Side Story - Obrolan Para gadis
Shalltear, yang diundang ke kamar Albedo, berkedip saat dia melihat Dark Elf kecil di sampingnya, lalu dia melihat ke arah pemilik ruangan itu dengan muka terkejut. Dia mendengar sebuah tawa, lalu sebuah jawaban:
“Ara, ada apa? Kurasa
bagus juga memperdalam hubungan kita sebagai sesama wanita. Apakah kamu
keberatan?”
“Aku tidak keberatan,
bagaimana denganmu?”
“Aku... kami semua
baik-baik saja dengan hal ini.”
“Kamu bisa menyebut
dirimu dengan singular sekarang.”
(TL Note : Pada zaman
dahulu orang-orang di Jepang jika menyebutkan kata ganti tunggal (singular)
orang pertama menggunakan kata yang sopan dan memiliki arti sama dengan kata
ganti jamak. Jadi secara harfiah jika menyebut ‘aku’ menggunakan ‘kami’).
“Kalau begitu aku akan
melakukannya. Kurasa aku bisa dimaafkan karena hanya melakukan ini sekali
sehari.”
Shalltear dituntun ke
arah kamar dan meja yang ditentukan, lalu matanya terpaku pada apa yang
tersedia di atas taplak meja yang putih polos.
Persiapan untuk jamuan
teh sore hari sudah disiapkan.
Ada cangkir teh dengan
jumlah sama dengan orang yang ada di sini. Ada juga kue berlapis tiga yang
berkilauan keperakan dan dilengkapi dengan hidangan pencuci mulut. Tak perduli
dari mana melihatnya, selalu ada yang lezat di mata. Benar-benar pemandangan
yang membuat mulut meneteskan air liur terus.
Dalam sekali tatap,
ada jus strawbery yang lembut, kue bolu yang lembut dan basah begitu pula
dengan kue strawbery yang dibuat dengan mentega yang jelas terlihat tanpa
minyak. Ada kue tart buah-buahan yang mengeluarkan aroma jeruk, dibuat dengan
jumlah buah-buahan segar yang berlebihan. Ditambah lagi, ada roti keju yang
beraneka macam dan terlihat memancarkan aroma yang segar dan tajam. Kue coklat
yang lengket berwarna coklat dan bertabut bubuk emas.
Tentu saja, pilihannya
tidak membosankan karena hanya dibatasi oleh kue-kue saja.
Ada juga kue sus yang
kelihatannya seperti ditutupi oleh saus mustard di seluruh bagiannya. Ada jeli
dari buah persik yang berbentuk lingkarang dan jeli yang dibuat dari anggur
Kyoho, dan bahkan jeli dari bermacam-macam buah yang hanya bisa ditemukan di
dalam YGGDRASIL.
“Apa maksudnya semua
ini?”
“Aku meminta Pestonya
untuk membuat beberapa jajanan. Namun, ini bukan masakan koki saus, jadi
memakanya takkan memberikan efek magis atau semacamnya.”
“Ohhh, jadi trolleynya
dibawa kemari.”
Shalltear teringat
pertemuannya dengan pelayan berkepela anjing.
Di waktu yang sama,
Albedo membuat persiapannya dengan terampil.
Cangkir-cangkir teh
dibuat dengan baik. Meskipun biasanya seseorang akan menghubungkan cangkir teh
itu dengan warna putih, Albedo menghidangkan cangkir teh berwarna hitam yang
ditutupi oleh desain ‘filigree’ berwarna emas yang menarik.
Praktis itu adalah
mahakarya seni. Namun –
“Aku lebih senang
dengan biru, aku akan membawa beberapa diantaranya lain kali.”
“Kurasa aku memiliki
beberapa yang berwarna emas dengan corak bunga-bunga—“
“Kalian berdua
memiliki selera yang bagus. Tidak, aku harusnya berkata Supreme Being yang
telah memberikan kalian selera yang bagus.”
Albedo masih terus
menuangkan teh meskipun saat dia sedang berbicara.
Aroma teh tersebut
memenuhi udara sekitar, dan itu menstimulasi hidung Shalltear.
Dia memikirkan
beberapa macam teh saat dia melanjutkan menikmati aromanya, lalu Shalltear
memutuskan variasi tertentu.
“...Apakah ini
Platinum++ Asgard Pekoe (Teh hitam grade tinggi di dalam YGGDRASIL).
“Aku tidak terlalu
yakin, tapi kurasa memang benar. Pestonya bilang seperti itu.”
“...Mengapa barang
sebagus ini ada di tangan seseorang yang tidak bisa memahaminya...”
“Apa maksudmu,
Shalltear?”
“Ini adalah hasil
panen berkualitas tinggi yang dipetik di dalam Asgard (Salah satu dunia di
dalam YGGDRASIL) di waktu tertentu dengan musim tertentu, oleh orang-orang
dengan job class khusus.”
“Mm, mm—“
“Albedo, tidak
apa-apakah menggunakan barang bagus seperti itu? Apakah Ainz-sama dan Supreme
Being yang lain tidak marah?”
“Tidak apa. Aku sudah
menerima persetujuan Ainz-sama. Silahkan.”
Tangan Shalltear
gemetar diantara menerima dan menolak saat dia meraih cangkir yang dihidangkan
kepadanya. Kualitas penuh dari teh tersebut membuat terintimidasi.
Aura tidak ragu-ragu
dan dalam sekejap meneguknya hingga habis, dengan satu tangan di pinggang saat
melakukannya. Sebaliknya dengan Shalltear, yang menatap dengan mata lebar, Aura
hanya berkata, “Pahitnya!” setelah meneguk habis seluruh cangkir teh hitam
kelas super tinggi dengan sekali teguk.
“Hah?”
“Mm, jus buah atau
minuman olahraga masih lebih baik.”
“Kamu!”
Sia-sia saja ini untukmu! Shalltear memaksa hasrat untuk
meneriakkan ucapan itu kepada Aura.
Aura hanya seorang
gadis, jadi memberinya pelajaran dalam tata cara menikmati teh adalah tugasnya
sebagai seorang senior.
“Aura, biarkan aku
menunjukkan kepadamu cara yang benar dalam minum teh.”
Shalltear dengan
anggun mengambil cangkir teh dan sekali meneguknya. Rasa alami yang tajam
menyebar ke seluruh mulutnya. Tentu saja, Shalltear lebih memilih darah segar,
tapi dia juga bisa menikmati hal semacam ini. Begitulah seleranya yang memang
bagus...
“Minum dengan elegan
dalam cara seperti ini adalah—“
Cara yang benar dalam menikmati teh – dia ingin berkata demikian, tapi
Aura tidak memperdulikan Shalltear dan berganti dengan melahap kue strawberry
malahan. Shalltear hanya bisa menatapnya dengan diam dan melongo.
“Ah, Albedo, tolong
tambah lagi.”
“baiklah. Selanjutnya
apa?”
“Mm. Aku memilih..”
“...Aura. Aku disini
mencoba untuk mengajarimu cara yang benar—“
“—Begini Shalltear.
Teh dimaksudkan untuk dinikmati untuk diminum, apakah aku salah? Memang benar akan
terlihat kasar di depan Ainz-sama dan yang lainnya, tapi ini adalah pesta teh
pribadi diantara teman-teman, ya kan? Ditambah lagi, dia tidak minum dengan
cara yang tidak sopan, jadi seharusnya tidak masalah, bukankah begitu?”
“Huhuhu, kamu kalah~”
“Kuh.. La-Lagipula,
Albedo, apakah kamu memanggil kami kemari hanya untuk pesta teh?”
“Memang benar. Aku
ingin ngobrol enak dengan sesama guardian.”
“Mm~”
Shalltear mengerutkan
dahinya, tapi tidak menyangkal Albedo. Kenyataannya adalah, mereka semua adalah
makhluk yang diciptakan oleh para Supreme Being. Meskipun mereka menunjukkan
loyalitas dengan cara berbeda, tujuan mereka semua adalah sama. Oleh karena
itu, memperdalam pemahaman satu sama lain adalah ide yang bagus.
“Dimana ya aku pernah
melihat perabotan yang sama di kamar ini sebelumnya?”
Perabotan di kamar ni
sangat mirip dengan koleksi Shalltear dari ruangan milik orang hebat tertentu.
Menjawab pertanyaan itu, Albedo tersenyum cerah sebelum menjawab:
“benar sekali,
Shalltear. Dengan izin Ainz-sama, aku diizinkan untuk mendekorasi ruanganku
dengan cara yang sama dengan para Supreme Being.”
“...Kamu bahkan
menggunakan barang yang sama dengan para Supreme Being... akan lebih sopan
untuk menolaknya.”
“Apakah kamu bilang
aku harus menolak sebuah hadiah dari Ainz-sama?”
Tatapan tajam mereka
berdua tiba-tiba berubah ke arah rekan sesamanya.
Aura melihat dari satu
orang ke orang lain, lalu bertanya kepada Shalltear dengan terkejut:
“Aku tidak tahu
mengapa kamu sangat marah, Shalltear. Ruangaku dipenuhi dengan perabotan dari
Bukubukuchagama-sama. Bukankah kamarmu juga sama?”
Memang benar.
Hampir semua perabotan
di dalam kamar pemakaman Shalltear diletekkan disana oleh penciptanya. Ketika
dilihat seperti itu, tidak ada lagi hal lain yang bisa dia katakan.
Saat dia menatap
senyum Albedo dan Shalltear yang menggigit bibirnya, Aura bertanya-tanya.
“kalau begitu, hm.
Albedo, bagaimana dengan pakaianmu? Jika kamu diberi perabotan, apakah itu
artinya kamu tidak punya pakaian?”
“Itu juga diberikan kepadaku
oleh Ainz-sama.”
“Mengapa Ainz-sama
punya pakaian wanita?”
Albedo yang tiba-tiba
tidak bergerak terlihat tidak tenang bagi Shalltear, seakan meminta bantuan.
Namun, Shalltear tidak mau repot-repot membantunya. Itu karena dia mati-matian
berusaha untuk menolak jawaban yang nampak kurang jelas di pikirannya.
“Itu, Hal semacam itu
juga terjadi.:
“Bukankah biasanya
karena dai memiliki seorang wanita untuk diberi?”
Berkat ucapan Aura,
Albedo yang tiba-tiba terdiam mengangkat cangkir teh dan lepeknya ke mulut,
menikmati aroma teh saat dia tersenyum dan membalas:
“Memang benar,
Ainz-sama adalah individu yang luar biasa. Dia pasti memiliki banyak wanita
daripada bintang-bintang di sebuah galaksi.”
Lepek dan cangkir teh
itu saling berbenturan satu sama lain. Hal yang menakjubkan adalah bahwa semua
teh yang tercecer di luar entah bagaimana ada di dalam lepeknya, tanpa
sedikitpun menodai taplak meja yang putih.
Shalltear pun tidak
punya enegeri untuk memuji Albedo dengan tenang.
“Dia pasti berganti
wanita satu demi satu.”
“Itu, benar sekali.
Lagipula, dia adalah Ainz-sama,
seseorang yang memimpin 41 Supreme Being. Dia pasti sangat terkenal. Hal, hal
yang terpenting adalah siapa yang bisa tetap berada di sisinya hingga akhir.
Sejarahnya dengan wanita bukan masalah... Tentu saja, jika ada wanita-wanita
yang sebelumnya itu berani tanpa malu menunjukkan mukanya di depan lagi, aku
pasti akan membunuhnya.”
“Y-ya.”
Albedo dan Shalltear
tersenyum satu sama lain. Di sudut mata mereka, Aura mengangkat bahunya, seakan
berkata, “yah, tidak apa.”
“Kita tinggalkan saja
hal itu untuk sekarang.”
“kalau begitu,
bagaimana dengan yang lainnya.. tapi, apa yang harus kita bicarakan?”
“Mmm~ seharusnya yang
ada hubungannya dengan Ainz-sama, benar kan, Aura?”
“Tentu saja bisa.
Sedangkan untuk Ainz-sama – dia sangat menawan, dan sangat lembut.”
Shalltear menyadari
wajah Albedo yang sedikit berkedut. Jika ada yang tidak tahu apa yang
bersembunyi di dalam itu, dia pasti akan berasumsi mata yang lembut itu hanya
melihat ke arah mereka. Dia sengaja mengusap-usap cincin di jari manis kirinya
yang bermandikan cahaya.
Dasar perempuan jalang – Shalltear menelan ucapan itu
sebelum keluar dari mulutnya, lalu tersenyum. Seluruhnya bukanlah
kepura-puraan, karena wajahnya langsung menjadi santai setiap kali dia
memikirkan sang tuan.
“Ainz-sama..
benar-benar tuan yang luar biasa.”
“Bagian mana dari
dirinya yang kamu anggap paling indah, Shalltear Bloodfallen?”
“Jika ada terlalu
banyak banyak mustard, itu akan tercecer keluar dari kuenya.”
“Tentunya adalah tubuh
putih polosnya. Proporsinya ideal. Betapa aku berharap bisa menyentuh
tubuhnya.”
Tak perlu dikatakan,
apa yang benar-benar dia inginkan adalah memanjat ke seluruh tubuh Ainz dan
merasakan tulangnya, tapi dia tidak bisa benar-benar berkata demikian.
“Memang benar,
tubuhnya – bahkan gading pun jika dibandingkan tidak ada artinya – sangat indah...
meskipun, bukankah bagian yang paling indah dari Ainz-sama adalah matanya? Mata
yang dalam dan mempesona, seperti gerbang menuju jurang... Aku bisa merasakan
kewibawaan dan semangatnya yang keras melalui kilauan mata yang seperti
perhiasan itu.”
Tidak buruk.
Tetap saja, Shalltear
tidak merasa mata-mata itu bisa mengungguli tubuh putih Ainz.
“benarkah? Kalau begitu,
bukankah tubuhnya yang seperti batu pualam masih lebih baik? Apakah kamu tidak
ingin didekap oleh tubuh itu? Apakah kamu tidak ingin disentuh oleh tangan itu?”
Sebuah retakan muncul
di senyum Albedo. Merasa bahwa ini adalah momen untuk maju, Shalltear menekan serangannya.
“Bukan hanya itu.
Bayangkan tangannya melingkari pinggang kita, dan menarik kita semakin dekat
kepadanya.”
“Ugkkkk!”
“Lagi donk.”
“Dan bagaimana kalau
digendong oleh dadanya yang bidang dan lebar, mendengarnya berpisik, dalam nada
rendah, kata ci—n—ta kepada kita?”
“Ngggggfffuu!”
Albedo kelihatannya
mencubit hidung. Jaring-jarinya dipenuhi bercak sesuatu yang merah.
“Ah, kue keju ini enak
sekali.”
“Bagaimana Albedo?
Katakan jawabanmu. Apakah tubuhnya tidak lebih baik?”
“Itu, itu terlalu
tidak murni! Bagaimana, bagaimana mungkin kamu bisa berkata hal semacam itu?
Menggodaku dengan tubuhnya tidak adil! Aku sedang membicarakan tentang
keindahannya yang murni!”
“Begitukah? Namun dari
sikapmu seperti menunjukkan kemenanganku.”
“Guh!”
“Aku bilang—“
“Apa yang ingin kamu
katakan, Aura? Ini adalah bagian yang paling menyenangkan. Usap mulutnya aga
kamu bisa menjadi saksi hidup saat wanita ini mengakui kekalahannya. Ayolah
Albedo, akuilah! Akuilah bahwa bagian yang paling indah dari Ainz-sama adalah
tubuh tulangnya!”
“Nguuuu!”
Sebuah senyum
kemenangan tersunggi di wajah Shalltear saat dia melihat bagaimana Albedo
menggeretakkan gigi-giginya, lalu Aura bergumam sendiri:
“Bagian mana dari
Ainz-sama yang tidak indah? Bukankah seluruhnya memang indah?”
“????”
“????”
Shalltear mengangguk
ke arah Albedo.
“Memang benar,
Ainz-sama adalah inkarnasi fisik dari keindahan. Kita tidak bisa bilang bagian
mana yang terbaik.”
“Ya, Albedo. Akan sangat
tidak sopan melakukan sesuatu seperti memberikan peringkat kepada bagian tubuh
dari Ainz-sama, Yang Tertinggi.”
“Jadi kita sudah
mendapatkan jawabannya.”
“Seluruh bagian dari
Ainz-sama memang indah! Namun, ada bagian-bagian yang lebih menarik,
berdasarkan selera masing-masing.”
Ini benar-benar pemandangan
yang megah.
Yah, selain dari
kebingungan yang dirasakan oleh seorang gadis tertentu terhadap semua ini.
“Apakah tidak apa
orang-orang ini menjadi teman sesama guardianku?”
pertama
BalasHapuslanjut min
BalasHapusrencananya volume 11 itu mulai beredar bulan besok atau taun besok?
BalasHapusdi tunggu next volnya
BalasHapusarighato gozaimasta om mimin...
BalasHapusKatanya vol 11 keluar september
BalasHapusAkhirnya update juga :D ty min
BalasHapusKlo vol 11 bukunya emang keluar 30 September..
BalasHapusTp klo versi web ..ya nunggu ada yg translet xD..
Eciee.. Aura d kacangin.. kacang kacang.. :v wkwkwk
BalasHapus"Kono bitchie!! ..." - Shalltear. 😂😂😂
BalasHapusThanks min
BalasHapus“Seluruh bagian dari Ainz-sama memang indah! Namun, ada bagian-bagian yang lebih menarik, berdasarkan selera masing-masing.”
BalasHapusIni benar-benar pemandangan yang megah.
Yah, selain dari kebingungan yang dirasakan oleh seorang gadis tertentu terhadap semua ini.
Gadis-gadis yang jantan kecuali Aura.
BalasHapusMaaf ane penggemar baru overlord, bagian ini non cannon atau mengandung suatu unsur penjelasan di cerita overlordnya?.
BalasHapusIni cuma side story, penggambaran keseharian para npc.
HapusObrolan biasa tpi dibuat Tidk biasa, dn tidak asal Asalan percakapannya, emang keren overlord
BalasHapus