pandangan matanya.
Seseorang sedang menatap Arche.
Arche tak pernah melihatnya sebelum ini, dan matanya terlihat tertancap pada pemandangan seorang gadis cantik.
Gadis tersebut berpakaian gaun pesta dansa beludru yang lembut dengan warna hitam kelam. Kulitnya sepucat lilin. Sebuah tangan mengusap rambutnya yang panjang dan seperti platina, yang kelihatannya seperti akan mengusap wajah Arche.
Meskipun Arche adalah anak bangsawan, Arche tak pernah melihat seorang gadis secantik ini sebelumnya. Jika dia muncul di pesta resmi, para lelaki akan berkumpul kepadanya seperti ngengat kepada api, murni karena kecantikannya. Pupil matanya yang berwarna merah gelap memancarkan daya tarik yang tak tertahankan yang tampaknya menarik jiwa Arche ke dalamnya.
Namun Arche langsung kembali sadar. Tidak mungkin seseorang seperti itu akan berada di tempat seperti ini. Terutama bukan seseorang yang kedua kakinya ada di batang pohon, berdiri sejajar dengan tanah dan bertolak belakang dengan gravitasi.
Jelas sekali ini adalah pemburu yang dikirim oleh Ainz. Tetap saja, bukan tidak mungkin jika dia adalah penghuni hutan ini setelah waktu yang lama.
"Kena. kamu kena."
Harapannya yang sekilas benar-benar telah putus.
"-Seorang pemburu."
Arche melompat menjauh untuk membuka jarak, mengarahkan tongkatnya ke arah gadis tersebut. Gadis tersebut tampaknya tidak tertarik dengan Arche, lalu dengan rapi berjalan turun dari batang pohon ke arah lantai.
"Tidak akan menyenangkan jika kamu tidak lari-"
"-Jika aku mengalahkanmu disini, aku bisa lari dengan lebih aman."
Meskipun dia berkata seperti ini, Arche tersenyum pahit di hatinya. Tidak mungkin dia bisa mengalahkan pemburu manapun yang dikirim oleh Ainz, seorang makhluk yang diluar batas hal yang wajar.
Mengetahui hal ini, alasan mengapa dia berkata demikian adalah untuk mengukur reaksi pihak lain.
"Kalau begitu, silahkan, meskipun aku hanya bisa bermain denganmu untuk sesaat."
Sikapnya berkata bahwa dia benar-benar memahami perbedaan kekuatan diantara mereka berdua. Yang mana dikatakan, jika dia melawan Arche, dia tidak akan bermain-main sama sekali.
"-[Flight]!"
Arche merapal mantra dan mulai kabur. Tidak ada penerbangan yang lambat dan nyaman yang dia perlihatkan di tanah. Dalam satu gerakan cepat dia sudah berada di ketinggian, menutupi wajahnya dengan kedua tangan saat dia menembus kanopi hutan dan meluncur di udara.
Di bawah langit malam, Arche melihat sekelilingnya sekali lagi. Dia waspada dengan monster yang mirip dengan kelelawar yang dia lihat sebelumnya. Namun, kelihatannya memang tidak ada dimanapun. Dengan demikian, yang hanya tersisa adalah kabur.
"Ya, ya, terus, terus,"
Suara cantik yang memanggil Arche, yang mati-matian berusaha kabur. Hatinya tersentak. Menatap ke sekeliling, Arche mencoba melihat dimana dia datang.
Datangnya dari depan dan atas Arche.
Sejak kapan dia - gadis itu yang baru saja ada disana.
"[Lightning Bolt]!"
Petir berwarna putih kebiruan melompat dari kepala tongkatnya dan membelah malam. Ini adalah mantra serangan terkuat dari Arche. Meskipun petir itu menusuk si gadis, senyum itu tidak hilang dari wajahnya.
Arche yakin sekali. Ini adalah makhluk yang setara dengan Ainz, itu artinya tidak mungkin Arche bisa mengalahkannya. Gadis itu dengan riangnya berbicara kepada Arche, yang ingin segera lari.
"[Datanglah, anggota keluargaku.]"
Sepasang sayap yang luar biasa besarnya membentang dari belakang punggung gadis itu. Mereka berbentuk seperti kelelawar, namun jauh lebih, lebih besar. Seekor kelelawar yang luar biasa besarnya terbang dari belakangnya, seperti terlepas dari tubuhnya. Dan tentu saja, tak ada kelelawar dengan mata merah gelap berkilauan seperti ini hanyalah binatang buas biasa.
Gadis tersebut tersenyum dari samping kelelawar raksasa, yang sayapnya terkepak terus menerus membelah udara. Itu adalah sebuah senyum yang membuat tubuh Arche membeku seperti es, sebuah senyum yang tampaknya tidak cocok dengan seseorang seusia gadis tersebut sama sekali.
"Kalau begitu, silahkan lanjutkan kaburnya."
Arche kabur.
Dia terbang dengan seluruh tenaga.
Dia terbang ke dalam hutan untuk menghilangkan jejak pemburunya, dan ranting-ranting pohon menggores tubuhnya saat dia terbang.
Karena Arche sudah meninggalkan rekan-rekannya untuk bisa kabur, itu artinya dia harus bisa kabur dari sini tak perduli bagaimana caranya. Di dalam ingatannya, dia akan melakukan apapun untuk bisa membuat itu terjadi.
Dan setelah terbang entah sudah berapa lama, Arche dihadapkan oleh keputusasaan.
Itu adalah sebuah dinding.
Sebuah dinding yang tak terlihat berdiri di depannya.
Dunia memang berlanjut jauh. namun tubuh Arche dihadang oleh dinding itu. Arche sekarang berada dua ratus meter di atas tanah dan dinding yang tak terlihat sampai setinggi ini.
"-Ini adalah-"
Arche bergumam sendiri saat keputusasaan tersedot ke dalam hatinya. Dia terbang dan merasakan sekelilingnya dengan tangan. Namun... dingin, dinding, dinding, masih sebuah dinding.
Tak perduli kemanapun dia terbang, tangannya berkata ada sesuatu yang keras menghalanginya.
"Apa ini?!"
"Tentu saja, sebuah dinding."
Itu adalah sebuah jawaban bagi gumaman yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Arche berbalik, tahu siapa yang mungkin dia lihat.
Itu adalah seperti yang dia duga. Gadis dari sebelumnya. Namun sekarang dia sudah bersama tiga ekor kelelawar raksasa sebagai pengawalnya.
"Meskipun tampaknya kamu mendapatkan kesan yang salah. Ini adalah lantai 6 dari Great Tomb of Nazarick. Itu artinya, kamu ada di bawah tanah."
"..Ini?"
Arche menunjuk dunia. Langit, bintang-bintang, angin yang bertiup dengan lembut, hutan yang memanjang sejauh mata bisa melihat. Meskipun dia tidak berpikir tempat ini bisa ada di bawah tanah, ketika berhubungan dengan orang-orang ini, bahkan hal mustahil seperti itu masih mungkin terjadi.
"41 Supreme Being, Pencipta kami yang paling mulia, pernah memimpin tempat ini. Tempat ini diciptakan oleh mereka, dan bahkan kami tidak mengerti semuanya."
"...Mereka menciptakan dunia? Itu membuat mereka seperti para dewa..."
"Benar sekali. Bagi kami, mereka adalah makhluk yang memiliki level yang sama dengan para dewa. Para dewa dengan Ainz-sama sebagai pemimpin mereka."
Ainz melihat sekelilingnya.
Dia harus menerimanya. Tak perduli bagaimanapun, setelah melihat semua ini, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menerimanya.
Tidak mungkin dia bisa kembali hidup-hidup.
"Baiklah kalau begitu, tidak kabur?"
"-Apakah itu mungkin?"
"Tentu saja tidak. Tidak pernah sedikitpun ada niat untuk membiarkanmu keluar sejak awal."
"-Begitukah?"
Arche menggenggam tongkatnya dengan erat di kedua tangan lalu menyerang gadis tersebut. dia tidak bisa lagi menggunakan mantra karena dia sudah kehabisan mana. Namun, bahkan dalam situasi yang paling membuat putus asa dia masih harus mencoba berusaha sebaik mungkin hingga saat terakhir. Ini adalah tugas dari Arche, satu-satunya anggota yang selamat dari Foresight.
"Bagus, bagus, kamu sudah melakukan sebisamu."
Balasan gadis itu kepada serangan Arche yang penuh tekad sedikit lebih baik daripada kekecewaan karena bosan.
"Kalau begitu, percobaan kecil usahamu untuk kabur berakhir disini... meskipun sayang sekali aku tak bisa melihatmu menangis."
Gadis itu dengan mudah menangkap tongkat Arche dengan satu tangan, lalu menyentakkannya ke arah dirinya. Arche terlempar kehilangan keseimbangan lalu jatuh ke dalam dekapan gadis itu. Dua orang itu akhirnya saling berpelukan di tengah udara.
Di dalam posisi ini, gadis itu mengubur wajahnya ke leher Arche. Meskipun Arche mencoba untuk berontak, gadis yang menempel seperti lem itu tidak bisa dilepaskan. Dia bernafas dengan hangat di leher Arche, dan tubuh Arche bergetar.
"..Mm, baunya keringat..."
Tak mampu menjaga tubuh selalu bersih adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan worker bagi Arche. Ini memang benar untuk semua worker, petualang, traveler, dan siapapun yang menghabiskan waktu berkeliling di luar. Meskipun mereka jadi kotor, balasan yang pantas adalah "Lalu kenapa?"
Namun, dia masih merasa sangat memalukan karena sudah dikatakan seperti itu oleh seorang gadis yang lebih muda dan lebih cantik darinya.
Wajah gadis itu meninggalkan leher Arche. Sebuah perasaan jijik berkelebat pada Arche saat dia melihat ke dalam mata merah tua itu. Di dalam mata itu terbakar sebuah hasrat akan tubuh wanita, diwarnai dengan hasrat yang sama dari seorang pria terhadap wanita.
"Tenang saja. Kamu akan mati tanpa mengalami penderitaan apapun. Berterima kasihlah terhadap Ainz-sama atas ampunannya."
"--!"
Arche ingin merespon, namun sebagai gantinya yang hanya dia rasakan adalah keterkejutan - terkejut pada kenyataan tubuhnya yang tidak bisa bergerak. Seakan pupil berwarna merah tua itu telah mencuri seluruh jiwanya.
Pada akhirnya, Arche menyadari identitas sebenarnya dari gadis tersebut. Dia bukan manusia, namun seorang vampir.
"...Dan kemudian..."
Wajah gadis itu semakin mendekat kepada Arche, lidahnya meluncur melewati bibir Arche lalu menjilat pipinya dengan ringan.
"...Asin..."
Gadis itu tertawa, lalu keputusasaan menelan jiwa Arche.
Itu hanya membuat gadis tersebut tertawa semakin keras.
Bibirnya terpisah hingga telinga. Warna merah dari iris matanya menyebar menelan bola matanya masing-masing.
Dengan suara retakan, dia membuka mulut. Apa yang tadinya adalah gigi-gigi putih yang berjajar rapi sekarang adalah sesuatu yang membuat orang-orang berpikir seperti jarum suntik medis, dalam banyak baris seperti milik dari hiu. Suaranya yang merangsang terikat dengan nada yang cabul, dan air liur terlihat menetes keluar dengan jelas dari sudut mulutnya.
Lalu, teror menyelimuti Arche sepenuhnya.
"Ahahahahahaa!"
Otak Arche kehilangan kesadaran menghadapi tawa dari monster yang penuh bau darah.
Hal terakhir yang ada di otaknya adalah wajah dari dua adiknya yang sedang menunggunya.
"Ooooh? Sudah pingsan?... Kalau begitu tidak perlu lagi membuatmu pingsan dengan magic. Kamu bisa mendekap Kematian di dalam mimpimu~"
17 komentar:
Ty
Seru
sankyu overlor vol.6 bab 4 bag.2
sankyu overlord vol.7 bab 4 bag.2
poor arche :( dan gue baca di komen wiki bahwa adik2nya arche di jual ke pasar budak dan akhirnya meninggal karna perlakuan kasar.
Oti beneran? Share web nya donk pengen tau
hoax tu, adik2 ny asche memang d jual sbagai budak tpi nntinya mereka d bli oleh ainz dn mereka bisa hidup damai dgan asche d lantai 6.
http://overlordmaruyama.wikia.com/wiki/Ureirika?useskin=oasis
@Rhyuu -kun, adik2nya asche dibeli sama ainz itu versi web novelnya, untuk versi light novelnya belum ada kejelasan nasib adik2nya gimana
Banyak hoax nih
Kasian archenya kampret. Tapi makasih lah matinya dengan tenang gk sadis
Wasalam.....
kalo penjelasan mengenai hal2 yang membingungkan its okey
tp ini malah spoiler di kolom komen -___-
wah kayany bakal skip overlord season 3 ini... kasian, dibantai gt. u.u ending yg sangat disesalkan.
Kasian si sebenarnya sama arche,dia udh janji ngurus adik adik nya,tapi malah mati,padahal rencana nya ini adalah misi terakhir team mereka,sedihnya
She deserve it, I mean she deserve the peaceful death
Di LN arche mati dan adik"nya dijual ortunya sendiri trus adik"nya kerja sampai kelelahan trus mati, dan versi WebNovelnya arche masih hidup dan adik"nya juga masih hidup trus dapat pengampunan sama Ainz tinggal di Nazarick YA KHAN!!
Iyhaaaa
Posting Komentar