The Large Tomb - Makam Besar
Part 3
Meskipun masing-masing tim mengambil jalan mereka sendiri-sendiri saat di persimpangan, asumsi tak berdasar dari Eruya jika lawan yang lebih kuat akan berada di bagian yang lebih dalam dari makam ini itulah mengapa dia memilih untuk jalan terus lurus.
Dia menemui banyak pojokan dan pintu-pintu batu, namun dia terus berjalan tanpa bicara. Kenyataannya, dia bosan karena tak ada yang terjadi. Tak ada satupun monster ataupun jebakan. Mungkin dia mengambil rute yang salah. Eruya berpikir sambil berdecak lidah.
"Maju, dasar lambat. Jalan lebih cepat!"
Eruya memerintahkan kepada elf yang sedang berjalan sepuluh meter di depannya dengan suara memaksa. Elf tersebut berhenti setiap beberapa kali, namun setelah diperintahkan, dia sedikit gemetar dan mulai berjalan lagi. Dia sudah berjalan terus sejak dia datang ke dalam makam ini.
Elf itu memang beruntung sejauh ini, namun jika ada jebakan satupun, pasti dia akan mati.
Daripada mencari jebakan-jebakan, perlakuan yang dia terima mirip dengan burung kenari yang sering digunakan oleh para penambang. Tim Eruya terdiri dari Eruya dan tiga budak efl dengan skill-skill berbeda - ranger, cleric dan druid. Menggunakan seseorang yang memiliki skill pendeteksi seperti burung kenari untuk pertambangan adalah sebuah perintah tidak masuk akal untuk diberikan.
Namun Eruya memiliki alasan tersendiri. Dia hanya lelah dengan elf yang berjalan di depan.
Banyak orang akan terkejut jika mereka mendengarnya. Bukan karena alasan moral, namun karena alasan uang.
Budak-budak dari Slane Theocracy tidaklah murah. Terutama elf, yang harganya bervariasi secara drastis tergantung penampilan atau skill mereka. Elf biasanya memiliki harga yang bisa membuat mata seseorang melompat karena mahalnya dan diperdagangkan dengan harga yang jauh diluar kemampuan orang biasa.
Seorang elf yang memiliki skill akan memiliki kisaran harga yang sama dengan sebuah senjata yang diberi tambahan magic khusus. Bahkan bagi Eruya, mereka bukanlah sesuatu yang bisa dibeli karena iseng.
Namun karena Eruya mengambil seluruh pembayaran Tenmu untuk dirinya sendiri, dia bisa menutupi kerugian dengan cepat jika pekerjaannya berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dia tidak perduli jika salah satu dari budak-budak itu mati setelah dia lelah dengan mereka.
lain kali, aku harus mendapatkan yang memiliki dada besar.
Eruya memikirkan itu sambil melihat ke punggung elf yang berjalan perlahan di depan.
Aku senang dengan cara mereka berteriak ketika aku meremas dada mereka dengan keras.
Karena pekerjaan ini adalah operasi gabungan antara banyak tim, dia tidak bisa meniduri elf-elf tersebut selama beberapa hari. Tak ada yang berani protes meskipun dia melakukannya, namun kecemburuan bisa memicu segala macam kejadian yang tidak menyenangkan. Eruya memiliki cukup pikiran sehat sebagai worker untuk bisa menyadari kerugian macam apa nantinya yang ditimbulkan.
Nafsu Eruya yang sudah tertahan membuatnya mengeluarkan pemikiran-pemikiran alternatif.
Tidak, mungkin aku harus mendapatkan seseorang seperti wanita itu.
Yang datang ke dalam pikiran Eruya adalah anggota dari 'Foresight'. Half-elf yang melihat ke arah Eruya dengan mata yang penuh kebencian.
Dia benar-benar wanita yang menjengkelkan.
Ada seorang gadis kecil di sampingnya di dalam kelompok itu, namun Eruya bisa mengerti bahwa gadis cilik mau tidak mau akan melihatnya dengan rasa permusuhan yang terang-terangan. Wajar bagi seorang wanita untuk tidak mengerti hasrat para pria, dan terutama seseorang dengan usia seperti gadis cilik itu, masih bisa dimengerti jika gadis itu memiliki kebencian tertentu terhadap tindakan-tindakan seksual. Namun tidak bisa diterima bagi makhluk rendahan melihat manusia dengan mata kebencian seperti itu.
Hanya memikirkannya saja sudah membuat wajah Eruya marah.
Aku ingin menghajar wajah menjengkelkan itu sampai tidak bisa melawan lagi...
Bagi budak-budak elf, mereka dihancurkan dengan segala macam metode sebelum dikirimkan kepada customer. Tidak mungkin budak-budak elf akan menunjukkan perlawanan yang berarti.
Di lain pihak, jika dia menargetkan si half-elf tersebut, dia akan melawan seperti binatang buas yang menggila. Bagi Eruya, tidak sulit untuk menghancurkan dan menguasai binatang buas, namun dia tidak akan keluar dengan badan mulus dan dia tidak memiliki rasa percaya diri yang besar untuk bisa menaklukkan mangsanya hidup-hidup. Sambil membayangkan dirinya menampar Imina terus-terusan di kepalanya, dia tidak sadar jika elf yang sedang memimpin jalan telah berhenti.
"Siapa yang bilang kepadamu untuk berhenti? Teruslah jalan."
"[Sesenggukan]...! Aku mendengar suara dari sana."
"Suara?"
Eruya mengkonsetrasikan pendengarannya sambil mengerutkan dahi kepada elf tersebut. Keheningan itu hampir seperti membuat tuli.
"...Aku tidak mendengar apapun."
Biasanya dia pasti akan menghajar elf tersebut, namun para elf memiliki pendengaran yang lebih unggul daripada manusia. Meskipun Eruya tidak mendengar apapun, ada peluang bagus elf-elf bisa mendengar sesuatu. Untuk memastikan, dia bertanya kepada dua elf di belakangnya.
"Bagaimana denganmu? Apakah kamu mendengarnya?"
"Y-Ya. Saya bisa mendengarnya."
"It-Itu seperti suara logam yang berbenturan dengan logam."
"...Begitukah."
Tidak mungkin suara benturan logam terdengar secara wajar. Pasti ada orang yang membuat suara itu. Dengan kata lain, peluang pertamanya mendapatkan pertarungan sejak masuk ke dalam makam ini. Dia menjadi senang dengan bayangan itu.
"Ayo maju ke tempat dimana suara ini berasal."
"Y-Ya."
Dengan budak elf yang memimpin jalan, Eruya menuju ke tempat dimana suara itu datang. Segera setelahnya, Eruya bisa mendengar suara logam pula. Itu diikuti dengan suara sesuatu yang keras menyerang material keras lainnya dan suara teriakan pertempuran.
"Yah, kurasa itu hanya worker lainnya. Terowongannya kelihatannya tidak berbelok di titik tertentu, namun kurasa kita akan bertemu dengan tim lain."
Seakan ada seseorang yang menyiramkan air dingin kepada kegembiraannya. Dia menghela nafas seakan sudah kehilangan seluruh motivasi.
"Yah, kurasa tak ada salahnya. Aku bisa bertarung sebagai bala bantuan mereka."
Ketika Eruya tiba di tempat suara itu berasal, dia memiliki perasaan aneh. Itu adalah perasaan aneh dengan sebuah pertempuran. Itu seperti-
Rasa penasarannya terjawab ketika dia berbelok dari pojok tersebut.
Ruangannya termasuk lebar, cukup besar untuk bisa memuat sepuluh orang yang berlarian dengan bebas. Di dalamnya ada sepuluh lizardmen yang memakai armor indah. Mereka semua memakai kalung di lehernya, dengan masing-masing terdapat rantai rusak yang menggantung.
Mereka saling mengayunkan pedang satu sama lain. Mereka saling menyerang dengan teriakan melengking dan adu pukul yang dipenuhi dengan tekad. Terjadi di seluruh ruangan. meskipun terlihat seperti pertempuran sengit, Eruya bisa tahu ini hanyalah latihan.
Salah satu makhluk lainnya di dalam ruangan itu adalah figur raksasa dengan perisai berbentuk seperti menara, mengenakan armor full plate hitam dengan dekorasi yang terlihat seakan ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah. Dan yang terakhir- bukan, yang terakhir lebih akuratnya.
Itu adalah binatang buas raksasa yang tertutup bulu perak, dengan kearifan yang berkilauan di matanya.
"Anda telah tiba, tn. penyusup."
Ada banyak monster-monster menjengkelkan diantara mereka yang bisa berbicara. Binatang buas magis cenderung menyerang menggunakan tenaga fisik, namun yang memiliki kecerdasan sering menggunakan magic.
Eruya tahu dia adalah ahli pedang jenius, namun dia tidak percaya diri dalam magic. Dia memperkuat tekadnya dan menguatkan hatinya untuk melawan magic.
"Dan kamu adalah?"
Tidak perlu ditanya. Jika dia sudah menunggu disini, maka dia pasti adalah sesuatu yang menjaga makam ini. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa kuat dia sebenarnya.
Dari penampilannya, bisa jadi itu adalah tuan dari makam ini. Jika dia mengalahkan binatang buas ini, dia akan memiliki kontribusi teratas. Itu artinya tim miliknya akan menjadi yang terbaik dari seluruh tim worker. Karena 'Tenmu' sejatinya adalah Eruya sendiri, itu artinya dia adalah worker terbaik. Bahkan keberuntungan adalah kualitas penting bagi seorang worker.
"Raja ini diperintahkan untuk menghadapimu disini. Aku harus menguji ini dan itu... namun kelihatannya kamu bukan lawan yang pantas."
Eruya merasa kecewa dan jengkel bersamaan.
Kecewa karena nyatanya binatang buas ini bukan apa-apa melainkan hanya anjing penjaga dan jengkel karena nyatanya anjing penjaga ini menganggap remeh dirinya.
"Tidak kukira akan menjadi seperti ini bahkan sebelum kita beradu pedang... Kamu."
"Y-Ya."
Elf itu gemetar ketika Eruya memanggilnya dengan suara renda. Eruya merasa puas dengan pemandangan itu. Itu adalah sikap yang pantas ditunjukkan kepada dirinya. Meskipun hanya beberapa hari, setelah menghabiskan beberapa waktu dengan Momon, yang dianggap tinggi oleh semuanya, dia menjadi semakin murah hati.
"Monster apa itu?"
"Sa-saya minta maaf, namun itu bu-bukan monster yang saya tahu."
"Cih, tidak berguna."
Eruya memukul elf yang tidak berguna itu dengan sarung pedangnya. Eruya mengabaikan elf yang roboh di lantai dan meminta maaf berkali-kali untuk mempelajari binatang buas itu.
Karena ukurannya, menghadapinya langsung kelihatannya tidak menguntungkan, namun monster-monster memang seperti itu. Dan Eruya telah membunuh banyak monster tanpa ada masalah. Dia merasa bodoh sesaat ketakutan karena seekor binatang buas yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Selalu dibutuhkan sikap waspada, namun terlalu waspada dan ketakutan adalah tidak kompeten di tingkatnya sendiri.
"Aku akan tanya sekali lagi. Apa yang membuatmu berpikir kamu bisa menang melawanku?"
"Aku bisa tahu jika kamu lemah dengan sekali tatap..."
Eruya mengerutkan dahi dan menggenggam erat pedangnya.
"...kelihatannya matamu memang tidak berguna. Mau kukorek untukmu."
"Silahkan kamu coba. Namun perintah kepadaku berkata tidak masalah jika aku membunuhmu disini... Jadi mengapa kita tidak mulai saja."
Nada yang tenang itu. Membuat Eruya marah sekali lagi.
Dia ingin mengayunkan pedangnya tanpa berkata apapun, namun berlari ke arah binatang buas yang sama sekali tidak khawatir akan membuat seperti orang yang lebih lemah. Jadi dia menahan diri dan mencemoohnya.
"Kalau begitu ayo, binatang."
"Lalu mengapa kamu hanya berdiri disana seperti itu? Apakah kamu tidak ingin mempersiapkan elf-elf yang ada di sebelah sana?"
"Tidak perlu. Ngmong-ngomong, apa kamu tidak ingin mempersiapkan para kadal yang berdiri di belakangmu?"
"Ah, itu tidak apa. Mereka disini hanya untuk mengamati pertarungan raja ini. jangan khawatir dengan mereka."
"Kamu berani sekali sudah membuat peluang satu-satunya untuk menang."
"Aku sangat berterima kasih atas pujianmu."
Sarkasme tidak berhasil disni. Mungkin binatang itu cukup cerdas berbicara, namun tidak secerdas itu? Saat Eruya berpikir demikian, binatang itu menggerakkan kumisnya dan berbicara.
"Namun aku berencana untuk membunuhmu tanpa ampun, jadi aku harap kamu melawanku dengan seluruh kekuatan penuh milikmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, ini juga adalah ujian yang diberikan kepada aku ini."
"Ujian? Ujian untuk anjing penjaga?"
"Hmm~ Ini adalah sebuah ujian untuk melihat jika aku sudah meningkat sebagai warrior. Sekarang, apakah kamu sudah siap mulai? Aku akan membiarkan para elf di belakang dan menghadapimu saja sekarang."
"Sesukamu saja."
"Nama raja ini adalah Hamsuke! Pergilah ke dunia lain mengingat nama dari orang yang membunuhmu! Katakan namamu juga!"
"...Aku tidak punya nama untuk diberikan cuma kepada binatang."
"Kalau begitu akan akan menghapusmu dari ingatanku sebagai orang bodoh yang tak punya nama!"
Figur raksasa itu melompat ke depan.
Tidak disangka itu adalah gerakan yang gesit setelah memperhitungkan ukurannya. Warrior yang acak-acakan akan kewalahan dengan tekanan saat dia mendekat dan menerima damage yang besar dari serangan tersebut.
Aku berbeda dengan para pecundang itu.
Eruya masuk menyerang ke arah Hamsuke yang juga maju lalu meluncur ke samping tanpa menggerakkan kakinya.
Itu adalah versi peningkatan dari martial art yang disebut 'Shukuchi', yaitu 'Shukuchi Kai'.
Biasanya, 'Shukuchi' hanya bisa digunakan untuk memperpendek jarak dengan lawan, namun, versi yang ini membuat pemakainya bisa bergerak bebas di seluruh arah. Penampilan saat meluncur tanpa menggerakkan kakinya terlihat aneh, namun itu benar-benar berguna.
Menghindarinya akan memindahkan pusat gravitasi seserang dan merusak keseimbangan mereka. namun, jika seseorang tidak perlu bergerak untuk bisa menghindar, maka dia bisa langsung menyerang dengan kekuatan penuh dari tubuh bagian bawah mereka.
"Tyaaht!"
Pedangnya terayun ke bawah-
"-Kehut!"
Eruya terbang ke belakang seakan dia terpental dari tubuh Hamsuke.
Itu adalah tubuh yang luar biasa keras, Eruya secara tidak sadar memeriksa seluruh tubuhnya untuk melihat jika dia masih bisa bergerak. Dia mendapatkan goresan-goresan ringan, namun kelihatannya tidak ada tulang yang terdislokasi. Dia masih bisa terus bertarung.
Kenyataannya dia jatuh ke lantai dan membiarkan serangan musuh menyentuhnya paling membuatnya marah, namun warrior di dalam diri Eruya berkata bahwa sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal semacam itu.
Segera setelah Eruya bangun, dia mencari Hamsuke dan bersiap untuk menerima serangannya sekali lagi dengan mengulurkan pedangnya.
Sesuatu yang lengket mengalir dari hidungnya. Ketika dia mengusapnya, dia memastikan bahwa itu adalah darah sesuai yang dia duga.
"Sialan..."
Hamsuke menatap Eruya, yang sedang mencoba berdiri, dengan mata yang tenang. Lebih tepat dikatakan jika Hamsuke mengamatinya.
Berbeda dengan tatapan dari binatang buas pada umumnya yang berkata 'Bisakah aku memakannya?' atau 'Bisakah aku menang melawannya?'. Itu adalah mata dari seorang warrior yang mencoba untuk memutuskan metode terbaik untuk bertarung dari adu pukulan yang mereka lakukan tadi.
Aku adalah boneka ujian untuk melihat jika seekor monster sudah tumbuh sebagai warrior? Bukan orang lain, tapi aku?
Rasanya sangat tidak mengenakkan, namun mempertimbangkan kegesitan monster itu, Eruya harus mengakui bahwa dia bukanlah monster biasa. Dalam sekejap, monster ini memprediksi bahwa dia akan mencoba untuk mengapit serangannya, namun Hamsuke hanya bisa memperoleh respon semacam itu setelah melalui latihan yang sangat ketat.
"Kelihatannya memang begitu... Jika terus seperti ini, Aku akan menang dengan mudah. Ah, tolong tidak usah memikirkan raja ini. Raja ini tak pernah melihat seorang manusiapun yang pernah menang melawanku."
"Seharusnya kamu simpan saja kata-katamu hingga akhir. Tidak seperti binatang buas biasa, seorang warrior bisa menggunakan martial art!"
Eruya berpikir dia bisa menang dengan mudah. Itulah kenapa dia menahan diri, namun sekarang, dia harus serius.
"Martial Arts! [Ability Boost], [Greater Ability Boost]!"
Ini adalah martial art yang paling dia banggakan. Terutama [Greater Boost Ability], yang mana bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari oleh orang setingkat Eruya.
Aku adalah jenius karena itu aku mampu mempelajari sesuatu seperti ini! Aku kuat!
Dia mengayunkan pedangnya dan bisa merasakan betapa ringan dan lembut gerakannya. Pedang itu bergerak tepat seperti yang dia bayangkan.
Eruya tersenyum sinis. Ronder selanjutnya akan menjadi miliknya.
"Hmmm~ Aku diajari untuk menjaga jarak ketika tidak yakin dengan kekuatan lawan, namun aku harus bertarung sebagai seorang warrior... Kurasa mau bagaimana lagi."
Hamsuke bergegas lari dengan dua kaki belakangnya dan mendekat.
"Apakah akan menjadi pertarungan jarak dekat? Apakah aku harus menerima seranganmu?"
"Jangan menganggapku remeh, binatang."
Saat Hamsuke masuk dalam jangkauan, Eruya meluncurkan serangannya.
Hamsuke hampir tidak bisa mementalkan serangan pedang yang ditambah dengan 'Ability Boost' dengan menggunakan cakarnya. Atau lebih tepatnya, lebih akurat dikatakan Hamsuke mencoba mementalkan serangan, karena pedang itu masih menuju lengan Hamsuke. Namun, pedang tersebut telah kehilangan kekuatannya setelah menyentuh cakar-cakar tersebut dan gagal membelah bulu yang mengeras serta daging di bawahnya.
Eruya tidak menarik pedangnya dan langsung menusukkan pedang itu ke arah mata Hamsuke. Beberapa monster dengan penutup mata yang mengeras yang mana bisa mementalkan bahkan pedang-pedang yang ditambahkan dengan ki atau aura. Namun Hamsuke kelihatannya tidak memiliki apapun yang seperti itu.
Itulah kenapa Hamsuke tidak membiarkan serangan itu terjadi.
Hamsuke menghindarinya dengan memutar tubuhnya dan mengayunkan ekornya di saat yang bersamaan.
Eruya menahan ekor tersebut dengan pedangnya, namun jumlah tenaga yang mengejutkan membuat mati rasa lengannya.
"Khh-urk!"
Dia melihat Hamsuke memutar badannya sekali lagi. Itu artinya kekuatan yang sama akan menyerang Eruya lagi.
Eruya melompat mundur. Dia tidak bisa menghitung dengan tepat seberapa panjang ekor itu, namun berencana untuk memperpendek jarak dengan 'Shukichi Kai' saat ekor itu sudah lewat.
Namun ekor yang dia kira akan lewat berhenti di tengah udara.
"Urk."
Itu adalah sebuah tipuan. Di saat yang bersamaan, Hamsuke memperoleh posturnya kembali lalu menarik ekornya pula. Wajah Eruya berkedut karena kenyataannya dia melewatkan kesempatan untuk menyerang.
Dia bisa melihat ekor dan tubuh itu bergerak hampir secara sendiri-sendiri. Seperti ekor dari tikus, namun bisa bergerak sendiri-sendiri seperti ekor ular atau chimaera.
"Kamu bisa menggunakan ekormu dengan bebas pula!"
Eruya mematri detil dari monster yang disebut Hamsuke ke dalam otaknya dan menyerang. Hamsuke, yang sedang menunggu sebuah celah, bergegas maju menemui serangan.
Pedang dan cakar beradu. Eruya yang pertama kali terluka ketika beradu serangan. Hamsuke, yang bisa menyerang dengan dua cakar, menggenggam keunggulan dalam jumlah serangannya terhadap Eruya, yang hanya bisa menggunakan satu pedang. Pertarungan jarak dekat berubah menjadi tidak menguntungkan. Meskipun sudah meningkatkan kemampuan fisiknya, Hamsuke masih menang. Jika itu masalahnya-
Eruya langsung mundur dengan 'Shukichi Kai'.
"Hmph, seperti yang kubilang!"
Sebelum Hamsuke mengejarnya, Eruya mengambil peluang tersebut, mengangkat pedangnya di udara dan mengayunkan pedang itu ke bawah.
"[Void Cutter]!"
Tebasan itu membelah udara dan melayang ke arah Hamsuke.
Hamsuke menguatkan diri unuk melindungi wajahnya dan serangan itu terpental oleh bulunya.
Serangan tersebut hanya memberikan damage yang semakin sedikit ketika targetnya semakin jauh. Sulit untuk bisa memberikan damage yang berarti seperti ini. Namun-
"Kelihatannya kamu tidak bisa menahannya. Ini adalah perbedaan antara binatang biasa dan seorang manusia."
"Ini memang... menyusahkan."
Eruya menggunakan 'Void Cutter' berkali-kali.
Bulu Hamsuke memang keras dan sulit dibelah. Itulah kenapa Eruya menyerang wajahnya dan menggunakan martial art berulang kali.
Hamsuke tetap diam di tempat namun berbicara melalui celah kecil di antara cakarnya yang sedang menutupi wajah.
"Tolong tunggu sebentar-"
"Apakah kamu mencoba untuk memohon ampunan nyawamu? Seperti yang kuduga dari hanya binatang."
"Bukan begitu - Ini menjengkelkan. Di dalam mulut rajat ini ada - Ah, aku menyerah!"
Eruya tidak mengerti.
Kurasa memang bisa diduga jika seorang manusia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh seekor binatang... kelihatannya dia akan menyerang sekarang.
"Ah- Berisik sekali dan menjengkelkan! Mari kita selesaikan ini!"
"Datanglah."
Hamsuke tidak memiliki metode serangan jarak jauh, jadi dia mencoba untuk memperpendek jerak dengan segala cara. Ini adalah yang diinginkan oleh Eruya.
Sulit memberikan damage kritis dengan 'Void Cutter', jadi dia harus memberikan serangan langsung agar bisa mengirimkan serangan mematikan. Ketika Hamsuke menunjukkan wajahnya seperti seekor binatang buas dan menyerang masuk, Eruya akan menekannya dengan martial art yang lebih kuat daripada 'Void Cutter' dan terus menarget wajah di dalam jarak dekat dan menang.
Saat Eruya tersenyum jahat, yakin dengan kemenangannya, ekor Hamsuke bergerak dan-
"Gyaaaaaaaaaahhhhhhhh!!"
Ekor itu menyerang bahu Eruya sepeti sebuah cambuk dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya.
Armor di bahu melengkung dan daingnya menjadi lepuh. Di waktu yang sama, suara tulang yang patah bisa terdengar dan rasa luka yang mengalir ke sekujur tubuhnya dengan kecepatan kilat, Eruya terhuyung-huyung ke belakang sambil mengeluarkan air liur.
Di belakang Hamsuke, ekor yang seperti ular menggeliat. Ekor itu terjulur keluar dengan panjang yang tidak biasa.
"Ekorku terlalu kuat seperti yang kuduga. Itulah kenapa aku mencoba untuk menyelesaikan ini dengan hanya pertempuran jarak dekat."
Gawat.
Eruya hampir tidak bisa menahan diri berteriak.
Jika dia terus diserang seperti ini, dia akan kalah.
"Kamu! Untuk apa kamu berdiri seperti orang idiot begitu saja! Gunakan magic milikmu! Sembuhkan aku! Aku bilang sembuhkan aku! Cepat, dasar budak bodoh! Lakukan sekarang!"
Salah satu elf mulai merapalkan mantranya ketika Eruya berteriak kepadanya.
Luka di bahunya mulai luntur hingga hilang.
"Lagi! Berikan mantra untuk memperkuat!"
Memperkuat kemampuan fisik, meningkatkan magic kepada pedang sementara, mengeraskan kulit, memperkuat kemampuan sensor.. Meskipun banyak mantra-mantra yang dirapalkan untuk memperkuat Eruya, Hamsuke melihat tanpa bersuara.
Dengan magic sebanyak itu memperkuat dirinya, sebuah senyum kembali ke wajah Eruya.
Kekuatan yang luar biasa mengalir di sekujur tubuhnya.
Eruya tak pernah kalah setelah menerima begitu banyak mantra untuk memperkuat. Tidak masalah lawannya seperti apapun.
Dibandingkan dirinya yang biasa, dia sekarang mengayunkan pedang dengan kecepatan ekstrim. Dia percaya diri bisa bertarung dengan setara sekarang.
"Karena monster dan manusia memiliki kemampuan fisik yang berbeda, Aku akan memenuhi lubang itu dengan ini!"
"Aku berencana untuk melawan kalian semua dari awal, jadi tidak begitu banyak berbeda bagiku. Raja ini berpikir bahwa akhirnya pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang bagus!"
"Omong kosong!"
Eruya menyerang. Dia akan menghancurkan monster tersebut dengan kekuatan luar biasa yang mengalir di tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan binatang ini bicara sombong lagi. Sambil menggunakan 'Shukuchi Kai', Eruya meluncurkan 'Void Cutter' untuk membuatnya sibuk.
"Terima ini!"
Dia mengayunkan pedangnya dengan berteriak. Jika bulu itu keras, dia hanya perlu menyerang dengan lebih keras agar bisa membelahnya.
"Terima raja ini [Slashing Strike]!"
Sesuatu yang tajam menancap di lengan Eruya dari atas pedangnya yang terangkat tinggi.
Sesuatu melayang di udara dan menancap di tanah. Dengan suara cairan seperti karung basah, diikuti dengan benturan logam.
Eruya tidak mengerti
Dua lengannya, yang sedang menggenggam pedang, telah hilang. Meskipun lukanya memuncratkan darah dari bagian yang puntung bersamaan dengan detak jantungnya, dia masih tidak mengerti.
Dia bisa melihat dua lengannya yang menggenggam erat pedang itu di tanah. bersamaan dengan luka yang perlahan terasa sakit di sisa lengannya.
Saat Eruya melihat lengan-lengan itu, Eruya akhirnya menyadari apa yang terjadi.
Terhuyung-huyung ke belakang dari Hamsuke, dia berteriak dengan suara bernada tinggi.
"Tangankuuuuuuuuuuuu! Sembuhkan! Aku bilang sembuhkan sekarang! Untuk apa kalian berdiri saja?"
Para elf itu tidak bergerak.
Apa yang terpantulkan dari mata mereka yang berawan adalah kegembiraan tersembunyi karena telah diperlakukan dengan kejam.
"Baiklah! Berhasil! Akhirnya aku bisa menggunakan martial art! Sekarang akhirnya aku bisa menerima pujian dari tuanku!"
"Hiiii!"
Eruya membuat jeritan yang membelah udara.
Bagi seorang manusia, yang hidup di dunia ini dengan makhlukyang lebih kuat, bertualang artinya hidup dengan luka terus menerus. Dia harus menahan begitu banyak luka sekarang. Dia telah disambar petir, dibakar dengan api, dibekukan dengan es, dipatahkan tulangnya, digigit oleh taring-taring, diiris dan dihajar. Namun dia tak pernah kehilangan senjatanya. Kehilangan senjata di dunia ini berarti mati. Atau lebih tepatnya, dia percaya diri bisa keluar dari situasi apapun jika dia memiliki senjatanya.
Dan sekarang kepercayaan diri ini sudah dihancurkan.
Itu adalah pertama kalinya Eruya menerima kejutan yang sedemikian rupa sejak dia lahir.
"Tanganku! Apa yang kalian tunggu lagi!"
Darah mengucur tanpa henti dan dia bisa merasakan tubuhnya semakin dingin dan berat, dimulai dari area yang terluka. Para elf hanya tersenyum lebar dengan teriakan Eruya, yang mirip dengan suara lonceng yang rusak.
Eruya tidak tahu bagaimana harus mengeluarkan pusaran emosi yang ada di dalam dirinya, namun dia bisa mendengar sebuah suara yang bisa disebut murah hati.
"Aku benar-benar berterima kasih padamu! Aku tidak senang memberikan luka yang tidak perlu, jadi aku akan mengakhirinya disini!" Sccchk, sesuatu membelah udara.
Segera setelah itu, sebuah kejutan menyerang wajah Eruya. Itu adalah semacam luka yang terasa seakan sudah menghancurkan setiap tulang di tubuhnya dan cukup membuatnya lupa dengan tangan-tangannya.
Itu adalah luka terakhir yang dirasakan oleh Eruya.
----
Dengan separuh wajah yang hilang, mayat itu roboh.
"Hmmmm hmmm."
hamsuke memutar kepalanya dan perlahan mundur. Jika dia tetap di dekat mayat tersebut, para elf akan waspada dan tidak mendekati mayat itu. Elf-elf tersebut terlihat seperti magic caster namun bisa memutuskan menggunakan pedang Eruya untuk bertarung. Hamsuke tidak ingin menghentikan mereka melakukannya.
"Sekarang, apakah kalian ingin bertarung pu-?"
Hamsuke menggumamkan kalimatnya karena terkejut. Para elf itu menendang mayat tersebut, yang diasumsikan oleh Hamsuke adalah rekan mereka, dengan wajah mereka yang menyeringai.
"Apa ini? Apakah ini cara dari elf mengubur yang mati?"
Hamsuke meragukannya saat bicara. Di mata mereka yang berawan dan tiada terdapat kilatan kebencian. Itu pasti kemarahan yang meluap-luap.
"-Ini benar-benar membingungkan."
Perintahnya adalah menggunakan skill-skill yang telah dia pelajar sejauh ini kepada para penyusup dan menunjukkan hasil dari latihannya. Namun jika dia bertarung dengan lawan yang tidak enggan, bisakah itu disebut sebagai 'menunjukkan hasil dari latihan'? Jika mereka setidaknya berdiri melawan, akan lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Aku dengar mengejek adalah strategi yang bagus pula... Apa yang harus kulakukan?Entahlah... Kurasa mau bagaimana lagi. Aku akan menunggu perintah dari tuanku. Tapi-"
Hamsuke berputar untuk menghadap salah satu yang menilai pertempuran itu.
"Bagaimana tadi, Zaryusu-dono? Apakah aku lulus?"
"Ya, itu sangat indah. Martial art benar-benar aktif."
Hamsuke tersenyum cerah kepada warrior yang mengajarinya martial art.
"Ini benar-benar kesempatan bergembira! Kalau begitu apakah aku akhirnya akan mulai melakukan latihan tempur dengan mengenakan armor?"
"Itu akan menjadi langkah selanjutnya. Kita akan mulai dengan armor ringan dahulu lalu bergerak ke yang lebih berat."
Hamsuke tidak memakai armor hingga sekarang. Rasanya terlalu aneh dan sulit untuk bergerak bebas sambil memakainya. Tidak ada banyak masalah ketika berlari biasa, namun di dalam bertarung, dia kehilangan keseimbangan ketika mengayunkan ekornya dan tidak bisa menyerang dengan akurat. Itulah kenapa Hamsuke belajar dari lizardmen dan meniru latihan mereka untuk belajar bertarung.
"Tolong saksikan Hamsuke menjadi lebih kuat untuk tuanku! Berapa lama waktunya untuk bisa menyebut diriku seorang warrior dengan benar? Warrior Hamsuke."
"Mari kita lihat.... jika itu adalah Hamsuke-san, anda akan bisa memanggil diri seorang warrior sekitar satu bulan, tidak, dua bulan."
"Lamanya!"
"Kurasa itu sangat cepat. Hamsuke-san, biasanya memakan waktu satu tahun untuk mempelajari martial art. Mempertimbangkan hal itu, anda mempelajari martial art dengan sangat cepat."
Lizardmen lain di samping Zaryusu, Zenberu, berbicara.
"Begitukah?"
"Itu benar. Pengalaman bertarung yang sebenarnya, menyembuhkan diri ketika terluka, bertarung melawan musuh yang lebih kuat dengan magic untuk memperkuat, dll. Itu mungkin akan menjadi latihan yang mengerikan, namun akan membuahkan hasil."
Hamsuke gemetar. Lizardmen lain juga begitu saat mereka teringat latihan mereka sejauh ini.
"...Bagaimana aku harus menyebutnya. Aku harap itu bukan semacam latihan yang akan membuat kita berada di dalam jangkauan satu lengan dari kematian."
"Secara pribadi, aku merasa anda akan menjadi lebih kuat lebih cepat di dalam situasi antara hidup dan mati, namun... aku kira setiap orang berbeda. Ditambah, jika suami dari pengantin baru tiada, akan menyedihkan."
"Oooh! Aku sekarang ingat kamu sudah menikah!"
"Ya, dan dia kelihatannya sedang mengandung."
"Seperti yang kuduga dari warrior yang terlatih, akurasinya memang tinggi! Berapa kali? Dua atau tiga kali?"
Tinju Zaryusu menyerang Zenberu.
"Cukup. Jika kita tidak mulai latihan lagi, kita akan mendapatkan omelan. Dan juga, bagaimana dengan para elf itu?"
"Bukankah lebih baik kita biarkan saja mereka seperti itu?"
Para elf yang telah menendang mayat itu hanya terduduk lemah di lantai seperti boneka yang talinya putus. Tidak ada tanda-tanda keinginan untuk bertarung, jadi Hamsuke memutuskan untuk menunggu perintah tuannya kecuali mereka mencoba untuk lari.
Mantap bos
BalasHapusHamsuke menjadi tampan dan nampan
BalasHapusElf yg 3 itu kasih z ke saya om lizardman, saya pasti akan menjaganya ^_^
BalasHapusGua kira apaan awalnya.. besar, berbulu, berkumis.. gua pikir cocytus tapi sejak kapan dia berbulu wkwk.. taunya Hamsuke anjir 😂
BalasHapusLatihan hamsuke mantap juga.. hamster dilatih sama kadal.. jadi lucu :v
BalasHapusyg paling serem tuh yg mati digerogoti lautan kecoak menurut gw tuh horror, terlalu sadis, sampe merinding gw. yg merasa sama kaya gw ada???
BalasHapusSama, kalau ku diposisinya aku paling ngambil langkah bunuh diri ketimbamg mati di bunuh kecoak awokawokawok
Hapusyg paling serem tuh yg mati digerogoti lautan kecoak menurut gw tuh horror, terlalu sadis, sampe merinding gw. yg merasa sama kaya gw ada???
BalasHapusSama, udah sebelum mati kena terror, matinya dikerubutin serangga sampe organ2 dalamnya, dan dihidupkan lagi buat disiksa. Ngerii dah😱
BalasHapusEnak ya pergi ke isekai
BalasHapusThanks min
BalasHapusUdah elfnya jadi bawahab ains
BalasHapusKocak njir... warrior terkemuka kalah sm hamster yg baru bljr martial arts tanpa perlawanan pula,nasib mu tong ....
BalasHapusDijamu sama tuan rumah wkwk,btw tuan rumahnya ikut nganterin jga Lo Ampe teras,cuma gk ikut masuk
BalasHapusMantap min lanjut terus
BalasHapusEntah kenapa bahagia liat Zenberu akhirnya di revive sama Ainz, seneng liatnya soulmate antara Zaryusu-Zenberu
BalasHapusSiap menampung para elf yg kesepian -,-
BalasHapus