Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

25 Januari, 2017

Overlord - Bluray 6 Special - Overlord Prologue (2nd Half)

Bluray 6 Special - Prolog Overlord (Separuh Kedua)


Part 3

Para anggota guild Ainz Ooal Gown – yang dulu dikenal sebagai klan Nine’s Own Goal – berkumpul di perbatasan Helheim, sekitar seratus meter dari rawa-rawa katak beracun yang tertutup kabut beracun, di sebuah tempat yang dikenal sebagai Piercing Crystal Plains (Dataran Kristal Tajam).

Mirip seperti rawa-rawa beracun, Piercing Crystal Plains adalah lingkungan yang berbahaya, tertutup tanaman beku yang mirip dengan pisau cukur kristal. Pisau-pisau ini memberikan damage dalam setiap langkah di dalam dataran, dan pisau-pisau  itu bisa melukai para player yang mengenakan armor kelas Relic (kuno). Ditambah lagi, monster-monster mineralisasi berkeliaran di seluruh dataran itu, dan siapapun yang tidak menggunakan senjata tumpul akan kesulitan menghadapi mereka.

Di dunia manapun – terutama rumah spesies heteromorfik di Niflheim, Helheim dan Muspelheim – keadaannya menjadi lebih berbahaya ketika seseorang semakin jauh dari pusat dunia. Selain dari monster-monster yang berkeliaran, medannya sendiri juga berbahaya.


Meskipun begitu, ini bukanlah masalah bagi para anggota Ainz Ooal Gown. Meskipun tindakan pencegahan tertentu telah diambil, dan meskipun pencegahan itu tidaklah permanen, mereka masih mungkin untuk bergerak dengan kecepatan penuh menembus Piercing Crystal Plain. Kenyataannya, mereka bahkan membuat persiapan di dataran tersebut.

Tentu saja, bukan berarti mereka tidak merasa tegang, atau ceroboh.

Setelah membuat beberapa lapis magic pertahanan, mereka menggunakan mata yang dibuat dengan magic untuk mengamati keadaan sekitar. Ditambah lagi, mereka menggunakan magic tingkat tertinggi, mantra [Mirror World], untuk menciptakan layar berbentuk separuh bola yang menutupi para anggota guild.

Seseorang bisa mengamati dunia di luar dari dalam gelembung tersebut tanpa masalah, tapi dari luar, para penghuni  di dalamnya tidak akan terlihat, dan orang-orang di luar hanya akan melihat latar belakangnya. Selain membuat penggunanya sulit diketahui, mantra itu juga bisa mementalkan proporsi serangan tertentu yang diarahkan kepada penghuni di dalamnya.

Persiapan seluas itu dibuat bukan karena mereka takut terhadap monster-monster, tapi karena mereka berjaga-jaga terhadap para player lawan yang memiliki kekuatan mirip dengan mereka sendiri. Bukan hanya tidak ada penalti ketika membunuh atau mem-PK spesies heteromorfik, bahkan ada keuntungan melakukan itu. Kenyataannya, beberapa kelas kuat akan terbuka kuncinya dengan mem PK heteromorfik, dan meskipun perburuan heteromorfik sekarang tidaklah umum seperti di masa lalu, itu masih sangat nyata adanya. Hanya orang-orang bodoh yang akan mengendurkan kewaspadaannya, meskipun di dalam dunia yang merupakan rumah bagi para spesies heteromorfik.

Momonga mengutak-atik konsol di tangannya. Disana dia melihat daftar anggota guild, beserta HP dan MP mereka. Di atas adalah Touch Me, diikuti dengan Nishiki Enrai, Wish III, Warrior Takemikazuchi, Momonga, Ancient One, Flatfoot, dan Amanomahitotsu, delapan anggota sisa dari pendiri. Setelah itu ada sembilan belas yang bergabung kemudian: Peroroncino, Bukubukuchagama, Herohero, Blue Planet, Ulbert Alain Odle, Garnet, Bellriver, Variable Talisman, Nearata, Nuubou, Genjiro, Yamaiko, Whitebrim, Punitto Moe, Tabula Smaragdina, Beast King Mekongawa, Tigris Euphrates, Temperance dan Slathan.

Total, ada 27 orang – kekuatan penuh Ainz Ooal Gown.

Saat dia melihat nama-nama itu, sebuah perasaan luar biasa bergemuruh di dalam dirinya dan panas menembus dadanya.

Amanomahitotsu sang blacksmith adalah pemimpin dari guild crafter (perajin), yang biasanya lebih memilih bertualang sendiri. Sekarang mereka di sini untuk ikut ambil bagian dalam event berkelompok pertama dari guild.

Momonga harus berterima kasih kepada mereka. Salah jika dia tidak melakukannya.

Namun, di sisi lain dari kegembiraannya ada sebuah beban yang besar dan kuat.

Perutnya perih saat dia memikirkan apa yang terjadi jika usaha pertama mereka mengalami kegagalan. Tidak ada jaminan mereka akan bisa bertualang lagi bersama-sama jika itu terjadi. Saat dia membayangkan bagaimana Touch Me berusaha sekuat mungkin di bawah tekanan stres seperti ini sejak lama, Momonga pun mau tidak mau membungkukkan kepala untuk hormat kepadanya.

Kegagalan bukanlah pilihan.

Momonga menghirup nafas dalam-dalam tanpa suara, membersihkan gambaran di depannya, memaksa diri untuk membulatkan tekad lalu mendekati salah satu anggota guildnya.

“Nuubou-san, bagaimana keadaannya?”

“Hm? Ah, baik-baik saja. Untuk sementara, aku bisa bilang tidak ada yang sedang memata-matai kita melalui cara magic.”

Kesimpulan ini datangnya dari Nuubou, yang membangun karakternya sebagai spesialisasi divinasi (peramalan). Dia juga dikenal sebagai “Mata dari Nine’s Own Goal”. Ucapannya bisa menjadi jaminan bahwa tidak ada pengamatan secara magis yang mengawasi mereka. Butuh seorang penyusup dengan kemampuan yang belum pernah ada sebelumnya untuk bisa bersembunyi dari matanya.

“Dan juga, tidak ada yang sedang memata-matai kita secara fisik, Momonga-san.”

Laporan itu datangnya dari Flatfoot dan Nishiki Enrai, yang pergi mengamati keadaan sekitar.

Meskipun duo assassin dan ninja tidaklah sebaik dan semurni karakter-karakter tipe scout (pengintai), tak ada karakter dengan spesialisasi sembunyi-sembunyi yang bisa menghindar dari mata mereka sejauh ini.

Setelah mengambil pertimbangan dari balasan mereka, Momonga bisa yakin bahwa tidak ada yang sedang memperhatikan tempat ini.

Momonga melihat sekelilingnya.

Banyak orang di sini yang memiliki penampilan yang menakutkan. Cara mereka duduk mengelilingi tempat itu terlihat seperti semacam komplotan rahasia kegelapan yang sedang melakukan ritual jahat. Namun, yang Momonga lihat adalah figur-figur player veteran.

“Kalau begitu, semuanya! Apakah kalian siap?”

Serentak, icon-icon jempol muncul di sekitar mereka.

Ini adalah tanda bahwa persiapan mereka sudah lengkap. Lagipula, hampir tiga puluh orang jumlahnya, jadi bertanya secara individu apakah mereka siap atau belum akan menghabiskan banyak waktu. Agar bisa menghindari itu, beginilah caranya mereka merespon, cara itu dimulai sejak dulu saat masih menjadi klan.

“Kalau begitu ayo. Party (kelompok) terdepan, kami serahkan detilnya kepadamu.”

“OK~” balas Nishiki Enrai, pimpinan dari tim scout (tim pengintai).

Setelah itu semuanya berganti equipment,  mereka melangkahkan kaki ke dalam rawa-rawa beracun ketika mereka sudah kebal terhadap poison (racun).

Area beracun di dalam wetland (tanah berair) normal, biasanya tersebar ke seluruh penjuru medan, jadi bisa saja mereka pergi dengan mengelilingi area beracun untuk bisa tiba di dungeon yang merupakan targetnya. Namun, jalan memutar itu akan memakan waktu yang lama, jadi mereka memilih jalan terpendek dengan memotong lurus daerah beracun malahan. Alasannya adalah karena mereka semua adalah para pekerja, dan ingin menghindari buang-buang waktu. Ada juga seorang ayah yang tertawa dan berkata meskipun besok adalah hari libur, keluarganya bisa membunuhnya jika dia tidak merawat mereka.

Sebuah pesan sistem muncul.

[Grenbera Swamp]

Hanya itu satu-satunya yang Momonga lihat, tapi beberapa rekannya tahu lebih banyak tentang daerah itu, dan mereka meninggikan suara agar memberitahu yang lainnya.

“Ini adalah bidang tanah yang luas dengan rawa-rawa beracun, dikendalikan oleh para Tuveg, yang kebal terhadap poison (racun).”

Para player masing-masing menerima bagian informasi tambahan yang berbeda ketika memasuki area baru, tergantung dari skill dan kemampuan yang mereka miliki. Contohnya, alchemist dan herbalist, dengan skill herbologi mereka, akan mempelajari berbagai tanaman yang bisa mereka ambil di dalam area ini.

“Kemudian.. huh, tidak ada yang istimewa. Monster-monster yang mendiaminya  – setidaknya sama dengan yang ditemukan oleh Nishiki-san. Tidak ada informasi mengenai yang langka-langka... jangan-jangan tersembunyi? Atau mungkin memang tidak ada info mengenai yang langka? Yang mana?”

“Tidak mungkin tidak ada info mengenai yang langka, pasti tersembunyi. Mungkin kamu harus masuk ke dalam sampai tertutup oleh lumpur agar bisa menemukannya. Aku merasa kayaknya ada di salah satu pedukuhan Tuveg. Mari coba mampir kesana dan menghabisi mereka sesegera mungkin. Jika ada tanaman-tanaman obat yang belum ditemukan di sana, mungkin kita akan bisa membuat potion langka. Wah, pengembang game ini benar-benar gila. Mereka membuatmu mencari bahan-bahan untuk potionmu kemana-mana... Aku sudah membuat 200 tipe poison, tapi masih banyak yang belum ditemukan.”

“Selain dari potion, masih ada banyak ore (bijih logam) yang belum ditemukan, ya kan? Deskripsi pada apoitakara mengatakan bahwa itu adalah ore tipe pelangi, itu artinya hanya ada dua yang ditemukan sejauh ini..”

“Yah, disamping para developer itu, kukira perusahaan gamenya juga gila. Maksudku, dengan semua isinya ini, kamu bisa bermain untuk waktu yang sangat lama.. tapi kelihatannya mereka lupa dengan kalimat menahan diri. Mereka pasti meninggalkan istilah ‘user friendly’ (ramah bagi pengguna) di kantor utama mereka.

“Memang benar. Ngomong-ngomong kantor utama.. orang yang dikirimkan dari kantor utama perusahaan kita tadi sangat buruk..”

“Uwah, maaf, mari kita tidak bicarakan tentang ini. Kurasa aku mengalami reaksi alergi terhadap kata ‘perusahaan’... Apakah kita harus membuatnya sebagai peraturan guild untuk tidak membicarakan tempat kerja? Mungkin hanya diperbolehkan kurang lebih pada setengah jam sebelum kamu log off. Yah, ketika akan kembali ke dunia nyata.”

Momonga mengusir ucapan itu dari telinganya.

Dia tidak tahu siapa yang terakhir berbicara, tapi dia sepenuhnya setuju dengan orang itu. Dia tidak ingin memikirkan tentang pekerjaan. Apakah kamu menginginkannya atau tidak, hari esok pasti akan datang juga.

Saat pemikiran suram ini perlahan mulai menelan Momonga, dia memutuskan untuk menggunakan percakapan di sekitarnya untuk mencoba memotivasi diri. Oleh karena itu, dia membuka telinganya lebar-lebar untuk apapun yang berhubungan dengan game yang mungkin sedang dibicarakan oleh yang lainnya.

“Skill tipe knowledge (pengetahuan), huh? Sampai saat ini aku berpikir tentang hal itu. Aku hampir membuka kunci sebuah kelas yang menggunakan serangan-serangan spesial yang diambil dari monster legendaris. Kira-kira DPS ku bisa naik gak ya jika aku bercabang keluar dari sana?

DPS adalah akronim dari Damage Per Second (Damage atau kerusakan yang ditimbulkan setiap detiknya)

DPS digunakan untuk mengukur seberapa besar damage yang bisa dilakukan dalam sedetik, bagi para penyerang, itu adalah hal terpenting dalam game. Secara teoritis, seseorang bisa menciptakan senjata terkuat dengan menambahkan kristal data peningkat damage ke dalam sebuah senjata besar dengan kapasitas data tinggi. Namun, senjata seperti itu tidak bisa dipegang, dan hanya akan menghasilkan serangan yang lebih sedikit karena sulitnya menggunakan senjata tersebut. Malahan, DPS user secara keseluruhan akan menurun. Tidak ada penyerang yang masih waras berpikir menggunakan senjata seperti itu.

Ditambah lagi, saat monster-monster naik levelnya, mereka mendapatkan segala macam kemampuan spesial. Pada level ini, mereka bisa mengurangi damage serangan apapun yang ditujukan kepada mereka. Oleh karena itu, sangat wajar membutuhkan senjata yang dibuat dari material-material spesial atau dengan elemen-elemen yang tepat untuk melewati kemampuan ini.

“Tapi itu artinya kamu tidak akan sefokus pada kekuatan serangan seperti sekarang, ya kan?”

“Aku pikir bisa menebusnya dengan senjata berelemen.”

“Ah, itu memang tidak buruk, tapi nantinya kamu akan sangat butuh item-item kelas divine itu, ya kan? Bukankah itu sulit?”

“Begitukah~? Yah, mau bagaimana lagi~ Aku ingin bereksperimen sedikit tapi itu sangat merepotkan...”

Jika seseorang bisa membuat karakter kedua di dalam Yggdrasil, komplain semacam ini tidak akan ada. Namun, itu tidak mungkin di dalam game seperti ini. Bereksperimen dengan kelas-kelas berbeda hanya mungkin dengan mati dan kehilangan level.

Meskipun lebih mudah menaikkan level di dalam game ini dibandingkan DMMO lainnya, itu adalah proses yang masih memakan waktu banyak. Seseorang tidak akan mau melakukan hal semacam itu hanya untuk main-main.

Momonga sering mengharapkan karakter kedua sendiri. Dia pernah dengar orang-orang protes dengan betapa tidak adilnya itu karena tidak bisa membuat karakter lain di dalam game ini, dan dia secara pribadi setuju dengan mereka.

Jika dia bisa, dia ingin menjadi seorang warrior, seperti Touch Me.

Meskipun dikatakan bahwa kelas-kelas warrior dibatasi oleh refleks seseorang di dunia nyata, pembatasan itu hanya berlaku selama memainkan duel antara para warrior kelas atas. Bukan sebuah faktor yang menentukan selama permainan biasa.

Touch-san memberi syal untuk diri sendiri, tapi aku menginginkan sebuah jubah merah yang besar dan berkibar.. Pedangku harus besar, seperti milik Warrior Takemikazuchi-san. Aku bisa mengayunkannya dengan gaya.

Dan kebetulan saja, Momonga telah mempelajari mantra transformasi menjadi warrior, tapi sangat tidak berguna, jadi dia hampir tidak memiliki kesempatan untuk menggunakannya. Di dalam sebuah party, masing-masing membagi beban pekerjaan diantara mereka sendiri dan melakukan bagian mereka agar bisa meraih kemenangan tim, mereka harus mumpuni dalam fungsi yang ditugaskan kepadanya.

Momonga adalah barisan belakang, dan ketika dia pergi bertualang dalam sebuah party, dia bertugas menggunakan magic yang berkontribusi penting untuk party tersebut.

Jika dia tidak bisa melakukan itu, maka tidak ada gunanya bermain dalam sebuah party.

Oleh sebab itu, jika dia bepergian sendirian – jika dia bermain solo, ada kesempatan bagus untuk memainkannya (mantra transformasi warrior).

Namun-

Momonga melihat ke arah teman-teman guildnya, yang diam-diam maju menembus rawa-rawa beracun. Dia mengamati teman-temannya yang sedang mengobrol sambil berjalan, pindah dari topik satu ke topik lainnya.

Tiba-tiba dia tenggelam dalam kenangan kesepian.

Ketika guild itu masih sebuah klan – meskipun perubahannya masih baru – para anggotanya hanyalah dari kalangan pekerja, memang cukup aneh, dan mereka berkumpul untuk bertemu di malam hari. Sementara beberapa orang dari mereka memiliki pekerjaan yang tidak biasa sehingga jam-jamnya pun tidak biasa – Bukubukubchagama contohnya yang menjadi seiyuu (Pengisi suara) – sebagian besarnya, tidak ada yang online selama siang hari.

Momonga akan langsung pulang ke rumah setelah bekerja, log on dulu sebelum melakukan yang lainnya, lalu dia akan mensummon undead untuk melindungi dirinya dan mempekerjakan NPC mercenary (pekerja bayaran) untuk berburu monster. Jadi secara teknis, dia terbiasa bermain sendirian.

Namun, dia tidak pernah merasa kesepian, karena dia yakni ada orang lain yang  akan log on. Tapi jika mereka tidak lagi – jika tidak ada yang log on lagi, apa yang akan dia lakukan?

Apakah dia harus keluar dari guild ini, dan bergabung dengan yang baru?

Atau apakah dia harus merekrut anggota-anggota baru?

Dia tidak suka dengan kedua pilihan itu. Bukannya dia takut dengan orang asing. Lagipula, dia bisa berteman baik biasa dengan orang-orang di perusahaannya – meskipun mereka mungkin menganggap dia antisosial karena dia tidak pergi minum-minum dengan mereka.

(TL Note : Orang Jepang memiliki budaya untuk pergi minum-minum setelah bekerja dengan rekan sekantornya untuk mempererat hubungan. Jika tidak, maka akan dianggap aneh atau antisosial).

Tetap saja, dia tidak senang harus memilih itu.

Pendapat ini bukan lahir dari logika, tapi emosi. Oleh karena itu, dia tidak bisa menerima pilihan tersebut.

“Ada apa, Momonga-san? Apakah nanomachine milikmu tinggal sedikit?”

Herohero ada di sampingnya.

“Nanomachineku baik-baik saja. Aku mengisinya hingga penuh sebelum online.”

“Benarkah? Itu bagus. Ini mungkin akan memakan waktu yang panjang – meskipun aku tidak yakin jika itu masalahnya – tapi memastikan isinya penuh sebelum masuk ke dalam dungeon adalah ide yang bagus. Gawat juga jika harus dipaksa log off di saat-saat yang kritis. Aku punya seorang teman di dunia nyata yang bermain game lain, dia ditendang dari game ketika pertempuran untuk menentukan peringkat guild, dan ketika dia kembali, guildnya kalah dan mereka pun mengomelinya karena itu. Padahal mereka kalah juga bukan karena kesalahannya.”

“....Itu menakutkan sekali.”

“Aku tahu guild kita tidak akan seperti itu, tapi ada guild seperti itu di luar sana. Tahukah kamu, mereka adalah tipe-tipe keras. Aku benci guild-guild pemilih itu. Game ada untuk dimainkan, lagipula... Oh, apa ini? Kamu kelihatannya mencurigakan, temanku. Tipe orang yang akan ditangkap oleh Touch-san.”

“Jahat sekali, berkata aku mencurigakan,” Momonga tersenyum pahit. “ Aku hanya seorang guildmaster yang sedang memikirkan bagaimana caranya kita menerobos dungeon sesegera mungkin, dan itu membuatku merasa sedikit melankolis.”

“...Hahaha. Kelihatanya kamu sudah khawatir bahkan sejak awal.... bagaimanapun, jika kita berhasil menemukan kristal-kristal data yang memiliki banyak data langka atau artefak-artefak, ini akan menjadi sangat setimpal. Yah, jika kamu bertanya kepadaku, mampu menyelesaikan sebuah dungeon yang belum diketahui dalam sekali jalan akan menjadi harta yang lebih besar daripada semua itu.”

“Tepat sekali. Itu akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.”

Saat percakapan mereka masih separuh,  terdengar suara yang squishy seakan ada orang yang memakai sepasang boot panjang yang dipenuhi air, datang dari samping.

“Oh, jangkauan penglihatannya sekarang memburuk.”

“Eh?”

“Kelihatannya ada kabut yang baru saja masuk. Momonga-san, jika kamu merubah mode penglihatanmu, kamu akan melihatnya.”

Momonga telah mengaktifkan mantra [Widen Magic – Complete Vision], yang bisa menembus kabut hingga jarak 200 meter di depannya. Itulah kenapa semuanya masih terlihat jelas bagi dirinya.

Meskipun tidak ada alasan baginya untuk membuat diri berada dalam posisi tidak enak, ada seorang teman di sisinya, jadi tidak ada salahnya melakukan seperti apa yang Herohero katakan dan sejenak mematikan pandangan magicnya.

Dia memasukkan perintah untuk merubah mode pandangan ke dalam konsol.

Dalam sekejap, dunia menjadi sebuah lautan asap putih.

“Uoh!”

Perbedaan antara ekspekstasi dan kenyataan memaksanya terperangah karena terkejut.

“Haha, takut? Sebenarnya, sudah seperti ini sejak tadi.”

Sebuah aura kegirangan yang jahat kelihatannya datang dari Herohero. Bahkan mungkin layak dimasukkan sebagai rasa puas.

“Ayolah, yang benar saja.”

Meskipun senyum pahit yang Momonga tunjukkan sepertinya tidak ada masalah baginya. Kenyataannya, keadaan itu sudah membuatnya bergidik. Teror karena tidak mampu melihat apapun lagi, rasa terkejut itu bercampur dengan bayangan suram seperti sebelumnya, dia merasa seakan sendirian lagi.

Momonga mengoperasikan konsolnya, lalu mengembalikan pandangan seperti semula.

Kelihatannya semua orang di dalam kelompoknya bisa melihat tembus kabut tersebut, itu memang bisa diduga. Mereka sudah melalui segala macam petualangan untuk bisa tiba di level mereka saat ini, jadi semua orang sudah membuat persiapan yang diperlukan untuk perjuangan ini.

Barusan, Momonga merasakan ada yang tidak beres, lalu bertanya:

“Walaupun begitu, Herohero-san, bagaimana bisa kamu memiliki pandangan manusia?”

Herohero adalah seorang slime. Slime menggunakan semacam indera pendeteksi gerakan untuk mempelajari keadaan sekitar mereka sebagai ganti pandangan biasa, jadi seharusnya dia tidak bisa mengetaui dunia seperti manusia.

“Ah, aku memakai sebuah item magic yang memberiku kemampuan tersebut. Kemampuan mendeteksi gerakan yang dimiliki oleh semua slime sejak awal memang sangat berguna, tapi hanya efektif dalam radius terbatas. Aku tak bisa melihat lebih dari 100 meter, yang mana itu adalah hal yang sangat menakutkan jika kamu tanya padaku. Aku akan berada dalam masalah jika seseorang menyerangku dari luar jangkauan itu, jadi aku memutuskan untuk memberi diriku sesuatu agar bisa melihat seperti biasa.”

“Segala keunggulan selalu ada kelemahannya. Begitulah cara kerja game ini.”

“Keseimbangan yang baik bagi yang buruk. Oh, indera getarku menerima sesuatu.”

Momonga menoleh ke arah yang ditunjuk oleh tentakel hitam, dan melihat cacing yang besar.

Itu adalah cacing ungu yang sangat besar, lebih dari sepuluh kali lebarnya dari dada manusia, permukaannya berkilauan karena basah.

Cacing-cacing ini biasanya bergerak dengan bergerombol, jadi akan menyusahkan jika cacing ini mendeteksi mereka.

Kelompok itu tiba-tiba berhenti. Para magic caster mengarahkan jari-jari mereka ke arah cacing tersebut, sementara para warrior mempersiapkan senjata jarak jauh mereka.

Jika cacing itu mengetahui keberadaan mereka, kelompok itu sudah siap untuk menghancurkannya dalam sekejap, sebelum bisa memanggil teman-temannya.

Momonga sudah mempersiapkan sebuah mantra di konsolnya, dan mengambil kuda-kuda yang selalu dia lakukan untuk mengeluarkan mantra serangan. Meskipun peran Momonga biasanya adalah untuk buff (meningkatkan) atau debuff (mengurangi) status atau kemampuan orang lain, akan lebih efektif untuk menyerang langsung melihat jumlah mereka sekarang.

Setelah beberapa detik berlalu, kelihatannya musuh tidak tahu, dan perlahan merayap kembali ke dalam rawa-rawa.

“Aku bukan ahli dalam mengendap-endap. Aku ingin menebas mereka hingga tembus,” Ulbert protes dari suatu tempat di kejauhan.

“Ulbert-san, tolong jangan habiskan MP mu. Seharusnya kamu gunakan itu semua untuk boss monster saja.”

Karakter Ulbert dibangun berkisar pada World Disaster, sebuah kelas dengan senjata yang luar biasa. Selain itu, dia mengambil level-level di dalam kelas yang memiliki spesialisasi lebih jauh terhadap kemampuan serang. Dengan kekuatan serangan saja, dia bisa dengan mudah meraih tingkat lima teratas di dalam guild, tapi dia memiliki sebuah kelemahan. Meskipun dia memiliki suplai MP yang besar namun tingkat konsumsinya bisa melucutinya dalam sekejap, dengan kata lain, dia membakar MP dengan cepat.

Seseorang bisa mengatakan bahwa kesulitan dari sebuah ekspedisi dungeon secara langsung berhubungan dengan seberapa banyak MP yang bisa dia bawa untuk menghadapi bos.

“Aw, aku hanya bercanda. Aku tahu itu, aku sudah menyimpannya selama ini, bukankah begitu? Ini adalah petualangan pertama dari Ainz Ooal Gown, ya kan? Aku akan memastikan itu semua berhasil!”

Dia mengeapalkan tinju kanannya untuk menunjukkan tekad. Momonga bisa merasakan motivasinya, yang mana itu sangat berlawanan dengan karakternya.

“Ah, tapi aku tidak keberatan jika kamu memberiku sedikit MP. Dengan begitu, kita bisa meledakkan mereka dan masih punya cukup cadangan untuk penampilan besar di bos nantinya.”

“Hm? Apakah kamu sedang bicara denganku?”

Yamaiko adalah seorang magic caster yang mahir dalam magic tipe spirit, dan dia memiliki spesialisasi lebih jauh dalam bidang itu sebagai healer, yang memberinya mantra-mantra penyembuh. Jika itu adalah dia, maka transfer MP bisa dilakukan kepada orang lain melalui mantra yang tepat.

“Itu bukan ide yang buruk, sebenarnya. Apakah kamu keberatan jika aku melakukan itu ketika tiba saatnya? Aku bisa menggunakan staf (semacam tongkat) dan wand (juga semacam tongkat) untuk menyembuhkan kok.”

“Aku tidak percaya dengan wand dan staf untuk penyembuhan selama pertarungan dengan bos, dan disamping itu, kamu bisa kehabisan tenaga dengan cepat, Yamaiko. Jika kamu ingin mentransferkan MP, aku lebih memililh mendapatkannya dari orang lain.”

Peran Yamaiko jika dijabarkan dalam satu kalimat adalah sebagai defensive healer (penyembuh dan bertahan). Dengan kemampuan aslinya dalam bertahan dan regenerasi, digabungkan dengan sebuah pembangunan karakter yang terdiri dari dua kualitas itu, dia bahkan bisa berperan sebagai seorang tank (bertahan dan menerima serangan lawan) dan semacamnya. Bahkan ketika dikelilingi oleh musuh, dia masih bisa menyembuhkan rekan-rekannya.

Meskipun begitu, mampu menjadi off-tank masih jauh dan belum tentu bisa menjadi main-tank.

Dia memilih senjata gauntlet besar, yang tidak bisa memberikan damage besar. Sebagai gantinya, memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemberian dorongan kepada musuh untuk mundur. Melihat kenyataannya dia menggunakan sebuah senjata yang bisa memberikan jarak antara dirinya dengan lawan adalah bukti besar bahwa dia memiliki watak asli seorang healer .

Dengan begitu, dia memiliki dua kelemahan.

Pertama adalah dia tidak memiliki banyak MP. Tentu saja, dia memiliki MP lebih dari cukup untuk healing secara umum, tapi itu kurang jika memperhitungkan juga perapalan mantra-mantra buff dan yang lain-lain. Kelemahan lainnya adalah kekuatan serangannya sangat rendah, sebagai ganti dari regenerasi yang meningkat.

Dengan begitu, bisa dikatakan dia adalah barisan terakhir pertahanan dari kelompok itu. Perannya adalah sebagai off-tank jika barisan tempur mulai runtuh, menyembuhkan luka setiap orang dan menghidupkan teman-temannya yang sudah tewas.

“Meskipun begitu, mengapa kita berbicara dengan lirih sekali?”

Ulbert dan Yamaiko melihat ke wajah satu sama lain, dan membalas dengan bingung, “Aku tidak tahu.”

Kelihatannya secara tidak sadar mereka telah mengecilkan suara mereka sejak mencoba berjalan mengendap-endap. Lagipula semua monster bisa mendeteksi mereka dengan indera yang terprogram – pandangan, pendengaran, penciuman dan magic. Karena itu, tidak salah jika menunduk dan bicara dengan lirih.

Namun – pertimbangan ini hanya berlaku pada level-level rendah. Ketika para player mencapai level-level tinggi, mereka bisa menggunakan berbagai macam mantra dan skill untuk menyembunyikan seluruh party dan menyusup bersama-sama. Melihat dari kemampuan yang telah mereka gunakan sampai sekarang, seharusnya tidak perlu lagi mengendap-endap.

Ketika cacing yang barusan tadi muncul, yang lainnya hanya mengangkat senjata mereka karena melihat seseorang melakukannya dahulu dan berpikir, “aku juga”.

“Mungkin itu hanya karena jangkauan penglihatannya lebih baik di sini.”

“Ah. Ya, benar juga. Seperti bagaimana perasaanmu, meninggalkan rumah dalam keadaan hanya berpakaian dalam.”

Meskipun maksud Ulbert sangat halus, Momonga berhasil mengerti, kurang lebihnya.

“Mm, kedengarannya agak salah, tapi kurasa memang begitu.”

“Aku tidak paham.”

Tetap bersuara lirih untuk alasan yang tidak mereka mengerti, kelompok itu mengikuti para pionir masuk ke dalam rawa-rawa.

Mereka menemui banyak Tuveg di tengah perjalanan, tapi mereka dengan hati-hati memutari radius deteksi dari monster-monster katak yang berdiri di atas dua kaki itu. Sikap mereka berbeda dari yang barusan, karena beberapa monster memiliki kemampuan untuk melihat tembus yang tersembunyi, dan para Tuveg adalah monster semacam itu.

Tentu saja, mereka menggunakan magic untuk meningkatkan mobilitas, tapi perjalanan masih lama, karena mereka harus berputar untuk menghindari para Tuveg. Namun, akhirnya mereka bisa melihat sesuatu yang berbeda di sisi lain dari rawa-rawa itu.

Itu adalah tujuan mereka, dungeon. Sebagian dari dungeon itu terlihat seperti sebuah pulau kecil

“Jadi itu...”

Setelah menghamparkan peta yang digambar oleh Nishiki Enrai di atas minimap area saat ini, memang mudah untuk memastikan bahwa mereka telah tiba di tujuannya.

Jika mereka bersantai di titik ini, ada kemungkinan monster-monster penjaga akan mengepung mereka. Tidak aneh bagi para monster menggunakan trik lama dengan bersembunyi di dalam tanah.

Melihat sifat jahat dari para pengembang Yggdrasil, mungkin ini adalah isyarat bagi seorang boss Tuveg melompat keluar dan menarik semua orang ke dalam pertempuran dengan skala penuh. Atau lebih tepatnya, Momonga pernah melihat hal semacam itu sebelumnya di dalam video-video game, dimana hasilnya adalah kekalahan total dari seluruh anggota party.

Inilah kenapa para  pengintai (scout) memiliki pekerjaan yang penting.

Pertama, Momonga memastikan bahwa tidak akan ada yang akan terpicu oleh kehadiran undead di dekat situ

Lalu, dia mengakses hotkey pada konsolnya, memilih angka 8 dari angka 1 sampai 10. Angka 8 ini mewakili mantra-mantra tier (tingkat) 8.

Sebuah menu yang kompleks terdiri dari lapisan-lapisan halaman berbentuk cincin muncul di depannya. Ada 12 mantra pada masing-masing empat cincin, total ada 48 mantra.

Dengan begini, dia bisa memasang hotkey hingga 480 mantra.

Biasanya, seorang magic caster level 100 akan mempelajari 300 mantra selama bermain. Bahkan item-item cash hanya bisa meningkatkan jumlah itu menjadi 100 lagi. Namun, ada lebih dari sedikit player yang melihat tempat kosong pada menu shortcut dan menganggapnya sebagai sebuah tantangan dari para developer game.

Kemampuan untuk bisa menavigasikan menu ini dengan ahli – memahami dengan sepenuhnya dan mengingat efek-efek dan pengaplikasian yang tepat dari masing-masing mantra – adalah salah satu faktor terbesar dari kemampuan seseorang sebagai seorang magic caster.

Sama seperti para warrior yang terkena efek dari refleks mereka di dunia nyata, kelas-kelas yang menggunakan magic juga sangat mengandalkan ingatan mereka.

Momonga dengan lincah menavigasikan menu-menu itu.

Meskipun dia tidak menjelajahi mantra-mantra itu dengan santai saat bertarung, dia memiliki waktu untuk menggunakannya sekarang. Saat dia sedang melihat-lihat halaman-halaman mantra tersebut berdasarkan hafalan, dia ingat mantra-mantra itu diurutkan berdasarkan urutan yang dia paksa sendiri untuk mengingatnya.

Dia men-tap cincin keempat, yang paling luar.

Dari 12 cincin mantra yang menjadi lebih besar dari yang lainnya, dia men tap salah satunya.

“[Remote Viewing].”

Tidak perlu lagi men-tap hotkey lainnya, mengingat dia tidak berencana menambahkan peningkatan metamagic apapun untuk menguatkan mantra itu.

Saat mantra itu dirapalkan, sebuah mata batin – sebuah sensor magic – muncul. Ada anggota-anggota guild lain yang sudah melepaskan organ-organ sensor yang mirip, jadi sebenarnya Momonga tidak perlu melakukan itu. Tetap saja, Momonga adalah detektor undead terbaik di dalam guild tersebut, jadi untuk berjaga-jaga, dia dengan cekatan memanipulasi sensor arcane itu dan mengirimkannya ke arah pulau kecil tersebut.

Tangan kanannya memegang stik kendali untuk gerakan-gerakan sensor, sementara dia menggunakan tangan kirinya untuk mengarahkan bidang pandangan sensor itu. Setidaknya melewatkan sebuah bidang pandangan yang besar adalah hal yang menakutkan,  tapi sekarang tidak apa-apa, karena dia memiliki sekutu yang bisa dipercaya didekatnya.

Dinding yang memisahkan pulau itu dari rawa-rawa ditutupi oleh lumut dan rusak di banyak tempat, dan tidak bisa lagi menjadi penghalang. Seseorang bisa melihat bagian dalamnya melalui celah-celah itu.

Ada sisa-sisa reruntuhan di sana – reruntuhan dari sebuah makam.

Kehancurannya telah menyeluruh, bahkan batu-batu nisan itu dihancurkan. Kelihatannya ada sesuatu seperti sebuah mausoleum di tengahnya, tapi sudah mulai hancur. Ada semacam kuil pula, tapi tidak lebih dari sekedar sebuah reruntuhan. Bahkan monster-monster pun tak bisa sembunyi di dalamnya. Sekilas, tidak ada hal lain yang mencurigakan.

Tetap saja, setelah melihat pemandangan ini, Momonga kelihatanya lebih tegang dari sebelumnya.

Di dalam game, makam-makam hampir pasti dihuni oleh makhluk undead. Yggdrasil tidaklah terkecuali, itulah kenapa Momonga merapalkan mantra ini.

Jika ada undead di sana, dia pasti akan menemukan mereka.

Dengan tekad yang menguatkan gerakannya, dia memutar tongkat kendali, mengirimkan mata arcane mengitari penuh pulau kecil tersebut. Namun, tidak ada reaksi undead.

“Tak ada tanda-tanda monster. Tak ada tanda-tanda makhluk inkorporeal (tak berbadan) pula.”

“Di sini juga sama. Tak ada tanda-tanda gerakan obyek-obyek yang bergerak baik di atas maupun di bawah tanah.”

“Tak ada reaksi undead pula.”

“Kira-kira apakah akan muncul boss?”

“Atau jebakan? Berbagai jebakan tipe summon yang muncul sekaligus dan sulit ditangani.”

“Bagaimanapun, aku sudah menggunakan kartu as milikku, empat kali sehari sudah habis. Setidaknya, tidak ada jebakan magic di sini.”

Anggota-anggota guild yang lain sudah memeriksa pulau itu dengan cara mereka sendiri-sendiri, dan laporan-laporan itu perlahan tersaring masuk. Mereka berhenti sejenak untuk saling berjaga, lalu mulai menuju pulau kecil itu. Tim penjaga barisan belakang tetap waspada, menjaga jarak yang pas dengan tim penyelidik untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang akan terjadi.

“..Jadi, apakah ini semacam dungeon dimana pertarungan sebenarnya akan dimulai setelah kita melangkahkan kaki di dalam bangunan tua yang sudah rusak itu?”

“Tidak, seharusnya ketika kita sudah melewati mausoleum itu dan masuk ke dalam bawah tanah, ya kan? Lagipula, kita masih sangat dekat dengan rawa-rawanya.”

“yah, itu sangat  ... bagaimanapun juga, berhati-hatilah agar sensor-sensor kalian menjauhi bangunan itu supaya tidak memicu apapun. Setelah kita menapakkan kaki di pulau tersebut, lain lagi ceritanya. Kalau begitu, Momonga-san, silahkan lakukan.”

“Kalau begitu..”

Saat dia menginjakkan kakinya di tanah keluar dari rawa-rawa tersebut, sebuah tulisan muncul di dalam bidang pandangannya, sama seperti saat dia memasuki rawa-rawa. Namun, kali ini, selain kalimat Great Tomb of Nazarick ada sebuah icon yang mengindikasikan sebuah dungeon yang belum dijelajahi.

“Nazarick, huh... aku penasaran mitologi mana asalnya?”

“Tidak, aku belum pernah mendengar ini sebelumnya.”

Jawaban langsung itu datangnya dari Tabula Smaragdina, anggota penjaga barisan belakang. Mereka terus menyusul party terdepan, dan membuat sebuah formasi terhadap kemungkinan adanya serangan musuh.

“Bukan Latin atau Yunani pula. Ah sudahlah, toh tidak semua nama di Yggdrasil berasal dari mitologi. Ini mungkin salah satu pengecualian itu. Dan juga, tidak ada informasi khusus tentang tempat ini pula.”

Baru saja, Nuubou melangkah maju dan merapalkan sebuah mantra. Dia seharusnya bisa memindai area tersebut tanpa masalah.

Beberapa detik kemudian, dia memberitahukan kepada kelompok tersebut temuannya.

“-Tidak ada apa-apa. Momonga-san. Aku kirimkan mata arcane milikku ke dalam mausoleum tengah, tapi tidak ada kontak apapun dari sonar musuh.”

“Dengan kata lain, ini adalah area yang aman, ya kan?”

“Tetap saja, para developer brengsek itu sudah membangun tempat ini, mungkin ada semacam efek berdasarkan waktu sedang menunggu kita...”

Banyak orang yang setuju dengan kritik pedas tersebut. Sebagian besar player berpikir buruk terhadap para developer Yggdrasil.

“Kelompok pengintai, apakah semuanya baik-bak saja? Jika memang begitu, maka aku yakin dungeonnya ada di dalam ruang bawah tanah bangunan tersebut. Kalau begitu, bukankah kita harus merubah susunan tim untuk menjelajahi dungeon?”

“Kalau begitu aku akan membuat tempat bernaung untuk kita.”

Blue Planet adalah seorang druid, dia mengangkat sekopnya merespon saran dari Punitto Moe, si ahli strategi.

Setelah itu, dia merapalkan mantra divine tingkat 10, [Nature’s Shelter], lalu semua orang masuk ke dalam bunker yang muncul dari dalam tanah.

Pintu yang besar terbuka dengan mudah.

Atap dari ruangan luas yang baru saja mereka masuki itu sama seperti di luar, langit-langitnya menyebar tanpa akhir di atas mereka.

“Aku selalu memikirkan ini selama ini. Kelihatannya siapapun bisa melihat semua yang ada di dalam dari atas, dan itu agak membuatku tidak nyaman.”

“Memang benar. Maksudku, meskipun mereka bilang begitu agar kalian tahu apakah ada musuh di atasmu atau semacamnya. Aku masih tidak tenang dengan hal tersebut. Tetap saja, aku dengar benda ini masih bisa tetap berdiri meskipun telah menerima serangan magic tingkat super (super-tier)-“

“Ah, itu tidak benar. Aku pernah melihat sebuah video, benda tersebut sudah diterobos oleh [Sword of Damocles] sebelumnya.”

“Itu adalah senjata yang mengorbit, ya kan? Tapi bukankah itu adalah sebuah pengecualian dari peraturan tersebut? Lagipula, itu adalah magic super-tier yang didesain untuk menargetkan bangunan. Sedikit tidak adil jika menggunakannya sebagai perbandingan, ya kan? Harusnya kamu membandingkannya dengan mantra-mantra super-tier lainnya?”

“Baiklah, semuanya, tolong perhatiannya~”

Obrolan semua orang terhenti karena suara Punitto Moe.

“Sekarang, kita akan mulai menentukan anggota dari kelompok-kelompok untuk ekspedisi dungeon tersebut..”

Sebagai balasannya, Tabula Smaragdina mengangkat tangannya untuk menolak.

“Tunggu sebentar! Bukankah itu agak terlalu dini? Kurasa kita harus tetap dalam kelompok pergerakan seperti ini lalu pergi sedalam mungkin sebelum berganti. Jika bubar sekarang, maka kita harus melepaskan mantra-mantra untuk seluruh party. Ditambah lagi, harusnya kita mampu menembus dungeon tersebut dengan keadaan seperti ini, dengan sedikit masalah dari bos-bos pertengahan, ya kan?”

“Itu juga memungkinkan, tapi bukankah harusnya kita lebih berhati-hati? Disamping itu, kelihatannya besar kemungkinan para developer brengsek itu akan memunculkan seorang boss  raid (penyerbuan) untuk kita.”

Anggota-anggota guild yang lain mulai berdiskusi tentang masalah tersebut satu sama lainnya, seakan Punitto Moe dan Tabula Smaragdina telah memberi mereka sinyal untuk mulai bicara. Namun, Momonga, yang berhenti berpikir dahuluan, merasa bahwa dia harus menggabungkan ide-ide mereka, meskipun ada perbedaaan-perbedaan dalam detilnya.

Lalu Punitto Moe, yang tahu bahwa ini tidak akan ada kemajuan, berpaling melihat lurus kepada Momonga.

“Bagaimana menurutmu, Momonga-san? Haruskah kita mengganti komposisi party sebelum masuk ke dalam dungeon tersebut, atau masuk ke dalam dan menerima semuanya perlahan-lahan?”

Ini benar-benar sebuah bola curveball (bola yang dilemparkan oleh pitcher sehingga berputar dan melengkung ke bawah dalam baseball). Tak ada satupun pihak yang sama sekali benar, ada keuntungan dan kerugian dari  kedua tindakan itu. Kelihatannya, semua orang akan setuju dengan apapun pilihan yang dia pilih.

Namun, dia tidak nyaman meskipun dia berpikir sudah mengambil arah yang benar. Bayangan nantinya akan memilih yang salah membuat perutnya mulai sakit  dan membuat bahunya terbebani semakin berat.

Ini adalah beban yang harus dipikul oleh seorang guildmaster, dan secara pribadi, Momonga lebih memlih menolak memutuskannya. Namun, itu tidaklah mungkin.

Momonga memutar masalah itu terus menerus di dalam benaknya.

Dalam masalah ini, Touch Me sang pimpinan klan pasti akan bergegas memimpin setiap orang untuk maju. Jadi, haruskah Momonga sang pemimpin guild menirunya?

Namun, dada Momonga terasa sakit.

Terakhir kalinya ini terjadi, ada sebuah argumen, yang membuat satu orang pergi.

Meskipun Momonga sangat menghormati gaya kepemimpinan Touch Me, kenangan itu masih tetap menempel di dalam temboloknya. Atau tidak, dari yang dia tahu, insiden itu membebani Touch Me pula. Mungkin saja itulah alasan dia mengundurkan diri dari posisinya sebagai pemimpin, dan mengusulkan pengganti dengan kepribadian yang berbeda dari dirinya sendiri.

Jika memang begitu, maka Momonga tidak seharusnya melakukan apa yang Touch Me lakukan.

“-Kalau begitu, kita akan melakukan voting. Semuanya yang memilih merubah kelompok berkumpul di sebelah kananku, dan mereka yang memilih tanpa ada perubahan tolong ke kiri.”

Setelah berdiskusi dengan sangat lirih, semua orang bergerak ke sisi yang dipilih.

Momonga menghitung jumlah mereka, dan memberikan kesimpulan.

“Kelihatannya leibh banyak orang yang ingin terus maju. Kalau begitu ayo. Dan juga, semuanya, aku ingin menggunakan voting mayoritas sebagai standar prosedur untuk menyelesaikan masalah-masalah guild yang melebar seperti ini. Jika hasilnya seimbang, kita akan buat sang pemberi saran memainkan gunting-batu-kertas... Meskipun itu mungkin akan sulit diterima bagi beberapa orang diantara kita di sini, jadi mungkin suatu bentuk pemecah kebuntuan yang lain mungkin lebih baik. Bagaimanapun juga, aku ingin menyelesaikan segala perselisihan dengan cara ini. Apakah ada orang yang tidak setuju, atau memiliki ide yang lebih bagus?”

Tak ada yang bicara.

Apakah itu karena mereka tidak ada yang tidak setuju, ataukah karena mereka merasa tidak nyaman menyuarakan pemikirannya?

Keadaan seperti ini juga terjadi di tempat kerja pula. Ketika ditanya “bagaimana menurutmu?”, beberapa orang akan bicara. Suatu ketika, alasan mereka diam bukan karena mereka tidak ada yang ingin dikatakan, tapi karena mereka takut menyuarakan pendapatnya hanya akan membuat mereka diberi tanggung jawab terhadap tindakan apapun yang lahir dari pendapat itu, atau karena mereka takut pendapatnya ditolak,dan seterusnya.

Momonga perlu berbicara dengan orang-orang secara pribadi setelah rapat ini, lalu membuat catatan tersebut di benaknya.

“Kalau begitu, semuanya ayo maju.”

Setelah memberitahukan tanda kesiapannya, semua orang bergegas keluar.

Meskipun pihak yang kalah akan merasa tidak puas, tak ada yang akan ngambek seperti anak kecil di hadapan keputusan mayoritas. Siapapun bisa mengatakan bahwa orang-orang dewasa memang seperti itu.. tidak, itu tidak sepenuhnya benar.

Ada banyak macamnya orang dewasa pula. Momonga tahu orang-orang dewasa yang tak pernah tumbuh, seperti anak-anak. Kenyataannya tak ada dari mereka yang bisa ditemukan di sini karena pertimbangan Touch Me yang bagus dalam memilih teman-teman.

Saat ini, Momonga sangat paham dengan beratnya posisi seorang guildmaster.

Kemudian, Momonga mendengarkan sebuah percakapan yang mengusir perasaan tidak tenangnya.

“Aw man! Kukira kamu bersamaku, Flatfoot-san!”

“Nah, aku memang suka yang datar, tapi bukan berarti loli.”

“Ah yang benar, nama senjatamu saja Tsururinpettan.. Ataukah yang kamu maksud adalah hal lainnya? Jangan-jangan kamu suka dada pria, Flatfoot-san?”
(TL Note: Dada rata yang halus dan mengkilap)

“Da-Dada pria?”

“Apakah aku salah? Bukankah kamu menyukai yang rata? Jika memang begitu, maka dada pria juga.. apakah kamu homo?”

Peroroncino!

Momonga menahan keinginannya untuk berteriak kepadanya. Instrospeksi diirnya sebelum ini tidak lagi ditemukan. Tetap saja, Momonga memahami kepribadian temannya itu... atau lebih tepatnya, fetish miliknya. Dengan adanya Peroroncino, tidak kaget jika hal semacam ini dibicarakan.

Haruskah dia ikut nimbrung, dan membantu Flatfoot yang bengong?

Saat Momonga bingung dengan keputusan ini, dia mendengar suara lain.

“...Orang-orang mungkin akan menertawakan ini di pesta minum, tapi apakah kamu benar-benar berpikir kamu bisa meneriakkan hal semacam ini begitu saja karena kamu ada di tengah-tengah teman-teman?”

Itu adalah Bukubukuchagama. Sebuah ramalan akan terjadinya hal yang gawat muncul dalam benak Momonga saat dia menyadari nada suara Bukubukuchagama yang menjadi sedikit rendah. Namun, karena suatu alasan, adiknya Peroroncino belum menyadari hal ini.

Sebenarnya, Flatfoot sudah mundur dari Peroroncino.

“Yah, itu karena kamu sendiri juga datar, Aneki (Kakak Perempuan), sehingga pria tidak-“

“-Oi.”

Suara dingin itu membawa malapetaka yang akan datang, seperti sebuah pisau guillotine yang akan jatuh ke bawah.

“Oi, bocah. Apakah kamu ingin aku bilang kepada semua orang apa yang kamu lakukan ketika usiamu masih dua belas?”

“...Ma, Maafkan atas perkataanku.”

“...Hey, apakah aku memberimu izin untuk diam? Apakah itu terdengar seperti bercanda bagimu? Hah? Kamu sebaiknya-“

Merasakan akan adanya sesuatu yang buruk bakal terjadi, Momonga cepat-cepat menjadikan dirinya perantara diantara mereka berdua, memaksa mereka terpisah menggunakan tubuhnya.

“Chagama-san, Chagama-san. Tolong tenanglah sedikit.”

“Ah – Momonga-san.”

Suara Bukubukuchagama kelihatannya sudah kembali normal, tapi api kemarahannya belum benar-benar padam. Ini mungkin adalah waktu jeda yang kecil, jadi Momonga cepat-cepat melanjutkan:

“Ya, ah, kita akan segera menuju ke dalam dungeon. Kurasa sebaiknya kamu redakan amarahmu, ya kan?”

Setelah melihat Momonga memohon dengan telapak tangan dieratkan, Bukubukuchagama – agaknya – mengendurkan bahunya.

“Benar sekali, benar sekali. Bukannya aku tidak memahami bagaimana perasaanmu, Bukubukuchagama-san, tapi ini mungkin yang terbaik. Terima kasih.”

Setelah itu, Flatfoot datang ke sisi Momonga dan mengatupkan tangannya juga. Sekarang setelah mereka berdua bicara, Bukubukuchagama kesulitan marah. Oleh karena itu, dia menghela nafas dengan cara yang berlebihan.

“Kalian berdua tidak perlu minta maaf karena tidak salah. Ahhh, akulah yang seharusnya minta maaf. Aku tak percaya membiarkan si bodoh itu sudah membuatku marah. Maaf untuk itu.”

Dengan begitu, Bukubukuchagama memalingkan wajahnya – agaknya – ke arah Peroroncino.

“Oi, adikku yang bodoh. Ingat ini baik-baik – jagalah sopan santunmu, meskipun kamu akrab dengan orang lain. Terutama ketika kamu mengatakan candaan kotor. Jangan membuatku malu hanya karena kamu kegirangan di sekeliling teman-teman. Paham?”

“..Baik.”

“Bukankah kamu harusnya berterima kasih kepada Momonga-san dan Flatfoot-san?”

“Mm. Terima kasih ya. Maaf tentang tadi, kurasa aku agak terbawa suasana.”

Ucapan Peroroncino tidak bergairah. Cara bicaranya yang tunduk dan patuh membuatnya terdengar seperti anjing yang sudah dipukul tongkat kejut.

Setelah mendengar permintaan maaf adiknya, Bukubukuchagama meninggalkan bunker tersebut.

Dari tiga orang yang melihatnya pergi, Flatfoot adalah yang pertama memecah keheningan.

“...Haaahhh, kakakmu itu menakutkan. Super menakutkan. Lebih menakutkan daripada kepala departemenku. Dia benar-benar tahu bagaimana caranya merubah suara.”

“Dia bukan orang yang jahat. Dan aku tak tahu apakah itu karena dia seorang seiyuu (pengisi suara tokoh animasi), tapi dia benar-benar memiliki suara yang kuat. Ledakannya bahkan lebih hebat di dalam Yggdrasil, karena wajah kita tidak bergerak di dalam game...”

“Kamu benar-benar tangguh, Momonga-san.”

Flatfoot meletakkan tangannya di dada Momonga. Tidak ada detak jantung yang bisa dirasakan, tapi itu mempengaruhinya.

Momonga sepenuhnya mengerti apa yang dia maksud dengan hal itu.

Game-game seperti Yggdrasil – DMMORPG – semuanya sangat realistis. Hasilnya, tidak heran jika merasa ini adalah kenyataan.

Tentu saja, Faktanya tidak ada perubahan eskpresi, atau karena tidak ada indera untuk merasakan dan seterusnya adalah indikator yang berguna bahwa ini masih di dunia game.

“Aku tidak setangguh itu. Tetap saja, aku merasa aku sedang berdiri di depan bos yang menakutkan.”

Dua orang itu tertawa cekikikan.

Momonga tersenyum – meskipun wajahnya tidak bergerak – lalu membuat dua orang lainnya bergegas maju.

“Baiklah, ayo keluar! Hanya kita yang tersisa.”


Part 4

Dengan satu mata di sekeliling meeka, para player menaiki tangga yang sudah tidak terpelihara ke dalam bangunan tersebut. Interiornya ternyata mengesankan, dengan lima patung berdiri tegak. Lempengan batu dipasang di dekat kaki dari patung-patung itu. Namun, kelompok tersebut agak jauh sehingga tidak bisa membaca apa yang tertulis disana. Tentu saja, ada mantra untuk membaca tulisan seperti itu, tapi tak ada yang berniat melakukannya.

Momonga merasakan firasat buruk tentang hal ini.

Dia pernah melihat desain dungeon semacam ini beberapa kali di masa lalu.

Antusiasme yang dia miliki sekarang sudah tidak ada lagi.

“Ah, Momonga-san, kelihatannya ini seperti dungeon dengan serangan beruntun. Kayaknya sejenis dengan yang paling sulit, semacam dungeon yang harus memiliki lima party untuk bisa maju. Mungkin kita harus lega ini bukanlah salah dungeon yang butuh 36 orang party (sebuah legiun) itu dan memperbolehkan dua guild saling bekerja sama untuk menyerangnya. Dungeon-dungeon seperti Itu benar-benar gila.”

Momonga mengerang lirih saat ucapan Tabula Smaragdina membenarkan firasatnya. Ada juga gumaman dari sekitarnya.

Banyak orang yang membenci dungeon dengan serangan beruntun, yang juga dikenal sebagai “die-by-yourself dungeons(dungeon-dungeon matilah sendirian)”. Dungeon-dungeon seperti ini membutuhkan beberapa party yang bekerja sama dalam rute-rute yang berbeda untuk bisa menyelesaikannya.

Tentu saja, memang benar jika semua orang harus bekerja sama untuk satu tujuan. Namun, harus berpisah adalah hal yang menjengkelkan.

Ini adalah sebuah dungeon yang belum dikenal dan tak ada yang pernah menjelajahinya sebelum ini.

Fakta bahwa mereka tidak tahu apapun tentang dungeon ini semakin memicu kemarahan mereka terhadap para developer brengsek itu dan seamkin menantikan kebahagiaan saat nantinya menemukan kristal-kristal data yang langka. Jika mereka tidak bisa bersama-sama dalam berbagi kesenangan dan penderitaan itu, faktor kegembiraannya akan menjadi separuh – tidak, akan lebih buruk dari itu.

Meskipun Momonga bukan orang yang percaya dengan tahayul, dia pun mau tidak mau merasa tidak nyaman dengan aktifitas pertama guild yang seperti ini.

Tetap saja, dia tidak bisa merengek terhadap hal ini. Lagipula, dialah yang merencanakan penyelidikan ke dalam dungeon, dan semua orang yang berkumpul di sini mendukungnya. Mengharapkan kesediaan mereka lebih dari ini harusnya tidak dilakukan oleh seorang guildmaster.

Baru saja, Punitto Moe menyarankan pembentukan tim, seakan mengabaikan rasa terkejut di dalam diri Momonga.

“Bagaimana kita harus maju kalau begitu, Tabula-san? Ini sudah melenceng dari rencana awal, dan sekarang kita butuh lima party.”

“Memang benar. Pertanyaannya sekaang adalah bagaimana mengalokasikan semua orang. Kita mungkin harus mendiskusikan ini sama-sama. Jika begini, harusnya kita panggil para crafter untuk masuk pula, karena kita akan kesulitan jika ditekan dari belakang.”

Konfigurasi 6 orang party normal di dalam Yggdrasil terdiri dari satu tank, dua penyerang, satu healer, satu pengintai dan satu cadangan, yang mampu beradaptasi terhadap perubahan situasi.

Mereka harus membagi dengan rata para anggota ke dalam lima party, yang mana itu adalah sebuah tugas intensif yang memerlukan kekuatan otak yang mumpuni.

Siapapun yang menerima tugas ini haruslah akrab dengan kemampuan setiap individu dan kegemarannya. Sebuah tim yang dikumpulkan dengan sembarangan tidak akan bisa berhasil. Oleh karena itu, menentukan daftar party adalah salah satu tantangan terhebat dari pekerjaan tersebut.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya menyelesaikan dungeon ini.

Dungeon seperti ini biasanya di desain agar setiap orang akan bertemu di ruangan boss, dimana mereka akan menghadapi boss raid sama-sama.

Jika pola ini memang cocok, maka party-party itu harus seimbang.

Seperti misalnya, meskipun dua party dipenuhi dengan anggota-anggota terkuat akan mengalami kesulitan dalam membersihkan seluruh dungeon. Oleh karenanya, mungkin akan lebih baik membuat empat tim untuk tiba pada boss dan mengalahkannya. Lagipula ada kekuatan dalam jumlah. Jika tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok dalam hal kemampuan individu, 24 orang akan lebih baik daripada 12 orang.

Meskipun jika Warrior Takemikazuchi – salah anggota Ainz Ooal Gown yang terkuat – diserang oleh dua orang dengan level setara, ada kemungkinan besar dia bisa dikalahkan. Kenyataannya adalah pada setiap serangan yang dia luncurkan, dia akan menerima dua serangan sebagai gantinya. Tentu saja, ada beberapa tipe-tipe yang luar biasa besarnya yang bahkan bisa unggul meskipun dua lawan satu, tapi itu hanya sedikit dan sangat jarang.

Maka dari itu, hal yang paling penting adalah tidak kehilangan satu orangpun dan tiba di inti dungeon.

Punitto Moe berdiri di depan semua orang dan mendiskusikan masalah penunjukann personel.

Momonga tetap diam. Punitto Moe adalah perencana yang paling baik dalam kelompok ini, jadi tidak apa membiarkan dia menanganinya. Paling-paling, semua yang ada di sini pun berpikiran seperti itu juga. Mungkin tidak ada masalah juga jika dia memberikan perintah.

Di dalam banyak game, seseorang tidak bisa mengatur kembali sebuah party di luar zona aman, atau lokasi tertentu. Namun, di dalam Yggdrasil, seseorang bisa dengan bebas merubah party di manapun dan kapanpun. Ini membuat party lebih fleksibel dan dengan sebuah tim yang bagus, seseorang bisa melalui segala kesulitan.

Namun, efek-efek magic party dengan jangkauan luas dan skill akan dihentikan ketika party dibubarkan. Seseorang harus memasukkan kekurangan itu dalam perhitungannya ketika berkumpul kembali. Trik itu tidak akan berhasil jika digunakan dalam situasi darurat.

Dia melihat ke sekeliling teman-teman guildnya. Beberapa diantaranya mengganti perlengkapannya. Beberapa diantaranya offline (terputus) sebentar untuk ke kamar kecil, dan beberapa diantaranya sedang semangat mengobrol dengan Punitto Moe.

Meskipun mereka semua kelihatannya sedang melakukan kesibukan masing-masing. Momonga bisa merasakan sebuah perasaan aneh terhadap koordinasi di depan mata.

Perlahan-lahan, Para penyerang yang menggunakan magic (Magical Attacker), Tank, Healer, Seeker dan yang lainnya ditugaskan ke dalam party mereka masing-masing.

Momonga termasuk dalam kategori “Lainnya”.

“Lainnya” tidaklah seberapa penting. Meskipun mereka kurang penting dalam sebagian besar peran, guild ini – Ainz Ooal Gown – berbeda. Bagi mereka, “Lainnya” adalah kelas-kelas menantang yang bisa beradaptasi terhadap banyak situasi berbeda.

Momonga menggunakan drop item (hadiah rampasan) dari PK (Player Killing - Membunuh Player) – berupa mayat-mayat Player lainnya – untuk mempelajari banyak mantra berbeda. Karena itu, dia biasanya ditempatkan di dalam posisi ini selama penyerbuan dungeon.

Tentu saja, dia bukan diberi posisi ini karena dia bisa menggunakan banyak mantra berbeda, namun karena dia bisa menggunakan mantra-mantra yang tepat untuk situasi yang sesuai.

Karena dia harus menangani tugas yang sulit ini, Momonga memiliki prioritas terhadap mayat-mayat dari PK, sebagai sebuah tanda atas kepercayaan teman-temannya terhadap kemampuan Momonga.

Sebaliknya, Momonga habis-habisan untuk teman-temannya, dan mereka semua merasa bahwa dia tidak salah.

Akhirnya, Punitto Moe mengumumkan susunan party.

Kelompok Momonga terdiri dari :

Magic Attacker (Penyerang dengan Magic): Ulbert Alain Odle
Physical Attacker (Penyerang dengan kekuatan fisik): Warrior Takemikazuchi
Tank (Pelindung kelompok): Bukubukuchagama
Healer (Penyembuh): Yamaiko
Seeker (Pengintai): Nishiki Enrai

Dan Momonga adalah Wildcard (kategori lain).

Momonga terkesiap saat dia mendengar susunannya.

Ada beberapa orang di dalam guild yang bisa membersihkan sebuah dungeon dengan mudah, dan lebih dari separuhnya berada di dalam party Momonga.

Pertama adalah Ulbert Alain Odle, yang memiliki level dalam beberapa kelas yang memiliki firepower yang tinggi. Damage dari ledakannya tidak ada tandingan.

Selanjutnya adalah Warrior Takemikazuchi, yang memliki level dalam kelas-kelas berorientasi serangan seperti kensei dan seterusnya. Mirip seperti Nishiki Enrai, pertahanannya sangat rendah, tapi di waktu yang sama dia memiliki kemampuan memberikan damage fisik yang tertinggi dari seluruh guild.

Bukubukuchagama sebagai tank adalah karakter yang memiliki spesialisasi memaksimalkan pertahanannya. Dia memiliki gelar “Tak bisa ditenggelamkan”

Yamaiko sebagai Healer adalah seorang Nephilim, yang membelokkan kemampuan rasialnya untuk mengambil dua skor kemampuan yang sangat tinggi dan dua skor kemampuan yang sangat rendah untuk memaksimalkan spirit dan daya tahannya. Ditambah lagi dia memakai perlengkapan penuh yang mengabaikan serangan untuk fokus terhadap pertahanan. Digabungkan dengan kemampuan regenerasinya, dia jeuh lebih mampu menyelamatkan diri daripada kelas-kelas tank yang setengah-setengah.

Nishiki Enrai adalah seeker mereka, tapi karena fokusnya dalam kekuatan serang yang absolut, dia juga bisa berperan sebagai penyerang yang baik dengan caranya sendiri, ketika dia menggunakan kemampuan stealth (siluman), dia bisa memberikan sebuah pukulan yang kekuatannya bisa melampaui bahkan Warrior Takemikazuchi.

Ini adalah sebuah tim yang terdiri dari para anggota yang memiliki optimasi penuh pada peran masing-masing.

Kenyataannya adalah, jika para anggota ini disebarkan kembali ke party lain, tidak heran jika tingkat keselamatan mereka akan meningkat.

“Eh? Apakah ini tidak masalah?”

Setelah mendengar suara Momonga, Punitto Moe berbalik.

“Oh, Momonga-san, apakah ada yang salah?”

“Mm. Jujur saja, kurasa party ini sedikit tidak seimbang. Mereka semua para player yang hebat dan kelihatannya mereka akan lebih baik disalurkan ke dalam kelompok-kelompok yang dilindungi oleh para NPC agar bisa menopang kemampuan mereka.”

Momonga melihat ke sekeliling.

Orang-orang yang tidak ada di sini pasti pergi sebentar ke kota untuk mempekerjakan beberapa tentara bayaran NPC. Dengan menteleport sekutunya, mereka bisa menghindari rawa-rawa dan bisa segera kembali kemari.

“Kurasa meletakkan Bukubukuchagama-san dan Warrior Takemikazuchi-san di dalam party dengan para NPC akan lebih seimbang. Namun, kita tidak tahu apapun tentang dungeon ini. Jadi, kurasa akan lebih baik untuk memiliki dua tim kuat daripada membagikan secara rata.”

Dan anggota dari tim lainnya adalah..?

Momonga melihat ke arah anggota guild terkuat, Touch Me, lalu terjawablah sudah. Dia pasti memimpin tim itu.

Dia melihat orang-orang yang bersamanya, dan memang benar. Semua anggota Ainz Ooal Gown yang terkuat sekarang berkumpul.

Punitto Moe mengerti apa yang sedang Momonga lihat, lalu mengangguk.

“Benar sekali, itu adalah mereka. Momonga-san, jika situasi terburuk datang, tolong kalahkan boss nya bersama mereka. Meskipun aku mengerti jika mengalahkan boss 30 orang hanya dengan 12 orang adalah luar biasa sulitnya, aku merasa bahwa masih lebih baik mempersiapkan terhadap kemungkinan terjadinya situasi seperti itu.”

“Jika memang begitu, bukankah lebih baik menggantikan diriku dengan orang lain?”

Momonga yakin terhadap kemampuannya sebagai wildcard, tapi dia ragu apakah dia bisa dianggap player yang superior.

Punitto Moe tertawa dan membalas, “Tentu saja tidak,” sebelum menjelaskan.

“Momonga-san, menyerbu Great Tomb of Nazarick, dungeon yang masih perawan, adalah buah dari keinginganmu, ya kan? Oleh karena itu, adil rasanya jika kamu menyelesaikannya dengan cantik, wahai guildmaster. Tunjukkan pada kami bagaimana caranya.”

Gelombang panas melonjak keluar dari perut Momonga.

Punitto Moe memang benar. Dia adalah orang yang dengan egoisnya membawa serta semua orang yang ada di sini, jadi dia tidak boleh menurunkan semangat mereka. Bagaimana bisa dia tidak ambil bagian dalam menyelesaikan dungeon ini dengan yang lainnya?

“Aku mengerti!”

“Itu baru semangat! Ditambah lagi, kamu adalah wildcard yang sangat bagus, ya kan, Momonga-san? Sejujurnya, kurasa kamu adalah orang yang paling bisa beradaptasi di sini, itulah kenapa aku meletakkanmu dengan mereka. Sebuah party dari para spesialist bisa runtuh dengan cepat jika keadaan menjadi buruk, jadi aku harus memasukkan dirimu dan fleksibilitasmu, Momonga-san. Jujur saja – kelompokmu adalah party terbaik karena ada dirimu di dalamnya.”

“Tidak, tidak, yang lainnya memang seperti itu, tapi bukan aku.”

“Ini dia merendah lagi. Percaya dirilah sedikit. Kenyataannya adalah, Nishiki Enrai sang seeker lebih kepada penyerang, jadi membuatmu ada di sana juga untuk membantu pengamatan. Jadi.. bawa mereka dengan aman ke tempat bossnya, Momonga-san.”

Sekarang setelah Punitto Moe memujinya hingga ke langit, Momonga tidak bisa menunjukkan sisi dirinya yang lemah.

“Aku mengerti. Tolong terimalah kontribusiku yang tidak seberapa.”

“Aku akan menantikannya.”


Setelah menyusun party-party, masing-masing party tiba di depan patung batu. Seakan ada aba-aba – atau lebih tepatnya, mereka telah memicu sebuah rangkaian otomatis – sesuatu diaktifkan.

“Beraninya kalian mengotori Great Tomb of Nazaick, wahai orang-orang bodoh dan serakah.”

Itu adalah sebuah suara pria. Diikuti dengan sebuah suara wanita.

“Atau harusnya aku bilang, orang-orang pemberani.”

“Entah itu kebodohan atau keberanian, kami akan menerima tantanganmu. Kami, Lima Penguasa berdiri di depanmu.”

Itu adalah suara pria yang serak, berbeda dari dua suara yang pertama. Di suatu tempat di dekat Momonga, Bukubukuchagama bergumam, “Baik, bos.”

“Kalian yang menghendaki tanah ini. Kalahkan kami, dan tunjukkan kepada kami kekuatan kalian yang sebenarnya.”

Sebuah Cahaya muncul dari papan batu. Jika tindakan yang diambil tepat, mungkin akan memicu teleportasi atau semacamnya.

“...Suara terakhir milik Penguasa Helheim. Tidak kukira dia bisa sampai kemari. Perjalanan yang jauh! Jika dia adalah si orang tua berjenggot itu, bukankah itu sangat mencurigakan? Haruskah kita membunuhnya dengan Longinus?”

“Biarkan saja. Aku berharap mereka menggunakan kembali seiyuu itu di tempat lainnya. Aku dengar mereka menurunkan kualitas hadiah dari gacha yang langka agar bisa mempekerjakan seiyuu-seiyuu dalam jumlah besar.”

“Secara pribadi, aku setuju jika mereka mempekerjakan lebih banyak orang. Aku bisa menggunakan alias lain untuk melakukannya. Masih ada beberapa yang belum kugunakan.”

Peroroncino yang sedang berlutut melihat ke arah Momonga. Dia pasti mendengarkan percakapan saudarinya.

“Yah, biarkan saja. ‘Kamu yang menginginkan tanah ini’. Bukankah itu yang dia katakan? Bagaimanapun, jelas sekali bahwa ini adalah sebuah guild base dungeon(dungeon untuk markas guild).”

“Sebuah bonus yang tidak diduga.”

Menyelesaikan sebuah dungeon sering menghasilkan berbagai macam item, dari kristal-kristal data langka hingga artefak. Namun, menyelesaikan sebuah guild base dungeon hanyalah memindahkan hak kepemilikannya. Ditambah lagi, guild hanya bisa memiliki satu dungeon saja. Jika mereka ingin mengklaim dungeon lain, mereka harus melepaskan klaim kepemilikam mereka saat ini.

Dungeon-dungeon seperti ini jarang sekali memberikan bonus yang tak terduga jika guild tersebut tidak serius berniat mengklaim kepemilikannya.

“... adakah orang yang menginginkan sebuah markas guild di tempat yang jauh seperti ini?”

“Mungkin saja tidak. Disamping itu, kita tidak tahu markas macam apa ini.”

Tidak diketahui berapa banyak total level dari NPC-NPC yang bisa diciptakan. Lalu, ada masalah lain selain itu.

Disebut sebagai kebangkrutan POP.

Monster-monster yang muncul secara otomatis di bawah level 30 memiliki biaya perawatan, tergantung tipe mereka. Nol untuk undead, tapi makhluk hidup, terutama makhluk yang besar, memiliki biaya perawatan yang meningkat sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Dengan kata lain, sebuah markas guild yang hanya bisa memunculkan makhluk hidup yang besar akan membuat biaya perawatannya meningkat sangat tinggi. Jika pendapatan dalam markas guild tidak cukup untuk menutupi biayanya, para anggota guild harus mendapatkan uang itu sendiri. Ditambah lagi, pengaktifan jebakan dan summon monster juga sama mahalnya. Diserang oleh sebuah guild musuh bisa menyebabkan pengeluaran yang tidak terhitung bagi para defendernya, dan mungkin bisa memaksa mereka menjadi bangkrut.

“Kita tidak akan tahu sampai kita miliki tempat ini.”

“... Kita juga bisa menjual informasinya.”

Antusias mereka sedang menurun. Lagipula, meskipun mereka berhasil mendapatkan tempat ini, mereka akan menyerah atau menjualnya saja satu-satunya tempat yang diusakahan dengan sekeras mungkin oleh seluruh anggota guild.

Merasakan suasana hati di sana, Touch Me berbicara.

“Tetap saja, semuanya. Bukankah kita harus memiliki sebuah markas guild yang layak? Bukan menyewa seperti yang sekarang, tapi suatu tempat yang bisa kita rubah dan atur kembali sesuka hati.”

“Yah, jika kita sedang membicarakan tentang apapun yang kita inginkan, aku telah berpikir untuk menetap di suatu tempat lalu membuat sesuatu dengan sepenuh hati. Namun, akankah itu di sini?”

“Meskipun kita tidak menemukan sebuah tempat untuk menetap, aku setuju dengan Touch-san jika kita memerlukan markas guild yang layak. Maksudku, kita tidak bisa meninggalkan banyak hal hanya karena kita takut diserang kapan saja, ya kan? Dan kita tidak perlu bersikap waspada setelah pergi ke suatu tempat penyewaan yang kosong.”

Dia dijawab dengan sebuah paduan suara, “benar juga”.

“Kurasa menggunakan tempat ini sebagai percobaan dalam membangun sebuah markas guild akan menjadi alasan yang bagus untuk menguasainya. Disamping itu, aku pernah membaca sistem markas guild di situs developernya, namun kelihatannya berbeda dari apa yang sebenarnya ada di dalam game.”

“Makam Percobaan Nazarick, huh. Jadi jika kita menggunakan ini sebagai batu pijakan, tempat macam apa yang akan kita gunakan nanti sebagai markas guild?”

“Tentu saja, kita harus berpikir luas. Sebuah markas guild level 3000 seharusnya tidak masalah.”

“Itu terlalu besar~”

“Itu tidak mungkin.”

Semua orang tertawa.

Momonga tertawa bersama mereka.

Ada sembilan markas besar seperti ini – masing-masingnya ada di setiap dunia – tapi mempertahankan semua markas tersebut sebenarnya adalah hal yang tidak mungkin. Pada awalnya, meskipun mereka berhasil menguasai semuanya, sebuah guild lemah akan langsung terlibat dalam perang guild yang rumit, dan mempertahankan markas akan menjadi sangat sulit.

“Meskipun kita memiliki tempat seperti itu, kita akan bangkrut setelah diserang berkali-kali. Meskipun begitu, mengapa tidak mencari sebuah tempat yang lebih kecil? Kita tidak akan perlu menghabiskan banyak biaya untuk perawatannya pula.”

“Kita bisa mengumpulkan pajak di dalam markas kota, yang akan membantu perawatannya.”

“Markas kota tidak memiliki banyak NPC berlevel tinggi, ya kan? Kurasa maksimalnya 7000. Developer brengsek itu senangnya begitu. Semakin sulit areanya akan memberikan level semakin tinggi.”

“Hmmm, jadi itu artinya tempat ini mungkin memiliki jumlah level tinggi yang tidak terduga? Lagipula, tak yang pernah menemukannya sebelum ini sampai sekarang.”

“Yah, kita tidak akan bisa kemana-mana jika hanya ngobrol di sini.. mari kita lakukan seperti yang Momonga-san katakan dan menyelesaikan tempat ini sekaligus. Kita bisa mendiskusikan semuanya nanti. Kita tidak usah mengharapkan ayam dari telur yang belum menetas.”

Semuanya setuju dengan itu.

Sebentar lagi, mereka akan menginjakkan kaki di wilayah yang belum tergambarkan, sebuah dungeon yang tidak diketahui.

Menyelesaikan sebuah dungeon yang tidak diketahui dan tidak jauh di bawah level yang direkomendasikan belum pernah terdengar di dalam Yggdrasil.

Ini adalah kesulitan yang mereka hadapi di sini.

Momonga tidak lagi merasakan adanya kegembiraan di hati rekan-rekannya.

Sebagai gantinya adalah para player dengan muka serius yang bisa menghadapi segala kesulitan.

Momonga dipenuhi dengan sebuah rasa percaya diri aneh tak berdasar bahwa teman-temannya pasti bisa menaklukkan sebuah dungeon yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Ada orang yang berkata bahwa mereka yang terlalu berinvestasi dalam game adalah orang aneh dan jorok. Itu hanya game, mengapa serius sekali?

Namun, tidak ada yang salah dengan bersikap serius dalam sebuah game.

Siapa yang memutuskan jika piano dan balet itu adalah hobi kelas tinggi, sementara game adalah untuk rakyat biasa? Orang-orang yang berkata seperti ini tidak tahu jika mereka hanyalah memaksakan sikap mereka yang tidak bisa luwes kepada orang lain.

Momonga merasa sangat berterima kasih sekali kepada rekan-rekannya, yang sepenuh hati mendiskusikan bagaimana caranya menyelesaikan dungeon ini.

“Coba katakan, kira-kira kita bisa mempertahankan magic buff (magic untuk meningkatkan kemampuan) kita? Jika kita bisa melakukannya, maka kita bisa menggunakan extended buff kepada diri kita sendiri, ya kan?”

“Kurasa para developer tidak sebaik itu? Bersiaplah untuk dilucuti oleh mereka saat dirimu melangkahkan kaki melewati pintu itu.

Para developer itu memang benar-benar brengsek.”

Seseorang tertawa tidak terkendali.

Sebesar inilah kepercayaan yang diberikan kepada para developer Yggdrasil. Seratus persen para player setuju jika mereka adalah orang-orang sadis.

Kenyataannya, mereka akan semakin khawatir jika para developer itu tidak memasang jebakan jahat apapun.

Maka dari itu, ketika suatu kejadian tak beralasan terjadi, akan ada teriakan lantang “Developer brengsek”. Kenyataannya memanggil mereka “Developer Brengsek” adalah sebuah bentuk cara menyayangi mereka.

-Meskipun ada beberapa kejadian dimana mereka benar-benar mengutuk para developer itu.

“Kalau begitu, mengapa tidak kita suruh saja guildmaster tercinta kita, Momonga-shi, yang telah menyarankan untuk mencoba dungeon yang tidak diketahui ini, keluar dan mengucapkan kata sambutan? Kemarilah, Momonga-san, katakan sesuatu.”

Dia menjerit “Eh?” dengan gugup saat Punitto Moe bicara, tapi tatapan semua orang – meskipun wajah mereka tidak berubah – menyesakkan udara, akhirnya dia pun berbicara.

“Semuanya! Aku adalah guildmaster sadis yang baru saja dipilih, Momonga!”

Ditengah-tengah cekikikan, Momonga melanjutkan.

“Ini adalah perjalanan pertama dari Ainz Ooal Gown! Kita harus menaklukkan dungeon yang sulit dan baru pertama kita lihat ini! Kita akan buat para developer brengsek itu menggeretakkan gigi karena frustasi! Kita akan lakukan apa yang tidak dilakukan oleh guild biasa! Semuanya! Ayo pergi!”

Ohhhh! Sebuah sorakan menggemuruh bergema ke seluruh bangunan.


Part 5

Setelah melewati pintu yang paling kanan dari lima pintu di depan patung-patung tersebut, mereka melihat sebuah makam klasik terkapar di depan mereka.

Tempat tersebut diselimuti oleh kegelapan yang tak terukur, selain dari bagian-bagian yang diterangi oleh cahaya magic.

Para anggota guild ini telah menyelidiki banyak dungeon. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun-

-Momonga bisa melihat melihat di dalam kegelapan, tapi dia tidak bisa melihat rekan-rekannya. Toh kelihatannya mereka di teleportkan ke tempat lain. Jika hanya ada satu destinasi teleport, tidak perlu ada banyak pintu. Itu adalah kesimpulan yang logis.

Momonga mengabaikan harapan yang sia-sia. Yang bisa dia lakukan adalah berdoa agar mereka semua akan bertemu lagi di dalam. Namun, sebuah bagian dirinya yang dingin berkata, itu tidak mungkin.

“Ya ampun, melegakan sekali. Para developer itu mungkin memang brengsek, meskipun begitu mereka tidak sebrengsek itu hingga memisahkan tim. Begitulah, memisahkan mereka lalu mempertemukannya lagi.”

“Take-yan, jadi kamu bilang jika mereka mengumpulkan beberapa orang dengan peran yang sama jadi satumungkin lebih baik kita lupakan saja penaklukkan dungeon ini.”

“...Aku benar-benar berpikir para developer brengsek itu akan sungguh-sungguh melakukannya.”

“Mm, aku setuju denganmu, Buku-chan. Sejujurnya, suatu ketika aku merasa para developer itu terlalu jahat. ‘Ah, sial bagimu’, begitulah yang mereka katakan kayaknya.”

“Uwah~ Yama-chan menggodaku~”

“Tehe~”

Mungkin dia akan terlihat manis jika tertawa di dunia nyata, tapi dia terlihat seperti monster di dalam sini. Karena hanya suaranya saja yang manis, itu malah membuat penampilannya semakin menakutkan.

“Kazecchi! Ulangi aku~ Kazecchi!”

“Kazecchi!”

“Oh~ Bagus, Semakin bagus, Paling bagus!”

“Kalau begitu, Buku- Kazecchi, karena energimu sudah kembali, ayo pergi.”

“Yama-chan menggodaku~”

Mereka bicara dan tertawa sambil mempersiapkan diri. Ada banyak hal yang dilakukan. Contohnya, barisan depan harus mengaktifkan skill-skill yang bertahan lama, atau mem-buff (meningkatkan) diri dengan item-item magic.

“Reaksi undead....ah, lupakan saja, mereka ada dimana-mana. Bagaimanapun, aku akan biarkan kalian melihatnya sendiri.”

Momonga, barisan belakang yang paling luar, merapalkan sebuah mantra yang membiarkan setiap orang mendeteksi reaksi undead.

“Yah, aku sudah menduganya, tapi tidak kukira itu benar-benar undead... Mm, baiklah, memang agak membuatku jengkel jika langsung masuk begtiu, tapi kurasa ini juga bisa. Mengendalikan kebencian (hate) itu memang menyusahkan ternyata,” Bukubukuchagama bergumam saat dia melihat titik-titik merah di bidang pandangannya.

Ketika monster menyerang, mereka akan menargetkan ‘ yang paling ingin mereka serang’. Ini bisa dijabarkan dengan angka, disebut kebencian (hate). Menyebabkan lebih banyak damage, memulihkan HP, meningkatkan (buff), mengurangi (debuff) atau menggunakan skill-skill provokasi (taunting) akan meningkatkan hate. Ketika seorang player diserang oleh monster, itu akan ‘memulihkan’ masalah dan tingkat kebencian (hate) monster itu kepada player akan berkurang. Karena nilai hate sering fluktuatif selama pertempuran, peran tank harus memperhatikan dengan baik nilai hate dari monster-monster itu, jangan sampai barisan belakang terkena hit (serangan).

Untuk mengatur golem atau undead, yang kebal dengan manipulasi mental, para tanker harus menggunakan skill pengendalian hate tertentu dan khusus. Tentu saja, itu tidak masalah bagi Bukubukuchagama.

“Lalu, bagaimana harusnya kita melangkah maju?”

Mereka telah diteleportasi ke dalam sebuah ruang terkubur atau semacamnya, dengan hanya satu pintu.

“Kelihatannya tidak ada pintu rahasia apapun.”

“kalau begitu kurasa kita harus maju.. atau tidak?Tetap saja, kita harus mencari tahu bagaimana rupa undead di luar.”

Ada empat titik merah – merepresentasikan reaksi undead – di sisi lain pintu itu. Jika undead ini  memiliki level yang sama dengan mereka, maka tidak perlu menyusahkan barisan belakang merapalkan mantra-mantra penyerang mereka, tapi level mereka tidak diketahui, dan mungkin saja ada musuh lain selain dari undead tersebut.

Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi mengangkat senjata mereka, sementara Bukubukuchagama si tanker bergerak ke depan, memegang dua perisai. Alasan mengapa Bukubukuchagama tidak memakai senjata adalah karena slime seperti dirinya memiliki tenaga yang payah, dan tidak cocok untuk memberikan damage fisik. Sebaliknya, mereka memiliki kekebalan tinggi untuk damage fisik yang sama.

Untuk bisa memberikan DPS (Damage Per Second) sebagai slime, dia harus memiliki spesialisasi tipe assassin yang membunuh dengan satu kali hit.

Kelihatannya dia akan melakukan uji coba, lalu melihat seperti apa musuhnya. Buktinya adalah mereka tidak melihatnya bersiap menggunakan sebuah skill yang kuat sebelum bergerak untuk melakukan kontak.

“Kalau begitu, seperti yang didiskusikan sebelumnya, kamu akan menjadi komandan kami, Bukubukuchagama.”

“O-kay~ Aku mengerti!”

“Kelihatannya kamu selalu mencoba untuk terdengar seperti anak-anak yang imut meskipun tidak perlu. Suaramu sebagai Kazecchi sudah cukup enak, jadi tidak perlu itu, ya kan?”

“Yama-chan... kurasa aku sedang jatuh cinta.”

“Ah, maaf. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu.”

“Aku, aku ditolak~! Dan secara langsung pula! Uuu...”

Bukubukuchagama mengeluarkan sebuah tangisan sedih keputusasaan.

Tentu saja, siapapun bisa tahu itu hanyalah akting.

Namun, dia adalah seorang seiyuu (pengisi suara), untuk game dimana suara adalah hal yang sangat penting karena ekspresi tidak bisa berubah. Jadi, itu terdengar sangat realistis.

“Di masa lalu, Aku tidak yakin jika memang aku mengatakan hal yang salah, tapi salah satu Kouhai wanitaku benar-benar menyatakan cintanya kepadaku. Jadi aku harap kamu jangan seperti itu.”

(TL Note : Senpai adalah senior sedangkan Kouhai adalah Junior)

“Ah, benarkah?”

Tidak ada lagi sisa kekecewaan sebelumnya dari cara Bukubukuchagama bertanya kepada Yamaiko.

“Mm. Setelah dipikir-pikir... haislnya tidak bagus sama sekali. Kouhaiku itu senang sekali membuat masalah.. dan dia terus-terusan berdebat dengan adikku. Benar-benar bikin sakit kepala.”

“Jadi ucapan Kouhaimu itu semakin membuatmu depresi ketika kamu mengingatnya sekarang?”

“Bukankah begitu, Takemikazuchi-san?”

“Ahh, meskipun kali ini itu bukan apa-apa, setelah beberapa tahun, kamu akan ingin menyingkirkannya. ‘Ahhh, mengapa aku melakukan hal semacam itu.’ Rasanya seperti sejarah kelammu sendiri.”

Momonga hanya berpikir “Hm”, karena dia tidak memiliki kenangan apapun seperti itu saat ini. seharusnya ini adalah kesalahan masa muda seseorang. Namun, sekarang dia adalah orang dewasa, dan dia yakin tidak akan pernah membuat kesalahan semacam itu.

“Yah, bagus juga jika memang seperti itu. Dari yang kutahu, kouhai menyusahkan itu mungkin telah menikah, dan menjadi seorang istri dan ibu.”

Para pria tersebut melihat ke arah slime pink tersebut.

“Mari kita tidak membicarakan tentang pernikahan, Yama-chan. Begini, aku adalah idol semua orang Chagama-san, jadi semua pembicaraan tentang percintaan dan pernikahan adalah hal terlarang.”

Apa yang dia khawatirkan sih? Apa yang Bukubukuchagama katakan membuatnya ingin menggoda dia.

Bagus juga tidak ada Peroroncino di sini, pikir Momonga.

Jika dia ada di sini, dia pasti akan meributkannya.

“Yah, sudah cukup pembicaraan para gadisnya sekarang, ya kan? Kita harus bergerak. Gawat jika kita menjadi yang terakhir tiba di tujuan nantinya.”

“Oh-kay~ Kalau begitu, kita akan maju dengan barisan standar. Nishiki-san, apakah ada jebakan apapun?”

“Jelas sekali tidak ada.”

“Kalau begitu, mari? Tolong Buff kami semua. Buff yang lebih lama untukku.”

“Ambil itu, Momonga-san.”

Momonga mulai meningkatkan (buff) kelompok tersebut, dan Yamaiko mengikutinya dari samping. Jika ada musuh di sini, siapa yang tahu seberapa besar nilai ‘hate’ yang telah mereka dapatkan?

“Ah, sejujurnya, sangat mengejutkan banyaknya mantra yang kamu telah kamu ketahui. Meskipun dengan item-item cash kamu hanya bisa sampai 400. Bagus juga bisa meningkatkan sesuatu yang memberimu kemampuan yang mirip dengan Dark Wisdom. Lagipula, kekuatan seorang magic caster diukur dengan jumlah mantra yang dia ketahui.”

“Benarkah? Aku merasa kekuatan senjata harusnya menjadi pertimbangan utama, ya kan? Secara pribadi, aku sangat iri dengan kekuatan serangmu, Ulbert-san.”

“Aku sudah memikirkannya baru-baru ini, tapi jika damage yang kamu inginkan, bukankah akan lebih mudah dilakukan oleh barisan depan? Magic caster harusnya tahu mantra-mantra yang bermanfaat.”

“Bagaimanpun, para magic caster dibatasi oleh MP, jadi mereka bisa mendapakan DPS yang lebih tinggi daripada barisan depan selama MP mereka masih ada, ya kan? Kelihatannya firepower lebih penting – oh, aku sudah selesai mem-buff di sebelah sini.”

“O-kay~ kalau begitu giliranku. Pertama, buka pintu dan biarkan undead itu masuk. Kita akan bertarung ketika mereka datang melalui pintu itu, okay?”

Setelah menerima balasan dari yang lainnya, Bukubukuchagama berjalan dengan goyang-goyang dan lengket ke depan dan membuka pintu itu. Dia langsung mundur. Meskipun bagus membuat musuh terjebak di pintu, kemungkinan dari situasi yang meningkat akan turun jika mereka memiliki lebih banyak ruang untuk bertarung.

Empat undead bergegas masuk. Tidak ada tanda-tanda adanya monster lain.

Kulit mereka berwarna seperti kayu busuk, Livor Mortis menutupi bagian yang biasanya ditutupi oleh semacam kain penutup tubuh. Tangan mereka berbentuk aneh, seperti sebuah bola dipenuhi dengan duri-duri seperti pisau. Rahang mereka menggantung terbuka, menunjukkan gigi-gigi yang panjang seperti taring dan tumbuh ke atas dan keluar.

(TL Note : Livor Mortis adalah peristiwa mengendapnya darah karena jantung tak lagi berdetak sehingga membuat kulit berwarna merah ungu. Sering digunakan untuk menentukan waktu kematian korban tewas)

Momonga melihat nama-nama musuh di dalam bidang pandangannya, melihat dari warna nama-nama itu mereka memiliki level lebih rendah dari dirinya. Tetap saja, ini adalah dungeon yang belum pernah dijelajahi, jadi tidak ada salahnya berhati-hati. Dia tidak bisa membuang begitu saja kenyataan bahwa mungkin ada variasi monster. Meskipun mereka terlihat sama dari luarnya, jika nama-nama mereka memasukkan nama daerahnya, mungkin memiliki level lebih tinggi daripada monster-monster dengan tipe yang sama. Ada para player yang entah ceroboh atau arogan, dan melawan monster-monster yang tidak diketaui tanpa mengumpulkan informasi terlebih dahulu. Pada akhirnya, tidak satupun yang bisa kabur tanpa menerima pelajaran menyakitkan.

Seharusnya yang lain melihat nama-nama mereka pula, jadi kelihatannya yang bisa mereka simpulkan dari warna nama-nama itu adalah level relatif monster-monster tersebut.

“[Discern Enemy]!”

Mantra ini tidak seberguna skill-skill untuk mengumpulkan pengetahuan yang dimiliki oleh kelas-kelas tipe sage, tapi Momonga memiliki wawasan tertentu jika menyangkut undead.

Jendela lain muncul, dan diantara informasi yang ada di sana ada level monsternya.

“Level 83!”

“Hmph! Jika hanya itu, kami takkan perlu menyusahkan kalian berdua!”

“Oraaaaaa!”

Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi meluncurkan serangan mereka ke arah empat undead itu. Melihat dari level monster-monster itu yang hanya 83, tidak perlu menggunakan skill-skill mereka yang lebih kuat, yang memiliki batasan penggunaan perhari. Mereka bisa menyelesaikan pertempuran ini dengan mudah menggunakan skill-skill yang bisa digunakan lagi setelah beristirahat sejenak.

“Kelihatannya kamu tidak menerima damage yang besar, jadi apa yang harus kami lakukan, Kazecchi?”

“Hm – yah, jika memang hanya itu, akan pulih dengan sendirinya, jadi ayo terus maju,” jawab Bukubukuchagama, yang dengan lincahnya mengendalikan hate dari kelompok tersebut dan menerima semua serangan yang ditujukan kepada yang lain selain dari dirinya. Balasan itu dimaksudkan kepada Yamaiko.

Sementara itu, Nishiki Enrai sedang mengambil emas dan kristal data yang dijatuhkan setelah menyapu bersih undead tersebut.

“Jadi, sudah selesai.”

“Kalau begitu, ayo maju, Momonga-san.”

Tentu saja, Momonga tahu apa maksud Bukubukuchagama.

“Aku mengerti,” balasnya, dan saat dia mengatakan itu dia merapalkan mantra-mantranya.

“[Extend Magic – Bless of Titania].”

“[Extend Magic – Lead of Yatagarasu].”

Sebuah peri kecil muncul di depan mereka. Dia memakai sebuah mahkota, namun hanya setinggi jari kelingking. Dia mengepakkan sayap kupu-kupunya, membuatnya terselimuti oleh bola cahaya, dan mengambang di depan kelompok tersebut.

Mantra selanjutnya menciptakan gagak berkaki tiga. Tidak seperti gagak biasa, gagak itu memancarkan keagungan yang tegas. Gagak tersebut mengepakkan sayapnya, lalu terbang di depan formasi itu juga, di samping bola kecil berkilauan.

Yatagarasu (Burung gagak yang diambil dari mitologi Jepang) itu menuntun para player menuju jalan yang paling pendek ke jantung dungeon, sementara ratu peri di sampingnya akan membawa mereka ke jalan yang paling sedikit bahayanya.

Mereka akan memutuskan yang mana yang harus diikuti tergantung sumber daya yang dihabiskan, jebakan dan monster-monster yang ditemui di jalan. Namun, tak ada satupun mantra itu yang menunjukkan jalan tersembunyi. Ditambah lagi, ada jebakan-jebakan magic yang didesain untuk membingungkan mantra-mantra seperti ini, jadi mereka tetap harus waspada.

“Huh, tidak kukira kamu benar-benar tahu divinasi tingkat 9. Aku sangat iri dengan Dark Wisdom milikmu.”

“Yah, aku adalah spesialis necromancer. Aku hanya akan jadi beban jika aku tidak bisa melakukan segini saja.”

“Kurasa karakter build impianmu benar-benar sangat bisa diterapkan.”

“Begitukah,” Momonga tertawa kecil.

Mau bagaimana lagi, lagipula salah satu temannya telah memuji Momonga.

“Kalau begitu, kau yang di depan, Nishiki-san~”

“Baik, Tuan Komandan.”

Di belakang penunjuk jalan mereka, kelompok itu meneruskan perjalanan dengan urutan Nishiki Enrai, Warrior Takemikazuchi, Bukubukuchagama, Momonga, Ulbert dan akhirnya Yamaiko. Jika ini bukan pertama kalinya mereka melihat dungeon ini, mereka mungkin bisa langsung pergi ke inti dungeon tanpa ragu-ragu lagi. Namun, mereka tidak tahu apapun tentang tempat ini, jadi mereka harus mewaspadai segala jebakan saat bergerak.

Yang paling Momonga senangi adalah ketika mereka bercengkerama satu sama lain  saat bergerak, satu mata di sekeliling mereka. Meskipun orang-orang menikmati game dengan cara yang berbeda, Momonga adalah yang paling gembira ketika berbicara dengan orang lain.

Selama ini, dia hanya membicarakan pekerjaan di tempat kerja, jadi dia sangat merindukan percakapan biasa.

Momonga merenungkan tanpa arah terhadap kemungkinan tersebut.

“Tetap saja, ini memang terlihat seperti dungeon tipe makam seperti rata-rata. Tak ada yang menonjol. Jangan-jangan ada semacam tipuan di sini?”

“...Atau semacam jebakan jahat. Bukankah semacam medan perang yang tidak adil untuk menguji persiapan kita setara dengan tindakan tersebut? Mungkin tidak ada yang lagi yang kejam selain memisahkan kita sejak awal di dungeon ini.”

Yang lainnya menggelengkan kepala saat mendengar Nishiki Enrai berbicara.

“Tidak, pasti ada sesuatu. Para developer itu pasti melakukan hal semacam ini. Tidak heran jika dungeon yang tidak bisa dikuasai ini mendorong orang-orang ke arah pembuatan kelompok yang optimal.”

“Memang benar, kurasa para developer mampu melakukan hal itu.”

“Mereka itu para developer brengsek. Mengapa mereka membiarkan dirimu menaklukkan sebuah dungeon yang tak pernah dilihat sebelumnya?”

“Nishiki-san, kamu terlalu meremehkan para developer Yggdrasil...hm? Atau jangan-jangan...Momonga-san...”

Bukubukuchagama memalingkan yang kemungkinan adalah wajahnya ke arah Momonga.

“Maaf tentang hal ini, tapi bisakah kamu menghubungi adikku dengan [Message]? Aku perlu memeriksa kembali situasinya.”

“Aku mengerti.”

Tanpa alasan menolak, Momonga merapalkan mantra [Message], dan mengirimkannya ke Peroroncino. Setelah sebuah ringtone sejenak, sekitar sepuluh detik, pihak di sisi lain mengangkatnya.

“Yo~ bisa bicara?”

“Yup. Yah, kami baru saja selesai bertarung. Jadi harusnya tidak ada masalah.”

“Bagaimana keadaan kalian di sana? Kami bergerak melewati makam sekarang.”

“-Seperti yang kuduga, developer-developer brengsek itu!”

“A-Apa yang terjadi?”

“Kami diteleport ke tempat semacam tanah berlahar. Monster-monster tipe api terus menyerang kami. Dan sesuatu menyergap kami dari magma, benar-benar merepotkan.”

“Benarkah?”

Dia menyampaikan apa yang Peroroncino katakan melalui [Message] ke rekan-rekannya, tentang diteleport ke area yang kaya magma. Respon mereka seperti “Ah, seperti yang sudah diduga.”

“...Kira-kira bisakah kita bertukar anggota dengan magic teleportasi?”

“Yah, kurasa layak dicoba, tapi kira-kira developernya sebaik itu? Karena kita berada di lantai yang berbeda, mungkin saja kita tidak bisa berteleport sama sekali. Selain itu mengapa mereka meletakkan pintu-pintu itu di pintu masuk?”

“... Dalam situasi terburuk, mungkin kita akan dipindahkan ke dimensi lain melalui jebakan teleport itu.”

Momonga mengganti mantra [Message] itu kembali.

“Lalu, bagaimana dengan keadaan kalian di sana? Bisakah kamu menembusnya?”

“Sekarang ini, kami harusnya bisa menghadapinya. Wah, jika dipikir-pikir ada undead di sekitar sana karena ini adalah sebuah makam dan memilih perlengkapan dengan tipe api untuk menghadapi mereka, bisa gawat. Yang bisa kita lakukan adalah berlari dan bersembunyi. Mereka benar-benar brengsek, para developer itu.”

“Aku mengerti. Semoga kalian beruntung.”

“Kamu juga.”

Momonga lalu mencoba menghubungi kelompok-kelompok lain.

Setelah itu, dia akhirnya tahu jika dungeon yang mereka masuki itu memiliki banyak lantai, dengan lima zona berbeda – atau lantai – glasier, wilayah gunung berapi, sebuah danau bawah tanah, sebuah hutan dengan makam tempat Momonga dan yang lainnya berada. Ditambah lagi, monster di tiap-tiap lantai berbeda, dan kelihatannya undead hanya ada di makam.

“Wow, seperti yang kuduga dari guildmaster kita! Tidak membawa perlengkapan tertentu adalah pilihan yang benar.”

Jika mereka hanya membawa perlengkapan dengan element holy dan api agar bisa menghadapi undead seperti di tempat ini, banyak tim yang akan kesulitan.

Namun, karena ini adalah pertama kalinya mereka menyerbu sebuah dungeon yang belum pernah dijelajahi, mereka harus membawa serta segala macam perlengkapan, menurut informasi yang telah mereka kumpulkan. Dengan kata lain, mereka memiliki kemampuan untuk mengadaptasikan barang bawaan dengan perubahan situasinya, jadi mereka memiliki peluang untuk bisa bertarung lebih dalam di dungeon ini.

“Benar-benar berbeda dengan pemimpin sebelumnya! Bagus sekali!”

Momonga mengerutkan dahinya merespon seruan Ulbert. Sekali ini saja, tidak memiliki ekspresi wajah di dalam Yggdrasil sangat membantu.

“Namun, para developer brengsek itu benar-benar brengsek. Aku tidak akan lupa menambahkan ‘brengsek’ di depan para developer itu ketika aku bicara dengan mereka.”

“..Apakah kamu baru menyadari itu sekarang? Seperti Longinus, apa maksudnya itu? Dan ada juga event-event yang tidak mungkin bisa diselesaikan...”

Saat semua orang dengan semangatnya melimpahkan kemarahan mereka kepada para developer Yggdrasil, Momonga mengirimkan sebuah [Message] ke Ulbert, yang jalan-jalan ke samping.

“Ada apa Momonga-san. Ada yang aneh?”

“Tidak, bukan seperti itu. Kurasa aku tidak menemukan kesalahan apapun sejauh ini.. yah, aku hanya ingin bicara denganmu secara pribadi, dan sejujurnya aku terus-terusan berpikir tentang ini. Ulbert-san, apakah kamu benar-benar membenci Touch-san sebesar itu?”

Dia bisa saja terus menundanya. Momonga tidak ingin menginjak ranjau darat. Namun, bom tersembunyi ini mungkin akan meledak di masa depan. Jika memang begitu, dia harus tahu apakah ada sesuatu yang mungkin menyebabkan guild bubar. Disamping itu, jika benar-benar meledak sekarang, setidaknya kerusakan akan bisa dibatasi.

Seakan mengejek tekad Momonga, Ulbert tetap diam.

Lalu, saat Momonga akan menyerah, ada sebuah jawaban lirih.

“Aku tidak menyukainya. Meskipun aku tahu itu hanya kecemburuan yang tidak ada gunanya.”

“Begitukah...”

“Momonga-san, aku benar-benar minta maaf sudah berkata begini, tapi bukankah kamu dilahirkan menjadi pencundang seperti aku. Momonga-san?Tak perduli seberapa keras kamu berusaha, kamu takkan pernah bisa hidup dengan nyaman.”

“Yah, aku tidak mencoba sekeras itu sejak awal, jadi kurasa aku sudah mendapatkan apa yang layak bagiku. Disamping itu, lebih baik daripada menjadi bosan. Lagipula aku juga dibayar, dan aku tidak keberatan menenggelamkan uangku ke dalam Yggdrasil.”

“....Yah, kurasa itu memang benar. Mungkin kamu separuh pecundang kalau begitu. Secara pribadi, aku hanya bisa melewati Sekolah Dasar. Kurasa sama halnya denganmu, apakah aku salah, Momonga-san?”

Ulbert kelihatannya membahas masa lalu, menurut kenangan Momonga. Memang benar, sikapnya terhadap Ulbert berubah sejak itu. Sejak awal dia mengira itu adalah rasa kasihan, tapi sekarang kelihatannya dia merasa semacam pertalian keluarga dengannya malahan.

“Itu benar. Namun, bisa menemukan sebuah pekerjaan dengan pendidikan hanya sekolah dasar tidaklah buruk, ya kan?”

“Jika mereka tidak mengajarimu pelajaran minimal di sekolah dasar, kamu bahkan tidak akan bisa menjadi bawahan dari yang dilahirkan sebagai pemenang, jadi mereka membuat sekolah dasar itu mudah.... Sejujurnya, agak menggelikan bagaimana dirimu akhirnya menjadi salah satu dari dua perbedaan besar di dunia ini sejak lahir. Memang gila seberapa tidak adilnya dunia ini. Kamu bisa memanjat peringkat jika bekerja keras? Jangan membuatku tertawa.”

Dibandingkan dengan perasaan jemu Ulbert, kebencian kotor kepada masyarakat, rasa tidak sukanya terhadap Touch Me paling banter adalah hal yang menggelikan. Momonga heran dengan kemampun Ulbert dalam membenci.

“Ulbert-san-“

“Orang tuaku mati dengan sangat mengenaskan. Bekerja di tempat seberbahaya itu... mereka bahkan tidak bisa menemukan tulang belulang mereka. Dan kompensasi yang dibayarkan kepada para pekerja mereka ialah menyedihkan. Itulah kenapa mereka tidak bisa menghentikan bagian produksi. Lagipula, menghentikannya akan membuat kerugian yang sangat besar. Para pecundang seperti kita... mereka memanfaatkan kita lalu membuangnya begitu saja.”

Momonga tiba-tiba mengingat ibunya sendiri.

“...Memang begitu, huh. Itulah yang terjadi dengan orang tuamu, Ulbert-san? Ibuku bekerja sampai mati. Ketika aku bangun di pagi hari aku melihatnya pingsan di dapur. Meskipun dicambuk oleh rasa lelah, dia memaksa diri untuk membuat makanan favoritku. Jika saja dia tidak mengkhawatirkannya dan beristirahat saja malahan... mungkin dia masih ada sekarang... Ketika aku menemukannya, tubuhnya sudah sedingin es... setidaknya, begitulah aku mengingatnya. Ingatanku agak kabur untuk saat itu.”

Setelah sejenak terdiam, dia dijawab dengan sebuah suara yang terdengar seperti dipaksa keluar.

“...Maafkan aku sudah membahas topik yang tidak menyenangkan itu.”

“Jangan khawatir, aku saja hampir tidak mengingatnya...”

“...Tetap saja, aku minta maaf.. setelah mempertimbangkan semuanya, secara pribadi aku tidak tahan dengan para pemenang. Meskipun Touch-san tidak melakukan hal yang salah...”

“Aku mengerti. Namun, bagaimana aku harus mengatakan ini...? Apa yang terjadi di luar sana tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di dalam sini. Lihat, aku menikmatinya juga, ya kan? Jadi... bagaimana aku harus mengatakan ini... bagus juga jika kamu bisa menikmatinya juga, Ulbert-san. Jika aku tidak salah, bukannya kamu tidak ingin bergaul dengan yang lainnya, ya kan? Jadi, uh, bagaimana aku harus mengatakannya-?”

“Ah- seperti yang kamu katakan. Ahhh, maafkan aku sudah menyebabkan semua masalah ini, Momonga-san. Aku akan berusaha sebaik-baiknya untuk tidak ngambek mulai sekarang”

“Kalau begitu aku serahkan itu padamu. Kita mungkin harus menyelesaikan ini sekarang.”

“Aku mengerti. Meskipun , sebenarnya mengenai game ini-“

“Ngomong-ngomong, Chagama-san, haruskah aku membuat ajudan undead itu sekarang?”

“Hm? Harusnya kamu simpan saja yang memakan eksperience itu sampai akhir, seharusnya Death Grandpa (Kakek Mati) atau Death Grandma (Nenek Mati) sjaa tidak apa, ya kan?”

Sudah jelas, monster-monster itu sebenarnya tidak disebut Death Grandpa atau Grandma. Itu hanya julukan dari monster yang dikenal sebagai Death Emperor (Kaisar mati) dan Death Empress (Kaisar wanita mati).

“Itu memang benar. Jadi, Grandpa atau Grandma? Karena barisan depan kita dengan senang hati membelah musuh, Grandpa lebih baik, ya kan?”

“Yah, mereka memang terlihat sangat bersemangat...”

Saat mereka memprovokasi lawan dengan keras seperti bodoh, enteng dan semacamnya, Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi mendaratkan pukulan yang kuat ke arah undead itu. Alasan mengapa mereka bisa menyerang tanpa aba-aba kelihatannya karena management hate yang sangat bagus dari Bukubukuchagama.

“Lagipula, kita masih punya sumber daya. Heeeeeeeey, Yama-chan, Yama-chan~”

Saat dia menunggu saat yang tepat untuk menggunakan sebuah skill ketika undead melukainya, Bukubukuchagama memanggil Yamaiko, yang sedang berdiri di belakang mereka dengan sebuah tongkat healing.

“Ya, Chagama-san?”

“Kazecchi~”

“...Itu lagi? Lalu, ada apa, Kazecchi?”

“Bagaimana MP mu? Seberapa baik kamu bisa menyembuhkan semua orang?”

“Tidak masalah. Sebenarnya, aku sedang menyembuhkan dengan sebuah tongkat sampai sekarang.”

Bahkan tongkat yang ditambah mantra tingkat tinggi hanya akan menyembuhkan sekitar separuh dari yang bisa dilakukan oleh Yamaiko jika dia merapalkan mantra healing sendiri. Tetap saja, itu masih cukup untuk tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mana itu merupakan sebuah tanda seberapa baik tiga barisan depan memainkan perannya.

“Oh begitu~ Lalu, tidak bisakah kamu mensummmon penyerang gantinya sekarang, Momonga-san?”

“Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menunggu instruksimu.”

“Ahhh~ itu tidak perlu. Aku akan serahkan itu terhadap perhitunganmu sendiri, Momonga-san. Aku percaya kepadamu.”

“Aku akan berusaha sebaik-baiknya, tapi beritahu aku jika aku mengacaukannya.”

“Mm, tentu saja. akupun merasa skill milikmu itu sangat mengesankan, jadi harusnya tidak ada masalah, Momonga-san. Jika kamu melatihnya sendiri, kamu bisa menjadi semakin baik – oops, hate control, hate control...”

Dia pasti menggunakan sebuah skill yang mengumpulkan hate. Undead tersebut yang sedikit gemetaran, berubah menyerang Bukubukuchagama lagi.

Dia kebal dengan efek status negatif yang diberikan oleh undead tersebut, seperti poison atau kelumpuhan.

Dengan kata lain, dia adalah tanker yang sempurna.

Tentu saja, Momonga tidak bisa terus-terusan mengawasinya.

Dia merapalkan sebuah mantra tingkat sepuluh yang tentu saja ditargetkan kepada Bukubukuchagama.

“[Ultimate Disturb].”

Secara teknis, tidak perlu mengatakannya ketika merapalkan mantra, tapi rekan seseorang tidak akan tahu apa yang terjadi jika tidak ada yang dikatakan. Oleh karena itu, magic caster mengumumkan nama mantra mereka sebagai sebuah rasa hormat.

“Terima kasih~ dan sekarang-“

Dan karena dia menjalankan sikap hormat itu, Bukubukuchagama bisa segera langsung bertindak.

Berkat mantra ini, daya tahan magic Bukubukuchagama meningkat pesat, dan hate yang harus diberikan kepada Momonga malahan mengarah ke arah dirinya.

Dia adalah player yang sangat ahli. Penilaiannya yang akurat dan cepat, lahir dari pengalaman panjang dalam bermain game, menempatkan dirinya di kelas atas para player Yggdrasil.

Khususnya, dia ahli dalam mengatur hate, yang merupakan tugas sulit karena hate adalah nilai tersembunyi. Secara kasat mata tidak mungkin tahu berapa besar hate yang dihasilkan oleh setiap tindakan tanpa pengalaman pribadi. Mampu melakukan hal semacam itu di dalam Yggdrasil yang datanya berat adalah sebuah pencapaian yang membutuhkan waktu lama dalam pertempuran dan latihan.

Sedikit banyak, Momonga mengagumi Bukubukuchagama.

“Yah, jika ada suatu cara untuk merapalkan ini kepada musuh, tipe-tipe caster mereka akan sia-sia,” Ulbert bergumam saat dia menggunakan sebuah tongkat untuk merapalkan mantra.

[Ultimate Disturb] adalah sebuah mantra yang meningkatkan daya tahan magic teman dengan pesat, dengan bayaran mengacaukan kemampuan mereka dalam merapalkan mantra. Jelas sekali seseorang bisa menetralkan mage musuh jika mantra itu dirapalkan kepada mereka.

“Yah, aku ragu kamu bahkan bisa melakukan trik semacam itu,” Yamaiko membalas saat dia merapalkan mantra healing dari tongkatnya.

Sebaliknya, Bukubukuchagama menimpali setuju.

“Harusnya kamu tidak mengatakan itu, Yama-chan~ orang-orang bisa menemukan hal yang baru adalah berkat orang-orang seperti Ulbert-san yang ingin menemukannya. Suatu ketika mereka mungkin bahkan menemukan sebuah celah, tapi itu memang yang diharapkan oleh para developer brengsek itu.”

Dengan demikian, pertempuran dengan undead berakhir, rasanya itu adalah pertempuran yang mudah.

“Jika para developer brengsek itu tahu arti keseimbangan, mungkin mereka akan membuat boss di sini sangat kuat.”

“Tidak, jika seperti itu, boss di sini akan sangat lemah. Bagaimana mungkin para developer itu tahu arti keseimbangan? Itu sudah sering ditunjukkan waktu dulu, ya kan?”

Saat mereka tertawa dan setuju, kelompok itu mengikuti penunjuk jalan yang dibuat secara magis sekali lagi.

Setelah beberapa pertempuran yang mudah, saat mereka bergerak menembus makam itu-

“Oops, tunggu sebentar!”

-Kelompok itu berhenti dengan peringatan tiba-tiba Nishiki Enrai.

“Ada jebakan teleport. Tingkat kesulitan pelucutan (disarm) kelihatannya... merah.”

Tingkat pelucutan (disarm) yang merah artinya kemungkinan pelucutan (disarm) bisa berhasil dalam jebakan itu sangat rendah. Metode yang paling umum adalah melucuti jebakan itu melalui penggunaan sebuah skill untuk meningkatkan tingkat kesuksesan seseorang sementara, menggunakan sebuah item magic, atau dengan mantra pelucutan jebakan.

“Kalau begitu, kurasa ini adalah giliranku.”

Namun, tim ini memiliki sebuah metode yang lain dari itu. Metodenya adalah dengan pemaksaan kasar (brute force) yang juga dikenal sebagai pelucuan warrior (warrior’s disarm), atau summon disarm.

Momonga menciptakan sebuah makhluk undead tingkat rendah – skeleton.

“[Undeath Slave Sight].”

Dia merapalkan mantranya kepada skeleton itu. Sebuah jendela kecil muncul di sudut pandangan Momonga, membuatnya bisa melihat melalui soket mata skeleton itu. Momonga lalu memerintahkannya ke arah yang ditunjuk oleh Nishiki Enrai. Mereka terus maju, lalu skeleton itu tiba-tiba hilang.

Dia membesarkan jendela kecil tersebut.

Mereka di teleport ke sebuah kamar besar yang terkubur, dan dia bisa melihat sosok monster besar yang mengesankan. Nama dan levelnya tidak muncul karena dia sedang melihat melalui mata skeleton tersebut, tapi Momonga sudah akrab dengan status monster besar itu.

“...Yah, skeleton itu bepergian sangat jauh. Itu adalah makhluk undead level 95, Greater Graveyard, kurasa. Ah, dia mati.”

Dengan sebuah sapuan lengan besar, jendela itu menjadi gelap dan mantranya selesai.

“...20 detik sudah lewat. Jebakan teleport itu berhenti bekerja.. itu artinya sekarang sudah tidak aktif. Tunggu sebentar.”

Semenit kemudian, Nishiki Enrai menerima sebuah notifikasi jebakan itu aktif kembali.

“Kalau begitu, mari kita coba lagi.”

Momonga mencoba skeleton lain, lalu mengirimkannya ke dalam jebakan tersebut dengan mantra yang sama seperti sebelumnya.

Destinasi teleport itu adalah kamar terkubur yang sama seperti sebelumnya, dilindungi oleh monster yang sama.

“Tempat yang sama. Bisakah kita menyimpulkan jebakan itu hanya pergi ke satu lokasi?” Momonga bertanya kepada Bukubukuchagama saat layarnya menjadi gelap lagi.

“Tentu saja~” balasnya.

Momonga dan yang lain, yang sangat meragukan akan adanya rute yang benar melalui jebakan teleport itu, bergegas melewati jebakan tersebut sementara masih tidak aktif.

“Jika kita mendapatkan anggota baru di dalam guild, aku harap mereka ahli dalam melucuti jebakan. Lagipula, anggota kita dengan tipe rogue lebih fokus dalam bertempur.”

“Memang benar. Namun, kukira kita tidak boleh terlalu memilih. Kurasa tidak apa selama mereka adalah heteromorf. Aku tidak ingin kita menjadi seperti guild lainnya dengan periode ujian yang memakan waktu berminggu-minggu lamanya, segala macam persyaratan sebelum masuk dan seterusnya. Lagipula, Punitto-san juga mengatakannya, game adalah untuk dinikmati.”

“Kamu ada benarnya, Momonga-san, dan aku setuju dengan itu. Kurasa kami hanya egois karena menginginkan thief yang benar.”

“Tidak, tidak, Yamaiko-san. Aku hanya berpikir bagus juga jika kita punya yang seperti itu. Bukannya kita tidak akan memperbolehkan yang bukan thief.”

“Ah, begitukah? Maafkan aku, Takemikazuchi-san.”

“Tidak apa, tidak apa, jangan khawatir. Aku sendiri mengatakan hal yang aneh. Yah, kita sudah mengalahkan jebakan tersebut, meskipun kita harus mengorbankan sedikit sumber daya untuk itu. Jika ada sesuatu yang terjadi, kita bisa mempekerjakan tentara bayaran NPC.”

“Cukup ngobrolnya, musuh sudah datang. Tetaplah waspada sampai kita melakukan kontak.”

Dari arah yang ditunjuk Bukubukuchgama, Momonga mempersiapkan diri untuk bertarung. Kecerobohan adalah hal yang berbahaya selama seseorang tidak tahu lawannya.

Saat siluet besar yang kabur itu muncul di sudut mata mereka, Momonga dan Ulbert bergantian merapalkan mantra serangan dengan efek luas dari tongkat mereka.


Overlord Light Novel Bahasa Indonesia



Part 6

Ada sebuah patung yang kelihatannya seperti jantung dungeon tersebut. Ada lingkaran magic yang berkilauan di depan patung tersebut, dan kelihatannya jika menginjak lingkaran itu akan membuat mereka dipindahkan ke tempat bossnya.

Karena mereka sudah sampai di sini, meskipun para developer itu brengsek, mereka tidak akan memasukkan monster-monster yang bisa terus-terusan muncul tanpa akhir, jadi mereka bisa dengan santai berganti perlengkapan khusus untuk anti boss. Meskipun begitu, tidak ada seorangpun di dalam kelompok ini yang percaya kepada para developer tersebut. Nishiki Enrai dengan hati-hati mengamati keadaan sekeliling sementara para magic caster menggunakan mantra untuk memeriksa adanya pintu rahasia di dekat sana.

Momonga tidak memiliki banyak perlengkapan yang harus diganti, jadi dialah yang pertama kali selesai. Lalu, dia menghubungi party-party lain dengan [Message]
Karena [Message] adalah sebuah mantra yang menciptakan percakapan satu lawan satu, sulit untuk berbagi informasi dengan yang lainnya. Memang ada kelas-kelas tipe komandan tertentu yang memiliki skill bisa berkomunikasi secara terus menerus dengan banyak orang, Ainz Ooal Gown tidak memiliki individu dengan skill semacam itu.

Setelah bicara kepada setiap orang dan mendiskusikan apa yang telah dia pelajari dengan Punitto Moe, Momonga kembali kepada rekan-rekannya, yang telah hampir selesai melakukan persiapan mereka. Dia juga merasa agak bersalah karena mengetahui sesuatu yang menyusahkan dan harus merepotkan yang lainnya juga agar membantunya.

“Bagaimana, Momonga-san? Apakah tim-tim lain juga berhasil?”

Momonga menjawab pertanyaan Bukubukuchagama, pimpinan kelompok itu.

“Ya, empat tim lainnya sudah sampai di jantung dungeon ini. Mereka semua menghabiskan banyak bekal, tapi kondisinya masih top dan siap untuk bertarung.”

Sebuah sorakan kecil datang dari arah kelompok itu. Namun, mengalahkan gerombolan monster sampah dan sekitarnya hanya 40% dari tingkat kesulitan menyerbu sebuah dungeon, sementara mengalahkan bosnya adalah sisa 60%nya. Jadi, mereka bahkan masih belum separuhnya.

Tetap saja, seseorang bisa saja berputar dan kembali lalu berkata bahwa mereka telah menyelesaikan hampir separuh dari raid (penyerbuan) itu dengan sempurna.

“Tapi, ada dua... tiga masalah. Dua tim sudah mulai bertarung dengan bos masing-masing. Melihat dari informasi yang dibagikan, bos-bos yang mereka hadapi memiliki kemampuan, penampilan dan ruangan berbeda. Bos di wilayah gunung berapi kelihatannya semacam naga dengan nafas petir, sementara party di bawah air danau kelihatannya menghadapi semacam kelelawar putih mulus.”

“Ternyata begitu... jadi kita tidak bisa menggunakan informasi yang didapatkan oleh mereka yang telah masuk terlebih dahulu. Apa masalah keduanya?”

“Ada pengumuman ketika mereka masuk ke dalam ruangan-ruangan boss itu, dan melihat dari isi dari pengumuman tersebut, para bos akan semakin kuat menurut urutan masuknya. Itu artinya, tim yang melawan bos terakhir...”

“Ternyata begitu... cukup sederhana jika para bos memiliki kesetaraan dalam hal kekuatan, tapi setelah beberapa kali pertemuan, seorang bos kuat mungkin akan semakin kuat. Begitukah?”

“Yah, bagi para developer brengsek itu, mereka mungkin akan menaikkan boss nya sampai tidak bisa dikalahkan. “Harus berapa kali kita membuat mereka bertarung sebelum membiarkan mereka menang,” mereka pasti akan bertanya seperti itu dengan seringai di muka.”

“...Dan tanpa informasi yang konkrit, kita tidak bisa memformulasikan sebuah strategi pertempuran. Hm, kurasa aku tahu apa yang ingin kamu katakan, Momonga-san. Katakan saja.”

Setelah didorong oleh semua orang, Momonga memutuskan untuk jujur saja:

“Maafkan aku. Aku ingin tim kita mengambil sedotan yang paling pendek.. Bisakah aku menyusahkan setiap orang untuk menanggung beban berat ini?”

Tidak ada keraguan dari balasan mereka.

Yang lainnya juga setuju. Tidak ada keraguan atau perasaan bahwa mau bagaimana lagi – hanya kegirangan.

“Momonga-san, jangan salah. Ini bukannya menanggung beban berat, tapi lebih kepada, karena seperti inilah maka kita bisa menghadapi semuanya. Lihat, dalam hal memberikan damage fisik, pertahanan, damage magic, healing dan support, kita mungkin adalah para anggota yang paling ahli dari Nine’s – tidak, Ainz Ooal Gown. Jika aku bisa memilih lagi kelompok untuk melawan boss itu, mungkin aku akan memilih kita semua lagi.”

Setelah Bukubukuchagama, Warrior Takemikazuchi berbicara:

“Aku kemari karena inilah yang aku inginkan. Aku tidak bisa meminta yang lainnya lagi. Aku selalu ingin memprediksi taktik lawan di dalam pertempuran dengan tidak ada peluang yang jelas dalam hal kemenangan. Ditambah lagi, jika aku didukung oleh kalian, gerakanku itu mungkin..”
“Ohhh! The Bright King Combo? Itu sangat mungkin, tidak, itu pasti mungkin, Take-yan!” Nishiki Enrai berseru kegirangan.

(TL Note: The Bright/Wisdom Kings (Raja Pencerahan / Kebijaksanaan, atau Myo-O/明王 adalah warrior suci dalam agama Budha.)

“Bukubukuchagama bisa memanipulasi nilai karma, dan mantra super-tier Yamaiko juga bekerja pada orang-orang dengan karma positif pula! Ayolah, Momonga-san, bantulah kami!”

Penyerang dan Pengintai sekaligus penyerang jelas nampak berteriak kegirangan.

Momonga pernah mendengar The Bright King Combo. Jika sukses dilakukan, itu akan mendorong DPS mereka hingga yang paling tinggi. Itu adalah sebuah jurus yang layak disebut sebagai ultimate attack, tapi di waktu yang sama, hanya bisa digunakan sekali dalam sehari, dan boss-boss itu akan semakin marah karena semakin terluka. Oleh karenanya, jika timing yang mereka dapatkan salah ketika mengikis kesehatan boss itu, jurus tersebut tidak akan berhasil.

“Kita juga harus melihat seberapa banyak luka boss itu yang bisa kita kikis dalam jangka pendek. kamu bisa menangani itu, ya kan, Ulbert-san?”

Memang benar. Karena kalian membiarkan aku menyimpan seluruh MP, aku berencana untuk menghabiskannya semua untuk melukainya... tapi tentu saja, aku akan mengikuti arahan dari Bukubukuchagama untuk manajemen ‘hate’ nya.”

“Aku sangat menantikannya~”

“Baiklah, selanjutnya...”

Momonga melanjutkan penjelasannya setelah melihat semua orang menjadi tenang.

“...Mungkin ini adalah yang paling penting, tapi kita tidak akan bisa mundur dari pertarungan ini.”

Sebuah sensasi gugup yang menusuk meluber ke arah dirinya. Mereka hanya punya kesempatan sekali saja. Mereka harus mempertaruhkan semunya pada satu kesempatan itu.

Pertempuran boss biasanya mengambil tempat di peta yang berbeda, dan ada beberapa pertempuran boss yang membiarkan para player mundur dari pertarungan itu. Oleh karenanya, sebagian besar player akan melakukannya jika mereka merasa keadaan semakin berbahaya. Tentu saja, musuh akan memulihkan seluruh HP yang hilang, jadi sebaiknya tidak usah menggunakan kartu as dan semacamnya sebelum mundur.

“Benarkah, mereka tidak ingin para pendatang mengalahkan dungeon ini dalam sekali saja.”

“Ah, mana ada orang yang bisa mengalahkan dungeon ini dengan tidak tahu apa-apa.”

“Kalau begitu, Momonga-san, aku punya dua pertanyaan. Apakah yang lainnya kehilangan buff mereka ketika masuk?”

“Kelihatannya itu tidak terjadi.”

“Ternyata begitu, lalu, apakah kita punya waktu untuk buff up di dalam?”

“Tidak ada kesempatan. Boss muncul langsung menyerang.”

“Jadi kita bertarung tanpa informasi dan persiapan? Ini sulit.”

“-Pertempuran sudah selesai sebelum dimulai.”

“Ohhh! Kamu terdengar seperti dia, Momonga-san!”

Diikuti dengan sebuah cekikikan.

“Memang benar. Pertaruhannya sangat tidak menguntungkan kita. Namun, aku merasa tim kita bisa melakukannya. Benar kan, teman-teman?”

Statemen Bukubukuchagama dibalas dengan persetujuan semuanya.

Dengan nada berterima kasih, Momonga mengumumkan:

“Kalau begitu, aku akan biarkan yang lainnya tahu kelompok kita akan menjadi yang terakhir masuk.”

“Terima kasih. Lalu, masalah lainnya adalah kita tidak tahu sama sekali serangan-serangan musuh... Meskipun kita tidak menemui apapun selain undead hingga kemari, boss nya mungkin tipe makhluk lain, ya kan? Tidak, para developer brengsek itu pasti akan melakukan hal semacam ini.”

“Karena kita tidak tahu bagaimana pertarungannya, kita tidak bisa mengumpulkan mantra elemental yang benar.. jadi bagaimana kalau yang memiliki spektrum luas tapi potensi rendah? Tak perduli apapun itu, kita tidak akan bisa bejalar tanpa menerima sebuah pukulan dahulu. Ditambah, kita harus mengkhawatirkan hate yang mereset...”

“Kita bisa gunakan makanan untuk meningkatkan status dasar. Maukah kamu berbagi sedikit untuk pertahanan?”

“Aku tidak akan membuat undead untuk menambahkan rotasi damage, tapi aku akan menggunakan mereka sebagai tameng daging ketika tiba waktunya. Aku tidak akan menggunakan mereka untuk menyerang.”

Semua orang mendiskusikan persiapan mereka untuk pertarungan ini dengan suara keras, dan ketika tiba waktunya, Momonga menerima konfirmasi dua tim lainnya telah memulai pertempuran masing-masing.

“Kalau begitu – mari?”

Bukubukuchagama mengalir ke depan, sebuah perisai di masing-masing lengan.

Berbagai item magic melayang di dalam tubuhnya yang berwarna pink. Ketika slime-slime memakai item magic – dengan pengecualian item-item pegangan – mereka tidak muncul di luar, tapi di dalam tubuh mereka.

Biasanya, di dalam Yggdrasil seseorang bisa memakai item magic di dalam slot berikut ini : kepala, wajah, tubuh, tiga buah perhiasan selain cincin seseorang, dibalik baju, lengan, tangan, cincin-cincin di kiri dan kanan, pinggang, kaki dan telapak kaki. Bahkan sebuah armor full plate hanya memakan slot tubuh.

“Kalau begitu, kita akan menghadapinya. Salah satu boss dari enam boss raid.”

“Jangan langsung berotasi, lihat dulu serangan musuh. Aku akan mengatur ‘hate’ kita, jadi tolong dengarkan instruksiku. Kalian tidak perlu aku mengatakan ini, ya kan?”

Lima emoticon ‘seringai keji’ adalah respon mereka terhadap provokasi Bukubukuchagama.

Mereka sudah bermain bersama dalam waktu yang lama hingga sekarang. Mereka semua tahu apa yang bisa mereka lakukan dan tidak bisa dilakukan.

Dengan Bukubukuchagama di depan, kelompok itu memasuki lingkaran magic.

Mereka berakhir di dalam sebuah ruangan yang mirip dengan sebuah colosseum. Dinding-dindingnya tinggi dan melengkung menjadi sebuah kubah. Karena ada sebuah atap, mungkin tidak akan ada monster terbang yang akan menjatuhi mereka.

Selanjutnya, mereka memeriksa lantai di bawah kaki. Kelihatannya seperti tanah biasa, tidak ada tanda-tanda jebakan.

Tetap saja, mereka tidak bisa ceroboh. Mengubah medan adalah taktik yang umum bagi bos-bos penyerbuan.

Mereka harus bersiap untuk apapun yang coba dilakukan oleh musuh. Jika mereka tahu apa yang bisa dilakukan oleh musuh sejak awal, mereka bisa mengambil langkah yang tepat untuk menggagalkan tindakan musuh, atau bahkan merubahnya menadi keuntungan mereka.

Seseorang juga bisa menggunakan mantra super-tier ‘The Creation’ untuk bisa langsung merubah keadaan menjadi keuntungan mereka, tapi semua mantra super-tier memiliki cooldown time yang tidak bisa dihindari kapanpun mereka diaktifkan. Oleh karena itu, kartu as dari magic super-tier hanya bisa digunakan ketika memang sangat vital.
Momonga dan teman-temannya mengalihkan mata mereka berbarengan, kepada makhluk raksasa yang berdiri di tengah ruangan itu seperti patung Nio yang marah.

(TL Note: Nio adalah dewa perang Jepang yang melindungi Buddha. Seperti Myo-O, mereka memiliki penampilan yang garang.)

Itu adalah boss yang berdiri dengan tinggi hampir lima meter, dengan enam lengan, dan mirip dengan Asura. Dari armor hasil keterampilan yang sangat indah, mereka bisa menebak jika armor itu meningkatkan pertahanan yang kuat.

(TL Note: Asura adalah demigod/setengah dewa dalam agama Budha)

Empat dari enam lengannya memegang senjata jarak dekat – sebuah pedang, kapak, tombak dan pentungan, masing-masing senjata itu mengeluarkan aura api, dingin, lisrik dan asam. Sisa dua tangannya memegang sebuah busur. Semua ini menandakan bahwa dia memberikan serangan fisik dengan berbagai serangan elemental. Meskipun tidak terlihat seperti undead, masih merupakan seorang monster boss, dan itu menunjukkan daya tahan yang sangat besar. Pastinya bukan semacam makhluk yang bisa dijatuhkan dengan serangan instant-death (langsung mati).

Hanya ada sangat sedikit monster di dalam Yggdrasil dengan serangan-serangan yang sangat jauh berbeda dari penampilan mereka. Namun, ada banyak musuh yang gerakannya tidak bisa diprediksi. Tetap saja, bos ini kelihatannya seperti kasus spesial.

Sebagian besar monster diciptakan dengan peraturan yang sama seperti membuat karakter player. Bahkan magic yang mereka gunakan juga sama. Nilai yang diambil dari status dasar mereka – seperti HP – juga mirip.
Di dalam Yggdrasil ada dua corak utama dari bos-bos raid.

Masalah utama dengan mendesain pertemuan boss di dalam Yggdrasil adalah adalah para player memiliki skill dan mantra yang sama seperti monster itu, namun ketika bertemu boss raid, ada 30 player yang menghadapi satu monster. Meskipun dengan status yang ditingkatkan, satu monster masih bisa dikalahkan dengan beban pada keunggulan jumlah, itu artinya tidak ada tantangan sama sekali.

Dengan demikian, dua corak utama yang muncul saat bertemu dengan boss kelihatannya juga untuk menyelesaikan masalah ini.

Yang pertama adalah untuk mengatasi pertemuan dengan jumlah banyak. Suatu ketika boss akan muncul dengan para bawahannya, atau boss arena akan langsung memunculkan monster-monster. Dengan cara ini, boss yang biasanya tidak sangat kuat. Dalam kasus tertentu dia hanya memiliki HP beberapa kali lipat dari karakter seorang player.

Metode lainnya adalah mengirimkan satu boss, dibuat dengan data yang berbeda dari karakter player. Boss semacam ini biasanya memiliki kemampuan memberikan banyak masalah kepada kelompok-kelompok yang bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya, dan dia bisa menggunakan kemampuan itu secara terus menerus.

Melihat dari penampilan bos tersebut, sangat besra kemungkinannya dia termasuk ke dalam kategori terakhir.

“Wahai orang-orang bodoh yang telah menantang kami tadi, rasakan kekuatan dari mereka yang menjadi semakin kuat saat setiap lapis ikatan dilepaskan dari kami.”

“...Tidak ada pertanda apapun tentang ikatan sebelum ini. Ini dia kami datang!”

Bukubukuchagama melompat ke depan. Dia mengitari monster boss itu, bergerak masuk agar serangan pertama monster boss itu hanya mengenai dirinya.

Monster boss tersebut menusukkan pedang apinya, lalu sebuah lingkaran merah gelap terbentuk di bawah kaki Bukubukuchagama, menandakan bahwa dia adalah target serangan. Dari cara lingkaran itu bergerak mengikuti Bukubukuchagama, kelihatannya ini adalah sebuah jurus yang tidak bisa dihindari.

“[Solar Flare].”

Kalimat itu mengambang di udara saat skill bos yang unik tersebut aktif, itu bukanlah merupakan sebuah mantra yang bisa diakses oleh para player. Sebuah ledakan api terjadi, berpusat pada Bukubukuchagama.

Boss-boss dengan banyak skill unik memang sangat sulit dihadapi. dikarenakan tidak adanya cara untuk mengetahui serangan atau magic tipe apa yang efektif. Tidak ada waktu untuk merasakannya hanya dengan trial dan error pula, yang bisa mereka lakukan sekarang adalah menggunakan seluruh trik yang telah mereka pelajari selama menjadi gamer.

Melihat dari nilai HP Bukubukuchagama, dia tidaklah seberapa terluka parah. Namun, itu dikarenakan memang tujuan dia adalah untuk menerima serangan. Setelah menjauhkan diri dari kekuatan serangan, Bukubukuchagama malahan meningkatkan daya tahan yang besar terhadap segala macam serangan elemental.

Meskipun begitu, jika boss tersebut memfokuskan serangannya kepada Bukubukuchagama, dia mungkin akan dihajar hingga tewas. Tentu saja, monster-monster biasa tidak bisa melakukan itu, tapi itu mungkin saja bagi para monster boss, yang didesain sebagai unit tarung sendirian. Lagipula mereka adalah makhluk spesial, tidak seperti musuh biasa. Dengan demikian, bahkan luka-luka ringan pun tidak bisa diabaikan begitu saja.

Jadi, Yamaiko langsung merapalkan mantra healingnya.

Boss tersebut mulai mengejar Bukubukuchagama, sementara Momonga mendekat dari sisi yang berlawanan. Boss tersebut mengayunkan pedang raksasanya ke arah Bukubukuchagama, tapi dengan cekatan dia menghadangnya dengan perisai.

Seorang player kelas atas tidak hanya bisa mementalkan serangan boss tanpa mengalami luka, namun dia bahkan meresponnya dengan serangan balik miliknya sendiri. Akan tetapi, Bukubukuchagama tidak bisa melakukan itu. Di dalam Ainz Ooal Gown, satu-satunya orang yang bisa melakukannya adalah Touch Me. Dia adalah player super-tier yang yang bahkan bisa berperan sebagai tank meskipun dia seorang penyerang.

Dua barisan depan bergerak maju. Seperti sebuah karet gelang yang diregangkan hingga batasnya, mereka langsung bergerak maju, tiba dalam sekejap pada boss monster itu.
“[Shadowbind], [Hobble].”(TL note: 影縫い, 足殺し)
“[Razor Edge], [Rasetsu].”(TL note: レイザエッジ, )

Saat tulisan dalam kotak muncul di atas kepala mereka, beberapa pisau hitam terbang menembus udara. Itu adalah serangan-serangan yang menurunkan kemampuan evasiv (penghindaran) dan kecepatan gerakan, sekarang boss itu agaknya sudah melemah, Warrior Takemikazuchi sebagai penyerang fisik menebas dengan liar ke arah boss tersebut.

Berbagai tebasan muncul di tubuh boss tersebut, dan Momonga melihat nilai HP boss itu bergetar, berkat mantra ‘Life Essence’ miliknya. Boss itu telah menerima lebih sedikit damage dari yang diduga, dan karena hal inilah yang membuatnya semakin meyakinkan bahwa dia benar-benar seorang boss raid.
“[Arm Slice], [Headshot].”(TL note: 腕殺し, 頭殺し)
“[Rasetsu], [Slash-All].”(TL note:  , 四方八方)

Semakin banyak kalimat yang muncul di atas kepala mereka, dan serangan berantai mereka melukai tubuh boss tersebut.
Mereka masih bisa mengobrol sambil bertarung melawan monster-monster biasa, tapi melawan seorang boss mereka tidak punya waktu untuk adu mulut. Namun, kerjasama mereka akan hancur jika tidak memperlihatkan apa yang sedang mereka lakukan, jadi mereka menggunakan kode macro untuk menciptakan tulisan di dalam kotak-kotak itu.

(TL Note: kode macro adalah program-program mini yang mengeksekusi rangkaian tindakan yang terhubung kepada sebuah tombol yang ditekan, mereka digunakan di dalam game untuk mengkomunikasikan informasi dengan cepat)

Pentungan yang meneteskan asam itu diayunkan kepada Nishiki Enrai. Berkat debuff yang dia berikan, nilai ‘hate’ dari boss itu meningkat diluar perkiraan kemampuan Bukubukuchagama dalam mengaturnya.

Meskipun pukulan itu harusnya berhasil, tak ada nilai damage yang muncul. Dia pasti menggunakan semacam skill ninja.

“Hati-hati dengan nilai ‘hate’ milikmu! Berhentilah menyerang!”
“R!”
“R!”

(TL Note: R di sini digunakan untuk singkatan ‘roger’ atau 了解/ryokai dalam bahasa Jepang)

Bukubukuchagama menggunakan perisai di tangan kirinya untuk melindungi diri, sambil menyerang secara beruntun dengan perisai yang ada di tangan kanan.

Tulisan di dalam kotak yang muncul di atas kepalanya terbaca [Shield Attack], [Shield Stun] dan [Mega Impact]. Ini juga dikenal sebagai Hate Combo, membuat nilai hate meningkat dengan cepat pada dirinya.

Setelah itu adalah [Knight’s Challenge]. Biasanya, nilai hate meningkat bersama dengan damage yang diberikan, tapi Bukubukuchagama memberikan damage sangat sedikit. Hasilnya, dia tidak bisa meningkatkan hate dengan cepat, itulah kenapa dia mengkompensasikannya dengan sebuah skill yang membangun hate dua kali lebih cepat dari biasanya.

Boss itu sekali lagi menyasar Bukubukuchagama, dan mulai menyerang.

Dua orang barisan depan menyelaraskan gerakan mereka dan menyerang, sementara Ulbert dan Momonga merapalkan mantra mereka.
“[Boosted Magic - Magic Arrow]!”
“[Penetrate Magic - Slow]!”

Mantra tier kesatu Ulbert yang mana tiernya ditingkatkan sementara, menyasar ke arah boss tersebut, meninggalkan sebuah jejak putih saat telah selesai.

Memberikan damage terlalu banyak akan membuat manajemen hate menjadi sulit, sehingga aliran pertempuran akan sulit dikendalikan. Agar tidak membangun terlalu banyak nilai hate, dia memutuskan untuk menggunakan sebuah mantra lemah.

Seperti biasa, Momonga merapalkan debuff. Menembus pertahanan musuh adalah hal yang sulit, tapi jika debuff berhasil tersambung, itu akan sangat membantu timnya.

Pertempuran itu berjalan dengan lancar. Barisan depan menekan boss sementara barisan belakang mengikisnya. Rasanya mereka sudah mendapatkan awal yang bagus, meskipun begitu mereka tidak membiarkan hal tersebut menjadikan mereka besar kepala. Saat Momonga sedang berpikir demikian, sebuah notifikasi [Message] muncul di dalam bidang pandangannya.

Apa kamu tidak tahu aku sedang melawan boss, Momonga menggerutu saat dia menyentuh notifikasi tersebut dan menerima [Message].

“Maaf sudah mengganggumu di tengah-tengah pertarungan, Momonga-san.”

Itu adalah suara Punitto Moe.

“Ah ya, mau bagaimana lagi. Aku akan bicara denganmu seben-“

“Berapa lama lagi?!”

Bagaimana aku tahu? Meskipun Momonga ingin bilang kepadanya untuk tidak mengganggu konsentrasi, dia bisa merasakan sebuah perasaan gugup yang semakin membesar dari suara Punitto Moe.

Momonga sudah merapalkan mantra tier ke-7, [Focus Magic], kepada Ulbert. Sementara buff ini akan berakhir setelah mantra berikutnya yang dirapalkan oleh Ulbert, mantra itu akan memberikan dua kali jumlah DPS dari biasanya. Ditambah lagi, hanya hate Ulbert yang akan meningkat, jadi Bukubukuchagama akan lebih mudah mengatur nilai hatenya.

Karena hal ini, Momonga sedikit memiliki ruang untuk bernafas. Sambil mengawasi gerakan boss itu, dia membalas Punitto Moe.

“Harusnya agak sedikit lama, kami bahkan belum membuatnya turun hingga 75% HP.”

Party biasa akan memakan waktu 10 hingga 15 menit untuk mengalahkan seorang boss. Bahkan seperempatnya saja belum bisa terlewati.

“Bisakah kamu sedikit mempercepatnya? Tiga tim sudah mengalahkan bos-bos mereka dan bergerak ke lantai enam-“

Momonga tidak memberi selamat kepada Punitto Moe karena dia memiliki firasat buruk terhadap apa yang terjadi selanjutnya.

“Mereka menemui sebuah gerombolan monster yang terus bermunculan kembali dan saat ini sedang bertarung. Mungkin mereka harus bertarung sampai semuanya menang dan tiba di lantai 6.”

Apa lagi ini?!

Momonga menahan diri ingin berseru dengan keras. Ini adalan situasi yang gawat untuk kelompok-kelompok yang di teleport. Dipaksa bertarung melawan musuh yang bahkan lebih banyak lagi setelah menguras MP dan skill terbatas mereka melawan monster-monster boss adalah sebuah tugas yang berat.

Cara yang benar untuk menyelesaikan sebuah dungeon seperti ini mungkin mempelajari bos-bos mana yang semakin kuat, dan urutannya. Lalu, party-party tersebut akan memasuki pertarungan bos mereka secara beruntun dan mengalahkannya di saat bersamaan.

Dia mengutuk para developer brengsek itu di dalam hati. Apakah mereka benar-benar membenci penyelesaian pertama kali sebesar itu? Tidak, karena jebakan-jebakan seperti inilah yang membuat peneyelesaian pertama kali menjadi sulit.

“Jadi, aku mohon bergegaslah!”

Setelah menghentikan [Message] kepada Punitto Moe, Momonga berteriak, “Selesaikan dengan cepat!”
“R!”

Mereka membalas dengan berbarengan, dan tak ada yang betanya alasannya kenapa.

“Uwah, waktu yang dihabiskan! Cash shop sialan!”

“3000 yen! Tidak lebih dari 3000 yen! Para developer brengsek itu pasti melakukan ini untuk memaksa orang-orang menggunakan cash shop!”

Saat Momonga mendengar Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi berteriak, dia juga mendengar Ulbert meratap, “Aku harus menggunakan item cash juga..”

Momonga bisa berempati dengannya. Sekarang ini, mungkin yang terbaik adalah membuat investasi minimal pada item-item cash. Lagipula mereka ada di dalam satu tim, dan tidak baik jika menyusahkan yang lainnya.

Meskipun dia tidak tahu item cash macam apa yang digunakan oleh barisan depan, HP boss itu menurun lebih cepat dari sebelumnya. Karena itu, boss itu menggunakan serangan baru – dia mengangkat kapak bekunya ke atas kepalanya.
“[Neptune Lightstorm].”

Uap dingin yang mengalir dari kapak beku itu membentuk sebuah bola energi putih kebiruan di atas kepalanya.

Ini pasti semacam jurus super. Dengan berpikir seperti itu, Momonga langsung berlari ke sisi Yamaiko. Laser-laser tersebar ke segala penjuru dari bola putih kebiruan itu. Meskipun sebagian besar laser-laser itu kelihatannya berterbangan secara acak, beberapa diantara mengikuti corak yang spesifik. Tentu saja, tidak mungkin ada yang tahu apa coraknya hanya dari pertemuan pertama kali saja.

Momonga terkena sebuah kilatan cahaya, tap dia tidak terluka. Seperti yang diduga, serangan itu adalah serangan berelemen dingin. Karena dia kebal elemen itu, efek status negatif atau debuff tidak mengenai dirinya pula. Namun-
“[Haste].”

Momonga merapalkan mantra ke barisan depan.

Tiga barisan depan terkena debuff Slow, pasti karena terkena serangan laser-laser tersebut. Meskipun begitu, dia bisa membalasnya dengan magic lawan yang tepat. Pada level ini, seseorang bisa menetralkan serangan elemental dan debuff dengan element asli atau pertahanan, tapi mustahil bisa mengeliminasi semua celah di dalam sebuah karakter. Masalahnya muncul saat seorang player membiarkan dirinya menjadi lemah.

Kelihatannya, barisan depan membiarkan diri mereka rentan terhadap efek Slow karena percaya Momonga akan membantu menangkalnya. Sebaliknya Momonga langsung memulihkan mereka. Inilah arti kerjasama tim yang sebenarnya.

Saat mereka mengira sudah mengatasinya, boss itu mulai melakukan serangan-serangan lain.

Interval yang semakin mengecil dalam penggunaan skill adalah sebuah tanda bahwa boss-boss itu menaikkan temponya.
“[Venus Monsoon].”

Awan tebal muncul di atas kepala boss monster itu, menyelimuti medan pertempuran. Boss tersebut mengangkat pentungannya yang sudah berkarat. Kelihatannya akan memanggil hujan asam.
“[Shark Cyclone].”

Sebuah angin topan raksasa muncul bergulung saat Momonga merapalkan mantranya, tapi itu tidak membuyarkan awan-awan yang menggantung di atas kepala.

“Sial!”

Momonga menggumamkan “Develepor sialan” lagi dan lagi, sampai menjadi semacam mantra.

Jika boss monster itu menggunakan sebuah mantra yang bisa diakses oleh para player, dia mungkin akan bisa melawannya dengan suatu cara. Namun, jika itu adalah skill, yang bisa dia lakukan adalah menebak.

Kali ini, tebakannya meleset.

Harusnya dia menggunakan mantra bertahan, tapi sudah terlambat. Ini bukanlah musuh yang akan memberinya keuntungan dengan pengulangan.

Sebuah badai hujan memenuhi pandangan setiap orang. Itu membuat mereka terbayang dengan hujan asam di dunia nyata. Namun, karena ini adalah game, hujan itu langsung hilang. Genangan yang tersisa di tanah tidak memberikan efek DOT apapun (Damage Over Time / Damage dengan berjalannya waktu).

Yang mengejutkan ini adalah serangan yang ringan. Karena dia memiliki daya tahan terhadap asam, dia tidak menerima banyak damage. Tentu saja, durabilitas perlengkapannya telah menurun, namun itu bukanlah masalah besar. Mungkin ini semacam serangan yang akan memberikan efek tambahan jika debuff slow masih ada pada mereka.

Yamaiko berlari ke arahnya, dan saat dia menyentuh Yamaiko, sebuah textbox dengan kalimat [Greater Lethal] muncul. Ini adalah sebuah mantra yang menyebabkan damage dengan energi negatif, tapi memiliki efek yang berlawanan terhadap Momonga.

Momonga juga memiliki kemampuan untuk menyuntikkan energi negatif dengan sentuhan, tapi itu tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan undead. Kelihatannya itu bisa menyembuhkan undead ketika minggu pertama game tersebut berjalan, namun itu langsung diperbaiki. Sinar harapan yang menyinari magic caster undead akhirnya padam, seakan itu tidak lebih dari sebuah mimpi.

“Trims!”

“Sama-sama.”

Yamaiko merapalkan mantra healing untuk barisan depan, yang kesehatannya berkurang hampir separuh. Bukubukuchagama masih sangat energik, jadi mantranya difokuskan kepada dua orang lainnya.

Boss tersebut mengangkat tombak petirnya.

Karena kesehatannya menurun dengan sangat cepat, jeda antara masing-masing serangan sekarang sangatlah pendek. Ada baik dan buruknya untuk hal ini, tapi karena Bukubukuchagama tetap diam, itu menandakan tidak apa.

Melihat dari senjata yang diangkat oleh boss itu, kelihatannya semacam serangan berelemen petir. Jika itu masalahnya-

“Yamaiko-san! Ulbert-san! Ke atas!”

Tidak ada waktu lagi menunggu balasan mereka. Momonga merapalkan sebuah mantra [Greater Teleportation]. Tujuannya adalah langit. Saat pandangan matanya berubah karena teleport-
“[Jupiter Tempest].”

-Kilatan-kilatan petir putih yang menyilaukan berebut menuju tanah. Sebuah mantra [Fly] sederhana tidak akan membiarkan mereka berhasil tepat waktu.

Biasanya, terbang ke atas adalah gerakan yang buruk. Namun, Momonga naik karena serangan sebelumnya dari bos itu turun dari atas. Dia menduga tidak akan ada dua serangan beruntun yang turun dari langit.

Dia beruntung.

“Turun.”
“Okay!”

Mereka sepemikiran. Lagipula, ada kemungkinan serangan berikutnya akan memberikan damage besar bagi siapapun di udara. Tentu saja, dia sangat gugup saat turun, tapi tubuhnya didukung oleh mantra [Fly] saat kembali ke tanah. Ketika tiba, dia tidak lupa untuk membatalkan mantranya. Sebenarnya, menggunakan [Fly] di dalam pertarungan sangatlah sulit, hanya sedikit orang yang mampu melakukannya.

Tetap saja, jika seseorang merencanakan rute sederhana dan membiarkan autopilot mantranya menangani semuanya, seseorang bisa bertarung di udara. Terutama Mendarat, itu adalah tugas yang mudah.

Ketika boss itu mengayunkan senjatanya, shockwave (gelombang kejut) yang dihasilkan merobek ke area sekitarnya. Namun, hanya Bukubukuchagama yang terluka. Melihat dari textbox mereka, dua penyerang telah menggunakan semacam teknik untuk bertahan dari damage dan melanjutkan serangan mereka.

Saat Momonga, Ulbert dan Yamaiko turun, boss itu mengangkat keempat senjatanya, dan menggunakan semacam skill.
“[Great Ore of Mercury].”

Kelihatannya boss itu sudah mem buff dirinya sendiri.

“Sulitnya!”

Suara itu adalah milik Warrrior Takemikazuchi. Hasil damagenya telah menurun sepersepuluh dari biasanya.

“Meteoric Turtle!” Bukubukuchagama berteriak, menamai boss yang mereka kalahkan di masa lalu. Momonga langsung mengerti arti dibalik ucapan itu. Meteoric Turtle memiliki sebuah gerakan dimana dia bisa meningkatkan pertahanannya, lalu terbang ke langit sebelum mendarat lagi seperti meteor dalam namanya, memberikan sebuah damage yang menyapu semua orang dalam area tersebut.

Pencegahan dari gerakan ini adalah: buat bosnya tidak seimbang dan paksa dia untuk melepaskan sikap bertahannya, bawa ke langit lalu bagi dua damage yang diterima, atau terus-terusan menggunakan mantra bertahan atau skill untuk menahan serangan gencarnya.

Warrior Takemikazuchi dan Nishiki Enrai mulai menggunakan skill-skill yang membuatnya tidak seimbang, Momonga dan yang lainnya berkoordinasi dengan mereka dan merapalkan mantra-mantra yang melemahkan boss itu pula.

Sebuah sensasi menusuk menggantung di udara – sekitar 15 detik kemudian, boss itu mengayunkan senjatanya, seakan ingat bahwa dia telah lupa menyerang ketika pertahanannya meningkat. Perasaan lega yang datang karena menyela boss itu digantikan dengan tekanan karena tahu boss itu akan memulai gerakannya.
“[Lunar Sword].”

Tekanan udara dari serangan-serangan itu berubah menjadi shockwave menebas yang merobek udara. Tidak ada bedanya apakah yang ada di langit atau di tanah, tidak ada yang bisa bersembunyi darinya.
“[Wall of Jericho].”

Bukubukuchagama menggunakan skill pertahanan area miliknya untuk menjadi sebuah dinding agar bisa digunakan oleh semua orang untuk bersembunyi. Meskipun begitu, dia masih terkena serangan yang berat. Tidak jelas apakah membuat musuh tidak seimbang berarti mereka menerima damage yang lebih sedikit, atau apakah damage yang diterima dibagikan dengan rata ke seluruh kelompok, atau apakah mereka telah menerima damage semuanya karena gagal menghindari serangan itu.

Saat dia disembuhkan, Momonga menuju console miliknya dan melihat ke arah mantra-mantranya, di waktu yang sama mempertimbangkan bagaimana meneruskannya melihat serangan yang baru saja diterima. Sekarang bos itu telah kehilangan banyak sekali HP miliknya, corak serangannya pun menjadi semakin agresif. Ada kemungkinan dia mungkin akan menggunakan serangan itu berulang-ulang.

Sementara itu, HP boss tersebut berkurang dengan stabil. Meskipun boss itu memiliki HP yang sangat tinggi, kekuatan serangan para penyerang itu sudah lebih dari cukup untuk tugas itu.

Tiba-tiba saja, boss tersebut mengarahkan busurnya ke langit lalu menarik talinya. Tidak ada yang tahu bagaimana senjata itu akan menyerang karena dia tidak menggunakan busur dan panah itu sebelumnya. Mereka menghalang-halanginya sebisa mungkin, dan membiarkan barisan belakang menangani target boss itu.

Haruskah aku memeriksa elemen busur itu? Pikir Momonga saat dia berdecak lidah.
“[Saturn Meteor].”

Boss itu menembakkannya ke langit. Anak panah berterbangan ke atas, lalu sebuah lubang hitam seperti tinta pun muncul – lubang hitam ruang dan waktu – yang menelan anak panahnya tanpa jejak.

Lubang hitam yang tiba-tiba muncul itu membesar untuk menutupi seluruh medan pertempuran. Kelihatannya jangkauan serangan ini sebesar yang sebelumnya.

Momonga langsung memilih [Wall of Skeleton] dari konsol kendali, mengarahkannya ke atas seperti sebuah payung.

“Momonga-san, biarkan aku masuk!”

Ulbert, spesialis serangan, harus menyimpan setiap jengkal MP yang dia miliki. Jadi, dia berlari mendekat. Yamaiko juga dalam situasi yang sama.
“[Field of Force].”
“[Sanctuary Protection].”

Saat Yamaiko membuat lapisan pelindung lainnya, Momonga merapalkan mantra pertahanan lainnya. Ini karena mereka tidak tahu serangan macam apa yang akan datang selanjutnya.

Tidak lama kemudian, sebuah suara berderit yang melengking di udara terdengar, lalu meteor yang tak terhitung jumlahnya berterbangan di udara mengarah kepada mereka.

Benturan pertama memecahkan [Wall of Skeleton] yang sudah diperkuat dengan [Sanctuary Protection]. Setelah itu, shockwave memecahkan [Field of Force] dan melukai Momonga, lebih dari yang diberikan oleh [Lunar Sword] sebelumnya. Separuh dari HP yang sebelumnya penuh hilang dalam sekejap.

Namun, itu adalah akhir serangan tersebut, dan Momonga masih hidup. Tak ada yang tewas, dan Bukubukuchagama masih memiliki sisa HP lebih dari separuh.

Jika tanker masih baik-baik saja, mereka masih bisa melawan.

Yamaiko menggunakan sebuah skill yang luar biasa untuk menyembuhkan semua orang dengan cepat. Namun, ini tidak termasuk Momonga, karena metode penyembuhan biasa tidak bekerja untuknya.

Ditambah lagi, skill besar Yamaiko menyebarkan penyembuhannya hanya untuk yang ditarget, jadi tidak ada keuntungannya memasukkan Momonga.

Jika Momonga menerima serangan lainnya dari bos itu, dia akan tewas. Jadi, Momonga mengawasi gerakan boss itu saat dia membuat seorang Death Knight dan membuatnya menunggu perintah. Jika boss itu menyerang dan melemahkan Momonga, dia akan menggunakan Death Knight itu sebagai perisai.

“Aku akan menyembuhkanmu, Momonga-san!”

Setelah menyembuhkan yang lainnya, Yamaiko mengumumkan tindakan selanjutnya kepada barisan depan dan merapalkan [Greater Lethal] kepada Momonga. Sementara Momonga disembuhkan, barisan depan menghentikan serangan dan mengambil sikap bertahan, menyembuhkan luka mereka dengan potion. Ini agar mereka tidak membuat manajemen hate menjadi rumit.

Semua senjata yang dipegang boss itu melayang di udara, mengelilinginya.

Melihat efek-efek spesial ini, tidak diragukan lagi itu adalah sebuah persiapan untuk sesuatu yang besar.

“Tidak kukira kalian bisa sejauh ini! Kelihatannya aku telah meremehkan kalian! Kalau begitu! Kemarilah, para bawahanku!”

Senjata-senjata yang melayang sendiri itu menuju sudut bintang lima, lalu meluncur ke tanah. Lima monster muncul dari tempat itu.
Level 87: Primal Fire Elemental
Level 87: Primal Water Elemental
Level 87: Primal Air Elemental
Level 87: Primal Earth Elemental
Level 90: Primal Star Elemental

Masing-masingnya memiliki ukuran sebesar boss itu, dan mereka adalah monster-monster yang setara levelnya dengan Momonga dan yang lainnya.

Keenam monster itu, termasuk boss, pasti akan melumat kelompok tersebut menjadi pasta.

Momonga tertawa.

Dia tidak menduga boss itu sekuat ini.

Mungkin kita sudah salah urutannya. Boss di arena ini adalah semacam boss yang tidak akan melunak hingga akhir.

“Atau apakah kamu bilang boss-boss lain sekuat ini? Jika memang begitu.. maka kita sudah membuat keputusan yang tepat.”

Seakan menjawab gumaman Momonga, sebuah suara pria berteriak:

“Meraunglah, arcana rahasiaku! Turunlah, oh ultimate disaster (bencana terbesar), Mengalirlah, wahai air mata keputusasaan dan penyesalan! – [Grand Catastrophe]!”

Ucapan ini, yang sama sekali tidak seperti gaya yang biasa – secara tidak sengaja, pembukaan di depan nama mantra itu berbeda tiap kalinya – adalah sebuah ekspresi sebenarnya dari sang jiwa.

Ketika Ulbert Alain Odle menguasai kelas World Disaster, dia mendapatkan kekuatan ini, yang bahkan melampaui kekuatan dari mantra-mantra super-tier. Itu adalah sebuah jurus yang membutuhkan 60% MP miliknya.

Daun-daun pohon dunia yang berguguran memiliki maksud jahat tersendiri, dan sekarang kutukan itu terlah berbentuk. Energi penghancur murni bergejolak di medan pertempuran tersebut.

Lima elemental, yang harusnya memiliki HP penuh, langsung binasa. Boss nya sendiri kehilangan HP dalam jumlah yang membahayakan.

Di waktu yang sama, Ulbert berlari ke arah boss itu.

Berkat hate yang dibangun oleh [Grand Catastrophe], boss itu tidak akan berhenti menyerang sampai dia mengenai Ulbert setidaknya sekali.

Seakan berganti dengannya, Bukubukuchagama berlari ke belakang.

Saat dimana Ulbert terkena serangan boss tersebut, Bukubukuchagama – yang berlari ke belakang – langsung berganti tempat dengannya.

Sebuah textbox terbaca [Transposition] muncul berasal dari Bukubukuchagama, lalu hilang.

Senjata-senjata boss itu kembali ke tangannya.

Mungkin saja boss itu akan kehilangan akses terhadap sebuah senjata selama senjata itu sesuai dengan monster elemental yang ada di medan pertempuran sana. Kalau begitu, mungkin akan lebih baik membiarkan hidup elemental-elemental yang sesuai -  mungkin dua saja, satu senjata di tangan kiri dan satu senjata di tangan kanan – tapi tentu saja mereka tidak tahu hal itu karena ini adalah pertemuan mereka yang pertama kalinya.
“‘[Solar Flare].”

Boss monster itu membuka serangan terhadap Bukubukuchagama dengan gerakan yang pertama kalinya dia gunakan.

“Semuanya! Bunuh dia secepatnya! Dia mulai melakukan rotasi lagi!” teriak Bukubukuchagama.

Sekarang setelah Ulbert telah menghabiskan kartu asnya, mereka tidak punya cara cepat untuk mengalahkan elemental-elemental itu jika musuh memanggilnya lagi. Dengan kata lain, mereka akan kalah. Jadi, mereka harus mengalahkannya sebelum itu.

Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk menahan diri.
“[Triplet Maximize Magic — Reality Slash]!”

Sekarang Momonga bisa merasakan perhatian boss tersebut berpaling kepada dirinya setelah nilai hate miliknya naik. Atau lebih tepatnya, itu memang bisa diduga setelah dia menyerang boss tersebut dengan tiga mantra serangan maksimal tier ke-10 secara bersamaan.

Monster Boss tersebut mendekat dengan cekatan, tapi itu memang sesuai dengan prediksi Bukubukuchagama. Wajar jika musuh menyerang siapapun yang telah menyerang mereka.

Buktinya adalah Bukubukuchagama tidak bergegas menuju ke arah Momonga, tapi mengaplikasikan kembali buff yang sudah habis malahan. Ini karena dia sangat yakin Momonga bisa menanganinya, dan bisa merespon sebagaimana mestinya seorang player.

“Death Knight!”

Dia mengirimkan sebuah perintah kepada Death Knight dengan sebuah macro. Death Knight itu meraung, dan menerima hate yang harusnya ditujukan kepada Momonga.

Di waktu yang sama, menurut perintah yang telah diberikan, Death Knight itu berlari ke arah Bukubukuchagama.

Boss itu terhenti, lalu berpaling kepada Death Knigt yang datang.

Dia mengayunkan serangannya ke arah Death Knight itu.

Tidak usah dikatakan lagi dari perbedaan level yang sangat besar, Death Knight itu harusnya sudah hancur.

Ini yang harusnya terjadi jika seorang makhluk level 90 diserang oleh lawan dengan level 35, kecuali kalau penyerang itu banyak menahan diri. Namun, skill Death Knight itu diaktifkan. Dia menerima serangan itu dan selamat dengan sisa 1 HP saja, lalu melanjutkan larinya ke arah barisan depan. Atau lebih tepatnya, dia mencoba berlari – serangan boss yang selanjutnya membuyarkan Death Knight tersebut.

Namun, dia sudah memenuhi tujuannya.

“Kamu adalah yang terbaik, Death Knight-kun! Sekarang lihat aku, dasar brengsek!”

Bukubukuchagama mengangkat lengannya yang sangat dingin, mungkin mencoba untuk membuat boss monster itu menarget dirinya. Monster boss tersebut yang daritadi berencana untuk menyerang yang lainnya, merubah target ke arah Bukubukuchagama.

Semua ini adalah gerakan menyerang bergantian, yang Momonga kuasai dalam eksekusinya.

“Dorong dia!”
“R!”
“R!”

Boss itu mengangkat kapak bekunya, dan menggunakan [Neptune Lightstorm], yang sudah Momonga rasakan sebelumnya. Saat dia melindungi barisan belakang lain dengan tubuhnya, dia membatalkan debuff dari para barisan depan.

Ini adalah awal ketika boss monster itu mulai menyerang dengan sungguh-sungguh.

Sampai sekarang boss itu hanya mengeluarkan seluruh skill yang dia miliki dengan serangan sederhana secara otomatis. Namun, kali ini, dia menggunakan skillnya secara beruntun.

Apakah itu karena HP miliknya sudah rendah?

Ini menandakan dia akan memanggil para Primal Elemental itu setelah menggunakan masing-masing skill sekali. Dengan kata lain, mereka sudah kehabisan waktu.

Bisakah kita menurunkan HP miliknya dengan cukup cepat?

Meskipun semakin gugup, Momonga mengoperasikan konsolnya dengan cepat dan akurat. Inilah artinya ketika mereka berkata “barisan depan adalah turnamen olahraga, sementara barisan belakang adalah pertunjukan teater.”

Sebuah kesalahan akan mengganggu ritmenya.

Momonga mengerang saat dia memikirkan serangan-serangan boss itu dan mengawasi gerakannya. Mereka mungkin tidak akan bisa mengalahkannya dengan tepat waktu.

Namun-

“-Bagaimana? Bisakah kita membunuhnya dengan sekali serang?”

“Aku dalam jangkauan! Kita bisa melakukannya! Semuanya, kita akan melakukan the Bright King Combo!”

“Ohhh! Aku akan serahkan itu kepadamu.”

“Roger! Kalau begitu biarkan aku memulainya! [Sacrifice]!”

Boss monster itu memukul Bukubukuchagama, yang kedua lengannya terlentang lebar. Bukubukuchagama menerima damage dalam jumlah besar meskipun pertahanannya luar biasa tinggi. Di saat bersamaan, sebuah kabut hitam menyelimuti boss itu.

Setelah itu, Bukubukuchagama mengaktifkan skill [Aegis]. Merestorasi HP harusnya adalah tugas Yamaiko, tapi mereka tidak lagi punya waktu untuk itu. Yang bisa dia lakukan adalah meminimalisir damage yang diterima dan mencoba mendorong ini dengan sisa HP yang ada.

Momonga merapalkan sebuah mantra, menarget Nishiki Enrai.
“[Conflict Karma]!”

Yamaiko mengawasi saat Momonga merapalkan buff miliknya, lalu menghancurkan item cash seperti jam pasir di tangannya, langsung mengaktifkan mantra super tier milik Yamaiko.
“[Judgement of Osiris]!”

(TL Note: kanji dibaca オシリスの 裁き/Judgement of Osiris, furigananya adalah ペルト エム ヘルウ/Prt M Hrw, bagian dari nama buku kematian Mesir.)

Sisik-sisik muncul di atas kepala setiap orang di medan pertempuran itu.

Di satu sisi adalah sebuah jantung, dan di sisi lainnya adalah sebuah bulu.

Sisik-sisik Yamaiko, Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuch semakin berkurang di sisi bulu-bulu. Sebaliknya, Sisik-sisik Momonga, Ulbert, Bukubukuchagama, dan boss itu semakin berat di sisi jantung. Dalam sekejap, jantung itu langsung dimakan oleh seekor binatang buas yang muncul entah darimana.

Momonga tidak terluka.

Namun, nilai karmanya menjadi hancur, sampai -1000 dalam sekejap.

Mantra super-tier ini bisa memanipulasi nilai-nilai karma – mantra itu mengurani nilai negatif, dan meningkatkan yang positif.

Nilai karma mempengaruhi damage yang diberikan oleh mantra-mantra dan skill-skill tertentu. Alasan Yamaiko merapalkan mantra ini tanpa berkata apapun – adalah untuk meningkatkan efek dari combo yang mengandalkan ketidakseimbangan karma.

Warrior Takemikazuchi tersenyum lebar saat dia memulai Combo itu.

“Ini dia! [Acalanatha]![Fudo Kensaku]!”

Sosok dari yang tak tergerakkan, Fudo Myo-o, muncul di belakang Warrior Takemikazuchi, mengeluarkan sebuah tali penjerat ternak dari tangannya.

Pukulan pertama dari Bright King Combo, [Acalanatha], memiliki dua komponen serangan, Pertama, [Pedang Kurikara], memberikan lebih banyak damage ketika nilai karma lawan semakin rendah. Tanpa tindakan pencegahan yang benar, bisa fatal akibatnya. Yang kedua adalah [Fudo Kensaku], yang mengurangi kemampuan menghindar lawan dengan nilai karma rendah. Pengurangan ini setara dengan jumlah karma negatif dari targetnya.

Mungkin karma dari boss itu takkan pernah setinggi itu sejak awal, tapi skill Bukubukuchagama memastikan itu.

[Sacrifice] milik Bukubukuchagama sangat menurunkan kekuatan bertahan, tapi sebagai gantinya karma kelompok yang hancur turun hingga paling minimum. Lalu, mantra super-tier Yamaiko bahkan lebih rendah lagi.
“[Trailokyavijayarāja]!”

Penguasa Tiga dataran, Gozanze Myo-o muncul di belakangnya juga dan menembus boss itu dengan tombaknya.
“[Yamāntaka]!”

Setelah itu, penakluk kematian, Daiitoku Myo-o mulai terbentuk, memukulkan pentungan raksasanya ke arah boss tersebut.
“[Kundali]!”

Penyalur madu surgawi, Gundari Myo-O mengeluarkan sebuah ular dari tangannya, yang tiba-tiba membesar dan membeli boss itu, semakin menguncinya di tempat. Jika ini tidak dilakukan, boss itu mungkin akan bisakeluar dari ikatannya dalam jeda diantara serangan.
“[Vajrayaksa]!”

Pelahap Siluman, Kongo-Yasha Myo-O, melukai boss itu dengan pedang vajra miliknya yang berpendar listrik.

Kemudian, saat boss monster tersebut tidak bisa menghindar, lima raja bijaksana maju menyerangnya. Mereka mengelilinginya lalu dalam waktu yang bersamaan, mereka mengambil sikap dengan kepalan mengarah kepadanya.

Lawan mereka tidak akan bisa bergerak jika dia sampai memiliki satu poin saja karma negatif.
“Ossha!”

Nishiki Enrai mengganti senjatanya saat itu.

Ini adalah kartu as miliknya, Susanoo. sebuah senjata dengan panjang lebih dari tiga meter, dan karena berbagai penalti, senjata itu terayun sangat lambat. Namun, itu sama sekali tidak ada masalah ketika lawannya tidak bisa bergerak. Mungkin ini adalah sebuah celah di dalam sistem itu, atau keputusan yang disengaja oleh para developernya, tapi kekuatan serangan dari ninjato raksasa ini jauh melebihi bahkan makhluk spesial seperti boss monster ini.

Saat pedang yang bergerak pelan itu menyentuh boss monster tersebut, sebuah rangkaian damage yang menakutkan kelihatannya datang dari berbagai bagian serangan yang termuntahkan.

Momonga pun mau tidak mau tertawa saat HP milik boss itu turun di matanya.

Dan Kemudian-

-Retakan-retakan muncul di sekujur tubuh boss itu.

Cahaya mengalir keluar dari antara celah-celah itu, diikuti dengan ledakan hebat.

Momonga terdiam sesaat, kemudian kegirangan di hatinya membuatnya berteriak.

Mungkin ini hanya sebuah game, tapi sorak kegirangan karena mengatasi kesulitan besar adalah wajar. Dan bukan hanya dia yang kegirangan. Anggota lain dari party tersebut, yang telah mengalahkan dungeon ini bersamanya, juga bergembira.

Sebuah bola mengambang menggantikan monster boss itu. Kelihatannya bukan seperti kristal data, ataupun mirip dengan sebuah artefak. Mereka harus mengambilnya dan membawa kelompok tersebut ke lantai 6. Momonga ingin menggenggamnya, tapi apakah tidak apa baginya untuk melakukan itu, melihat dia tidak berkontribusi banyak?

“Momonga-san, boss itu telah menjatuhkan sebuah item.”

“Kalau begitu, dua penyerang harusnya-“

“Momonga-san, bukan seperti itu,” kata Bukubukuchagama.

“Keadaan menjadi seperti ini karena semua orang melakukan apa yang harus mereka lakukan. Para penyerang itu memang harus melukai boss monster itu. Tank harusnya mengendalikan hate dan menerima serangan-serangan. Healer harus menyembuhkan luka. Dan tentu saja, wildcard (kartu liar) menggunakan buff dan debuff, mengarahkan aliran pertempuran itu.”

Dia terengah-engah, dan mengambil nafas.

“Jadi, semua orang harus memainkan peran mereka!”

Suatu kalimat seperti “Seperti yang dia katakan” datang dari arah Yamaiko.

“Momonga-san, kamu telah melindungi kami berkali-kali, ya kan? Bukan hanya barisan depan yang bersinar di dalam pertarungan ini, apakah kalian berdua setuju?”

“Kamu benar, Yamaiko-san. Namun, aku merasa sedikit malu jika ada orang yang berkata aku bersinar. Kita hanya orang-orang yang mempercayakan punggungnya kepada penjaga barisan belakang dan fokus menyerang.”

“Yup, yup. Ayolah, pergilah dan ambil itu, Momonga-san. Bukankah kamu bilang kita harus bergegas?”

Nishiki Enrai mendesak Momonga setelah Warrior Takemikazuchi berbicara.

Tidak ada ekspresi wajah di dalam Yggdrasil. Namun, Suzuki Satoru tahu teman-temannya tersenyum gembira.

“-Terima kasih, semuanya! Kalau begitu, Tidak keberatan jika aku melakukannya!”

Dengan begitu, Momonga menggapai bola yang mengambang – lalu menyentuhnya.

Dalam sekejap, dunia itu menjadi hitam kelam.

Saat dia bisa melihat lagi, dia berada di dalam ruang terbuka yang luas, benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mungkin, ini adalah reruntuhan. Kelihatannya mereka berada di tempat yang agak sedikit naik, di atas deretan anak tangga batu. Reruntuhan itu terletak di dalam hamparan alam liar yang luas, tapi kelihatannya ada sesuatu yang bersinar di langit sehingga mengeluarkan cukup cahaya sehingga mereka tidak bisa melihat lebih jauh dari 200 hingga 300 meter.

Suara sorakan datang dari bawah mereka.

Setelah melihat ke bawah, dia melihat rekan-rekan guildnya. Mereka sedang menggenggam senjata, dan kelihatannya mereka terus bertarung sampai saat ini.

“Musuh-musuh yang muncul secara otomatis sudah hilang, jadi aku sangat yakin kamu dan yang lainnya telah mengalahkan boss bagianmu, Momonga-san.”

“Yoshaaaa! Wah kita hebat juga, mengalahkan dungeon yang tak dikenal dengan sekali coba! Bagaimana itu, dasar para developer sialan?!”

“OI oi oi, jika kamu ingin istirahat ke toilet, sebaiknya pergi sekarang! Jangan sampai melewatkan apa yang akan terjadi selanjutnya!”

Ketika dia mendengarkan teriakan-teriakan mereka, Momonga tiba-tiba mengerti apa yang telah mereka lakukan, lalu dia tertawa. Sebenarnya, dia terus tertawa sejak tadi, tapi dia tidak tahan lagi sekarang.

Momonga dan yang lainnya turun dari tangga itu, bermandikan pujian semua orang. Ini adalah penghargaan karena mengalahkan boss terkuat.

“Kalau begitu, Momonga-san. Letakkan itu di sana.”

Momonga melihat ke arah yang ditunjuk Touch Me, dan melihat sebuah lempengan batu. Ada empat bola seperti yang sedang Momonga pegang, dan satu slot kosong. Tidak ada petunjuk yang jelas, tapi dia tahu sebenarnya apa yang harus dia lakukan.

Dia langsung menuju ke lempengan itu, dan meletakkan bolanya ke lengkungan yang terakhir. Bola itu pas di dalam lekukan tersebut seakan tersedot, lalu semua bola itu berkilau lembut.

Momonga menelan ludah.

Sebuah gulungan turun dari langit, mendarat di samping Momonga. Sebagai gantinya, lempengan itu menghilang, digantikan dengan sebuah singgasana yang terbuat dari sebuah kristal raksasa.

Tidak diragukan lagi jika gulungan itu adalah sebuah bukti kepemilikan, itu artinya singgasana tersebut semacam artefak. Biasanya, hadiah dungeon itu adalah salah satunya, tapi kelihatannya ini adalah kasus pengecualian. Sebuah artefak sekelas ini harusnya sangat berguna. Jika tidak, mereka mungkin masih bisamenjualnya untuk uang yang banyak.

Namun, artefak tertentu sangatlah aneh, dan dia berdoa bukan itu masalahnya.
“Huh.”

Momonga, yang sangat khawatir dengan singgasana itu, melihat ke arah langit. Gulungan yang berkilauan itu jatuh pada kecepatan rendah yang hampir tertahan.

Meskipun dramatisir yang terkesan terpeksa ini biasanya membuatnya jengkel, dia harus berterima kasih kepada mereka kali ini.

Momonga mengulurkan tangannya, lalu memegang gulungan yang ada di udara itu.

Daritadi dia berpikir dia akan terlihat sangat memalukan jika meleset saat momen seperti ini, jadi dia harus menyimpan rasa lega yang dia rasakan itu dari semua orang ketika dia memegangnya.

“Selamat! Sudah menaklukkan Great Tomb of Nazarick, anda telah mendapatkan hak kepemilikan Markas Guild: Great Tomb of Nazarick.”

Seakan didorong oleh suara pria yang tenang itu, Momonga membuka gulungannya, membiarkan semua orang melihat isi dari bukti kepemilikan itu.

Ada sebuah teriakan terkejut saat mereka melihat data wilayah guild dan pendapatannya.

“Ini...! Kita bisa membuat 2750 level NPC!”

“Ehhhhh? Benarkah? Memang benar!”

“Mengapa tinggi sekali?”

Semuanya gugup melihat isinya lagi, termasuk Momonga. Dia mengakses konsolnya dan menuju jumlah level NPC. Ketika dia menyadari apa yang terjadi, matanya membelalak.

Hanya ada sembilan tempat di dalam game yang menawarkan lebih banyak level NPC, hingga 3000. Apakah lokasi markas ini setara dengan itu? Tempat ini belum ditemukan sampai sekarang, jadi, apakah ini adalah hasil dari sesuatu seperti akumulasi poin?

Apakah ada alasan untuk ini? Jika demikian, itu akan sangat membantu. Mereka membaca lagi detil markas guild itu, dan orang-orang yang pertama kalinya menemukannya berseru lagi.

“Jumlah markas adalah 2250, dengan bonus 500... apakah ada yang pernah dengar yang seperti ini sebelumnya?”

Semuanya menggelengkan kepala mereka. Lalu, seseorang terpikirkan sesuatu.

“Jangan-jangan jika kamu berhasil mengalahkan lokasi markas guild dengan sekali coba, level maksimal NPC akan meningkat?”

Keheningan menyelimuti kelompok itu dalam sekejap, lalu seseorang berteriak dengan marah:

“Uooooohhh! Dasar developer brengsek! Memangnya ada yang bisa melakukan itu!”

“Para developer sialan!”

“Apakah itu maksudmu dengan mencari tahu tanpa takut mati, dasar sialan?!”

Momonga juga ikut-ikutan. Ini adalah untuk menutupi kegirangan yang meluap di hatinya. Sebenarnya adalah, orang-orang yang sedang melampiaskan emosinya itu sekarang sedang tertawa.

Kenyataannya, semua orang sedang tertawa.

Mereka saling menepuk punggung satu sama lain, menepuk bahu dan kepala mereka, semuanya untuk merayakan prestasi yang telah mereka dan teman mereka menangkan. Dari sudut matanya, Momonga bahkan menyadari Ulbert dan Touch Me yang juga saling menepuk punggung satu sama lain.

“-Kalau begitu, apakah ini sebuah artefak?”

Punitto Moe menatap singgasana itu.

“Baik sekali mereka menyediakan sebuah singgasana untuk kita. Kalau begitu, silahkan ambil tempat yang telah menjadi hakmu, Guildmaster Momonga-sama. Setelah itu, mari kita mengambil foto kenang-kenangan dengannya di tengah!”

“Kedengarannya bagus! Kedengarannya hebat! Ayo, Ayo! Guildmaster, kemarilah dan duduk!”

Ucapan Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi menemui persetujuan umum.

Dia tidak bisa lagi menolak ini. Momonga melakukan apa yang dibilang dan duduk di singgasana itu. Dalam sekejap, sebuah suara yang hanya bisa didengar oleh Momonga berbicara kepadanya:

“Selamat! Karena sudah menyelesaikan sebuah dungeon dengan level rekomendasi 80 lebih dengan sekali coba, anda telah menerima World Class Item, The Throne of Kings (Singgasana para raja)!”

Saat notifikasi itu perlahan tenggelam di benaknya, Momonga merasa hatinya mencengkeram erat dan menyusut.

Itu adalah sebuah kejutan yang mencuri nafasnya.

Salah satu harta karun terhebat di dalam Yggdrasil sekarang terletak di bawahnya.

Curiga mungkin dia salah dengar, dia menyentuh konsolnya dengan tangan gemetaran. Saat dia melihat tampilan statusnya, Momonga menyadari suara yang dia dengar itu bukan semacam halusinasi yang dihasilkan oleh pikirannya sendiri.

Dia melihat sebuah peningkatan pada layar statusnya. Sama halnya dengan saat ketika mereka mendapatkan World Class Item, namun kemudian kehilangan item itu.

Itu adalah – WORLD. Maksudnya adalah seluruh dunia, dan perlindungan terbesar yang diberikan.

“Ada apa, Momonga-san?”

Meskipun di dalam dunia tanpa ekspresi wajah, siapapun akan merasa aneh jika seseorang tiba-tiba terdiam dan tidak bergerak.

“Apakah pesan habisnya nanomachine muncul?”

“Tidak.. Ini.. ini adalah sebuah World Class Item.”

Keheningan menyelimuti para anggota guild, yang sedang berbaris untuk bersiap diambil fotonya. Mereka tidak mengerti apa yang Momonga katakan.

“Hey, memang benar. Kelihatannya sebuah hadiah karena menyelesaikan dungeon dengan sekali saja.”

Itu adalah sebuah suara yang tenang sehingga mengagetkan yang mendengarnya. Momonga pun tidak bisa mengekspresikan diri sendiri karena besarnya kejutan yang baru saja dia terima.

Sebuah keriuhan hebat meledak dari teman-temannya. Sejak awal, itu hanya kalimat “World Class Item” yang muncul dari bibir mereka – lalu berubah menjadi sorakan menggelegar.

Sama seperti sebelumnya, teriakan-teriakan hebat “developer sialan!” terdengar.

“Aku tahu sejak awal. Menyelesaikan dungeon ini dengan sekali coba saja akan memberikan World Class Item kepada kita.”

“Memangnya kamu benar-benar tahu itu.”

“Menakjubkan! Bagaiman dengan itu?! Dasar Seraph brengsek!”
“Yahoo~”

Saat semua orang mulai menari dengan aneh, Momonga memutuskan untuk bangkit dari singgasana itu dan mengosongkannya, agar siapapun bisa duduk. Dia pindah ke tempat yang agak jauh dan lebih tenang.

Tidak lama, Touch Me dan Ulbert datang berdiri di depan Momonga.

“Wah, itu menakjubkan, Momonga-san!”

“Benar sekali! Seorang guildmaster yang mendapatkan World Class Item di acara guild pertamanya bagi kami – itu gila, ya kan? Serius ini!”

Saat dia merenungkan apakah ‘gila’ harus dianggap sebagai bentuk pujian, Momonga mengangguk kepada Ulbert dan Touch Me.

“Apa yang kalian katakan, semua ini berkat semuanya yang telah memberikan sumber daya mereka untuk membantu menyelesaikan dungeon ini.”

“Tidak perlu rendah hati. Takemikazuchi-san memang benar. Aku tidak bisa melakukan hal yang seliar itu. Aku pasti akan ketakutan jika aktifitas guild kita yang pertama gagal lalu menyarankan sebuah perburuan monster yang lebih aman dan masuk diakal malahan. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa kamu lakukan, Momonga-san.”

“Tidak-“

Momonga ingin berkata bahwa keajaiban terjadi berkat semua orang yang berusaha sekeras mungkin. Berkata bahwa itu semua berkat diriku saja membuat merasa bersalah.

Teman-temannya menyentuh singgasana itu di segala tempat, berdebat siapa yang harusnya mendudukinya kemudian.

Itu berkat mereka.

“Tidak tidak tidak, Momonga-san. Tidak perlu begitu. Jika perjalanan ini gagal, kamu bersedia menerima rasa kecewa dan tidak bahagia semua orang, ya kan, Momonga-san? Jika memang begitu, maka harusnya kamu menerima pujian yang datang karena berhasil. Jika tidak maka aneh jadinya, ya kan?”

Sulit baginya untuk menerima ucapan itu, meskipun Ulbert yang mengatakannya.

“Aw, jangan seperti itu. Aku menyesali ini berkali-kali. Aku berkali-kali memberi semangat pada diri sendiri untuk menjadi seorang guildmaster yang hanya menangani komunikasi, koordinasi dan pekerjaan sambilan lainnya.”

Dia memberanikan diri melalui suara yang sudah kelelahan.

Dua orang itu kelihatannya menganggap itu lucu, tapi tawa mereka bukan seperti mengejek.

“Aku mengerti. Yang kami tahu, rasa keberatanmu mungkin akan membuatmu menjadi seorang guildmaster yang baik. Meskipun kurasa bagus jika kamu menjadi semacam orang yang bertanggung jawab-“

“Kamu bilang apa? Bukankah itu adalah salah satu sifat baik Momonga-san? Maksudku, bukankah kita semua mengikutinya karena dia seperti itu?”

“Benar sekali... ya, memang benar, seperti yang kamu katakan,” Touch Me berkata dengan suara bercermin.

Apakah dia sedang memikirkannya, orang yang meninggalkan game itu?

“Oi, oi, kalian sedang mengoceh apa di sana? Cepat kemari! Sekarang kita akan berfoto!”

“Ayo, ayo! Guildmaster! Duduklah di singgasana!”

Nishiki Enrai dan Warrior Takemikazuchi jelas mendorong Momonga ke singgasana itu. Teman-temannya yang lain sudah berbaris dan menunggunya.

“Baiklah! Kita berfoto!”

Semuanya mengambil pose atau semacamnya. Mereka menggunakan gerakan tubuh sebagai ganti ketiadaan ekspresi wajah di dalam game. Momonga menyentuh konsolnya, lalu memilih sebuah wajah tersenyum dari salah satu emoticon.

“Ini dia! Tiga, dua satu!”

Kamera yang mirip bola mengambang di depan mereka adalah sebuah item cash, yang membuat suara shutter kamera berbunyi klik. Di waktu yang sama, sebuah ding-dong terdengar di telinga Momonga.

Dia tahu tanpa melihatnya bahwa ini adalah suara irama pesan diterima – sebuah foto Ainz Ooal Gown dan hadiah yang mereka menangkan di dalam perjalanan pertamanya.

Momonga tersenyum.

Dia membiarkan angan-angannya berkelana terhadap apa yang dia dan Ainz Ooal Gown akan lakukan mulai sekarang, dan di masa depan-

SELESAI

31 komentar:

  1. Pntes lama update nya langsung di Selesain :D Thanks min

    BalasHapus
  2. Mantap, nunggu lama terbayar karena panjang ceritanya. Lanjutkan, kami setia menanti, dan semoga light novel ini di selesain sampe tuntas, jangan sampe drop.

    BalasHapus
  3. Makasih mimin. Saking senengnya ape nangis gua

    BalasHapus
  4. Nunggu mingguan bacanya cuma 15 menit

    BalasHapus
  5. makasih udah mau update di hari hari nya yang (mungkin) sibuk, thanks uda sempetin men-translate seperti biasa, sambil menunggu vol berikutnya muncul..
    mangat min!! kita pun semangat menunggu kelanjutan dari rencana rencana licik nan "mendadak" dari Aizn <3

    BalasHapus
  6. Terima kasih ! , Arigatou Gozaimasu , Grazie , Thank you Very Much For Your Hard Work !!

    BalasHapus
  7. dan akhirnya merekapun hidup bahagia selamanya, sampai satu per satu dari mereka menghilang dan GMnya pindah dunia...

    BalasHapus
  8. Makasih atas kerja kerasnya bang~ semangat terus nge tranlate-nya~! Jangan lupa Web novel sama yg lainnya juga tolong tranlate'kan biar tempat ini terus hidup ^^

    BalasHapus
  9. Thans mind...sialan ln udh tamat udh ketinggan jauh

    BalasHapus
  10. Tak sabar nunggu volume 12 XD
    Masih belum ada kabar kah tentang volume 12?

    BalasHapus
  11. Nunggu next vol min. Semangat trus n terima kasih banyak.

    BalasHapus
  12. Ga nyangka tuh singgasana world clas item

    BalasHapus
  13. terima kasih banyak atas kerja keras nya saya cuman bisa bantu doa atas srhat dan selamat kalian

    BalasHapus
  14. Ini lanjutan yg Bluray 4 kah ??

    BalasHapus
  15. Kira" kekuatan throne of kings apa ya?

    BalasHapus
  16. Thanks min... Kok gua meneteskan air mata karena terharu ya dasar develiper brengsek...

    BalasHapus
  17. Best moment Overlord,jadi kangen sm tmn sepermainan di game RPG 😄 bangun guild dari awal sampe bisa di kenal sm banyak orang" dan skrng mereka udh pnya kesibukan masing", I Miss U All 😢

    BalasHapus
  18. Makasih bos ku.. semangat🔥🔥🔥

    BalasHapus
  19. Terharu gw Njirrr kapan punya temen kaya temen2 nya si momonga dah soladaritas nya tinggi lagi

    BalasHapus
  20. Keren lah pantes sedih banget momonga pas semua nya mutusin buat pensiun dan di hari terakhir game nya cuma ada momonga di nazarick :')

    BalasHapus
  21. Sasuga mimin sama 👍👍👍

    BalasHapus
  22. Pantesan si ainz kesel pas ada manusia yg nginjakin ke nazarick, soalnya perjuangan buat dapetin nazarickny sm semua teman n bnyak perjuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir kalah itu party Momonga wajar aja sih

      Hapus

Berkomentarlah dengan bijak! Tanpa ada SARA dan penghinaan.