The Final Battle of Disturbance -
Pertempuran terakhir dalam kekacauan
Part 1
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 02:30
Barrier (Pembatas) api yang berkelap kelip tidak memiliki hawa panas sama sekali, membuatnya seperti sebuah ilusi. Para petualang yang berdiri di depan saling bertukar tatapan dengan kelompok mereka, lalu mengumpulkan keberanian dan terjun dengan nekat menembus dinding api tersebut.
Meskipun Priest yang mensupport dari beberapa kuil sudah memberikan mantra proteksi terhadap api kepada mereka, tetap saja mereka menahan nafas, karena takut jika paru-paru mereka akan terbakar.
..meskipun mereka sudah bilang api tersebut tidak menyebabkan luka fisik sama sekali.
Pemikiran itu mengalir di kepala Lakyus saat dia melihat dinding api dari belakang formasi.
Tetap saja, terlalu dini untuk merayakan kenyataan bahwa api tersebut tidak melukai. Jika api itu tidak diperuntukkan untuk menyebabkan luka, pasti ada alasan lain bagi Jaldabaoth yang memunculkannya. Itu adalah yang dia bingungkan.
Jika aku tidak tahu jawabannya, tidak ada gunanya menghabiskan energi memikirkannya. Siapa yang bilang jika aku seharusnya menggunakan kepalaku untuk hal-hal yang lebih baik... Evileye, ataukah Paman?
Barrier (Pembatas) api magic tersebut seperti sebuah ilusi, tidak memberikan halangan dan tidak memiliki panas, dan begitulah, Lakyus bisa melewatinya.
Lakyus melihat sekeliling ke arah wajah-wajah para petualang yang khawatir ketika sedang melangkah masuk ke dalam barrier.
Rencananya adalah membentuk formasi garis pertahanan, tapi membentuk garis yang lurus di dalam pertempuran di tengah kota seperti ini sangatlah sulit. Oleh karena itu, mereka harus menggunakan empat kelompok orichalcum sebagai sumbu formasi, menugaskan tiap-tiap petualang ke masing-masing kelompok itu. Seseorang yang melihat dari atas aka melihat sesuatu seperti seekor binatang buas dengan empat kaki yang menyebar.
Karena mereka adalah inti dari formasi, wajar saja jika para petualang dengan peringkat orichalcum tersebut menjadi pimpinan. Tapi sekarang ini, mereka dipenuhi dengan rasa tidak enak dan tekanan. Lakyus berharap mereka bisa menyembunyikan ketakutan mereka dan memberi inspirasi keberanian kepada yang lainnya.
Apakah aku harus mengambil barisan depan?
Memang benar, jika seorang petualang dengan peringkat adamantite berdiri sebagai pimpinan, moral pasti akan meningkat. Tapi sekarang ini, Lakyus tidak memiliki sekutu yang bisa diandalkan olehnya di samping. Meskipun dia adalah petualang dengan peringkat adamantite, seorang Blue Rose yang sendirian kurang efektif daripada sekelompok petualang dengan peringkat orichalcum. Oleh karena itu, dia telah menyerahkan pimpinan baris depan kepada mereka.
Meskipun mereka mempercayaiku, berlari ke dalam dan membuat keributan hanya akan membuat mereka dipenuhi rasa tidak nyaman. Tapi... ah, seharusnya aku pergi saja ke depan dan melihat apa yang terjadi.
Dengan itu, Lakyus melangkah menembus dinding api.
Sebuah dunia hening yang baru menyebar di antara mereka. Jalanannya sama dengan yang ada di ibukota, jika kamu melewatkan kenyataan bahwa tidak adanya kehidupan manusia dan banyak perumahan yang telah dihancurkan.
"Apa yang terjadi dengan rumah-rumah itu? Apakah mereka sedang bersembunyi? Tidak ada bau darah."
"Tidak mungkin. Lihat, pintu-pintu itu telah dirusak. Aku takut jika orang-orang itu mungkin saja dibawa ke sebuah tempat."
"Kita harus berhati-hati terhadap dmeon-demon yang sedang keluyuran di dalam rumah-rumah tersebut, apakah kita harus melakukan pencarian dari rumah ke rumah? Itu akan memakan waktu yang lama."
"Akan lebih aman untuk menghubungi Lakyus-san dan menunggu instruksi selanjutnya, ya kan?"
"Kalau begitu, mari bergegas dan-"
"Tidak perlu melakukan hal itu."
Tergerak karena reflek yang berasal dari suara tersebut, para petualang yang sedang berbicara melihat ke belakang mereka. Mereka menatap dengan mata terbelalak karena terkejut kepada Lakyus, yang baru saja tiba.
"Para petualang dengan peringkat besi dan tembaga akan tetap di belakang untuk mencari ke rumah-rumah. Satu tim mythrill akan tetap di belakang untuk mengawasi. Orang-orang di belakang akan menyebar ke dalam formasi dan maju. Ada yang keberatan?"
Kepala-kepala itu bergeleng menandakan tidak ada.
"Kalau begitu, mari kita maju."
Lakyus berjalan ke dalam barisan dengan para petualang orichalcum. Sebuah keheningan yang tidak nyaman menyeruak di antara mereka. Sulit dipercaya jika pernah ada kehidupan disini tadi sore.
"...Ngomong-ngomong, Momon-san akan baik-baik saja, ya kan?"
Lakyus mengerti betapa tidak nyamannya mereka membebankan seluruh harapan mereka kepada Momon.
"Dia akan baik-baik saja. Evileye sendiri mengakui bahwa dia lebih kuat darinya. Masalah sebenarnya adalah yang setara melawannya, pemimpin musuh, Jaldabaoth. Seberapa kuat dia, namun demikian..."
Para petualang yang ada di dekat situ yang mendengar ini jatuh dalam kegelisahan.
"Ah, maaf, jangan khawatir tentang hal itu. Kita hanya perlu melakukan apa yang ditugaskan, itu saja."
"Aye, benar sekali. Memang membuatku iri untuk mengakuinya, tapi kurasa masing-masing dari kita sudah ditugaskan untuk melakukan yang paling cocok. Kalau begitu, semuanya, maju!"
Berdiri di depan kelompok, bersama-sama dengan petualang orichalcum, Lakyus melangkah maju.
Tangannya menggenggam Demonic Sword Kilineyram. Permukaan pedang itu seperti sebuah bentangan langit malam, dihiasi dengan bintang-bintang yang berkelap kelip.
Mereka belum lama berjalan sebelum suara ledakan di kejauhan terdengar hingga kemari dengan lirih. Yang gemetaran adalah para petualang peringkat rendah. Yang bersiap untuk bertempur adalah para petualang dengan peringkat menengah. Yang memeriksa keadaan sekitar adalah para petualang dengan peringkat yang lebih tinggi. Dan yang melihat lurus ke depan adalah para petualang dengan peringkat tertinggi. Di antara lautan reaksi ini, Lakyus menatap di kejauhan dengan tatapan yang menusuk.
"Kelompok di sebelah situ telah masuk dalam pertarungan."
Mungkin bukan kelompok Tina.
"Jika mereka bergerak masuk dengan kecepatan rata-rata yang sama dengan kita, kita pasti juga akan bertemu dengan hadangan segera."
"...Bagaimana dengan yang di atas?"
"Kami sudah mengintainya, dan tak ada yang melaporkan apapun sejauh ini."
"Bagus sekali. Demon-demon memiliki banyak makhluk dengan tipe yang bisa terbang. Jika mereka menyebar di ibukota, bisa gawat. Jadi kita harus memancing perhatian mereka ke bawah tempat kita berada sekarang."
"Itu artinya rencana ini pada dasarnya tidak berubah."
"Benar sekali... hm, apa itu, apakah kalian mendengar sesuatu?"
"Aye, aku mendengarnya. Gonggongan anjing. Hey, apa itu?"
Magic Caster misterius menjawab pertanyaan tersebut.
"Aku belum memastikannya dengan mata kepalaku sendiri, tapi kurasa itu adalah hellhound. Kemampuan khususnya adalah mengeluarkan nafas api. Kurasa memiliki tingkat kesulitan 15 kurang lebihnya."
"Kesulitan.. yeah, ngomong-ngomong, berapa tingkat kesulitan Jaldabaoth dan insect maid (maid serangga)?"
Lakyus tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Jika dia jujur, bisa memecahkan tekad mereka, tapi jika mereka masuk ke dalam pertempuran dengan kesan yang salah dari musuh karena dia berbohong kepada mereka, akan menjadi bencana. Dia berusaha memikirkannya sebentar sebelum memutuskan untuk berkata yang sebenarnya.
"...150."
"Aye?"
Semuanya yang mendengarkan suara Lakyus memiliki ekspresi yang sama.
"Tingkat kesulitan insect maid (maid serangga) setidaknya 150. Jaldabaoth sendiri sekitar 200 atau lebih."
"Hah?!"
Semuanya selain Lakyus tidak bisa berkata apapun. Memang itu bisa diduga. Meskipun petualang dengan peringkat orichalcum hanya sekitar 80 dalam tingkat kesulitannya. Meskipun seseorang masih bisa unggul terhadap musuh yang memiliki tingkat sekitar 15 poin lebih darinya, mencoba untuk melakukan hal yang sama kepada lawan yang memiliki tingkat hampir dua kali tingginya dari diri sendiri adalah bukanlah guyonan. Lalu-
"Tunggu sebentar! Apakah anda bilang Momon-san akan melawan monster dengan tingkat kesulitan 200 itu sendirian?"
"Memang benar. Itulah kenapa aku bilang kita hanya akan menghalanginya."
"Tapi itu tidak sama... anda bilang 200? Jangan bercanda? Apakah seluruh petualang dengan peringkat adamantite sekuat itu?"
"Andai saj. Bahkan kami pun memiliki tingkat sekitar 90 yang paling baik."
"Kalau begitu... bagaimana caranya kita bisa menang?"
Para petualang saling melihat satu sama lain, menahan nafas mereka.
Lakyus tidak berbohong, namun jika dia tidak berkata yang sejujurnya. Bahkan Lakyus sendiri memiliki tingkat sekitar 90, Evileye lebih dari seratus lima puluh, itulah bagaimana dia memutuskan nilai dari maid insect dan Jaldabaoth. Dan itu juga mengapa Evileye bukan bagian dari garis pertahanan.
Untuk cepat-cepat memulihkan mana yang telah habis, dia memilih untuk bermeditasi dan istirahat. Setelah itu, dia mengikuti Momon ke tempat dimana Jaldabaoth berada, untuk memberikan dukungan kepada Momon yang bisa melawan Jaldabaoth satu lawan satu. Ketakutan mereka adalah jika mereka menghadapi insect maid (maid serangga) lagi.
Sementara Lakyus yang jatuh ke dalam pemikirannya, dia merasakan suasana hati di sekitarnya yang depresif menusuk kulitnya. Moral semua orang telah hancur, dan ada gumaman ingin mengabaikan semuanya dan lari dari ibukota.
Sesuai dugaannya, semuanya merasakan moral yang turun. Lakyus tahu karena sejak pertama kali dia mendengar pertempuran yang dibicarakan oleh Evileye tentang pertarungan mereka, dia juga merasakan hal yang sama.
"Kamu dengar Evileye, ya kan? Momon-san adalah orang yang bisa bertarung setara dengan Jaldabaoth. Karena itu, kita mempercayakan semuanya kepada Momon-san, dan sebagai gantinya kita akan melakukan apa yang bisa kita lakukan."
"Ta-Tapi jika Jaldabaoth melawan Momon-san, lalu bagaimana jika insect maid muncul disini?"
"Serahkan itu pada kami, Blue Rose. Evileye memiliki item spesial yang bisa membuat langsung berpindah ke kita. Dia memiliki sebuah cara untuk menghadapi insect maid, jadi dia bisa mengatasi jarak kesulitan itu dan mengalahkannya."
Hal itu membawa aliran sorakan dari para petualang. kelihatannya semangat bertarung mereka telah kembali.
Tepat pada waktunya.
Raungan binatang buas datang dari depan, bersamaan dengan suara-suara langkah kaki.
"Mereka datang. Kita akan membangun garis pertahanan disini. Orang-orang yang ada di cakram terbang di atas akan turun di samping jalan. Serahkan jalan utama kepadaku!"
Binatang-binatang buas itu ada di jalanan utama. Meskipun mereka terlihat seperti anjing-anjing yang besar, mata mereka dipenuhi dengan kecerdasan yang bisa membuat celaka, dan sebagai ganti air liur, api yang merembes dari perut mereka.
Ada lima belas hellhound disini. Berdiri di depan mereka adalah Lakyus, yang menggenggam demonic sword Kilineyram dengan kedua tangan.
"Kalian demon yang tidak penting, jangan pernah meremehkanku."
Dengan sebuah doa kepada dewa air di bibirnya, Lakyus membelah hellhound yang melompat menjadi separuh dengan sekali tebasan. Pedang yang melayang mengelilinginya bertindak sebagai perisai, membendung serangan-serangan dari hellhound yang ada di samping. Lakyus menendang hellhound lainnya yang mencoba menggigit pergelangan kakinya.
Lakyus menangani enam hellhound sendiri, dan sisanya maju menyerang para petualang lainnya. Yang lebih lemah menangani mereka satu persatu, sementara yang lebih kuat menangani banyak hellhound sekaligus. Dengan cara seperti ini, mereka menggerus jumlah yang mereka hadapi. Saat Lakyus sudah menebas keenamnya, yang lainnya juga sudah selesai.
"Rawan yang terluka!"
"Tidak masalah, Lakyus-san!"
Tentu saja, mereka tidak melewati bukannya tanpa tersentuh, namun yang terluka tidaklah parah. Mempertimbangkan mereka harus menyimpan mana mereka, itu adalah permulaan yang sangat baik.
"Yang ada di samping, aku bilang sekali lagi! maju 50 meter dan bertahan!"
Teriakan saat maju menggema dari kedua sisi. Dengan menggenggam pedangnya, Lakyus juga maju.
----
Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 5, 02:41
Tiga orang berlari di dalam lorong yang gelap dan sempit. Tak ada orang lain disana yang bersama mereka.
Tiga orang ini adalah Climb, Brain dan mantan petualang orichalcum yang menemani mereka dalam penyerangan terhadap markas Zero.
Para petualang yang bekerja untuk Marquis Raeven semuanya berpatroli di jalanan ibukota untuk memburu demon apapun yang berhasil menembus garis pengepungan. Climb hanya berhasil ditemani olehnya karena menurut Marquis Raeven sendiri, dia yang meminta untuk membantu Climb. Itu adalah balasan kebaikan yang ditunjukkan oleh Climb ketika menghadang serangan Zero kepadanya dan menyembuhkan dirinya. Di tambah lagi, Raeven ingin membalas budi yang dia miliki kepada Renner.
Berkat pilihan rute dari Thief itu, mereka tidak menemui satupun demon sejauh ini. Mereka mungkin tidak bisa sampai disini tanpanya.
Meskipun mereka memiliki kepercayaan diri menghadapi demon-demon yang mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan dan kecepatan, mereka akan roboh jika ada demon yang bisa menggunakan kemampuan spesial muncul disana. Karena tim ini sebagian besar tidak perduli dengan nyawanya dan bisa mati karena tekadnya, biasanya mereka akan kesulitan menghadapi serangan yang tidak sepenuhnya mengandalkan fisik.
Pertemanan mereka memang sebentar, namun karena itu, thief tersebut mengerti jika Climb dan Brain sangat kurang dalam hal ini, itulah kenapa dia harus bergabung dengan pasangan ini yang jelas-jelas adalah orang-orang yang ingin bunuh diri.
Brain tanpa bicara berterima kasih kepadanya saat berlari, merunduk ke bawah untuk mengurangi ukuran siluet dirinya. Perlahan, gaya dari bangunan yang ada di sekitar mulai berubah; jumlah bangunan yang bukan pemukiman mulai meningkat. Kelihatannya mereka sedang mendekati tujuan mereka.
"Aku harus bertanya, mengapa kita menuju pergudangan?"
Climb menjawab thief itu, yang sedang memeriksa sekeliling.
"Renner-sama menyebutkan jika mereka akan mengumpulkan orang-orang dan memenjarakan mereka, akan membutuhkan tempat yang luas untuk bisa mengendalikan dan menahan mereka semua. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk memisahkan keluarga-keluarga tersebut dan mengunci mereka di dalam beberapa gudang malahan."
"Ternyata begitu. Jika keluarga-keluarga itu dipisah, mereka akan berpikir jika mereka semua akan menjadi sandera dan akan semakin berkurang yang kabur. Jika itu masalahnya, kita harus cepat-cepat... yah. Meskipun kita kembali melalui jalan yang sama, kita masih harus memilih jalan yang aman."
"Trims. kami mengandalkanmu."
Ada hal lebih banyak yang harus dilakukan setelah menyelamatkan. Sambil berpikir bagaimana mereka akan bisa keluar dari sana, satu hal yang mencolok dan sangat penting adalah jalan aman untuk mundur. Pilihan rute adalah hal yang sangat penting, terutama karena mereka akan memindahkan banyak orang.
Namun berapa lama rentetan keberuntungan ini akan bertahan.
Misi ini pada dasarnya adalah menyuruh Climb untuk mati.
Climb telah memakai armor putihnya agar orang-orang tahu jika dia adalah knight milik Renner. Saat ini, dia sedang mengusap sarung tangannya... atau lebih tepatnya, cincin yang dia pakai di balik sarung tangan itu...
Gazef sendiri yang memberikan cincin itu.
Itu adalah sesuatu yang dia peroleh dari nenek kuno yang dulunya adalah anggota Blue Rose. Menurut legenda, itu adalah item yang sangat langka sekali lahir dari magic kuno, itu bisa meningkatkan kekuaan warrior melebihi batasnya.
Kamu harus kembali hidup-hidup. Brain teringat wajah Gazef saat dia berkata demikian.
Gazef tidak menunjukkan emosi tertentu waktu itu. Tidak ada rasa marah, sedih atau putus asa. Dia mengeri jika sebagai seorang warrior yang melayani sang tuan, pasti akan datang masanya ketika dia akan diperintahkan masuk ke dalam pertempuran yang hasilnya adalah kematian. Namun, untuk membantu Climb tanpa hadir secara fisik, Gazef meminjamkan cincin itu.
Brain telah mengikuti sinyal tangan dari thief itu ketika tiba-tiba dia merasakan suatu wujud. Melihat ke atas, garis pandangannya mengikuti bangunan - dalam sekejap, Brain merasakan benturan yang kelihatannya menghentikan jantungnya.
Di tepi atap di dekat gudang ada - mengukur dari tinggi dan tipe badannya - seorang gadis dengan rambut pirang yang panjang. Dia mengenakan sebuah gaun yang terbuat dari kain yang putih murni dan dihias dengan indahnya, di balik gaun itu Brain bisa melihat jika dia mengenakan sepasang sepatu bertumit tinggi yang berkilauan seperti intan. Digabungkan dengan susunan cincin, perhiasan dan kalung-kalung lainnya yang luar biasa, membuat seseorang berpikir bahwa dia adalah putri seorang bangsawan, atau pewaris orang kaya dan semacamnya.
Figurnya yang cantik, diterangi oleh dinding api, sangat berlawanan dengan topeng tulangnya yang putih, namun, kemisteriusannya tidak berkurang sedikitpun. Dan berbanding terbalik dengan penampilannya yang mencolok, wujudnya terlalu lemah, seakan dia bukanlah apa-apa melainkan hanya sebuah hantu di dunia yang jenuh.
Pakaian dan warna rambutnya benar-benar berbeda dari waktu itu. Dulu, dia mungkin bisa dikatakan seperti lahir dari langit malam, tapi kali ini, dia kelihatannya seperti turun dari bulan. Meskipun begitu, tidak diragukan lagi jika ini adalah orang yang sama. Gambaran yang terpanggang dalam jiwa Brain dari sebelumnya bertumpukan dengan orang yang sedang dilihatnya sekarang.
Dia sangat yakin itu. Dibalik topeng gadis muda di atasnya itu ada sebuah wajah seorang monster - Shalltear Bloodfallen. Kelihatannya dia belum menyadarinya, namun jika itu memang benar-benar monster yang sama dan sedang berdiri di depannya, maka tak perduli sejauh apapun mereka, mereka akan dibunuh dalam sekejap jika dia menemukannya. Apakah ada jalan agar mereka bisa kabur tanpa diketahui?
Tidak ada.
Ketika Brain menyadari ini, dia merasa seperti sedang melangkahkan kaki ke atas es yang retak. Dia tiba-tiba menyadari keringat yang berminyak dan menjijikkan yang mengali keluar dari pori-pori miliknya.
Brain memberi sinyal kepada Climb dan Thief, mengindikasikan dia ingin bicara. Merasakan bahwa dia telah mengetahui sesuatu, kedunya berhenti dan menahan nafas mereka.
Apa lagi sekarang? Apa yang bisa kulakukan agar bisa keluar dari sini? Jika kami melawannya, kita pasti akan terbunuh. Meskipun mencoba berlari, kita akan dikejar dan dibunuh juga. Dulu aku menggunakan terowongan rahasia, namun sekarang tidak ada satupun. Tapi mengapa dia ada disini? Apakah dia sedang mencariku?
Brain tersenyum pahit dengan pemikiran terakhir itu.
Jika itu memang masalahnya, maka hanya ada satu solusi untuk masalah ini.
"Climb-kun, aku akan mengulur waktu. Gunakan itu untuk kabur."
Setelah itu, Brain melihat ke arah thief tersebut, dan membungkukkan kepalanya.
"Aku akan serahkan dia padamu."
Tanp membuang-buang waktu lagi untuk berpikir ulang, Brain langsung melompat ke bangunan dimana Shalltear berada, Bergerak naik sendiri ke atas dalam sekali gerakan. Meskipun dia tidak memiliki skill memanjat dari thief, bangunan itu hanya memiliki ketinggian dua lantai, dan sebuah kekuatan lengan warrior bisa dengan mudah mejangkaunya. Dia atap, Shalltear tetap berada di tempatnya yang pertama kali.
Jantung Brain bergetar hebat. Dia ketakutan, sangat takutnya jauh melebihi pemikiran rasional. Ingatan saat dia kabur mati-matian kembali muncul di otaknya. Meskipun begitu, dia masih bisa mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Shalltear langsung.
"...apakah ada masalah?"
suara sedingin es dari wanita itu terdengar, hanya sedikit teredam oleh topeng yang dia pakai.
Apakah dia tidak mengenaliku? Apa ini, semacam permainan?
Tindakan terbaik sekarang seharusnya adalah berpura-pura dia tidak tahu akan dirinya dan mengamati responnya. Dengan berpikir seperti itu, Brain mengangkat suaranya dan menjawab wanita itu.
"Aku kemari karena aku melihat seorang wanita aneh di atap. Apa yang kamu lakukan di ibukota?"
"Memangnya kenapa, silahkan beritahu, apakah aku harus mnjawabmu? Mungkin kamu bisa mengatakannya padaku apa yang dilakukan seorang manusia di area ini. Apakah kamu adalah orang yang satu-satunya bisa menerobos hingga sejauh ini?"
Detak jantung Brain semakin cepat dan intensitasnya semakin meningkat. Meskipun Brain tidak tahu dimana Climb berada, dia tahu dia tidak bisa memalingkan matanya dari Shalltear. Untuk membingungkan Shalltear, dia mengangkat suaranya dan meneruskan bicaranya.
"Apakah kamu sedang mencari orang lain? Bukan aku?"
"Lalu mengapa aku harus mencarimu secara khusus?"
"Ini adalah kedua kalinya kita berpapasan. Dari awal, aku sudah tidak mampu melupakan wajah cantikmu."
Shalltear mengulurkan tangannya, dan dengan enteng mengusap topengnya.
"...Mungkin kamu salah orang?"
Brain kehabisan kata-kata. Dia ingin bertanya apakah dia memang orang yang benar, namun dia langsung mengabaikan ide tersebut. Itu memang dia. Tidak ada yang lain.
...jadi apa yang dia katakan, aku tidak bisa repot-repot mengingat semut yang lemah?
Jika dia memang tidak memancing Brain, jika Shalltear benar-benar tidak ingat, itu berarti dia bahkan tidak memiliki sedikitpun rasa ketertarikan pada Brain. Bagi makhluk yang sangat luar biasa kuatnya seperti Shalltear, itu adalah sebuah sikap arogan atau meremehkan kemampuan seseorang.
"Tidak... maaf. Mungkin... Ya, ini pertama kalinya kita bertemu."
"Benarkah? Yah, meskipun kamu sudah mengerti sekarang, tidak ada bedanya. Mungkin akan lebih aman jika aku harus membunuhmu. Apakah kamu ingin hidup? atau mati? Jika kamu bertekuk lutut di depanku dan menjilati sepatuku, mungkin saja aku bisa senang untuk merubah pemikiranku."
"Maaf, kurasa aku akan melewatkannya saja."
Brain mengambil sikap seperti akan mencabut pedangnya saat dia memelankan nafasnya. Teknik yang dia gunakan, tentu saja, 'Field'. Tidak usah dikatakan lagi, meskipun, Brain tahu itu tidak berguna bagi Shalltear.
"Haaa...."
Shalltear yang bengong menggelengkan kepalanya dengan lembut.
"Kamu tidak mengerti perbedaan kekuatan di antara kita, ya kan? Betapa menjengkelkan..."
Sebenarnya, aku mengerti, Brain berpikir saat dia melihat Shalltear.
Shalltear sangat menakutinya hingga dia ingin munta saja. Sejauh itu dia mengerti. Namun setelah mengeatahui ini, mengapa dia tidak kabur?
Sudut mulutnya berubah saat dia memikirkan pertanyaan ini.
Jika jantungnya adalah sebuah danau, maka danau itu sangat tenang dan tak beriak. Meskipun di hadapan sebuah makhluk yang membuat ingin kabur bagaimanapun caranya, dia masih berhasil mendapatkan ketenangannya. Ketenangan ini cukup mengerikan.
Shalltear bergerak maju lagi. Itu seperti mengulangi yang lalu, dan pasti hasilnya adalah kekalahan telak dari Brain. Keseluruhan hasil pekerjaan selama hidupnya, usahanya dan dedikasinya serta mimpinya, akan hancur dengan mudahnya seperti seorang anak kecil yang merusak mainannya.
Benar sekali. Begitulah nantinya.
Dia ketakutan.
Hingga sekarang, dia telah melalui banyak pertempuran, menjadikan nyawanya sebagai taruhan di ujung pedangnya. Tiba-tiba mengakui ketakutannya akan kematian sekarang adalah hal yang memalukan. Pertarungan ini terasa seperti sedang melemparkan dirinya ke jurang. Meskipun jika dia bisa mengumpulkan tekad untuk mati dalam pertarungan, dia tidak bisa mempersiapkan dirinya untuk melakukan bunuh diri.
Masalahnya adalah, perasaan teror hina yang dia bawa, dari persembunyian bandit hingga ke ibukota, ternyata hilang secara misterius.
Brain mengingat punggung seorang pria tertentu.
Dia adalah seorang pemuda yang sejauh ini, jauh lebih lemah darinya. Yang meskipun berada di dalam raungan aliran nafsu membunuh yang kuat, berdiri dengan tegak, meskipun tubuhnya gemetar seperti jeli.
Lalu, Brain tertawa.
Pak tua itu pernah bilang jika suatu ketika manusia bisa menunjukkan kekuatan yang tak terduga, namun Brain tahu itu tidak mungkin baginya.
Dia tidak seperti pemuda itu, yang akan memberikan semua yang dia miliki untuk sang putri yang dia layani, dan dia tidak seperti Gazef yang bisa menawarkan tubuh dan nyawanya kepada sang raja dan negara. Mereka berdua bisa melakukannya, tapi tidak dengan dirinya. Brain adalah seorang pria yang egois yang hanya bisa melakukan hal yang dia inginkan.
Meskipun itu masalahnya... huh. Mungkin ini adalah bagaimana aku membayarnya, dengan mengulur waktu baginya agar bisa kabur.
Mengambil satu demi satu langkah, Shalltear mengangkat jari kelingking lengan kirinya, mendekat dengan kecepatan langkah yang lamban tidak wajar.
Apakah itu karena persepsi dirinya yang semakin meningkat membuatnya terlihat seakan waktu semakin pelan bagi semua orang kecuali dirinya, atau apakah itu karena Shalltear memang benar-benar bergerak sangat pelan, untuk memperpanjang ketakutannya? Rasanya seperti keduanya, dan Brain tersenyum tanpa menyesal.
Ya, memang begitulah dia.
Meskipun mereka hanya bertemu beberapa menit, Brain merasa seakan dia sudah memahami Shalltear jauh lebih baik dari wanita lain yang pernah dia temui.
Dua langkah lagi, huh... dua langkah lagi dia akan masuk ke dalam jangkauan pedangku...
Brain ingin lari, namun lebih dari itu, dia tidak ingin melepaskan senjata di tangannya. Seluruh hidupnya sudah dihabiskan untuk menggenggam senjata. Mungkin dia cocok berakhir seperti ini.
Brain telah menemukan jawabannya. Dengan pemikiran itu di otak, dia mengikuti siluet Shalltear dengan matanya.
"Hidup dengan pedang.. mati dengan pedang?"
Dalam sekejap, Otak Brain menjadi jernih. Musuh adalah wujud yang jauh, dan pemikirannya menjadi lebih tajam seperti ujung sebuah silet.
Brain menggunakan 'Instant Flash'. Itu adalah sebuah martial art yang tidak bisa ditelah oleh lawan manusia manapun, terlebih-lebih bertahan darinya.
Meskipun begitu, dia tidak bisa menyentuh monster di depannya, bahkan setelah menumpuk skill 'Field' dan 'Instant Flash'.
Pada level itu, lawannya masih bisa menghentikan pedang Brain di antara jari-jarinya. Oleh karena itu, Brain menambahkan satu lagi teknik sebagai campuran.
Wajah Gazef Stronoff muncul di matanya.
Jika bukan karena Gazef, Aku takkan pernah bisa berakhir disini.
Dia berpikir seperti itu pada awalnya, namun setelah berkali-kali bertemu di ibukota, dia merubah pemikirannya.
Brain sekarang tidak merasakan apapun selain persahabatan dengan musuh bebuyutannya yang terbesar - bukan, rivalnya. Dia telah menerima jika dia akan mati disini dan sekarang.
Mungkin ini sudah terlambat... tapi terima kasih, musuh terbesarku... dan teman baikku.
Dengan itu, jantungnya menjadi tenang. Tanpa kebingungan, dia membiarkan dirinya terlepas. Bahkan rasa malu di masa lampau telah hilang.
"-Aaaaaaa!"
Brain berteriak seperti burung aneh. Datangnya dari dalam jiwa, membawa kekuatan penuh pada dirinya.
Dia melakukan 'Instant Flash' dengan kecepatan tinggi yang luar biasa, menyasar berdasar informasi yang dia peroleh dari 'Field'. Tapi tidak berhenti sampai disitu - dari 'Instant Flash', dia melanjutkan gerakan lain.
Gerakan itu adalah -
Empat serangan pedang beruntun.
Itu adalah teknik dari Gazef Stronoff, teknik yang sama yang mengalahkan Brain Unglaus pada turnamen beladiri dimana mereka pertama kalinya bertarung. Itu adalah jurus yang dikagumi oleh Brain, meskipun dia sudah mengatakan pada dirinya bahwa dia hanya mempelajari dan menirunya untuk bisa lebih memahami lawan. Itu adalah teknik yang dia segel dengan rasa benci dan sakit hati.
Namun sekarang, saat ini, terlepas dari semua keraguan diri dan belenggu, Brain menggunakannya tanpa ragu.
"[Fourfold Slash of Light]!"
Pada kenyataannya, Fourfold Slash of Light memiliki kelemahan besar.
Mengeksekusi empat serangan beruntung akan membuat tubuhnya menerima beban yang sangat berat, dan akan membuat serangannya terburai di arah yang berbeda. Karena akurasi teknik ini sangat rendah, bahkan sang penciptanya Gazef hanya bisa menggunakan itu ketika dikelilingi oleh banyak lawan.
Meskipun Fourfold Slash of Light tidak membuat serangan sebanyak Sixfold Slash of Light, mudah sekali mengarahkan seluruh serangna kepada lawan yang sama. Meskipun begitu, membuat semuanya tersambung masih sangat tidak mungkin.
Serangan liar ini seharusnya mampu menyerang Shalltear Bloodfallen. Brain sangat jelas dengan hal itu.
Namun Brain memiliki sebuah martial art yang tidak dimiliki Gazef. Itu adalah teknik pendukung yang menyediakan peningkatan kekuatan yang luar biasa di dalam radius - 'Field'.
Empat tebasan liar dibenahi ketika sedang berada di tengah udara oleh akurasi manusia super dari 'Field', mengikuti jalan yang Brain gambarkan. Seluruh empat serangan itu mengenai dengan akurasi sempurna dan dalam kecepatan super.
Bahkan seorang pahlawan - yang telah unggul dari seluruh manusia lain - akan kewalahan menahan serangan itu. Orang biasa, yang hanya terdiri dari daging dan tulang, tidak akan mampu mengumpulkan stamina untuk bisa menahannya. Ini adalah sebuah serangan yang naik dari ranah kemampuan orang biasa.
Namun Shalltear Bloodfallen sendiri jauh di atas manusia itu sendiri, berdiri di level sendiri yang tak pernah bisa diharapkan dicapai oleh siapapun. Bagi seseorang seperti dirinya, empat serangan beruntung itu hanya tak lebih dari seekor siput yang sedang jalan-jalan di tengah terik matahari.
"Hmph."
Shalltear mendengus padanya saat tangan kiri Brain bergerak lebih cepat dari yang bisa dilihat oleh mata. Sebuah suara benturan logam menggema di udara. Apa yang terjadi adalah pementalan berturut-turut dari empat serangan yang bergabung menjadi satu suara.
Keempat serangan itu telah dipentalkan, membiarkan Shalltear tak tersentuh.
Shalltear mengangkat bahunya, tertawa dibalik topeng. Bukan diarahkan kepada warrior bodoh yang ada di depannya, namun lebih kepada dirinya sendiri karena main-main dengan Brain sejauh ini.
Namun, berikutnya, mata Shalltear terbelalak.
Sekarang ini, jika seseorang telah mengubah kemampuan mereka menjadi data dan membandingkannya, tidak diragukan lagi sorakan akan tertuju kepada Brain. Itu adalah sebuah keajaiban, seperti matahari yang datang dari barat, sebuah pemandangan yang akan membuat orang-orang kagum dan hormat.
"...eh?"
Di depan matanya, kuku dari jari kelingking tangan kiri Shalltear menjadi pendek. Itu adalah sebuah celah yang kurang dari satu sentimeter panjangnya.
Shalltear mempertimbangkan kondisi saat ini. Tempat yang terkena tebasan adalah tempat yang sama yang dia gunakan untuk mementalkan seluruh serangan.
Setelah dipikir-pikir, keempat serangan itu dilakukan menjadi dua pasang, satu di atas dan satu di bawah. Mereka bertemu di titik dimana Shalltear menyela serangan tersebut.
"...apakah ini tujuanmu?"
"Kuh-Ahahahaha!"
Tiba-tiba saja, pria di depan Shalltear mulai tertawa. Apakah dia sudah gila? Shalltear bertanya-tanya. Tapi rasanya tidak seperti itu. Lebih tepatnya, dia tertawa tulus karena kenyataan bahwa dia berhasil memotong ujung kuku Shalltear, namun Shalltear tidak mengerti. Memangnya kenapa kalau dia berhasil melakukannya?
Kuku dan gigi Shalltear adalah senjata alami, jadi menggunakan teknik senjata penghancur spesial untuk memisahkan kuku dan gigi itu sebetulnya bisa saja. Namun, mereka hanya akan tumbuh kembali dengan mengaplikasikan magic, dan sebagai perbandingan terhadap senjata yang diproduksi dengan kelas yang sama, kuku dan gigi itu lebih kuat dalam menahan bahaya. Kuku dan gigi itu bukan berada pada level yang sama dengan senjata magic kelas divine seperti Spuit Lance.
Oleh karena itu, Shalltear tidak mengerti alasan pria ini tertawa.
Memotong sebuah bagian dari kukunya tidak akan merubah apapun. Shalltear melihat ke empat jarinya yang lain di tangan kiri. Bahkan meskipun jika kuku dari jari kelingking sedikit terpotong, itu sudah cukup bisa merobeh tubuh manusia menjadi berkeping-keping.
"...jadi, bisa memotongnya berarti kamu sudah lulus?"
Mata pria itu menjadi bulat, dan kegembiraannya semakin kuat.
"Aku sangat berterima kasih dengan pujianmu. Pedangku... hidupku tidak habis dengan sia-sia, lagipula. Pada akhirnya, aku masih bisa membuat sebuah progres untuk meraih puncak!"
Itu bukan pujian, namun Shalltear hanya mengejeknya.
Bagaimanapun juga, dia bisa tahu jika perasaan Brain memang tulus. Dengan kata lain, pria ini benar-benar gembira karena bisa memotong kuku jarinya.
Apa dia gila? Setelah dipikir-pikir, dia memang sudah mengeluarkan sekumpulan perkataan yang tidak berguna ketika mereka pertama kali bertemu. Setelah dipikir-pikir, hal itu membuatnya merasa tidak enak, jadi dia harus segera membunuhnya cepat-cepat. Dengan hal itu di otaknya, Shalltear melangkah maju dan -
- dan teriakan perang dari Demiurge pun datang.
Shalltear tahu apa maksudnya itu. Meskipun begitu, dia melihat ke arah jauh, namun dia tidak bisa merasakan sebuah kehadiran.
"Apakah itu adalah efek dari cincin Tuan?"
Salah satu cincin dari dipakai Ainz benar-benar menyembunyikannya dari segala macam magic dengan tipe divinasi. Biasanya itu diberikan kepada seluruh guardian, namun itu juga bisa menghapus kehadiran dari penguasa Great Tomb of Nazarick.
Dengan sebuah rasa penyesalan karena tidak mampu merasakan tuannya, Shalltear memutar kepalanya kembali, dan menemukan manusia yang sudah gila itu sudah hilang.
Ah! Aku benar-benar lupa dengan orang aneh itu!
Setelah melihat ke sekeliling sebentar, Shalltear menemukan pria itu sudah memalingkan tubuhnya dan sudah sibuk melompat turun ke dalam lorong. Dia pasti bergerak saat Shalltear teralihkan perhatiannya.
Tidak mungkin cuman manusia biasa bisa lepas tanpa terluka sedikitpun dariku.
Jika Shalltear menggunakan magic untuk memperlambat aliran waktu, dia bisa mengejar Brain bahkan sebelum dia menyentuh tanah. Tanpa ragu lagi, Shalltear merapalkan mantranya.
"[Time Accelerator]!"
Udara terasa tebal dan kental saat Shalltear bergerak menembusnya dengan kecepatan luar biasa, menuju tempat yang akan menjadi tempat pendaratan pria itu. Saat dia mendarat, dia mengamati postur Brain saat melompat turun dengan melambat. Meskipun Shalltear tidak bisa melukainya secara langsung ketika mantra itu masih berjalan, dia hanya bisa membuat sergapan dan membuat persiapan lain.
Kalau begitu, aku akan membuka lenganku untuk menerimanya saat dia sudah jatuh. Tentunya seorang manusia sepertinya akan gembira karena sudah dipeluk oleh seorang gadis cantik sepertiku.
Sudut mulut Shalltear naik saat dia memikirkan ekspresi yang terlihat dari wajah Brain. Saat Shalltear mendarat di tanah, tepat sebelum mantra berakhir, dia bisa merasakan kehadiran orang lain yang dekat.
-Apa ini?
Itu adalah seorang pria dengan balutan armor lempeng warna putih seluruhnya dengan rekan yang terlihat mirip rogue.
Brain mendarat di lorong dan melihat ke belakang, namun Shalltear sudah tidak ada disana.
Dia tidak mengejarku? Tidak, itu tidak benar, apa yang dia inginkan dariku adalah mengarahkannya kepada yang lain, seperti dulu?
Brain tidak berpikir kabur terlebih dahulu. Pemikirannya adalah akan lebih mudah untuk mengulur waktu bagi Climb dan yang lainnya keluar ke tanah yang lebih rendah.
Setiap tindakan Brain adalah untuk membiarkan Climb kabur. Itu karena dia harus meletakkan seluruh pertunjukan untuk kabur.
Namun saat dia berlari, dia menemukan sesuatu yang seharusnya tidak ada disana. Suatu hal itu adalah Climb dan Thief, yang sedang melambaikan tangan kepadanya.
Bagaimana ini bisa --
Otak Brain dipenuhi dengan emosi - kemarahan kuat dan frustasi.
Wajahnya berubah kerana marah, dia merangsek maju ke arah mereka berdua, menggenggam kerah baju mereka dan terus berlari. Ini jelas akan membuatnya lebih lambat daripada berlari sendirian, namun Brain tidak cukup tenang mempertimbangkan hal itu.
Setelah mereka membuat sebuah jarak, dan setelah memeriksa berkali-kali ke arah belakang untuk memastikan jika Shalltear tidak mengejar mereka, dia mendorong Climb ke dinding. Karena Brain tidak berpikir untuk menahan kekuatannya, Climb otomatis terdorong kesana.
"Mengapa? Mengapa kalian tidak lari?"
Meskipun emosinya berada pada tepian dan akan muntah, Brain masih cukup bisa berpikir untuk menahan diri tidak meneriakkannya keras-keras.
"Itu... itu karena..."
Brain memegang Climb lagi.
"Itu karena apa?! Apakah kamu khawatir denganku?! Aku jelas-jelas bilang pada kalian berdua untuk lari!"
"Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu, aku tidak tahu apa yang terjadi. Memang benar dia tidak menjelaskan semuanya. Dia memaksa diri untuk mengambil nafas dalam-dalam."
"...maafkan aku, Climb-kun. Kelihatannya aku menjadi sedikit gila."
"Ah, tidak, anda harus memaafkanku juga, karena tidak mendengarkan perkataan anda."
"Tidak, akulah yang salah, dan aku benar-benar minta maaf. Keadaannya.... terjadi begitu saja."
"Hey, Unglaus-san, apa yang terjadi? Kita mungkin belum lama saling mengenal, tapi barusan, kamu seperti seseorang yang benar-benar berbeda, seperti seorang pemula yang baru saja mengangkat pedang."
"Berhenti disini adalah hal yang sangat berbahaya. Aku akan mengatakannya ketika kita bergerak. Bisa dibilang aku bertemu dengan monster yang bisa membuat Sebas-san kehilangan uang."
Ketiganya bergerak dengan hati-hati. Mungkin saja itu adalah keberuntungan saja mereka tidak bertemu dengan bawahan Jaldabaoth ketika mereka kabur, namun mengandalkan keberuntungan itu bisa terus akan berakhir buruk.
"Kalau begitu..kamu tidak terluka, jadi itu adalah kemenangan yang mutlak, ya kan? Atau... tidak, kamu menyelesaikannya dengan kalimat?"
"Bukan begitu. Itu adalah dengan pedang... Aku memotong kuku jarinya."
Brain dipenuhi dengan kegembiraan saat mengatakannya. Tidak salah lagi - dia, Brain Unglaus, telah memotong kuku dari monster yang bernama Shalltear Bloodfallen.
"Aku telah memotong kuku jarinya" Brain mengulangi. Dia sedang mencoba sebaik-baiknya untuk mengendalikan kegembiraan yang mengalir keluar dari dalam bagian jantungnya yang terdalam, meskipun begitu, dia sebenarnya gemetar karena emosi.
"Te.. Ternyata begitu. Memotong kuku jarinya... Kurasa melakukannya dengan sebuah pedang adalah hal yang menakjubkan..."
Thief tersebut menggelengkan kepalanya dan sedikit gemetar.
"...Kuku itu adalah miliki seseorang yang bisa setara dengan Sebas-sama. Apakah kamu tidak berpikir jika dia pasti sangat kuat?"
"Begitukah? Seperti yang kuduga dari Brain Unglaus..."
Brain berusaha menahan kegembiraannya yang seperti seorang gadis muda saat dia disirami oleh sanjungan. Dia menggelengkan kepala untuk membersihkan ide bodoh itu.
"Climb-kun, bukan, Climb. Setelah melihat Sebas-sama seharusnya kamu tahu, ya kan? Ada orang yang lebih kuat dariku dimanapun. Bahkan orang seperti Momon si hitam mungkin sudah mencapai level Sebas-sama juga. Jadi simpan ini baik-baik di otak, ketika aku bilang kepadamu untuk lari, larilah. Meskipun kamu ingin mencoba untuk membantu, kamu hanya akan menghalangi saja. Tolong berjanjilah, lain kali, jangan bertanya lagi apa yang kukatakan dan lakukan saja."
"Aku.... Aku mengerti."
"Kalau begitu bagus. Kamu melayani sang putri, ya kan? Karena itu, kamu bisa menahan nafsu membunuh dari Sebas-sama, ya kan? Maka pastikan untuk tetap meluruskan prioritasmu."
Brain menepuk bahu Climb, dan melihat ke belakang ke arah dari tempat mereka kabur.
Mengapa? Mengapa dia belum mengejarku? Apakah ada alasan tertentu? Aku benar-benar tidak mengira dia akan muncul disini. Jangan-jangan, itu karena distrik gudang penyimpanan?
Brain mengingat kalimat Renner.
Jangan-jangan Shalltear sedang mencari item yang sama dengan Jaldabaoth? Jika itu masalahnya, bukankah itu akan menjadikanya sebagai salah satu dari agen Jaldabaoth?
Karena seorang monster seperti Shalltear telah muncul, satu-satunya yang masuk akal untuk dilakukan adalah mengabaikan misi dan segera kabur, namun apakah Climb akan bisa melakukannya? Karena dia sudah mendengarkan nasehat Brain, Climb mungkin akan mendengarkannya dan kabur.
Apakah itu adalah hal yang bagus?
Itu jelas memang bagus karena mengkhawatirkan keselamatan Climb, namun seseorang suatu waktu lebih memilih meletakkan nyawa mereka dalam bahaya demi orang lain, dan dengan perintah dari Renner untuk misi bunuh diri ini adalah suatu alasan.
Brain tidak tahu kehidupan semacam apa yang dialami oleh Climb sebelum dia memperoleh namanya, atau bagaimana dia harus melayani Putri Emas setelahnya. Meskipun begitu, Brain tidak berpikir jika itu adalah hal yang bijak untuk ikut campur begitu saja dengan tekad Climb untuk melaksanakan perintah Renner.
Brain menalik si thief, lalu bicara kepadanya setelah memastikan Climb tidak bisa melihat atau mendengar mereka bicara.
"Hey, apakah kira-kira ini adalah hal yang bagus membawa Climb kemari? Bukankah akan lebih untuk memastikan dia pulang selamat daripada menyelesaikan misi?"
"...Kamu adalah si tua yang lembut, ya kan?"
"Cukup dengan omong kosongnya. Dan mempertimbangkan kamu adalah orang yang dengan sukarela menjadi pengganti darurat untuk misi yang bunuh diri ini, aku rasa kamulah yang lebih lembut."
Thief itu tertawa lebar, lalu dia melihat ke arah pemuda kebingungan yang sedang menatap mereka.
"Bagaimana aku harus mengatakannya... melihat seorang bocah sepertinya bertarung dengan keras membuatku teringat hari-hari dimana aku saat masih muda, meskipun hanya sebentar. Kurasa aku memahami bagaimana kamu merasakan hal ini juga. Meskipun begitu..."
Mata dari thief itu berkilauan dengan tekad yang tajam dan brilian.
"Itu adalah jalan yang dia pilih. Kita tidak punya hak untuk memaksanya."
Brain menghela nafas.
"Aku juga tertarik dengan bocah itu. Aku sangat yakin bagaimana perasaannya pada sang putri. Melihat matanya dan cara dia bereaksi ketika berada dalam bahaya. Benar-benar bocah yang luar biasa, ya kan? Dia jujur dan kurang ajar. Karena itu.. dia seperti seorang thief yang sudah menetapkan mata kepada harta karun yang paling berharga di Kingdom."
"Benar sekali. Mungkin saja dia mati, tapi setidaknya dia memilih hal itu."
Dengan itu, Brain membulatkan tekadnya.
"Kalau begitu, keti sebaiknya juga bergerak. Entah kapan Shalltear akan mengejar kita."
akhirnya :D makasih min :v keep spirit :D
BalasHapusmin klo boleh ngasih saran terjemahin juga LN ny The New Gate cerita nya mirip2 Overlord :D
BalasHapusHahaha jangan deh New. Gate di terjemahin, itu LN mirip SAO kok,, mana ada kyk overlord yg nan kejam dan beringas gini,,
BalasHapusJangan aneh aneh dah gam
yah klo da niat mau project baru ane saranin Tensei Shitara Slime datta ken
BalasHapusRenkarnasi jadi Slime.
Selesaikan saja dulu ini , kalo LN yang lain gak penting .
BalasHapusBanyakan hero kalah terus menang belakangan .
Overlord lah yang mendobrak semuanya , dimana Tokoh utama gak pernah kalah .
Jarang2 gitu ada main character menang terus dari awal sampe akhir .
Dasar wibu, tengen toppa aja si Simon kgk pernah kalah,
HapusHak kamu apa ngatain saya wibu , heh ? Saya cuman Pecinta Novel .
HapusSaya gak ngerti kartun kartunan Jepang .
Lol, tengkorak sakti tetap terbaik
HapusIsekai Maou to ShoukanShoujo Dorei Majutsu mirip- mirip overlord, MCnya raja iblis :v, cuma english scannya masi ongoing di vol2.
BalasHapusMana min kelanjutannya, udah penasaran :3
BalasHapusapa sudah berhenti Proyek Translate LN Overlord nya? sudah 5 hari tidak ada kelanjutan dari part terakhir yang ditranslate? Saya masih menunggu....
BalasHapusadmin nya sibuk di RL kali
BalasHapushahahha lanjutkan min
BalasHapussapa bilang Simon tengen toppa gak pernah kalah? dia pernah kalah, ampe ampe big bradernya mati :v
BalasHapussimon pernah kalah , sering malahan.
BalasHapuskalo overlord ada point plus nya, dia anti hero mainstream ,ga ngikutin yg laennya. abis itu sadis pula, bedalah
Kalo mau ambil project lain, kalo bisa req Tensei Shitara Slime datta ken aja atau death march
BalasHapusSlime slime cupu
HapusCerewet
BalasHapussankyu overlord vol.6 bab 11 bag. 1
BalasHapusIni Dark Hero paling keren
BalasHapusUdahlah yak masbod.. gw tetep cinta ama Ainz doang pokokny 😂
BalasHapusAduh ni Shalltear Bloodfallen. Lupa pas dulu ngamuk kaga inget ma mangsa nya wkwkwkw
BalasHapusOr pura pura
Kasian Brain, jadi pria yang terlupakan
BalasHapusMemotong kuku jari pake pedang emang greget banget sih
BalasHapusApalagi itu pakek kecepatan cahaya dalam 4 tebasan.
HapusDari slime atau death march atau isekai maou dorei.... Ampas semua tuh... Cuma menang hype doang
BalasHapusGua berasumsi si Brain bisa motong tu kuku karena Shalltear pernah mati oleh Ainz buat ngilangin efek BrainWash nya jadi level/point xp nya berkurang sehingga kekuatannya berkurang
BalasHapussi Brain bisa motong kuku Shalltear ya memang dari awal targetnya kukunya Shalltear
BalasHapusTu yg 2016 ngomong teori-teori asalan wkwk
BalasHapusBacot
Hapus