Army of Death - Pasukan Kematian
Part 5
Rororo berlari tanpa henti. Dia memang tidak besar, tapi dia memiliki kecepatan yang setara dengan lizardmen karena berjalan di wetland. Riak air terpercik dimana-mana dengan suara percikan yang keras.
Matanya yang berwarna amber berubah putih karena suhu yang tinggi, dua dari empat kepalanya telah kehilangan kekuatan.
Meskipun begitu, dia berlari.
'Fireball' yang lain mengenai Rororo tepat di tubuhnya. Panas yang ada di dalam fireball meledak dalam sekejap, menembus seluruh tubuh Rororo. Luka yang terasa setara seperti dipukuli di seluruh tubuh, matanya kering seakan udara yang ganas membakar paru-parunya.
Dengan luka bakar disekujur tubuh, luka yang terasa terus mengalir dari tubuhnya memperingatkan Rororo: dia akan tewas jika terkena fireball itu lagi.
Meskipun begitu- dia berlari.
Berlari.
Dan lari.
Rororo tidak berhenti maju ataupun menghentikan kakinya. Suhu yang tinggi mengupas kulitnya, mengelupas kulit yang ada di bawahnya dan darahpun mengucur keluar. Meskipun begitu, dia masih terus berlari.
Binatang buas yang tidak memiliki kecerdasan pastinya akan kabur, tapi Rororo tidak.
Rororo adalah tipe monster yang disebut hydra.
Ada bermacam-macam jenis monster, mereka yang melebihi kecerdasan manusia, dan mereka yang tidak berbeda dari binatang. Rororo termasuk ke dalam yang kedua.
Bagi Rororo yang hanya sepintar binatang biasa untuk terus maju meskipun hampir tewas- menuju Iguvua yang memberikan luka, itu adalah hal yang menakjubkan dan sulit dimengerti.
Kenyataannya, meskipun binatang itu adalah musuh, Iguvua merasa bingung dan curiga Rororo sedang dimanipulasi oleh magic.
Tapi bukan seperti itu.
Benar sekali, itu bukanlah jawabannya.
Iguvua mungkin tidak akan pernah mengerti.
Rororo yang hanya memiliki kecerdasan hewan buas - dia berlari demi keluarga.
Rororo tidak mengenal orang tuanya, meskipun itu bukan karena hydra adalah monster dengan tipe yang membuang keturunannya. Sebelum hydra sampai pada usia tertentu, mereka akan hidup dengan salah satu orang tuanya untuk belajar cara bertahan hidup dari mereka. Tapi mengapa Rororo tidak melakukannya?
Itu karena Rororo adalah bayi yang cacat. Hydra normal akan dilahirkan dengan delapan kepala, dan itu akan terus bertambah ketika semakin tua, hingga maksimum dua belas kepala.
Tapi Rororo lahir dengan hanya empat kepala, jadi orang tuanya membuang Rororo dan meninggalkannya bersama empat orang saudaranya.
Meskipun hydra menjadi makhluk yang kuat ketika sudah dewasa, hanya masalah waktu sebelum Rororo mati karena lingkungan yang keras tanpa orang tua yang melindunginya ketika masih bayi.
Jika bukan karena lizardmen pria ini yang kebetulan lewat dan mengambilnya.
- Dan beigtulah, Rororo mendapatkan keluarga yaitu ayah, ibu dan teman dekat.
Kesadaran Rororo hampir berantakan karena luka ketika dia berpikir tentang pertanyaan yang selalu dia pikirkan.
Mengapa tubuhnya begitu besar? Mengapa dia memiliki banyak sekali kepala?
Dia berpikir tentang ini ketika dia melihat ayah angkatnya. Dan Rororo percaya dari kesimpulan yang lama.
Beberapa kepalanya akan mati di masa depan, anggota badan akan keluar seperti rumput, dan dia akan terlihat seperti ayah angkatnya.
Jika Rororo berubah seperti ini - Apa yang akan dia minta kepada orang tuanya?
Itu dia, Mereka tidak pernah tidur bersama sudah sejak lama, dia akan meminta itu. Mereka harus tidur terpisah karena Rororo menjadi terlalu besar, yang membuatnya merasa sedikit kesepian.
Api kelihatannya telah membuyarkan angan-angan Rororo dan memenuhi seluruh pandangan matanya saat luka yang luar biasa sakitnya mengenai sekujur tubuh. Dia bergerak lemah saat luka menjalar ke seluruh tubuh.
Luka itu setara dengan dipukul berkali-kali.
Sakitnya bukan main sehingga dia tidak bisa berpikir lagi.
Kaki Rororo mengirimkan sinyal untuk berhenti maju dalam bentuk kejang.
Namun begitu -
Namun begitu - Rororo tidak menghentikan gerakannya.
Gerakan maju Rororo semakin pelan. Otot-ototnya sudah terbakar dan kaku, dia tidak bisa mempertahankan kecepatan larinya seperti biasa.
Cuma mengambil satu langkah ke depan sudah susah.
Sulit sekali untuk bernafas dan sakit rasanya ketika menghirup udara, paru-parunya mungkin sudah rusak oleh panas.
Hanya tinggal satu kepala yang bisa bergerak, yang lainnya hanya menjadi beban sekarang. Gambaran undead yang mengeluarkan fireball dari tangannya muncul samar-samar pada mata buram Rororo.
Instingnya sebagai makhluk hidup berkata hanya satu hal.
Jika dia terkena lagi, dia masih akan mati. Tapi Rororo tidak takut dan tidak berhenti dengan berani bergerak maju-
Itu adalah permintaan dari orang tua dan temannya, itulah kenapa dia tidak akan berhenti.
Saat Rororo mengunakan seluruh kekuatannya -- Meskipun dia sudah kelelahan - tersandung dan roboh dalam beberapa langkah, sebuah fireball berwarna merah terbang dari tangan undead itu sekali lagi, membelah udara menuju Rororo.
Jika ini mengenai dia pasti akan merampas nyawanya, itu adalah kenyataan yang tak terbantakan.
Kematian telah menunggunya.
Ini adalah akhirnya-
Jika -
Benar sekali- Jika lizardmen pria itu tidak disini.
Akankah lizardmen pria itu membiarkan Rororo mati di depan matanya?
Melihat ketidak adilan seperti itu yang terhampar di depannya?
Itu tidak mungkin.
"[Icy Burst]"
Zaryusu yang berlari di belakang Rororo melompat ke samping dan berteriak saat dia mengayunkan Frost Pain.
Udara di depan pedangnya langsung terlihat beku dalam sekejap, membentuk dinding kabut putih di dean Rororor. Itu adalah dinding udara yang teramat dingin.
Salah satu kemampuan dari Frost Pain.
Skill yang sangat kuat yang hanya bisa digunakan tiga kali sehari- "Icy Burst", langsung bisa membekukan semua yang dalam jangkauannya dan memberikan luka yang berat.
Dinding kabut yang dingin menghalangi fireball yang datang seakan itu adalah barrier solid. Fireball dan dinding yang dingin - menurut teori magic, sangat bijak untuk melawan yang satu dengan yang lainnya.
Terkena-
Bola itu meledak menjadi lidah api, berusaha sangat keras melawan kabut putih.
Kedua sisi seperti ular putih dan merah yang berusaha saling melahap satu sama lain. Setelah saling mendorong dalam beberapa saat, kedua energi itu menghilang.
Undead yang kaget mengambil langkah mundur. Itu adalah reaksi yang wajah setelah melihat mantranya lenyap.
Masih ada sedikit jarak diantara kedua kelompok, tapi mereka sudah cukup dekat untuk bisa melihat ekspresi satu sama lain - dan tindakannya. Jarak yang tidak mungkin bisa dilalui jika bukan karena usaha dan tekad Rororo, membawa tiga orang lizardmen bisa sejauh ini tanpa terluka.
"Rororo"
Zaryusu tidak tahu apa yang harus dia katakan. Pada akhirnya, dia memilih kalimat yang jelas dan sederhana dari jutaan ekspresi di otaknya.
"Terima kasih!"
Setelah meneriakkan rasa terima kasihnya, Zaryusu berlari tanpa melihat ke belakang. Crusch dan Zenberu berada tepat di belakangnya.
Teriakan lemah yang hampir tidak terdengar datang dari belakang. Itu adalah sorakan untuk sebuah keluarga.
----
Tak bisa berkata apa-apa. Bola apinya di netralkan, membuat dia menunjukkan rasa tidak percaya dengan sebuah kalimat.
"Tidak mungkin!"
Iguvua merapal [fireball] sekali lagi. Dia tidak ingin mengakui bahwa lizardmen yang berlari ke arahnya telah menetralkan magicnya.
Sebuah fireball meluncur deras ke arah tiga orang lizardmen.
Fireball itu ditahan oleh sebuah dinding kabut yang keluar dari pedang lizardmen yang ada di depan, dan menghilang bersama-sama dengan dindingnya. Benar sekali, sama dengan situasi sebelumnya -
"Coba saja sebisamu! Aku akan menghadang seluruh seranganmu!"
Teriakan marah dari lizardmen itu tersorot kepadanya.
Iguvua membuat suara klik dengan lidahnya dan wajahnya terlihat tidak senang.
Magic yang dibuat olehku, yang diciptakan oleh Supreme Being Ainz-sama bisa ditahan oleh sekedar lizardmen!
Iguvua menekan kemarahannya sekuat tenaga.
Sangat mungkin jika [fireball] tidak mempan lagi, tapi karena mereka harus bersembunyi dibalik hydra ketidak mendekat, seharusnya ada batas berapa banyak pertahanan itu bisa digunakan. Mungkin sepuluh kali, atau mungkin dia hanya menghisap stamina setiap kali digunakan, dan bisa dikeluarkan tidak menentu setelah dia cukup istirahat.
Bagaimana aku harus menghadapi mereka? Jika mungkin, aku ingin menguji ucapannya...
Iguvua bisa menembahkan lebih banyak fireball algi, tapi sulit memutuskan yang mana dari kalimat lizardmen itu yang benar.
Iguvua dan lizardmen berjarak kurang dari empat puluh meter.
lizardmen yang menyerang kelihatannya adalah warrior dan sebagai magic caster undead, Iguvua ingin menghindari pertarungan jarak dekat.
Dia tidak bisa menggunakan fireball dalam situasi ini. Iguvua tidak sebodoh itu untuk memastikan berapa banyak lagi mereka bisa menghadang mantranya. Jika mereka tidak bersembunyi dari balik hydra pada awalnya dan harus memperpendek jarak, Iguvua mungkin akan mengujinya. Tapi peluang itu sudah dihancurkan oleh hydra sialan itu.
"Sialan... hanya gara-gara hydra."
Setelah meludahkan kalimat itu, Iguvua memutuskan tindakan selanjutnya.
"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"
Kebetulan saja ketiga orang itu berlari dalam satu baris. Iguvua mengarahkan telunjukkan kepada ketiga orang lizardmen yang sedang mendekat. Listrik keluar dari telunjuknya.
"Rasakan [Petir] milikku!"
Sebuah kilatan petir muncul dan -
Meskipun dari jarak sejauh ini, cahaya putih pada jari Iguvua bisa terlihat 'Petir'.
Icy Burst dari Frost Pain bisa mementalkan serangan elemen api atau es. Tapi Zaryusu tidak pernah menggunakannya untuk melawan petir sebelumnya, dan tidak yakin jika itu akan berhasil.
Apakah mereka harus mencoba keberuntungan mereka, atau menyebar untuk meminimalisir damage yang akan mereka terima?
Zaryusu menggenggam Frost Pain dengan erat.
Udara yang berdengung karena listrik statis, membuktikan bahwa serangan petir ini sangat dekat.
"Serahkan ini padaku!"
Zenberu membuat penilaiannya sebelum Zaryusu dan melompat ke depan dengan sebuah teriakan. Mantra diaktifkan dalam waktu yang sama.
"[Lightning]"
"Warrghhh- [Resistance Massive]"
Ketika petir terlihat seakan menembus Zenberu, tubuhnya mengembang, mementalkan lengkungan petir yang seharusnya mengenai dua orang lain di belakangnya.
Resistance Massive.
Sebuah skill dari monk, memberikan kemampuan untuk mengurangi damage magic dengan menyebar Qi dari tubuh seseorang dalam sekejap.
Ini adalah skill yang dipelajari Zenberu ketika bepergian setelah kalah dari Icy Burst dari Frost Pain. Meskipun itu adalah seranga area, namun mempan terhadap magic apapun yang memberikan damage.
Baik teman dan musuh melengking, tapi Zaryusu dan Crusch yang percaya kepada teman mereka tidak terlalu terkejut. Oleh sebab itu, lizardmen yang semakin dekat sementara undead itu terkejut.
Saat Zaryusu berlari, dia akhirnya mengetahui suatu hal.
Jika dia menggunakan Icy Burst ketika melawan Zenberu, dia akan ditahan oleh skill ini. Dia akan terbuka lebar untuk serangan dan kalah. Itu mungkin mengapa Zenberu memancing Zaryusu untuk menggunakan skill itu.
"Haha! Terlalu mudah!"
Suara santai Zenberu membuat Zaryusu tersenyum, tapi wajahnya lalu menegang. Zaryusu menyadari bahwa suaranya terlihat sedikit rasa luka.
Bahkan lizardmen pria seperti Zenberu tidak bisa menahan luka sepenuhnya, lukanya pasti serius. Terlebih lagi, Zenberu tidak setujua untuk bersembunyi di belakang Rororo jika teknik ini sempurna.
Zaryusu memandang ke depan, musuh kurang dari dua puluh meter lagi. Jarak yang tidak mungkin itu telah terpotong hingga tersisa sejauh ini.
Dengan jarak yang semakin dekat, Iguvua menilai kelompok di depannya adalah musuh yang kuat yang tidak boleh dianggap remeh. Mereka bisa bertahan terhadap mantranya dan layak dipuji. Iguvua memiliki cara lain untuk menyerang, tai dia harus mempertimbangkan pertahannya pula.
"Tidak buruk untuk dipakai sebagai persembahan, cukup layak bagiku untuk menunjukkan kekuatanku."
Iguvua mengaktifkan magic miliknya dengan seringai yang dingin.
"[Summon Undead Tingkat 4]"
Wetland mengeluarkan buih-buih dan tubuh kerangka dengan empat tangan yang memegang perisai bundar dan scimitar muncul untuk melindungi Iguvua. Mereka adalah undead yang dikenal dengan Skeleton Warrior, jauh lebih kuat dari skeleton biasa.
Dia bisa memanggil undead lain. tapi dia memilih skeleton karena daya tahannya terhadap serangan dingin. Iguvua dan monster-monster yang dibuat dari tulang kebal terhadap serangan dinding.
Iguvua melihat dengan angkuh pada musuh yang mendekat di bawah perlindungan penjaganya. Itu adalah sikap seorang raja yang menghadapi penantang.
Jaraknya sudah dekat.
Hanya ada sisa sepuluh meter.
Hanya itu yang tersisa. Setelah melihat bahwa undead tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda menyerang, Zenberu menatap ke belakang.
Dia melihat jarak yang sudah mereka lalui. Ini adalah jarak yang dekat untuk lari jarak pendeka, tapi jarak seratus meter itu adalah tanah kematian tanpa tempat berlindung. Jika mereka tidak memiliki baik Rororo, Frost Pain, Zenberu atau Crusch, tidak mungkin mereka bisa berhasil melewatinya. Tapi mereka sudah datang sejauh ini dan musuh sudah berada dalam genggaman.
Mereka sudah melewati jarak ini.
Zaryusu merasa lega melihat Rororo yang dibawa kembali ke desa oleh lizardmen lain. Dia lalu mengutuk dirinya karena bersikap santai dan menatap ke arah undead.
Zaryusu mengakui bahwa dia adalah musuh yang berat.
Jika dia tidak bertemu dengan keadaan seperti ini, Zaryusu pasti sudah akan kabur. Instingnya berkata untuk kabur hanya dengan melihatnya dari wajah ke wajah, dan meskipun ekornya menolak. Zaryusu bisa melihat dari sudut matanya bahwa ekor Zenberu dan Crust juga memiliki reaksi yang sama.
keduanya pasti juga berpikir hal yang sama dengan Zaryusu. Benar sekali mereka berusaha sebisa mungkin untuk menekan keinginan untuk kabur ketika mereka menghadapi undead.
Zaryusu menepuk punggung keduanya dengan ekornya.
Kedua orang itu melihat Zaryusu dengan kaget.
"Kita bisa menang jika kita bekerjasama."
Hanya itu yang dikatakan oleh Zaryusu.
"Benar sekali, kita bisa menang, Zaryusu."
menyentuh punggungnya yang ditepuk oleh Zaryusu dan membalas.
"Hah, keadaan semakin menarik!"
Zenberu menjawab dengan senyum arogan.
Dan ketiganya melampau jarak terakhir.
---
Delapan meter lagi.
Kelompok Zaryusu yang berlari hingga disini sudah terengah-engah. Sebaliknya, undead tidak perlu bernafas. Dua orang kelompok itu saling mengunci pandangan mereka dan undead berbicara dahulu.
"Aku adalah Lich yang melayani Supreme Being, Iguvua. Jika kamu mundur sekarang, aku akan memberimu kematian tanpa rasa sakit."
Zaryusu pun tersenyum, dia tahu undead yang bernama Iguvua ini tidak tahu apapun.
Tak perduli bagaimanapun kamu memikirkannya, hanya ada satu jawaban.
Meskipun Zaryusu tersenyum, Iguvua tidak merasa tidak senang dan menunggu dengan diam jawaban mereka. Iguvua tahu dia kuat dan percaya diri bisa menghabisi kelompok Zaryusu. Itulah kenapa dia menunjukkan keangkuhan dari yang agung, dan bahkan berterima kasih karena sudah menghindarkannya dari hal yang merepotkan dengan berjalan kesana.
"Biar kudengar jawabanmu.."
Zaryusu mengangkat Frost Pain dengan erat; Zenberu mengangkat tinjunya dan mengambil kuda-kuda; Crusch tidak melakukan apapun, saat dia merasakan mana jauh di dalam dirinya, bersiap untuk merapalkan mantranya setiap saat.
"Aku akan memberimu jawabannya - jangan mimpi!"
Skeleton warrior yang menilai jawabannya memusuhi mengangkat scimitar mereka dan melindungi tubuhnya.
"Kalau begitu matilah dengan kematian yang paling menyakitkan. Kalian akan menyesal menolak tawaran belas kasihanku yang terakhir!"
"Itulah yang ingin kukatakan, kembalilah ke neraka undead! Iguvua!"
Saat ini, petempuran yang akan memutuskan hasil dari perang ini dimulai.
----
"Zaryusu! Hadapi dia!"
Zenberu yang berlari lebih cepat dari siapapun merentangkan lengan raksasanya dan menyerang skeleton warrior.
Dia tidak perduli ketika Skeleton Warrior menahannya dengan perisai, menggunakan tenaga kasar untuk mendorong mereka. Perisai itu melekuk, dan Skeleton Warrior terhuyung-huyung mundur berbenturan dengan Skeleton Warrior lainnya dan kehilangan keseimbangan mereka. Di waktu yang sama, Zenberu menggunakan ekornya untuk memukul Skeleton Warrior lain, tapi luput.
Formasi Skeleton Warriot itu hancur dan Zaryusu menggunakan kesempatan ini untuk menyusup lewat.
"Hentikan dia!"
Dua Skeleton Warrior itu menebas Zaryusu setelah mendengar perintah Iguvua.
Zaryusu bisa menghindarinya; dia bisa juga menggunakan Frost Pain untuk menahannya jika dia inginkan. Tapi Zaryusu tidak melakukan salah satunya. Menghindari berarti dia akan melambat, Zaryusu tidak ingin membuat gerakan yang tidak perlu di depan Iguvua.
Dan yang lebih penting lagi, seseorang sudah mengurusnya-
"[Earth Bind]"
Bumi bergerak seperti cambuk, mengikat dua Skeleton Warrior. Cambuk yang terbuat dari lumpur seperti rantai baja, mengikat gerakan dari dua Skeleton warrior saat Zaryusu menyerang ke dalam celah formasi mereka.
Benar sekali- Crusch juga ada disana.
Zaryusu tidak bertarung sendirian, dia harus percaya kepada temannya.
Bahkan magic Crusch tidak bisa menyegel gerakan mereka dengan sempurna. Scimitar dari Skeleton Warrior masih bisa menyerempet Zaryusu. Tapi itu bukan apa-apa, darahnya yang mendidih membuatnya tidak mempan dengan luka ini.
Zaryusu berlari dengan langkah yang cepat.
Dia menyerang Iguvua yang menunjuknya dengan jari. Bahkan jika dia terkena mantranya, Zaryusu harus menahannya dan menyerang target. Dia bergerak dengan tekad seperti baja.
"Dasar bodoh! Kenalilah ketakutan sejati [Scare]!"
Pandangan Zaryusu bergetar dan dia bingung sekarang berada di mana. Sebuah perasaan tidak enak menyebar di hatinya dan dia ketakutan dengan hal-hal di sekitar yang menyerangnya....
Kakinya semakin pelan dan berhenti. Zaryusu yang gemetar secara mental karena efek dari mantra [Scare] dan kakinya tidak meresponnya. Meskipun otaknya memerintahkan kakinya untuk begerak, tapi hatinya menghalangi.
"Zaryusu! [Lion's Heart]"
Saat Crusch berteriak, ketakutan pada dirinya sirna seketika dan semangatnya keluar menjadi lebih kuat. Magic yang memberikan keberanian mengalahkan ketakutannya.
Iguvua menatap tidak senang pada Crusch dan menunjuk dia.
"Menjengkelkan! [Lightning]"
"Hyaa!"
- Crusch berteriak.
Zaryusu yang mulai berlari lagi hampir ditelan oleh kebencian, tapi menahan diri pada akhirnya. Kebencian memang bisa menjadi senjata yang bagus suatu waktu, tapi di hadapan musuh yang kuat, malahan bisa menjadi rintangan. Apa yang dia perlukan untuk melawan musuh yang kuat adalah hati yang membara dan pikiran yang sedingin es.
Zaryusu takkan pernah menolehkan kepalanya.
Iguvua baru saja menyerang Crusch, tapi itu artinya Zaryusu bisa menggunakan kesempatan ini untuk semakin memperkecil jarak. Rasa cemas bisa terlihat dari wajah Iguvua dan dia tahu dia membuat kesalahan. Reaksi ini membuat Zaryusu, yang wanitanya disakiti, menyeringai mengejek.
"Cih! [Light...."
"Terlalu pelan!"
Frost Pain yang menebas dari samping memutuskan jari Iguvua.
"Ugh!"
"Seorang warrior telah tiba dihadapanmu, Magic caster! Biar kuberitahu bahwa mantramu itu tidak ada gunanya lagi sekarang!"
Selain Mage Legendaris, Magic Caster yang sedang dalam jangkauan serangan melee bisa dihentikan ketika mereka merapal mantranya.
Meskipun Magic Caster Undead yang kuat bukanlah pengecualian.
Zaryusu yang menyipitkan matanya, merasakan ada yang tidak beres. Dia merasa aneh ketika menebas Iguvua, dia pasti memiliki pertahanan terhadap senjata fisik.
Tapi dia tidaklah kebal. Benar sekali, jika dia memiliki pertahanan terhadap damage, Zaryusu hanya perlu memberikan damage lebih banyak lagi.
Apa yang dia harus lakukan sekarang adalah terus menebas.
Bicara memang mudah, tapi melakukan itu akan sangat sulit. Zaryusu juga tahu itu. Tapi itu adalah satu-satunya cara Zaryusu yang hanya seorang warrior bisa lakukan.
"Jangan meremehkanku, lizardmen!"
Tiga anak panah cahaya tiba-tiba terbang ke arah Zaryusu dari tubuh Iguvua. Anak panah cahaya yang muncul tanpa tindakan persiapan atau isyarat apapun membuat Zaryusu harus menahan mereka dengan pedangnya karena refleks, tapi anak panah magic yang menembus senjatanya dan mengenai tubuh Zaryusu, memberikan luka yang tumpul.
Ini adalah 'Silent Magic: Magic Arrow'. Silent Magic tidak memerlukan tindakan persiapan apapun. Jadi dia tidak bisa diganggu ketika akan diaktifkan. Bukan hanya itu, Magic Arrow juga adalah tipe mantra yang hanya bisa dihindari, jadi Zaryusu juga tidak bisa menghindarinya.
Zaryusu menggeretakkan gigi-giginya dan menebas Iguvua dengan Frost Pain.
"Ughh! Dasar makhluk rendahan! Kamu cuman seorang manusia kadal!"
Magic Arrow mungkin tidak bisa dihindari, tapi damage yang ditimbulkan juga rendah. Bagi seseorang yang telah melalui latihan keras seperti Zaryusu, dia tidak selemah itu sampai-sampai tidak bisa bertarung hanya karena damage magic yang sekecil ini.
Magic Arrow menyerang Zaryusu sekali lagi, luka tusukan menembus jantung dan semangatnya. Zaryusu menahan luka yang menyakitkan dan menyerang balik.
Setelah beberapa kali serangan, gerakan Zaryusu menjadi semakin tumpul. Luka tajam menghalanginya membuat gerakan lincah, yang mana sangat berlawan dengan undead yang tidak tahu luka apapun.
Iguvua dan Zaryusu yang mengerti poin ini membuat ekspresi yang benar-benar berbeda.
Yang lemah roboh dan yang kuat akan berdiri, itu adalah hukum alam di dunia. Hasil dari pertarungan satu lawan satu antara keduanya menjadi jelas. Tapi ini adalah kenyataan pula bahwa gabungan dari yang lemah akan memberi mereka peluang untuk setara dengan yang kuat.
"[Middle Cure Wounds!]"
Luka Zaryusu menghilang dengan suara ini dan memperoleh vitalitasnya sekali lagi.
Iguvua yang tenang akhirnya marah karena mantra penyembuh yang datang dari belakang dan berteriak:
"Lizardmen sialan!"
Zaryusu yang bertarung bersama-sama dengan teman yang dia percayai. Crusch, Zenberu dan-
"Rororo... Aku takkan kalah!"
"Dasar bodoh... Bagaimana mungkin aku, yang merupakan ciptaan dari Supreme Being bisa kalah?! Bodoh sekali!"
Iguvua menatap ketiga lizardmen dengan matanya yang berbisa. Dia tidak menggunakan magic summoning apapun karena undead yang dia summon sebelumnya masih ada. Selamat undead itu masih ada, dia tidak bisa menambah lagi dengan yang baru. Oleh sebab itu, Iguvua melanjutkan dengan merapal Silent Magic: Magic Arrow sementara Zaryusu menebas tubuh Iguvua - pertarungan monoton ini terus berulang.
Rasanya seakan pertarungan ini takkan pernah berakhir.
Kalau begitu, tugas untuk menghancurkan jalan buntu ini berada pada yang ada di belakang mereka. Ketika satu sisi menerima bala bantuan, pertempuran akan diselesaikan dalam sekejap.
Baik Zaryusu dan Iguvua yakin akan hal itu.
Menahan luka dari serangan petir yang menjalan di tubuhnya, Crusch berhasil melewatinya dan merapalkan 'Summon Beast Tingkat 3'.
Dengan suara 'dong', seekor kepiting raksasa dengan besar sekitar 150 cm muncul - seekor kepiting dengan capit kanan yang besar.
Kepiting tersebut muncul seakan telah menunggu dibawah wetland selama ini, tapi kepiting itu sebenarnya adalah hewan buas alam yang dipanggil dengan 'Summon Beast Tingkat 3'.
Hewan buas alam itu maju ke arah Zenberu dan memukul Skeleton Warrior dengan capit yang terlalu besar.
Zenberu yang menerima bala bantuan yang tidak diduga kemudian tersenyum. Bagi Zenberu yang harus menahan serangan yang datang dari seluruh sisi dan melindungi Crusch, dia lega menerima bantuan.
"Hey! Kepiting aneh! Aku akan menyerahkan mereka berdua kepadamu!"
Kepiting itu menerima tugasnya, kepiting raksasa - menggenggam dengan disertai suara gemeretak, mengayunkan capit yang lebih kecil dan bergerak ke arah skeleton warrior.
Bagaimana mengatakannya... Situasinya mungkin serius... tapi keduanya sangat mirip.
Crusch berpikir tentang sesuatu yang tidak seharusnya dia pikirkan saat ini dan tersenyum. Namun dia langsung menghentikan senyumnya dan mengamati pertempuran, mengatur nafasnya dengan menghirup nafas dalam-dalam.
Dia telah memberi mantra buff pertahanan dan magic healing kepada Rororo ketika mereka kemari. Dia juga sudah memberikan mantra buff untuk mendukung Zenberu, melebihi batas dirinya.
Penggunaan mantra yang terus-terusan dan ditambah magic summoning telah membuat Crusch kelelahan, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan tegak sekarang.
Dia bahkan tidak memiliki energi untuk menyembuhkan diri. Menganalisa dengan tenang, Crusch memutuskan bahwa manfaat dirinya sebagai petarung menurun dan menyembuhkan diri hanya membuang-buang mana.
Namun begitu, itu akan membuat Zaryusu dan Zenberu yang sedang bertarung di garis depan tidak enak jika dia roboh. Darah yang mengalir diri sudut bibir Crusch saat dia menggigit bagian dalam mulutnya untuk membuat dirinya tetap sadar.
“「Middle Cure Wounds」!”
(Penyembuhan luka kelas menengah!)
Mantra healing yang terbang ke arah Zaryusu yang sedang terkunci dalam pertarungan melee dengan Iguvua.
Kaki Crusch telah kehilangan kekuatan dan pandangannya bergoyang. Dia bisa merasakan sensasi air di seluruh kulitnya.
Crusch tidak mengerti apa yang terjadi, mengapa dan kapan dia roboh ke lumpur.
Tapi dia langsung mengerti bahwa dia tidak menderita luka baru, jadi dia mungkin tidak sadar sesaat.
Crusch merasa lega, bukan karena dia masih hidup, tapi karena dia masih bisa bertarung.
Dia tidak memaksa diri untuk berdiri. Tidak, dia tidak memiliki energi untuk melakukannya, jadi dia memutuskan untuk menyimpan tenaganya.
dalam pandangannya yang kabur , dia bisa melihat Zaryusu dan Zenberu yang sedang bertarung. Punggung dari teman-temanya selama waktu yang singkat mereka bersama. Zenberu yang sedang bertarung dengan empat skeleton warrior dan Zaryusu yang sedang menahan serangan magic Iguvua diselimuti oleh luka.
Crusch mengatur pernafasannya dan merapalkan mantranya.
“「Middle Cure Wounds」!”
Dia menyembuhkan luka Zenberu.
“「Middle Cure Wounds」!”
Dia menyembuhkan luka Zaryusu.
"Huff, huff."
Crusch sangat terengah-engah.
Tapi pernafasannya masih belum stabil, dia merasa udara tidak lagi masuk meskipun dia bernafas sekeras-kerasnya.
Ini mungkin adalah gejala dari kehabisan mana. Dia merasa getaran kepala pusing yang keras. Namun, Crusch bekerja keras untuk membuka matanya.
Mereka sudah berkorban banyak untuk perang ini, bagaimana mungkin dia akan menjadi yang mundur dari medang perang.
Crusch menggunakan seluruh kerja kerasnya untuk membuka mata dan merapalkan mantra.
“「Middle Cure Wounds」!”
----
Zenberu menghantam tengkorak Skeleton Warrior dengan tinju yang terkepal. Sensai dirinya yang sedikit membuat lekukan berubah menjadi tengkoran yang hancur. Selanjutnya, dia telah membunuh seorang Skeleton Warrior.
"Itu yang kedua, Huff... Han."
Dia menghembuskan udara dari tubuhnya untuk mencoba menekan rasa lelah bersama dengan itu, dan menatap Skeleton Warrior yang tersisa. Kepiting yang dipanggil oleh Crusch sudah tidak ada lagi. Zenberu hanya berhasil mengalahkan keduanya berkat kepiting yang tadi menangkis kedua musuh.
Dia bisa bertahan karena dukungan Crusch.
Sisa dua lagi. Setelah itu hanya akan tersisa Iguvua.
Melenturkan tangan kanannya yang tebal, Zenberu memastikan bahwa tangannya masih bisa digerakkan.
Lengan kirinya terluka parah dan tidak bisa mengeluarkan tenaga. Zenberu telah menggunakan lengan kirinya sebagai perisai sedikit terlalu berlebihan. Dia menatap lengan kanannya yang lemas.
"Lupakan, anggap saja memberikan handicap kepada mereka."
Zenberu menatap musuhnya yang menjengkelkan. Dia mencoba untuk menggerakkan lengan kirinya, tapi luka yang merambat ke seluruh tubuh bukanlah yang dia harapkan ketika menggerakkan jari-jarinya.
Ini bukan apa-apa. Seorang teman terus menyerang bahkan setelah kepala-kepalanya menjadi beban. Aku, Zenberu, tak ingin diejek oleh mereka.
Zenberu mengerti seberapa kuat Skeleton Warrior setelah bertarung melawan mereka. Dua Skeleton Warrior saja bisa bertarung setara dengan Zenberu. Begitulah seberapa kuat mereka.
Jika dia menghadapi keempatnya di waktu yang sama, peluang menang akan sangat tipis.
Terima kasih, kepiting raksasa. Aku tidak akan memakan kepiting lumpur untuk waktu yang sangat lama sebagai rasa terima kasih.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada makanan yang digemarinya, Zenberu mengalihkan nafsu membunuhnya kepada dua Skeleton Warrior yang mendekat.
Dia mengepalkan tinjunya.
Aku masih berdiri, aku masih bisa bertarung.
Sejujurnya, Zenberu terkejut dia masih bisa terus bertarung.
"Berhentilah memikirkan hal-hal yang bodoh."
Hanya ada satu alasan.
Zenberu mengejek dirinya yang dulu.
Di belakang Skeleton Warrior adalah punggung Zaryusu. Figur yang tidak mundur selangkahpun sambil menghadapi makhluk yang kuat Iguvua.
"Punggung itu benar-benar lebar..."
Benarkah...
Zaryusu, Crusch dan Rororo. Kita bertarung bersama selama ini, itulah kenapa aku masih bisa terus.
"hey hey Zaryusu, kamu sudah terluka di seluruh tubuh. Apakah kamu berada dalam keadaan yang lebih parah daripada ketika kamu melawanku?"
Zenberu mengirimkan Skeleton Warrior terbang dengan lengannya yang besar, dan menggunakan lengan kirinya untuk menghadang Scimitar dari Skeleton Warrior satunya.
Tapi dia gagal untuk menangkis pedangnya, yang mana membuat luka yang lain di perutnya. Itu adalah tempat yang disembuhkan oleh Crusch dengan magic.
"Crusch sudah memikul beban yang berat, dan sekarang kamu melakukan ini."
Dia disembuhkan oleh mantra healing Crusch sekali lagi dan luka itu tertutup pelan-pelan. Zenberu tidak berputar untuk melihat ke belakang, tapi suara Crusch datang dari dekat permukaan air. Mudah sekali membayangkan postur macam apa yang sedang dia tunjukkan sambil merapalkan mantra. Namun begitu, dia tidak berhenti merapalkan magicnya.
"....Dia adalah wanita yang bagus."
Jika aku mendapatkan istri, seorang wanita seperti itu akan sangat hebat.
Zenberu yang sedang berpikir seperti itu merasa iri dengan Zaryusu.
"Aku tidak ingin menjadi yang pertama roboh dan menjadi bahan tertawaan."
Menipu dengan lengan besarnya, dia menyerang dengan ekornya. Zenberu tertawa. Aku lebih tua dari mereka berdua.
Dua Skeleton Warrior itu bersembunyi di balik perisai mereka dan mendekat. Perisai yang menahan pandangan Zaryusu, mengeluarkan emosi yang kuat dari dalam diri Zenberu.
"Jangan menghalangi jalan! Aku tidak bisa melihat punggung orang yang menakjubkan seperti ini!"
Zenberu berteriak dan maju menyerang-
-----
Pertarungan Iguvua dan Zaryusu masih terus berlanjut. Wajah mereka terpantul pada mata satu sama lain. Zaryusu melihat tatapan Iguvua yang sedikit teralihkan darinya. Wajah datar Undead itu tiba-tiba berubah menjadi mengerikan. Apa yang terjadi membuat beku tubuh dan otak Zaryusu.
Dia mendengar suara air yang terpercik di belakangnya. Seseorang telah roboh.
"Lihat! Teman-temanmu telah roboh!"
Dia tidak bisa menoleh ke belakang. Mungkin memang benar, mungkin juga salah. Meskipun itu membuat sisik-sisiknya berdiri, tapi musuh di depannya memiliki tenaga yang luar biasa. Dia tidak bisa menolehkan kepalanya untuk mencari tahu. Saat dia menolehkan kepalanya, pertarungan akan selesai. Zaryusu tidak bertarung selama ini hanya untuk kalah karena alasan yang bodoh.
Zaryusu melawan untuk mengamankan kemenangan dengan erat di tangannya.
Jika Iguvua berkata benar, akan buruk jadinya jika dia tidak segera menghabisi bala bantuan musuh.
Zaryusu menguatkan dirinya untuk menerima serangan magic selanjutnya ketika dia mendengar suara seseorang yang bangun dari air dan tulang-tulang yang retak.
"Zaryusu! Kami sudah menyelesaikan yang disini! Sisanya- adalah terserah padamu!!"
"「Middle Cure Wounds」"
Zenberu meraung karena luka yang hebat dan suara dia jatuh ke air sampai di telinga Zaryusu.
Saat suara serah Crusch terdengar, luka Zaryusu akhirnya tertutup.
"Muu—!"
Wajah Iguvua terlipat tidak senang. Tanpa menoleh ke belakang, Zaryusu tahu dua orang itu sudah menyelesaikan tugas mereka dengan sempurna. Apa yang tersisa adalah--
"Giliranku!"
Iguvua menggunakan tongkatnya untuk menangkis Frost Pain yang datang kepadanya.
"Ku ku ku... Aku adalah Lich Iguvua, jangan meremehkanku hanya karena aku tidak ahli dalam pertarungan melee!"
Meskipun dia berkata seperti itu, Iguvua bisa tahu peluang menangnya sangat rendah.
Dalam pertarungan satu lawan satu, Iguvua bisa menang dengan atribut fisik yang lebih unggul. Tapi lizardmen putih di belakang terus menyembuhkan lizardmen di depannya, merubah jalannya pertarungan dalam istilah sisa health.
Hanya satu dari tiga pukulan yang dipentalkan. Dua lainnya telah merobek tubuh Iguvua. Meskipun dia memiliki pertahanan terhadap senjata sabetan seperti skeleton dan dengan tanmbahan serangan es yang dinetralkan, situasinya sangat mendesak.
Iguvua merasa panik.
Aku adalah ciptaan dari Supreme Being Ainz Ooal Gown, Komandan dari pasukan ini. Aku tidak boleh gagal!
Dia ingin memanggil pasukan undead untuk bertindak sebagai perisai daging, tapi Iguvua akan diserang kapanpun dia mencoba untuk merapal mantra. Susah sekali melakukannya dengan musuh yang berada di depan matanya.
Dia akan kalah jika ini terus seperti ini.
Iguvua memutuskan untuk menunjukkan kartus as terakhirnya. Itu adalah rencana yang hebat- Tergantung keadaan, ini mungkin akan menjadi ajalnya, tapi hanya itu satu-satu pilihan yang tersisa.
Dia tiba-tiba berputar dan lari. Sementara Zaryusu terkejut, tapi dia masih mengambil peluang untuk menebas punggun Iguvua. Iguvua yang menerima serangan di punggungnya mengejang, tapi tidak roboh. Zaryusu merasa kecewa pada Iguvua yang kelihatannya memiliki nyawa yang tak ada habisnya, dan berlari kecil untuk menangkap Iguvua yang sedang mundur.
Iguvua memutar punggungnya untuk menunjukkan wajah undead miliknya yang penuh dengan amarah, tapi terlihat gembira tentang sesuatu.
Sebuah bola cahaya merah muncul di tangan Iguvua. Itu adalah [Fireball].
Menggunakan mantra area dengan jarak sedekat ini? Dia ingin bunuh diri- Tidak!
Menyadari Iguvua sedang tidak melihat ke arahnya, Zaryusu dipenuhi ketakutan. Iguvua sedang melihat ke belakang Zaryusu. Dia sedang terfokus pada Crusch dan Zenberu yang sedang terbaring di tanah.
Apa yang harus kulakukan?
Zaryusu berpikir dengan kalut.
Ini adalah selang waktu yang lebar. Dia bisa memberikan serangan terakhir kepada Iguvua dengan mengorbankan dua orang temannya. Jika dia tidak melakukannya, tidak tahu lagi bagaimana pertarungan ini nantinya. Dengan kedua pihak yang sudah hampir habis kesehatannya, kesalahan apapun akan menjadi fatal.
Untuk mengalahkan Iguvua- Bukankah mereka sudah melalui seluruh hal ini untuk bisa melakukan itu? Begitu banyak lizardmen yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk tujuan ini.
Kalau begitu dia harus mengorbankan keduanya. Mereka pasti akan memaafkannya dengan sebuah senyuman. Jika dia berada pada kondisi mereka, Zaryusu pasti juga akan menginginkan pihak lain untuk melakukannya juga.
Namun begitu.
Zaryusu bukanlah seseorang yang akan mengabaikan teman seperjuannya.
Hanya satu cara terisa- Selamatkan mereka berdua dan hancurkan Iguvua.
Keadaannya cukup sederhana ketika dia sudah membulatkan tekad.
"—「Icy Burst」!"
Zaryusu membuat penahan dari udara dingin di tanah dekat kakinya.
"Gaarrgghh!"
Tubuh Zaryusu terasa dingin oleh udara dingin yang meledak keluar, luka yang hanya bisa disebut sangat kuat mengalir melalui seluruh tubuhnya.
Dia menatap Iguvua dengan mata yang tajam meskipun dia sudah akan kehilangan kesadaran. Zaryusu menahan luka yang mati rasa ini.
Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak meskipun sudah berusaha keras saat kabut dingin menyeruak ke sekeliling.
Udara putih yang dingin menyelimuti semuanya dan Iguvua tertawa sinis ketika rencananya sukses.
Ku ku, kamu bisa menang jika kamu mengabaikan teman-temanmu.
Iguvua sangat kebat terhadap dingin dan listrik. Dia yang baik-baik saja di dalam udara yang dingin menghancurkan mantra 'fireball' di tangannya. Jika dia meluncurkannya, akan bertabrakan dengan kabut putih yang disekeliling Iguvua dan menyebabkan ledakan.
Dia bisa memberikan pukulan terakhir kepada dua orang lain setelah kabut ini hilang. Yang lebih penting lagi, dia harus merobohkan lizardmen yang masih berdiri. Saat dia melihat sekeliling, wajah Iguvua tidak senang. Dia salah memperhitungkan sesuatu.
"Kalau begitu, dimana dia?"
Kabut ini telah menyembunyikan semuanya dari pandangan.
Iguvua memiliki kemampuan untuk melihat tembus kegelapan dengan matanya, tapi tidak bisa menembus obyek yang menghalangi pandangannya seperti ini. Dia tidak tahu dimana musuhnya berada.
Tapi itu bukan masalah besar. Dengan bagaimana lizardmen itu tadi berteriak, dia terlihat mengalami luka yang hebat. Dia mengeluarkan udara dingin untuk melawan fireball, jadi dia pasti menderita damage dengan level yang sama seperti menerima pukulan 'fireball'.
Ditambah luka ini di atas luka berat yang sudah ada, mungkin akan menjadi fatal. Apa yang tersisa adalah untuk menghancurkannya perlahan-lahan.
Tinggalkan tempat yang berkabut ini dahulu?
Setelah mempertimbangkannya, Iguvua memutuskan untuk tidak melakukannya.
Jika dia bergerak sekarang, dia akan memberitahukan posisinya.
Hal terpenting adalah untuk memanggil undead untuk berjaga. Dengan perisai daging, kemenangan akan menjadi milikna meskipun lizardmen itu masih hidup.
Iguvua yang akan meraal mantra mendengar suara air yang beriak.
Salah satu dari empat harta lizardmen, Frost Pain.
Sebuah senjata yang dibuat dari es yang diekstrak dari danau ketika beku saat itu dan hanya di waktu itu. Senjata tersebut memiliki tiga kekuatan magic.
Pertama, pedang yang ditambahkan dengan energi dingin, memberikan damaga ice tambahan kepada musuh ketika menyerang.
Kedua, skill yang kuat yang habis bisa digunakan tiga kali, Icy Burst.
Tiga.
Suara udara yang ditebas terdengar.
Sebelum bisa memahami apa yang telah terjadi, Iguvua melihat ujung dari obyek yang tajam.
Kepala Iguvua telah terkena serangan yang kuat.
Pedang yang masuk ke dalam mata kanan Iguvua bergerak liar. Iguvua yang akhirya mengerti apa yang terjadi berteriak.
"Hyaaa! Mengapa! Mengapa kamu tidak mati!"
Frost Pain menusuk dalam ke lubang mata kanan Iguvua, dia bisa merasakan kesehatannya yang turun drastis.
Di depan Iguvua yang berdiri sempoyongan dengan pedang menancap pada kepalanya adalah Zaryusu yang diselimuti dengan es beku.
Iguvua tidak mengerti mengapa Zaryusu masih bisa berdiri setelah menerima serangan es yang kuat seperti itu.
Kemampuan ketiga dari Frost Pain.
Memberikan penggunanya daya tahan terhadap damage dari elemen es.
Meskipun Frost Pain menawarkan pertahanan terhadap dingin, dia tidak bisa menetralkan skill yang kuat seperti Icy Burst dengan sempurna. Damage dari dingin itu membuat Zaryusu merinding hingga ke tulang-tulangnya. Dia hampir roboh, nafasnya tidak beraturan dan gerakannya semakin tumpul. Ekornya terjatuh lemas ke air. Hampir tidak mungkin untuk bertarung ketika kamu sudah kesulitan bernafas. Serangan itu tidak diarahkan dengan hati-hati, tapi sebuah pukulan yang keluar dari sebuah insting menggunakan seluruh kekuatannya.
Itu adalah serangan keberuntungan.
Zaryusu berusah untuk tetap membuka matanya.
Dia telah melakukan segalanya untuk bisa memberikan pukulan terakhir ini kepada Iguvua, dan dia bisa merasakan bahwa itu adalah serangan fatal.
Zaryusu yang tidak memiliki energi lagi untuk bertarung melihat ke arah Iguvua dengan harapan yang samar-samar.
Iguvua sempoyongan. Dia tidak bisa membuat tubuhnya tetap utuh saat kulitnya berjatuhan dari wajah dan retak muncul di tulangnya. Bahkan bajunya juga membusuk. Hanya masalah waktu saja sebelum dia menghilang. Saat Zaryusu yakin dengan kemenangannya-
Sebuah tangan yang hanya tulang tertutup kuli mencengkeram tenggorokan Zaryusu.
"Aku..Aku diciptakan oleh Supreme Being... Bagaimana mungkin aku bisa .... kalah seperti ini!"
Iguvua bahkan tidak memegangnya dengan banyak tenaga dan Zaryusu bisa bebas dengan mudah, tapi-
"Ahhhh!"
- Zaryusu mengerang saat rasa perih yang kuat merasuk ke tubuhnya.
Energi negatif mengalir ke dalam tubuh Zaryusu, merampas vitalitasnya. Bahkan Zaryusu yang terlatih untuk menahan luka tidak bisa menahan perasaan perih yang disebabkan oleh hawa dingin yang kelihatannya disuntikkan ke dalam pembuluh darahnya.
"Matilah! Lizardmen!"
Bagian dari wajah Iguvua telah rontok, hancur di udara.
Nyawa Iguvua juga memburuk, tapi loyalitasnya yang kuat kepada tuan yang telah menciptakannya membuat dia mempertahankan hidup mati-matian.
Zaryusu berusah dengan segala yang dia miliki, tapi dia sudah takluk dengan ketakutan saat tubuhnya menolak untuk bergerak seperti yang dia inginkan.
Zaryusu tidak memiliki kesehatan yang tersisa. Energi negatif Iguvua disuntikkan ke dalam tubuhnya membuat nyawanya semakin terkuras.
Tatapan Zaryusu bergoyang dan pandangannya kabur.
Dunia seakan diselimuti oleh kabut.
Iguvua yang mempertahankan kesadarannya dengan kuat tersenyum menang saat dia melihat Zaryusu yang pelan-pelan kehilangan kekuatan untuk berusaha.
Bunuh lizardmen ini, begitu juga dengan dua orang lainnya di belakang. Mereka seharusnya adalah para elit lizardmen.
Membunuh lizardmen ini akan menjadi hadiah terbaik yang bisa aku persembahkan kepada Supreme Being - Penciptanya.
Ekspresi Iguvua yang melukiskan emosi ini dengan kuat tanpa kata-kata, membuat Zaryusu menduga pemikiran Iguvua.
"Pergilah ke neraka!"
Tubuhnya sudah tidak bereaksi saat dia bisa merasakan suhu tubuhnya turun drastis seakan sebuah racun menyebar ke seluruh tubuh. Dia hampir tidak bisa bernafas. Dan pikirannya hanyalah satu-satunya yang masih jelas.
Dia masih belum boleh mati.
Rororo yang berlari dengan sekuat tenaga.
Zenberu yang melindunginya.
Crusch yang telah kehabisan mana miliknya.
Bukan hanya mereka, dia juga memikul beban dari seluruh lizardmen yang telah mengorbankan dirinya di dalam perang ini.
Zaryusu yang sedang berpikir keras mencari jalan keluar mendengar sebuah bisikan.
Suara lembut dari Crusch
Suara yang besar dari Zenberu.
Rengekan main-main dari Rororo
Suara yang seharusnya tidak mungkin terdengar baginya.
Crusch telah pingsan dan Zenberu juga.
Rororo juga seharusnya sudah dibawa dari sini.
Apakah Zaryusu mendengarkan sesuatu saat dia semakin hilang kesadarannya? Membayangkan suara dari teman-teman yang dia kenal kurang dari seminggu? Panggilan keluarganya?
Tidak.
Benar sekali, cara berpikir seperti ini adalah salah.
Semuanya ada disini bersamanya-
"Ahhhh...Ahhhhhhhhhh!"
"? Kamu masih punya tenaga yang tersisa sebanyak ini?"
Zaryusu yang sedang berada di tepian kesadarannya berteriak dan suara Iguvua yang terkejut bisa terdengar.
Zaryusu menggerakkan bola matanya dan menatap Iguvua. Matanya penuh dengan semangat yang gigih, membuatnya sulit dipercaya bahwa mata itu tidak fokus baru saja, membuat ekspresi Iguvua yang semakin kaku.
"Crusch! Zenberu! Rororo!"
"Apa yang kamu lakukan! Mati saja!"
Darimana dia mendapatkan sumber tenaga? Energi negatif dalam jumlah besar telah disuntikkan ke dalam tubuh Zaryusu dan mengikis habis daya hidupnya terus-terusan. Zaryusu juga merasa bahwa anggota badannya sangat berat dan tubuhnya sedingin es.
Namun begitu, Zaryusu merasa hangat dengan setiap nama yang dia teriakkan. Kehangatan ini tidak berasal dari daya hidupnya.
Datangnya dari dalam dada- dari jantungnya.
Suara otot yang menegang meledak. Datangnya dari lengan kanan Zaryusu, tinjunya dikepalkan. Dia mengumpulkan seluruh kekuatan yang tersisa pada tinjunya sekarang.
"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kamu masih bisa bergerak! Dasar monster!"
Pemandangan Zaryusu yang masih bisa bergerak meskipun telah menerima semua itu memang tidak masuk akal.
Emosi yang memanas muncul di pikiran Iguvua, tapi dia menekannya.
Dia adalah Iguvua, komandan lapangan dari pasukan Great Tomb of Nazarick. Dan yang lebih penting, dia adalah seorang undead yang diciptakan oleh Raja Agung Kematian - Ainz Ooal Gown.
Dia tidak boleh dirinya yang hebat kalah dalam pertarungan ini-
"matilah-!"
"Sudah selesai monster."
Zaryusu melangkah lebih cepat.
Benar sekali, serangannya dengan seluruh kekuatan sedikit lebih cepat daripada suntikan energi negatif Iguvua.
Tinju yang dikepalkan mengenai gagang Frost Pain--
Tinju Zaryusu berdarah, Setelah menerima pukulan seberat itu, Frost Pain yang masih menancap di mata kirinya menusuk semakin dalam menembus otak Iguvua.
"Ooooowwwwww!!"
Iguvua adalah undead yang tidak bisa merasakan luka - dia masih bisa merasakan energi negatifnya semakin hilang.
"Ini... Ini... Tidak mungkin... Ainz... sama...."
Mata Iguvua merefleksikan kegagalannya. Ketika tubuh Zaryusu roboh seperti boneka yang putus benangnya, percikan air yang besar bisa terdengar--
"...Aku mohon... maafkan aku..."
----
Ruangan itu menjadi hening. Pemandangan yang terpantul di cermin luar biasa dan tak ada yang berkata apapun. Kecuali sang maid - Entoma.
"Cocytus-sama, Ainz-sama memanggil anda."
"Aku mengerti."
Cocytus yang menundukkan kepalanya perlahan menoleh menghadap Entoma.
Diguyur dengan tatapan khawatir dari bawahannya, dia menggeretakkan gigi-giginya karena malu.
Di waktu yang sama, dia ingin memuji lizardmen.
Pertarungan yang bagus sekali.
Mereka merubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan meraih kemenangan yang berbalik. Lich memang memiliki peluang, tapi dia lebih dari mampu untuk memenangkan pertarungan meskipun begitu.
"...Spektakuler. Benar-benar spektakuler."
Cocytus terus mengulang kalimat ini yang mana merefleksikan perasaannya yang sebenarnya.
Lizardmen melewati rintangan yang besar ini.
"...Sayang sekali."
Cocytus menghela nafas saat dia menyaksikan lizardmen yang bersorak dan menarik dalam perayaan.
Warrior yang terpantul di cermin mungkin memang lemah, namun menstimulai semangat bertarung Cocytus.
"Ah... Sayang sekali..."
Cocytus ragu-ragu. Dia mengambil skenario terburuk yang bisa terpikirkan, memikirkannya dan membuat keputusan.
"Ayo kita pergi......."
8 komentar:
Wkkakak pahlawanya kek suku lizardman .
Bena benqr menarik novel ini thanks admin
sankyu overlord vol.4 bab 3 bag. 5
Sayang sekali :v
Walau sudah berusaha keras anda tetap mati :v
Kereen kereeen. Thanks for translation
Scene ini buat gw mau bela lizardmen tpi yg tokoh utamanya kan Ainz ðŸ˜
setuju sama yang di atas,lol
Matap min
Sankyu overlord vol4
Bodo amat ama lizardman baik atau kagak,,,tetep dukung ainz sama wkwk
Posting Komentar