Bluray 6 Special - Prolog Overlord (Separuh Kedua)
Para anggota guild Ainz Ooal Gown – yang dulu dikenal sebagai klan Nine’s Own Goal – berkumpul di perbatasan Helheim, sekitar seratus meter dari rawa-rawa katak beracun yang tertutup kabut beracun, di sebuah tempat yang dikenal sebagai Piercing Crystal Plains (Dataran Kristal Tajam).
Mirip
seperti rawa-rawa beracun, Piercing Crystal Plains adalah lingkungan yang
berbahaya, tertutup tanaman beku yang mirip dengan pisau cukur kristal.
Pisau-pisau ini memberikan damage dalam setiap langkah di dalam dataran, dan pisau-pisau itu bisa melukai para player yang mengenakan
armor kelas Relic (kuno). Ditambah lagi, monster-monster mineralisasi berkeliaran
di seluruh dataran itu, dan siapapun yang tidak menggunakan senjata tumpul akan
kesulitan menghadapi mereka.
Di dunia
manapun – terutama rumah spesies heteromorfik di Niflheim, Helheim dan
Muspelheim – keadaannya menjadi lebih berbahaya ketika seseorang semakin jauh
dari pusat dunia. Selain dari monster-monster yang berkeliaran, medannya
sendiri juga berbahaya.
Meskipun
begitu, ini bukanlah masalah bagi para anggota Ainz Ooal Gown. Meskipun tindakan
pencegahan tertentu telah diambil, dan meskipun pencegahan itu tidaklah
permanen, mereka masih mungkin untuk bergerak dengan kecepatan penuh menembus
Piercing Crystal Plain. Kenyataannya, mereka bahkan membuat persiapan di
dataran tersebut.
Tentu
saja, bukan berarti mereka tidak merasa tegang, atau ceroboh.
Setelah membuat
beberapa lapis magic pertahanan, mereka menggunakan mata yang dibuat dengan
magic untuk mengamati keadaan sekitar. Ditambah lagi, mereka menggunakan magic
tingkat tertinggi, mantra [Mirror World], untuk menciptakan layar berbentuk
separuh bola yang menutupi para anggota guild.
Seseorang
bisa mengamati dunia di luar dari dalam gelembung tersebut tanpa masalah, tapi
dari luar, para penghuni di dalamnya
tidak akan terlihat, dan orang-orang di luar hanya akan melihat latar
belakangnya. Selain membuat penggunanya sulit diketahui, mantra itu juga bisa
mementalkan proporsi serangan tertentu yang diarahkan kepada penghuni di
dalamnya.
Persiapan
seluas itu dibuat bukan karena mereka takut terhadap monster-monster, tapi
karena mereka berjaga-jaga terhadap para player lawan yang memiliki kekuatan
mirip dengan mereka sendiri. Bukan hanya tidak ada penalti ketika membunuh atau
mem-PK spesies heteromorfik, bahkan ada keuntungan melakukan itu. Kenyataannya,
beberapa kelas kuat akan terbuka kuncinya dengan mem PK heteromorfik, dan
meskipun perburuan heteromorfik sekarang tidaklah umum seperti di masa lalu,
itu masih sangat nyata adanya. Hanya orang-orang bodoh yang akan mengendurkan
kewaspadaannya, meskipun di dalam dunia yang merupakan rumah bagi para spesies heteromorfik.
Momonga
mengutak-atik konsol di tangannya. Disana dia melihat daftar anggota guild, beserta
HP dan MP mereka. Di atas adalah Touch Me, diikuti dengan Nishiki Enrai, Wish
III, Warrior Takemikazuchi, Momonga, Ancient One, Flatfoot, dan Amanomahitotsu,
delapan anggota sisa dari pendiri. Setelah itu ada sembilan belas yang
bergabung kemudian: Peroroncino, Bukubukuchagama, Herohero, Blue Planet, Ulbert
Alain Odle, Garnet, Bellriver, Variable Talisman, Nearata, Nuubou, Genjiro,
Yamaiko, Whitebrim, Punitto Moe, Tabula Smaragdina, Beast King Mekongawa,
Tigris Euphrates, Temperance dan Slathan.
Total,
ada 27 orang – kekuatan penuh Ainz Ooal Gown.
Saat dia
melihat nama-nama itu, sebuah perasaan luar biasa bergemuruh di dalam dirinya
dan panas menembus dadanya.
Amanomahitotsu
sang blacksmith adalah pemimpin dari guild crafter (perajin), yang biasanya lebih
memilih bertualang sendiri. Sekarang mereka di sini untuk ikut ambil bagian
dalam event berkelompok pertama dari guild.
Momonga
harus berterima kasih kepada mereka. Salah jika dia tidak melakukannya.
Namun,
di sisi lain dari kegembiraannya ada sebuah beban yang besar dan kuat.
Perutnya
perih saat dia memikirkan apa yang terjadi jika usaha pertama mereka mengalami
kegagalan. Tidak ada jaminan mereka akan bisa bertualang lagi bersama-sama jika
itu terjadi. Saat dia membayangkan bagaimana Touch Me berusaha sekuat mungkin di
bawah tekanan stres seperti ini sejak lama, Momonga pun mau tidak mau
membungkukkan kepala untuk hormat kepadanya.
Kegagalan
bukanlah pilihan.
Momonga
menghirup nafas dalam-dalam tanpa suara, membersihkan gambaran di depannya, memaksa
diri untuk membulatkan tekad lalu mendekati salah satu anggota guildnya.
“Nuubou-san,
bagaimana keadaannya?”
“Hm? Ah,
baik-baik saja. Untuk sementara, aku bisa bilang tidak ada yang sedang
memata-matai kita melalui cara magic.”
Kesimpulan
ini datangnya dari Nuubou, yang membangun karakternya sebagai spesialisasi
divinasi (peramalan). Dia juga dikenal sebagai “Mata dari Nine’s Own Goal”.
Ucapannya bisa menjadi jaminan bahwa tidak ada pengamatan secara magis yang
mengawasi mereka. Butuh seorang penyusup dengan kemampuan yang belum pernah ada
sebelumnya untuk bisa bersembunyi dari matanya.
“Dan juga,
tidak ada yang sedang memata-matai kita secara fisik, Momonga-san.”
Laporan
itu datangnya dari Flatfoot dan Nishiki Enrai, yang pergi mengamati keadaan sekitar.
Meskipun
duo assassin dan ninja tidaklah sebaik dan semurni karakter-karakter tipe scout
(pengintai), tak ada karakter dengan spesialisasi sembunyi-sembunyi yang bisa
menghindar dari mata mereka sejauh ini.
Setelah
mengambil pertimbangan dari balasan mereka, Momonga bisa yakin bahwa tidak ada
yang sedang memperhatikan tempat ini.
Momonga
melihat sekelilingnya.
Banyak
orang di sini yang memiliki penampilan yang menakutkan. Cara mereka duduk
mengelilingi tempat itu terlihat seperti semacam komplotan rahasia kegelapan
yang sedang melakukan ritual jahat. Namun, yang Momonga lihat adalah
figur-figur player veteran.
“Kalau
begitu, semuanya! Apakah kalian siap?”
Serentak,
icon-icon jempol muncul di sekitar mereka.
Ini
adalah tanda bahwa persiapan mereka sudah lengkap. Lagipula, hampir tiga puluh
orang jumlahnya, jadi bertanya secara individu apakah mereka siap atau belum
akan menghabiskan banyak waktu. Agar bisa menghindari itu, beginilah caranya
mereka merespon, cara itu dimulai sejak dulu saat masih menjadi klan.
“Kalau
begitu ayo. Party (kelompok) terdepan, kami serahkan detilnya kepadamu.”
“OK~”
balas Nishiki Enrai, pimpinan dari tim scout (tim pengintai).
Setelah
itu semuanya berganti equipment, mereka
melangkahkan kaki ke dalam rawa-rawa beracun ketika mereka sudah kebal terhadap
poison (racun).
Area
beracun di dalam wetland (tanah berair) normal, biasanya tersebar ke seluruh
penjuru medan, jadi bisa saja mereka pergi dengan mengelilingi area beracun
untuk bisa tiba di dungeon yang merupakan targetnya. Namun, jalan memutar itu
akan memakan waktu yang lama, jadi mereka memilih jalan terpendek dengan memotong
lurus daerah beracun malahan. Alasannya adalah karena mereka semua adalah para
pekerja, dan ingin menghindari buang-buang waktu. Ada juga seorang ayah yang
tertawa dan berkata meskipun besok adalah hari libur, keluarganya bisa
membunuhnya jika dia tidak merawat mereka.
Sebuah
pesan sistem muncul.
[Grenbera Swamp]
Hanya itu satu-satunya yang Momonga lihat, tapi beberapa rekannya tahu lebih banyak tentang daerah itu, dan mereka meninggikan suara agar memberitahu yang lainnya.
“Ini
adalah bidang tanah yang luas dengan rawa-rawa beracun, dikendalikan oleh para
Tuveg, yang kebal terhadap poison (racun).”
Para player
masing-masing menerima bagian informasi tambahan yang berbeda ketika memasuki
area baru, tergantung dari skill dan kemampuan yang mereka miliki. Contohnya,
alchemist dan herbalist, dengan skill herbologi mereka, akan mempelajari
berbagai tanaman yang bisa mereka ambil di dalam area ini.
“Kemudian..
huh, tidak ada yang istimewa. Monster-monster yang mendiaminya – setidaknya sama dengan yang ditemukan oleh
Nishiki-san. Tidak ada informasi mengenai yang langka-langka... jangan-jangan
tersembunyi? Atau mungkin memang tidak ada info mengenai yang langka? Yang
mana?”
“Tidak
mungkin tidak ada info mengenai yang langka, pasti tersembunyi. Mungkin kamu
harus masuk ke dalam sampai tertutup oleh lumpur agar bisa menemukannya. Aku
merasa kayaknya ada di salah satu pedukuhan Tuveg. Mari coba mampir kesana dan
menghabisi mereka sesegera mungkin. Jika ada tanaman-tanaman obat yang belum
ditemukan di sana, mungkin kita akan bisa membuat potion langka. Wah,
pengembang game ini benar-benar gila. Mereka membuatmu mencari bahan-bahan
untuk potionmu kemana-mana... Aku sudah membuat 200 tipe poison, tapi masih
banyak yang belum ditemukan.”
“Selain
dari potion, masih ada banyak ore (bijih logam) yang belum ditemukan, ya kan?
Deskripsi pada apoitakara mengatakan bahwa itu adalah ore tipe pelangi, itu
artinya hanya ada dua yang ditemukan sejauh ini..”
“Yah,
disamping para developer itu, kukira perusahaan gamenya juga gila. Maksudku,
dengan semua isinya ini, kamu bisa bermain untuk waktu yang sangat lama.. tapi
kelihatannya mereka lupa dengan kalimat menahan diri. Mereka pasti meninggalkan
istilah ‘user friendly’ (ramah bagi pengguna) di kantor utama mereka.
“Memang
benar. Ngomong-ngomong kantor utama.. orang yang dikirimkan dari kantor utama
perusahaan kita tadi sangat buruk..”
“Uwah,
maaf, mari kita tidak bicarakan tentang ini. Kurasa aku mengalami reaksi alergi
terhadap kata ‘perusahaan’... Apakah kita harus membuatnya sebagai peraturan
guild untuk tidak membicarakan tempat kerja? Mungkin hanya diperbolehkan kurang
lebih pada setengah jam sebelum kamu log off. Yah, ketika akan kembali ke dunia
nyata.”
Momonga
mengusir ucapan itu dari telinganya.
Dia
tidak tahu siapa yang terakhir berbicara, tapi dia sepenuhnya setuju dengan
orang itu. Dia tidak ingin memikirkan tentang pekerjaan. Apakah kamu
menginginkannya atau tidak, hari esok pasti akan datang juga.
Saat
pemikiran suram ini perlahan mulai menelan Momonga, dia memutuskan untuk
menggunakan percakapan di sekitarnya untuk mencoba memotivasi diri. Oleh karena
itu, dia membuka telinganya lebar-lebar untuk apapun yang berhubungan dengan
game yang mungkin sedang dibicarakan oleh yang lainnya.
“Skill
tipe knowledge (pengetahuan), huh? Sampai saat ini aku berpikir tentang hal
itu. Aku hampir membuka kunci sebuah kelas yang menggunakan serangan-serangan
spesial yang diambil dari monster legendaris. Kira-kira DPS ku bisa naik gak ya
jika aku bercabang keluar dari sana?
DPS
adalah akronim dari Damage Per Second (Damage atau kerusakan yang ditimbulkan
setiap detiknya)
DPS
digunakan untuk mengukur seberapa besar damage yang bisa dilakukan dalam
sedetik, bagi para penyerang, itu adalah hal terpenting dalam game. Secara
teoritis, seseorang bisa menciptakan senjata terkuat dengan menambahkan kristal
data peningkat damage ke dalam sebuah senjata besar dengan kapasitas data
tinggi. Namun, senjata seperti itu tidak bisa dipegang, dan hanya akan
menghasilkan serangan yang lebih sedikit karena sulitnya menggunakan senjata
tersebut. Malahan, DPS user secara keseluruhan akan menurun. Tidak ada
penyerang yang masih waras berpikir menggunakan senjata seperti itu.
Ditambah
lagi, saat monster-monster naik levelnya, mereka mendapatkan segala macam
kemampuan spesial. Pada level ini, mereka bisa mengurangi damage serangan
apapun yang ditujukan kepada mereka. Oleh karena itu, sangat wajar membutuhkan
senjata yang dibuat dari material-material spesial atau dengan elemen-elemen
yang tepat untuk melewati kemampuan ini.
“Tapi
itu artinya kamu tidak akan sefokus pada kekuatan serangan seperti sekarang, ya
kan?”
“Aku
pikir bisa menebusnya dengan senjata berelemen.”
“Ah, itu
memang tidak buruk, tapi nantinya kamu akan sangat butuh item-item kelas divine
itu, ya kan? Bukankah itu sulit?”
“Begitukah~?
Yah, mau bagaimana lagi~ Aku ingin bereksperimen sedikit tapi itu sangat
merepotkan...”
Jika
seseorang bisa membuat karakter kedua di dalam Yggdrasil, komplain semacam ini
tidak akan ada. Namun, itu tidak mungkin di dalam game seperti ini.
Bereksperimen dengan kelas-kelas berbeda hanya mungkin dengan mati dan kehilangan
level.
Meskipun
lebih mudah menaikkan level di dalam game ini dibandingkan DMMO lainnya, itu
adalah proses yang masih memakan waktu banyak. Seseorang tidak akan mau
melakukan hal semacam itu hanya untuk main-main.
Momonga
sering mengharapkan karakter kedua sendiri. Dia pernah dengar orang-orang
protes dengan betapa tidak adilnya itu karena tidak bisa membuat karakter lain
di dalam game ini, dan dia secara pribadi setuju dengan mereka.
Jika dia
bisa, dia ingin menjadi seorang warrior, seperti Touch Me.
Meskipun
dikatakan bahwa kelas-kelas warrior dibatasi oleh refleks seseorang di dunia
nyata, pembatasan itu hanya berlaku selama memainkan duel antara para warrior
kelas atas. Bukan sebuah faktor yang menentukan selama permainan biasa.
Touch-san memberi syal untuk diri sendiri, tapi
aku menginginkan sebuah jubah merah yang besar dan berkibar.. Pedangku harus
besar, seperti milik Warrior Takemikazuchi-san. Aku bisa mengayunkannya dengan
gaya.
Dan
kebetulan saja, Momonga telah mempelajari mantra transformasi menjadi warrior,
tapi sangat tidak berguna, jadi dia hampir tidak memiliki kesempatan untuk
menggunakannya. Di dalam sebuah party, masing-masing membagi beban pekerjaan
diantara mereka sendiri dan melakukan bagian mereka agar bisa meraih kemenangan
tim, mereka harus mumpuni dalam fungsi yang ditugaskan kepadanya.
Momonga
adalah barisan belakang, dan ketika dia pergi bertualang dalam sebuah party,
dia bertugas menggunakan magic yang berkontribusi penting untuk party tersebut.
Jika dia
tidak bisa melakukan itu, maka tidak ada gunanya bermain dalam sebuah party.
Oleh
sebab itu, jika dia bepergian sendirian – jika dia bermain solo, ada kesempatan
bagus untuk memainkannya (mantra transformasi warrior).
Namun-
Momonga
melihat ke arah teman-teman guildnya, yang diam-diam maju menembus rawa-rawa
beracun. Dia mengamati teman-temannya yang sedang mengobrol sambil berjalan,
pindah dari topik satu ke topik lainnya.
Tiba-tiba
dia tenggelam dalam kenangan kesepian.
Ketika
guild itu masih sebuah klan – meskipun perubahannya masih baru – para
anggotanya hanyalah dari kalangan pekerja, memang cukup aneh, dan mereka
berkumpul untuk bertemu di malam hari. Sementara beberapa orang dari mereka
memiliki pekerjaan yang tidak biasa sehingga jam-jamnya pun tidak biasa –
Bukubukubchagama contohnya yang menjadi seiyuu (Pengisi suara) – sebagian besarnya,
tidak ada yang online selama siang hari.
Momonga
akan langsung pulang ke rumah setelah bekerja, log on dulu sebelum melakukan
yang lainnya, lalu dia akan mensummon undead untuk melindungi dirinya dan mempekerjakan
NPC mercenary (pekerja bayaran) untuk berburu monster. Jadi secara teknis, dia
terbiasa bermain sendirian.
Namun,
dia tidak pernah merasa kesepian, karena dia yakni ada orang lain yang akan log on. Tapi jika mereka tidak lagi –
jika tidak ada yang log on lagi, apa yang akan dia lakukan?
Apakah
dia harus keluar dari guild ini, dan bergabung dengan yang baru?
Atau
apakah dia harus merekrut anggota-anggota baru?
Dia
tidak suka dengan kedua pilihan itu. Bukannya dia takut dengan orang asing. Lagipula,
dia bisa berteman baik biasa dengan orang-orang di perusahaannya – meskipun
mereka mungkin menganggap dia antisosial karena dia tidak pergi minum-minum
dengan mereka.
(TL Note
: Orang Jepang memiliki budaya untuk pergi minum-minum setelah bekerja dengan
rekan sekantornya untuk mempererat hubungan. Jika tidak, maka akan dianggap
aneh atau antisosial).
Tetap
saja, dia tidak senang harus memilih itu.
Pendapat
ini bukan lahir dari logika, tapi emosi. Oleh karena itu, dia tidak bisa
menerima pilihan tersebut.
“Ada
apa, Momonga-san? Apakah nanomachine milikmu tinggal sedikit?”
Herohero
ada di sampingnya.
“Nanomachineku
baik-baik saja. Aku mengisinya hingga penuh sebelum online.”
“Benarkah?
Itu bagus. Ini mungkin akan memakan waktu yang panjang – meskipun aku tidak
yakin jika itu masalahnya – tapi memastikan isinya penuh sebelum masuk ke dalam
dungeon adalah ide yang bagus. Gawat juga jika harus dipaksa log off di
saat-saat yang kritis. Aku punya seorang teman di dunia nyata yang bermain game
lain, dia ditendang dari game ketika pertempuran untuk menentukan peringkat
guild, dan ketika dia kembali, guildnya kalah dan mereka pun mengomelinya
karena itu. Padahal mereka kalah juga bukan karena kesalahannya.”
“....Itu
menakutkan sekali.”
“Aku
tahu guild kita tidak akan seperti itu, tapi ada guild seperti itu di luar
sana. Tahukah kamu, mereka adalah tipe-tipe keras. Aku benci guild-guild
pemilih itu. Game ada untuk dimainkan, lagipula... Oh, apa ini? Kamu
kelihatannya mencurigakan, temanku. Tipe orang yang akan ditangkap oleh
Touch-san.”
“Jahat
sekali, berkata aku mencurigakan,” Momonga tersenyum pahit. “ Aku hanya seorang
guildmaster yang sedang memikirkan bagaimana caranya kita menerobos dungeon
sesegera mungkin, dan itu membuatku merasa sedikit melankolis.”
“...Hahaha.
Kelihatanya kamu sudah khawatir bahkan sejak awal.... bagaimanapun, jika kita
berhasil menemukan kristal-kristal data yang memiliki banyak data langka atau
artefak-artefak, ini akan menjadi sangat setimpal. Yah, jika kamu bertanya
kepadaku, mampu menyelesaikan sebuah dungeon yang belum diketahui dalam sekali
jalan akan menjadi harta yang lebih besar daripada semua itu.”
“Tepat
sekali. Itu akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.”
Saat
percakapan mereka masih separuh,
terdengar suara yang squishy seakan ada orang yang memakai sepasang boot
panjang yang dipenuhi air, datang dari samping.
“Oh, jangkauan
penglihatannya sekarang memburuk.”
“Eh?”
“Kelihatannya
ada kabut yang baru saja masuk. Momonga-san, jika kamu merubah mode penglihatanmu,
kamu akan melihatnya.”
Momonga
telah mengaktifkan mantra [Widen Magic – Complete Vision], yang bisa menembus
kabut hingga jarak 200 meter di depannya. Itulah kenapa semuanya masih terlihat
jelas bagi dirinya.
Meskipun
tidak ada alasan baginya untuk membuat diri berada dalam posisi tidak enak, ada
seorang teman di sisinya, jadi tidak ada salahnya melakukan seperti apa yang
Herohero katakan dan sejenak mematikan pandangan magicnya.
Dia
memasukkan perintah untuk merubah mode pandangan ke dalam konsol.
Dalam
sekejap, dunia menjadi sebuah lautan asap putih.
“Uoh!”
Perbedaan
antara ekspekstasi dan kenyataan memaksanya terperangah karena terkejut.
“Haha,
takut? Sebenarnya, sudah seperti ini sejak tadi.”
Sebuah
aura kegirangan yang jahat kelihatannya datang dari Herohero. Bahkan mungkin
layak dimasukkan sebagai rasa puas.
“Ayolah,
yang benar saja.”
Meskipun
senyum pahit yang Momonga tunjukkan sepertinya tidak ada masalah baginya.
Kenyataannya, keadaan itu sudah membuatnya bergidik. Teror karena tidak mampu
melihat apapun lagi, rasa terkejut itu bercampur dengan bayangan suram seperti sebelumnya,
dia merasa seakan sendirian lagi.
Momonga
mengoperasikan konsolnya, lalu mengembalikan pandangan seperti semula.
Kelihatannya
semua orang di dalam kelompoknya bisa melihat tembus kabut tersebut, itu memang
bisa diduga. Mereka sudah melalui segala macam petualangan untuk bisa tiba di
level mereka saat ini, jadi semua orang sudah membuat persiapan yang diperlukan
untuk perjuangan ini.
Barusan,
Momonga merasakan ada yang tidak beres, lalu bertanya:
“Walaupun
begitu, Herohero-san, bagaimana bisa kamu memiliki pandangan manusia?”
Herohero
adalah seorang slime. Slime menggunakan semacam indera pendeteksi gerakan untuk
mempelajari keadaan sekitar mereka sebagai ganti pandangan biasa, jadi
seharusnya dia tidak bisa mengetaui dunia seperti manusia.
“Ah, aku
memakai sebuah item magic yang memberiku kemampuan tersebut. Kemampuan mendeteksi
gerakan yang dimiliki oleh semua slime sejak awal memang sangat berguna, tapi
hanya efektif dalam radius terbatas. Aku tak bisa melihat lebih dari 100 meter,
yang mana itu adalah hal yang sangat menakutkan jika kamu tanya padaku. Aku
akan berada dalam masalah jika seseorang menyerangku dari luar jangkauan itu,
jadi aku memutuskan untuk memberi diriku sesuatu agar bisa melihat seperti
biasa.”
“Segala keunggulan
selalu ada kelemahannya. Begitulah cara kerja game ini.”
“Keseimbangan
yang baik bagi yang buruk. Oh, indera getarku menerima sesuatu.”
Momonga
menoleh ke arah yang ditunjuk oleh tentakel hitam, dan melihat cacing yang
besar.
Itu
adalah cacing ungu yang sangat besar, lebih dari sepuluh kali lebarnya dari
dada manusia, permukaannya berkilauan karena basah.
Cacing-cacing
ini biasanya bergerak dengan bergerombol, jadi akan menyusahkan jika cacing ini
mendeteksi mereka.
Kelompok
itu tiba-tiba berhenti. Para magic caster mengarahkan jari-jari mereka ke arah
cacing tersebut, sementara para warrior mempersiapkan senjata jarak jauh
mereka.
Jika
cacing itu mengetahui keberadaan mereka, kelompok itu sudah siap untuk
menghancurkannya dalam sekejap, sebelum bisa memanggil teman-temannya.
Momonga
sudah mempersiapkan sebuah mantra di konsolnya, dan mengambil kuda-kuda yang
selalu dia lakukan untuk mengeluarkan mantra serangan. Meskipun peran Momonga
biasanya adalah untuk buff (meningkatkan) atau debuff (mengurangi) status atau
kemampuan orang lain, akan lebih efektif untuk menyerang langsung melihat
jumlah mereka sekarang.
Setelah
beberapa detik berlalu, kelihatannya musuh tidak tahu, dan perlahan merayap
kembali ke dalam rawa-rawa.
“Aku
bukan ahli dalam mengendap-endap. Aku ingin menebas mereka hingga tembus,”
Ulbert protes dari suatu tempat di kejauhan.
“Ulbert-san,
tolong jangan habiskan MP mu. Seharusnya kamu gunakan itu semua untuk boss
monster saja.”
Karakter
Ulbert dibangun berkisar pada World Disaster, sebuah kelas dengan senjata yang
luar biasa. Selain itu, dia mengambil level-level di dalam kelas yang memiliki
spesialisasi lebih jauh terhadap kemampuan serang. Dengan kekuatan serangan
saja, dia bisa dengan mudah meraih tingkat lima teratas di dalam guild, tapi
dia memiliki sebuah kelemahan. Meskipun dia memiliki suplai MP yang besar namun
tingkat konsumsinya bisa melucutinya dalam sekejap, dengan kata lain, dia
membakar MP dengan cepat.
Seseorang
bisa mengatakan bahwa kesulitan dari sebuah ekspedisi dungeon secara langsung
berhubungan dengan seberapa banyak MP yang bisa dia bawa untuk menghadapi bos.
“Aw, aku
hanya bercanda. Aku tahu itu, aku sudah menyimpannya selama ini, bukankah
begitu? Ini adalah petualangan pertama dari Ainz Ooal Gown, ya kan? Aku akan
memastikan itu semua berhasil!”
Dia mengeapalkan
tinju kanannya untuk menunjukkan tekad. Momonga bisa merasakan motivasinya,
yang mana itu sangat berlawanan dengan karakternya.
“Ah,
tapi aku tidak keberatan jika kamu memberiku sedikit MP. Dengan begitu, kita
bisa meledakkan mereka dan masih punya cukup cadangan untuk penampilan besar di
bos nantinya.”
“Hm?
Apakah kamu sedang bicara denganku?”
Yamaiko
adalah seorang magic caster yang mahir dalam magic tipe spirit, dan dia
memiliki spesialisasi lebih jauh dalam bidang itu sebagai healer, yang
memberinya mantra-mantra penyembuh. Jika itu adalah dia, maka transfer MP bisa
dilakukan kepada orang lain melalui mantra yang tepat.
“Itu
bukan ide yang buruk, sebenarnya. Apakah kamu keberatan jika aku melakukan itu
ketika tiba saatnya? Aku bisa menggunakan staf (semacam tongkat) dan wand (juga
semacam tongkat) untuk menyembuhkan kok.”
“Aku
tidak percaya dengan wand dan staf untuk penyembuhan selama pertarungan dengan
bos, dan disamping itu, kamu bisa kehabisan tenaga dengan cepat, Yamaiko. Jika
kamu ingin mentransferkan MP, aku lebih memililh mendapatkannya dari orang
lain.”
Peran
Yamaiko jika dijabarkan dalam satu kalimat adalah sebagai defensive healer
(penyembuh dan bertahan). Dengan kemampuan aslinya dalam bertahan dan
regenerasi, digabungkan dengan sebuah pembangunan karakter yang terdiri dari
dua kualitas itu, dia bahkan bisa berperan sebagai seorang tank (bertahan dan
menerima serangan lawan) dan semacamnya. Bahkan ketika dikelilingi oleh musuh,
dia masih bisa menyembuhkan rekan-rekannya.
Meskipun
begitu, mampu menjadi off-tank masih jauh dan belum tentu bisa menjadi
main-tank.
Dia
memilih senjata gauntlet besar, yang tidak bisa memberikan damage besar.
Sebagai gantinya, memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemberian dorongan
kepada musuh untuk mundur. Melihat kenyataannya dia menggunakan sebuah senjata
yang bisa memberikan jarak antara dirinya dengan lawan adalah bukti besar bahwa
dia memiliki watak asli seorang healer .
Dengan
begitu, dia memiliki dua kelemahan.
Pertama
adalah dia tidak memiliki banyak MP. Tentu saja, dia memiliki MP lebih dari
cukup untuk healing secara umum, tapi itu kurang jika memperhitungkan juga
perapalan mantra-mantra buff dan yang lain-lain. Kelemahan lainnya adalah
kekuatan serangannya sangat rendah, sebagai ganti dari regenerasi yang
meningkat.
Dengan
begitu, bisa dikatakan dia adalah barisan terakhir pertahanan dari kelompok
itu. Perannya adalah sebagai off-tank jika barisan tempur mulai runtuh,
menyembuhkan luka setiap orang dan menghidupkan teman-temannya yang sudah
tewas.
“Meskipun
begitu, mengapa kita berbicara dengan lirih sekali?”
Ulbert
dan Yamaiko melihat ke wajah satu sama lain, dan membalas dengan bingung, “Aku
tidak tahu.”
Kelihatannya
secara tidak sadar mereka telah mengecilkan suara mereka sejak mencoba berjalan
mengendap-endap. Lagipula semua monster bisa mendeteksi mereka dengan indera
yang terprogram – pandangan, pendengaran, penciuman dan magic. Karena itu,
tidak salah jika menunduk dan bicara dengan lirih.
Namun –
pertimbangan ini hanya berlaku pada level-level rendah. Ketika para player
mencapai level-level tinggi, mereka bisa menggunakan berbagai macam mantra dan
skill untuk menyembunyikan seluruh party dan menyusup bersama-sama. Melihat
dari kemampuan yang telah mereka gunakan sampai sekarang, seharusnya tidak
perlu lagi mengendap-endap.
Ketika
cacing yang barusan tadi muncul, yang lainnya hanya mengangkat senjata mereka karena
melihat seseorang melakukannya dahulu dan berpikir, “aku juga”.
“Mungkin
itu hanya karena jangkauan penglihatannya lebih baik di sini.”
“Ah. Ya,
benar juga. Seperti bagaimana perasaanmu, meninggalkan rumah dalam keadaan
hanya berpakaian dalam.”
Meskipun
maksud Ulbert sangat halus, Momonga berhasil mengerti, kurang lebihnya.
“Mm,
kedengarannya agak salah, tapi kurasa memang begitu.”
“Aku
tidak paham.”
Tetap
bersuara lirih untuk alasan yang tidak mereka mengerti, kelompok itu mengikuti
para pionir masuk ke dalam rawa-rawa.
Mereka
menemui banyak Tuveg di tengah perjalanan, tapi mereka dengan hati-hati
memutari radius deteksi dari monster-monster katak yang berdiri di atas dua
kaki itu. Sikap mereka berbeda dari yang barusan, karena beberapa monster memiliki
kemampuan untuk melihat tembus yang tersembunyi, dan para Tuveg adalah monster
semacam itu.
Tentu
saja, mereka menggunakan magic untuk meningkatkan mobilitas, tapi perjalanan
masih lama, karena mereka harus berputar untuk menghindari para Tuveg. Namun,
akhirnya mereka bisa melihat sesuatu yang berbeda di sisi lain dari rawa-rawa
itu.
Itu adalah
tujuan mereka, dungeon. Sebagian dari dungeon itu terlihat seperti sebuah pulau
kecil
“Jadi
itu...”
Setelah
menghamparkan peta yang digambar oleh Nishiki Enrai di atas minimap area saat
ini, memang mudah untuk memastikan bahwa mereka telah tiba di tujuannya.
Jika
mereka bersantai di titik ini, ada kemungkinan monster-monster penjaga akan
mengepung mereka. Tidak aneh bagi para monster menggunakan trik lama dengan bersembunyi
di dalam tanah.
Melihat
sifat jahat dari para pengembang Yggdrasil, mungkin ini adalah isyarat bagi
seorang boss Tuveg melompat keluar dan menarik semua orang ke dalam pertempuran
dengan skala penuh. Atau lebih tepatnya, Momonga pernah melihat hal semacam itu
sebelumnya di dalam video-video game, dimana hasilnya adalah kekalahan total
dari seluruh anggota party.
Inilah
kenapa para pengintai (scout) memiliki
pekerjaan yang penting.
Pertama,
Momonga memastikan bahwa tidak akan ada yang akan terpicu oleh kehadiran undead
di dekat situ
Lalu,
dia mengakses hotkey pada konsolnya, memilih angka 8 dari angka 1 sampai 10.
Angka 8 ini mewakili mantra-mantra tier (tingkat) 8.
Sebuah
menu yang kompleks terdiri dari lapisan-lapisan halaman berbentuk cincin muncul
di depannya. Ada 12 mantra pada masing-masing empat cincin, total ada 48
mantra.
Dengan
begini, dia bisa memasang hotkey hingga 480 mantra.
Biasanya,
seorang magic caster level 100 akan mempelajari 300 mantra selama bermain.
Bahkan item-item cash hanya bisa meningkatkan jumlah itu menjadi 100 lagi.
Namun, ada lebih dari sedikit player yang melihat tempat kosong pada menu
shortcut dan menganggapnya sebagai sebuah tantangan dari para developer game.
Kemampuan
untuk bisa menavigasikan menu ini dengan ahli – memahami dengan sepenuhnya dan
mengingat efek-efek dan pengaplikasian yang tepat dari masing-masing mantra –
adalah salah satu faktor terbesar dari kemampuan seseorang sebagai seorang
magic caster.
Sama
seperti para warrior yang terkena efek dari refleks mereka di dunia nyata,
kelas-kelas yang menggunakan magic juga sangat mengandalkan ingatan mereka.
Momonga
dengan lincah menavigasikan menu-menu itu.
Meskipun
dia tidak menjelajahi mantra-mantra itu dengan santai saat bertarung, dia memiliki
waktu untuk menggunakannya sekarang. Saat dia sedang melihat-lihat
halaman-halaman mantra tersebut berdasarkan hafalan, dia ingat mantra-mantra
itu diurutkan berdasarkan urutan yang dia paksa sendiri untuk mengingatnya.
Dia
men-tap cincin keempat, yang paling luar.
Dari 12
cincin mantra yang menjadi lebih besar dari yang lainnya, dia men tap salah
satunya.
“[Remote
Viewing].”
Tidak
perlu lagi men-tap hotkey lainnya, mengingat dia tidak berencana menambahkan
peningkatan metamagic apapun untuk menguatkan mantra itu.
Saat
mantra itu dirapalkan, sebuah mata batin – sebuah sensor magic – muncul. Ada
anggota-anggota guild lain yang sudah melepaskan organ-organ sensor yang mirip,
jadi sebenarnya Momonga tidak perlu melakukan itu. Tetap saja, Momonga adalah
detektor undead terbaik di dalam guild tersebut, jadi untuk berjaga-jaga, dia
dengan cekatan memanipulasi sensor arcane itu dan mengirimkannya ke arah pulau
kecil tersebut.
Tangan
kanannya memegang stik kendali untuk gerakan-gerakan sensor, sementara dia
menggunakan tangan kirinya untuk mengarahkan bidang pandangan sensor itu. Setidaknya
melewatkan sebuah bidang pandangan yang besar adalah hal yang menakutkan, tapi sekarang tidak apa-apa, karena dia
memiliki sekutu yang bisa dipercaya didekatnya.
Dinding
yang memisahkan pulau itu dari rawa-rawa ditutupi oleh lumut dan rusak di
banyak tempat, dan tidak bisa lagi menjadi penghalang. Seseorang bisa melihat
bagian dalamnya melalui celah-celah itu.
Ada sisa-sisa
reruntuhan di sana – reruntuhan dari sebuah makam.
Kehancurannya
telah menyeluruh, bahkan batu-batu nisan itu dihancurkan. Kelihatannya ada
sesuatu seperti sebuah mausoleum di tengahnya, tapi sudah mulai hancur. Ada
semacam kuil pula, tapi tidak lebih dari sekedar sebuah reruntuhan. Bahkan
monster-monster pun tak bisa sembunyi di dalamnya. Sekilas, tidak ada hal lain
yang mencurigakan.
Tetap
saja, setelah melihat pemandangan ini, Momonga kelihatanya lebih tegang dari
sebelumnya.
Di dalam
game, makam-makam hampir pasti dihuni oleh makhluk undead. Yggdrasil tidaklah
terkecuali, itulah kenapa Momonga merapalkan mantra ini.
Jika ada
undead di sana, dia pasti akan menemukan mereka.
Dengan
tekad yang menguatkan gerakannya, dia memutar tongkat kendali, mengirimkan mata
arcane mengitari penuh pulau kecil tersebut. Namun, tidak ada reaksi undead.
“Tak ada
tanda-tanda monster. Tak ada tanda-tanda makhluk inkorporeal (tak berbadan)
pula.”
“Di sini
juga sama. Tak ada tanda-tanda gerakan obyek-obyek yang bergerak baik di atas
maupun di bawah tanah.”
“Tak ada
reaksi undead pula.”
“Kira-kira
apakah akan muncul boss?”
“Atau
jebakan? Berbagai jebakan tipe summon yang muncul sekaligus dan sulit
ditangani.”
“Bagaimanapun,
aku sudah menggunakan kartu as milikku, empat kali sehari sudah habis.
Setidaknya, tidak ada jebakan magic di sini.”
Anggota-anggota
guild yang lain sudah memeriksa pulau itu dengan cara mereka sendiri-sendiri,
dan laporan-laporan itu perlahan tersaring masuk. Mereka berhenti sejenak untuk
saling berjaga, lalu mulai menuju pulau kecil itu. Tim penjaga barisan belakang
tetap waspada, menjaga jarak yang pas dengan tim penyelidik untuk berjaga-jaga
jika ada sesuatu yang akan terjadi.
“..Jadi,
apakah ini semacam dungeon dimana pertarungan sebenarnya akan dimulai setelah
kita melangkahkan kaki di dalam bangunan tua yang sudah rusak itu?”
“Tidak,
seharusnya ketika kita sudah melewati mausoleum itu dan masuk ke dalam bawah
tanah, ya kan? Lagipula, kita masih sangat dekat dengan rawa-rawanya.”
“yah,
itu sangat ... bagaimanapun juga, berhati-hatilah
agar sensor-sensor kalian menjauhi bangunan itu supaya tidak memicu apapun.
Setelah kita menapakkan kaki di pulau tersebut, lain lagi ceritanya. Kalau
begitu, Momonga-san, silahkan lakukan.”
“Kalau
begitu..”
Saat dia
menginjakkan kakinya di tanah keluar dari rawa-rawa tersebut, sebuah tulisan
muncul di dalam bidang pandangannya, sama seperti saat dia memasuki rawa-rawa.
Namun, kali ini, selain kalimat Great Tomb of Nazarick ada sebuah icon yang
mengindikasikan sebuah dungeon yang belum dijelajahi.
“Nazarick,
huh... aku penasaran mitologi mana asalnya?”
“Tidak,
aku belum pernah mendengar ini sebelumnya.”
Jawaban
langsung itu datangnya dari Tabula Smaragdina, anggota penjaga barisan belakang.
Mereka terus menyusul party terdepan, dan membuat sebuah formasi terhadap
kemungkinan adanya serangan musuh.
“Bukan
Latin atau Yunani pula. Ah sudahlah, toh tidak semua nama di Yggdrasil berasal
dari mitologi. Ini mungkin salah satu pengecualian itu. Dan juga, tidak ada
informasi khusus tentang tempat ini pula.”
Baru
saja, Nuubou melangkah maju dan merapalkan sebuah mantra. Dia seharusnya bisa
memindai area tersebut tanpa masalah.
Beberapa
detik kemudian, dia memberitahukan kepada kelompok tersebut temuannya.
“-Tidak
ada apa-apa. Momonga-san. Aku kirimkan mata arcane milikku ke dalam mausoleum
tengah, tapi tidak ada kontak apapun dari sonar musuh.”
“Dengan
kata lain, ini adalah area yang aman, ya kan?”
“Tetap
saja, para developer brengsek itu sudah membangun tempat ini, mungkin ada
semacam efek berdasarkan waktu sedang menunggu kita...”
Banyak
orang yang setuju dengan kritik pedas tersebut. Sebagian besar player berpikir
buruk terhadap para developer Yggdrasil.
“Kelompok
pengintai, apakah semuanya baik-bak saja? Jika memang begitu, maka aku yakin
dungeonnya ada di dalam ruang bawah tanah bangunan tersebut. Kalau begitu,
bukankah kita harus merubah susunan tim untuk menjelajahi dungeon?”
“Kalau
begitu aku akan membuat tempat bernaung untuk kita.”
Blue
Planet adalah seorang druid, dia mengangkat sekopnya merespon saran dari
Punitto Moe, si ahli strategi.
Setelah
itu, dia merapalkan mantra divine tingkat 10, [Nature’s Shelter], lalu semua
orang masuk ke dalam bunker yang muncul dari dalam tanah.
Pintu
yang besar terbuka dengan mudah.
Atap
dari ruangan luas yang baru saja mereka masuki itu sama seperti di luar,
langit-langitnya menyebar tanpa akhir di atas mereka.
“Aku
selalu memikirkan ini selama ini. Kelihatannya siapapun bisa melihat semua yang
ada di dalam dari atas, dan itu agak membuatku tidak nyaman.”
“Memang
benar. Maksudku, meskipun mereka bilang begitu agar kalian tahu apakah ada musuh
di atasmu atau semacamnya. Aku masih tidak tenang dengan hal tersebut. Tetap
saja, aku dengar benda ini masih bisa tetap berdiri meskipun telah menerima serangan
magic tingkat super (super-tier)-“
“Ah, itu
tidak benar. Aku pernah melihat sebuah video, benda tersebut sudah diterobos
oleh [Sword of Damocles] sebelumnya.”
“Itu
adalah senjata yang mengorbit, ya kan? Tapi bukankah itu adalah sebuah
pengecualian dari peraturan tersebut? Lagipula, itu adalah magic super-tier
yang didesain untuk menargetkan bangunan. Sedikit tidak adil jika menggunakannya
sebagai perbandingan, ya kan? Harusnya kamu membandingkannya dengan
mantra-mantra super-tier lainnya?”
“Baiklah,
semuanya, tolong perhatiannya~”
Obrolan
semua orang terhenti karena suara Punitto Moe.
“Sekarang,
kita akan mulai menentukan anggota dari kelompok-kelompok untuk ekspedisi
dungeon tersebut..”
Sebagai
balasannya, Tabula Smaragdina mengangkat tangannya untuk menolak.
“Tunggu
sebentar! Bukankah itu agak terlalu dini? Kurasa kita harus tetap dalam
kelompok pergerakan seperti ini lalu pergi sedalam mungkin sebelum berganti.
Jika bubar sekarang, maka kita harus melepaskan mantra-mantra untuk seluruh
party. Ditambah lagi, harusnya kita mampu menembus dungeon tersebut dengan
keadaan seperti ini, dengan sedikit masalah dari bos-bos pertengahan, ya kan?”
“Itu
juga memungkinkan, tapi bukankah harusnya kita lebih berhati-hati? Disamping
itu, kelihatannya besar kemungkinan para developer brengsek itu akan
memunculkan seorang boss raid
(penyerbuan) untuk kita.”
Anggota-anggota
guild yang lain mulai berdiskusi tentang masalah tersebut satu sama lainnya,
seakan Punitto Moe dan Tabula Smaragdina telah memberi mereka sinyal untuk mulai
bicara. Namun, Momonga, yang berhenti berpikir dahuluan, merasa bahwa dia harus
menggabungkan ide-ide mereka, meskipun ada perbedaaan-perbedaan dalam detilnya.
Lalu
Punitto Moe, yang tahu bahwa ini tidak akan ada kemajuan, berpaling melihat
lurus kepada Momonga.
“Bagaimana
menurutmu, Momonga-san? Haruskah kita mengganti komposisi party sebelum masuk
ke dalam dungeon tersebut, atau masuk ke dalam dan menerima semuanya perlahan-lahan?”
Ini
benar-benar sebuah bola curveball (bola yang dilemparkan oleh pitcher sehingga
berputar dan melengkung ke bawah dalam baseball). Tak ada satupun pihak yang
sama sekali benar, ada keuntungan dan kerugian dari kedua tindakan itu. Kelihatannya, semua orang
akan setuju dengan apapun pilihan yang dia pilih.
Namun,
dia tidak nyaman meskipun dia berpikir sudah mengambil arah yang benar.
Bayangan nantinya akan memilih yang salah membuat perutnya mulai sakit dan membuat bahunya terbebani semakin berat.
Ini
adalah beban yang harus dipikul oleh seorang guildmaster, dan secara pribadi,
Momonga lebih memlih menolak memutuskannya. Namun, itu tidaklah mungkin.
Momonga
memutar masalah itu terus menerus di dalam benaknya.
Dalam
masalah ini, Touch Me sang pimpinan klan pasti akan bergegas memimpin setiap
orang untuk maju. Jadi, haruskah Momonga sang pemimpin guild menirunya?
Namun,
dada Momonga terasa sakit.
Terakhir
kalinya ini terjadi, ada sebuah argumen, yang membuat satu orang pergi.
Meskipun
Momonga sangat menghormati gaya kepemimpinan Touch Me, kenangan itu masih tetap
menempel di dalam temboloknya. Atau tidak, dari yang dia tahu, insiden itu
membebani Touch Me pula. Mungkin saja itulah alasan dia mengundurkan diri dari
posisinya sebagai pemimpin, dan mengusulkan pengganti dengan kepribadian yang
berbeda dari dirinya sendiri.
Jika
memang begitu, maka Momonga tidak seharusnya melakukan apa yang Touch Me
lakukan.
“-Kalau
begitu, kita akan melakukan voting. Semuanya yang memilih merubah kelompok
berkumpul di sebelah kananku, dan mereka yang memilih tanpa ada perubahan
tolong ke kiri.”
Setelah berdiskusi
dengan sangat lirih, semua orang bergerak ke sisi yang dipilih.
Momonga
menghitung jumlah mereka, dan memberikan kesimpulan.
“Kelihatannya
leibh banyak orang yang ingin terus maju. Kalau begitu ayo. Dan juga, semuanya,
aku ingin menggunakan voting mayoritas sebagai standar prosedur untuk
menyelesaikan masalah-masalah guild yang melebar seperti ini. Jika hasilnya
seimbang, kita akan buat sang pemberi saran memainkan gunting-batu-kertas...
Meskipun itu mungkin akan sulit diterima bagi beberapa orang diantara kita di
sini, jadi mungkin suatu bentuk pemecah kebuntuan yang lain mungkin lebih baik.
Bagaimanapun juga, aku ingin menyelesaikan segala perselisihan dengan cara ini.
Apakah ada orang yang tidak setuju, atau memiliki ide yang lebih bagus?”
Tak ada
yang bicara.
Apakah
itu karena mereka tidak ada yang tidak setuju, ataukah karena mereka merasa
tidak nyaman menyuarakan pemikirannya?
Keadaan
seperti ini juga terjadi di tempat kerja pula. Ketika ditanya “bagaimana
menurutmu?”, beberapa orang akan bicara. Suatu ketika, alasan mereka diam bukan
karena mereka tidak ada yang ingin dikatakan, tapi karena mereka takut
menyuarakan pendapatnya hanya akan membuat mereka diberi tanggung jawab
terhadap tindakan apapun yang lahir dari pendapat itu, atau karena mereka takut
pendapatnya ditolak,dan seterusnya.
Momonga perlu
berbicara dengan orang-orang secara pribadi setelah rapat ini, lalu membuat
catatan tersebut di benaknya.
“Kalau
begitu, semuanya ayo maju.”
Setelah
memberitahukan tanda kesiapannya, semua orang bergegas keluar.
Meskipun
pihak yang kalah akan merasa tidak puas, tak ada yang akan ngambek seperti anak
kecil di hadapan keputusan mayoritas. Siapapun bisa mengatakan bahwa
orang-orang dewasa memang seperti itu.. tidak, itu tidak sepenuhnya benar.
Ada
banyak macamnya orang dewasa pula. Momonga tahu orang-orang dewasa yang tak
pernah tumbuh, seperti anak-anak. Kenyataannya tak ada dari mereka yang bisa
ditemukan di sini karena pertimbangan Touch Me yang bagus dalam memilih teman-teman.
Saat
ini, Momonga sangat paham dengan beratnya posisi seorang guildmaster.
Kemudian,
Momonga mendengarkan sebuah percakapan yang mengusir perasaan tidak tenangnya.
“Aw man!
Kukira kamu bersamaku, Flatfoot-san!”
“Nah,
aku memang suka yang datar, tapi bukan berarti loli.”
“Ah yang
benar, nama senjatamu saja Tsururinpettan.. Ataukah yang kamu maksud adalah hal
lainnya? Jangan-jangan kamu suka dada pria, Flatfoot-san?”
(TL
Note: Dada rata yang halus dan mengkilap)
“Da-Dada
pria?”
“Apakah
aku salah? Bukankah kamu menyukai yang rata? Jika memang begitu, maka dada pria
juga.. apakah kamu homo?”
Peroroncino!
Momonga menahan keinginannya untuk berteriak kepadanya. Instrospeksi diirnya sebelum ini tidak lagi ditemukan. Tetap saja, Momonga memahami kepribadian temannya itu... atau lebih tepatnya, fetish miliknya. Dengan adanya Peroroncino, tidak kaget jika hal semacam ini dibicarakan.
Haruskah
dia ikut nimbrung, dan membantu Flatfoot yang bengong?
Saat
Momonga bingung dengan keputusan ini, dia mendengar suara lain.
“...Orang-orang
mungkin akan menertawakan ini di pesta minum, tapi apakah kamu benar-benar
berpikir kamu bisa meneriakkan hal semacam ini begitu saja karena kamu ada di
tengah-tengah teman-teman?”
Itu
adalah Bukubukuchagama. Sebuah ramalan akan terjadinya hal yang gawat muncul
dalam benak Momonga saat dia menyadari nada suara Bukubukuchagama yang menjadi
sedikit rendah. Namun, karena suatu alasan, adiknya Peroroncino belum menyadari
hal ini.
Sebenarnya,
Flatfoot sudah mundur dari Peroroncino.
“Yah,
itu karena kamu sendiri juga datar, Aneki (Kakak Perempuan), sehingga pria
tidak-“
“-Oi.”
Suara
dingin itu membawa malapetaka yang akan datang, seperti sebuah pisau guillotine
yang akan jatuh ke bawah.
“Oi,
bocah. Apakah kamu ingin aku bilang kepada semua orang apa yang kamu lakukan
ketika usiamu masih dua belas?”
“...Ma,
Maafkan atas perkataanku.”
“...Hey,
apakah aku memberimu izin untuk diam? Apakah itu terdengar seperti bercanda
bagimu? Hah? Kamu sebaiknya-“
Merasakan
akan adanya sesuatu yang buruk bakal terjadi, Momonga cepat-cepat menjadikan
dirinya perantara diantara mereka berdua, memaksa mereka terpisah menggunakan tubuhnya.
“Chagama-san,
Chagama-san. Tolong tenanglah sedikit.”
“Ah –
Momonga-san.”
Suara
Bukubukuchagama kelihatannya sudah kembali normal, tapi api kemarahannya belum
benar-benar padam. Ini mungkin adalah waktu jeda yang kecil, jadi Momonga
cepat-cepat melanjutkan:
“Ya, ah,
kita akan segera menuju ke dalam dungeon. Kurasa sebaiknya kamu redakan
amarahmu, ya kan?”
Setelah
melihat Momonga memohon dengan telapak tangan dieratkan, Bukubukuchagama –
agaknya – mengendurkan bahunya.
“Benar
sekali, benar sekali. Bukannya aku tidak memahami bagaimana perasaanmu,
Bukubukuchagama-san, tapi ini mungkin yang terbaik. Terima kasih.”
Setelah
itu, Flatfoot datang ke sisi Momonga dan mengatupkan tangannya juga. Sekarang
setelah mereka berdua bicara, Bukubukuchagama kesulitan marah. Oleh karena itu,
dia menghela nafas dengan cara yang berlebihan.
“Kalian
berdua tidak perlu minta maaf karena tidak salah. Ahhh, akulah yang seharusnya
minta maaf. Aku tak percaya membiarkan si bodoh itu sudah membuatku marah. Maaf
untuk itu.”
Dengan
begitu, Bukubukuchagama memalingkan wajahnya – agaknya – ke arah Peroroncino.
“Oi,
adikku yang bodoh. Ingat ini baik-baik – jagalah sopan santunmu, meskipun kamu
akrab dengan orang lain. Terutama ketika kamu mengatakan candaan kotor. Jangan
membuatku malu hanya karena kamu kegirangan di sekeliling teman-teman. Paham?”
“..Baik.”
“Bukankah
kamu harusnya berterima kasih kepada Momonga-san dan Flatfoot-san?”
“Mm.
Terima kasih ya. Maaf tentang tadi, kurasa aku agak terbawa suasana.”
Ucapan
Peroroncino tidak bergairah. Cara bicaranya yang tunduk dan patuh membuatnya
terdengar seperti anjing yang sudah dipukul tongkat kejut.
Setelah
mendengar permintaan maaf adiknya, Bukubukuchagama meninggalkan bunker tersebut.
Dari
tiga orang yang melihatnya pergi, Flatfoot adalah yang pertama memecah
keheningan.
“...Haaahhh,
kakakmu itu menakutkan. Super menakutkan. Lebih menakutkan daripada kepala
departemenku. Dia benar-benar tahu bagaimana caranya merubah suara.”
“Dia
bukan orang yang jahat. Dan aku tak tahu apakah itu karena dia seorang seiyuu
(pengisi suara tokoh animasi), tapi dia benar-benar memiliki suara yang kuat.
Ledakannya bahkan lebih hebat di dalam Yggdrasil, karena wajah kita tidak
bergerak di dalam game...”
“Kamu
benar-benar tangguh, Momonga-san.”
Flatfoot
meletakkan tangannya di dada Momonga. Tidak ada detak jantung yang bisa
dirasakan, tapi itu mempengaruhinya.
Momonga
sepenuhnya mengerti apa yang dia maksud dengan hal itu.
Game-game
seperti Yggdrasil – DMMORPG – semuanya sangat realistis. Hasilnya, tidak heran
jika merasa ini adalah kenyataan.
Tentu
saja, Faktanya tidak ada perubahan eskpresi, atau karena tidak ada indera untuk
merasakan dan seterusnya adalah indikator yang berguna bahwa ini masih di dunia
game.
“Aku
tidak setangguh itu. Tetap saja, aku merasa aku sedang berdiri di depan bos
yang menakutkan.”
Dua
orang itu tertawa cekikikan.
Momonga
tersenyum – meskipun wajahnya tidak bergerak – lalu membuat dua orang lainnya
bergegas maju.
“Baiklah,
ayo keluar! Hanya kita yang tersisa.”
Part 4
Dengan satu mata di sekeliling meeka, para player menaiki
tangga yang sudah tidak terpelihara
ke dalam bangunan tersebut. Interiornya ternyata mengesankan, dengan lima
patung berdiri tegak. Lempengan batu dipasang di dekat kaki dari patung-patung
itu. Namun, kelompok tersebut agak jauh sehingga tidak bisa membaca apa yang
tertulis disana. Tentu saja, ada mantra untuk membaca tulisan seperti itu, tapi
tak ada yang berniat melakukannya.
Momonga
merasakan firasat buruk tentang hal ini.
Dia
pernah melihat desain dungeon semacam ini beberapa kali di masa lalu.
Antusiasme
yang dia miliki sekarang sudah tidak ada lagi.
“Ah,
Momonga-san, kelihatannya ini seperti dungeon dengan serangan beruntun. Kayaknya
sejenis dengan yang paling sulit, semacam dungeon yang harus memiliki lima
party untuk bisa maju. Mungkin kita harus lega ini bukanlah salah dungeon yang
butuh 36 orang party (sebuah legiun) itu dan memperbolehkan dua guild saling
bekerja sama untuk menyerangnya. Dungeon-dungeon seperti Itu benar-benar gila.”
Momonga
mengerang lirih saat ucapan Tabula Smaragdina membenarkan firasatnya. Ada juga
gumaman dari sekitarnya.
Banyak
orang yang membenci dungeon dengan serangan beruntun, yang juga dikenal sebagai
“die-by-yourself dungeons(dungeon-dungeon matilah sendirian)”. Dungeon-dungeon
seperti ini membutuhkan beberapa party yang bekerja sama dalam rute-rute yang berbeda
untuk bisa menyelesaikannya.
Tentu
saja, memang benar jika semua orang harus bekerja sama untuk satu tujuan.
Namun, harus berpisah adalah hal yang menjengkelkan.
Ini
adalah sebuah dungeon yang belum dikenal dan tak ada yang pernah menjelajahinya
sebelum ini.
Fakta
bahwa mereka tidak tahu apapun tentang dungeon ini semakin memicu kemarahan
mereka terhadap para developer brengsek itu dan seamkin menantikan kebahagiaan saat
nantinya menemukan kristal-kristal data yang langka. Jika mereka tidak bisa bersama-sama
dalam berbagi kesenangan dan penderitaan itu, faktor kegembiraannya akan
menjadi separuh – tidak, akan lebih buruk dari itu.
Meskipun
Momonga bukan orang yang percaya dengan tahayul, dia pun mau tidak mau merasa
tidak nyaman dengan aktifitas pertama guild yang seperti ini.
Tetap
saja, dia tidak bisa merengek terhadap hal ini. Lagipula, dialah yang
merencanakan penyelidikan ke dalam dungeon, dan semua orang yang berkumpul di
sini mendukungnya. Mengharapkan kesediaan mereka lebih dari ini harusnya tidak
dilakukan oleh seorang guildmaster.
Baru
saja, Punitto Moe menyarankan pembentukan tim, seakan mengabaikan rasa terkejut
di dalam diri Momonga.
“Bagaimana
kita harus maju kalau begitu, Tabula-san? Ini sudah melenceng dari rencana
awal, dan sekarang kita butuh lima party.”
“Memang
benar. Pertanyaannya sekaang adalah bagaimana mengalokasikan semua orang. Kita
mungkin harus mendiskusikan ini sama-sama. Jika begini, harusnya kita panggil
para crafter untuk masuk pula, karena kita akan kesulitan jika ditekan dari
belakang.”
Konfigurasi
6 orang party normal di dalam Yggdrasil terdiri dari satu tank, dua penyerang,
satu healer, satu pengintai dan satu cadangan, yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan situasi.
Mereka harus
membagi dengan rata para anggota ke dalam lima party, yang mana itu adalah
sebuah tugas intensif yang memerlukan kekuatan otak yang mumpuni.
Siapapun
yang menerima tugas ini haruslah akrab dengan kemampuan setiap individu dan
kegemarannya. Sebuah tim yang dikumpulkan dengan sembarangan tidak akan bisa berhasil.
Oleh karena itu, menentukan daftar party adalah salah satu tantangan terhebat
dari pekerjaan tersebut.
Pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana caranya menyelesaikan dungeon ini.
Dungeon
seperti ini biasanya di desain agar setiap orang akan bertemu di ruangan boss,
dimana mereka akan menghadapi boss raid sama-sama.
Jika
pola ini memang cocok, maka party-party itu harus seimbang.
Seperti
misalnya, meskipun dua party dipenuhi dengan anggota-anggota terkuat akan
mengalami kesulitan dalam membersihkan seluruh dungeon. Oleh karenanya, mungkin
akan lebih baik membuat empat tim untuk tiba pada boss dan mengalahkannya.
Lagipula ada kekuatan dalam jumlah. Jika tidak ada perbedaan yang terlalu
mencolok dalam hal kemampuan individu, 24 orang akan lebih baik daripada 12
orang.
Meskipun
jika Warrior Takemikazuchi – salah anggota Ainz Ooal Gown yang terkuat –
diserang oleh dua orang dengan level setara, ada kemungkinan besar dia bisa
dikalahkan. Kenyataannya adalah pada setiap serangan yang dia luncurkan, dia
akan menerima dua serangan sebagai gantinya. Tentu saja, ada beberapa tipe-tipe
yang luar biasa besarnya yang bahkan bisa unggul meskipun dua lawan satu, tapi
itu hanya sedikit dan sangat jarang.
Maka
dari itu, hal yang paling penting adalah tidak kehilangan satu orangpun dan
tiba di inti dungeon.
Punitto
Moe berdiri di depan semua orang dan mendiskusikan masalah penunjukann
personel.
Momonga
tetap diam. Punitto Moe adalah perencana yang paling baik dalam kelompok ini,
jadi tidak apa membiarkan dia menanganinya. Paling-paling, semua yang ada di
sini pun berpikiran seperti itu juga. Mungkin tidak ada masalah juga jika dia
memberikan perintah.
Di dalam
banyak game, seseorang tidak bisa mengatur kembali sebuah party di luar zona
aman, atau lokasi tertentu. Namun, di dalam Yggdrasil, seseorang bisa dengan
bebas merubah party di manapun dan kapanpun. Ini membuat party lebih fleksibel
dan dengan sebuah tim yang bagus, seseorang bisa melalui segala kesulitan.
Namun,
efek-efek magic party dengan jangkauan luas dan skill akan dihentikan ketika
party dibubarkan. Seseorang harus memasukkan kekurangan itu dalam
perhitungannya ketika berkumpul kembali. Trik itu tidak akan berhasil jika
digunakan dalam situasi darurat.
Dia
melihat ke sekeliling teman-teman guildnya. Beberapa diantaranya mengganti perlengkapannya.
Beberapa diantaranya offline (terputus) sebentar untuk ke kamar kecil, dan
beberapa diantaranya sedang semangat mengobrol dengan Punitto Moe.
Meskipun
mereka semua kelihatannya sedang melakukan kesibukan masing-masing. Momonga bisa
merasakan sebuah perasaan aneh terhadap koordinasi di depan mata.
Perlahan-lahan,
Para penyerang yang menggunakan magic (Magical Attacker), Tank, Healer, Seeker
dan yang lainnya ditugaskan ke dalam party mereka masing-masing.
Momonga
termasuk dalam kategori “Lainnya”.
“Lainnya”
tidaklah seberapa penting. Meskipun mereka kurang penting dalam sebagian besar
peran, guild ini – Ainz Ooal Gown – berbeda. Bagi mereka, “Lainnya” adalah
kelas-kelas menantang yang bisa beradaptasi terhadap banyak situasi berbeda.
Momonga
menggunakan drop item (hadiah rampasan) dari PK (Player Killing - Membunuh
Player) – berupa mayat-mayat Player lainnya – untuk mempelajari banyak mantra
berbeda. Karena itu, dia biasanya ditempatkan di dalam posisi ini selama
penyerbuan dungeon.
Tentu
saja, dia bukan diberi posisi ini karena dia bisa menggunakan banyak mantra
berbeda, namun karena dia bisa menggunakan mantra-mantra yang tepat untuk
situasi yang sesuai.
Karena
dia harus menangani tugas yang sulit ini, Momonga memiliki prioritas terhadap mayat-mayat
dari PK, sebagai sebuah tanda atas kepercayaan teman-temannya terhadap
kemampuan Momonga.
Sebaliknya,
Momonga habis-habisan untuk teman-temannya, dan mereka semua merasa bahwa dia
tidak salah.
Akhirnya,
Punitto Moe mengumumkan susunan party.
Kelompok
Momonga terdiri dari :
Magic Attacker (Penyerang dengan Magic): Ulbert Alain Odle
Physical Attacker (Penyerang dengan kekuatan fisik): Warrior Takemikazuchi
Tank
(Pelindung kelompok): Bukubukuchagama
Healer
(Penyembuh): Yamaiko
Seeker
(Pengintai): Nishiki Enrai
Dan
Momonga adalah Wildcard (kategori lain).
Momonga
terkesiap saat dia mendengar susunannya.
Ada
beberapa orang di dalam guild yang bisa membersihkan sebuah dungeon dengan
mudah, dan lebih dari separuhnya berada di dalam party Momonga.
Pertama
adalah Ulbert Alain Odle, yang memiliki level dalam beberapa kelas yang memiliki
firepower yang tinggi. Damage dari ledakannya tidak ada tandingan.
Selanjutnya
adalah Warrior Takemikazuchi, yang memliki level dalam kelas-kelas berorientasi
serangan seperti kensei dan seterusnya. Mirip seperti Nishiki Enrai,
pertahanannya sangat rendah, tapi di waktu yang sama dia memiliki kemampuan
memberikan damage fisik yang tertinggi dari seluruh guild.
Bukubukuchagama
sebagai tank adalah karakter yang memiliki spesialisasi memaksimalkan
pertahanannya. Dia memiliki gelar “Tak bisa ditenggelamkan”
Yamaiko
sebagai Healer adalah seorang Nephilim, yang membelokkan kemampuan rasialnya
untuk mengambil dua skor kemampuan yang sangat tinggi dan dua skor kemampuan
yang sangat rendah untuk memaksimalkan spirit dan daya tahannya. Ditambah lagi
dia memakai perlengkapan penuh yang mengabaikan serangan untuk fokus terhadap
pertahanan. Digabungkan dengan kemampuan regenerasinya, dia jeuh lebih mampu
menyelamatkan diri daripada kelas-kelas tank yang setengah-setengah.
Nishiki
Enrai adalah seeker mereka, tapi karena fokusnya dalam kekuatan serang yang
absolut, dia juga bisa berperan sebagai penyerang yang baik dengan caranya sendiri,
ketika dia menggunakan kemampuan stealth (siluman), dia bisa memberikan sebuah
pukulan yang kekuatannya bisa melampaui bahkan Warrior Takemikazuchi.
Ini
adalah sebuah tim yang terdiri dari para anggota yang memiliki optimasi penuh
pada peran masing-masing.
Kenyataannya
adalah, jika para anggota ini disebarkan kembali ke party lain, tidak heran
jika tingkat keselamatan mereka akan meningkat.
“Eh?
Apakah ini tidak masalah?”
Setelah
mendengar suara Momonga, Punitto Moe berbalik.
“Oh,
Momonga-san, apakah ada yang salah?”
“Mm.
Jujur saja, kurasa party ini sedikit tidak seimbang. Mereka semua para player
yang hebat dan kelihatannya mereka akan lebih baik disalurkan ke dalam
kelompok-kelompok yang dilindungi oleh para NPC agar bisa menopang kemampuan
mereka.”
Momonga
melihat ke sekeliling.
Orang-orang
yang tidak ada di sini pasti pergi sebentar ke kota untuk mempekerjakan
beberapa tentara bayaran NPC. Dengan menteleport sekutunya, mereka bisa
menghindari rawa-rawa dan bisa segera kembali kemari.
“Kurasa
meletakkan Bukubukuchagama-san dan Warrior Takemikazuchi-san di dalam party
dengan para NPC akan lebih seimbang. Namun, kita tidak tahu apapun tentang
dungeon ini. Jadi, kurasa akan lebih baik untuk memiliki dua tim kuat daripada
membagikan secara rata.”
Dan anggota dari tim lainnya adalah..?
Momonga
melihat ke arah anggota guild terkuat, Touch Me, lalu terjawablah sudah. Dia
pasti memimpin tim itu.
Dia
melihat orang-orang yang bersamanya, dan memang benar. Semua anggota Ainz Ooal
Gown yang terkuat sekarang berkumpul.
Punitto
Moe mengerti apa yang sedang Momonga lihat, lalu mengangguk.
“Benar
sekali, itu adalah mereka. Momonga-san, jika situasi terburuk datang, tolong
kalahkan boss nya bersama mereka. Meskipun aku mengerti jika mengalahkan boss
30 orang hanya dengan 12 orang adalah luar biasa sulitnya, aku merasa bahwa masih
lebih baik mempersiapkan terhadap kemungkinan terjadinya situasi seperti itu.”
“Jika
memang begitu, bukankah lebih baik menggantikan diriku dengan orang lain?”
Momonga
yakin terhadap kemampuannya sebagai wildcard, tapi dia ragu apakah dia bisa
dianggap player yang superior.
Punitto
Moe tertawa dan membalas, “Tentu saja tidak,” sebelum menjelaskan.
“Momonga-san,
menyerbu Great Tomb of Nazarick, dungeon yang masih perawan, adalah buah dari
keinginganmu, ya kan? Oleh karena itu, adil rasanya jika kamu menyelesaikannya
dengan cantik, wahai guildmaster. Tunjukkan pada kami bagaimana caranya.”
Gelombang
panas melonjak keluar dari perut Momonga.
Punitto
Moe memang benar. Dia adalah orang yang dengan egoisnya membawa serta semua
orang yang ada di sini, jadi dia tidak boleh menurunkan semangat mereka.
Bagaimana bisa dia tidak ambil bagian dalam menyelesaikan dungeon ini dengan
yang lainnya?
“Aku
mengerti!”
“Itu
baru semangat! Ditambah lagi, kamu adalah wildcard yang sangat bagus, ya kan,
Momonga-san? Sejujurnya, kurasa kamu adalah orang yang paling bisa beradaptasi
di sini, itulah kenapa aku meletakkanmu dengan mereka. Sebuah party dari para
spesialist bisa runtuh dengan cepat jika keadaan menjadi buruk, jadi aku harus
memasukkan dirimu dan fleksibilitasmu, Momonga-san. Jujur saja – kelompokmu
adalah party terbaik karena ada dirimu di dalamnya.”
“Tidak,
tidak, yang lainnya memang seperti itu, tapi bukan aku.”
“Ini dia
merendah lagi. Percaya dirilah sedikit. Kenyataannya adalah, Nishiki Enrai sang
seeker lebih kepada penyerang, jadi membuatmu ada di sana juga untuk membantu
pengamatan. Jadi.. bawa mereka dengan aman ke tempat bossnya, Momonga-san.”
Sekarang
setelah Punitto Moe memujinya hingga ke langit, Momonga tidak bisa menunjukkan
sisi dirinya yang lemah.
“Aku
mengerti. Tolong terimalah kontribusiku yang tidak seberapa.”
“Aku
akan menantikannya.”
♦ ♦ ♦
Setelah menyusun party-party, masing-masing party tiba
di depan patung batu. Seakan ada aba-aba – atau lebih tepatnya, mereka telah
memicu sebuah rangkaian otomatis – sesuatu diaktifkan.
“Beraninya kalian mengotori Great Tomb of Nazaick,
wahai orang-orang bodoh dan serakah.”
Itu adalah sebuah suara pria. Diikuti dengan sebuah
suara wanita.
“Atau harusnya aku bilang, orang-orang pemberani.”
“Entah itu kebodohan atau keberanian, kami akan
menerima tantanganmu. Kami, Lima Penguasa berdiri di depanmu.”
Itu adalah suara pria yang serak, berbeda dari dua
suara yang pertama. Di suatu tempat di dekat Momonga, Bukubukuchagama bergumam,
“Baik, bos.”
“Kalian yang menghendaki tanah ini. Kalahkan kami, dan
tunjukkan kepada kami kekuatan kalian yang sebenarnya.”
Sebuah Cahaya muncul dari papan batu. Jika tindakan
yang diambil tepat, mungkin akan memicu teleportasi atau semacamnya.
“...Suara terakhir milik Penguasa Helheim. Tidak
kukira dia bisa sampai kemari. Perjalanan yang jauh! Jika dia adalah si orang
tua berjenggot itu, bukankah itu sangat mencurigakan? Haruskah kita membunuhnya
dengan Longinus?”
“Biarkan saja. Aku berharap mereka menggunakan kembali
seiyuu itu di tempat lainnya. Aku dengar mereka menurunkan kualitas hadiah dari
gacha yang langka agar bisa mempekerjakan seiyuu-seiyuu dalam jumlah besar.”
“Secara pribadi, aku setuju jika mereka mempekerjakan
lebih banyak orang. Aku bisa menggunakan alias lain untuk melakukannya. Masih
ada beberapa yang belum kugunakan.”
Peroroncino yang sedang berlutut melihat ke arah
Momonga. Dia pasti mendengarkan percakapan saudarinya.
“Yah, biarkan saja. ‘Kamu yang menginginkan tanah
ini’. Bukankah itu yang dia katakan? Bagaimanapun, jelas sekali bahwa ini
adalah sebuah guild base dungeon(dungeon untuk markas guild).”
“Sebuah bonus yang tidak diduga.”
Menyelesaikan sebuah dungeon sering menghasilkan berbagai
macam item, dari kristal-kristal data langka hingga artefak. Namun,
menyelesaikan sebuah guild base dungeon hanyalah memindahkan hak kepemilikannya.
Ditambah lagi, guild hanya bisa memiliki satu dungeon saja. Jika mereka ingin
mengklaim dungeon lain, mereka harus melepaskan klaim kepemilikam mereka saat
ini.
Dungeon-dungeon seperti ini jarang sekali memberikan
bonus yang tak terduga jika guild tersebut tidak serius berniat mengklaim
kepemilikannya.
“... adakah orang yang menginginkan sebuah markas
guild di tempat yang jauh seperti ini?”
“Mungkin saja tidak. Disamping itu, kita tidak tahu
markas macam apa ini.”
Tidak diketahui berapa banyak total level dari NPC-NPC
yang bisa diciptakan. Lalu, ada masalah lain selain itu.
Disebut sebagai kebangkrutan POP.
Monster-monster yang muncul secara otomatis di bawah
level 30 memiliki biaya perawatan, tergantung tipe mereka. Nol untuk undead,
tapi makhluk hidup, terutama makhluk yang besar, memiliki biaya perawatan yang
meningkat sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Dengan kata lain, sebuah markas
guild yang hanya bisa memunculkan makhluk hidup yang besar akan membuat biaya
perawatannya meningkat sangat tinggi. Jika pendapatan dalam markas guild tidak
cukup untuk menutupi biayanya, para anggota guild harus mendapatkan uang itu
sendiri. Ditambah lagi, pengaktifan jebakan dan summon monster juga sama
mahalnya. Diserang oleh sebuah guild musuh bisa menyebabkan pengeluaran yang
tidak terhitung bagi para defendernya, dan mungkin bisa memaksa mereka menjadi
bangkrut.
“Kita tidak akan tahu sampai kita miliki tempat ini.”
“... Kita juga bisa menjual informasinya.”
Antusias mereka sedang menurun. Lagipula, meskipun
mereka berhasil mendapatkan tempat ini, mereka akan menyerah atau menjualnya
saja satu-satunya tempat yang diusakahan dengan sekeras mungkin oleh seluruh
anggota guild.
Merasakan suasana hati di sana, Touch Me berbicara.
“Tetap saja, semuanya. Bukankah kita harus memiliki
sebuah markas guild yang layak? Bukan menyewa seperti yang sekarang, tapi suatu
tempat yang bisa kita rubah dan atur kembali sesuka hati.”
“Yah, jika kita sedang membicarakan tentang apapun
yang kita inginkan, aku telah berpikir untuk menetap di suatu tempat lalu
membuat sesuatu dengan sepenuh hati. Namun, akankah itu di sini?”
“Meskipun kita tidak menemukan sebuah tempat untuk
menetap, aku setuju dengan Touch-san jika kita memerlukan markas guild yang
layak. Maksudku, kita tidak bisa meninggalkan banyak hal hanya karena kita
takut diserang kapan saja, ya kan? Dan kita tidak perlu bersikap waspada
setelah pergi ke suatu tempat penyewaan yang kosong.”
Dia dijawab dengan sebuah paduan suara, “benar juga”.
“Kurasa menggunakan tempat ini sebagai percobaan dalam
membangun sebuah markas guild akan menjadi alasan yang bagus untuk
menguasainya. Disamping itu, aku pernah membaca sistem markas guild di situs
developernya, namun kelihatannya berbeda dari apa yang sebenarnya ada di dalam
game.”
“Makam Percobaan Nazarick, huh. Jadi jika kita
menggunakan ini sebagai batu pijakan, tempat macam apa yang akan kita gunakan
nanti sebagai markas guild?”
“Tentu saja, kita harus berpikir luas. Sebuah markas
guild level 3000 seharusnya tidak masalah.”
“Itu terlalu besar~”
“Itu tidak mungkin.”
Semua orang tertawa.
Momonga tertawa bersama mereka.
Ada sembilan markas besar seperti ini –
masing-masingnya ada di setiap dunia – tapi mempertahankan semua markas
tersebut sebenarnya adalah hal yang tidak mungkin. Pada awalnya, meskipun
mereka berhasil menguasai semuanya, sebuah guild lemah akan langsung terlibat
dalam perang guild yang rumit, dan mempertahankan markas akan menjadi sangat
sulit.
“Meskipun kita memiliki tempat seperti itu, kita akan
bangkrut setelah diserang berkali-kali. Meskipun begitu, mengapa tidak mencari
sebuah tempat yang lebih kecil? Kita tidak akan perlu menghabiskan banyak biaya
untuk perawatannya pula.”
“Kita bisa mengumpulkan pajak di dalam markas kota,
yang akan membantu perawatannya.”
“Markas kota tidak memiliki banyak NPC berlevel
tinggi, ya kan? Kurasa maksimalnya 7000. Developer brengsek itu senangnya
begitu. Semakin sulit areanya akan memberikan level semakin tinggi.”
“Hmmm, jadi itu artinya tempat ini mungkin memiliki
jumlah level tinggi yang tidak terduga? Lagipula, tak yang pernah menemukannya
sebelum ini sampai sekarang.”
“Yah, kita tidak akan bisa kemana-mana jika hanya
ngobrol di sini.. mari kita lakukan seperti yang Momonga-san katakan dan
menyelesaikan tempat ini sekaligus. Kita bisa mendiskusikan semuanya nanti. Kita
tidak usah mengharapkan ayam dari telur yang belum menetas.”
Semuanya setuju dengan itu.
Sebentar lagi, mereka akan menginjakkan kaki di
wilayah yang belum tergambarkan, sebuah dungeon yang tidak diketahui.
Menyelesaikan sebuah dungeon yang tidak diketahui dan
tidak jauh di bawah level yang direkomendasikan belum pernah terdengar di dalam
Yggdrasil.
Ini adalah kesulitan yang mereka hadapi di sini.
Momonga tidak lagi merasakan adanya kegembiraan di
hati rekan-rekannya.
Sebagai gantinya adalah para player dengan muka serius
yang bisa menghadapi segala kesulitan.
Momonga dipenuhi dengan sebuah rasa percaya diri aneh tak
berdasar bahwa teman-temannya pasti bisa menaklukkan sebuah dungeon yang belum
pernah mereka lihat sebelumnya.
Ada orang yang berkata bahwa mereka yang terlalu
berinvestasi dalam game adalah orang aneh dan jorok. Itu hanya game, mengapa
serius sekali?
Namun, tidak ada yang salah dengan bersikap serius
dalam sebuah game.
Siapa yang memutuskan jika piano dan balet itu adalah
hobi kelas tinggi, sementara game adalah untuk rakyat biasa? Orang-orang yang
berkata seperti ini tidak tahu jika mereka hanyalah memaksakan sikap mereka
yang tidak bisa luwes kepada orang lain.
Momonga merasa sangat berterima kasih sekali kepada
rekan-rekannya, yang sepenuh hati mendiskusikan bagaimana caranya menyelesaikan
dungeon ini.
“Coba katakan, kira-kira kita bisa mempertahankan
magic buff (magic untuk meningkatkan kemampuan) kita? Jika kita bisa
melakukannya, maka kita bisa menggunakan extended buff kepada diri kita
sendiri, ya kan?”
“Kurasa para developer tidak sebaik itu? Bersiaplah
untuk dilucuti oleh mereka saat dirimu melangkahkan kaki melewati pintu itu.
Para developer itu memang benar-benar brengsek.”
Seseorang tertawa tidak terkendali.
Sebesar inilah kepercayaan yang diberikan kepada para
developer Yggdrasil. Seratus persen para player setuju jika mereka adalah
orang-orang sadis.
Kenyataannya, mereka akan semakin khawatir jika para
developer itu tidak memasang jebakan jahat apapun.
Maka dari itu, ketika suatu kejadian tak beralasan
terjadi, akan ada teriakan lantang “Developer brengsek”. Kenyataannya memanggil
mereka “Developer Brengsek” adalah sebuah bentuk cara menyayangi mereka.
-Meskipun ada beberapa kejadian dimana mereka
benar-benar mengutuk para developer itu.
“Kalau begitu, mengapa tidak kita suruh saja
guildmaster tercinta kita, Momonga-shi, yang telah menyarankan untuk mencoba
dungeon yang tidak diketahui ini, keluar dan mengucapkan kata sambutan? Kemarilah,
Momonga-san, katakan sesuatu.”
Dia menjerit “Eh?” dengan gugup saat Punitto Moe
bicara, tapi tatapan semua orang – meskipun wajah mereka tidak berubah –
menyesakkan udara, akhirnya dia pun berbicara.
“Semuanya! Aku adalah guildmaster sadis yang baru saja
dipilih, Momonga!”
Ditengah-tengah cekikikan, Momonga melanjutkan.
“Ini adalah perjalanan pertama dari Ainz Ooal Gown!
Kita harus menaklukkan dungeon yang sulit dan baru pertama kita lihat ini! Kita
akan buat para developer brengsek itu menggeretakkan gigi karena frustasi! Kita
akan lakukan apa yang tidak dilakukan oleh guild biasa! Semuanya! Ayo pergi!”
Ohhhh! Sebuah sorakan menggemuruh bergema ke seluruh
bangunan.
Part 5
Setelah
melewati pintu yang paling kanan dari lima pintu di depan patung-patung
tersebut, mereka melihat sebuah makam klasik terkapar di depan mereka.
Tempat
tersebut diselimuti oleh kegelapan yang tak terukur, selain dari bagian-bagian
yang diterangi oleh cahaya magic.
Para
anggota guild ini telah menyelidiki banyak dungeon. Tidak ada yang perlu
ditakutkan. Namun-
-Momonga
bisa melihat melihat di dalam kegelapan, tapi dia tidak bisa melihat
rekan-rekannya. Toh kelihatannya mereka di teleportkan ke tempat lain. Jika
hanya ada satu destinasi teleport, tidak perlu ada banyak pintu. Itu adalah
kesimpulan yang logis.
Momonga
mengabaikan harapan yang sia-sia. Yang bisa dia lakukan adalah berdoa agar mereka
semua akan bertemu lagi di dalam. Namun, sebuah bagian dirinya yang dingin
berkata, itu tidak mungkin.
“Ya
ampun, melegakan sekali. Para developer itu mungkin memang brengsek, meskipun
begitu mereka tidak sebrengsek itu hingga memisahkan tim. Begitulah, memisahkan
mereka lalu mempertemukannya lagi.”
“Take-yan,
jadi kamu bilang jika mereka mengumpulkan beberapa orang dengan peran yang sama
jadi satumungkin lebih baik kita lupakan saja penaklukkan dungeon ini.”
“...Aku benar-benar
berpikir para developer brengsek itu akan sungguh-sungguh melakukannya.”
“Mm, aku
setuju denganmu, Buku-chan. Sejujurnya, suatu ketika aku merasa para developer
itu terlalu jahat. ‘Ah, sial bagimu’, begitulah yang mereka katakan kayaknya.”
“Uwah~
Yama-chan menggodaku~”
“Tehe~”
Mungkin
dia akan terlihat manis jika tertawa di dunia nyata, tapi dia terlihat seperti
monster di dalam sini. Karena hanya suaranya saja yang manis, itu malah membuat
penampilannya semakin menakutkan.
“Kazecchi!
Ulangi aku~ Kazecchi!”
“Kazecchi!”
“Oh~
Bagus, Semakin bagus, Paling bagus!”
“Kalau
begitu, Buku- Kazecchi, karena energimu sudah kembali, ayo pergi.”
“Yama-chan
menggodaku~”
Mereka
bicara dan tertawa sambil mempersiapkan diri. Ada banyak hal yang dilakukan.
Contohnya, barisan depan harus mengaktifkan skill-skill yang bertahan lama,
atau mem-buff (meningkatkan) diri dengan item-item magic.
“Reaksi
undead....ah, lupakan saja, mereka ada dimana-mana. Bagaimanapun, aku akan
biarkan kalian melihatnya sendiri.”
Momonga,
barisan belakang yang paling luar, merapalkan sebuah mantra yang membiarkan
setiap orang mendeteksi reaksi undead.
“Yah,
aku sudah menduganya, tapi tidak kukira itu benar-benar undead... Mm, baiklah,
memang agak membuatku jengkel jika langsung masuk begtiu, tapi kurasa ini juga
bisa. Mengendalikan kebencian (hate) itu memang menyusahkan ternyata,”
Bukubukuchagama bergumam saat dia melihat titik-titik merah di bidang
pandangannya.
Ketika
monster menyerang, mereka akan menargetkan ‘ yang paling ingin mereka serang’.
Ini bisa dijabarkan dengan angka, disebut kebencian (hate). Menyebabkan lebih
banyak damage, memulihkan HP, meningkatkan (buff), mengurangi (debuff) atau
menggunakan skill-skill provokasi (taunting) akan meningkatkan hate. Ketika
seorang player diserang oleh monster, itu akan ‘memulihkan’ masalah dan tingkat
kebencian (hate) monster itu kepada player akan berkurang. Karena nilai hate
sering fluktuatif selama pertempuran, peran tank harus memperhatikan dengan
baik nilai hate dari monster-monster itu, jangan sampai barisan belakang
terkena hit (serangan).
Untuk
mengatur golem atau undead, yang kebal dengan manipulasi mental, para tanker
harus menggunakan skill pengendalian hate tertentu dan khusus. Tentu saja, itu
tidak masalah bagi Bukubukuchagama.
“Lalu,
bagaimana harusnya kita melangkah maju?”
Mereka
telah diteleportasi ke dalam sebuah ruang terkubur atau semacamnya, dengan
hanya satu pintu.
“Kelihatannya
tidak ada pintu rahasia apapun.”
“kalau
begitu kurasa kita harus maju.. atau tidak?Tetap saja, kita harus mencari tahu
bagaimana rupa undead di luar.”
Ada
empat titik merah – merepresentasikan reaksi undead – di sisi lain pintu itu.
Jika undead ini memiliki level yang sama
dengan mereka, maka tidak perlu menyusahkan barisan belakang merapalkan
mantra-mantra penyerang mereka, tapi level mereka tidak diketahui, dan mungkin
saja ada musuh lain selain dari undead tersebut.
Nishiki
Enrai dan Warrior Takemikazuchi mengangkat senjata mereka, sementara
Bukubukuchagama si tanker bergerak ke depan, memegang dua perisai. Alasan
mengapa Bukubukuchagama tidak memakai senjata adalah karena slime seperti
dirinya memiliki tenaga yang payah, dan tidak cocok untuk memberikan damage
fisik. Sebaliknya, mereka memiliki kekebalan tinggi untuk damage fisik yang
sama.
Untuk
bisa memberikan DPS (Damage Per Second) sebagai slime, dia harus memiliki
spesialisasi tipe assassin yang membunuh dengan satu kali hit.
Kelihatannya
dia akan melakukan uji coba, lalu melihat seperti apa musuhnya. Buktinya adalah
mereka tidak melihatnya bersiap menggunakan sebuah skill yang kuat sebelum
bergerak untuk melakukan kontak.
“Kalau
begitu, seperti yang didiskusikan sebelumnya, kamu akan menjadi komandan kami,
Bukubukuchagama.”
“O-kay~
Aku mengerti!”
“Kelihatannya
kamu selalu mencoba untuk terdengar seperti anak-anak yang imut meskipun tidak
perlu. Suaramu sebagai Kazecchi sudah cukup enak, jadi tidak perlu itu, ya
kan?”
“Yama-chan...
kurasa aku sedang jatuh cinta.”
“Ah,
maaf. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu.”
“Aku,
aku ditolak~! Dan secara langsung pula! Uuu...”
Bukubukuchagama
mengeluarkan sebuah tangisan sedih keputusasaan.
Tentu
saja, siapapun bisa tahu itu hanyalah akting.
Namun,
dia adalah seorang seiyuu (pengisi suara), untuk game dimana suara adalah hal
yang sangat penting karena ekspresi tidak bisa berubah. Jadi, itu terdengar
sangat realistis.
“Di masa
lalu, Aku tidak yakin jika memang aku mengatakan hal yang salah, tapi salah
satu Kouhai wanitaku benar-benar menyatakan cintanya kepadaku. Jadi aku harap
kamu jangan seperti itu.”
(TL Note
: Senpai adalah senior sedangkan Kouhai adalah Junior)
“Ah,
benarkah?”
Tidak
ada lagi sisa kekecewaan sebelumnya dari cara Bukubukuchagama bertanya kepada
Yamaiko.
“Mm.
Setelah dipikir-pikir... haislnya tidak bagus sama sekali. Kouhaiku itu senang
sekali membuat masalah.. dan dia terus-terusan berdebat dengan adikku.
Benar-benar bikin sakit kepala.”
“Jadi
ucapan Kouhaimu itu semakin membuatmu depresi ketika kamu mengingatnya
sekarang?”
“Bukankah
begitu, Takemikazuchi-san?”
“Ahh,
meskipun kali ini itu bukan apa-apa, setelah beberapa tahun, kamu akan ingin
menyingkirkannya. ‘Ahhh, mengapa aku melakukan hal semacam itu.’ Rasanya
seperti sejarah kelammu sendiri.”
Momonga
hanya berpikir “Hm”, karena dia tidak memiliki kenangan apapun seperti itu saat
ini. seharusnya ini adalah kesalahan masa muda seseorang. Namun, sekarang dia
adalah orang dewasa, dan dia yakin tidak akan pernah membuat kesalahan semacam
itu.
“Yah, bagus juga jika memang seperti itu. Dari yang kutahu, kouhai menyusahkan itu mungkin telah menikah, dan menjadi seorang istri dan ibu.”
“Yah, bagus juga jika memang seperti itu. Dari yang kutahu, kouhai menyusahkan itu mungkin telah menikah, dan menjadi seorang istri dan ibu.”
Para
pria tersebut melihat ke arah slime pink tersebut.
“Mari
kita tidak membicarakan tentang pernikahan, Yama-chan. Begini, aku adalah idol
semua orang Chagama-san, jadi semua pembicaraan tentang percintaan dan
pernikahan adalah hal terlarang.”
Apa yang dia khawatirkan sih? Apa yang Bukubukuchagama katakan
membuatnya ingin menggoda dia.
Bagus juga tidak ada Peroroncino di sini, pikir Momonga.
Jika dia
ada di sini, dia pasti akan meributkannya.
“Yah,
sudah cukup pembicaraan para gadisnya sekarang, ya kan? Kita harus bergerak.
Gawat jika kita menjadi yang terakhir tiba di tujuan nantinya.”
“Oh-kay~
Kalau begitu, kita akan maju dengan barisan standar. Nishiki-san, apakah ada
jebakan apapun?”
“Jelas
sekali tidak ada.”
“Kalau
begitu, mari? Tolong Buff kami semua. Buff yang lebih lama untukku.”
“Ambil
itu, Momonga-san.”
Momonga mulai
meningkatkan (buff) kelompok tersebut, dan Yamaiko mengikutinya dari samping.
Jika ada musuh di sini, siapa yang tahu seberapa besar nilai ‘hate’ yang telah mereka
dapatkan?
“Ah,
sejujurnya, sangat mengejutkan banyaknya mantra yang kamu telah kamu ketahui.
Meskipun dengan item-item cash kamu hanya bisa sampai 400. Bagus juga bisa
meningkatkan sesuatu yang memberimu kemampuan yang mirip dengan Dark Wisdom.
Lagipula, kekuatan seorang magic caster diukur dengan jumlah mantra yang dia ketahui.”
“Benarkah?
Aku merasa kekuatan senjata harusnya menjadi pertimbangan utama, ya kan? Secara
pribadi, aku sangat iri dengan kekuatan serangmu, Ulbert-san.”
“Aku
sudah memikirkannya baru-baru ini, tapi jika damage yang kamu inginkan,
bukankah akan lebih mudah dilakukan oleh barisan depan? Magic caster harusnya
tahu mantra-mantra yang bermanfaat.”
“Bagaimanpun,
para magic caster dibatasi oleh MP, jadi mereka bisa mendapakan DPS yang lebih
tinggi daripada barisan depan selama MP mereka masih ada, ya kan? Kelihatannya firepower
lebih penting – oh, aku sudah selesai mem-buff di sebelah sini.”
“O-kay~
kalau begitu giliranku. Pertama, buka pintu dan biarkan undead itu masuk. Kita
akan bertarung ketika mereka datang melalui pintu itu, okay?”
Setelah
menerima balasan dari yang lainnya, Bukubukuchagama berjalan dengan
goyang-goyang dan lengket ke depan dan membuka pintu itu. Dia langsung mundur.
Meskipun bagus membuat musuh terjebak di pintu, kemungkinan dari situasi yang
meningkat akan turun jika mereka memiliki lebih banyak ruang untuk bertarung.
Empat
undead bergegas masuk. Tidak ada tanda-tanda adanya monster lain.
Kulit
mereka berwarna seperti kayu busuk, Livor Mortis menutupi bagian yang biasanya
ditutupi oleh semacam kain penutup tubuh. Tangan mereka berbentuk aneh, seperti
sebuah bola dipenuhi dengan duri-duri seperti pisau. Rahang mereka menggantung
terbuka, menunjukkan gigi-gigi yang panjang seperti taring dan tumbuh ke atas
dan keluar.
(TL Note
: Livor Mortis adalah peristiwa mengendapnya darah karena jantung tak lagi
berdetak sehingga membuat kulit berwarna merah ungu. Sering digunakan untuk
menentukan waktu kematian korban tewas)
Momonga
melihat nama-nama musuh di dalam bidang pandangannya, melihat dari warna
nama-nama itu mereka memiliki level lebih rendah dari dirinya. Tetap saja, ini
adalah dungeon yang belum pernah dijelajahi, jadi tidak ada salahnya
berhati-hati. Dia tidak bisa membuang begitu saja kenyataan bahwa mungkin ada
variasi monster. Meskipun mereka terlihat sama dari luarnya, jika nama-nama
mereka memasukkan nama daerahnya, mungkin memiliki level lebih tinggi daripada
monster-monster dengan tipe yang sama. Ada para player yang entah ceroboh atau
arogan, dan melawan monster-monster yang tidak diketaui tanpa mengumpulkan
informasi terlebih dahulu. Pada akhirnya, tidak satupun yang bisa kabur tanpa
menerima pelajaran menyakitkan.
Seharusnya
yang lain melihat nama-nama mereka pula, jadi kelihatannya yang bisa mereka
simpulkan dari warna nama-nama itu adalah level relatif monster-monster
tersebut.
“[Discern
Enemy]!”
Mantra
ini tidak seberguna skill-skill untuk mengumpulkan pengetahuan yang dimiliki
oleh kelas-kelas tipe sage, tapi Momonga memiliki wawasan tertentu jika
menyangkut undead.
Jendela
lain muncul, dan diantara informasi yang ada di sana ada level monsternya.
“Level
83!”
“Hmph!
Jika hanya itu, kami takkan perlu menyusahkan kalian berdua!”
“Oraaaaaa!”
Nishiki
Enrai dan Warrior Takemikazuchi meluncurkan serangan mereka ke arah empat
undead itu. Melihat dari level monster-monster itu yang hanya 83, tidak perlu
menggunakan skill-skill mereka yang lebih kuat, yang memiliki batasan
penggunaan perhari. Mereka bisa menyelesaikan pertempuran ini dengan mudah
menggunakan skill-skill yang bisa digunakan lagi setelah beristirahat sejenak.
“Kelihatannya
kamu tidak menerima damage yang besar, jadi apa yang harus kami lakukan,
Kazecchi?”
“Hm –
yah, jika memang hanya itu, akan pulih dengan sendirinya, jadi ayo terus maju,”
jawab Bukubukuchagama, yang dengan lincahnya mengendalikan hate dari kelompok tersebut
dan menerima semua serangan yang ditujukan kepada yang lain selain dari
dirinya. Balasan itu dimaksudkan kepada Yamaiko.
Sementara
itu, Nishiki Enrai sedang mengambil emas dan kristal data yang dijatuhkan
setelah menyapu bersih undead tersebut.
“Jadi,
sudah selesai.”
“Kalau
begitu, ayo maju, Momonga-san.”
Tentu
saja, Momonga tahu apa maksud Bukubukuchagama.
“Aku
mengerti,” balasnya, dan saat dia mengatakan itu dia merapalkan
mantra-mantranya.
“[Extend
Magic – Bless of Titania].”
“[Extend
Magic – Lead of Yatagarasu].”
Sebuah
peri kecil muncul di depan mereka. Dia memakai sebuah mahkota, namun hanya
setinggi jari kelingking. Dia mengepakkan sayap kupu-kupunya, membuatnya
terselimuti oleh bola cahaya, dan mengambang di depan kelompok tersebut.
Mantra
selanjutnya menciptakan gagak berkaki tiga. Tidak seperti gagak biasa, gagak
itu memancarkan keagungan yang tegas. Gagak tersebut mengepakkan sayapnya, lalu
terbang di depan formasi itu juga, di samping bola kecil berkilauan.
Yatagarasu
(Burung gagak yang diambil dari mitologi Jepang) itu menuntun para player
menuju jalan yang paling pendek ke jantung dungeon, sementara ratu peri di
sampingnya akan membawa mereka ke jalan yang paling sedikit bahayanya.
Mereka
akan memutuskan yang mana yang harus diikuti tergantung sumber daya yang
dihabiskan, jebakan dan monster-monster yang ditemui di jalan. Namun, tak ada
satupun mantra itu yang menunjukkan jalan tersembunyi. Ditambah lagi, ada
jebakan-jebakan magic yang didesain untuk membingungkan mantra-mantra seperti
ini, jadi mereka tetap harus waspada.
“Huh,
tidak kukira kamu benar-benar tahu divinasi tingkat 9. Aku sangat iri dengan
Dark Wisdom milikmu.”
“Yah,
aku adalah spesialis necromancer. Aku hanya akan jadi beban jika aku tidak bisa
melakukan segini saja.”
“Kurasa
karakter build impianmu benar-benar sangat bisa diterapkan.”
“Begitukah,”
Momonga tertawa kecil.
Mau
bagaimana lagi, lagipula salah satu temannya telah memuji Momonga.
“Kalau
begitu, kau yang di depan, Nishiki-san~”
“Baik,
Tuan Komandan.”
Di
belakang penunjuk jalan mereka, kelompok itu meneruskan perjalanan dengan
urutan Nishiki Enrai, Warrior Takemikazuchi, Bukubukuchagama, Momonga, Ulbert
dan akhirnya Yamaiko. Jika ini bukan pertama kalinya mereka melihat dungeon
ini, mereka mungkin bisa langsung pergi ke inti dungeon tanpa ragu-ragu lagi.
Namun, mereka tidak tahu apapun tentang tempat ini, jadi mereka harus
mewaspadai segala jebakan saat bergerak.
Yang
paling Momonga senangi adalah ketika mereka bercengkerama satu sama lain saat bergerak, satu mata di sekeliling
mereka. Meskipun orang-orang menikmati game dengan cara yang berbeda, Momonga
adalah yang paling gembira ketika berbicara dengan orang lain.
Selama
ini, dia hanya membicarakan pekerjaan di tempat kerja, jadi dia sangat merindukan
percakapan biasa.
Momonga
merenungkan tanpa arah terhadap kemungkinan tersebut.
“Tetap
saja, ini memang terlihat seperti dungeon tipe makam seperti rata-rata. Tak ada
yang menonjol. Jangan-jangan ada semacam tipuan di sini?”
“...Atau
semacam jebakan jahat. Bukankah semacam medan perang yang tidak adil untuk
menguji persiapan kita setara dengan tindakan tersebut? Mungkin tidak ada yang
lagi yang kejam selain memisahkan kita sejak awal di dungeon ini.”
Yang
lainnya menggelengkan kepala saat mendengar Nishiki Enrai berbicara.
“Tidak,
pasti ada sesuatu. Para developer itu pasti melakukan hal semacam ini. Tidak
heran jika dungeon yang tidak bisa dikuasai ini mendorong orang-orang ke arah
pembuatan kelompok yang optimal.”
“Memang
benar, kurasa para developer mampu melakukan hal itu.”
“Mereka
itu para developer brengsek. Mengapa mereka membiarkan dirimu menaklukkan
sebuah dungeon yang tak pernah dilihat sebelumnya?”
“Nishiki-san,
kamu terlalu meremehkan para developer Yggdrasil...hm? Atau jangan-jangan...Momonga-san...”
Bukubukuchagama
memalingkan yang kemungkinan adalah wajahnya ke arah Momonga.
“Maaf
tentang hal ini, tapi bisakah kamu menghubungi adikku dengan [Message]? Aku
perlu memeriksa kembali situasinya.”
“Aku
mengerti.”
Tanpa
alasan menolak, Momonga merapalkan mantra [Message], dan mengirimkannya ke
Peroroncino. Setelah sebuah ringtone sejenak, sekitar sepuluh detik, pihak di
sisi lain mengangkatnya.
“Yo~
bisa bicara?”
“Yup.
Yah, kami baru saja selesai bertarung. Jadi harusnya tidak ada masalah.”
“Bagaimana
keadaan kalian di sana? Kami bergerak melewati makam sekarang.”
“-Seperti
yang kuduga, developer-developer brengsek itu!”
“A-Apa
yang terjadi?”
“Kami
diteleport ke tempat semacam tanah berlahar. Monster-monster tipe api terus
menyerang kami. Dan sesuatu menyergap kami dari magma, benar-benar merepotkan.”
“Benarkah?”
Dia
menyampaikan apa yang Peroroncino katakan melalui [Message] ke rekan-rekannya,
tentang diteleport ke area yang kaya magma. Respon mereka seperti “Ah, seperti
yang sudah diduga.”
“...Kira-kira
bisakah kita bertukar anggota dengan magic teleportasi?”
“Yah,
kurasa layak dicoba, tapi kira-kira developernya sebaik itu? Karena kita berada
di lantai yang berbeda, mungkin saja kita tidak bisa berteleport sama sekali.
Selain itu mengapa mereka meletakkan pintu-pintu itu di pintu masuk?”
“...
Dalam situasi terburuk, mungkin kita akan dipindahkan ke dimensi lain melalui
jebakan teleport itu.”
Momonga
mengganti mantra [Message] itu kembali.
“Lalu,
bagaimana dengan keadaan kalian di sana? Bisakah kamu menembusnya?”
“Sekarang
ini, kami harusnya bisa menghadapinya. Wah, jika dipikir-pikir ada undead di
sekitar sana karena ini adalah sebuah makam dan memilih perlengkapan dengan
tipe api untuk menghadapi mereka, bisa gawat. Yang bisa kita lakukan adalah
berlari dan bersembunyi. Mereka benar-benar brengsek, para developer itu.”
“Aku
mengerti. Semoga kalian beruntung.”
“Kamu
juga.”
Momonga
lalu mencoba menghubungi kelompok-kelompok lain.
Setelah
itu, dia akhirnya tahu jika dungeon yang mereka masuki itu memiliki banyak
lantai, dengan lima zona berbeda – atau lantai – glasier, wilayah gunung
berapi, sebuah danau bawah tanah, sebuah hutan dengan makam tempat Momonga dan
yang lainnya berada. Ditambah lagi, monster di tiap-tiap lantai berbeda, dan
kelihatannya undead hanya ada di makam.
“Wow,
seperti yang kuduga dari guildmaster kita! Tidak membawa perlengkapan tertentu
adalah pilihan yang benar.”
Jika
mereka hanya membawa perlengkapan dengan element holy dan api agar bisa
menghadapi undead seperti di tempat ini, banyak tim yang akan kesulitan.
Namun,
karena ini adalah pertama kalinya mereka menyerbu sebuah dungeon yang belum
pernah dijelajahi, mereka harus membawa serta segala macam perlengkapan,
menurut informasi yang telah mereka kumpulkan. Dengan kata lain, mereka memiliki
kemampuan untuk mengadaptasikan barang bawaan dengan perubahan situasinya, jadi
mereka memiliki peluang untuk bisa bertarung lebih dalam di dungeon ini.
“Benar-benar
berbeda dengan pemimpin sebelumnya! Bagus sekali!”
Momonga
mengerutkan dahinya merespon seruan Ulbert. Sekali ini saja, tidak memiliki
ekspresi wajah di dalam Yggdrasil sangat membantu.
“Namun,
para developer brengsek itu benar-benar brengsek. Aku tidak akan lupa
menambahkan ‘brengsek’ di depan para developer itu ketika aku bicara dengan
mereka.”
“..Apakah
kamu baru menyadari itu sekarang? Seperti Longinus, apa maksudnya itu? Dan ada
juga event-event yang tidak mungkin bisa diselesaikan...”
Saat
semua orang dengan semangatnya melimpahkan kemarahan mereka kepada para
developer Yggdrasil, Momonga mengirimkan sebuah [Message] ke Ulbert, yang jalan-jalan
ke samping.
“Ada apa
Momonga-san. Ada yang aneh?”
“Tidak,
bukan seperti itu. Kurasa aku tidak menemukan kesalahan apapun sejauh ini..
yah, aku hanya ingin bicara denganmu secara pribadi, dan sejujurnya aku
terus-terusan berpikir tentang ini. Ulbert-san, apakah kamu benar-benar
membenci Touch-san sebesar itu?”
Dia bisa
saja terus menundanya. Momonga tidak ingin menginjak ranjau darat. Namun, bom
tersembunyi ini mungkin akan meledak di masa depan. Jika memang begitu, dia
harus tahu apakah ada sesuatu yang mungkin menyebabkan guild bubar. Disamping
itu, jika benar-benar meledak sekarang, setidaknya kerusakan akan bisa
dibatasi.
Seakan
mengejek tekad Momonga, Ulbert tetap diam.
Lalu,
saat Momonga akan menyerah, ada sebuah jawaban lirih.
“Aku
tidak menyukainya. Meskipun aku tahu itu hanya kecemburuan yang tidak ada
gunanya.”
“Begitukah...”
“Momonga-san,
aku benar-benar minta maaf sudah berkata begini, tapi bukankah kamu dilahirkan
menjadi pencundang seperti aku. Momonga-san?Tak perduli seberapa keras kamu
berusaha, kamu takkan pernah bisa hidup dengan nyaman.”
“Yah,
aku tidak mencoba sekeras itu sejak awal, jadi kurasa aku sudah mendapatkan apa
yang layak bagiku. Disamping itu, lebih baik daripada menjadi bosan. Lagipula
aku juga dibayar, dan aku tidak keberatan menenggelamkan uangku ke dalam
Yggdrasil.”
“....Yah,
kurasa itu memang benar. Mungkin kamu separuh pecundang kalau begitu. Secara
pribadi, aku hanya bisa melewati Sekolah Dasar. Kurasa sama halnya denganmu,
apakah aku salah, Momonga-san?”
Ulbert
kelihatannya membahas masa lalu, menurut kenangan Momonga. Memang benar,
sikapnya terhadap Ulbert berubah sejak itu. Sejak awal dia mengira itu adalah
rasa kasihan, tapi sekarang kelihatannya dia merasa semacam pertalian keluarga
dengannya malahan.
“Itu
benar. Namun, bisa menemukan sebuah pekerjaan dengan pendidikan hanya sekolah
dasar tidaklah buruk, ya kan?”
“Jika
mereka tidak mengajarimu pelajaran minimal di sekolah dasar, kamu bahkan tidak
akan bisa menjadi bawahan dari yang dilahirkan sebagai pemenang, jadi mereka
membuat sekolah dasar itu mudah.... Sejujurnya, agak menggelikan bagaimana
dirimu akhirnya menjadi salah satu dari dua perbedaan besar di dunia ini sejak
lahir. Memang gila seberapa tidak adilnya dunia ini. Kamu bisa memanjat peringkat
jika bekerja keras? Jangan membuatku tertawa.”
Dibandingkan
dengan perasaan jemu Ulbert, kebencian kotor kepada masyarakat, rasa tidak
sukanya terhadap Touch Me paling banter adalah hal yang menggelikan. Momonga
heran dengan kemampun Ulbert dalam membenci.
“Ulbert-san-“
“Orang
tuaku mati dengan sangat mengenaskan. Bekerja di tempat seberbahaya itu...
mereka bahkan tidak bisa menemukan tulang belulang mereka. Dan kompensasi yang
dibayarkan kepada para pekerja mereka ialah menyedihkan. Itulah kenapa mereka
tidak bisa menghentikan bagian produksi. Lagipula, menghentikannya akan membuat
kerugian yang sangat besar. Para pecundang seperti kita... mereka memanfaatkan
kita lalu membuangnya begitu saja.”
Momonga
tiba-tiba mengingat ibunya sendiri.
“...Memang
begitu, huh. Itulah yang terjadi dengan orang tuamu, Ulbert-san? Ibuku bekerja
sampai mati. Ketika aku bangun di pagi hari aku melihatnya pingsan di dapur.
Meskipun dicambuk oleh rasa lelah, dia memaksa diri untuk membuat makanan
favoritku. Jika saja dia tidak mengkhawatirkannya dan beristirahat saja
malahan... mungkin dia masih ada sekarang... Ketika aku menemukannya, tubuhnya
sudah sedingin es... setidaknya, begitulah aku mengingatnya. Ingatanku agak
kabur untuk saat itu.”
Setelah
sejenak terdiam, dia dijawab dengan sebuah suara yang terdengar seperti dipaksa
keluar.
“...Maafkan
aku sudah membahas topik yang tidak menyenangkan itu.”
“Jangan
khawatir, aku saja hampir tidak mengingatnya...”
“...Tetap
saja, aku minta maaf.. setelah mempertimbangkan semuanya, secara pribadi aku
tidak tahan dengan para pemenang. Meskipun Touch-san tidak melakukan hal yang
salah...”
“Aku
mengerti. Namun, bagaimana aku harus mengatakan ini...? Apa yang terjadi di
luar sana tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di dalam sini. Lihat,
aku menikmatinya juga, ya kan? Jadi... bagaimana aku harus mengatakan ini...
bagus juga jika kamu bisa menikmatinya juga, Ulbert-san. Jika aku tidak salah, bukannya
kamu tidak ingin bergaul dengan yang lainnya, ya kan? Jadi, uh, bagaimana aku
harus mengatakannya-?”
“Ah-
seperti yang kamu katakan. Ahhh, maafkan aku sudah menyebabkan semua masalah
ini, Momonga-san. Aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk tidak ngambek mulai
sekarang”
“Kalau
begitu aku serahkan itu padamu. Kita mungkin harus menyelesaikan ini sekarang.”
“Aku
mengerti. Meskipun , sebenarnya mengenai game ini-“
“Ngomong-ngomong,
Chagama-san, haruskah aku membuat ajudan undead itu sekarang?”
“Hm?
Harusnya kamu simpan saja yang memakan eksperience itu sampai akhir, seharusnya
Death Grandpa (Kakek Mati) atau Death Grandma (Nenek Mati) sjaa tidak apa, ya
kan?”
Sudah
jelas, monster-monster itu sebenarnya tidak disebut Death Grandpa atau Grandma.
Itu hanya julukan dari monster yang dikenal sebagai Death Emperor (Kaisar mati)
dan Death Empress (Kaisar wanita mati).
“Itu
memang benar. Jadi, Grandpa atau Grandma? Karena barisan depan kita dengan
senang hati membelah musuh, Grandpa lebih baik, ya kan?”
“Yah,
mereka memang terlihat sangat bersemangat...”
Saat
mereka memprovokasi lawan dengan keras seperti bodoh, enteng dan semacamnya,
Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi mendaratkan pukulan yang kuat ke arah
undead itu. Alasan mengapa mereka bisa menyerang tanpa aba-aba kelihatannya
karena management hate yang sangat bagus dari Bukubukuchagama.
“Lagipula,
kita masih punya sumber daya. Heeeeeeeey, Yama-chan, Yama-chan~”
Saat dia
menunggu saat yang tepat untuk menggunakan sebuah skill ketika undead
melukainya, Bukubukuchagama memanggil Yamaiko, yang sedang berdiri di belakang
mereka dengan sebuah tongkat healing.
“Ya,
Chagama-san?”
“Kazecchi~”
“...Itu
lagi? Lalu, ada apa, Kazecchi?”
“Bagaimana
MP mu? Seberapa baik kamu bisa menyembuhkan semua orang?”
“Tidak
masalah. Sebenarnya, aku sedang menyembuhkan dengan sebuah tongkat sampai
sekarang.”
Bahkan
tongkat yang ditambah mantra tingkat tinggi hanya akan menyembuhkan sekitar
separuh dari yang bisa dilakukan oleh Yamaiko jika dia merapalkan mantra
healing sendiri. Tetap saja, itu masih cukup untuk tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, yang mana itu merupakan sebuah tanda seberapa baik tiga barisan depan
memainkan perannya.
“Oh
begitu~ Lalu, tidak bisakah kamu mensummmon penyerang gantinya sekarang,
Momonga-san?”
“Aku
mengerti. Kalau begitu, aku akan menunggu instruksimu.”
“Ahhh~
itu tidak perlu. Aku akan serahkan itu terhadap perhitunganmu sendiri,
Momonga-san. Aku percaya kepadamu.”
“Aku
akan berusaha sebaik-baiknya, tapi beritahu aku jika aku mengacaukannya.”
“Mm,
tentu saja. akupun merasa skill milikmu itu sangat mengesankan, jadi harusnya
tidak ada masalah, Momonga-san. Jika kamu melatihnya sendiri, kamu bisa menjadi
semakin baik – oops, hate control, hate control...”
Dia
pasti menggunakan sebuah skill yang mengumpulkan hate. Undead tersebut yang
sedikit gemetaran, berubah menyerang Bukubukuchagama lagi.
Dia
kebal dengan efek status negatif yang diberikan oleh undead tersebut, seperti
poison atau kelumpuhan.
Dengan
kata lain, dia adalah tanker yang sempurna.
Tentu
saja, Momonga tidak bisa terus-terusan mengawasinya.
Dia
merapalkan sebuah mantra tingkat sepuluh yang tentu saja ditargetkan kepada
Bukubukuchagama.
“[Ultimate
Disturb].”
Secara
teknis, tidak perlu mengatakannya ketika merapalkan mantra, tapi rekan
seseorang tidak akan tahu apa yang terjadi jika tidak ada yang dikatakan. Oleh
karena itu, magic caster mengumumkan nama mantra mereka sebagai sebuah rasa
hormat.
“Terima
kasih~ dan sekarang-“
Dan
karena dia menjalankan sikap hormat itu, Bukubukuchagama bisa segera langsung
bertindak.
Berkat
mantra ini, daya tahan magic Bukubukuchagama meningkat pesat, dan hate yang
harus diberikan kepada Momonga malahan mengarah ke arah dirinya.
Dia
adalah player yang sangat ahli. Penilaiannya yang akurat dan cepat, lahir dari
pengalaman panjang dalam bermain game, menempatkan dirinya di kelas atas para player
Yggdrasil.
Khususnya,
dia ahli dalam mengatur hate, yang merupakan tugas sulit karena hate adalah
nilai tersembunyi. Secara kasat mata tidak mungkin tahu berapa besar hate yang
dihasilkan oleh setiap tindakan tanpa pengalaman pribadi. Mampu melakukan hal
semacam itu di dalam Yggdrasil yang datanya berat adalah sebuah pencapaian yang
membutuhkan waktu lama dalam pertempuran dan latihan.
Sedikit
banyak, Momonga mengagumi Bukubukuchagama.
“Yah,
jika ada suatu cara untuk merapalkan ini kepada musuh, tipe-tipe caster mereka
akan sia-sia,” Ulbert bergumam saat dia menggunakan sebuah tongkat untuk
merapalkan mantra.
[Ultimate
Disturb] adalah sebuah mantra yang meningkatkan daya tahan magic teman dengan
pesat, dengan bayaran mengacaukan kemampuan mereka dalam merapalkan mantra.
Jelas sekali seseorang bisa menetralkan mage musuh jika mantra itu dirapalkan
kepada mereka.
“Yah,
aku ragu kamu bahkan bisa melakukan trik semacam itu,” Yamaiko membalas saat
dia merapalkan mantra healing dari tongkatnya.
Sebaliknya,
Bukubukuchagama menimpali setuju.
“Harusnya
kamu tidak mengatakan itu, Yama-chan~ orang-orang bisa menemukan hal yang baru
adalah berkat orang-orang seperti Ulbert-san yang ingin menemukannya. Suatu
ketika mereka mungkin bahkan menemukan sebuah celah, tapi itu memang yang
diharapkan oleh para developer brengsek itu.”
Dengan
demikian, pertempuran dengan undead berakhir, rasanya itu adalah pertempuran
yang mudah.
“Jika
para developer brengsek itu tahu arti keseimbangan, mungkin mereka akan membuat
boss di sini sangat kuat.”
“Tidak,
jika seperti itu, boss di sini akan sangat lemah. Bagaimana mungkin para
developer itu tahu arti keseimbangan? Itu sudah sering ditunjukkan waktu dulu,
ya kan?”
Saat
mereka tertawa dan setuju, kelompok itu mengikuti penunjuk jalan yang dibuat
secara magis sekali lagi.
Setelah
beberapa pertempuran yang mudah, saat mereka bergerak menembus makam itu-
“Oops,
tunggu sebentar!”
-Kelompok
itu berhenti dengan peringatan tiba-tiba Nishiki Enrai.
“Ada
jebakan teleport. Tingkat kesulitan pelucutan (disarm) kelihatannya... merah.”
Tingkat
pelucutan (disarm) yang merah artinya kemungkinan pelucutan (disarm) bisa berhasil
dalam jebakan itu sangat rendah. Metode yang paling umum adalah melucuti
jebakan itu melalui penggunaan sebuah skill untuk meningkatkan tingkat
kesuksesan seseorang sementara, menggunakan sebuah item magic, atau dengan
mantra pelucutan jebakan.
“Kalau
begitu, kurasa ini adalah giliranku.”
Namun,
tim ini memiliki sebuah metode yang lain dari itu. Metodenya adalah dengan
pemaksaan kasar (brute force) yang juga dikenal sebagai pelucuan warrior
(warrior’s disarm), atau summon disarm.
Momonga
menciptakan sebuah makhluk undead tingkat rendah – skeleton.
“[Undeath
Slave Sight].”
Dia
merapalkan mantranya kepada skeleton itu. Sebuah jendela kecil muncul di sudut
pandangan Momonga, membuatnya bisa melihat melalui soket mata skeleton itu.
Momonga lalu memerintahkannya ke arah yang ditunjuk oleh Nishiki Enrai. Mereka
terus maju, lalu skeleton itu tiba-tiba hilang.
Dia
membesarkan jendela kecil tersebut.
Mereka
di teleport ke sebuah kamar besar yang terkubur, dan dia bisa melihat sosok
monster besar yang mengesankan. Nama dan levelnya tidak muncul karena dia
sedang melihat melalui mata skeleton tersebut, tapi Momonga sudah akrab dengan
status monster besar itu.
“...Yah,
skeleton itu bepergian sangat jauh. Itu adalah makhluk undead level 95, Greater
Graveyard, kurasa. Ah, dia mati.”
Dengan
sebuah sapuan lengan besar, jendela itu menjadi gelap dan mantranya selesai.
“...20
detik sudah lewat. Jebakan teleport itu berhenti bekerja.. itu artinya sekarang
sudah tidak aktif. Tunggu sebentar.”
Semenit
kemudian, Nishiki Enrai menerima sebuah notifikasi jebakan itu aktif kembali.
“Kalau
begitu, mari kita coba lagi.”
Momonga
mencoba skeleton lain, lalu mengirimkannya ke dalam jebakan tersebut dengan
mantra yang sama seperti sebelumnya.
Destinasi
teleport itu adalah kamar terkubur yang sama seperti sebelumnya, dilindungi
oleh monster yang sama.
“Tempat
yang sama. Bisakah kita menyimpulkan jebakan itu hanya pergi ke satu lokasi?”
Momonga bertanya kepada Bukubukuchagama saat layarnya menjadi gelap lagi.
“Tentu
saja~” balasnya.
Momonga
dan yang lain, yang sangat meragukan akan adanya rute yang benar melalui
jebakan teleport itu, bergegas melewati jebakan tersebut sementara masih tidak
aktif.
“Jika
kita mendapatkan anggota baru di dalam guild, aku harap mereka ahli dalam
melucuti jebakan. Lagipula, anggota kita dengan tipe rogue lebih fokus dalam
bertempur.”
“Memang
benar. Namun, kukira kita tidak boleh terlalu memilih. Kurasa tidak apa selama
mereka adalah heteromorf. Aku tidak ingin kita menjadi seperti guild lainnya dengan
periode ujian yang memakan waktu berminggu-minggu lamanya, segala macam
persyaratan sebelum masuk dan seterusnya. Lagipula, Punitto-san juga
mengatakannya, game adalah untuk dinikmati.”
“Kamu
ada benarnya, Momonga-san, dan aku setuju dengan itu. Kurasa kami hanya egois
karena menginginkan thief yang benar.”
“Tidak,
tidak, Yamaiko-san. Aku hanya berpikir bagus juga jika kita punya yang seperti
itu. Bukannya kita tidak akan memperbolehkan yang bukan thief.”
“Ah,
begitukah? Maafkan aku, Takemikazuchi-san.”
“Tidak
apa, tidak apa, jangan khawatir. Aku sendiri mengatakan hal yang aneh. Yah,
kita sudah mengalahkan jebakan tersebut, meskipun kita harus mengorbankan
sedikit sumber daya untuk itu. Jika ada sesuatu yang terjadi, kita bisa
mempekerjakan tentara bayaran NPC.”
“Cukup
ngobrolnya, musuh sudah datang. Tetaplah waspada sampai kita melakukan kontak.”
Dari arah
yang ditunjuk Bukubukuchgama, Momonga mempersiapkan diri untuk bertarung.
Kecerobohan adalah hal yang berbahaya selama seseorang tidak tahu lawannya.
Saat
siluet besar yang kabur itu muncul di sudut mata mereka, Momonga dan Ulbert
bergantian merapalkan mantra serangan dengan efek luas dari tongkat mereka.
Part 6
Ada
sebuah patung yang kelihatannya seperti jantung dungeon tersebut. Ada lingkaran
magic yang berkilauan di depan patung tersebut, dan kelihatannya jika menginjak
lingkaran itu akan membuat mereka dipindahkan ke tempat bossnya.
Karena
mereka sudah sampai di sini, meskipun para developer itu brengsek, mereka tidak
akan memasukkan monster-monster yang bisa terus-terusan muncul tanpa akhir,
jadi mereka bisa dengan santai berganti perlengkapan khusus untuk anti boss.
Meskipun begitu, tidak ada seorangpun di dalam kelompok ini yang percaya kepada
para developer tersebut. Nishiki Enrai dengan hati-hati mengamati keadaan
sekeliling sementara para magic caster menggunakan mantra untuk memeriksa
adanya pintu rahasia di dekat sana.
Momonga
tidak memiliki banyak perlengkapan yang harus diganti, jadi dialah yang pertama
kali selesai. Lalu, dia menghubungi party-party lain dengan [Message]
Karena [Message] adalah sebuah mantra yang menciptakan percakapan satu lawan satu, sulit untuk berbagi informasi dengan yang lainnya. Memang ada kelas-kelas tipe komandan tertentu yang memiliki skill bisa berkomunikasi secara terus menerus dengan banyak orang, Ainz Ooal Gown tidak memiliki individu dengan skill semacam itu.
Karena [Message] adalah sebuah mantra yang menciptakan percakapan satu lawan satu, sulit untuk berbagi informasi dengan yang lainnya. Memang ada kelas-kelas tipe komandan tertentu yang memiliki skill bisa berkomunikasi secara terus menerus dengan banyak orang, Ainz Ooal Gown tidak memiliki individu dengan skill semacam itu.
Setelah
bicara kepada setiap orang dan mendiskusikan apa yang telah dia pelajari dengan
Punitto Moe, Momonga kembali kepada rekan-rekannya, yang telah hampir selesai
melakukan persiapan mereka. Dia juga merasa agak bersalah karena mengetahui
sesuatu yang menyusahkan dan harus merepotkan yang lainnya juga agar
membantunya.
“Bagaimana,
Momonga-san? Apakah tim-tim lain juga berhasil?”
Momonga
menjawab pertanyaan Bukubukuchagama, pimpinan kelompok itu.
“Ya,
empat tim lainnya sudah sampai di jantung dungeon ini. Mereka semua menghabiskan
banyak bekal, tapi kondisinya masih top dan siap untuk bertarung.”
Sebuah
sorakan kecil datang dari arah kelompok itu. Namun, mengalahkan gerombolan
monster sampah dan sekitarnya hanya 40% dari tingkat kesulitan menyerbu sebuah
dungeon, sementara mengalahkan bosnya adalah sisa 60%nya. Jadi, mereka bahkan
masih belum separuhnya.
Tetap
saja, seseorang bisa saja berputar dan kembali lalu berkata bahwa mereka telah menyelesaikan
hampir separuh dari raid (penyerbuan) itu dengan sempurna.
“Tapi,
ada dua... tiga masalah. Dua tim sudah mulai bertarung dengan bos masing-masing.
Melihat dari informasi yang dibagikan, bos-bos yang mereka hadapi memiliki
kemampuan, penampilan dan ruangan berbeda. Bos di wilayah gunung berapi
kelihatannya semacam naga dengan nafas petir, sementara party di bawah air
danau kelihatannya menghadapi semacam kelelawar putih mulus.”
“Ternyata
begitu... jadi kita tidak bisa menggunakan informasi yang didapatkan oleh
mereka yang telah masuk terlebih dahulu. Apa masalah keduanya?”
“Ada
pengumuman ketika mereka masuk ke dalam ruangan-ruangan boss itu, dan melihat
dari isi dari pengumuman tersebut, para bos akan semakin kuat menurut urutan
masuknya. Itu artinya, tim yang melawan bos terakhir...”
“Ternyata
begitu... cukup sederhana jika para bos memiliki kesetaraan dalam hal kekuatan,
tapi setelah beberapa kali pertemuan, seorang bos kuat mungkin akan semakin
kuat. Begitukah?”
“Yah,
bagi para developer brengsek itu, mereka mungkin akan menaikkan boss nya sampai
tidak bisa dikalahkan. “Harus berapa kali kita membuat mereka bertarung sebelum
membiarkan mereka menang,” mereka pasti akan bertanya seperti itu dengan
seringai di muka.”
“...Dan
tanpa informasi yang konkrit, kita tidak bisa memformulasikan sebuah strategi
pertempuran. Hm, kurasa aku tahu apa yang ingin kamu katakan, Momonga-san.
Katakan saja.”
Setelah
didorong oleh semua orang, Momonga memutuskan untuk jujur saja:
“Maafkan
aku. Aku ingin tim kita mengambil sedotan yang paling pendek.. Bisakah aku
menyusahkan setiap orang untuk menanggung beban berat ini?”
Tidak
ada keraguan dari balasan mereka.
Yang
lainnya juga setuju. Tidak ada keraguan atau perasaan bahwa mau bagaimana lagi
– hanya kegirangan.
“Momonga-san,
jangan salah. Ini bukannya menanggung beban berat, tapi lebih kepada, karena
seperti inilah maka kita bisa menghadapi semuanya. Lihat, dalam hal memberikan
damage fisik, pertahanan, damage magic, healing dan support, kita mungkin
adalah para anggota yang paling ahli dari Nine’s – tidak, Ainz Ooal Gown. Jika
aku bisa memilih lagi kelompok untuk melawan boss itu, mungkin aku akan memilih
kita semua lagi.”
Setelah
Bukubukuchagama, Warrior Takemikazuchi berbicara:
“Aku
kemari karena inilah yang aku inginkan. Aku tidak bisa meminta yang lainnya
lagi. Aku selalu ingin memprediksi taktik lawan di dalam pertempuran dengan
tidak ada peluang yang jelas dalam hal kemenangan. Ditambah lagi, jika aku
didukung oleh kalian, gerakanku itu mungkin..”
“Ohhh! The Bright King Combo? Itu sangat mungkin, tidak, itu pasti mungkin, Take-yan!” Nishiki Enrai berseru kegirangan.
“Ohhh! The Bright King Combo? Itu sangat mungkin, tidak, itu pasti mungkin, Take-yan!” Nishiki Enrai berseru kegirangan.
(TL Note: The Bright/Wisdom Kings (Raja Pencerahan / Kebijaksanaan, atau Myo-O/明王 adalah warrior suci dalam agama Budha.)
“Bukubukuchagama
bisa memanipulasi nilai karma, dan mantra super-tier Yamaiko juga bekerja pada
orang-orang dengan karma positif pula! Ayolah, Momonga-san, bantulah kami!”
Penyerang
dan Pengintai sekaligus penyerang jelas nampak berteriak kegirangan.
Momonga
pernah mendengar The Bright King Combo. Jika sukses dilakukan, itu akan
mendorong DPS mereka hingga yang paling tinggi. Itu adalah sebuah jurus yang
layak disebut sebagai ultimate attack, tapi di waktu yang sama, hanya bisa
digunakan sekali dalam sehari, dan boss-boss itu akan semakin marah karena
semakin terluka. Oleh karenanya, jika timing yang mereka dapatkan salah ketika
mengikis kesehatan boss itu, jurus tersebut tidak akan berhasil.
“Kita
juga harus melihat seberapa banyak luka boss itu yang bisa kita kikis dalam jangka
pendek. kamu bisa menangani itu, ya kan, Ulbert-san?”
“Memang
benar. Karena kalian membiarkan aku menyimpan seluruh MP, aku berencana untuk
menghabiskannya semua untuk melukainya... tapi tentu saja, aku akan mengikuti
arahan dari Bukubukuchagama untuk manajemen ‘hate’ nya.”
“Aku
sangat menantikannya~”
“Baiklah,
selanjutnya...”
Momonga
melanjutkan penjelasannya setelah melihat semua orang menjadi tenang.
“...Mungkin
ini adalah yang paling penting, tapi kita tidak akan bisa mundur dari
pertarungan ini.”
Sebuah
sensasi gugup yang menusuk meluber ke arah dirinya. Mereka hanya punya
kesempatan sekali saja. Mereka harus mempertaruhkan semunya pada satu
kesempatan itu.
Pertempuran
boss biasanya mengambil tempat di peta yang berbeda, dan ada beberapa
pertempuran boss yang membiarkan para player mundur dari pertarungan itu. Oleh
karenanya, sebagian besar player akan melakukannya jika mereka merasa keadaan
semakin berbahaya. Tentu saja, musuh akan memulihkan seluruh HP yang hilang,
jadi sebaiknya tidak usah menggunakan kartu as dan semacamnya sebelum mundur.
“Benarkah,
mereka tidak ingin para pendatang mengalahkan dungeon ini dalam sekali saja.”
“Ah, mana
ada orang yang bisa mengalahkan dungeon ini dengan tidak tahu apa-apa.”
“Kalau
begitu, Momonga-san, aku punya dua pertanyaan. Apakah yang lainnya kehilangan
buff mereka ketika masuk?”
“Kelihatannya
itu tidak terjadi.”
“Ternyata
begitu, lalu, apakah kita punya waktu untuk buff up di dalam?”
“Tidak
ada kesempatan. Boss muncul langsung menyerang.”
“Jadi
kita bertarung tanpa informasi dan persiapan? Ini sulit.”
“-Pertempuran
sudah selesai sebelum dimulai.”
“Ohhh!
Kamu terdengar seperti dia, Momonga-san!”
Diikuti
dengan sebuah cekikikan.
“Memang
benar. Pertaruhannya sangat tidak menguntungkan kita. Namun, aku merasa tim
kita bisa melakukannya. Benar kan, teman-teman?”
Statemen
Bukubukuchagama dibalas dengan persetujuan semuanya.
Dengan
nada berterima kasih, Momonga mengumumkan:
“Kalau
begitu, aku akan biarkan yang lainnya tahu kelompok kita akan menjadi yang
terakhir masuk.”
“Terima
kasih. Lalu, masalah lainnya adalah kita tidak tahu sama sekali serangan-serangan
musuh... Meskipun kita tidak menemui apapun selain undead hingga kemari, boss
nya mungkin tipe makhluk lain, ya kan? Tidak, para developer brengsek itu pasti
akan melakukan hal semacam ini.”
“Karena
kita tidak tahu bagaimana pertarungannya, kita tidak bisa mengumpulkan mantra
elemental yang benar.. jadi bagaimana kalau yang memiliki spektrum luas tapi
potensi rendah? Tak perduli apapun itu, kita tidak akan bisa bejalar tanpa
menerima sebuah pukulan dahulu. Ditambah, kita harus mengkhawatirkan hate yang
mereset...”
“Kita
bisa gunakan makanan untuk meningkatkan status dasar. Maukah kamu berbagi
sedikit untuk pertahanan?”
“Aku
tidak akan membuat undead untuk menambahkan rotasi damage, tapi aku akan
menggunakan mereka sebagai tameng daging ketika tiba waktunya. Aku tidak akan
menggunakan mereka untuk menyerang.”
Semua
orang mendiskusikan persiapan mereka untuk pertarungan ini dengan suara keras,
dan ketika tiba waktunya, Momonga menerima konfirmasi dua tim lainnya telah
memulai pertempuran masing-masing.
“Kalau
begitu – mari?”
Bukubukuchagama
mengalir ke depan, sebuah perisai di masing-masing lengan.
Berbagai
item magic melayang di dalam tubuhnya yang berwarna pink. Ketika slime-slime
memakai item magic – dengan pengecualian item-item pegangan – mereka tidak
muncul di luar, tapi di dalam tubuh mereka.
Biasanya,
di dalam Yggdrasil seseorang bisa memakai item magic di dalam slot berikut ini
: kepala, wajah, tubuh, tiga buah perhiasan selain cincin seseorang, dibalik
baju, lengan, tangan, cincin-cincin di kiri dan kanan, pinggang, kaki dan
telapak kaki. Bahkan sebuah armor full plate hanya memakan slot tubuh.
“Kalau
begitu, kita akan menghadapinya. Salah satu boss dari enam boss raid.”
“Jangan
langsung berotasi, lihat dulu serangan musuh. Aku akan mengatur ‘hate’ kita,
jadi tolong dengarkan instruksiku. Kalian tidak perlu aku mengatakan ini, ya
kan?”
Lima
emoticon ‘seringai keji’ adalah respon mereka terhadap provokasi
Bukubukuchagama.
Mereka
sudah bermain bersama dalam waktu yang lama hingga sekarang. Mereka semua tahu
apa yang bisa mereka lakukan dan tidak bisa dilakukan.
Dengan Bukubukuchagama
di depan, kelompok itu memasuki lingkaran magic.
Mereka
berakhir di dalam sebuah ruangan yang mirip dengan sebuah colosseum.
Dinding-dindingnya tinggi dan melengkung menjadi sebuah kubah. Karena ada
sebuah atap, mungkin tidak akan ada monster terbang yang akan menjatuhi mereka.
Selanjutnya,
mereka memeriksa lantai di bawah kaki. Kelihatannya seperti tanah biasa, tidak
ada tanda-tanda jebakan.
Tetap
saja, mereka tidak bisa ceroboh. Mengubah medan adalah taktik yang umum bagi
bos-bos penyerbuan.
Mereka
harus bersiap untuk apapun yang coba dilakukan oleh musuh. Jika mereka tahu apa
yang bisa dilakukan oleh musuh sejak awal, mereka bisa mengambil langkah yang
tepat untuk menggagalkan tindakan musuh, atau bahkan merubahnya menadi
keuntungan mereka.
Seseorang
juga bisa menggunakan mantra super-tier ‘The Creation’ untuk bisa langsung
merubah keadaan menjadi keuntungan mereka, tapi semua mantra super-tier
memiliki cooldown time yang tidak bisa dihindari kapanpun mereka diaktifkan.
Oleh karena itu, kartu as dari magic super-tier hanya bisa digunakan ketika
memang sangat vital.
Momonga dan teman-temannya mengalihkan mata mereka berbarengan, kepada makhluk raksasa yang berdiri di tengah ruangan itu seperti patung Nio yang marah.
Momonga dan teman-temannya mengalihkan mata mereka berbarengan, kepada makhluk raksasa yang berdiri di tengah ruangan itu seperti patung Nio yang marah.
(TL
Note: Nio adalah dewa perang Jepang yang melindungi Buddha. Seperti Myo-O,
mereka memiliki penampilan yang garang.)
Itu adalah boss yang berdiri dengan tinggi hampir lima meter, dengan enam lengan, dan mirip dengan Asura. Dari armor hasil keterampilan yang sangat indah, mereka bisa menebak jika armor itu meningkatkan pertahanan yang kuat.
(TL
Note: Asura adalah demigod/setengah dewa dalam agama Budha)
Empat
dari enam lengannya memegang senjata jarak dekat – sebuah pedang, kapak, tombak
dan pentungan, masing-masing senjata itu mengeluarkan aura api, dingin, lisrik
dan asam. Sisa dua tangannya memegang sebuah busur. Semua ini menandakan bahwa
dia memberikan serangan fisik dengan berbagai serangan elemental. Meskipun
tidak terlihat seperti undead, masih merupakan seorang monster boss, dan itu
menunjukkan daya tahan yang sangat besar. Pastinya bukan semacam makhluk yang
bisa dijatuhkan dengan serangan instant-death (langsung mati).
Hanya
ada sangat sedikit monster di dalam Yggdrasil dengan serangan-serangan yang
sangat jauh berbeda dari penampilan mereka. Namun, ada banyak musuh yang
gerakannya tidak bisa diprediksi. Tetap saja, bos ini kelihatannya seperti
kasus spesial.
Sebagian
besar monster diciptakan dengan peraturan yang sama seperti membuat karakter player.
Bahkan magic yang mereka gunakan juga sama. Nilai yang diambil dari status
dasar mereka – seperti HP – juga mirip.
Di dalam
Yggdrasil ada dua corak utama dari bos-bos raid.
Masalah
utama dengan mendesain pertemuan boss di dalam Yggdrasil adalah adalah para player
memiliki skill dan mantra yang sama seperti monster itu, namun ketika bertemu boss
raid, ada 30 player yang menghadapi satu monster. Meskipun dengan status yang
ditingkatkan, satu monster masih bisa dikalahkan dengan beban pada keunggulan
jumlah, itu artinya tidak ada tantangan sama sekali.
Dengan
demikian, dua corak utama yang muncul saat bertemu dengan boss kelihatannya
juga untuk menyelesaikan masalah ini.
Yang
pertama adalah untuk mengatasi pertemuan dengan jumlah banyak. Suatu ketika
boss akan muncul dengan para bawahannya, atau boss arena akan langsung
memunculkan monster-monster. Dengan cara ini, boss yang biasanya tidak sangat
kuat. Dalam kasus tertentu dia hanya memiliki HP beberapa kali lipat dari
karakter seorang player.
Metode
lainnya adalah mengirimkan satu boss, dibuat dengan data yang berbeda dari
karakter player. Boss semacam ini biasanya memiliki kemampuan memberikan banyak
masalah kepada kelompok-kelompok yang bertemu dengan mereka untuk pertama
kalinya, dan dia bisa menggunakan kemampuan itu secara terus menerus.
Melihat
dari penampilan bos tersebut, sangat besra kemungkinannya dia termasuk ke dalam
kategori terakhir.
“Wahai
orang-orang bodoh yang telah menantang kami tadi, rasakan kekuatan dari mereka
yang menjadi semakin kuat saat setiap lapis ikatan dilepaskan dari kami.”
“...Tidak
ada pertanda apapun tentang ikatan sebelum ini. Ini dia kami datang!”
Bukubukuchagama
melompat ke depan. Dia mengitari monster boss itu, bergerak masuk agar serangan
pertama monster boss itu hanya mengenai dirinya.
Monster
boss tersebut menusukkan pedang apinya, lalu sebuah lingkaran merah gelap
terbentuk di bawah kaki Bukubukuchagama, menandakan bahwa dia adalah target
serangan. Dari cara lingkaran itu bergerak mengikuti Bukubukuchagama,
kelihatannya ini adalah sebuah jurus yang tidak bisa dihindari.
“[Solar
Flare].”
Kalimat
itu mengambang di udara saat skill bos yang unik tersebut aktif, itu bukanlah
merupakan sebuah mantra yang bisa diakses oleh para player. Sebuah ledakan api
terjadi, berpusat pada Bukubukuchagama.
Boss-boss
dengan banyak skill unik memang sangat sulit dihadapi. dikarenakan tidak adanya
cara untuk mengetahui serangan atau magic tipe apa yang efektif. Tidak ada
waktu untuk merasakannya hanya dengan trial dan error pula, yang bisa mereka lakukan
sekarang adalah menggunakan seluruh trik yang telah mereka pelajari selama
menjadi gamer.
Melihat
dari nilai HP Bukubukuchagama, dia tidaklah seberapa terluka parah. Namun, itu dikarenakan
memang tujuan dia adalah untuk menerima serangan. Setelah menjauhkan diri dari kekuatan
serangan, Bukubukuchagama malahan meningkatkan daya tahan yang besar terhadap
segala macam serangan elemental.
Meskipun
begitu, jika boss tersebut memfokuskan serangannya kepada Bukubukuchagama, dia
mungkin akan dihajar hingga tewas. Tentu saja, monster-monster biasa tidak bisa
melakukan itu, tapi itu mungkin saja bagi para monster boss, yang didesain
sebagai unit tarung sendirian. Lagipula mereka adalah makhluk spesial, tidak
seperti musuh biasa. Dengan demikian, bahkan luka-luka ringan pun tidak bisa
diabaikan begitu saja.
Jadi,
Yamaiko langsung merapalkan mantra healingnya.
Boss tersebut
mulai mengejar Bukubukuchagama, sementara Momonga mendekat dari sisi yang berlawanan.
Boss tersebut mengayunkan pedang raksasanya ke arah Bukubukuchagama, tapi
dengan cekatan dia menghadangnya dengan perisai.
Seorang player
kelas atas tidak hanya bisa mementalkan serangan boss tanpa mengalami luka, namun
dia bahkan meresponnya dengan serangan balik miliknya sendiri. Akan tetapi,
Bukubukuchagama tidak bisa melakukan itu. Di dalam Ainz Ooal Gown, satu-satunya
orang yang bisa melakukannya adalah Touch Me. Dia adalah player super-tier yang
yang bahkan bisa berperan sebagai tank meskipun dia seorang penyerang.
Dua
barisan depan bergerak maju. Seperti sebuah karet gelang yang diregangkan
hingga batasnya, mereka langsung bergerak maju, tiba dalam sekejap pada boss
monster itu.
“[Shadowbind], [Hobble].”(TL note: 影縫い, 足殺し)
“[Razor Edge], [Rasetsu].”(TL note: レイザエッジ, 羅剎)
“[Shadowbind], [Hobble].”(TL note: 影縫い, 足殺し)
“[Razor Edge], [Rasetsu].”(TL note: レイザエッジ, 羅剎)
Saat
tulisan dalam kotak muncul di atas kepala mereka, beberapa pisau hitam terbang
menembus udara. Itu adalah serangan-serangan yang menurunkan kemampuan evasiv
(penghindaran) dan kecepatan gerakan, sekarang boss itu agaknya sudah melemah,
Warrior Takemikazuchi sebagai penyerang fisik menebas dengan liar ke arah boss
tersebut.
Berbagai
tebasan muncul di tubuh boss tersebut, dan Momonga melihat nilai HP boss itu
bergetar, berkat mantra ‘Life Essence’ miliknya. Boss itu telah menerima lebih
sedikit damage dari yang diduga, dan karena hal inilah yang membuatnya semakin meyakinkan
bahwa dia benar-benar seorang boss raid.
“[Arm Slice], [Headshot].”(TL note: 腕殺し, 頭殺し)
“[Rasetsu], [Slash-All].”(TL note: 羅剎, 四方八方)
“[Arm Slice], [Headshot].”(TL note: 腕殺し, 頭殺し)
“[Rasetsu], [Slash-All].”(TL note: 羅剎, 四方八方)
Semakin banyak
kalimat yang muncul di atas kepala mereka, dan serangan berantai mereka melukai
tubuh boss tersebut.
Mereka masih bisa mengobrol sambil bertarung melawan monster-monster biasa, tapi melawan seorang boss mereka tidak punya waktu untuk adu mulut. Namun, kerjasama mereka akan hancur jika tidak memperlihatkan apa yang sedang mereka lakukan, jadi mereka menggunakan kode macro untuk menciptakan tulisan di dalam kotak-kotak itu.
Mereka masih bisa mengobrol sambil bertarung melawan monster-monster biasa, tapi melawan seorang boss mereka tidak punya waktu untuk adu mulut. Namun, kerjasama mereka akan hancur jika tidak memperlihatkan apa yang sedang mereka lakukan, jadi mereka menggunakan kode macro untuk menciptakan tulisan di dalam kotak-kotak itu.
(TL
Note: kode macro adalah program-program mini yang mengeksekusi rangkaian
tindakan yang terhubung kepada sebuah tombol yang ditekan, mereka digunakan di
dalam game untuk mengkomunikasikan informasi dengan cepat)
Pentungan
yang meneteskan asam itu diayunkan kepada Nishiki Enrai. Berkat debuff yang dia
berikan, nilai ‘hate’ dari boss itu meningkat diluar perkiraan kemampuan
Bukubukuchagama dalam mengaturnya.
Meskipun
pukulan itu harusnya berhasil, tak ada nilai damage yang muncul. Dia pasti
menggunakan semacam skill ninja.
“Hati-hati
dengan nilai ‘hate’ milikmu! Berhentilah menyerang!”
“R!”
“R!”
“R!”
“R!”
(TL
Note: R di sini digunakan untuk singkatan ‘roger’ atau 了解/ryokai
dalam bahasa Jepang)
Bukubukuchagama
menggunakan perisai di tangan kirinya untuk melindungi diri, sambil menyerang
secara beruntun dengan perisai yang ada di tangan kanan.
Tulisan
di dalam kotak yang muncul di atas kepalanya terbaca [Shield Attack], [Shield
Stun] dan [Mega Impact]. Ini juga dikenal sebagai Hate Combo, membuat nilai hate
meningkat dengan cepat pada dirinya.
Setelah
itu adalah [Knight’s Challenge]. Biasanya, nilai hate meningkat bersama dengan
damage yang diberikan, tapi Bukubukuchagama memberikan damage sangat sedikit.
Hasilnya, dia tidak bisa meningkatkan hate dengan cepat, itulah kenapa dia
mengkompensasikannya dengan sebuah skill yang membangun hate dua kali lebih
cepat dari biasanya.
Boss itu
sekali lagi menyasar Bukubukuchagama, dan mulai menyerang.
Dua
orang barisan depan menyelaraskan gerakan mereka dan menyerang, sementara
Ulbert dan Momonga merapalkan mantra mereka.
“[Boosted Magic - Magic Arrow]!”
“[Penetrate Magic - Slow]!”
“[Boosted Magic - Magic Arrow]!”
“[Penetrate Magic - Slow]!”
Mantra
tier kesatu Ulbert yang mana tiernya ditingkatkan sementara, menyasar ke arah
boss tersebut, meninggalkan sebuah jejak putih saat telah selesai.
Memberikan
damage terlalu banyak akan membuat manajemen hate menjadi sulit, sehingga aliran
pertempuran akan sulit dikendalikan. Agar tidak membangun terlalu banyak nilai
hate, dia memutuskan untuk menggunakan sebuah mantra lemah.
Seperti
biasa, Momonga merapalkan debuff. Menembus pertahanan musuh adalah hal yang
sulit, tapi jika debuff berhasil tersambung, itu akan sangat membantu timnya.
Pertempuran
itu berjalan dengan lancar. Barisan depan menekan boss sementara barisan
belakang mengikisnya. Rasanya mereka sudah mendapatkan awal yang bagus,
meskipun begitu mereka tidak membiarkan hal tersebut menjadikan mereka besar
kepala. Saat Momonga sedang berpikir demikian, sebuah notifikasi [Message]
muncul di dalam bidang pandangannya.
Apa kamu tidak tahu aku sedang melawan boss, Momonga menggerutu saat dia
menyentuh notifikasi tersebut dan menerima [Message].
“Maaf
sudah mengganggumu di tengah-tengah pertarungan, Momonga-san.”
Itu
adalah suara Punitto Moe.
“Ah ya,
mau bagaimana lagi. Aku akan bicara denganmu seben-“
“Berapa
lama lagi?!”
Bagaimana
aku tahu? Meskipun Momonga ingin bilang kepadanya untuk tidak mengganggu
konsentrasi, dia bisa merasakan sebuah perasaan gugup yang semakin membesar dari
suara Punitto Moe.
Momonga
sudah merapalkan mantra tier ke-7, [Focus Magic], kepada Ulbert. Sementara buff
ini akan berakhir setelah mantra berikutnya yang dirapalkan oleh Ulbert, mantra
itu akan memberikan dua kali jumlah DPS dari biasanya. Ditambah lagi, hanya
hate Ulbert yang akan meningkat, jadi Bukubukuchagama akan lebih mudah mengatur
nilai hatenya.
Karena
hal ini, Momonga sedikit memiliki ruang untuk bernafas. Sambil mengawasi
gerakan boss itu, dia membalas Punitto Moe.
“Harusnya
agak sedikit lama, kami bahkan belum membuatnya turun hingga 75% HP.”
Party
biasa akan memakan waktu 10 hingga 15 menit untuk mengalahkan seorang boss.
Bahkan seperempatnya saja belum bisa terlewati.
“Bisakah
kamu sedikit mempercepatnya? Tiga tim sudah mengalahkan bos-bos mereka dan
bergerak ke lantai enam-“
Momonga
tidak memberi selamat kepada Punitto Moe karena dia memiliki firasat buruk
terhadap apa yang terjadi selanjutnya.
“Mereka
menemui sebuah gerombolan monster yang terus bermunculan kembali dan saat ini
sedang bertarung. Mungkin mereka harus bertarung sampai semuanya menang dan
tiba di lantai 6.”
Apa
lagi ini?!
Momonga
menahan diri ingin berseru dengan keras. Ini adalan situasi yang gawat untuk
kelompok-kelompok yang di teleport. Dipaksa bertarung melawan musuh yang bahkan
lebih banyak lagi setelah menguras MP dan skill terbatas mereka melawan monster-monster
boss adalah sebuah tugas yang berat.
Cara
yang benar untuk menyelesaikan sebuah dungeon seperti ini mungkin mempelajari
bos-bos mana yang semakin kuat, dan urutannya. Lalu, party-party tersebut akan
memasuki pertarungan bos mereka secara beruntun dan mengalahkannya di saat
bersamaan.
Dia
mengutuk para developer brengsek itu di dalam hati. Apakah mereka benar-benar
membenci penyelesaian pertama kali sebesar itu? Tidak, karena jebakan-jebakan
seperti inilah yang membuat peneyelesaian pertama kali menjadi sulit.
“Jadi,
aku mohon bergegaslah!”
Setelah
menghentikan [Message] kepada Punitto Moe, Momonga berteriak, “Selesaikan
dengan cepat!”
“R!”
“R!”
Mereka
membalas dengan berbarengan, dan tak ada yang betanya alasannya kenapa.
“Uwah,
waktu yang dihabiskan! Cash shop sialan!”
“3000
yen! Tidak lebih dari 3000 yen! Para developer brengsek itu pasti melakukan ini
untuk memaksa orang-orang menggunakan cash shop!”
Saat Momonga mendengar Nishiki Enrai dan Warrior
Takemikazuchi berteriak, dia juga mendengar Ulbert meratap, “Aku harus menggunakan item cash
juga..”
Momonga
bisa berempati dengannya. Sekarang ini, mungkin yang terbaik adalah membuat
investasi minimal pada item-item cash. Lagipula mereka ada di dalam satu tim,
dan tidak baik jika menyusahkan yang lainnya.
Meskipun
dia tidak tahu item cash macam apa yang digunakan oleh barisan depan, HP boss
itu menurun lebih cepat dari sebelumnya. Karena itu, boss itu menggunakan
serangan baru – dia mengangkat kapak bekunya ke atas kepalanya.
“[Neptune Lightstorm].”
“[Neptune Lightstorm].”
Uap dingin
yang mengalir dari kapak beku itu membentuk sebuah bola energi putih kebiruan
di atas kepalanya.
Ini
pasti semacam jurus super. Dengan berpikir seperti itu, Momonga langsung
berlari ke sisi Yamaiko. Laser-laser tersebar ke segala penjuru dari bola putih
kebiruan itu. Meskipun sebagian besar laser-laser itu kelihatannya berterbangan
secara acak, beberapa diantara mengikuti corak yang spesifik. Tentu saja, tidak
mungkin ada yang tahu apa coraknya hanya dari pertemuan pertama kali saja.
Momonga
terkena sebuah kilatan cahaya, tap dia tidak terluka. Seperti yang diduga,
serangan itu adalah serangan berelemen dingin. Karena dia kebal elemen itu,
efek status negatif atau debuff tidak mengenai dirinya pula. Namun-
“[Haste].”
“[Haste].”
Momonga
merapalkan mantra ke barisan depan.
Tiga
barisan depan terkena debuff Slow, pasti karena terkena serangan laser-laser tersebut.
Meskipun begitu, dia bisa membalasnya dengan magic lawan yang tepat. Pada level
ini, seseorang bisa menetralkan serangan elemental dan debuff dengan element
asli atau pertahanan, tapi mustahil bisa mengeliminasi semua celah di dalam
sebuah karakter. Masalahnya muncul saat seorang player membiarkan dirinya
menjadi lemah.
Kelihatannya,
barisan depan membiarkan diri mereka rentan terhadap efek Slow karena percaya
Momonga akan membantu menangkalnya. Sebaliknya Momonga langsung memulihkan
mereka. Inilah arti kerjasama tim yang sebenarnya.
Saat
mereka mengira sudah mengatasinya, boss itu mulai melakukan serangan-serangan
lain.
Interval
yang semakin mengecil dalam penggunaan skill adalah sebuah tanda bahwa
boss-boss itu menaikkan temponya.
“[Venus Monsoon].”
“[Venus Monsoon].”
Awan
tebal muncul di atas kepala boss monster itu, menyelimuti medan pertempuran.
Boss tersebut mengangkat pentungannya yang sudah berkarat. Kelihatannya akan
memanggil hujan asam.
“[Shark Cyclone].”
“[Shark Cyclone].”
Sebuah
angin topan raksasa muncul bergulung saat Momonga merapalkan mantranya, tapi
itu tidak membuyarkan awan-awan yang menggantung di atas kepala.
“Sial!”
Momonga
menggumamkan “Develepor sialan” lagi dan lagi, sampai menjadi semacam mantra.
Jika
boss monster itu menggunakan sebuah mantra yang bisa diakses oleh para player,
dia mungkin akan bisa melawannya dengan suatu cara. Namun, jika itu adalah
skill, yang bisa dia lakukan adalah menebak.
Kali
ini, tebakannya meleset.
Harusnya
dia menggunakan mantra bertahan, tapi sudah terlambat. Ini bukanlah musuh yang
akan memberinya keuntungan dengan pengulangan.
Sebuah
badai hujan memenuhi pandangan setiap orang. Itu membuat mereka terbayang
dengan hujan asam di dunia nyata. Namun, karena ini adalah game, hujan itu
langsung hilang. Genangan yang tersisa di tanah tidak memberikan efek DOT
apapun (Damage Over Time / Damage dengan berjalannya waktu).
Yang
mengejutkan ini adalah serangan yang ringan. Karena dia memiliki daya tahan
terhadap asam, dia tidak menerima banyak damage. Tentu saja, durabilitas perlengkapannya
telah menurun, namun itu bukanlah masalah besar. Mungkin ini semacam serangan
yang akan memberikan efek tambahan jika debuff slow masih ada pada mereka.
Yamaiko
berlari ke arahnya, dan saat dia menyentuh Yamaiko, sebuah textbox dengan
kalimat [Greater Lethal] muncul. Ini adalah sebuah mantra yang menyebabkan
damage dengan energi negatif, tapi memiliki efek yang berlawanan terhadap
Momonga.
Momonga
juga memiliki kemampuan untuk menyuntikkan energi negatif dengan sentuhan, tapi
itu tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan undead. Kelihatannya itu bisa
menyembuhkan undead ketika minggu pertama game tersebut berjalan, namun itu
langsung diperbaiki. Sinar harapan yang menyinari magic caster undead akhirnya
padam, seakan itu tidak lebih dari sebuah mimpi.
“Trims!”
“Sama-sama.”
Yamaiko
merapalkan mantra healing untuk barisan depan, yang kesehatannya berkurang
hampir separuh. Bukubukuchagama masih sangat energik, jadi mantranya difokuskan
kepada dua orang lainnya.
Boss tersebut
mengangkat tombak petirnya.
Karena
kesehatannya menurun dengan sangat cepat, jeda antara masing-masing serangan
sekarang sangatlah pendek. Ada baik dan buruknya untuk hal ini, tapi karena
Bukubukuchagama tetap diam, itu menandakan tidak apa.
Melihat
dari senjata yang diangkat oleh boss itu, kelihatannya semacam serangan
berelemen petir. Jika itu masalahnya-
“Yamaiko-san!
Ulbert-san! Ke atas!”
Tidak
ada waktu lagi menunggu balasan mereka. Momonga merapalkan sebuah mantra
[Greater Teleportation]. Tujuannya adalah langit. Saat pandangan matanya
berubah karena teleport-
“[Jupiter Tempest].”
“[Jupiter Tempest].”
-Kilatan-kilatan
petir putih yang menyilaukan berebut menuju tanah. Sebuah mantra [Fly]
sederhana tidak akan membiarkan mereka berhasil tepat waktu.
Biasanya,
terbang ke atas adalah gerakan yang buruk. Namun, Momonga naik karena serangan
sebelumnya dari bos itu turun dari atas. Dia menduga tidak akan ada dua
serangan beruntun yang turun dari langit.
Dia
beruntung.
“Turun.”
“Okay!”
“Okay!”
Mereka
sepemikiran. Lagipula, ada kemungkinan serangan berikutnya akan memberikan
damage besar bagi siapapun di udara. Tentu saja, dia sangat gugup saat turun,
tapi tubuhnya didukung oleh mantra [Fly] saat kembali ke tanah. Ketika tiba,
dia tidak lupa untuk membatalkan mantranya. Sebenarnya, menggunakan [Fly] di dalam
pertarungan sangatlah sulit, hanya sedikit orang yang mampu melakukannya.
Tetap
saja, jika seseorang merencanakan rute sederhana dan membiarkan autopilot
mantranya menangani semuanya, seseorang bisa bertarung di udara. Terutama Mendarat,
itu adalah tugas yang mudah.
Ketika
boss itu mengayunkan senjatanya, shockwave (gelombang kejut) yang dihasilkan
merobek ke area sekitarnya. Namun, hanya Bukubukuchagama yang terluka. Melihat
dari textbox mereka, dua penyerang telah menggunakan semacam teknik untuk bertahan
dari damage dan melanjutkan serangan mereka.
Saat
Momonga, Ulbert dan Yamaiko turun, boss itu mengangkat keempat senjatanya, dan
menggunakan semacam skill.
“[Great Ore of Mercury].”
“[Great Ore of Mercury].”
Kelihatannya
boss itu sudah mem buff dirinya sendiri.
“Sulitnya!”
Suara
itu adalah milik Warrrior Takemikazuchi. Hasil damagenya telah menurun
sepersepuluh dari biasanya.
“Meteoric
Turtle!” Bukubukuchagama berteriak, menamai boss yang mereka kalahkan di masa
lalu. Momonga langsung mengerti arti dibalik ucapan itu. Meteoric Turtle
memiliki sebuah gerakan dimana dia bisa meningkatkan pertahanannya, lalu
terbang ke langit sebelum mendarat lagi seperti meteor dalam namanya,
memberikan sebuah damage yang menyapu semua orang dalam area tersebut.
Pencegahan
dari gerakan ini adalah: buat bosnya tidak seimbang dan paksa dia untuk
melepaskan sikap bertahannya, bawa ke langit lalu bagi dua damage yang
diterima, atau terus-terusan menggunakan mantra bertahan atau skill untuk
menahan serangan gencarnya.
Warrior
Takemikazuchi dan Nishiki Enrai mulai menggunakan skill-skill yang membuatnya
tidak seimbang, Momonga dan yang lainnya berkoordinasi dengan mereka dan
merapalkan mantra-mantra yang melemahkan boss itu pula.
Sebuah
sensasi menusuk menggantung di udara – sekitar 15 detik kemudian, boss itu
mengayunkan senjatanya, seakan ingat bahwa dia telah lupa menyerang ketika
pertahanannya meningkat. Perasaan lega yang datang karena menyela boss itu
digantikan dengan tekanan karena tahu boss itu akan memulai gerakannya.
“[Lunar Sword].”
“[Lunar Sword].”
Tekanan
udara dari serangan-serangan itu berubah menjadi shockwave menebas yang merobek
udara. Tidak ada bedanya apakah yang ada di langit atau di tanah, tidak ada
yang bisa bersembunyi darinya.
“[Wall of Jericho].”
“[Wall of Jericho].”
Bukubukuchagama
menggunakan skill pertahanan area miliknya untuk menjadi sebuah dinding agar
bisa digunakan oleh semua orang untuk bersembunyi. Meskipun begitu, dia masih
terkena serangan yang berat. Tidak jelas apakah membuat musuh tidak seimbang
berarti mereka menerima damage yang lebih sedikit, atau apakah damage yang
diterima dibagikan dengan rata ke seluruh kelompok, atau apakah mereka telah
menerima damage semuanya karena gagal menghindari serangan itu.
Saat dia
disembuhkan, Momonga menuju console miliknya dan melihat ke arah mantra-mantranya,
di waktu yang sama mempertimbangkan bagaimana meneruskannya melihat serangan
yang baru saja diterima. Sekarang bos itu telah kehilangan banyak sekali HP
miliknya, corak serangannya pun menjadi semakin agresif. Ada kemungkinan dia
mungkin akan menggunakan serangan itu berulang-ulang.
Sementara
itu, HP boss tersebut berkurang dengan stabil. Meskipun boss itu memiliki HP
yang sangat tinggi, kekuatan serangan para penyerang itu sudah lebih dari cukup
untuk tugas itu.
Tiba-tiba
saja, boss tersebut mengarahkan busurnya ke langit lalu menarik talinya. Tidak
ada yang tahu bagaimana senjata itu akan menyerang karena dia tidak menggunakan
busur dan panah itu sebelumnya. Mereka menghalang-halanginya sebisa mungkin,
dan membiarkan barisan belakang menangani target boss itu.
Haruskah aku memeriksa elemen busur itu? Pikir Momonga saat dia berdecak
lidah.
“[Saturn Meteor].”
“[Saturn Meteor].”
Boss itu
menembakkannya ke langit. Anak panah berterbangan ke atas, lalu sebuah lubang
hitam seperti tinta pun muncul – lubang hitam ruang dan waktu – yang menelan
anak panahnya tanpa jejak.
Lubang
hitam yang tiba-tiba muncul itu membesar untuk menutupi seluruh medan
pertempuran. Kelihatannya jangkauan serangan ini sebesar yang sebelumnya.
Momonga
langsung memilih [Wall of Skeleton] dari konsol kendali, mengarahkannya ke atas
seperti sebuah payung.
“Momonga-san,
biarkan aku masuk!”
Ulbert,
spesialis serangan, harus menyimpan setiap jengkal MP yang dia miliki. Jadi,
dia berlari mendekat. Yamaiko juga dalam situasi yang sama.
“[Field of Force].”
“[Sanctuary Protection].”
“[Field of Force].”
“[Sanctuary Protection].”
Saat
Yamaiko membuat lapisan pelindung lainnya, Momonga merapalkan mantra pertahanan
lainnya. Ini karena mereka tidak tahu serangan macam apa yang akan datang
selanjutnya.
Tidak
lama kemudian, sebuah suara berderit yang melengking di udara terdengar, lalu meteor
yang tak terhitung jumlahnya berterbangan di udara mengarah kepada mereka.
Benturan
pertama memecahkan [Wall of Skeleton] yang sudah diperkuat dengan [Sanctuary
Protection]. Setelah itu, shockwave memecahkan [Field of Force] dan melukai
Momonga, lebih dari yang diberikan oleh [Lunar Sword] sebelumnya. Separuh dari
HP yang sebelumnya penuh hilang dalam sekejap.
Namun,
itu adalah akhir serangan tersebut, dan Momonga masih hidup. Tak ada yang
tewas, dan Bukubukuchagama masih memiliki sisa HP lebih dari separuh.
Jika
tanker masih baik-baik saja, mereka masih bisa melawan.
Yamaiko
menggunakan sebuah skill yang luar biasa untuk menyembuhkan semua orang dengan
cepat. Namun, ini tidak termasuk Momonga, karena metode penyembuhan biasa tidak
bekerja untuknya.
Ditambah
lagi, skill besar Yamaiko menyebarkan penyembuhannya hanya untuk yang ditarget,
jadi tidak ada keuntungannya memasukkan Momonga.
Jika
Momonga menerima serangan lainnya dari bos itu, dia akan tewas. Jadi, Momonga mengawasi
gerakan boss itu saat dia membuat seorang Death Knight dan membuatnya menunggu
perintah. Jika boss itu menyerang dan melemahkan Momonga, dia akan menggunakan
Death Knight itu sebagai perisai.
“Aku
akan menyembuhkanmu, Momonga-san!”
Setelah
menyembuhkan yang lainnya, Yamaiko mengumumkan tindakan selanjutnya kepada
barisan depan dan merapalkan [Greater Lethal] kepada Momonga. Sementara Momonga
disembuhkan, barisan depan menghentikan serangan dan mengambil sikap bertahan,
menyembuhkan luka mereka dengan potion. Ini agar mereka tidak membuat manajemen
hate menjadi rumit.
Semua
senjata yang dipegang boss itu melayang di udara, mengelilinginya.
Melihat
efek-efek spesial ini, tidak diragukan lagi itu adalah sebuah persiapan untuk
sesuatu yang besar.
“Tidak
kukira kalian bisa sejauh ini! Kelihatannya aku telah meremehkan kalian! Kalau
begitu! Kemarilah, para bawahanku!”
Senjata-senjata
yang melayang sendiri itu menuju sudut bintang lima, lalu meluncur ke tanah.
Lima monster muncul dari tempat itu.
Level 87: Primal Fire Elemental
Level 87: Primal Water Elemental
Level 87: Primal Fire Elemental
Level 87: Primal Water Elemental
Level 87: Primal Air Elemental
Level 87: Primal Earth Elemental
Level 90: Primal Star Elemental
Masing-masingnya
memiliki ukuran sebesar boss itu, dan mereka adalah monster-monster yang setara
levelnya dengan Momonga dan yang lainnya.
Keenam
monster itu, termasuk boss, pasti akan melumat kelompok tersebut menjadi pasta.
Momonga
tertawa.
Dia
tidak menduga boss itu sekuat ini.
Mungkin
kita sudah salah urutannya. Boss di arena ini adalah semacam boss yang tidak
akan melunak hingga akhir.
“Atau
apakah kamu bilang boss-boss lain sekuat ini? Jika memang begitu.. maka kita
sudah membuat keputusan yang tepat.”
Seakan
menjawab gumaman Momonga, sebuah suara pria berteriak:
“Meraunglah,
arcana rahasiaku! Turunlah, oh ultimate disaster (bencana terbesar),
Mengalirlah, wahai air mata keputusasaan dan penyesalan! – [Grand
Catastrophe]!”
Ucapan
ini, yang sama sekali tidak seperti gaya yang biasa – secara tidak sengaja,
pembukaan di depan nama mantra itu berbeda tiap kalinya – adalah sebuah
ekspresi sebenarnya dari sang jiwa.
Ketika
Ulbert Alain Odle menguasai kelas World Disaster, dia mendapatkan kekuatan ini,
yang bahkan melampaui kekuatan dari mantra-mantra super-tier. Itu adalah sebuah
jurus yang membutuhkan 60% MP miliknya.
Daun-daun
pohon dunia yang berguguran memiliki maksud jahat tersendiri, dan sekarang
kutukan itu terlah berbentuk. Energi penghancur murni bergejolak di medan
pertempuran tersebut.
Lima
elemental, yang harusnya memiliki HP penuh, langsung binasa. Boss nya sendiri
kehilangan HP dalam jumlah yang membahayakan.
Di waktu
yang sama, Ulbert berlari ke arah boss itu.
Berkat
hate yang dibangun oleh [Grand Catastrophe], boss itu tidak akan berhenti
menyerang sampai dia mengenai Ulbert setidaknya sekali.
Seakan
berganti dengannya, Bukubukuchagama berlari ke belakang.
Saat
dimana Ulbert terkena serangan boss tersebut, Bukubukuchagama – yang berlari ke
belakang – langsung berganti tempat dengannya.
Sebuah
textbox terbaca [Transposition] muncul berasal dari Bukubukuchagama, lalu
hilang.
Senjata-senjata
boss itu kembali ke tangannya.
Mungkin
saja boss itu akan kehilangan akses terhadap sebuah senjata selama senjata itu
sesuai dengan monster elemental yang ada di medan pertempuran sana. Kalau
begitu, mungkin akan lebih baik membiarkan hidup elemental-elemental yang
sesuai - mungkin dua saja, satu senjata
di tangan kiri dan satu senjata di tangan kanan – tapi tentu saja mereka tidak
tahu hal itu karena ini adalah pertemuan mereka yang pertama kalinya.
“‘[Solar Flare].”
“‘[Solar Flare].”
Boss
monster itu membuka serangan terhadap Bukubukuchagama dengan gerakan yang
pertama kalinya dia gunakan.
“Semuanya!
Bunuh dia secepatnya! Dia mulai melakukan rotasi lagi!” teriak Bukubukuchagama.
Sekarang
setelah Ulbert telah menghabiskan kartu asnya, mereka tidak punya cara cepat untuk
mengalahkan elemental-elemental itu jika musuh memanggilnya lagi. Dengan kata
lain, mereka akan kalah. Jadi, mereka harus mengalahkannya sebelum itu.
Sekarang
sudah tidak ada alasan lagi untuk menahan diri.
“[Triplet Maximize Magic — Reality Slash]!”
“[Triplet Maximize Magic — Reality Slash]!”
Sekarang
Momonga bisa merasakan perhatian boss tersebut berpaling kepada dirinya setelah
nilai hate miliknya naik. Atau lebih tepatnya, itu memang bisa diduga setelah
dia menyerang boss tersebut dengan tiga mantra serangan maksimal tier ke-10
secara bersamaan.
Monster Boss
tersebut mendekat dengan cekatan, tapi itu memang sesuai dengan prediksi
Bukubukuchagama. Wajar jika musuh menyerang siapapun yang telah menyerang
mereka.
Buktinya
adalah Bukubukuchagama tidak bergegas menuju ke arah Momonga, tapi
mengaplikasikan kembali buff yang sudah habis malahan. Ini karena dia sangat
yakin Momonga bisa menanganinya, dan bisa merespon sebagaimana mestinya seorang
player.
“Death Knight!”
Dia
mengirimkan sebuah perintah kepada Death Knight dengan sebuah macro. Death
Knight itu meraung, dan menerima hate yang harusnya ditujukan kepada Momonga.
Di waktu
yang sama, menurut perintah yang telah diberikan, Death Knight itu berlari ke
arah Bukubukuchagama.
Boss itu
terhenti, lalu berpaling kepada Death Knigt yang datang.
Dia
mengayunkan serangannya ke arah Death Knight itu.
Tidak
usah dikatakan lagi dari perbedaan level yang sangat besar, Death Knight itu
harusnya sudah hancur.
Ini yang
harusnya terjadi jika seorang makhluk level 90 diserang oleh lawan dengan level
35, kecuali kalau penyerang itu banyak menahan diri. Namun, skill Death Knight
itu diaktifkan. Dia menerima serangan itu dan selamat dengan sisa 1 HP saja,
lalu melanjutkan larinya ke arah barisan depan. Atau lebih tepatnya, dia
mencoba berlari – serangan boss yang selanjutnya membuyarkan Death Knight
tersebut.
Namun,
dia sudah memenuhi tujuannya.
“Kamu
adalah yang terbaik, Death Knight-kun! Sekarang lihat aku, dasar brengsek!”
Bukubukuchagama
mengangkat lengannya yang sangat dingin, mungkin mencoba untuk membuat boss
monster itu menarget dirinya. Monster boss tersebut yang daritadi berencana
untuk menyerang yang lainnya, merubah target ke arah Bukubukuchagama.
Semua
ini adalah gerakan menyerang bergantian, yang Momonga kuasai dalam eksekusinya.
“Dorong
dia!”
“R!”
“R!”
“R!”
“R!”
Boss itu
mengangkat kapak bekunya, dan menggunakan [Neptune Lightstorm], yang sudah
Momonga rasakan sebelumnya. Saat dia melindungi barisan belakang lain dengan
tubuhnya, dia membatalkan debuff dari para barisan depan.
Ini
adalah awal ketika boss monster itu mulai menyerang dengan sungguh-sungguh.
Sampai
sekarang boss itu hanya mengeluarkan seluruh skill yang dia miliki dengan serangan
sederhana secara otomatis. Namun, kali ini, dia menggunakan skillnya secara
beruntun.
Apakah
itu karena HP miliknya sudah rendah?
Ini
menandakan dia akan memanggil para Primal Elemental itu setelah menggunakan
masing-masing skill sekali. Dengan kata lain, mereka sudah kehabisan waktu.
Bisakah
kita menurunkan HP miliknya dengan cukup cepat?
Meskipun
semakin gugup, Momonga mengoperasikan konsolnya dengan cepat dan akurat. Inilah
artinya ketika mereka berkata “barisan depan adalah turnamen olahraga,
sementara barisan belakang adalah pertunjukan teater.”
Sebuah
kesalahan akan mengganggu ritmenya.
Momonga
mengerang saat dia memikirkan serangan-serangan boss itu dan mengawasi
gerakannya. Mereka mungkin tidak akan bisa mengalahkannya dengan tepat waktu.
Namun-
“-Bagaimana?
Bisakah kita membunuhnya dengan sekali serang?”
“Aku
dalam jangkauan! Kita bisa melakukannya! Semuanya, kita akan melakukan the
Bright King Combo!”
“Ohhh!
Aku akan serahkan itu kepadamu.”
“Roger!
Kalau begitu biarkan aku memulainya! [Sacrifice]!”
Boss
monster itu memukul Bukubukuchagama, yang kedua lengannya terlentang lebar.
Bukubukuchagama menerima damage dalam jumlah besar meskipun pertahanannya luar
biasa tinggi. Di saat bersamaan, sebuah kabut hitam menyelimuti boss itu.
Setelah
itu, Bukubukuchagama mengaktifkan skill [Aegis]. Merestorasi HP harusnya adalah
tugas Yamaiko, tapi mereka tidak lagi punya waktu untuk itu. Yang bisa dia
lakukan adalah meminimalisir damage yang diterima dan mencoba mendorong ini
dengan sisa HP yang ada.
Momonga
merapalkan sebuah mantra, menarget Nishiki Enrai.
“[Conflict Karma]!”
“[Conflict Karma]!”
Yamaiko
mengawasi saat Momonga merapalkan buff miliknya, lalu menghancurkan item cash
seperti jam pasir di tangannya, langsung mengaktifkan mantra super tier milik
Yamaiko.
“[Judgement of Osiris]!”
(TL Note: kanji dibaca オシリスの 裁き/Judgement of Osiris, furigananya adalah ペルト エム ヘルウ/Prt M Hrw, bagian dari nama buku kematian Mesir.)
“[Judgement of Osiris]!”
(TL Note: kanji dibaca オシリスの 裁き/Judgement of Osiris, furigananya adalah ペルト エム ヘルウ/Prt M Hrw, bagian dari nama buku kematian Mesir.)
Sisik-sisik
muncul di atas kepala setiap orang di medan pertempuran itu.
Di satu
sisi adalah sebuah jantung, dan di sisi lainnya adalah sebuah bulu.
Sisik-sisik
Yamaiko, Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuch semakin berkurang di sisi
bulu-bulu. Sebaliknya, Sisik-sisik Momonga, Ulbert, Bukubukuchagama, dan boss
itu semakin berat di sisi jantung. Dalam sekejap, jantung itu langsung dimakan
oleh seekor binatang buas yang muncul entah darimana.
Momonga
tidak terluka.
Namun,
nilai karmanya menjadi hancur, sampai -1000 dalam sekejap.
Mantra
super-tier ini bisa memanipulasi nilai-nilai karma – mantra itu mengurani nilai
negatif, dan meningkatkan yang positif.
Nilai
karma mempengaruhi damage yang diberikan oleh mantra-mantra dan skill-skill
tertentu. Alasan Yamaiko merapalkan mantra ini tanpa berkata apapun – adalah
untuk meningkatkan efek dari combo yang mengandalkan ketidakseimbangan karma.
Warrior
Takemikazuchi tersenyum lebar saat dia memulai Combo itu.
“Ini
dia! [Acalanatha]![Fudo Kensaku]!”
Sosok
dari yang tak tergerakkan, Fudo Myo-o, muncul di belakang Warrior
Takemikazuchi, mengeluarkan sebuah tali penjerat ternak dari tangannya.
Pukulan
pertama dari Bright King Combo, [Acalanatha], memiliki dua komponen serangan,
Pertama, [Pedang Kurikara], memberikan lebih banyak damage ketika nilai karma
lawan semakin rendah. Tanpa tindakan pencegahan yang benar, bisa fatal
akibatnya. Yang kedua adalah [Fudo Kensaku], yang mengurangi kemampuan
menghindar lawan dengan nilai karma rendah. Pengurangan ini setara dengan
jumlah karma negatif dari targetnya.
Mungkin
karma dari boss itu takkan pernah setinggi itu sejak awal, tapi skill
Bukubukuchagama memastikan itu.
[Sacrifice]
milik Bukubukuchagama sangat menurunkan kekuatan bertahan, tapi sebagai
gantinya karma kelompok yang hancur turun hingga paling minimum. Lalu, mantra
super-tier Yamaiko bahkan lebih rendah lagi.
“[Trailokyavijayarāja]!”
“[Trailokyavijayarāja]!”
Penguasa
Tiga dataran, Gozanze Myo-o muncul di belakangnya juga dan menembus boss itu
dengan tombaknya.
“[Yamāntaka]!”
“[Yamāntaka]!”
Setelah
itu, penakluk kematian, Daiitoku Myo-o mulai terbentuk, memukulkan pentungan
raksasanya ke arah boss tersebut.
“[Kundali]!”
“[Kundali]!”
Penyalur
madu surgawi, Gundari Myo-O mengeluarkan sebuah ular dari tangannya, yang
tiba-tiba membesar dan membeli boss itu, semakin menguncinya di tempat. Jika
ini tidak dilakukan, boss itu mungkin akan bisakeluar dari ikatannya dalam jeda
diantara serangan.
“[Vajrayaksa]!”
“[Vajrayaksa]!”
Pelahap
Siluman, Kongo-Yasha Myo-O, melukai boss itu dengan pedang vajra miliknya yang
berpendar listrik.
Kemudian,
saat boss monster tersebut tidak bisa menghindar, lima raja bijaksana maju
menyerangnya. Mereka mengelilinginya lalu dalam waktu yang bersamaan, mereka
mengambil sikap dengan kepalan mengarah kepadanya.
Lawan
mereka tidak akan bisa bergerak jika dia sampai memiliki satu poin saja karma
negatif.
“Ossha!”
“Ossha!”
Nishiki
Enrai mengganti senjatanya saat itu.
Ini
adalah kartu as miliknya, Susanoo. sebuah senjata dengan panjang lebih dari
tiga meter, dan karena berbagai penalti, senjata itu terayun sangat lambat.
Namun, itu sama sekali tidak ada masalah ketika lawannya tidak bisa bergerak.
Mungkin ini adalah sebuah celah di dalam sistem itu, atau keputusan yang
disengaja oleh para developernya, tapi kekuatan serangan dari ninjato raksasa
ini jauh melebihi bahkan makhluk spesial seperti boss monster ini.
Saat
pedang yang bergerak pelan itu menyentuh boss monster tersebut, sebuah
rangkaian damage yang menakutkan kelihatannya datang dari berbagai bagian serangan
yang termuntahkan.
Momonga
pun mau tidak mau tertawa saat HP milik boss itu turun di matanya.
Dan Kemudian-
-Retakan-retakan
muncul di sekujur tubuh boss itu.
Cahaya
mengalir keluar dari antara celah-celah itu, diikuti dengan ledakan hebat.
Momonga
terdiam sesaat, kemudian kegirangan di hatinya membuatnya berteriak.
Mungkin
ini hanya sebuah game, tapi sorak kegirangan karena mengatasi kesulitan besar
adalah wajar. Dan bukan hanya dia yang kegirangan. Anggota lain dari party
tersebut, yang telah mengalahkan dungeon ini bersamanya, juga bergembira.
Sebuah
bola mengambang menggantikan monster boss itu. Kelihatannya bukan seperti
kristal data, ataupun mirip dengan sebuah artefak. Mereka harus mengambilnya
dan membawa kelompok tersebut ke lantai 6. Momonga ingin menggenggamnya, tapi
apakah tidak apa baginya untuk melakukan itu, melihat dia tidak berkontribusi
banyak?
“Momonga-san,
boss itu telah menjatuhkan sebuah item.”
“Kalau
begitu, dua penyerang harusnya-“
“Momonga-san,
bukan seperti itu,” kata Bukubukuchagama.
“Keadaan
menjadi seperti ini karena semua orang melakukan apa yang harus mereka lakukan.
Para penyerang itu memang harus melukai boss monster itu. Tank harusnya
mengendalikan hate dan menerima serangan-serangan. Healer harus menyembuhkan
luka. Dan tentu saja, wildcard (kartu liar) menggunakan buff dan debuff,
mengarahkan aliran pertempuran itu.”
Dia terengah-engah,
dan mengambil nafas.
“Jadi,
semua orang harus memainkan peran mereka!”
Suatu
kalimat seperti “Seperti yang dia katakan” datang dari arah Yamaiko.
“Momonga-san,
kamu telah melindungi kami berkali-kali, ya kan? Bukan hanya barisan depan yang
bersinar di dalam pertarungan ini, apakah kalian berdua setuju?”
“Kamu
benar, Yamaiko-san. Namun, aku merasa sedikit malu jika ada orang yang berkata
aku bersinar. Kita hanya orang-orang yang mempercayakan punggungnya kepada
penjaga barisan belakang dan fokus menyerang.”
“Yup,
yup. Ayolah, pergilah dan ambil itu, Momonga-san. Bukankah kamu bilang kita
harus bergegas?”
Nishiki
Enrai mendesak Momonga setelah Warrior Takemikazuchi berbicara.
Tidak
ada ekspresi wajah di dalam Yggdrasil. Namun, Suzuki Satoru tahu teman-temannya
tersenyum gembira.
“-Terima
kasih, semuanya! Kalau begitu, Tidak keberatan jika aku melakukannya!”
Dengan
begitu, Momonga menggapai bola yang mengambang – lalu menyentuhnya.
Dalam
sekejap, dunia itu menjadi hitam kelam.
Saat dia
bisa melihat lagi, dia berada di dalam ruang terbuka yang luas, benar-benar
berbeda dari sebelumnya. Mungkin, ini adalah reruntuhan. Kelihatannya mereka
berada di tempat yang agak sedikit naik, di atas deretan anak tangga batu.
Reruntuhan itu terletak di dalam hamparan alam liar yang luas, tapi
kelihatannya ada sesuatu yang bersinar di langit sehingga mengeluarkan cukup
cahaya sehingga mereka tidak bisa melihat lebih jauh dari 200 hingga 300 meter.
Suara
sorakan datang dari bawah mereka.
Setelah
melihat ke bawah, dia melihat rekan-rekan guildnya. Mereka sedang menggenggam
senjata, dan kelihatannya mereka terus bertarung sampai saat ini.
“Musuh-musuh
yang muncul secara otomatis sudah hilang, jadi aku sangat yakin kamu dan yang
lainnya telah mengalahkan boss bagianmu, Momonga-san.”
“Yoshaaaa!
Wah kita hebat juga, mengalahkan dungeon yang tak dikenal dengan sekali coba!
Bagaimana itu, dasar para developer sialan?!”
“OI oi
oi, jika kamu ingin istirahat ke toilet, sebaiknya pergi sekarang! Jangan
sampai melewatkan apa yang akan terjadi selanjutnya!”
Ketika
dia mendengarkan teriakan-teriakan mereka, Momonga tiba-tiba mengerti apa yang
telah mereka lakukan, lalu dia tertawa. Sebenarnya, dia terus tertawa sejak
tadi, tapi dia tidak tahan lagi sekarang.
Momonga
dan yang lainnya turun dari tangga itu, bermandikan pujian semua orang. Ini
adalah penghargaan karena mengalahkan boss terkuat.
“Kalau
begitu, Momonga-san. Letakkan itu di sana.”
Momonga
melihat ke arah yang ditunjuk Touch Me, dan melihat sebuah lempengan batu. Ada
empat bola seperti yang sedang Momonga pegang, dan satu slot kosong. Tidak ada
petunjuk yang jelas, tapi dia tahu sebenarnya apa yang harus dia lakukan.
Dia
langsung menuju ke lempengan itu, dan meletakkan bolanya ke lengkungan yang
terakhir. Bola itu pas di dalam lekukan tersebut seakan tersedot, lalu semua
bola itu berkilau lembut.
Momonga
menelan ludah.
Sebuah
gulungan turun dari langit, mendarat di samping Momonga. Sebagai gantinya,
lempengan itu menghilang, digantikan dengan sebuah singgasana yang terbuat dari
sebuah kristal raksasa.
Tidak
diragukan lagi jika gulungan itu adalah sebuah bukti kepemilikan, itu artinya
singgasana tersebut semacam artefak. Biasanya, hadiah dungeon itu adalah salah
satunya, tapi kelihatannya ini adalah kasus pengecualian. Sebuah artefak sekelas
ini harusnya sangat berguna. Jika tidak, mereka mungkin masih bisamenjualnya
untuk uang yang banyak.
Namun,
artefak tertentu sangatlah aneh, dan dia berdoa bukan itu masalahnya.
“Huh.”
“Huh.”
Momonga,
yang sangat khawatir dengan singgasana itu, melihat ke arah langit. Gulungan
yang berkilauan itu jatuh pada kecepatan rendah yang hampir tertahan.
Meskipun
dramatisir yang terkesan terpeksa ini biasanya membuatnya jengkel, dia harus
berterima kasih kepada mereka kali ini.
Momonga
mengulurkan tangannya, lalu memegang gulungan yang ada di udara itu.
Daritadi
dia berpikir dia akan terlihat sangat memalukan jika meleset saat momen seperti
ini, jadi dia harus menyimpan rasa lega yang dia rasakan itu dari semua orang ketika
dia memegangnya.
“Selamat!
Sudah menaklukkan Great Tomb of Nazarick, anda telah mendapatkan hak
kepemilikan Markas Guild: Great Tomb of Nazarick.”
Seakan
didorong oleh suara pria yang tenang itu, Momonga membuka gulungannya,
membiarkan semua orang melihat isi dari bukti kepemilikan itu.
Ada
sebuah teriakan terkejut saat mereka melihat data wilayah guild dan
pendapatannya.
“Ini...!
Kita bisa membuat 2750 level NPC!”
“Ehhhhh?
Benarkah? Memang benar!”
“Mengapa
tinggi sekali?”
Semuanya
gugup melihat isinya lagi, termasuk Momonga. Dia mengakses konsolnya dan menuju
jumlah level NPC. Ketika dia menyadari apa yang terjadi, matanya membelalak.
Hanya ada
sembilan tempat di dalam game yang menawarkan lebih banyak level NPC, hingga
3000. Apakah lokasi markas ini setara dengan itu? Tempat ini belum ditemukan
sampai sekarang, jadi, apakah ini adalah hasil dari sesuatu seperti akumulasi
poin?
Apakah
ada alasan untuk ini? Jika demikian, itu akan sangat membantu. Mereka membaca
lagi detil markas guild itu, dan orang-orang yang pertama kalinya menemukannya
berseru lagi.
“Jumlah
markas adalah 2250, dengan bonus 500... apakah ada yang pernah dengar yang
seperti ini sebelumnya?”
Semuanya
menggelengkan kepala mereka. Lalu, seseorang terpikirkan sesuatu.
“Jangan-jangan
jika kamu berhasil mengalahkan lokasi markas guild dengan sekali coba, level
maksimal NPC akan meningkat?”
Keheningan menyelimuti kelompok itu dalam sekejap, lalu
seseorang berteriak dengan marah:
“Uooooohhh!
Dasar developer brengsek! Memangnya ada yang bisa melakukan itu!”
“Para
developer sialan!”
“Apakah
itu maksudmu dengan mencari tahu tanpa takut mati, dasar sialan?!”
Momonga
juga ikut-ikutan. Ini adalah untuk menutupi kegirangan yang meluap di hatinya.
Sebenarnya adalah, orang-orang yang sedang melampiaskan emosinya itu sekarang
sedang tertawa.
Kenyataannya,
semua orang sedang tertawa.
Mereka
saling menepuk punggung satu sama lain, menepuk bahu dan kepala mereka, semuanya
untuk merayakan prestasi yang telah mereka dan teman mereka menangkan. Dari
sudut matanya, Momonga bahkan menyadari Ulbert dan Touch Me yang juga saling
menepuk punggung satu sama lain.
“-Kalau
begitu, apakah ini sebuah artefak?”
Punitto
Moe menatap singgasana itu.
“Baik
sekali mereka menyediakan sebuah singgasana untuk kita. Kalau begitu, silahkan
ambil tempat yang telah menjadi hakmu, Guildmaster Momonga-sama. Setelah itu,
mari kita mengambil foto kenang-kenangan dengannya di tengah!”
“Kedengarannya
bagus! Kedengarannya hebat! Ayo, Ayo! Guildmaster, kemarilah dan duduk!”
Ucapan
Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi menemui persetujuan umum.
Dia
tidak bisa lagi menolak ini. Momonga melakukan apa yang dibilang dan duduk di
singgasana itu. Dalam sekejap, sebuah suara yang hanya bisa didengar oleh
Momonga berbicara kepadanya:
“Selamat!
Karena sudah menyelesaikan sebuah dungeon dengan level rekomendasi 80 lebih
dengan sekali coba, anda telah menerima World Class Item, The Throne of Kings (Singgasana
para raja)!”
Saat
notifikasi itu perlahan tenggelam di benaknya, Momonga merasa hatinya
mencengkeram erat dan menyusut.
Itu
adalah sebuah kejutan yang mencuri nafasnya.
Salah
satu harta karun terhebat di dalam Yggdrasil sekarang terletak di bawahnya.
Curiga
mungkin dia salah dengar, dia menyentuh konsolnya dengan tangan gemetaran. Saat
dia melihat tampilan statusnya, Momonga menyadari suara yang dia dengar itu bukan
semacam halusinasi yang dihasilkan oleh pikirannya sendiri.
Dia melihat sebuah peningkatan pada layar statusnya. Sama
halnya dengan saat ketika mereka mendapatkan World Class Item, namun kemudian kehilangan item itu.
Itu
adalah – WORLD. Maksudnya adalah seluruh dunia, dan perlindungan terbesar yang
diberikan.
“Ada
apa, Momonga-san?”
Meskipun
di dalam dunia tanpa ekspresi wajah, siapapun akan merasa aneh jika seseorang
tiba-tiba terdiam dan tidak bergerak.
“Apakah
pesan habisnya nanomachine muncul?”
“Tidak..
Ini.. ini adalah sebuah World Class Item.”
Keheningan
menyelimuti para anggota guild, yang sedang berbaris untuk bersiap diambil
fotonya. Mereka tidak mengerti apa yang Momonga katakan.
“Hey,
memang benar. Kelihatannya sebuah hadiah karena menyelesaikan dungeon dengan
sekali saja.”
Itu
adalah sebuah suara yang tenang sehingga mengagetkan yang mendengarnya. Momonga
pun tidak bisa mengekspresikan diri sendiri karena besarnya kejutan yang baru
saja dia terima.
Sebuah keriuhan
hebat meledak dari teman-temannya. Sejak awal, itu hanya kalimat “World Class
Item” yang muncul dari bibir mereka – lalu berubah menjadi sorakan menggelegar.
Sama
seperti sebelumnya, teriakan-teriakan hebat “developer sialan!” terdengar.
“Aku
tahu sejak awal. Menyelesaikan dungeon ini dengan sekali coba saja akan
memberikan World Class Item kepada kita.”
“Memangnya
kamu benar-benar tahu itu.”
“Menakjubkan!
Bagaiman dengan itu?! Dasar Seraph brengsek!”
“Yahoo~”
“Yahoo~”
Saat semua
orang mulai menari dengan aneh, Momonga memutuskan untuk bangkit dari
singgasana itu dan mengosongkannya, agar siapapun bisa duduk. Dia pindah ke
tempat yang agak jauh dan lebih tenang.
Tidak lama,
Touch Me dan Ulbert datang berdiri di depan Momonga.
“Wah,
itu menakjubkan, Momonga-san!”
“Benar
sekali! Seorang guildmaster yang mendapatkan World Class Item di acara guild
pertamanya bagi kami – itu gila, ya kan? Serius ini!”
Saat dia
merenungkan apakah ‘gila’ harus dianggap sebagai bentuk pujian, Momonga
mengangguk kepada Ulbert dan Touch Me.
“Apa
yang kalian katakan, semua ini berkat semuanya yang telah memberikan sumber
daya mereka untuk membantu menyelesaikan dungeon ini.”
“Tidak
perlu rendah hati. Takemikazuchi-san memang benar. Aku tidak bisa melakukan hal
yang seliar itu. Aku pasti akan ketakutan jika aktifitas guild kita yang
pertama gagal lalu menyarankan sebuah perburuan monster yang lebih aman dan
masuk diakal malahan. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa kamu lakukan,
Momonga-san.”
“Tidak-“
Momonga
ingin berkata bahwa keajaiban terjadi berkat semua orang yang berusaha sekeras
mungkin. Berkata bahwa itu semua berkat diriku saja membuat merasa bersalah.
Teman-temannya
menyentuh singgasana itu di segala tempat, berdebat siapa yang harusnya
mendudukinya kemudian.
Itu
berkat mereka.
“Tidak
tidak tidak, Momonga-san. Tidak perlu begitu. Jika perjalanan ini gagal, kamu
bersedia menerima rasa kecewa dan tidak bahagia semua orang, ya kan,
Momonga-san? Jika memang begitu, maka harusnya kamu menerima pujian yang datang
karena berhasil. Jika tidak maka aneh jadinya, ya kan?”
Sulit
baginya untuk menerima ucapan itu, meskipun Ulbert yang mengatakannya.
“Aw,
jangan seperti itu. Aku menyesali ini berkali-kali. Aku berkali-kali memberi
semangat pada diri sendiri untuk menjadi seorang guildmaster yang hanya menangani
komunikasi, koordinasi dan pekerjaan sambilan lainnya.”
Dia
memberanikan diri melalui suara yang sudah kelelahan.
Dua
orang itu kelihatannya menganggap itu lucu, tapi tawa mereka bukan seperti
mengejek.
“Aku
mengerti. Yang kami tahu, rasa keberatanmu mungkin akan membuatmu menjadi
seorang guildmaster yang baik. Meskipun kurasa bagus jika kamu menjadi semacam
orang yang bertanggung jawab-“
“Kamu
bilang apa? Bukankah itu adalah salah satu sifat baik Momonga-san? Maksudku,
bukankah kita semua mengikutinya karena dia seperti itu?”
“Benar
sekali... ya, memang benar, seperti yang kamu katakan,” Touch Me berkata dengan
suara bercermin.
Apakah
dia sedang memikirkannya, orang yang meninggalkan game itu?
“Oi, oi,
kalian sedang mengoceh apa di sana? Cepat kemari! Sekarang kita akan berfoto!”
“Ayo,
ayo! Guildmaster! Duduklah di singgasana!”
Nishiki
Enrai dan Warrior Takemikazuchi jelas mendorong Momonga ke singgasana itu.
Teman-temannya yang lain sudah berbaris dan menunggunya.
“Baiklah!
Kita berfoto!”
Semuanya
mengambil pose atau semacamnya. Mereka menggunakan gerakan tubuh sebagai ganti
ketiadaan ekspresi wajah di dalam game. Momonga menyentuh konsolnya, lalu
memilih sebuah wajah tersenyum dari salah satu emoticon.
“Ini
dia! Tiga, dua satu!”
Kamera
yang mirip bola mengambang di depan mereka adalah sebuah item cash, yang
membuat suara shutter kamera berbunyi klik. Di waktu yang sama, sebuah
ding-dong terdengar di telinga Momonga.
Dia tahu
tanpa melihatnya bahwa ini adalah suara irama pesan diterima – sebuah foto Ainz
Ooal Gown dan hadiah yang mereka menangkan di dalam perjalanan pertamanya.
Momonga
tersenyum.
Dia
membiarkan angan-angannya berkelana terhadap apa yang dia dan Ainz Ooal Gown
akan lakukan mulai sekarang, dan di masa depan-
SELESAI
Thanks min
BalasHapussiiiip min
BalasHapusmakasih mimin-sama
BalasHapusPntes lama update nya langsung di Selesain :D Thanks min
BalasHapusMantap, nunggu lama terbayar karena panjang ceritanya. Lanjutkan, kami setia menanti, dan semoga light novel ini di selesain sampe tuntas, jangan sampe drop.
BalasHapusTahnks banget min
BalasHapusMakasih mimin. Saking senengnya ape nangis gua
BalasHapusNunggu mingguan bacanya cuma 15 menit
BalasHapusmakasih udah mau update di hari hari nya yang (mungkin) sibuk, thanks uda sempetin men-translate seperti biasa, sambil menunggu vol berikutnya muncul..
BalasHapusmangat min!! kita pun semangat menunggu kelanjutan dari rencana rencana licik nan "mendadak" dari Aizn <3
Terima kasih ! , Arigatou Gozaimasu , Grazie , Thank you Very Much For Your Hard Work !!
BalasHapusdan akhirnya merekapun hidup bahagia selamanya, sampai satu per satu dari mereka menghilang dan GMnya pindah dunia...
BalasHapusMakasih atas kerja kerasnya bang~ semangat terus nge tranlate-nya~! Jangan lupa Web novel sama yg lainnya juga tolong tranlate'kan biar tempat ini terus hidup ^^
BalasHapusThans mind...sialan ln udh tamat udh ketinggan jauh
BalasHapusTak sabar nunggu volume 12 XD
BalasHapusMasih belum ada kabar kah tentang volume 12?
Nunggu next vol min. Semangat trus n terima kasih banyak.
BalasHapusGa nyangka tuh singgasana world clas item
BalasHapusterima kasih banyak atas kerja keras nya saya cuman bisa bantu doa atas srhat dan selamat kalian
BalasHapusIni lanjutan yg Bluray 4 kah ??
BalasHapusKira" kekuatan throne of kings apa ya?
BalasHapusThanks min... Kok gua meneteskan air mata karena terharu ya dasar develiper brengsek...
BalasHapusThanks min
BalasHapusBest moment Overlord,jadi kangen sm tmn sepermainan di game RPG 😄 bangun guild dari awal sampe bisa di kenal sm banyak orang" dan skrng mereka udh pnya kesibukan masing", I Miss U All 😢
BalasHapusMakasih bos ku.. semangat🔥🔥🔥
BalasHapusTerharu gw Njirrr kapan punya temen kaya temen2 nya si momonga dah soladaritas nya tinggi lagi
BalasHapusKeren lah pantes sedih banget momonga pas semua nya mutusin buat pensiun dan di hari terakhir game nya cuma ada momonga di nazarick :')
BalasHapusMimin cemungud :3
BalasHapusSasuga mimin sama 👍👍👍
BalasHapusSelalu stayy di sini :')
BalasHapusAhh a very good story:)
BalasHapusPantesan si ainz kesel pas ada manusia yg nginjakin ke nazarick, soalnya perjuangan buat dapetin nazarickny sm semua teman n bnyak perjuangan
BalasHapusHampir kalah itu party Momonga wajar aja sih
Hapus