Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

24 Agustus, 2019

Overlord - Vol 12 - Chapter 2 Part 4

Chapter 2 : Mencari Keselamatan

Part 4

Mereka menyusuri jalanan E-Rantel. Tujuan dari kelompok itu adalah sebuah penginapan yang diberitahukan oleh para penjaga gerbang, penginapan tersebut merupakan bangunan paling elit di kota ini, The Shining Gold Pavilion.

Neia mengamati berbagai macam orang di jalanan.

Ucapan Ryurarius memberinya kesan bahwa negeri ini dipenuhi oleh demihuman dan undead. Namun, kenyataannya berbeda – sebagian besar pejalan kaki adalah manusia.

Undead yang terlihat adalah sekelompok undead yang mirip dengan yang mereka lihat di gerbang kota, dan juga undead berbentuk kuda yang tubuhnya hanya terdiri dari tulang belulang dan kabut yang sedang menarik kereta. Tidak ada undead jenis lain selain itu.

Sisanya terdiri dari berbagai macam demihuman.


Sekelompok goblin berjalan dengan formasi barisan yang rapi di jalanan, masing-masing dari mereka memancarkan aura prajurit veteran. Itu membuat kesan Neia pada goblin menjadi buyar. Tidak, bukan hanya Neia yang seperti itu, Rasa terkejut dan terperangah juga datang dari anggota paladin.

Ada juga seorang demihuman berwajah kelinci sedang memakai seragam pelayan, begitu juga dengan demihuman yang mirip katak sedang berjalan dengan dua kakinya, namun dia hanya melihat satu contoh saja di kota ini.

Kelihatannya lebih normal yang kubayangkan... yah, bukan normal seperti biasa, tapi tetap saja, mirip sekali dengan negeri manusia. Sulit diterima mereka di bawah kekuasaan raja undead yang mengerikan.

Tidak ada penduduk yang berjalan dengan wajah ketakutan. Neia tidak yakin apakah ini karena mereka sudah lelah, sehingga mereka sudah terbiasa, atau apakah mereka memutuskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan hidup berdampingan dengan undead, tidak ada tanda-tanda adanya keributan di jalanan. Suatu ketika, dia bahkan mendengar suara anak-anak yang sedang tertawa.

Kurasa keadaan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan Jaldabaoth.

Saat itu juga, Remedios tiba-tiba menghentikan kudanya. Karena pemimpin mereka, yang sedang berjalan di depan tiba-tiba berhenti, yang lainnya terpaksa mengikuti.

“Permisi, Dwarf-san. Boleh saya tanya sesuatu?”

Remedios memanggil tiga Dwarf yang sedang bekerja di samping jalan. Ada juga tiga Skeleton yang sedang melakukan pekerjaan tanah di bawah perintah para dwarf.

Culture Shock (Kejutan Budaya) yang dia terima setelah memasuki kota ini besar sekali hingga dia sekarang tidak memikirkan adanya Skeleton. Bahkan ada perasaan lega di pikirannya ketika melihat musuh yang bisa dia lawan.

“Apa? Siapa kalian? Kalian datang dari negeri mana?”

“Mohon maaf sudah bicara dari punggung kuda. Namun, kami datang dari Holy Kingdom dan sedang mencari penginapan yang dikenal sebagai Shining Gold Pavilion. Bolehkah saya bertanya arah kesana?”

“Shining... Shining Gold Pavilion? Ahhh. Itu adalah tempat elit.”

Dwarf itu memberikan arah kasarnya. Namun, agak berbeda dari apa yang para penjaga gerbang bilang kepada mereka dan rasanya mereka agak sedikit melenceng. Namun, tujuan Remedios yang sebenarnya bukanlah bertanya arah.

“Oh begitu. Terima kasih banyak. Gustavo, berikan sedikit token penghargaan.”

Gustavo turun dari kudanya dan mengeluarkan sebuah kantung koin kecil.

“Kamu tahu kalau yang kulakukan hanyalah memberitahu arah, ya kan?”

“Tidak apa. Lagipula, kami sudah mengganggu pekerjaan anda.”

“Benarkah? Yah, kalau begitu terima kasih.”

Dwarf itu menerima hadiah Gustavo lalu tersenyum.

“Yah, jika dapat makanan enak dari ini, kami akan berterima kasih kepada para pria dan wanita Holy Kingdom untuk itu.”

“Tidak, itu tidak perlu... ngomong-ngomong, apa yang sedang anda lakukan di sini?”

“Hm? Kamu tidak tahu? Kami sedang memperbaiki jalanan. Yang Mulia sendiri memintanya kepada kami. Meskipun biasanya para penduduk yang melakukan pekerjaannya, kami di sini berfungsi sebagai penasehat teknis.”

Gahahahaha, Dwarf itu tertawa terbahak-bahak.

“Oh begitu. Dan undead yang di sana itu...?”

“Mereka adalah skeleton yang dipinjamkan oleh Yang Mulia, apa kamu tidak tahu? Ahhh, sejujurnya, kamu takkan bisa mengalahkan tenaga kasar. Ini benar-benar merubah pandanganku terhadap mereka.”

“Mengendalikan undead, huh...”

“Bukankah itu mengejutkan... Yah, kurasa mau bagaimana lagi kalian kan traveler. Tetap saja, Sorcerous Kingdom memang seperti itu, ya kan? Aku pernah dengar kalau undead juga bekerja di pedesaan terdekat. Lagipula, mereka bisa menyelesaikan pekerjaan yang melelahkan seperti bercocok tanam dan sebagainya dengan hanya sebuah perintah. Maksudku, lihat saja, undead tidak lelah, mereka tidak tidur, dan mereka tidak makan. Ditambah lagi, mereka juga mengerti apa yang ingin kita ucapkan, jadi mereka akan bekerja secara fantastis jika diberi tugas yang sanggup mereka kerjakan. Jika begini, kamu tidak perlu lagi bekerja seperti seekor anjing. Bahkan negeri kami sudah mulai memanfaatkan mereka pula.”

“Maksud anda negeri Dwarf yang jauh dari Sorcerous Kingdom?”

“Oh ya. Itulah asalku, sekarang kami tinggal di dalam distrik demihuman Sorcerous Kingdom.”

“Distrik demihuman?”

“Yup. Itu adalah tempat dimana ras-ras selain manusia tinggal. Mereka bilang dulunya itu adalah distrik kumuh kota ini, tapi sekarang sudah dihancurkan. Lalu dibangun kembali agar bisa digunakan sebagai tempat tinggal yang nyaman berbagai ras. Yah, mungkin agak lama selesainya, tapi pekerjaan untuk tempat tinggal ras-ras yang lebih kecil dari kalian para manusia – seperti kami para dwarf contohnya – sudah dimulai.”

“Pada dasarnya, kami datang kemari untuk mengambil alih pekerjaan bangunan itu!”

Rekan kerja dwarf itu tiba-tiba ikut nimbrung.

“Oh begitu. Tetapi jika distrik kumuhnya dihancurkan, kemana penghuni aslinya pergi?”

Mata Remedios terarah kepada undead.

“Kami tidak terlalu yakin, tapi kurasa mereka dikirimkan ke desa-desa yang lain. Ada banyak sekali desa-desa yang hancur dan ditinggalkan di sekeliling kota ini, dan aku dengar mereka dikirim kesana untuk membangun kembali desa-desa tersebut dan mengerjakan ladangnya. Itulah kenapa bisa memerintah undead sangat berguna. Jika aku tidak salah, mereka sudah memulai pekerjaan ladang dalam skala besar dengan undead, atau semacamnya. Itulah kenapa harga makanan di negeri ini sangat murah.”

“Bukan masalah murah! Yang terpenting adalah enak! Dan anggurnya! Ohhh, aku langsung gemuk setelah pindah ke kota ini!”

“Jika aku kembali gemuk seperti ini, istriku bisa teriak ‘Dimana bagianku!?’ kepadaku. Aku sebaiknya sedikit menguruskan badan sebelum pulang!”

“Ahhh, kita benar-benar beruntung sudah terpilih lotere!”

Gahahahahaha, dwarf-dwarf itu tertawa terbahak-bahak lagi.

“Akhirnya, ada undead yang berbentuk kuda itu. Apakah kalian tahu nama mereka?”

“Entahlah. Tidak masalah jika tidak tahu ya kan? Mereka tidak melukai siapapun. Mereka hanya segumpalan tulang, tapi mereka kuat sekali, membuatnya cocok untuk memindahkan barang, ya kan?”

“Oh begitu. Terima kasih!”

“Sama-sama. Semoga kalian beruntung!”

Setelah berpisah dengan para dwarf, kelompok itu melanjutkan perjalanan ke arah penginapan sekali lagi.

“Kapten, mengapa anda bertanya nama dari makhluk undead yang berbentuk kuda itu?”

Neia bingung. Dia pikir setidaknya itu akan membuat sang Kapten tertarik.

“...Gustavo. Itu karena kamu bersikap aneh ketika kamu melihat mereka.”

“Benarkah...?”

“Katakan, apa kamu tahu nama makhluk undead itu?”
<![if !supportLineBreakNewLine]>
<![endif]>
“...Yah, sebuah nama memang muncul dalam ingatan.. tapi kurasa aku salah. Tidak mungkin. Aku mungkin salah. Aku tidak bisa membayangkan seekor makhluk undead seperti itu bisa dikendalikan.”

“H-mm~ Yah, jika kamu memang berkata demikian, biarkan saja.”

Dan itulah akhirnya.

Tidak lama berselang, instruksi arah jalan yang mereka ikuti membawa mereka di depan penginapan mewah, Shining Gold Pavilion yang penjaga gerbang rekomendasikan. Meskipun namanya tertulis di papan nama, Tulisan Kingdom berbeda dengan Holy Kingdom, jadi mereka hanya bisa menerka-nerka apa tulisannya. Kingdom dan Empire dulunya adalah negeri yang sama, jadi ada banyak kemiripan diantara keduanya, tapi Holy Kingdom tak pernah terikat oleh salah satu negeri itu, jadi mereka sangat berbeda.

“Gustavo, pergilah dahulu dan pesan kamar untuk kami.”
“Saya mengerti, Oi, kalian berdua, ikut aku.”
Gustavo membawa dua orang paladin ke dalam penginapan. Beberapa menit kemudian, salah satunya kembali.
“Kapten, kami sudah berhasil memesan kamar. Kandang kudanya ada di belakang penginapan, jadi mereka ingin kita membawa kudanya kesana.”
“Baiklah, aku mengerti. Squire Baraja, bawalah kuda-kuda ini kesana.”
“Saya mengerti!”
Dia mengikatkan tali kekang kuda-kuda itu ke pohon di depan penginapan, lalu dia menggiringnya satu persatu ke kandang kuda. Merawat kuda-kuda itu adalah pekerjaan squire, tapi penginapan tersebut juga bertanggung jawab untuk membantunya, jadi Neia menerima niat baik mereka lalu masuk ke dalam penginapan.
Dia mencium sebuah aroma wangi di udara dan berpikir, Mungkin wewangian ini digunakan untuk mencegah bau kandang kuda masuk.
Apakah itu semacam aroma kayu atau parfum?
Dari luar, kelihatannya memiliki kelas yang sama dengan penginapan dari Kingdom, namun setelah melihat ke dalam, mungkin bisa dikatakan satu peringkat di atas Kingdom. Dia bahkan merasa sedikit malu berjalan berkeliling di dalamnya dengan tubuh sekotor itu – mandi bagi mereka pada dasarnya hanya membilas dengan air sampai mereka merasa tidak bau – dari perjalanan jauh.
Neia melangkah maju ke depan pintu ruangan yang ditunjukkan oleh staf penginapan, lalu mengetuk pintu.
“Siapa?”
“Squire Neia Baraja.”
Seorang paladin yang memakai armor berdiri di depan pintu. Perbedaan antara E-Rantel yang mereka bayangkan dan apa yang mereka lihat sebenarnya membuat istirahat seakan-akan membuang waktu, jadi mereka memutuskan untuk mengambil tindakan tanpa ditunda lagi.
“Kamu datang pada waktu yang tepat. Kami akan mulai rapat.”
Meskipun dia penasaran apakah dia harus ikutan, tidak baik terlalu banyak bertanya. Orang-orang di atas sudah bicara, mematuhi mereka adalah arah tindakan yang benar.
“Kalau begitu mari kita meminta audiensi dengan Sorcerer King seperti rencana. Gustavo, aku mengandalkanmu.”
“Tentu saja, Kapten. Tapi apa yang harus kita lakukan selain dari itu? Rencana awal adalah bertemu dengan orang-orang yang berkuasa dan meminta bantuan mereka..”
Karena Momon adalah seorang petualang, pada awalnya mereka berencana menuju Guild Petualang. Namun, menurut Ryurarius, Guild Petualang sekarang pada dasarnya ditutup, dan permintaan-permintaannya ditangani oleh para bawahan Sorcerer King.
“Mari kita mampir saja ke Guild. Kita lihat saja apa kita bisa menarik para petualang yang sedang nganggur untuk datang ke Holy Kingdom.”
“Saya mengerti. Kalau begitu-”
Gustavo memberi perintah kepada dua paladin, kemudian mereka bergegas bertindak.
Neia bertanya-tanya tugas macam apa yang dia berikan.
Biasanya, tugas squire adalah memoles armor dan senjata para paladin, mencuci pakaian mereka, dan tugas-tugas harian lainnya. Menyetrika dan merapikan pakaian mereka yang kusut juga bagian dari itu. Sebagian besar paladin sekarang sudah melewati pengalaman semacam itu.
Meskipun itu tidak terjadi pada kapten kami yang luar biasa berbakat, yang langsung menjadi seorang paladin...
“Kalau begitu bagaimana dengan yang lainnya? Apakah mereka harus menunggu di dalam penginapan?”
“Ahh, ketika aku mengumpulkan informasi di dalam Kingdom, Aku yakin kota ini akan menjadi kota yang gelap dan suram. Namun, ternyata jauh lebih normal dari yang kita duga... Aku yakin membiarkan beberapa orang keluar tidak masalah?”
“Meskipun sulit dikatakan saat ini, aku yakin seharusnya tidak ada masalah.”
“Begitukah? Kalau begitu beberapa orang pergi ke kuil dan lihat apakah mereka bisa membantu memperkenalkan kita kepada Momon.”
“Penguasa kota ini adalah Sorcerer King, seorang undead. Tidak baik memiliki ikatan dengan kuil, ya kan?”
“Tetap saja, kita adalah paladin. Kemana kita harus pergi selain ke kuil?”
Gustavo memiliki muka masam. Remedios ada benarnya.
“Itu.. juga benar.”
“Dan juga, tidak ada salahnya melihat dan mendengar kehidupan kota ini dari orang-orangnya, ditambah lagi sampai sejauh mana Sorcerer King membiarkan kita melihat, ya kan?”
“Kamu ada benarnya...”
Tapi apa yang harus mereka lakukan jika mereka melihat sesuatu yang mereka, sebagai paladin, tidak bisa toleransi?
Gustavo bingung merespon karena dia sedang memikirkan pertanyaan itu.
Neia menjawab pertanyaannya sendiri.
Paladin adalah mereka yang memiliki rasa keadilan, jadi mungkin yang terbaik bagi seorang paladin adalah mengecam Sorcerer King. Namun, jika hasilnya bisa berarti Sorcerer King tidak akan membantu Holy Kingdom, itu artinya mereka tidak bisa menyelamatkan orang banyak dari penderitaan, apakah itu masih hal yang benar?
Dia teringat dengan sang ayah yang pernah berkata dia tidak mengerti keadilan seorang paladin. Dia tidak banyak memikirkannya selama hari-harinya menjalani latihan dengan tujuan menjadi seorang paladin. Namun hatinya menjadi lunak dan lemah karena keadaan Holy Kingdom saat ini, dia mulai berpikir lebih banyak tentang subyek itu akhir-akhir ini.
Mungkin keraguan Neia akan semakin jelas jika dia bisa bertanya kepada sang ibu, meskipun ibunya tidak lagi ada di dunia ini.
Pada akhirnya, dia hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk menemukan jawabannya.
Saat Neia terus memikirkan hal ini, dialog tersebut berlanjut. Sepasang paladin akan pergi ke kuil Empat Dewa, sementara dua kelompok yang terdiri dari dua orang akan mengumpulkan informasi di dalam kota. Remedios dan yang lainnya akan tetap tinggal untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang mungkin terjadi.
Seperti yang diduga, Neia diperintahkan untuk memoles armor mereka.
Setelah rapat berakhir, Neia mulai mengerjakan armor semua orang.
Dia membasahi sebuah kain dengan air dingin lalu mengusap lumpur armor itu.
Seperti yang diduga dari armor magic, tidak ada kerusakan di permukaannya. Jika ada lekukan, dia harus memukulnya dengan palu dari dalam, namun jika jari-jarinya kikuk, itu akan membuat permukaannya semakin tidak rata dan jelek. Karena Neia sangat tidak percaya diri dalam bidang itu, armor paladin yang dimantrai sangat tepat baginya.
Dia senang menenggelamkan hati dan pikirannya dalam pekerjaan. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
Beberapa saat kemudian, dahi Neia penuh dengan keringat setelah selesai membersihkan armor semua orang.
♦ ♦ ♦

Audiensi mereka dengan Sorcerer King datang lebih cepat dari yang diduga. Neia tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Karena itu dilakukan di hari setelah Gustavo pergi untuk memohonnya.
Para paladin Holy Kingdom – diikuti dengan Neia – menemukan kediaman dari Sorcerer King yang menjadi tujuan mereka sangat tidak tepat. Mungkin akan terasa mencolok bagi orang yang memerintah sebuah kota seperti ini, namun sangat tidak cocok bagi orang yang menyebut dirinya seorang raja. Tidak ada suasana tenang yang lahir dari sejarah yang panjang, tidak ada aura kemewahan, dan tidak mencerminkan seseorang yang sedang memegang kekuasaan. Terlihat seperti sebuah bangunan yang didirikan untuk tujuan praktis.
Sangat menyedihkan dibandingkan dengan istana kerajaan Kingdom atau Holy Kingdom. Namun, ini adalah kediaman dari Sorcerer King. Karena dulunya ini sebuah kota regional Kingdom, mungkin dia memutuskan untuk memanfaatkan istana kecil yang sudah ada saja setelah mengambil alih kota ini.
Saat para paladin melepaskan penutup kepalanya dan melihat istana tersebut, jejak-jejak penghinaan muncul di raut wajah mereka, yang hanya terlihat oleh Neia. Mungkin mereka sedang membandingkan keadaan di sekitar sana dengan istana kerajaan di negeri mereka sendiri.
Siapa yang bisa menyalahkan mereka?
Selanjutnya, Neia teringat dengan kapal hantu yang sebelumnya mereka jumpai, begitu pula dengan undead yang sedang berpatroli di jalanan.
Mengapa seorang raja yang memiliki kekuasaan terhadap begitu banyak undead dengan level seperti itu memilih tinggal di istana tua yang buruk ini?
Kurasa ada suatu alasan untuk itu… jika dia menginginkan sebuah istana yang mewah, yang dia perlukan hanyalah memerintahkan kepada para pengrajin seperti para dwarf itu untuk memerintah undead yang tak kenal lelah membangunkan sebuah istana untuknya.
Saat mereka melewati gerbang istana, ada dua baris undead yang saling berhadapan, mirip dengan yang pertama kali mereka temui ketika masuk ke kota. Tidak seperti undead yang mereka lihat di gerbang, mereka lebih kurus dan menyilangkan tombak mereka ke udara tinggi-tinggi.
Bendera-bendera menggantung di ujung tombak yang saling bersilangan.Di sebelah kanan adalah bendera Sorcerous Kingdom, dan di sebelah kiri adalah bendera Holy Kingdom.
Di bawah bendera-bendera itu ada lorong yang bisa mereka lewati.
Setelah itu, musik dimainkan. Meskipun itu adalah nada yang tak pernah ia dengar sebelumnya, yang terbaik adalah menerima ini sebagai bagian dari upacara secara keseluruhan.
Dari dalam otaknya, Neia mengingat kembali sebuah pelajaran yang pernah dia terima.
Faktor yang paling penting dalam menolak mantra adalah memiliki pikiran yang jernih.
Tidak, tidak mungkin musik ini adalah serangan magic. Jika ini sebuah jebakan, tidak perlu mengangkat bendera Holy Kingdom.
Neia berjalan masuk dengan sikap yang dia harap sebagai sikap bangga dan berani, sembari melihat-lihat sekelilingnya.
Ada seorang penjaga kehormatan dan bendera Holy Kingdom. Ini adalah sebuah tanda jelas bahwa Sorcerer King menyambut kedatangan delegasi mereka sebagai tamu kehormatan, dengan kata lain, dia mengakui Neia dan yang lainnya sebagai utusan resmi untuk Sorcerous Kingdom, itu artinya Neia harus menjaga reputasi Holy Kingdom.
Itu membuatnya senang, namun di waktu yang sama membuatnya dipenuhi stres kram perut.
Dia berjalan di bawah bendera yang menggantung, dan di akhir lorong itu – Neia.
Seorang wanita dengan kecantikan kelas dunia berdiri di sana.
Dia cantik… Dia luar biasa cantik..
Wajahnya elegan dan menarik… gaun putihnya yang luar biasa mahal, tidak ada noda sedikitpun.
Senyumnya yang penuh kasih sayang membuat dirinya dianggap sebagai seorang malaikat. Namun,dia bukanlah malaikat. Buktinya ada sepasang sayap hitam legam yang menjulur keluar dari pinggangnya.
“Selamat datang, para hadirin dari Holy Kingdom. Meskipun ini agak kurang sopan dari saya, Saya adalah Albedo, dan saya memiliki kehormatan menjadi seorang Guardian Overseer (Pengawas Guardian) dari berbagai Guardian Floor dan Guardian Area di penjuru Sorcerous Kingdom Ainz Ooal Gown. Istilah yang mudah dipahami bagi anda, saya memegang posisi perdana menteri.”
“Sa, Saya senang sekali menerima sambutan hangat anda. Saya adalah pemimpin kelompok diplomatik Holy Kingdom, Remedios Custodio, dan saya sangat berterima kasih anda telah menyempatkan diri bertemu dengan kami.”
“Tidak perlu berterima kasih. Yang Mulia Sorcerer King sangat khawatir dengan keadaan di dalam Holy Kingdom. Yang Mulia berkata sudah sewajarnya dia menyempatkan diri untuk anda.”
“Ka, Kami sangat berterima kasih untuk itu.”
Albedo hanya tersenyum, kehadirannya membuat kata-kata Remedios hancur terinjak-injak. Kecantikannya yang misterius bahkan membuat mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama terpana – tidak, karena berjenis kelamin samalah – membuat mereka tertelan olehnya. Garis pandang Albedo langsung menuju semua orang, termasuk Neia.
“Sekarang, Yang Mulia sedang menunggu anda, jadi saya akan menuntun anda menuju aula audiensi. Bisakah saya meminta anda untuk mengikuti di belakang saya?”
“Y-Ya, tentu saja. Ka-Kalau begitu, bagaimana dengan pedang kami?”
“Ah, ya, ada masalah itu.”
Albedo tersenyum kegirangan.
Mengapa dia tersenyum seperti itu? Pikir Neia. Mereka tidak mungkin membawa senjata ke hadapan seorang raja, jadi biasanya mereka akan diminta untuk menyerahkan senjata. Ini juga untuk menunjukkan kepercayaan dari pihak lain.
“Biasanya, kami akan menyimpannya supaya aman, tapi itu tidak perlu. Anda boleh membawanya.”
Albedo mengatakan sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh Neia.
Remedios juga bertanya Mengapa? Tentunya seseorang yang menghabiskan waktunya disamping Holy Queen pasti akan lebih bertanya-tanya.
Menghadapi pertanyaan mereka yang wajar, Albedo tersenyum sekali lagi.
“Biasanya, ini karena kami percaya terhadap tamu kami yang terhormat dari Holy Kingdom, dan juga karena kami, sebagai sebuah negeri yang mengandung banyak undead, pasti akan terlihat seperti negeri yang aneh bagi anda. Oleh karena itu, saya merasa mengizinkan anda membawa pedang akan membuat anda tenang. Tentu saja, kami tidak punya niat melukai satupun dari anda. Tapi jika anda ingin meninggalkannya kepada kami, kami tentu bisa mengakomodasi permintaan itu.”
“Kalau begitu, negeri kami akan dengan senang hati menerima niat baik Yang Mulia.. Bolehkah saya meminta anda untuk menyimpan pedang semua orang selain saya. Saya minta maaf, tapi yang saya bawa adalah harta nasional, jadi saya harap anda memahami ketika saya bilang tidak bisa meninggalkannya di tangan anda.”
“Saya mengerti.”
Albedo menoleh ke samping, lalu makhluk undead yang muncul mengambil pedang mereka untuk disimpan.
Mungkin beberapa dari paladin tidak senang menyerahkan pedang mereka kepada undead, namun karena sang Kapten yang memerintahkannya, tidak mungkin mereka menolak.
Neia Melihat ke arah Albedo saat dia menyerahkan senjatanya.
Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pikirkan saat dia terus tersenyum dengan senyumnya yang menawan itu, seseorang akan berkata Albedo melihat mereka dengan niat baik, seakan dia melimpahkan kebaikan yang tulus kepada Neia dan yang lainnya. Namun, apakah penilaian Neia benar? Contohnya saja, jika itu tidak benar-
-Dia mengizinkan orang-orang bersenjata di hadapan sang tuan. Apakah itu karena perintah Sorcerer King? Atau.. apakah itu karena dia tahu kami tidak mungkin bisa melukainya?
Sorcerer King adalah seorang magic caster yang sangat kuat. Apakah ini karena kesombongannya yang tidak perduli sebanyak apapun Paladin dari Holy Kingdom, tidak akan ada yang bisa mengalahkannya?
Atau mungkin dia memiliki penjaga undead di dekatnya. Albedo-sama tidak terlihat seperti memiliki kemampuan bertarung…
Perdana Menteri yang kecantikannya jauh dari sebuah kebengisan tersenyum lembut.
“Sekarang, semuanya. Sorcerer King sedang menunggu. Silahkan maju dan bertemu dengan beliau.”
♦ ♦ ♦

Ruang tahta juga tidak semewah yang dia bayangkan. Kelihatannya itu juga hanya dipaksa langsung untuk digunakan setelah diambil alih.

Namun, singgasananya sendiri berkilauan sangat terang; bisa dikatakan singgasana itu memancarkan silau keemasan. Tentu saja bukan karena terbuat dari emas, pasti disepuh oleh emas. Meskipun begitu, bisa dilihat seberapa besar usaha dan pengeluaran yang dihabiskan untuk melakukannya, melihat ukuran singgasana itu.

Ditambah lagi, bendera yang ada di belakang singgasana tersebut sama menakjubkannya. Tidak ada yang tahu apa yang digunakan untuk menenunnya, namun ada kedalaman rona warna hitam yang tidak bisa dieskpresikan dengan kata-kata. Sedikit perubahan pada level cahaya mungkin akan membuat seseorang berpikir itu adalah ungu tua.

“Silahkan masuk, Yang Mulia.”

“Semuanya, membungkuk,” perintah Remedios.

Paladin membungkuk kepada undead, sementara Neia terkejut dengan Remedios yang bisa membuat keputusan seperti itu, dia tidak menolak saat berlutut dan menurunkan kepalanya. Dia telah belajar upacara ini karena dia adalah seorang squire. Meskipun begitu, pengalamannya bertemu dengan raja hanya terbatas ketika dia berhasil melihat sekejap Holy King, sebagai seorang squire. Dia membungkukkan kepala sembari menggerakkan mata, bergegas mengintip para paladin di sekitarnya.

Kelihatannya… semua baik-baik saja.

Tentu saja, itu adalah sebuah keputusan yang dibuat berdasarkan penglihatan dari punggung mereka. Mungkin jika dia melihat mereka di depan, akan terlihat sedikit perbedaannya.

Tidak akan ada masalah! Aku tidak dimarahi oleh siapapun bahkan di depan Holy King-sama. Ayah pernah berkata aku juga melakukannya dengan baik, dan dia bahkan memujiku.

“Mengumumkan kedatangan dari Yang Mulia, Ainz Ooal Gown.”

Saat Albedo bicara dari tempat dia berdiri di depan lalu menuju samping kelompok mereka, Neia mendengar sedikit suara samar, seperti kertas yang robek, diikuti dengan suara langkah kaki dan suara gatsuni dari benda yang keras memukul lantai. Setelah itu, dia merasakan seseorang duduk di singgasana tersebut.

“Yang Mulia mengizinkan anda mengangkat kepala.”

Sangat sulit bernafas saat ini. Melihat ke atas terlalu cepat atau terlalu lambat akan merusak etika. Setelah beberapa saat kemudian, perlahan dia mengangkat kepala.

Overlord Jilid 12 Chapter 2 Bagian 4 - Mencari Keselamatan


Makhluk di depan Neia menarik perhatiannya.

Dia, dia adalah Sorcerer King, Ainz Ooal Gown…

Wajahnya tengkorak polos. Titik cahaya merah berkelebat di dalam lubang matanya. Penampilannya sangat cocok sebagai salah satu undead. Namun, Neia tahu dia sangat berbeda.

Hal pertama yang membuatnya terkejut adalah pakaiannya.

Cara dia berpakaian seperti orang yang lebih kaya dari seorang bangsawan ketika di pesta untuk menghadiri pewarisan gelar.

Panjang jubah dan lebar hemnya terlihat sangat nyaman, dan lengan bajunya terlihat longgar. Hem dan lengan bajunya terbuat dari kain putih tanpa noda, sedikit dihias dengan warna emas dan ungu. Kain yang mengikat pinggangnya, tidak terlihat aneh sama sekali. Pancaran rasa eksotis dan “indah” adalah kata yang tepat yang bisa dia gunakan untuk menjelaskannya.

Selain itu, Yang Mulia memakai sarung tangan dengan warna yang sama dengan bajunya, dilengkapi dengan lempengan logam yang berkilauan warna pelangi. Salah satu tangannya memegang tongkat misterius yang terlihat seperti tujuh ular yang saling melilit satu sama lain. Itu pasti sumber suara keras sebelumnya.

Namun, lingkaran berwarna obsidian yang berkilauan di belakangnya lah yang membuatnya sangat mengejutkan.

….Apakah dia benar-benar seorang undead? Tidak mungkin…

Di dalam pikiran Neia, makhluk undead itu seperti zombi, skeleton, ghast dan lainnya.

Kalau begitu, Sorcerer King tidak mungkin bisa disebut sebagai salah satu undead di mata Neia. Cukup misterius, wajahnya yang hanya tinggal tengkorak tidak membuatnya menakutkan. Malahan, bisa dikatakan seperti memiliki hawa murni yang suci.

Dia adalah seorang makhluk yang sangat kuat, makhluk yang menakutkan, makhluk yang mempunyai kekuatan jauh melebihi kapasitas dari bayangan otak manusia – dengan kata lain, dia adalah Supreme Being.

Neia lupa dengan Albedo, yang sedang berdiri di samping singgasana tersebut, lalu melihat seterusnya ke arah Sorcerer King.

Yang membuatnya tersadar kembali adalah suara Sorcerer King, yang berkata “Baiklah.”

“Anda sekalian sudah datang jauh-jauh dari Holy Kingdom, Custodio-dono, dan para hadirin semuanya dari order paladin.”

“Terima kasih banyak, Yang Mulia.”

“Meskipun kami bisa mengatur sebuah pesta penyambutan untuk anda, saya yakin tidak ada dari kalian yang ingin melakukannya. Oleh karena itu, saya telah meluangkan waktu sejenak dari jadwal yang cukup padat untuk bertemu dengan anda. Daripada membuang waktu untuk hal yang tidak berguna – langsung saja dan tidak usah mengeluarkan pujian-pujian – bicara saja secara blak-blakan satu sama lain. Saya yakin tidak ada yang menolak?”

“Tidak sama sekali, Yang Mulia.”

“Baiklah. Kalau begitu, katakan kepada saya keadaan Holy Kingdom saat ini. Dengan mengatakannya tanpa tipuan atau yang disembunyikan akan membuat kami yang ada di Sorcerous Kingdom bisa memberikan bantuan yang lebih baik kepada anda.”

Setelah Remedios menunjukkan tanda mengerti, dia mencurahkan hati tentang keadaan Holy Kingdom.

Neia tidak mengerti alasan mengapa Remedios bisa begitu gamblang mengatakannya. Meskipun Neia yakin Remedios menganggap berpikir itu sendiri sangat menyusahkan.

Isi dari yang dia ucapkan sama dengan yang diucapkan oleh Gustavo kepada Blue Rose, dia mengakhirinya dengan mengatakan situasi barisan depan dalam keadaan tegang. Dia mungkin tidak ingin berkata sesuatu seperti Holy Kingdom berada di ambang kehancuran kepada negeri lain, terlebih kepada raja undead.

“Ternyata begitu. Jadi. Apa tujuan anda datang ke negeri kami?”

“Kami ingin meminta sesuatu kepada Yang Mulia, mereka bilang petualang yang disebut Momon telah bersumpah setia terhadap negeri anda, dan jika kami bisa meminjam warrior yang bisa bertarung setara dengan Jaldabaoth itu, tidak ada lagi yang akan ditakuti oleh negeri kami. Jadi, saya meminta anda untuk mengizinkan warrior Momon datang ke negeri kami.”

Cahaya merah tua di dalam lubang mata Sorcerer King tiba-tiba hilang, lalu kembali menyala lagi beberapa saat kemudian.

“Seperti yang kuduga. Aku juga telah menyiapkan sebuah jawaban untuk ini singkatnya – itu tidak bisa dilakukan.”

“Bolehkah saya tahu alasannya?”

“Meskipun ini adalah noda hitam bagi negeriku. Momon saat ini, sangat penting bagi kedamaian negeri ini. Karena dialah sehingga orang-orang di sini bisa hidup dengan hati tenang.”

“Tetapi bukankah anda memiliki banyak legiun undead, Yang Mulia?”

“Huhuhu,” Sorcerer King tertawa lirih. “Kelihatannya anda semua telah melihat pasukan undead saya dan menganggap mereka memuaskan. Kalau begitu. Maukah anda menerima sebuah pinjaman pasukan undead ini sebagai ganti Momon? Saya yakin anda semua sudah tahu undead yang saya pimpin sangat tangguh. Mereka harusnya mampu kalau hanya diperintahkan untuk menghabisi demihuman saja.”

Remedios tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Dia mungkin sedang membayangkan pemandangan dirinya memimpin sebuah pasukan undead kembali ke Holy Kingdom. Tidak, itu tidak bisa dibayangkan. Memimpin undead sangat bertentangan dengan tugas seorang paladin.

Memang benar undead memiliki banyak keunggulan sebagai pasukan. Mereka tidak perlu makan, mereka bisa menunggu di tengah-tengah hutan belantara, dan seseorang bisa menyebut mereka sebagai pasukan yang ideal.

Namun, memasukkan undead – yang merupakan musuh dari segala macam makhluk hidup – kedalam pasukan mereka jauh lebih menakutkan daripada yang lainnya. Pada dasarnya, membawa pasukan negeri lain ke dalam negeri sendiri akan menimbulkan perasaan tidak enak. Setelah menyelesaikan masalah Holy Kingdom, mereka mungkin akan terus maju untuk menguasai Holy Kingdom.

“Ka, Kalau begitu…”

Sorcerer King tertawa kecil terhadap kegelisahan Remedios.

“Memang benar, Custodio-dono. Ada juga di negeri ini yang berpikiran sama denganmu. Menggunakan undead untuk pertanian, membersihkan lahan, dan keamanan. Semua itu adalah cara mengaplikasikan undead yang semakin diterima oleh orang-orang. Tapi sayangnya, ada diantara para penduduk negeri ini yang masih sedikit melakukan aktifitas tersebut, masih belum bisa menerima mereka sepenuhnya. Tentu saja, situasi saat ini sudah lebih baik daripada saat aku berkuasa pertama kalinya, Butuh lebih banyak waktu untuk itu. Momon bisa mendengar kekhawatiran mereka dan menenangkan mereka dengan banyak cara. Jika aku mengirimnya keluar sekarang, tidak ada yang tahu bagaimana ketidakpuasan orang-orang itu akan meledak.”

“Kalau begitu, tentunya kami para paladin bisa tinggal di sini dan menyelesaikan pekerjaan membangun kepercayaan undead, bisakah seperti itu? Banyak orang yang tahu paladin adalah musuh dari undead. Oleh karenanya, bukankah sangat efektif bagi kami untuk tetap tinggal dan mendeklarasikan bahwa undead Yang Mulia bisa dipercaya?”

“Muu.. Itu adalah sebuah proposal yang layak dipertimbangkan.”

Setelah beberapa saat merenungkan, Sorcerer King memalingkan wajahnya ke arah tangan yang tidak memegang tongkat.

“…Hm. Kelihatannya menggunakan orang asing untuk menangani itu sangat tidak tepat, ya kan. Seseorang hanya bisa mempercayai mereka yang telah melalui suka dan duka bersama, tentunya tidak mungkin mereka bisa percaya dengan orang yang muncul entah darimana dan berkata bahwa undead adalah teman mereka, ya kan? Seperti yang kuduga, kalian tidak akan bisa menggantikan tempat petualang adamantite itu, yang sudah terkenal ke seluruh penjuru kota.”

Logikanya tak memiliki celah.

Jadi, Remedios tidak bisa membantahnya dengan logika. Apalagi Remedios adalah tipe orang yang didorong oleh emosinya.

Sorcerer King lalu bertanya kepada Remedios yang terdiam.

“-Baiklah. Kalau begitu kita rubah topiknya. Aku ingin menanyakan orang-orang yang tidak anda sebutkan, Custodio-dono. Di masa lalu, Momon bilang kepadaku bahwa Jaldabaoth memimpin para pelayan (maid) yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Bolehkah aku bertanya kepada para hadirin apakah kalian pernah bertemu orang seperti itu di Holy Kingdom?”

“Kami tidak menemukan satupun yang berpakaian demikian di Holy Kingdom. Kenyataannya, kami baru saja tahu ketika bertemu dengan Blue Rose di Kingdom saat berbicara dengan mereka.”

“Oh begitu… itu artinya ada kemungkinan para maid itu adalah kartu as Jaldabaoth, ya kan? Atau apakah itu artinya mereka aktif di lokasi lain?”

“Kami tidak yakin.”

“…Aku yakin kalian menyebutkan wilayah selatan masih melawan. Apakah kalian mempertahankan komunikasi rahasia dengan mereka?”

“Hingga batas tertentu, memang benar.”

“…Jadi mereka belum menerobos wilayah selatan? Mungkin aku terlalu khawatir. Umu…”

Sorcerer King tiba-tiba melihat ke atas.

“Apakah Yang Mulia merasa anak buah Jaldabaoth telah menerobos wilayah selatan?”

“Aku tidak bilang begitu. Tetapi aku pikir jika dia memiliki bawahan sekuat itu, mengapa dia belum menggunakan mereka… dan aku yakin aku sudah mendengarkan cerita keseluruhannya, ya kan? Oleh karena itu, biar aku berterus terang – remunerasi macam apa yang bisa Holy Kingdom tawarkan kepadaku untuk bantuan dari negeri ini?”

Ini adalah pertanyaan yang sangat biasa dan sudah bisa ditebak. Namun, menjawabnya sangatlah susah.

“Kami bisa memberikan pertemanan, kepercayaan dan kehormatan dari negeri kami.”

Sorcerer King mendengus dengan jawaban Remedios.

Namun, jawaban Remedios tidak bisa dianggap salah. Ada kalanya ketika seluruh paladin harus maju bertaruh nyawa. Contohnya, seseorang yang memperjuangkan sebuah desa miskin yang tidak bisa memberikan kompensasi yang layak dan menantang segerombolan demihuman akan diangkat menjadi contoh bagi para paladin.

“Itu memang yang bisa dikatakan oleh seorang paladin. Mungkin salah satu temanku dulu akan rela mengambil tindakan berdasarkan itu saja. Namun, sayangnya, ucapan semacam itu tidak bisa menggerakkanku. Aku sudah bilang sebelumnya tidak usah memberikan pujian yang tidak berguna. Bisakah kalian menawarkan kepadaku keuntungan yang jelas?”

Apakah dia bilang kalau Momon-dono adalah teman Sorcerer King? Apakah dia memanggilnya seakrab itu karena dia bukan hanya seorang bawahan?

Saat Neia memikirkan pertanyaan tersebut, Remedios terdiam.

Tidak.

Dia tidak bisa bicara. Sebenarnya Remedios Custodio tidak berada dalam posisi untuk membuat segala macam janji.
Apa yang terjadi setelah mereka mengalahkan Jaldabaoth?

Tentu saja, mereka harus mengangkat Holy King selanjutnya. Namun, kelihatannya peluang orang semacam itu mempertimbangkan ucapan seorang paladin akan sangat rendah. Jika dia dipilih dari para bangsawan selatan, yang tidak ramah kepadanya, Remedios dan yang lainnya mungkin akan ditempatkan dalam penjara rumahan karena tidak mampu melindungi Holy Queen.

Kalau begitu, meskipun mereka membuat sebuah kesepakatan dengan Sorcerer King, tidak ada jaminan kesepakatan itu akan benar-benar dihargai. Tidak, sebelum itu, sangat meragukan jika kelompok ini bahkan memiliki hak mewakili negeri mereka. Pada akhirnya, tujuan sebenarnya dari delegasi utusan ini membangun simpati diantara rakyat biasa yang tidak memahami situasi.

Karena alasan itu, mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjanjikan apapun. Tak ada orang yang bisa mewakili seluruh negeri sendirian, satu-satunya orang yang bisa melakukannya adalah raja mereka.

“Maafkan saya, Yang Mulia. Saya adalah wakil kapten Gustavo Montanjes, yang menempati posisi di bawah Kapten Custodio. Mohon izinkan saya berbicara mewakilinya.”

Sorcerer King sedikit mengangkat dagunnya, untuk memberi isyarat kepada pria itu melanjutkan pembicaraannya.

“Terima kasih banyak. Apa Yang Mulia minta adalah sesuatu yang tidak bisa kami jamin. Meskipun kami berhasil mengambil kembali wilayah Holy Kingdom, mengembalikan tanah yang telah diporak-porandakan oleh Jaldabaoth akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Saya tidak yakin kami bisa menawarkan kepada anda apapun yang kami janjikan dengan buru-buru di sini. Namun, ada satu hal yang ingin saya bilang kepada Yang Mulia, yaitu bahaya dari Jaldabaoth.”

“Hm…teruskan.”

“Ya. Demihuman yang tidak teratur dan mengancam Holy Kingdom di masa lalu sekarang berada di bawah pimpinan Jaldabaoth. Jika dia tidak dihentikan sekarang, dan dibiarkan bersembunyi, tidak ada yang tahu persiapan macam apa yang bisa dia buat dan dimana dia akan muncul lagi.”

“Dengan kata lain, kamu bilang bahwa ini adalah saat yang paling tepat untuk membunuhnya, melihat dia sudah muncul. Jadi, benih-benih yang berpotensi membuat perpecahan harus sesegera mungkin dihancurkan. Apakah itu maksudmu?”

“Seperti itulah. Saya yakin Yang Mulia lebih paham. Oleh karena itu, kami memohon kepada anda untuk mengirimkan Momon-dono?”

“Begitu ya… Itu memang alasan yang sangat bisa dipahami. Memang benar, ini adalah waktu yang sangat tepat untuk menyingkirkan Jaldabaoth ini.”

“Kalau begitu-“

Saat wajah Gustavo bersinar karena kegirangan, Sorcerer King mengulurkan tangan untuk menghentikannya sebelum memukulkan tongkatnya ke lantai.

“Bagaimanapun, mengirimkan Momon masih tetap sangat sulit. Meskipun dia berhasil mengalahkan Jaldabaoth, Ketidakhadiran Momon akan membuat situasi politik kami tidak tenang dan membuat orang-orang khawatir. Kalau begitu, apa yang harus dilakukan? Jika aku punya lebih banyak waktu untuk menstabilkan politik internal negeriku, aku akan mengirimkan Momon – tentu saja dengan persetujuannya. Dari yang kalian barusan bilang, harusnya kalian bisa bertahan sedikit lagi, ya kan?”

“Te, Tentu saja… Bolehkah saya tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan?”

“Umu….. Albedo, bagaimana menurutmu?”

Perdana Menteri yang sejak tadi berdiri di sampingnya selama ini melaporkan kepada sang tuan untuk pertama kalinya.

“Setelah mempertimbangkan waktu pembauran demihuman ke dalam negeri kita, itu akan memperlambat proses dari yang sudah diperkirakan. Mungkin butuh waktu setidaknya beberapa tahun. Ya… Jika kami memiliki waktu lima tahun, kelihatannya tidak akan masalah.”

“Begitulah. Aku yakin kalian tidak memiliki pertanyaan?”

Lima tahun. Gustavo merasakan ucapan di mulutnya itu sebelum menggelengkan kepala dengan lembut.

“Mungkin akan timbul masalah dengan waktu selama itu…”

“Oh begitu… Memang benar. Aku harusnya mempertimbangkan situasi negerimu. Lagipula, itu adalah sebuah permintaan dari negeri yang ramah.”

Sorcerer King menekankan pada kalimat “negeri yang ramah.”

“Negeri kami akan melakukan sebaik mungkin untuk mempercepat prosesnya. Albedo, untuk bisa melaksanakan ini berapa waktu minimalnya?”

“Kalau begitu, bagaimana kalau tiga tahun? Bagaimanapun, itu sudah akan membuat kegelisahan di negeri kami.”

“Mau bagaimana lagi. Kita sedang menyelamatkan sebuah negeri yang ramah. Kurasa tidak salahnya kehilangan beberapa nyawa di pihak kami… yah, seperti itulah perumpamaannya.”

Sorcerer King kelihatannya sedang membuat candaan, tapi tak ada yang tertawa.

“…Ahem. Bagaimana kalau begitu? Kami sudah mempercepat dua tahun.”

Dia sudah membuat kelonggaran selama dua tahun, meskipun tiga tahun terlalu lama. Seberapa besar kerusakan yang akan terjadi selama itu? Kalau begitu, ada pertanyaan apakah Holy Kingdom bisa selamat nantinya selama itu – tidak, tidak mungkin mereka bisa selamat. Namun, jika mereka berkata demikian, mungkin janji untuk mengirimkan Momon setelah tiga tahun akan dipertimbangkan lagi.

Namun, peluang menyelamatkan Holy Kingdom sudah ada di depan mereka.

Mungkin dia kemari untuk momen ini. Dia harus mempertaruhkan nyawanya untuk ini.

Setelah bersiap mati, Neia menghirup nafas dalam-dalam, dan berbicara.

“Maafkan saya sedalam-dalamnya, Yang Mulia Sorcerer King.”

“…Dan kamu adalah?”

“Saya adalah Neia Baraja, seorang squire orde paladin dari Holy Kingdom. Saya mengerti ini sangatlah tidak sopan, tapi mohon izinkan saya untuk meminta anda mengirimkan Momon-dono lebih awal.”

Sorcerer King terlihat sedang berpikir dalam-dalam.

“Neia! Beraninya kamu yang hanya seorang squire tidak puas dengan kebaikan hati Sorcerer King?”

Hanya ada satu hal yang terpikirkan ketika Neia mendengarkan protes Remedios.

Jika kamu harus menebas seorang squire karena bersikap tidak hormat, tolong tunggu sebentar lagi.

“Ahh, tidak usah khawatir. Namamu Neia ya kan? Kalau begitu, Secepat apa yang kamu inginkan aku mengirimkan Momon?”

“Saya rasa sesegera mungkin, meskipun harus dipercepat satu hari saja.”

“Dan kamu bersikeras untuk itu, meskipun kamu tahu mengirimkan Momon akan melukai Sorcerous Kingdom?”

“Ya!”

Neia membungkukkan kepalanya.

Dia sudah lama mempersiapkan diri untuk meminta sang Kapten mengambil kepalanya jika ucapannya tidak sopan bagi Sorcerer King, untuk membayar dosanya.

Dia memejamkan mata, karena dia tahu dia mungkin akan ditebas beberapa saat lagi.

“Yang Mulia! Saya sangat meminta maaf dengan ketidak sopanannya! Kami tak pernah sedikitpun berniat mencelakai Sorcerous Kingdom.”

“Tidak, tidak usah dihiraukan. Sebagai seorang penduduk Holly Kingdom, memang wajar ingin menyelamatkan rumah seseorang meskipun harus mengorbankan yang lain… Umu. Albedo, bisakah kita memotongnya hingga dua tahun?”

“Saya yakin itu akan sangat sulit.”

“Benarkah. Tetap saja – lakukan itu.”

Neia secara reflek melihat ke arah Sorcerer King.

“Baik! Saya mengerti, Yang Mulia!”

Saat dia bermandikan suara dari penguasa absolut dan kuat itu, bahu Albedo yang sedikit gemetar pasti karena dia merasa tidak enak dengan tantangan sembrono yang barusan dia terima.

“Neia… Baraja. Bagaimana kalau dua tahun? Mungkin itu masih terlalu lama untukmu, tapi kamu harusnya mampu bertahan selama itu karena pasukan wilayah selatan masih tersisa, ya kan?”

Memang benar, dua tahun memang terlalu lama. Namun, dia tidak bisa lagi memaksa kebaikan hati Sorcerer King lebih jauh lagi.

“Terima kasih banyak Yang Mulia!”

Rasa terima kasih di dalam suaranya memang asli, karena dia merasa peluang negerinya selamat meningkat barusan.

Setelah itu, Remedios membungkukkan kepala.

“Terima kasih banyak Yang Mulia! Kami sangat berterima kasih anda sudah menyetujui permintaan squire kami.”

“Tidak apa – Kapten Custodio, kamu memiliki wanita yang baik sebagai bawahan. Jika dia tidak mencintai negerinya sedalam itu, bagaimana bisa seorang squire berani memohon sedemikian rupa kepada raja negeri lain?.. Tentu saja aku tidak menghina keberaniannya.”

“Tidak, saya yakin dia pasti sangat gembira dengan ucapan Yang Mulia.”

“Begitukah. Kalau begitu ya sudah. Ini adalah pembicaraan yang menguntungkan.”

“—Yang Mulia Sorcerer King meninggalkan tempat.”

Neia membungkukkan kepala merespon ucapan Albedo.

Sekali lagi, tongkat itu memukul lantai seirama dengan langkah kakinya, sama dengan saat pertama kali dia masuk. Suara itu semakin menjauh, lalu terdengar suara pintu ditutup. Sorcerer King mungkin sudah meninggalkan ruangan tersebut.

“Dia sudah pergi.”

Ketika Neia mengangkat kepalanya, dia melihat Albedo yang sedikit tersipu merah tersenyum dan berkata, “Kalau begitu persilahkan saya mengantar anda keluar.”

♦ ♦ ♦

Neia sudah mempersiapkan diri untuk didamprat Remedios, dan tentu saja, setelah mereka kembali ke penginapan, datang juga akhirnya.

“Kamu! Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan!?”

Wajah Remedios menyala merah saat dia mendekat ke arah Neia. Wakil Kapten Gustavo bergegas memegang tangannya dan melangkah di antara Neia dan sang Kapten.

“Kapten Custodio! Saya minta waktunya sebentar! Tidak salah jika tindakan Squire Baraja sangatlah nekad, namun pada akhirnya, dia sudah menyelamatkan kita menunggu setahun lebih cepat. Bukankah itu layak dipuji?”

“Omong kosong macam apa itu!? Bisa saja semuanya akan sia-sia karena dia! Dan juga kamu ingin aku memujinya karena sudah bertindak sendiri? Jangan bercanda!?”

“Saya betul-betul minta maaf.”

Neia membungkukkan kepala saat dia meminta maaf dengan hati yang tulus.

“—Apakah kamu benar-benar menyesal? Mungkin kali ini kamu beruntung, tapi apakah kamu bisa bertanggung jawab jika keadaannya tambah runyam?”

“...Kesalahan itu ada pada pelayan anda.”

“Aku sudah tahu itu! Jawab Aku! Bisakah kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang di Holy Kingdom dan mengatakan kepada mereka bantuan tidak akan datang karenamu!?”

“Tidak, pelayan anda ini tidak bisa memikul beban tersebut.”

“Kalau begitu, mengapa kamu melakukannya? Apa sih yang kamu pikirkan!?”

Neia mengangkat kepalanya dan melihat lurus ke arah sang kapten.

“Jika memang dibutuhkan, anda bisa mengambil nyawa saya dan menyerahkannya kepada Sorcerer King sebagai permintaan maaf tindakan saya.”

Mata Remedios membelalak dengan apa yang didengarnya. Namun, dia cepat-cepat bersikap tidak senang sekali lagi. Disampingnya, Wakil Kapten Gustavo mengangguk keras seperti memberi hormat.

“Apakah kamu kira itu sudah cukup untuk mendapatkan maaf? Apa kamu kira hidupmu sudah cukup sebaga permintaan maaf?”

“Saya tidak tahu, tapi saya yakin anda dan yang lainnya akan mampu memikirkan sisanya, Kapten.”

“Lalu bagaimana jika kami tidak bisa memikirkannya!?”

Seperti yang dikatkaan Kapten. Kelihatannya memenggal nyawa Neia tidak akan cukup untuk mendapatkan ampunan Sorcerer King. Namun, Neia masih akan tetap mengatakan apa yang dikatakan saat audiensi tadi karena tiga tahun terlalu lama untuk menunggu.

Jangan-jangan Kapten bersedit menerima waktu tiga tahun untuk menunggu? Mengapa aku diomeli oleh orang yang tidak akan melakukan apapun? Aku tahu nyawa rakyat Holy Kingdom berada di ujung tanduk, jadi aku tidak boleh bertindak gegabah. Meskipun begitu, seseorang harus melakukan sesuatu tadi …

Bukankah tidak masalah selama hasilnya baik, atau apakah yang lebih penting prosesnya? Dia mungkin tidak bisa memberikan jawab seperti itu.

Meskipun begitu, sulit bagi seseorang yang harus melangkah maju untuk melakukan sesuatu menerima omelan dari orang yang tidak melakukan apapun.

Tentu saja, Neia tahu apa yang akan terjadi jika dia benar-benar berkata demikian. Oleh karena itu, dia tetap diam dan hanya menundukkan kepala.

“Kapten, seharusnya itu sudah cukup. Berkat usahanya, kita sudah bebas menunggu setahun lebih cepat. Hadiah dan hukuman harus digunakan seimbang. Mungkin anda harusnya memujinya karena itu.”

“...Cheh.”

Sang Kapten kelihatannya mashi belum puas saat berbalik dan pergi.

Gustavo menghela nafas, lalu menghadap Neia.

“Keteguhan hatimu benar-benar terpuji. Kapten mungkin terlihat begitu, tapi sebenarnya, dia menghormati kontribusimu.”

Itu pasti bohong. Itu pasti sebuah kebohongan yang tidak bisa ditutupi oleh seorangpun.

Mungkin Gustavo merasakan pemikiran Neia dari ekspresinya, namun dia melihat ke arah mata Neia dan tersenyum pahit.

“Bagaimanapun, aku akan pergi bicara dengan Kapten tentang ini. Jika kamu menemuinya sekarang, keadaan mungkin akan semakin runyam. Bisakah aku merepotkanmu untuk jalan-jalan sebentar keluar?”

“Saya mengerti, Terima kasih. Wakil Kapten.”

Ketika berada di luar penginapan, Neia jalan-jalan tanpa arah meskipun musim dingin menusuk tulang.

“Aku hanya merasa … hahhh…”

Meskipun dia sudah diperintahkan keluar, kemana dia harus mencari tujuan di negeri ini?

Neia meraba kantung kecilnya lalu mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil. Ada sedikit uang di dalamnya, hanya beberapa perunggu dan silver dari Holy Kingdom. Jika uang itu tidak bisa digunakan, Neia masih punya koin emas perdagangan. Itu sudah lebih dari cukup untuk makan.

Bagaimanapun, koin emas ini adalah uang saku terakhir Neia dari orang tuanya. Kemana dia harus membelanjakan uang yang berharga ini?

Neia melihat ke arah tanah yang asing di depannya.

“Menyusahkan sekali.. hahh…”

“Kelihatannya nafasmu berat sekali.”

Suara yang tiba-tiba muncul di dekat Neia membuatnya terkesiap.

“Bergegaslah pergi ke arah jalanan di sebelah sana. Tempat ini terlalu mencolok.”

Pemilik suara ini tidak mungkin dia lupakan dengan cepat. Neia berhasil menahan diri tidak berteriak. Setelah itu, dia berjalan seperti yand ditunjuk, lalu dia mendengarkan sesuatu yang bergerak di belakangnya. Kelihatannya bukan hanya suara yang barusan dia dengar, tapi memang benar-benar ada orang di belakang Neia, meskipun orang ini membuat dirinya tidak nampak agar Neia tidak bisa melihatnya.

Setelah berputar ke arah jalanan yang ditunjuk, dia mendengar suara itu berkata, “Ambil lorong di sebelah kiri.” Neia mematuhinya tanpa suara.

Lorong itu ternyata sangat bersih, tanpa ada orang yang lewat.

Setelah beberapa langkah, Neia berbalik dan memanggil pemilik suara tersebut.

“Yang Mulia, bolehkah saya bertanya mengapa anda kemari? Apakah saya tidak bisa melihat anda karena magic?”

“Ternyata begitu, jadi itu alasannya kamu sangat patuh. Kamu sudah tahu siapa aku, hm?”

Berkata demikian, Sorcerer King menampakkan diri.

Dia sudah berganti pakaian jubah hitam, meskipun berkilauan agak merah. Kelihatannya itu adalah pakaian yang dibuat dengan sangat baik.

Neia langsung berlutut di depannya.

“Benar Yang Mulia. Dan juga... dimana pengikut Yang Mulia?”

“Tidak, tak ada satupun. Lagipula, pengikut hanya merepotkan saja.”

“Me-Mengapa demikian?”

“Hm, aku ingin bicara dengan kaptenmu secara pribadi, jadi tolong pergi dan panggilkan dia.. tidak, lebih baik melakukannya di dalam kamar... Bisakah kamu membantuku membuka jendela kamarnya? Aku akan masuk melalui sana.”

Itu adalah permintaan yang aneh. Biasanya, dia tidak akan membuka jendela begitu saja. Namun, dia sedang menghadapi raja negeri ini, dan seorang raja yang telah setuju membantu Holy Kingdom. Dia tidak bisa melakukan tindakan yang merusak suasana hatinya.

Kalimat “Assasinasi” berkelbat di pikiran Neia, namun jika Sorcerer King menginginkannya, dia bisa saja melakukannya di ruang audiensi tadi.

Tentu saja, ini mungkin orang yang menyamar sebagai Sorcerer King. Namun, orang yang ada di depannya memiliki wibawa seorang penguasa, jadi dia tidak mungkin Sorcerer King palsu. Setiap langkah yang dia buat adalah sesuatu yang hanya mungkin dilakukan oleh orang yang dilahirkan sebagai penguasa.

Haruskah dia mempercayainya? Atau tidak?

Neia memikirkan ini, lalu memilih yang pertama.

“Saya mengerti, saya akan segera melakukannya.”

“Umu… kalau tidak salah, apakah kamu sedang dalam misi? Jika memang begitu, aku harus minta maaf kepada kaptenmu.”

“Eh?”

“...Eh?”

Mata Neia bertemu dengan mata Sorcerer King.

“...Jika bukan misi, berarti ini adalah waktu luangmu, ya kan? Kalau begitu, ini sangat berharga – mm, aku harus minta maaf kepadamu sudah merepotkan.”

“Tidak, tidak, bukan begitu, saya akan pergi dan membuka jendela kamar Kapten sekarang..”

Neia langsung berlari dari samping sisi Sorcerer King.

Ucapan yang baik hati itu seperti seseorang yang membubuhkan sebuah obat pereda rasa nyeri ke telapak tangan yang dipenuhi luka dan goresan. Mereka menusuk hati Neia, itu membuatnya terkejut.

Neia berlari sekuat tenaga, lalu bergegas kembali ke penginapan.

Tentu saja, berlari tidak diizinkan di dalam sebuah tempat elit seperti ini, namun itu bukan alasan bagi Neia untuk harus berjalan pelan. Yang bisa dia lakukan adalah bergerak secepatnya tanpa menyebabkan ketersinggungan, meskipun begitu, dia bisa merasakan tatapan yang setajam es dari staf penginapan. Pada akhirnya, Neia tiba di kamar sang kapten.

Neia langsung mengetuk pintu, lalu tahu pintunya terkunci ketika mencoba memutar gagangnya. Sebuah hawa dingin menusuk hati Neia saat dia sadar dia sedang dikucilkan, tapi sekarang bukanlah saat mengkhawatirkan hal semacam itu.

“Saya adalah Squire Neia Baraja, tolong buka pintunya.”

Pintunya berbunyi, lalu seorang paladin mengeluarkan wajahnya dari belakang.

“Maafkan saya,” kata Neia; sekarang bukan waktunya mementingkan etika. Neia lalu berpaling ke arah Remedios, yang sedang menunggu di dalam kamar, lalu berkata, “Sorcerer King ingin bicara dengan anda secara pribadi, Kapten.”

Neia bisa merasakan tatapan mata setiap orang ke belakang dirinya.

“Tidak, bukan begitu. Dia tidak ada di sini.”

Berkata demikian, Neia berjalan ke arah jendela lalu membukanya.

Seperti yang diduga dari bangunan elit, jendelanya terbuka dengan lancar, tanpa ada bekas macet.

“Apa?”

Dari sudut pandang pihak ketiga, ini adalah tindakan yang tiba-tiba dan tergesa-gesa. Wajar jika seorang paladin akan protes. Bahkan lebih tidak bisa ditolerir bagi seorang paladin yang pernah ditempatkan untuk keamanan Holy Queen.

Namun, Neia mengabaikan mereka saat dia mencondongkan badan ke luar jendela dan melambai ke arah Sorcerer King, yang seharusnya di luar.

Setelah itu, Neia ditarik mundur melalui kerah bajunya.

“Apa yang kamu lakukan Squire Baraja? Jangan buka jendela begitu saja, dan yang lebih penting lagi, tidak ada tanda-tanda Sorcerer King.”

Menoleh ke belakang, dia melihat seorang paladin berwajah merah. Kemarahannya memang bisa dipahami. Namun—

“Kurasa itu tidak masalah. Dia melanggar peraturanmu karena aku. Jika harus disalahkan, biarkan aku yang menerimanya.”

Sebuah suara yang lirih bergema ke seluruh penjuru ruangan.

Sorcerer King perlahan memperlihatkan diri dari tempat dia berdiri di bingkai jendela.

Neia melihat seorang paladin yang akan menghunus pedang panjang di pinggangnya, lalu bergegas menghentikannya.

“Mm... aku minta maaf sudah mengagetkanmu. Aku memilih datang sendiri karena aku ingin bicara secara pribadi denganmu. Mungkin agak tidak sopan masuk melalui jendela, tidak bisa dihindari jika ingin pergi menyamar. Aku harap kamu bisa memaklumi.. Dan aku harus minta maaf kepadanya pula.”

Setelah turun dari bingkai jendela, Sorcerer King melihat interior kamar tersebut dengan pose berwibawa seorang raja.

“....Aku adalah Sorcerer King Ainz Ooal Gown.”

Ketika menyebutkan namanya, Neia jatuh berlutut sebelum orang lain. Beberapa saat kemudian, dia mendengar para paladin di belakangnya berlutut berurutan.

“Baiklah... Kalian boleh bangkit, karena sudah tidak ada waktu lagi, bisakah kita bicara, Kapten Custodio?”

“Kami tidak keberatan, Yang Mulia. Kalau begitu, silahkan kemari.”

Saat Neia bangkit, dia menghela nafas – tepat saat bertatap mata dengan Sorcerer King, yang kemudian berpaling. Tentu saja, tidak ada bola mata di lubang itu, berkata bahwa dia menatap mata Sorcerer King sepenuhnya adalah bayangan Neia.

“Apakah Squire itu tidak ambil bagian?”

“Dia hanyalah seorang squire, Yang Mulia.”

“Bukankah dia juga hadir di ruang audiensi tadi?”

Nada bicara Sorcerer King yang biasa terdengar seakan dia benar-benar tidak tahu. Namun, ucapannya mengandung sarkasme yang kuat.

“Squire Baraja, ikutlah dengan kami.”

“Baik!”

Meskipun Neia tidak ingin ikut, karena suatu alasan dia benar-benar ingin tahu mengapa Sorcerer King memilih untuk mengunjungi mereka.

Remedios dan Gustavo menghadap Sorcerer King di sebuah meja, sementara Neia dan yang lainnya berdiri di dinding. Ini sama dengan ketika mereka bertemu dengan Blue Rose.

“Kalau begitu, Perkenankan kami bertanya langsung, Yang Mulia. Bolehkah saya tahu mengapa anda berkenan repot-repot mengunjungi tempat kami yang sederhana ini?”

Remedios mengangguk setelah Gustavo bicara.

“Tentu saja. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku tidak suka bertele-tele. Lagipula, dengan begitu aku bisa memahami ucapan seseorang tanpa perlu khawatir salah sangka atau salah pengertian.”

Ada fakta dari ucapan Sorcerer King yang tidak bisa dipungkiri.

“Meskipun aku memutuskan untuk mengirim Momon dalam dua tahun, jika kamu bersedia memenuhi permintaanku, bukan tidak mungkin aku akan mengirimkan seseorang yang setara dengan Momon dari Sorcerous Kingdom.”

“Setara dengan Momon?” Remedios pun mau tidak mau terkejut mendengarnya.

“...Bolehkah saya tahu permintaan dari Yang Mulia itu? Tergantung permintaannya, saya harap anda memaafkan kami jika kami tidak bisa memberikan jawaban langsung.”

Sorcerer King tertawa kecil merespon ucapan Gustavo, lalu dia bicara.

“Tentu saja. Melihat keadaan saat ini, aku hanya bisa membayangkan secara kasar... sekarang, menyebut kalian sebagai gerakan perlawanan hanya untuk memperindahnya saja, namun kenyataannya kalian pasti tidak lebih dari sekelompok pasukan gerilya yang sedang bersembunyi di gua-gua, apakah aku salah?”

Semua yang hadir menahan nafasnya.

Neia pun tidak terkecuali.

Mengapa Sorcerer King bisa tahu keadaan mereka saat ini? Bagaimana dia bisa menebaknya? Hingga detil bersembunyi di gua memang sangat menakjubkan.

Wajah sang Kapten dan Gustavo seperti memakai topeng batu, hanya mata mereka yang melihat ke arah Neia. Mereka pasti mengira dia sudah membocorkannya kepada Sorcerer King. Oleh karena itu, Neia menggelengkan kepalanya, untuk mengindikasikan, itu bukan aku.

Sorcerer King mengabaikan keterkejutan Neia dan yang lainnya, lalu melanjutkan bicaranya.

“Kekuatan pihak selatan tidak tersentuh, namun kalian tidak meminta kerjasama mereka dan melakukan operasi gabungan. Itu karena ada keretakan anda kalian dan bangsawan selatan. Meskipun begitu, ketika kalian – yang gagal melindungi Holy Queen – jatuh dibawah perintah Holy King yang baru, mungkin akan sangat sulit memegang posisi sebelumnya. Jadi, kalian tidak bisa menawarkan tanah, gelar, konsesi dagang, dan hak istimewa lainnya. Jika kalian benar-benar menepati janji untuk masalah ini, kemungkinan perang dengan kerajaanku Sorcerous Kingdom akan muncul, tergantung dari keputusan Holy King selanjutnya.”

Sorcerer King jelas sekali menekankan kata kunci perang dengan demihuman, begitupula keputusan yang mereka buat di masa depan.

“Sama juga, kalian tidak akan bisa menggunakan harta nasional sebagai modal tawar. Contohnya, Pedang suci yang anda pakai, Kapten Remedios. Jika anda benar-benar mencoba menjualnya, yang paling bisa anda lakukan adalah menganggap harga negeri itu dicuri oleh Jaldabaoth lalu menyerahkannya kepadaku. Namun, melakukan hal itu sangatlah berbahaya. Jika ada seseorang yang memberitahukan kepada Holy King selanjutnya harta tersebut sebenarnya didapatkan dari anda, kepercayaan terhadap kalian para paladin kelihatannya akan tenggelam seperti batu, tidak berguna. Dengan kata lain, yang bisa kalian para hadiri lakukan adalah apa yang kalian lakukan di ruang audiensi, memberitahuku keadaan buruk kalian – mm, kelihatannya perkiraanku sangat tepat, melihat ekspresi kalian.”

Setelah berkata semua ini, Sorcerer King menyandarkan punggungnya ke kursi.

Keheningan memenuhi ruangan itu

Sempurna. Dia terlalu sempurna.

Neia tidak merasakan apapun selain rasa hormat cara Sorcerer King membaca situasinya.

Apakah orang ini yang mereka sebut Sorcerer King? Pikir Neia.

Neia pernah bertemu dengan Holy Queen dari jarak yang sangat dekat, tapi Holy Queen hanya menyapanya, dan Neia tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi yang sebenarnya dengan penguasa sejati. Bagi Neia, sekarang adalah pertama kali bagi dirinya bertemu dengan penguasa absolut – seseorang yang memiliki kewibawaan dan pandangan yang melebihi semua orang, ditambah dengan kekuatan yang luar biasa – dengan kata lain, seorang yang sempurna. Pukulan yang kuat ini meninggalkan sebuah kesan yang dalam di hati Neia.

“Meskipun begitu, siapapun bisa membayangkannya. Sebenarnya, aku agak malu datang kemari dan bicara dengan angkuh seperti itu... aku yakin kalian semua tidak menganggap aku tidak mempertimbangkan sejauh itu?”

“Te-Tentu saja, Yang Mulia!” balas Gustavo dengan senyum kaku di wajahnya.

“Menakjubkan. Jika aku dianggap seperti orang idiot yang tidak bisa berpikir sejauh itu, aku tidak akan bisa menghadapi wajah para bawahanku yang sudah bekerja demi diriku ini.. sekarang, berdasarkan hal itu, biar kuperjelas apa yang kuinginkan – itu adalah para pelayan. Aku menginginkan para pelayan.”

Setiap orang – termasuk Neia – hanya bisa menatap bengong dengan ucapan menggelikan yang keluar dari mulut Sorcerer King.

“...Ah, maafkan aku. Aku tidak jelas. Mm, bagaimana cara mengatakan ini? Aku yakin saat kita bertemu sebelumnya, topik mengenai Jaldabaoth memiliki para pelayan yang tangguh telah muncul. Itulah yang aku inginkan. Sejauh mana pengetahuan magic yang anda miliki?”

“Tidak ada sama sekali.”

Setelah Remedios berkata demikian, Sorcerer King melihat sekelilingnya, seolah mencari bantuan.

“Begitu yah, kalau begitu, aku bingung dari mana harus mulai menjelaskan dari ... ah, well, itu juga ... Ah - kau bisa membayangkan kalau Jaldabaoth telah mengikat pelayan-pelayan itu kepadanya dengan suatu mekanisme. Karena itu, rencanaku adalah mengalahkan Jaldabaoth, mengambil formula itu untukku sendiri, dan kemudian menempatkan pelayan di bawah kendaliku. Dengan cara ini, negaraku akan mendapatkan bawahan yang kuat. "

"Tapi, tapi kami belum melihat pelayan-pelayan Jaldabaoth itu ..."

Jawaban Gustavo membuat Sorcerer King terkekeh.

“Bagaimanapun juga, mereka terlihat di Kingdom Re-Estize. Sulit rasanya membayangkan mereka tidak ada di sana. Atau mungkin mereka tidak akan muncul sampai Jaldabaoth dipojokkan?”

"Biar aku ulangi ... kami tidak yakin apakah pelayan itu benar-benar ada. Apa yang akan Yang Mulia lakukan jika para pelayan itu tidak ada? ”

"Kita akan urus itu nanti ketika sampai di sana. Aku tidak akan memintamu menghasilkan suatu penggantinya. Paling-paling, Aku hanya akan menganggapnya sebagai usaha yang sia-sia. Namun, ada kemungkinan mereka muncul selain dengan kedok pelayan, jadi permintaanku akan mencakup bawahan Jaldabaoth juga. Ahh, benar juga. Dia mungkin telah menggunakan beberapa jenis barang khusus untuk mendominasi mereka, jadi aku bermaksud untuk menambahkan syarat bahwa benda sihir Jaldabaoth mana pun yang tidak dapat ditentukan sebagai milik Holy Kingdom akan menjadi milikku. Mungkin nantinya para pelayan yang menghancurkan Holy Kingdom itu mungkin akhirnya akan menjadi bagian dari Kerajaan Sorcerous milikku, dalam hal itu aku harap bisa mengandalkan kalian melupakan dendam terhadap mereka karena mereka akan berada di bawah kekuasaanku. ”

"Maksudnya, anda ingin kami memaafkan orang-orang yang mungkin telah menghancurkan negara kita?"

Setelah Remedios membalas dengan tidak senang, Sorcerer King mengangkat bahu.

“Itu karena aku tidak memiliki jaminan bisa mendapatkan apa pun dari Holy Kingdom. Atau apakah Anda bermaksud mengatakan Anda memiliki sesuatu yang lain untuk ditawarkan kepadaku? "

Remedios menggigit bibirnya, tidak bisa menjawab.

"Yang Mulia, Kapten bermaksud mengatakan bahwa sebagai orang luar, akan sangat sulit bagi kami meyakinkan para korban untuk melupakan dendam mereka."

"Kalau begitu kamu harus bekerja keras untuk meyakinkan mereka," kata Sorcerer King dengan suara dingin. "... Tidak, kalau begitu, katakan saja bahwa para pelayan itu telah didominasi oleh sihir Sorcerer King lalu dibawa pergi. Seharusnya itu akan memadamkan kebencian mereka, ya kan? ”

Apa yang akan mereka lakukan? Pikir Neia ketika dia mendengar Sorcerer King berbicara. Jika mereka masih menolak untuk menerima persyaratan Sorcerer King setelah dia membuat banyak konsesi kepada mereka, sangat mungkin mereka akan berakhir dengan tangan hampa. Jelas bahwa ini adalah tawaran yang sangat menguntungkan bagi Holy Kingdom. Jika mereka tidak memanfaatkan kesempatan ini, maka satu-satunya kata untuk menggambarkan mereka adalah "bodoh."

“Itu akan sangat menjengkelkan. Mengizinkan mereka yang merusak— ”

"—Yang Mulia!" Gustavo berteriak atas kata-kata Remedios. “Tolong izinkan kami untuk mendiskusikan ini sebentar! Tolong beri kami waktu! ”

Apakah Anda masih perlu membahasnya setelah Yang Mulia banyak berkompromi? Bahkan Neia merasa tidak aneh bagi Sorcerer King menegur mereka. Tapi-

"Baiklah. Namun, terlalu lama akan menyebabkan masalah bagi saya, dan bergerak setelah itu akan merepotkan. Anda tidak keberatan jika saya menunggu di sini, bukan? "

Neia tidak bisa menahan diri untuk tidak kaget dengan ucapan Sorcerer King.

"Terima kasih banyak. Nantinya, kami akan membahas beberapa hal. Saya harap anda bersabar, meskipun kami sudah merugikan anda, ”

"Tidak apa-apa. Bicarakan saja. ”

Mereka berdua bangkit untuk pergi, kemudian mereka kembali dengan kecepatan yang mengejutkan. Tidak, mereka sudah mencapai kesimpulan sejak awal.

"Maafkan keterlambatannya, Yang Mulia."

"Oh tidak, silakan dan diskusikan lebih lanjut, tidak apa-apa. Kalau begitu, bagaimana? ”

"Ya, kesimpulan kami adalah bahwa kami akan mematuhi semua persyaratan Yang Mulia."

“Aku tidak memintamu untuk menaatiku. Aku hanya memberikan penawaran. Yah, itu tidak masalah. Nah, mungkin nanti kita harus menuliskannya, tetapi saat ini aku tidak memiliki peralatan dan segel yang diperlukan. Mari kita bahas ini nanti ... Anda tidak keberatan jika aku menggunakan tulisan Kerajaan, bukan? "

“Ada orang di sini yang bisa membacanya, jadi tidak masalah. Lalu, dapatkah saya merepotkan anda untuk memperkenalkan kami kepada orang yang setara dengan Momon? ”

"Ahh, dia berdiri di hadapanmu sekarang - dengan kata lain, aku sendiri."

Keheningan memenuhi ruangan sekali lagi, Neia dan yang lainnya tidak dapat berbicara saat mereka menatap.

Setelah berkedip beberapa kali, otak mereka akhirnya mendapatkan kembali kemampuan untuk berfungsi.

"Yang Mulia sekuat Momon?"

Kata-kata Remedios membuat Neia membeku di tempat, tetapi ada seorang pria yang bergerak karena kata-kata ini.

"Tolong, tolong tunggu sebentar, Kapten. Ada hal lain yang perlu kita tanyakan pada Yang Mulia sebelum ini. "

Gustavo menoleh ke Sorcerer King. “Ah, apakah akan benar-benar baik-baik saja jika Yang Mulia meninggalkan kerajaan dan pergi ke Holy Kingdom? Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. "

“Itu tidak akan jadi masalah. Tidak seperti Momon, aku bisa menggunakan teleportasi, Selama aku bisa menemukan markasmu, aku bisa bergerak di antara itu dan Kerajaan Sorcerous kapan saja. ”

"T-Tapi, meski begitu, menjadikan penguasa suatu negara lain datang sendiri juga—!"

“Setelah mendengarkanku, apakah kamu tidak terpikirkan bahwa aku akan datang sendiri? Aku bilang aku bermaksud mengalahkan Jaldabaoth dan membawa pelayan di bawah kendaliku, kau tahu? Akan terlalu sulit untuk melakukan semua itu dari Kerajaan Sorcerous. Selain itu, sehubungan dengan pertanyaan Kapten Custodio, saya lebih kuat dari Momon. "

"Kalau begitu, seharusnya tidak ada masalah dengan itu, Gustavo."

"Tentu saja ada masalah dengan itu! Yang Mulia! Lelucon anda ini sangat menjengkelkan bagi kami! ”

Wakil Kapten memegangi perutnya saat dia meneriakkan itu.

“Ini bukan lelucon. Tidak ada orang selain saya yang bisa mengalahkan Jaldabaoth. Selain itu, saya akan pergi sendiri. Saya tidak akan membawa pasukan. Karena itu, saya datang sendiri untuk membahas masalah ini secara pribadi dengan Anda. "

"Tapi jika Yang Mulia mengalami cedera yang tidak dapat disembuhkan dari Jaldabaoth, itu akan sangat buruk bagi hubungan antara negara kami dan Sorcerous Kingdom!"

“Itu, seperti yang dikatakan Gustavo. Yang Mulia, apakah benar-benar tidak ada masalah dalam hal itu? "

"Tidak sama sekali."

"Tapi-"

“—Gustavo! Saya masih berbicara. Jangan menyela saya! " Setelah mengulurkan tangannya untuk menghentikan Gustavo, Remedios membungkuk dalam-dalam.

"Kami mengharapkan bantuan Yang Mulia."

♦ ♦ ♦

Udara di ruangan itu menjadi tenang, seolah-olah badai baru saja lewat - dan memang benar - tetapi teriakan Gustavo bergema di dinding.

"Apa yang anda pikirkan!? Merekrut seorang raja! Raja suatu negara! Untuk melawan Jaldabaoth dan yang lainnya! ”

Neia setuju dengannya.

Dia mungkin tidak wajar, tetapi ini sama sekali tidak masuk akal.

Di tengah semua ini, Remedios berbicara pelan.

"Katakan, bukankah menurutmu apa pun yang terjadi pada undead itu tidak masalah?"

Ruangan itu menjadi sunyi sekali lagi.

"... Ada demon, dan ada makhluk undead. Kita tidak akan rugi siapapun yang akan musnah. Bukankah begitu? "

Mata Gustavo membelalak. Ini bukan karena menerima pendapat sang Kapten, tetapi kaget dengan apa yang dikatakan sang Kapten.

“Keduanya adalah musuh umat manusia. Idealnya, akan lebih baik jika kedua belah pihak saling menghancurkan ...meskipun begitu, kita tidak akan duduk diam saja dan meraup keuntungan. Bahkan jika Sorcerer King terluka sampai mati oleh Jaldabaoth, kita tidak akan mengambil keuntungan dari penderitaannya. Itu saja. ”

Suara Remedios semakin keras.

"...Kapten. Jika Sorcerer King, yang mengendalikan begitu banyak undead, dihancurkan, maka ketika undead ini dibebaskan, bukankah itu akan menyebabkan kekacauan yang luar biasa? ”

“Ketika saatnya tiba, Kingdom, Empire, dan Teokrasi akan meredam kekacauan itu. Tentu saja, kita akan berusaha keras untuk membantu mereka juga, tetapi Holy Kingdom sudah dirusak terlalu parah oleh Jaldabaoth. Sampai negara kita memulihkan kekuatannya, yang bisa kita lakukan hanyalah menyemangati mereka ... Dari sudut pandang itu, negara kita akan mendapat keuntungan terbesar dari bentrokan antara Jaldabaoth dan Sorcerer King... "

"—Kapten!" Wajah Gustavo terdiam saat dia berbicara. "Apakah ini keadilan?"

"Memang benar. Itu semua demi negara kita. Ini untuk menyelamatkan orang-orang yang paling menderita. Bukannya aku berharap benih-benih penderitaan menyebar ke negara lain. Aku juga mengharapkan kemenangan Sorcerous Kingdom karena membantu Holy Kingdom. ”

Siapa dia? Pikir Neia ketika memandang Remedios, yang mengatakan semua ini dengan nada tenang.

Apakah ini benar-benar kapten paladin Holy Kingdom, Remedios Custodio?

Neia tidak terlalu jelas dengan situasinya. Bagaimanapun, dia selalu hanya menatapnya dari jauh. Namun, Neia merasa bahwa dia adalah orang yang sangat berbeda dari Kapten yang dia dengar.

"Gustavo, kamu tidak keberatan, kan? Jika kamu dapat menerima ini, maka kita harus mempertimbangkan langkah selanjutnya. "

"Langkah kita selanjutnya?"

"... Kita harus berpikir tentang bagaimana memanfaatkan Sorcerer King dengan benar."

Hawa dingin merambat ke tulang belakang Neia.

Kenapa aku mendengar percakapan seperti ini? Pikir Neia. Tidak, dia tidak sendirian. Mengintip ke sekeliling, dia melihat para paladin yang berdiri di dekatnya memiliki ekspresi yang sama di wajah mereka. Neia juga pasti terlihat sama.

"Gustavo, apakah kamu punya ide?"

“Tidak, tidak, tidak sama sekali. Bukankah kita harus berpikir tentang apa yang harus kita lakukan setelah membawa Sorcerer King kembali bersama kita? "

"Yah, jika Sorcerer King tidak hanya asal bicara, dan benar-benar bisa melawan Jaldabaoth, bagaimana kalau merebut kembali ibukota? Dan kemudian kita bisa memintanya untuk mengalahkan Jaldabaoth tepat setelah itu. "

"... Itu akan buruk. Yang Mulia telah mengatakan bahwa ia bermaksud untuk mengalahkan Jaldabaoth, mengklaim pelayan untuk dirinya sendiri, dan kemudian kembali ke negaranya. Karena itu, kita harus pergi mengalahkan Jaldabaoth saat terakhir saja untuk mendapatkan manfaat terbesar ... Jika kita mengikuti saran anda, Kapten, kita tidak akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan demihumans yang tersisa. "

"Lalu apa yang kamu usulkan?"

Gustavo berhenti untuk berpikir, dan kemudian dia membuat saran.

“Mari kita tingkatkan jumlah kita dulu. Dengan kata lain, kita perlu menyelamatkan kawan-kawan yang tertangkap dari kamp. ”

"Oh begitu! Ide yang bagus. Lagipula, ada orang-orang penting yang perlu kita selamatkan. ”

"Maksudmu anggota keluarga kerajaan, kan?"

Remedios setuju dengan sebuah kata Ah.

Meskipun Holy Queen sudah binasa, mereka belum menerima kabar seluruh keluarga kerajaan sudah mati. Jika salah satu dari mereka masih hidup, mungkin mereka bisa menggunakannya sebagai boneka, dan mungkin mendapatkan kerja sama penuh para bangsawan selatan.
"Serta, para bangsawan yang bisa kita selamatkan pasti akan menghargai yang membebaskan mereka."
Sebagian besar bangsawan tidak menyatakan persetujuan mereka terhadap Holy Queen, dan menurut perhitungan sang Kapten, tidak ada seorang pun di sana yang menyukainya. Namun, seharusnya ada beberapa bangsawan utara yang memiliki ikatan darah ke bangsawan selatan. Jika membantu mereka, mereka akan dapat membuat permintaan formal yang lebih baik kepada para bangsawan selatan.
Remedios memandangi Neia.
“Squire Neia. Pergilah menemani Sorcerer King. Pastikan anda membuatnya berada di pihak kita demi kepentingan kita. "
"Hah? Haaaahh ?? Tolong, Tungu Sebentar! Saya tidak mungkin bisa melayani seorang raja atau semacamnya sebagai squire! "
"Yang perlu kamu lakukan adalah bekerja keras untuk itu, ya kan?"
"Masalahnya bukan hanya bekerja keras!"
Biasanya, Neia akan langsung setuju, tetapi sekarang dia berusaha keras untuk menolak. Ini bukan sesuatu yang bisa dia terima dengan santai. Pasti ada yang salah dengan kepala Remedios.
“I-Itu benar! Kapten, "Gustavo menyela." Jika kita tidak memiliki seseorang yang berstatus pantas untuk melayani sebagai pelayan wanita, itu akan dianggap penghinaan bagi Yang Mulia. "
"... Berapa banyak wanita lain yang ada di Pasukan Pembebasan?"
Para wanita yang tidak bisa bertarung sudah lama melarikan diri ke selatan. Namun, bukannya mereka tidak ada. Tentara Pembebasan masih memiliki beberapa wanita di antaranya. Gustavo akan menyebutkan beberapa dari nama wanita itu sebelum sang Kapten memotongnya.
“Kita butuh seorang wanita dari Paladin. Jika aku memberi perintah kepada seorang wanita dari kependetaan, menurutmu apa yang akan dilakukan oleh kuil? Adikku sudah tidak ada lagi, kau tahu? Juga, orang untuk tugas ini harus dipilih dari orang-orang yang hadir dan yang telah mendengar pikiran saya. Bisakah kita memaksakan ini ke pihak ketiga? ”
Jadi, alih-alih anda mendorongnya kepada saya, ya kan?, pikir Neia, tetapi tidak mengatakannya.
"Dalam hal itu…"
Gustavo memandang Kapten.
“Aku harus bertarung di garis depan, ya kan? Dan juga, apakah kamu ingin aku pergi menemani Sorcerer King? Atau haruskah kita menyerahkan semua otoritas kepada Sorcerer King? ”
"Meskipun kita memanfaatkannya, kita tidak bisa pergi keluar begitu saja dan melakukan itu, ya kan? Akan ada masalah dengan kepercayaan, jika Sorcerer King melihat bahwa kita tidak memiliki kekuatan tempur dan memutuskan untuk menaklukkan Holy Kingdom saat di sana ... "
Setelah melihat Gustavo yang lidahnya terikat, Neia menyadari fakta bahwa akhirnya sekutu mereka akan berbalik menyerang.
“—Mengerti. Meskipun saya mungkin tidak cukup untuk tugas itu, saya akan bekerja keras dan melakukan yang terbaik. ”
"Ahh. Aku akan memberitahumu ini dulu. Misimu adalah membuat Sorcerer King lebih mudah dimanfaatkan. Sanjung dan jaga dia dalam suasana hati yang baik. "
Ini bukan lagi sekadar permintaan yang mustahil. Itu benar-benar tidak masuk akal. Dia tidak yakin bisa melakukan hal seperti itu sama sekali. Namun, tidak peduli apapun yang dia katakan, Remedios tidak akan berubah pikiran. Neia menundukkan kepalanya karena menyerah.
“Saya mengerti! Saya akan melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan itu, dan saya harap saya dapat mengandalkan bantuan semua orang di sini. ”
"Baik. Jika ada sesuatu, cari saja aku atau dia (Gustavo). "
Meskipun keputusasaan memenuhi hatinya, Neia terkejut bahwa dia sebenarnya merasa sedikit gembira.
Yang Mulia, ya ...

19 komentar:

Anonim mengatakan...

6 bulan loh min ditunggu akhirnya update jg..Btw makasih min dah update

Kahfi mengatakan...

Berbulan bulan ditunggu akhirnya update jg. MakasMa translator buat terjemahnnya. Tetap semangat yaa..

Mat Gubtur mengatakan...

Vol 13 udah lama rilis.. Kapan d garap sampai vol 13 min..

Anonim mengatakan...

min, chapter ini kok gak ada gambar nya? harusnya kan ada gambar Ainz di singgasana

Anonim mengatakan...

semangat min nge tlnya kalau ga sibuk di RL. min ini nge tlnya dari raw Jepang apa tl inggris?

Anonim mengatakan...

Waduh akhir'a keluar jga,,
Ttp smgt min dan lanjutkan..

Anonim mengatakan...

Mantap lanjutkan min..

al Farizi mengatakan...

ini kapten Remidi sifat nya "gak" banget. weks

Fandy mengatakan...

Hehe. Bkln berblik . mksh min

D mengatakan...

Aq yakin Nela senang dgn melayani Sorcerour King

Unknown mengatakan...

Semoga mimin makin cepet up date.

John mengatakan...

Thx udh update kembali .... Semoga sehat slalu

Unknown mengatakan...

Mantapp

D mengatakan...

Oh dia sudah memiliki perasaan duluan...huhu

bull mengatakan...

Mantap makasih min

Flower Magus mengatakan...

Emang si retardios
Otaknya sih kerad bet
Situ yang butuh njing, tau dirilah!!!

Kuhaku mengatakan...

Detil banget, dari sebuah percakapan yg serius, perhitungan ttng gelar, politik yg tidak dibuat asal asalan, bener² critanya kompleks dn serius dalam penggambaran, kagak asal asalan dibuat, emang best lah novel overlord

Yogitama Kaisar Akbar mengatakan...

Kapan lanjut vol 14 min?..

Anonim mengatakan...

Udah baca gratis, ngeluh juga..