Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

24 April, 2016

Overlord - Vol 7 - Chapter 3 Part 2

The Large Tomb - Makam Besar

Part 2


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia"Mulai serang lagi!"

Teriakan Greenham bergema ke seluruh penjuru ruang bawah tanah dipenuhi dengan bau jamur dan kematian.

Ruangan dengan lebar sekitar dua puluh meter dan tinggi lima meter. Di tengah-tengah ruangan itu penuh dengan cahaya yang terbuat dari seorang magic caster dan obor-obor yang dijatuhkan ke tanah, ada siluet manusia.

Bersama dengan Greenham, 'Heavy Masher' disudutkan. Interiornya dipenuhi dengan undead kelas bawah seperti zombie dan skeleton.

Jumlah mereka menakjubkan.

Greenham dan seorang warrior yang memegang perisai mundur dari gelombang kematian yang meluber ke belakang formasi.

Seorang zombie mengayunkan lengannya ke arah armor full plate Greenham. Meskipun jika ada undead yang lebih kuat dari rata-rata manusia biasa, masih tidak bisa membuat lekukan armor baja. Tangan yang membusuk itu meledak dan bercak-bercak daging yang baunya busuk menempel ke armor.

Skeleton-skeleton itu juga sama. Dengan hanya senjata berkarat, mereka tidak bisa menembus armor full plate yang ditambahi dengan magic. Mungkin ada yang beruntung dan bisa menusuk platnya, namun itulah kenapa ditambahi dengan magic.


Greenham mengayunkan kapaknya secara horizontal dan menumbangkan satu orang, namun lebih banyak lagi undead yang datang memenuhi celah tersebut. Gerombolan itu semakin mendekat seakan menginjak-injak mereka dengan jumlahnya.

"Sialan! Mereka terlalu banyak!"

Warrior yang sedang memegang sebuah perisai di samping Greenham berteriak dengan suara tidak wajar. Berkat perisainya yang besar sehingga menutupi seluruh tubuhnya, dia tidak terluka, namun perisai tersebut dituupi dengan segala macam jenis cairan kotor. Dia menghancurkan tengkorak dari skeleton-skeleton tersebut dengan senjata mace miliknya, namun perlahan didorong mundur.

"Darimana mereka semua datangnya?"

Rasa penasaran dari Warrior-warrior memang wajar.

Tim Greenham telah mencari ke beberapa ruangan setelah terpisah dari tim lainnya di persimpangan. Sayangnya, tidak banyak harta karun seperti di mausoleum, namun setelah menemukan potongan benda berharga yang cukup besar tergeletak begitu saja, mereka perlahan mencari lagi lebih jauh. Ketika mereka memasuki ruangan ini untuk melihat-lihat, pintu tersebut tiba-tiba terbuka dan undead mulai mengalir ke dalam.

Satu zombie atau skeleton sendiri bukanlah lawan yang sulit, namun jumlah mereka adalah masalahnya. Meskipun mereka roboh atau terinjak, mereka tidak mati, namun undead akan bisa menggapai sayap belakang. Tentu saja, sayap belakang tidak semudah itu dihancurkan pula, namun melawan jumlah sebanyak ini, sulit dikatakan.

Dengan sedikit kesialan, barisan depan akan segera roboh. Greenham terpikir hal ini, dan memutuskan untuk menggunakan kekuatan yang dia simpan.

"Kita akan menyelesaikan ini dalam sekejap. Aku serahkan padamu."

Penjaga barisan belakang, yang hanya melemparkan bebatuan saja sejauh ini, mulai bergerak.

Bagi 'Heavy Masher' milik Greenham, undead seperti ini bukanlah sebuah ancaman. Namun karena mereka bukanlah ancaman yang sebenarnya, dia mencoba untuk menyimpan tenaga dengan membuat barisan belakang sebagai cadangan. Jika barisan belakang juga menyerang, undead bukan lagi masalah.

"Tuhanku, dewa bumi! Mohon usirlah yang keji ini!"

Cleric yang sedang memegang simbol suci berteriak sambil mengeluarkan kekuatan suci. Udara yang dipenuhi dengan aura negatif langsung bersih dan dipenuhi dengan kesegaran seakan angin segar baru saja lewat. Sebuah gelombang kekuatan suci, lebih kuat dari biasanya, mengalir keluar dari cleric itu.

Segera setelah ability tersebut diaktifkan, undead yang ada di sekitar cleric berubah menjadi abu.

Mengusir undead biasanya hanya membuat mereka kabur, namun jika ada perbedaan kekuatan yang absolut, akan membuat undead tersebut musnah malahan. Namun, sangat sulit sekali memusnahkan jumlah undead yang besar karena membutuhkan kekuatan dengan jumlah yang setara pula.

Sebagai hasilnya, lebih dari dua puluh undead ditumpas.

"Terbanglah! [Fireball]!"

Sebuah bola api terbang dari arah magic caster dan meledak di tengah-tengah gerombolan undead. Sebuah tiang api muncul sesaat dan membakar kehidupan palsu dari undead yang ada di dalam radius efeknya.

"Masih belum selesai! [Fireball]"

"Tuhanku, dewa bumi. Mohon usirlah yang keji ini!"

Serangan dengan efek area menyerang lagi dan jumlah undead yang roboh bertambah drastis.

"Ayo pergi."

"Baiklah!"

Warrior tersebut mengabaikan perisainya, menggenggam dua mace lalu melompat ke dalam gerombolan undead bersama dengan Greenham. Seharusnya mudah saja menyerahkan semuanya kepada magic caster, namun alasan Greenham menerobos agar mereka bisa menyimpan mana sebanyak mungkin. Terutama bagi cleric, yang hanya bisa menangkis undead dengan jumlah tertentu dan hanya beberapa kali dalam sehari. Karena itu adalah sebuah pekerjaan yang sangat ampuh terhadap undead, dia akan menjadi kartu as mereka ketika mereka berada di dalam makam.

Greenham mengayunkan kapaknya ke arah gerombolan zombie. Daripada darah, cairan kental keluar dari luka tebasan itu, -cairan itu akan muncrat jika mereka memiliki jantung- mengalir perlahan keluar. Dari luka tebasan keluar bau yang menjijikkan, namun itu bukanlah hal yang tidak bisa mereka tangani.

Lebih tepatnya, hidung mereka sudah mati rasa.

Bersama dengan para warrior, mereka menyerang, menyerang dan menyerang. Mereka tidak memikirkan pertahanan bahkan sesaatpun. Itu adalah semacam serangan yang mereka bisa lakukan berkata armor mereka yang keras didukung dengan magic, ditambahl lagi undead memang lemah.

Suatu saat, satu undead berhasil menyerang kepala Greenham, namun armor miliknya menyerap seluruh getaran dan tidak ada ketegangan di lehernya. Meskipun dia diserang di daerah dada atau perut, dia hampir tidak merasakannya.

Lawan mereka adalah undead kelas bawah. Mereka hanya menjadi ancaman karena jumlah, namun karena mereka sudah membersihkan begitu banyak undead, mereka menemukan sedikit ruang bernafas sekali lagi. Warrior tersebut berteriak sambil mengayunkan senjatanya.

"Hingga sekarang, kita hanya melawan yang paling lemah, namun mempertimbangkan jumlah mereka, pasti ada banyak di makam ini!"

"Yea, dan juga tidak aneh jika undead yang lebih kuat muncul dan masih merangkak di suatu tempat! Namun aku tidak tahu kenapa mereka belum keluar!"

Orang yang membalas adalah cleric yang mengambil perisai warrior sambil mengaawasi situasinya.

"...Mungkin semua undead ini adalah hasil summon. Mungkin melalui magic summon atau sebuah item."

Karena mayat-mayat undead ini terpecah-pecah setelah beberapa waktu, mereka tidak cukup untuk memenuhi seluruh ruangan dengan mayat-mayat. Mayat-mayat undead ini juga menghilang dengan cara yang mirip dengan monster-monster hasil summon. Itulah kenapa magic caster menyela.

"Semacam mekanisme yang melakukan summon dalam jumlah besar undead rendahan?... Aku tidak ingin berpikir tentang hal itu. Jangan membuatku membayangkan makam ini dipenuhi dengan zombie-zombie dimanapun."

Greenham membalas dan melihat ke sekeliling ruangan sambil membuyarkan kepala skeleton seakan sedang seperti sedang memangkas pohon. Jumlah undead yang tersisa bisa dihitung dengan dua tangan, dan pintu yang terbuka lebar tidak menunjukkan adanya tanda bala bantuan dari undead. Pertarungan tersebut akan segera selesai.

Saat itu, dia merasakan sebuah sensasi hawa dingin yang mengalir dari bawah kakinya.

Dia merasakan sebuah bahaya yang mengatakan kepadanya untuk kabur, namun akan jadi terlambat dalam situasi ini. meskipun begitu-

"Bahaya! Semuanya keluar dari ruangan-"

Rogue berteriak seakan dia merasakan hal yang sama.

Namun sudah terlambat. Lantai yang keras itu tiba-tiba menghilang. Sebuah sensai mengambang menyelimuti tubuh mereka dan beberapa detak jantung kemudian tubuh mereka yang kebingungan mendarat di tanah.

Greenham mendengar suara rintihan dari rekan-rekannya, namun berdiri dengan kapaknya yang tidak dilepaskan ketika terjatuh lalu menyerang skeleton-skeleton yang bergulung-gulung di tanah.

"Habisi mereka!"
karena undead menerima damage saat jatuh - skeleton-skeleton tersebut memang lemah terhadap damage benturan, oleh karena itu mereka menerima damage yang cukup signifikan ketika jatuh -  mudah sekali menyapu bersih mereka.

Greenham melihat ke sekeliling ruangan setelah membersihkan seluruh undead.

Mereak telah terjatuh ke dalam jebakan magi yang membuat lantainya hilang. Melihat ke atas, atapnya jauh di atas mereka. Setidaknya dua belas meter di atas. Tiga meter di atas lantai ada sebuah pintu, dan tiga meter  diatasnya, total enam meter, ada pintu ketika mereka pertama kali masuk. Mereka jatuh sekitar dua lantai totalnya.

Jika dijelaskan bentuknya secara keseluruhan, seperti pilar yang panjang. Di bagian bawah berbentuk seperti piramid yang terbalik, dan lerengnya cukup curam membuat seseorang terjatuh hingga terjepit ke tengah oleh seluruh zombie yang ikut jatuh.

Menakjubkan tidak ada yang terluka setelah jatuh dari ketinggian seperti itu.

Hal yang aneh tentang layoutnya adalah sekitar tiga meter di atas dari bawah dimana ada pintu tertutup. Ada empat terowongan pada masing-masing sisinya, total ada enam belas.

"Ruangan ini seperti memang hampir didesain untuk menenggelamkan orang. Seakan ada air yang akan mulai mengalir dalam jumlah yang besar dari pintu itu. Tidak, yang lebih buruk, bisa saja adalah monster seperti slime."

"Aku setuju. Kita harus mencari sekitar pintu itu melihat apakah cukup aman keluar."

Namun, sulit memanjat dua lantai ke atas dengan permukaan yang licin tanpa ada sesuatu untuk dijadikan pegangan. Rogue mungkin bisa memanjatnya tanpa halangan, namun bagi seseorang yang memakai armor seperti Greenham, itu tidak mungkin. Sebagai perbandingan, pintu yang ada di bawah tidak diketahui, dan mungkin saja berbahaya, namun akan lebih mudah digapai.

Saat mereka berdiskusi bagaimana cara memanjat, ada sesuatu yang muncul kepalanya dari salah satu enam belas terowongan. Itu adalah mayat yang membengkak, 'Plague Bomber'.

Alasan mengapa dia membengkak karena monster itu dipenuhi dengan energi negatif. Itu adalah undead yang akan meledak sampai mati ketika memberikan damage kepada makhluk hidup dan menyembuhkan undead.

Undead tersebut dibangun seperti sebuah irisan daing yang terlempar sendiri dari terowongan. Membentur lantai dengan suara yang menjijikkan, namun masalahnya adalah yang datang selanjutnya. Tubuhnya yang bundar tidak bisa mendapatkan daya tarik terhadap lantai yang miring dan menabrak tim Greenham seperti sebuah batu besar.

"Awas! Minggir!"

"Jangan berkata seperti itu kepada orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh pemikiran."

Semuanya, termasuk magic caster yang hampir menangis, hampir tidak bisa menghindari undead tersebut saat terus bergulung ke arah pusat lantai. Ketika plague bomber selanjutnya mengintip, mereka menyadari yang tadi hanyalah yang pertama dari sebuah gerombolan lalu secara naluri tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lari! Ruangan ini akan dipenuhi oleh mereka."

Jika siapapun terdorong oleh undead, mereka akan jatuh ke tengah dan tergencet di bawah tubuh-tubuh itu. Meskipun mereka nantinya tidak mati karena tergencet, mereka tidak akan bisa bergerak dan terus-terusan menerima damage negatif yang diberikan oleh plague bomber saat meledak karena serangan rekan-rekan mereka.

"Jebakan ini benar-benar kejam. Seseorang dorong aku naik!"

"Tidak ada artinya, kalau begitu orang itu takkan bisa menghindari serangan apapun."

Meskipun jika mereka menghindari serangan pertama, mereka akan kehilangan keseimbangan dan takkan mampu menghindari dari yang selanjutnya. Meminta seseorang untuk pendorong dalam situasi seperti itu adalah kejam.

"Kalau begitu aku akan menggunakan magic terbang!"

"Tidak usah repot-repot dengan 'Flight'! Kamu takkan bisa menarik kami semua sendirian."

"Bukan begitu! Sialan, mereka berjatuhan! Aku berbicara tentang 'Web Ladder' (Tangga Jaring)."

"Itu kedengarannya bagus! Kalau begitu tolong ke arah pintu yang terdekat. Greenham, tolong lindungi dia!"

"-Jangan, tidak usah! Kita akan pergi ke arah pintu asal! Pintu itu berbahaya!"

Tidak ada waktu untuk bertanya alasan rasional dibalik mengapa dia berpikir pintu itu berbahaya, namun kepercayaan mereka kepada Greenham adalah absolut.

"[Web Ladder!]"

Magic tersebut aktif dan jaring laba-laba menyebar ke dinding.

Jaring laba-laba magic memilingi sifat lengket yang aneh. Jika seseorang tidak ingin bergerak, dia akan menempel di situ, namun jika seseorang ingin bergerak, jaring tersebut akan langsung melepaskannya. Itu adalah sebuah magi yang sangat cocok sebagai pengganti tangga.

Tim Greenham memanjat dengan gerakan sempurna, meskipun dibayangi rasa takut mereka.

Yang hampir tiba di pintu terbuka itu pertama kali pertama adalah mensurvei area. Jika mereka terdorong kembali, maka bisa gawat nantinya.

Dia menghela nafas lega. Skenario terburuk telah dihindari dan tidak ada tanda-tanda undead. Setelah dia menyelesaikan pemeriksaan akan undead, dia melompat ke arah terowongan dan menarik orang-orang yang ada di bawah.

"Kita hidup! Tidak kukira kita hampir mati tergencet oleh undead, itu pasti salah satu kematian yang paling buruk disana."

"Desain tempat ini benar-benar jahat. Kakiku sakit akibat jatuh, berikan sedikit magic healing kepadaku."

"Kurasa energi negatif sedikit menggores ujung kaki ketika makhluk itu meledak. Benar-benar menakutkan."

"Kita beruntung. Namun tolong jangan minta magic caster untuk menghindari serangan lagi."

Semuanya komplen sambil beristirahat mengambil nafas.

"Oi, Greenham, mengapa kamu ingin menghindari pintu itu? Kukira pintu itu adalah yang asli. Mereka biasanya selalu memiliki rute kabur dekat dengan tempat berbahaya."

"Hanya sebuah firasat... Maukah kamu melemparkan senjata tidak berguna ke arah pintu itu?"

Greenham membalas dengan nada biasa lalu rogue tersebut melemparkan sebuah pisau ke arah pintu. Pisau tersebut melayang lurus dan muncul seakan dia mengenai pintu itu, namun sebagai pintu tersebut memuntahkan sebuah tentakel dan mementalkan pisau yang dilempar tadi.

"Itu adalah... sebuah 'Tiruan Pintu'! Tidak, mempertimbangkan warna dari tentakelnya, mungkin saja itu adalah Undead Tiruan Pintu. Sebuah monster yang mengikat lawannya dengan tentakel-tentakel yang lengket sambil menyerang mereka."

"Che, itu adalah jebakan dobel? Kejam sekali. Namun kamu berhasil mengetahuinya."

"Itu hanya firasat. Tidak, lebih tepatnya, aku hanya memilih yang aku tahu daripada yang tidak tahu. Ditambah lagi, pitu itu ada di posisi dimana dia akan terus menerima ledakan energi negatif. Obyek yang bukan makhluk hidup seperti pintu akan menerima damage lebih sedikit dari ledakan, namun aku penasaran mengapa mereka membuat sebuah pintu di bawah sana. Sekarang, ayo bergerak..."

Greenham menutup mulutnya di tengah-tengah kalimat. Rogue yang tadi banyak bicara sekarang mengangkat jarinya ke arah bibir dan fokus mendengarkan.

Ketika Greenham mendengarkan, dia bisa mendengar sebuah suara klak-klak tidak biasa, seperti sesuatu yang sedang dipukulkan ke lantai.

Semua orang berputar ke arah terowongan dimana sumber suara berasal.

"Mungkin musuh.. ya kan? Aku berharap mereka setidaknya membiarkan kita beristirahat sejenak."

"Yea, dan hanya ada satu. Tak ada tanda-tanda mencoba menyembunyikan diri pula. Akan bagus jadinya jika ini adalah yang terakhir...."

Semuanya perlahan mengangkat senjata mereka. Warrior yang berdiri di depan menerima perisai dan menyembunyikan separuh tubuhnya di balik perisai tersebut. Magic caster mempersiapkan tongkatnya yang berkilauan untuk meluncurkan sebuah serangan kapanpun ke arah asal suara. Cleric juga mempersiapkan icon sucinya dan rogue mengarahkan busurnya.

Klak, klak. Suara itu perlahan semakin keras dan musuh menampakkan diri.

Tua, namun jubah mewah menutupi anggota badan, yang mana setipis gadis muda, dan memegang sebuah tongkat di satu tangan. Ini adalah sumber suara itu.

Dengan hanya sebuah lapisan tipis dari kulit yang membusuk, wajah itu seperti memiliki kebijakan yang sangat keji lalu aura negatif yang mengelilingi badan seperti sebuah kabut.

Itu adalah seorang magic caster undead. Namanya adalah-

"-Elder Lich!"

Magic caster yang mengenali monster tersebut berteriak pertama kali.

Itu memang benar. Monster yang muncul ketika mayat magic caster jahat mendapatkan kehidupan yang tidak suci. Itu adalah monster yang keji semacam itu.

Rekan-rekan Greenham langsung merubah formasi ketika mereka mendengar 'Elder Lich'. Tak ada yang berdiri dalam satu barisan dan mereka menjaga jarak satu sama lain untuk berjaga-jaga dari magic dengan efek area yang luas.

Elder Lich adalah lawan yang kuat. Akan sangat menantang bagi petualang dengan peringkat platinum, dan relatif bisa dikalahkan bagi petualang dengan peringkat mythril. Bagi tim Greenham, jika seseorang mengabaikan kelelahan mereka, itu adalah lawan yang bisa dengan mudah mereka kalahkan. Untungnya, mereka juga memiliki seorang anggota yang terutama sangat ampuh terhadap undead, jadi mereka percaya diri.

Ditambah lagi jika lawan sangat jauh sekali, akan berbahaya, namun jarak di antara mereka menguntungkan.

"Kamu pasti tuan dari makam ini."

Greenham mendapatkan kesimpulan itu. Elder Lich adalah penguasa. Suatu ketika mereka menguasai gerombolan undead dan kadang-kadang melakukan pertukaran dengan makhluk hidup.

Ada banyak Elder Lich yang terkenal buruk seperti kapten dari kapal hantu yang meluncur menyeberangi dataran Katze, atau seorang Elder Lich yang menguasai kastil yang dibiarkan. Jika itu adalah Elder Lich, maka tidak aneh untuk berpikir dia adalah tuan dari makam tersebut.

"Kita mendapatkan alamat yang tepat. Untungnya."

"Meskipun membunuh pemilik dari makam ini bukanlah bagian dari permintaan."

"Mari kita tunjukkan padanya kekuatan dari 'Heavy Masher'."

"Berlututlah di hadapan berkah dari Tuhan!"

Seluruh rekan-rekannya berteriak bersama. Itu adalah untuk membuyarkan ketakutan menghadapi seorang lawan yang kuat seperti Elder Lich.

"Magic bertahan-"

Greenham mencoba untuk meneriakkan perintah kepada rekan-rekannya dengan dipenuhi tekad, namun dikelilingi oleh sebuah perasaan mencekam. Sumber dari perasaan mencekam ini adala lawan kuat yang berdiri di depan mereka, Elder Lich.

"...Apa yang dia lakukan?"

"Apakah dia berencana... untuk serangan kejutan?"

Elder Lich tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan terhadap tim Greenham. Dia tidak mengangkat tongkatnya, ataupun merapalkan mantra apapun, namun hanya mengamati mereka.

Rekan-rekan Greenham tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka dengan hal ini. Ekspektasi mereka terhadap pertempuran langsung telah hancur. Namun mereka juga ragu-ragu menyerang dahulu.

Undead memiliki perasaan benci terhadap seluruh makhluk hidup. Namun undead dengan kecerdasan tertentu mampu menekan kebencian mereka untuk bernegosiasi. Jika makhluk hidup menawarkan negosiasi, biasanya akan berakhir dengan pertukaran yang buruk, namun jika undead yang membuat penawaran terlebih dahulu atau mungkin menyadari kemampuan mereka dan sedang mencari sebuah jalan untuk menyelesaikan semuanya dengan damai.

Mempertimbangkan faktor-faktor ini, bodoh sekali menyerang dahulu kareka itu akan menghancurkan segala peluang untuk negosiasi. Sebuah pertarungan sulit tanpa memiliki rute keluar membawa resiko besar.

Rekan-rekan Greenham saling melihat satu sama lain seakan mereka tiba pada kesimpulan yang sama.

Itu adalah tugas pemimpin untuk bicara sebagai perwakilan.

"Permisi, kami yakin kamu adalah pemilik dari makam ini. Kami adalah-"

Elder Lich memalingkan wajah buruk rupanya ke arah Greenham dan mengangkat jari yang tinggal tulang miliknya ke arah bibir.

Artinya : Diamlah.

Itu bukan sebuah tindakan yang cocok dengan seorang Elder Lich, namun tak ada yang cukup beranir, tidak, tak ada yang cukup bodoh berkata sesuatu seperti itu ke arah lawan yang kuat.

Greenham menutup mulutnya dengan patuh. Di dalam lorong yang dipenuhi dengan keheningan, dia meragukan telinganya ketika dia mendengar 'suara itu' lagi.

suara klak-klak yang dia dengar tak lama. Suara seperti sesuatu yang dipukulkan ke arah lantai. Dan ada enam.

Tim Greenham saling melihat satu sama lain. Mereka tidak percaya dengan telingat mereka.

Dan semuanya akhirnya menjadi panik.

"Siapa itu! Siapa yang bilang Elder Lich adalah tuan dari makam ini?"

"Maafkan aku! Itu aku!"

"Apa ini? Bagaimana mungkin ini adalah wajar?"

"Oiiiii, bagaimana kita bisa menang melawan ini!"

"Bahkan berkah Tuhan memiliki batas!"

Di belakang Elder Lich pertama, monster-monster yang mirip menampakkan dirinya. Ada enam orang.

Total ada tujung magic caster undead yang sangat kuat.

Selama mereka adalah monster dengan tipe yang sama, mereka memiliki metode yang mirip dalam serangan. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki jalan menetralkan serangan mereka, secara teori memungkinkan untuk mengalahkan mereka semua. Namun, tak ada yang memiliki metode seperti itu, ataupun mungkin memiliki metode seperti itu.

Di dalam situasi putus asa ini, Greenham dan rekan-rekannya kehilangan seluruh semangat bertarung.

"Kalau begitu, ayo mulai."

Diikuti dengan suara Elder Lich yang bahkan tidak menunjukkan sedikitpun keinginan untuk bernegosiasi, tujung tongkat naik perlahan-lahan. Di waktu yang sama, teriakan Greenham bergema.

"Lari!"

Seakan menunggu perintah itu, mereka semua berlari dengan seluruh kekuatan di arah yang berlawanan dari para Elder Lich. tentu saja mereka tidak memiliki waktu berpikir lagi apa yang ada di balik terowongan tersebut. Mereka hanya mencari peluang meningkatkan keselamatan melawan serangan gencar dari para Elder Lich.

Rogue berlari di depan, lalu Greenham, lalu magic caster, lalu cleric dan akhirnya warrior.

Mereka semua berlari tanpa ragu.

Sebuah sudut. Biasanya mereka akan waspada dengan monster yang ada di sekitar sudut, namun mempertimbangkan langkah kaki yang datang dari belakang mereka, tidak ada waktu lagi untuk berhati-hati melihat sekeliling sebelum pergi. Mereka mnyerahkan semuanya kepada keberuntungan dan hanya berlari.

Di sisi lain dari lorong tersebut, ada sebuah pintu yang terbuat dari batu, namun mereka takut bertemu dengan jalan buntu dan tidak ingin repot-repot membukanya.

Suara logam yang keras menggema di seluruh lorong dari orang yang memakai armor full plate, yang bisa menarik monster lain, namun tidak ada waktu lagi merapalkan mantra 'Silence'.

Mereka berlari dan lari dan lari.

Setelah berbelok dari sudut ke sudut dan berlari menuruni terowongan dengan kecepatan penuh, mereka sudah kehilangan arah dan tak bisa lagi mengenali dimana mereka berada. Jika memungkinkan, mereka ingin berlari kembali ke pintu masuk, namun mereka belum bisa bersantai.

"Apakah mereka masih mengejar kita?"

Greenham bertanya sambil masih berlari. Balasan yang datang dari warrior yang ada di belakang.

"Yea! Mereka juga lari!"

"Sialan!"

"Berhentilah mengejar kami! Gunakan saja magic flight!"

"Jika mereka menggunakan magic terbang, maka mereka bisa menyerang sambil mengikuti kita, dasar bodoh!"
"Mari kita kunci diri di sebuah ruangan dan bernegosiasi..."

Magic caster berteriak sambil megap-megap. Dia yang paling lemah fisiknya dari seluruh anggota dan terliaht seakan mau roboh. Greenham memutuskan ini bukan jalan untuk pergi. Mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

Monster-monster undead seperti Elder Lich tidak merasakan apapun seperti kelelahan. Kalau begini, mereka pasti akan bisa mengejar dan menghabisi para worker yang sudah kelelahan.

"Bagaimana bisa begitu banyak Elder Lich..."

Itu adalah sesuatu yang sudah menolak hal yang wajar.

"Apakah tuan dari makam ini adalah sesuatu yang bahkan lebih kuat dari Elder Lich!?"

Hanya itu penjelasan yang bisa terpikirkan. Namun apakah undead semacam itu ada? Greenham tidak punya jawaban.

"Sialan! Makam sialan!"

Warrior yang ada di belakang berteriak sambil bernafas keras.

Seakan menunggu saat ini, lantai itu mulai bersinar membentuk sesuatu. Cukup besar untuk mengepung seluruh kelompok Greenham.

"Argh!"

Suara seseorang terdengar dengan suara seperti sebuah teriakan-

-lalu ada sebuah sensai melayang, berbeda dari saat mereka jatuh sebelumya.


-----


Penglihatan Greenham tidak menampilkan apapun kecuali hanya kegelapan. Ada sesuatu yang berderak keras di bawah kakinya dan dia merasakan sensasi tenggelam yang pelan, seakan dia sedang disedot ke dalam rawa. Dia sedikit panik, namun kelihatannya tidak terlalu dalam saat dia berhenti tenggelam setelah dia terendam sekitar pinggang.

Greenham mengeluarkan suara di dalam dunia yang didominasi oleh kegelapan dan keheningan, seperti seorang anak kecil yang tersesat mencari orang tuanya.

"...Apakah ada seseorang disini?"

"Sebelah sini, Greenham."

Suara dari salah satu rekannya, si rogue, terdengar. Dia tidak terdengar terlalu jauh. Mungkin dalam jarak yang sama seperti saat mereka berlari.

"...Apakah ada yang lainnya?"

Tidak ada balasan. Itu adalah jawaban yang diduga. Mempertimbangkan tidak adanya cahaya, magic caster atau warrior ketlihatannya tidak ada disini. Dia seharusnya menganggap beruntung setidaknya ada rogue yang bersamanya.

"...Kelihatannya hanya ada kita."

"Itu artinya... Che, kurasa kamu memang benar."

Dia melihat sekeliling dengan mengambil satu langkah maju. Dalamnya kegelapan berada dimana-mana dan membuat sebuah ketakutan yang tidak bisa dia kenali dimana dia sekarang berada dan dimana kegelapan ini dimulai. Tidak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.

"Apakah kita harus menyalakan lampu?"

"Tentu."

Dia bertanya-tanya jika gerakan mereka akan memecah keheningan ini, atau mengaktifkan sebuah jebakan, dan pemikiran negatif lain yang merangkak masuk, mata manusia tidak bisa melihat di dalam kegelapan dan mereka membutuhkan semacam sumber cahaya.

"Tunggu sebentar."

Dengan suara Rogue, semacam suara gerakan datang dari kegelaan dan ada sebuah cahaya.

Pemandangan rogue sedang memegang sebuah batang yang bersinar adalah yang pertama tampak. Dan berbagai objek yang memantulkan cahaya. Mengingatkan dirinya dengan harta karun yang ada di dalam mausoleum.

Namun bukan itu.

Greenham hampir tidak bisa menahan teriakannya dan si rogue terlihat seakan dia akan serangan jantung.

Cahaya tersebut membawa berbagai macam pantulan. Serangga-serangga yang memenuhi seluruh ruangan dan identitasnya adalah pantulan dari banyak kecoak. Ruangan itu dipenuhi dengan kecoak dengan berbagai macam dari yang berukuran sebesar jari kelingking hingga yang memiliki panjang lebih dari satu meter. Terlebih lagi, mereka saling bertumpuk satu sama lain berlapis-lapis.

Sensai remuk dan suara di kakinya adalah kecoak. Menganggap mereka sudah memanjat hingga pinggannya, dia tidak ingin membayangkan berapa banyak mereka.

Ruangan itu sangat besar, cahaya bahkan tidak sampai pada dinding-dindingnya. Memperhitungkan area efektif dari batang yang bercahaya tersebut sekitar lima belas meter luasnya, dia bisa secara kasar menganggap seberapa luas interiornya. Ketika dia melihat ke atas atap, dia bisa melihat gerombolan besar dari kecoak-kecoak yang terpantul oleh cahaya.

"Tempat... apa ini?"

Rogue itu bergumam dengan nada mengerang. Greenham bisa mengerti bagaimana rasanya. Dia merasa jika dia berbicara, mereka semua akan mulai bergerak sekaligus.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Sambil melihat sekeliling ketakutan, Greenham teringat dengan saat-saat terakhir sebelum mereka di teleportasi ke dalam kegelapan. Dia terpikirkan dengan lingkaran magic yang berpendar dan bertanya kepada rogue.

"...Apakah tadi adalah jebakan lantai?"

"Mungkin bukan begitu. Apakah tadi adalah hal yang lain? Sebuah mantra yang berbeda...?"

"Sebuah jebakan magic dengan tipe teleportasi... Mungkin Elder Lich yang mengaktifkannya?"

Magic Teleportasi memang ada. Sebagai contoh, magic tingkat 3 yang digunakan untuk kabur, 'Dimensional Move', adalah salah satunya, namun si perapalnya hanya bisa menggunakan itu pada dirinya. Magic seperti ini, yang bisa digunakan kepada orang lain, dan banyak orang malahan...

"Ada magic tingkat 5 dan 6 yang bisa menteleportasi sekelompok orang sekaligus, ya kan?"

"Yea... kurasa begitu."

"Tidak kukira mereka bisa menggunakan magic semacam ini..."

Makhluk yang bisa menggunakan magic tingkat 5 setidaknya. Tidak pernah terdengar. Namun Greenham menganggapnya wajar. Jika ada orang sekuat itu, maka wajar saja dia bisa menguasai banyak Elder Lich sekaligus dan karena mereka cerdas, mereka akan lebih mudah dikendalikan dan diperintah juga.

Greenham menyadari bahaya sebenarnya yang ada di dalam makam ini dan sebuah sensasi dingin memenuhi tubuhnya. Di waktu yang sama, kebencian terhadap Earl yang telah membuat pekerjaan ini mulai mendidih jauh di dalam tubuhnya. Tentu saja, orang-orang yang mengambil pekerjaan ini adalah Greenham dan para worker lain, dan mereka harus mempertaruhkan nyawat mereka sebagai chip taruhan terhadap semua resikonya. Mereka tidak bisa berkata apapun lagi tentang hal itu.

Namun Earl pasti memiliki beberapa informasi mengenai makam tersebut. Jika tidak, dia tidak akan menawarkan jumlah uang yang sangat signifikan tersebut untuk mengumpulkan para worker.

"Apakah dia sengaja menyimpannya dari kita? Sialan... Mari kita cepat-cepat keluar dari sini. Tempat ini... bukanlah sesuatu yang seharusnya kita kotori."

"Baiklah, Greenham. Kamu memimpin, aku akan mengikutimu."

Rogue itu kelihatannya tidak sadar, atau mungkin lebih baik jika dia tidak menyadarinya.

Kecoak-kecoak itu tidak bergerak sama sekali.

Greenham melihat sekeliling ke arah kecoak-kecoak yang mengelilinginya. Mempertimbangkan antena-antena mereka yang sedikit bergerak, mereka tidak mati, namun mereka tidak bergerak pula. Penuh dengan bahaya yang tidak diketahui.

"Tidak, kalian tidak bisa kabur."

Suara dari orang ketiga terdengar.

"Siapa disana?"

Greenham dan rogue melihat ke sekelilingnya, namun tak ada tanda-tanda gerakan dimanapun.

"Ah, aku minta maaf. Ini adalah Kyouhukou, yang dipercayakan menjaga teritori ini oleh Ainz-sama. Senang berkenalan denganmu."

Di arah asal suara itu, mereka melihat pemandangan aneh. Mendorong gerombolan kecoak, sesuatu sedang mencoba memanjat.

Itu bukan jarak yang bisa dicapai dengan senjata tempur jarak dekat. Rogue diam-diam mempersiapkan busurnya dan Greenham mencoba mengeluarkan ketapel dan batunya, namun memutuskan hal lain. Dia akan segera menyeberangi kecoak-kecoak yang memanjat ke arah pinggangnya dan langsung menebas musuh.

Yang muncul setelah mendorong seluruh kecoak itu adalah kecoak lainnya.

Namun sangat berbeda dengan spesies lainnya. Kecoak ini memiliki tinggi sekitar tiga puluh sentimeter dan berdiri dengan dua kaki.

Memakai jubah merah cerah dengan hiasan benang emas mewah di pinggirannya dan mahkota emas kecil yang imut di kepalanya. Kaki depannya menggenggam sebuah scepter (tongkat kecil yang umum dipegang oleh raja) dengan permata putih murni yang menempel di ujungnya.

Hal yang paling aneh dari itu semua adalah meskipun berdiri dengan dua kaki, kepalanya menghadap Greenham dan Rogue. Jika serangga biasa berdiri, kepalanya pasti akan menghadap langit. Namun makhluk aneh di depan mereka tidak seperti sama sekali.

Greenham dan rogue bertukar tatapan dan memutuskan bahwa Greenham akan bertanggung jawab dengan negosiasinya. Setelah memastikan rogue sudah memasang sebuah anak panah dan mengarahkannya ke arah bawah, dia berbicara ke arah Kyouhukou.

"Siapa... kamu?"

"Hmmm... Kelihatannya kamu tidak dengar aku tadi. Apakah kamu ingin aku memperkenalkan diri sekali lagi?"

"Tidak, bukan itu masalahnya..."

Greenham menyadari ini bukan semacam makhluk yang bisa diajak bicara ataupun ditanya.

"...Aku akan jujur. Apakah kamu ingin melakukan pertukaran?"

"Oh-ho, kamu ingin melakukan pertukaran. Karena aku merasa sangat berterima kasih kepada kalian berdua, tidak adalasan mengapa aku tidak mendengarkan penawaranmu."

Kalimat misterius, "merasa berterima kasih", membuatnya tidak enak terhadap apa yang membuatnya berterima kasih, namun itu bukan sesuatu yang bisa dia tanyak di dalam situasi yang tidak menguntungkan seperti itu.

"..Apa yang kami inginkan.. adalah agar kamu melepaskan kami tanpa luka dari tempat ini."

"Tentu saja, itu adalah sesuatu yang kamu inginkan. Namun meskipun kamu memang meninggalkan ruangan ini, saat ini kamu berada pada lantai 2 dari Great Tomb of Nazarick. Aku harus menasehatimu bahwa akan sulit sekali kembali ke atas tanah."

Lantai kedua-

Mata Greenham terbuka lebar dengan kalimat itu.

"Jadi pintu dibalik mausoleum di permukaan menuju ke lantai 1?"

"Apakah itu tidak biasa?"

"Tidak, aku hanya ingin memastikan."

"Haha, karena kalian sudah diteleportasi dari lantai 1, aku bisa memahami kebingunganmu."

Melihat ke arah Kyouhukou yang sedang mengangguk terhadap layout dari strukturnya, Greenham merasakan sebuah hawa dingin mengalir ke tulang belakangnya, seakan sebuah tetesan air beku menusuk punggungnya. Itu adalah ketakutan yang muncul karena menyadari teori dia sebelumnya memang benar.

Dengan kata lain, sesuatu entah bagaimana menggunakan magic teleportasi sebagai sebuah jebakan. Magic macam apa itu dan kemampuan magic macam apa yang dibutuhkan? Dia bukan seorang magic caster, namun dia menyadari penuh implikasinya.

"...Tentu saja, jika kamu bisa memberitahukan kepada kami jalan keluar dari makam ini pula... Hmmm, tidak kami tidak meminta sebanyak itu. Biarkan kami keluar dari ruangan ini."

"Hmmm hmmm."

"Kami akan... memberimu apapun yang kamu inginkan."

"Begitukah..."

Kyouhukou mengangguk dan terlihat seakan dia sedang berkonsentrasi berpikir.

Beberapa saat berlalu dengan keheningan mutlak. Lalu Kyouhukou mengangguk seakan dia mengerti dan mulai berbicara.

"Yang ini sudah memiliki apapun yang diinginkan di tangannya. Aku ragu kamu bisa memberikan apa yang aku inginkan."

Kyouhukou menghentikan Greenham, yang akan bicara, dengan mengangkat kaki depannya dan melanjutkan.

"Tapi kelihatannya kamu bingung mengapa aku berterima kasih tadi, jadi aku ingin memberimu sebuah penjelasan. Tahukah kamu, bawahanku sudah lelah dengan kanibalisme. Bagimu, yang akan menjadi makanan akan menjadi solusinya, Aku berterima kasih sekali sekali lagi."

"Apa!"

Saat rogue mengerti apa yang telah dikatakan dia menembakkan anak panahnya. Anak panah itu mengalir di udara namun dililit oleh jubah merah Kyouhukou dan jatuh ke tanah.

Ruangan itu mulai gemetar.

Berbagai suara mulai datang dari segala penjur dan semakin keras.

Sebuah gelombang pasang meledak. Itu adalah gelombang lautan hitam.

"Mungkin sayang sekali bagi kalian berdua, namun sekarang adalah waktunya kalian menjadi makan malam."

Gelombang pasang raksasa menelan Greenham dan rogue. Benar-benar seperti mereka disapu oleh arus.

Sambil bergulung-gulung di pusaran hitam, Greenham menepuk kecoak-kecoak yang berhasil merangkak ke celah di armornya. Tidak ada senjata yang bisa bekerja dengan baik melawan gerombolan serangga sekecil itu, ataupun memiliki metode untuk serangan dengan efek area. Lebih cepat menggunakan tangan-tangan daripada yang lainnya. Karena itu, mereka sudah mengabaikan senjata mereka yang sudah lama menghilang.

Dia mencoba sebisa mungkin berusaha dan melambaikan tangan dengan liar, namun karena jumlah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung lagi yang menempel kepadanya, dia hampir tidak bisa bergerak. Itu adalah sebuah gerakan yang mirip dengan seseorang yang sedang tenggelam. Satu-satunya suara yang bisa didengar oleh Greenham adalah kecoak-kecoak yang tidak bisa dihitung jumlahnya itu sedang merangkak.

Rogue sudah tersapu oleh gelombang tersebut dan suaranya sudah tak terdengar lagi. Tidak, memang wajar Greenham tidak bisa mendengar suaranya. Rogue itu tidak bisa bicara dengan semua kecoak yang merangkak di mulutnya, tenggorokan dan perut.

Greenham merasakan sensasi menusuk yang menyakitkan dari sekujur tubuhnya. Itu adalah rasa sakit dari kecoak-kecoak yang masuk ke dalam armornya dan perlahan menggigit dirinya.

"Henti-"

Greenham mencoba berteriak namun langsung tersedak oleh banyaknya kecoak yang membanjiri mulutnya dan menyumbat tenggorokannya. Dia mencoba memuntahkannya dengan seluruh tenaga, namun kecoak-kecoak tersebut terus merangkak masuk dari lubang kecil di mulutnya. Lalu mereka mengorek-ngorek di dalam mulutnya.

Saat salah satunya merangkak ke dalam telinganya, suara gemerisik sangat jelas dan cukup keras memberinya ketakutan.

kecoak-kecoak yang tak terhitung jumlahnya merangkak dan menggigiti wajahnya. Dia merasa kesakitan di kelopak mata, namun tidak berani membuka matanya. Jelas sekali apa yang terjadi jika dia sekali saja membuka matanya.

Greenham mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya. Kalau begini, dia akan dimakan hidup-hidup oleh kecoak-kecoak yang kelaparan ini.

"Aku tidak ingin ini!"

Dia berteriak putus asa dan kecoak-kecoak mengalir masuk ke mulutnya sekali lagi. Mereka merangkak, mencoba bergerak ke dalam tenggorokannya. Lalu sesuatu yang lembek, sebuah sensasi sesuatu yang berjatuhan ke dalam perutnya membuatnya ingin muntah.

Greenham bertahan dengan segala kekuatannya. Dia tidak menginginkan kematian semacam ini.

Dia sudah berusaha untuk status yang dia dapatkan dengan satu tujuan untuk memamerkan kepada saudara-saudaranya.

Dia sudah mengumpulkan cukup banyak uang untuk bisa hidup nyaman tanpa harus bekerja lagi. Berkat ketenarannya, dia bisa menikahi gadis cantik yang tak pernah bisa ditemukan di desa biasa. Dia telah menjadi pemenang di dalam hidup yang sejauh ini melampaui saudara-saudaranya yang sudah tidak memberi sedikitpun kekayaan mereka dan mengusir dirinya.

Dia tidak ingin mati disini.

"Abrrwargagh! Aku akan kembali hidup-hidup!"

Dia berteriak sambil memuntahkan kecoak-kecoak yang remuk di mulutnya.

"...Kamu menahan diri dengan gagah. Kalau begitu aku akan beri kamu lebih banyak lagi."

Bahkan teriakan Greenham terkubur dibalik pusaran hitam dalam sekejap.



----

Matanya terbuka.

Apa yang muncul di dalam penglihatannya adalah sebuah atap yang aneh. Terbuat dari batu dan memiliki objek yang berkilau putih tertancap disana. Dia mencoba melihat sekeliling untuk memahami bagaimana dia bisa sampai disana, namun menyadari kepalanya tidak bergerak sama sekali. Tidak, bukan hanya kepalanya, namun tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Seakan ada sesuatu yang mengikat di pergelangan tangan, kaki, pinggang dan dadanya.

Situasi yang tidak dapat dimengerti ini memenuhi dirinya dengan ketakutan dan dia ingin berteriak, namun sesuatu sepertinya menancap di mulut, jadi dia tidak bisa bicara ataupun menutup mulutnya.

Ketika dia berusaha mati-matian mencoba untuk melihat sekeliling dengan matanya yang dipaksa, sebuah suara berbicara.

"Oh ya ampun, kamu sudah bangun sekarang?"

Itu adalah suara yang parau. Sulit diketahui apakah suara itu milik seorang pria atau seorang wanita.

Yang muncul di dalam pandangannya yang tidak bergerak adalah sebuah monster yang menjijikkan.

Monster itu memiliki tubuh manusia, namun kepala gurita yang cacat. Enam tentakel yang panjang menggeliat menempel di kepalanya memanjang hingga ke paha.

Warna kulitnya putih susu, seperti daging lunak dari seseorang yang telah tenggelam. Pada tubuh yang membengkak seperti mayat itu ada pakaian yang terbuat dari kulit hitam yang hampir tidak bisa menutupi apapun. Pakaian yang membungkus ketat di sekeliling tubuhnya, seperti tukang potong daging yang melilitkan daging, dan hanya bisa disebut aneh sekali. Jika seorang wanita cantik memakainya, akan terlihat menarik, namun untuk monster seperti ini membuat ingin muntah.

Pada masing-masing tangannya ada empat jari-jari yang memiliki selaput. Berkuku panjang, dengan seni kuku yang aneh disana.

Makhluk heteromorfik yang aneh ini memutar mata biru susu yang tidak memilik pupuil itu kepadanya.

"Fufufu, apakah kamu tidur dengan nyenyak?"

"Hff, hff, hff hff."

Takut dan panik. Tercengkeram oleh dua emosi itu, dia hanya bisa mengeluarkan suara nafas yang kasar. Monster itu menyentuh pipihnya dengan lembut seperti seorang ibu yang mencoba untuk menenangkan anaknya yang ketakutan. Namun perasaan dingin dan lembek dari tangan tersalurkan ke seluruh tubuhnya.

Wajar jika bau darah tajam atau daging yang membusuk melayang disana, namun makhluk itu berbau seperti bunga yang beraroma. Ini hanya meningkatkan ketakutannya.

"Wah, tidak kukira mengkerut sebanyak ini. Tidak perlu takut."

Tatapan monster itu ke arah bagian bawah tubuhnya. Dari sensasi udara di kulitnya, dia menyadari sedang telanjang.

"Hmm, bolehkah aku tanya namamu?"

Monster itu meletakkan jari-jarinya yang ramping di pipinya dan memiringkan kepalanya sambil bertanya. Pose itu akan terlihat bagus jika dilakukan oleh wanita cantik, tapi seorang monster yang terliat seperti mayat yang tenggelam dengan kepala gurita hanya membuat rasa jijik dan takut.

"...."

Monster itu tersenyum kepada dirinya, yang hanya bisa menggerakkan mata. Tentakel-tentakel itu menutupi mulutnya dan ekspresinya hampir tidak berubah. Meskipun begitu, dia tahu monster itu sedang tersenyum karena matanya yang seperti kelereng semakin mengecil.

"Ufufu, kamu tidak ingin bicara ya kan? Manis sekali. Jangan malu."

Ujung jari monster itu meluncur menyeberangi dadanya seakan seperti menulis sesuatu, namun yang hanya bisa dia rasakan adalah ketakutan yang terasa seakan jantungnya dirobek keluar.

"Onee-san akan mengatakan kepadamu namanya D.A.H.U.L.U."

Itu adalah nada yang manis dan menggoda yang terdengar seperti simbol hati akan keluar beterbangan darinya.

"Aku adalah Spesialist pengumpul informasi dari Great Tomb of Nazarick, Neuronist. Hehe, mereka juga menyebutku 'Penginterogasi'."

Tentakel panjang menggeliat terpisah dan menunjukkan mulut bundar di dasar tentakel tersebut. Di tengah-tengah gigi-gigi setajam silet, sebuah tabung yang mirip dengan lidah keluar. Benar-benar terlihat seperti sedotan merah.

"Aku akan menyedotmu hingga kering dengan ini sedikit."

Apa yang dimaksud oleh makhluk itu dengan 'menyedot hingga kering'? Dia mencoba menggerakkan tubuh kakunya yang panik, namun tubuh itu dijepit erat.

"Wah, wah. kamu sudah tertangkap oleh kami."

Itu benar. Ingatan terakhirnya adalah Greenham dan rogue menghilang tepat di depannya. Lalu dia pingsan dan bangun dengan keadaan berbahaya saat ini.

"Kamu seharusnya tahu dimana kamu berada, ya kan?"

Neuronist tertawa sebelum melanjutkan.

"Ini adalah Great Tomb of Nazarick. Tempat dimana yang terakhir dari 41 Supreme Being, Momon - maksudku Ainz-sama, tinggal. Ini adalah tempat tersuci."

"Heinhu sawa?"

"Ya, Ainz-sama."

Neuronist memahaminya dengan sempurna meskipun dia tidak bisa bicara dengan benar dan meluncurkan jarinya ke sekujur kulitnya.

"Salah satu dari 41 Supreme Being. Dia memimpin Supreme Being yang lain di masa lalu, dan dia sangat, sangat keren. Jika kamu melihatnya sekali, kamu akan ingin bersumpah setia dengan seluruh hati juga. Jika Ainz-sama sekali saja memanggilku ke tempat tidurnya, aku tidak keberatan menawarkan malam pertamaku kepadanya."

Dia gelisah, tidak, terguncang seakan malu-malu.

"Hey, apakah kamu ingin mendengar sesuatu?"

Seperti gadis malu-malu yang sedang bermain dengan jari-jarinya, dia menulis kalimat di tubuhnya yang telanjang.

"Ada satu waktu Ainz-sama menatap tubuhku. Itu adalah tatapan dari seorang pria yang memilih target buruannya. Lalu dia memalingkan wajahnya seakan malu. Itu membuat dadaku semakin ketat dan mengirimkan hawa dingin ke punggungku."

Monster itu tiba-tiba berhenti dan mendekatkan wajahnya seakan sedang mencoba melihat jauh ke dalam matanya. Dia mencoba dengan seluruh tenaganya untuk bisa lepas dari wajah yang aneh itu, namun dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.

"Meskipun sibocah Shalltear dan si labu jelek Albedo sedang membidik perhatian Ainz-sama, aku masih lebih menarik, Bukankah begitu?"

"Wevs E wnph mahs hoo" (Ya, aku juga meras begitu.)

Apa yang terjadi jika dia tidak setuju? Ketakutan itu memaksanya mengerang gumaman setuju.

Neuronist menepukkan tangannya dan melihat ke atas dengan gembira ke udara. Monster itu terlihat seperti sedang berdoa ke langit.

"Fufufu, kamu adalah bocah yang baik. Atau apakah kamu bicara dengan fakta yang ada? Tapi mengapa Ainz-sama tidak memanggilku.. Ah~ Ainz-sama... bahkan anda menahan diri terlihat sangat menakjubkan..."

Cara tubuhnya berubah karena gembira mirip dengan gerakan dari belatung raksasa yang menggeliat.

"..Ha, itu membuat tubuhku merasa seperti tersengat listrik. Ara, aku minta maaf. Aku sudah bicara tentang diri sendiri."

Jangan menghiraukanku. Neuronist mengabaikan pemikirannya dan melanjutkan.

"Sekarang, apakah aku harus mengatakan kepadamu nasibmu nantinya? Apakah kamu tahu apa paduan suara itu?"

Dia berkedip dengan pertanyaan yang tidak terduga. Melihat ke arah ekspresi yang terkejut, Neuronist berasumsi dia tidak tahu apa itu paduan suara dan menjelaskan.

"Sebuah paduan suara adalah sebuah kelompok orang yang menyanyikan hymne memuji cinta dewa dan kebesarannya. Aku ingin kamu menjadi salah satu dari mereka, bersama dengan semua teman-teman kecilmu."

Jika hanya itu, maka itu bukan masalah. Dia memang sangat tidak percaya diri dengan nyanyiannya, namun dia bukan orang yang buta nada pula. Namun monster ini benar-benar membicarakan tentang sesuatu seperti menyanyi? Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak enaknya yang muncul seperti gelombang dan menatap Neuronist.

"Benar sekali, sebuah paduan suara. Bahkan orang-orang bodoh sepertimu yang belum bersumpah setia kepada Ainz-sama bisa mendedikasikan suara mereka untuk menyanyikan pujian baginya. Tujuanya adalah sebuah paduan suara. Ah, betapa mengejutkannya! Itu adalah musik suci dari Neuronist yang didedikasikan kepada Ainz-sama."

Sebuah warna berawan menyebar di dalam matanya yang menjijikkan. Apakah itu karena monster tersebut gembira dengan pemikirannya? Jari-jarinya bergoyang seperti cacing-cacing.

"Fufufu, sekarang aku akan memperkenalkan kepadamu siapa yang akan membantumu dalam paduan suara darimu."

Seakan mereka sedang menunggu di pojokan, beberapa figur muncul di penglihatannya.

Dia berhenti bernafas saat dia melihat mereka. Jelas sekali mereka adalah makhluk keji.

Celemek kulit hitam menggantung erat di tubuh mereka, Kulit mereka pucat mengerikan, hampir transparan, dan pembuluh darah ungu terlihat seakan darah mereka berwarna ungu.

Mereka memakai topeng kulit hitam yang ketat tanpa lubang yang terlihat, yang membuatnya penasaran bagaimana mereka bisa melihat atau bernafas. Lengan-lengan mereka juga panjang. Mereka memiliki tinggi sekitar dua meter, namun lengan-lengan mereka cukup panjang hingga sampai lutut.

Masing-masing figur itu memakai sabuk di pinggang mereka, dengan berbagai peralatan yang menggantung di ikat pinggang tersebut.

Ada empat jumlahnya.

"Mereka adalah 'Torturers' (Para penyiksa). Mereka akan membantuku membuatmu menyanyikan lagu yang indah."

Firasat bahaya. Dia akhirnya menyadari apa artinya menyanyi dan berusaha kabur. Namun, dia masih tidak bisa bergerak.

"Percuma~. Tidak akan bisa hancur dengan kekuatan dari orang sepertimu. Mereka akan memberikan magic healing lagi dan lagi, jadi kamu bisa mendapatkan banyak kesempatan melakukan praktek."

Neuronist mengatakan hal ini seakan dia mengulurkan tangan pengampunan kepadanya, namun dia melakukannya dengan nada yang keji.

"Thnd du mus!" (Jangan lakukan ini!)

"Mmm? Mengapa kamu berkata demikian? Apakah kamu ingin aku berhenti?"

Neuronist bertanya dengan lirih kepada pria yang air matanya mengalir ke bawah dari matanya. Lalu enam tentakel menggeliat.

"Dengar baik-baik. Karena dia tetap tinggal, kami, yang merupakan ciptaan dari 41 Supreme Being, diperbolehkan tetap ada. Keberadaan kami adalah untuk melayaninya. Apa kamu kira kami akan menunukkan sedikitpun ampunan kepada pencuri-pencuri kotor yang sudah melempar lumpur ke dalam tempat suci dimana Yang Mulia tinggal? Apa kamu berpikir begitu?"

"Auf lirru gwpph!" (Aku benar-benar minta maaf!)
"Hehehe, benar sekali. Menyesal adalah hal yang berharga."

Neuronist mengambil tongkat tipis dari suatu tempat. Di ujung tongkat itu ada duri yang memiliki panjang sekitar lima milimeter.

"Mari kita mulai dengan ini."

Neuronist dengan baik hati menjelaskan setiap detil kecil kepada pria yang tidak mengerti apapun dengan alat ini.

"Penciptaku terbiasa menderita karena masalah kecil yang disebut 'batu ginjal'. Untuk menghormatinya, kita akan mulai dengan ini. Karena menjadi kecil sekali, Kukira kita tidak ada masalah memasukkannya."

"Thnd du mus!" (Jangan melakukan ini!)

Neuronist membuat wajahnya semakin dekat ke arah pria yang berteriak karena menyadari apa yang terjadi dengan dirinya.

"Kita akan menghabiskan masa yang panjang dan panjang sekali bersama. Kamu seharusnya tidak usah menangis, karena ini hanya awalnya."

29 komentar:

  1. Mksh gan updetannya, tetap semangat,, dan aku kn sabar menunggu 2 hri ke depan. Makasih.

    BalasHapus
  2. Adegan paling seram sejauh ini, 1 kecoa aja ngeri apalagi segunung :v

    BalasHapus
  3. Neuronist kek gitu bgt bentuknya :v sifatnya kek cabe2an pula :v

    BalasHapus
  4. Neuronist udah kepedean ama ainz,

    BalasHapus
  5. Nasibnya udah jelas...

    BalasHapus
  6. Yang bikin merinding itu para kecoak yg masuk ke mulut. Geli...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi kalau kegigit rasanya gimana ya ..

      Hapus
  7. Itu baru azab di Great Tomb of Nazarik
    Sesungguhnya azab Akhirat lebih pedih lagi camkan itu!!

    BalasHapus
  8. Tuh kecoak belum ngelurin mode terbang nya :v

    BalasHapus
  9. Bikin ngilu pas kecoak masuk mulut2 lg makan lg hadeeh

    BalasHapus
  10. Anjirlah kecoa satu aja dikamar mandi gw milih nungguin dia sampe pergi... gimana ini segunung 😱😱😱 masuk mulut lagi ituh😭😭

    BalasHapus
  11. 1 aja geli . pa lagi segunung��������

    BalasHapus
  12. adegan di BDSM ama gurita wkwkwk

    BalasHapus
  13. Kasian gw sama yg di siksa neuronist, titit nya di masukin sama sticker anker :'v

    BalasHapus
  14. Saat dlm sarang kecoa gw tersadar apa ini bag. Film "The Mummy"

    BalasHapus
  15. Kayanya adegan terakhir itu ngemasukin Duri ke "anu" nya korban deh.. Gila serem bgt nih.btw mudah mudahan muncul di S3. :v

    BalasHapus
  16. Tapi si neourist kecentilan ma ainz,padahal mungkin pangkatnya lebih rendah dari bocah ma labu albedo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kgk klo gw kira mah setara pangkatnya ama albedo dari cara manggilnya dia gk pake kata sama cuma albedo doang

      Hapus
  17. Kecoa sih gk tetlalu peduli q,yg bikin sebel itu si neuronist,sok cantik sok seksi padahal bentuk ancur parah

    BalasHapus
  18. Percayalah guys
    ... Meskipun bentuknya ke gitu...
    Dia bisa ngasih kalian kepuasan tiada tara....
    >:v kalo ga percaya tanya aja pak haji

    BalasHapus
  19. Mantul kykny kyouhoku dijodohin sm neuronist, jadi ngebayangin anakny bakal sesadis apa... 😅

    BalasHapus
  20. Fix nueronist yg pling cantik d nazarik

    BalasHapus
  21. Mengunyah kecoak?! Kriuk kriuk kriuk gleg woekkk😂

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak! Tanpa ada SARA dan penghinaan.