Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

09 Februari, 2016

Overlord - Vol 4 - Chapter 2 Part 3

Gathering, Lizard man - Berkumpul, Manusia Kadal

Part 3


Overlord Light NovelZaryusu mengamati pemukiman suku Dragon Tusk di depannya. Di waktu yang sama, seikat tumbuhan muncul dari samping dia. Tidak perlu dikatakan, ikatan tumbuhan itu sebenarnya adalah Crusch. Dia mengulurkan tangan dari balik rerumputan, menunjukkan apa yang menurut Zaryusu adalah wajah yang cantik.

"Apakah kamu ingin langsung masuk ke dalam? Apakah kamu ingin bentrok dengan mereka langsung?"

"Salah, namun sebaliknya. Suku Dragon Tusk sangat menghargai kekuatan. Jika kita dengan santai berpisah dengan Rororo dan masuk ke dalam tempat tersebut, besar kemungkinan kita akan bertemu dengan orang-orang yang akan mengajak bertengkar bahkan sebelum kita bertemu dengan kepala suku, dan itu menyusahkan. Melangkah maju sambil mengendarai Rororo akan menyingkirkan situasi yang muncul seperti itu."

Setelah mengendarai Rororo maju dalam beberapa jarak, berbagai macam warrior di seluruh penjuru desa melihat mereka. Masing-masing warrior itu membawa senjata, dan melihat kelompok Zaryusu dengan tatapan yang tak ada gentarnya.


Merasakan niat memusuhi, Rororo mengeluarkan suara geram lirih. Zaryusu mendengarkan peringatan Rororo dan menyuruhnya untuk terus maju.

Terus maju pasti akan memicu pertengkaran. Namun mereka tetap maju hingga sampai di pinggiran, sebuah tepian dimana apapun bisa terjadi setiap saat; sebelum Zaryusu akhirnya membiarkan Rororo berhenti dan turun. Crusch juga mengikutinya dan turun dalam sekejap.

Beberapa tatapan warrior diarahkan kepada dua individu itu. Tatapan itu membawa tekanan yang mana bukan hanya permusuhan tapi niat membunuh sekaligus.

Crusch sedikit terintimidasi oleh tatapan mereka yang membuatnya menghentikan langkah. Meskipun dia adalah seorang individu yang ahli, dia kurang pengalaman dalam menjadi baris depan.

Sebaliknya, Zaryusu mengambil satu langkah ke depan. Dengan menggunakan separuh tubuh untuk melindungi Crusch, dia berteriak keras:

"Aku adalah wakil dari suku Green Claw, Zaryusu Shasha, dan kunjunganku kesini adalah untuk mendiskusikan sebuah masalah dengan kepala suku!"

Suara teriakannya yang kuat seakan hampir menghancurkan nafsu membunuh di sekeliling mereka. Warrior suku Dragon Tusk semuanya tersentak dan mereka terlihat hampir terintimidasi.

Selanjutnya, Crusch juga berbicara, mengumumkan dirinya:

"Aku adalah kepala suku Red Eye, Crusch Lulu, dan sama sepertinya aku juga kemari untuk mengunjungi kepala suku."

Meskipun suaranya tidak keras, namun membawa harga diri dan kewaspadaan diri dari seorang pemimpin suku. Lizardmen wanita yang kurus dan masih muda sebelumnya telah hilang dengan semangat dari suara percaya diri si pria.

"Sekali lagi, kami kemari untuk bertemu kepala suku! Dimana dia!"

Saat ini, suasana disekitar mereka beriak. Sepertinya mood dari pemandangan tersebut tiba-tiba berubah menjadi kekuatan menyerang yang sebenarnya langsung diarahkan kepada mereka berdua.

Masing-masing dari empat kepala Rororo melakukan jungkir balik. Membuka rahangnya, mengeluarkan teriakan mengancam ke empat arah saat dia menggoyangkan kepalanya dan menatap marah. Saat Raungan tajam dari hydra raksasa keluar, ketakutan rupanya terserap ke sekeliling ketika suasana kembali memanas.

"...Tidak perlu melindungiku dari hal-hal yang remeh."

"Aku tidak bermaksud melindungimu, karena kamu datang atas kemauan sendiri. Namun, aku adalah yang membiarkan seluruh suku mereka, oleh karena itu  seharusnya akulah yang harus menanggung tatapan bermusuhan dari mereka."

Para warrior mulai berkumpul di bagian dalam dari permukiman suku. Seluruhnya adalah lizardmen yang memiliki tubuh berotot dan besar dengan luka ringan di sisik mereka, menunjukkan bahwa mereka adalah para veteran dalam banyak pertempuran. Namun Zaryusu merasa bahwa kepala suku mereka tidak di antaranya.

Masing-masing lizardmen hanyalah warrior. Tidak ada dari mereka yang membawa wibawa sepeti kakaknya, ataupun penampilan aneh dengan udara penuh keyakinan seperti yang dibawa oleh Crusch.

Selama periode ini hanya Rororo yang mengeluarkan suara intimidasi, masing-masing individu dari lizardmen mempertahankan kewaspadaan level tinggi. Saat ini --

"Haah!"

Crusch mengeluarkan nafas, membuat suara lirih. Namun, Zaryusu yang memprediksi bahwa akan ada satu orang lizardmen yang akan masuk, tetap tidak bergeming. Ini karena sebelum musuh menunjukkan diri, dia bisa merasakan bahwa ada kekuatan raksasa yang semakin mendekat.

Tapi dia pun akhirnya menatap dengan tampang bengong terhadap lizardmen yang muncul di depannya.

Sederhananya, penampilan lizardmen tersebut cukup aneh.

Musuh adalah individu yang memiliki tubuh besar lebih dari dua ratus tiga puluh sentimeter tingginya. Wujud ini saja sudah cukup bisa menilainya ganjil, oleh karena itu tak ada alasan lain untuk menjelaskan penampilan seperti itu.

Pertama, bahu kanannya memiliki penampilan luar yang cukup tebal dari yang kiri, sama seperti kepiting dengan satu capit yang besar dari yang lainnya. Tidak, bahu kirinya tidak kurus sama sekali, dengan ketebalan yang kurang lebih sama dengan bahu Zaryusu. hanya saja bahu kanannya yang memang tebalnya abnormal, dan ini bukan dikarenakan penyakit atau cacat bawaan, tapi otot yang sebenarnya.

Jari manis kiri dan kelingkingnya tidak ada.

Mulutnya jauh terbuka ke belakang, mungkin itu adalah hasil dari luka sayatan, dan ekornya sangat pipih, tidak seperti lizardmen tapi lebih tepat mirip buaya.

Namun, meskipun dibandingkan dengan ini, wujud yang paling mengena adalah simbol yang tergambar di dadanya. Meskipun gambar itu berbeda dengan yang ada di dada Zaryusu, artinya juga sama, menandakan bahwa lizardmen ini juga adalah seorang 'traveller'.

Lizardmen dengan penampilan aneh itu menaksir Zaryusu, dan mengeluarkan tawa mengerikan saat gigi-giginya saling bertatapan, terdengar seperti benturan antara kayu mati.

"Selamat datang pemilik Frost Pain."

Suaranya yang dalam sangat cocok dengan penampilannya, kecuali suara itu memiliki efek membuat ucapan datar terdengar mengancam.

"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu. Aku adalah wakil dari suku Green Claw, Zaryu--"

Lizardmen itu melambaikan tangannya menandakan bahwa perkenalan itu tidak perlu.

"Nama saja sudah cukup."

"...Aku adalah Zaryusu Sasha dan ini adalah Crusch Lulu."

"Orang itu jangan-jangan adalah... monster tanaman? Namun, karena kamu sudah membawa hydra kemari, membawa serta monster yang makanannya tidak terlalu mengagetkan."

"...Bukan itu masalahnya."

Kepada Crusch yang akan melepaskan kostum rumputnya, lizardmen yang bertampang aneh sekali lagi melambaikan tangan menunjukkan itu tidak perlu.

"Jangan menganggap leluconku menjadi beneran, Merepotkan saja."

"--!"

Merasa tidak tertarik, lizardmen yang bertampang aneh memberikan tatapan sesaat kepada rerumputan tersebut sebelum sekali lagi menoleh ke arah Zaryusu.

"lalu, mengapa kalian kemari?"

"Sebelum itu, maukah memberitahukan nama anda?"

"Ah, aku adalah kepala suku Dragon Tusk, Zenberu Gugu, Silahkan saja memanggilku Zenberu."

Zenberu menunjukkan gigi-giginya ketika dia tersenyum. Meskipun itu sudah diduga, fakta bahwa seorang traveler juga seorang kepala suku masih merupakan berita yang mengejutkan.

Tapi sebaliknya, ini juga adalah jawaban yang paling bisa diterima. Tidak mungkin lizardmen pria sekuat itu hanyalah seorang traveler. Sebenarnya, ketika dia muncul, niat memusuhi di sekelilingnya langsung hilang seperti asap. Lizardmen pria ini memiliki wibawa yang besar begitu juga kekuatan tempurnya dan itu merupakan perpaduan yang luar biasa.

"Anda juga cukup memanggilku Zaryusu. Kalau begitu, Zenberu, mohon beritahukan kepada kami jika ada monster tidak wajar yang telah mengunjungi desamu baru-baru ini."

"Un, orang yang disebut Yang Mulia itu."

"Karena musuh baru saja kesini, permasalahan diskusi akan lebih sederhana."

Zenberu mengangkat tangan, menyela ucapan Zaryusu.

"Aku bisa menerka secara kasar apa yang ingin kamu katakan. Namun, kami hanya percaya dengan kekuatan. Keluarkan pedangmu."

lizardmen yang besar dan tegap berdiri di depan Zaryusu - kepala suku Dragon Tusk, Zenberu Gugu - tersenyum menunjukkan mulut penuh gigi.

"Apa!"

Hanya Crusch yang terkejut. Zaryusu dan warrior-warrior di sekeliling mereka menunjukkan ekspresi setuju.

"...Metode ini sangat sederhana, kepala suku Dragon Tusk. Ini membuat penilaiannya sebentar, dan tidak membuang waktu sama sekali."

"Kamu memang utusan yang luar biasa. Tidak, karena kamu adalah tuan dari Frost Pain, itu seharusnya adalah berkah, ya kan?"

----

Memilih yang terkuat sebagai kepala suku -- bagi lizardmen ini adalah hal yang alami dan masalah yang biasa.

Namun, untuk masalah dimana kehidupan suku berada dalam bahaya, apakah metode sesimpel itu akan memberikan jawaban yang sesuai? Bukankah masalah ini seharusnya didiskusikan dan dievaluasi oleh semua orang, mengambil analisa detail dari sudut pandang berbeda sebelum tiba pada sebuah kesimpulan?

Crusch berpikir seperti itu, lalu menyadari bagaimana ide seperti ini meragukan.

Pada kenyataannya, seluruh warrior penonton yang ada di sekeliling, tidak perduli jika mereka adalah pria atau wanita, semuanya setuju dengan penilaian kepala suku. Jika Crusch yang sebelumnya, dia sendiri juga akan merasa keputusan ini adalah salah satu pilihan.

Lalu mengapa aku yang sekarang meragukan ini?

Dari mana asalnya keraguan ini?

Apakah dia berpikir seperti ini karena dia telah mengalami serangan magic dari orang asing? Tidak mungkin. Ketika masalahnya adalah magic, dia percaya diri bahwa dia tidak akan kalah dengan sembarang orang.

Crusch menoleh kepada kedua individu tersebut.

Zaryusu dan Zenberu.

Keduanya sama-sama berdiri terlihat seperti seorang anak kecil melawan orang dewasa.

Tentu saja, fisik tubuh tidak menentukan segalanya, dan sebagai seorang magic caster dia mengerti poin ini sepenuhnya. Namun setelah melihat perbedaan bentuk tubuh yang mana seperti langit dan bumi, dia tidak bisa menahan diri berteriak di dalam hati berharap dia tidak ingin berakhir seperti ini.

Tidak berharap? Aku harap mereka tidak... - bukan, bukankah aku menginginkan mereka bertarung?

Crusch ingin memahami mengapa perasaan ajaib itu membengkak di dalam dirinya. Mengapa dia tidak ingin ini terjadi? Mengapa dia tidak ingin mereka untuk saling bertarung?

Hanya ada satu jawaban yang jelas.

Crusch mengeluarkan senyum tipis. Senyum tersebut adalah menyengir dan juga senyum mengejek diri sendiri.

Kamu hanya bisa mengakui dengan sejujurnya sekarang, Crusch. Kamu tidak ingin Zaryusu bertarung karena kamu takut jika dia terluka...takut jika dia mungkin saja tewas.

Sederhananya, itulah masalahnya.

Dalam pertarungan seperti ini, jarang sekali akan berakhir dengan kematian salah satu pihak. Namun, arti 'jarang' adalah masih ada kemungkinan itu terjadi. Jika pertarungan meningkat hingga salah satunya kehilangan akal sehat, sebuah nyawa bisa dengan mudah diambil. Terlahir sebagai lizardmen wanita, dia tidak ingin partnernya kehilangan nyawa karena ikut dalam pertarungan ini.

Ini juga berarti bisa dikatakan faktanya, secara tidak langsung, Crusch telah lama menerima pernyataan cinta Zaryusu.

Itu karena tidak ada pria di masa lalu yang memperlakukannya seperti Zaryusu...itulah kenapa aku sesederhana itu... jika seperti ini, apakah itu artinya aku mudah jatuh cinta?Eh, setidaknya yang aku rasakan saat ini adalah..sedikit bahagia dan juga sedikit kesedihan...ah, yang benar saja, sudah cukup!

Jujur menerima perasaannya, Crusch berjalan ke samping Zaryusu yang bersiap bertarung, dan dengan lembut menepuk bahunya.

"Apakah kamu melupakan sesuatu dalam persiapanmu?"

"Tak ada. tak ada masalah sama sekali."

Sekali lagi Crusch menepuk bahunya.

Bahunya yang kekar.

Dari ketika masih muda, Crusch telah menjalani jalan seorang druid, dan telah melakukan kontak fisik dengan tubuh lizardmen pria ketika berdoa, memberikan obat, dan ketika merapalkan mantra. Namun, kelihatannya kali ini waktu yang diperlukan untuk menyentuh tubuh Zaryusu lebih lama daripada waktu dulu.

Jadi ini tubuh Zaryusu...ah.

Ketika menghadapi pertarungan, darah panas mengalir di tubuh dan mengembangkan otot-ototnya membuat orang lain bisa merasakan maskulinitasnya.

"...Ada apa?"

Karena Crusch masih belum melepaskannya, Zaryusu sejenak merasa bahwa ini aneh.

"-Eh?Ah, itu...ini adalah berkah druid."

"Ini...akankah arwah leluhurmu masih tetap membantuku meskipun aku berada di suku yang berbeda darimu Crusch?"

"Leluhur suku milikku tidak sepicik itu. Semoga beruntung."

Crusch menarik tangannya dari bahu Zaryusu, dan berdoa di hati untuk meminta maaf leluhurnya. Ini karena dia telah berbohong karena berharap kemenangan bagi pria yang dikehendakinya.

Di waktu yang sama, Zenberu melakukan persiapan yang mirip. Di pergelangan tangan kanan dia memegang tombak yang besar - tombak logam dengan panjang hampir tiga meter, yang mana lizardmen biasa akan membutuhkan kedua tangannya untuk menggunakan tombak tersebut.

Lalu dia dengan santai mengayunkan tombak itu.

Gerakan ayunan ke samping menghasilkan hembusan angin yang kuat, Crusch, yang berada jauh darinya merasakan gerakan ayunan itu.

"Mungkinkah untuk me...tidak, apakah semuanya baik-baik saja?"

"Tentang ini.. aku akan beradaptasi jika situasinya memerlukan."

Crusch pada dasarnya bermaksud untuk bertanya apakah mungkin baginya untuk menang, tapi dia tidak jadi menanyakannya. Zaryusu tahu dia sedang menghadapi pertarungan dimana kekalahan bukanlah pilihan.

Lizardmen pria ini memang layak dikagumi oleh Crusch.

"kalau begitu, apakah persiapanmu sudah selesai? Pengguna Frost Pain...ah, Zaryusu"

"Sudah selesai, dan kita bisa mulai kapanpun."

Zaryusu dengan santai berputar sehingga punggungnya menghadap Crusch, dan berjalan ke dalam perimeter dari zona pertarungan.

Crusch menghembuskan sebuah nafas. Alasannya adalah bahwa dia tidak tahan menatap bentuk punggung Zaryusu.

Tangan Crusch telah menyentuhnya dalam waktu yang lama - sebenarnya tidak selama itu - dan kehangatan yang tersisa di bahunya pelan-pelan menghilang.

Pertarungan yang akan terjadi cukup sederhana, mirip dengan yang biasanya digunakan ketika memutuskan seorang kepala suku. Karena ini adalah pertarungan satu lawan satu, oleh karena itu keikutsertaan pihak ketiga dengan menambahkan mantra magic adalah pelanggaran.

Dengan kehangatan yang masih tersisa di bahunya, angan-angan Zaryusu menjadi kacau. Sementara tangan Crusch telah meninggalkan bahunya, Zaryusu hampir mengira bahwa dia telah merapalkan mantra pelindung pada dirinya, tapi sebagai seorang kepala suku tentunya dia tidak akan melanggar peraturan yang jelas seperti itu.

Kalau begitu, meskipun ketika pihak lain jelas-jelas tidak menggunakan magic, mengapa saat ini dia merasa sangat bersemangat di dalam diri?

Apakah itu karena dia adalah seorang pria, dan ingin menunjukkan pertunjukan yang bagus di depan wanita? Kakaknya pernah berkata bahwa dia terlalu kaku...tapi kalimat ini kelihatannya tidak benar sekarang.

Lizardmen di sekeliling telah meledak dengan suara gemuruh.

Mereka tahu pengguna sebelumnya dari Frost Pain, dan juga merupakan orang yang selamat dari suku Sharp Edge, oleh karena itu secara pribadi mengakui kekuatan dari Frost Pain.

Melihat kemampuan yang hanya bisa dikeluarkan oleh pengguna Frost Pain, wajah mengerikan Zenberu berubah menjadi gembira, menunjukkan gigi-giginya ketika dia menggeram dalam-dalam, seperti seekor binatang buas.

Terhadap lizardmen di depannya yang terang-terangan ingin segera bertarung, Zaryusu dengan dingin melemparkan sebuah kalimat :

"Aku tidak ingin dirimu terkena luka serius."

Ucapan provokasi itu meninggikan antipati lizardmen di sekeliling menjadi maksimum, namun percikan air berikutnya dan suara bentura dengan permukaan air yang terbang karena momentum yang luar biasa membisukan mereka.

Itu adalah hasil dari Zenberu yang menusuk tanah basah tersebut dengan halberd miliknya.

"Oh...kalau begitu biarkan aku merasakan kekalahan yang memuaskan! Dengarkan aku baik-baik! Jika aku mati dalam pertarungan ini, dia akan menjadi kepala suku kalian! Tidak boleh ada yang protes denganini!"

Warrior di sekeliling seharusnya tidak setuju, tapi tak ada yang protes. Sebenarnya, jika Zaryusu benar-benar membunuh Zenberu, semua orang akan patuh meskipun mereka harus menggigit bibir dalam melakukannya.

"Baiklah, bawalah tekad membunuh dalam dirimu di pertarungan ini, Seharusnya aku adalah musuh yang paling tanggung yang pernah kamu ajak kencan."

"Memang benar... aku mengerti. Kalau begitu, jika aku mati di tanganmu--"

Tatapan Zaryusu sedikit terarah kepada Crusch.

"Tentu saja, aku akan biarkan wanita milikmu kembali dengan selamat."

"...bukan 'milik' cuman belum."

"Ho, kelihatannya kamu memang benar-benar ingin mengejar monser rerumputan itu. Apakah lizardmen wanita itu sebagus itu?"

"Sangat."

Zaryusu mengabaikan lizardmen wanita yang jongkok dengan kedua mata menutupi wajah.

"Itu aku benar-benar ingin melihatnya sendiri. Jika aku menang, sebelum aku biarkan dia pergi, mengapa aku tidak membukanya dulu."

Hingga sekarang, Zaryusu memiliki kemauan seorang warrior untuk bertarung. Sekarang ini motivasi lain telah muncul.

"...Kelihatannya sekarang aku memiliki alasan untuk tidak boleh kalah sama sekali. Aku tidak akan membiarkan seseorang sepertimu melihat wajah Crusch."

"Kamu benar-benar menyukainya hingga titik tak obat yang akan bisa menyembuhkanmu."

"Ya, sebanyak itulah aku menyukainya."

Ada beberapa lizardmen wanita yang mengucapkan beberapa kata kepada Crusch yang berlutut, dan dia langsung memberikan respon penolakan dengan menggelengkan kepalanya tanda bahwa mereka seharusnya mengabaikan mereka berdua.

"Ha!"

Zenberu Tertawa sekeras-kerasnya.

"Kalau begitu kalahkan aku! Jika kamu lewat, semua itu akan percuma!"

"Itu niatku selama ini."

Zaryusu dan Zenberu bertukar kata sampai sini dan mereka saling melihat satu sama lain.

"Aku akan bergerak."

"Silahkan saja."

Kedua lizardmen itu bertukar kata sejenak, tapi tak ada yang membuat gerakan apapun.

Saat lizardmen yang menonton di sekitar mulai gelisah, Zaryusu mulai pelan-pelan semakin maju. Mereka sedang berada di tanah basah yang dipenuhi dengan air, namun tak ada percikan yang terdengar.

Zenberu tetap tak bergeming dan menunggu.

Sesaat kemudian, ketika Zaryusu semakin dekat -- Sesuatu berkelebat dengan suara keras di depan matanya lalu melompat ke samping. Itu adalah suara yang dibuat oleh halberd Zenberu.

Tak ada teknik di dalamnya; hanya ayunan sederhana.

Tapi itulah kenapa sangat mengejutkan.

Zenberu mengambil sikap dengan halberdnya dan bersiap menyerang Zaryusu lagi. Dengan hanya tangan kanan saja, Zenberu mampu memegang halberd raksasa tersebut. Setelah tiap-tiap gerakan ayunan yang seperti tornado, dia bisa langsung melanjutkan sikap asalnya.

Zaryusu bingun.

Oleh karena itu, untuk memastikan maksud dari tindakan ini, dia sekali lagi melompat ke dalam jangkauan serangan musuh - dan sekali lagi disambut dengan ayunan horizonta yang sengit dan identik lainnya. Zaryusu menahan dengan Frost Pain dan sebuah benturan hebat mendarat di tangan pemegang Frost Pain, lalu tubuhnya terpukul mundur.

Untuk mengirim lizardmen dewasa terbang dengan satu lengan, kekuatan lengannya memang luar biasa.

- Darah mendidih karena gembira.

Ketika para warrior melihat kepala sukunya menunjukkan kekuatan lengan yang tak ada tandingannya, mereka meraung dengan keras.

Zaryusu menggoyangkan ekornya untuk memperoleh keseimbangan saat dia mundur.

Dia menggetarkan tangannya yang mati rasa ketika dia memicingkan mata.

Apa..ini?

Zaryusu memfokuskan pada tubuh raksasa di depan matanya.

Apa ini? Dia...terlalu lemah.

Zenberu memang secepat kilat, dan akan mengirimkan Zaryusu terbang jika dia menahannya dengan pedang. Tapi bukan hanya itu, ada hal menakutkan yang lain mengenai hal itu.

Gerakan Zenberu mirip dengan anak-anak yang bermain dengan tongkat: tidak ada teknik sama sekali, hanya ayunan yang kuat dengan tenaga kasar. Tapi apakah hanya itu? Dengan lengan sebesar miliknya, Zenberu seharusnya mampu menggenggamnya dengan lebih ahli dari ini.

Apakah dia sedang menahan diri untuk membuatku lengah?

Zaryusu merasa bukan itu.

Menjadi waspada karena perasaan aneh yang tidak diketahui, Zaryusu memikirkan kembali strateginya. Zenberu yang belum mengambil langkah dengan senyum:

"Bagaimana? kamu tak akan menggunakan kemampuan Frost Pain?"

Seringai itu mungkin untuk memprovokasi dan Zaryusu tidak bereaksi dengannya.

"Aku dikalahkan oleh pengguna Frost Pain di masa lalu."

Zaryusu teringat, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Zenberu. Orang itu adalah kepala suku Razor Edge, yang terbunuh oleh Zaryusu.

Zaryusu menenangkan fokusnya pada Zenberu sedikit dan mengawasi sekeliling.

Diantara rasa kebencian yang dia rasakan di sekelilingnya, yang paling kuat niat membunuhnya seharusnya adalah sisa-sisa Razor Edge.

"Dua jariku seperti ini adalah pertarungan itu."

Zenberu menunjukkan tangan kirinya yang kehilangan dua jari kepada Zaryusu.

"Jika kamu menggunakan kekuatan yang bisa dikeluarkan oleh orang tersebut untuk mengalahkanku, kamu mungkin bisa menang."

"Begitukah."

Zaryusu menjawab dengan tenang.

Memang benar, kemampuan itu memang kuat.

Dan karena kemampuan itu hanya bisa digunakan tiga kali dalam sehari, dia memiliki peluang besar untuk menang jika dia menggunakan kemampuan tersebut. Zaryusu hanya mengalahkan pemilik sebelumnya dari Frost Pain karena kemampuannya sudah habis. Jika dia menggunakan kemampuan itu, Zaryusu mungkin akan tewas.

Tapi tidak mungkin bagi seseorang yang tahu kemampuan Frost Pain untuk memprovokasinya agar menggunakannya lagi.

Zaryusu memperkuat pegangannya.

Aku tidak mengerti...Lagipula, keadaan takkan selesai jika terus diseret seperti ini, aku harus menyerang.

Zaryusu memantapkan otaknya dan berlari kencang dengan kecepatan dua kali lipat.

Zenberu mengayunkan halberd miliknya kepada Zaryusu dengan kecepatan yang menakjubkan.

Zaryusu tidakmenghindarinya dan menghadangnya dengan Frost Pain. Semua orang yang melihat ini mengira Zaryusu akan terpental mundur lagi.

Pedang dan halberd berbenturan - dan serangan itu sama-sama kuat.

Tidak perlu menggunakan kemampuannya. Zenberu hanya memegang halberd seperti bocah, dan bisa disamai tak perduli seberapa keras dia mengayunkannya.

Zenberu membuka matanya karena kaget - tidak, itu adalah kekaguman.

Di waktu yang sama, Zaryusu merangsek menuju Zenberu - tidak memberinya waktu untuk menarik halberd untuk bertahan. Meskipun jika dia memiliki otot semacam itu, perlu waktu baginya untuk menarik dan mementalkan halberd tersebut kembali. Itu adalah waktu yang cukup bagi Zaryusu untuk mendekatinya.

Selanjutnya, Frost Pain menebas tubuh Zenberu.

Darah mengalir keluar.

Sorakan keras menggema dan tangisan lirih bisa terdengar.

Yang mengalami pendarahan dan mundur bukanlah Zenberu. Itu adalah Zaryusu yang berdarah dari dua sabetan di wajahnya.

Beda dari taktiknya sejauh ini, Zenberu mengambil langkah besar ke arah Zaryusu untuk menyerang dengan senjatanya, tidak membiarkannya lolos.

Senjata itu adalah - cakar.

Frost Pain dan cakar saling berbenturan menghasilkan dering logam yang nyaring. Setelah itu, suara halberd yang jatuh ke air bisa terdengar.

"Wargghh-!"

Zenberu menghembuskan nafas dalam-dalam, dan menyerang secara beruntun dengan lengan yang besar saat dia maju ke depan.

Bukan seperti anak-anak yang bermain halberd sebelumnya, serangan Zenberu dengan cakar berada pada level master. Zaryusu akhirnya mengerti setelah informasi yang terpenting keluar.

Zenberu bukan seorang warrior, tapi seorang monk yang menggunakan tubuhnya sendiri sebagai senjata dengan mengatur energi khusus yang disebut Qi.

Zaryusu menahan tebasan dengan Frost Pain.

Cakar lizardmen memang lebih keras dari manusia, tapi tidak terlalu kuat sehingga bisa mengeluarkan suara seperti logam. Benar sekali, ini adalah hasil dari mengeraskan bagian tubuh - seperti cakar dan taring. Sebuah kemampuan yang dikenal dengan 'Natural Steel Weapon' (Senjata Baja Alami), kemampuan dari seorang monk.

Dikatakan bahwa pukulan seorang monk yang telah sampai pada level tertinggi bisa mengancurkan material terkuat adamantium. Tapi menilai dari rasa ketika beradu, Zenberu masih belum berada pada level itu, dia paling tinggi berada pada level baja. Meskipun begitu, dia setara dengan salah satu dari empat harta lizardmen, Frost Pain, dan itu bukanlah hal yang bisa diremehkan.

Kedua orang itu beradu pukulan.

Zenberu menyerang dengan cakarnya sementara Zaryusu menebas dengan Frost Pain. Mereka saling menghindari serangan satu sama lain dan melompat mundur, menjauh dari masing-masing.

"-Hahah, kamu masih hidup!"

Zenberu menjilat darah dan daging di jarinya.

Zaryusu menggunakan lidahnya yang panjang untuk menjilat cairan merah di wajahnya.

Zaryusu merasa beruntung, karena bisa menghindari cakar di matanya. Dia memang terluka, tapi itu hanya goresan, dia masih bisa bertarung. Dia bersyukur kepada perlindungan leluhur dan --

Mungkin aku menghindari itu karena leluhur Crusch.

Zaryusu berterima kasih sementara Zenberu protes tak senang.

"Ngomong-ngomong, kelihatannya kamu menahan diri menolak memakai kemampuan itu."

Zenberu mempererat kedua tinjunya dan memukul dadanya berkali-kali.

"Maafkan aku, tapi aku tak berniat menggunakan jurus itu."

"eh? Kalau begitu jangan protes setelah kamu kalah karena tidak menggunakan kekuatan penuh."

"Setelah beradu pukulan denganku, kamu masih berpikir aku adalah orang yang akan mengatakan hal semacam itu?"

"..Tidak, kurasa tidak. Maaf, aku sudah banyak bicara. Namun - jika kamu tidak mau menggunakan jurus itu, maka sekarang adalah giliranku!"

Dengan suara menusuk angin, Zenberu meluncurkan sebuah tendangan terhadap Zaryusu dengan kakinya yang setebal batang pohon.

Gerakan tersebut dibuat tanpa ragu sedikitpun.

Ketika Zaryusu menghindari tusukan kaki tersebut, dia mengayunkan Frost Pain untuk menebas Zenberu. Namun dering suara logam yang keluar dan pedang itu dipentalkan.

Zaryusu membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

Jika seseorang menggunakan pedang untuk menahan serangan dengan tubuh, pihak yang menyerang seharusnya adalah pihak yang terluka, ini adalah hal yang umum. Namun, dengan menggunakan energi Qi dari Monk membalikkan logika ini.

Ini adalah efek dari 'Steel Skin' (Kulit Baja). Saat ini serangan itu menyentuh dengan kulit penggunanya, kemampuan spesial akan menggunakan Qi untuk menyelimuti tubuh, merubah kulit menjadi sekeras baja. Kemampuan ini sama dengan 'Natural Steel Weapon', dimana kemiripannya adalah jumlah latihan yang dilakukan untuk menempa teknik yang dimaksudkan untuk kekerasa tubuh yang lebih hebat dan bisa diraih.

Kulit musuh telah mementalkan pedang magic. Itu artinya bahwa musuh telah menguasai kemampuan monk hingga tingkat yang hebat. Namun Zaryusu tetap percaya diri bahwa kemenangan masih dalam genggamannya.

Bukan karena perbedaan teknik bertarung pada masing-masing pihak yang amat tinggi, tapi lebih karena keadaan Zenberu yang memang relatif tidak menguntungkan.

Membuat dirinya diungguli oleh serangan beruntun.

Tendangan, sapuan ekor, pukulan, sabetan, serangan bermacam-macam.

Zenberu mengandalkan kemampuan tubuhnya dalam tiap serangan, yang mana bukan hanya cepat tapi juga berat. Menghadapi musuh seperti itu, bahkan Zaryusu harus melepaskan serangannya untuk mempertahankan pertahanannya.

Serangan beruntung diikuti dengan serangan beruntung yang lebih banyak lagi.

Jika dia harus bertahan melawan serangan menghancurkan musuh, Zaryusu tidak diragukan lagi akan kalah. Lizardmen di sekeliling percaya bahwa kepala suku yang meluncurkan serangan beruntung tanpa berhenti memiliki kemenangan dalam gennggamannya dan bersorak menyemangati.

Cakar Zenberu kadang menyerempet Zaryusu, dengan mudah menghancurkan sisik keras yang melindungi tubuhnya menjadi berkeping-keping, membuat darah segar mengalir. Lukanya sama sekali tidak ringan.

Tubuh Zaryusu penuh dengan luka ini. Nyawanya seperti lilin di tengah tiupan angin, dan tidak aneh jika dia menyerah setiap saat. Buktinya adalah wajah seluruh lizardmen yang penuh senyum bahagia karena kemenangan kepala suku mereka.

Namun, Zenberu tidak merasakan sentimen yang sama.

Setiap kali serangan beruntun ditahan, Zenberu merasa kemenangannya semakin jauh dan jauh lagi, yang mana membuatnya sangat tertekan.

Pedang Frost Pain menyembunyikan es dingin yang membuat luka dingin pada setiap tebasannya pada musuh. Ditambah lagi, memiliki efek dimana musuh apapun yang terkena senjata tersebut akan menderita beberapa luka dingin. Dengan kata lain, hanya dengan beradu kontak antara pedang dan daging, Zenberu perlahan terkikis oleh dingin.

Dengan kedua tangan beku dan kedua kaki mati rasa, gerakannya menjadi semakin lamban.

Sayang sekali...karena pertarungan sebelumnya adalah kekalahan yang sangat cepat...aku bahkan tidak tahu bahwa pada dasarnya senjata tersebut memiliki kemampuan seperti itu! kelihatannya bukan hanya memiliki satu kemampuan itu! Tidak heran jika pedang tersebut adalah salah satu dari empat harta!

Karena Zaryusu tahu bahwa item ini memiliki efek seperti itu makanya dia memilih untuk bertahan - namun, itu adalah alasannya dia memilih metode ini untuk menjamin musuhnya tidak terluka. Karena inilah dia tidak menghindari serangan Zenberu dan menghadapinya langsung.

Pilihan ini adalah yang paling berhati-hati dan juga jalan yang rumit kepada kemenangan.

Tanpa celah. Bagi Zenberu saat ini, itu adalah musuh yang paling hebat.

Kepada Zaryusu yang melompat, Zenberu melepaskan pukulan yang kuat. Jika ini ditahan, peluang Zenberu untuk menang akan pupus.

Zenberu merasa seakan dia mengajak bertarung sendirian sebuah benteng yang tak bisa ditembus.

Ah, ah, sayang sekali, apakah aku tidak bisa mengalahkannya... Namun, aku telah menunggu saat-saat ini sejak lama!

Dia teringat ketika dulu mengajak bertarung lizardmen pria tersebut. Sejak itu, dia telah menjadi jauh lebih kuat, dan telah melewati latihan yang melelahkan dan tak pernah berakhir untuk bisa memperoleh kemenangan. Ketika dia mendengar berita bahwa orang itu telah dikalahkan dan terbunuh, dia merasakan penyesalan yang tak terukur, namun dia tidak berhenti berlatih.

Semuanya untuk mempersiapkan agar hari ini datang.

Sebagai kepala suku, dia tidak bisa menyingkirkan semuanya hanya untuk menantang bertarung, oleh karena itu ketika dia mendengar bahwa pengguna Frost Pain telah tiba di desanya, dia menekan dalam-dalam kegembiraannya.

Dia tidak bisa membiarkan pertarungan ini, yang telah dia tunggu-tunggu selama ini, berakhir dengan mudah.

Zenberu memukul dan menendang, namun indera perasanya mulai hilang, dan energi Qi miliknya juga semakin tidak efektif dalam meraih tangan dan kakinya. Meskipun begitu, dia masih menyerang tanpa ampun.

Sangat kuat, bahkan lebih kuat dari orang itu!

Melihat dirinya yang telah berlatih tanpa lelah, lizardmen pria di depannya ini pasti telah mengalami latihan berkelanjutan tanpa disadari hingga titik ini.

Sejak awal, kedua lizardmen itu tidak ada yang dekat dengan akhir pertandingan, dan tentu saja dia bisa saja mencari alasan dengan berkata bahwa dia telah kehilangan kemampuan dari Frost Pain, tapi dia tidak ingin menggunakan kalimat pengecut semacam itu.

Menakjubkan! Tidak heran dia adalah master dari Frost Pain! Lizardmen pria terkuat diantara seluruh lizardmen!

Di luar, Zenberu tidak menghentikan serangan beruntunnya, namun di dalam dia dengan lembut memuji Zaryusu yang menggunakan Frost Pain untuk menghentikan gerakannya.

Luka, aliran darah,dan lebih banyak luka.

Crusch, yang menatap tanpa bergeming kepada pertandingan sengit ini, sudah melihat hasilnya melalui kemampuan druid yang menakjubkan.

Wawasan yang benar-benar luar biasa...Zaryusu sudah tahu pertarungannya kira-kira setelah dimulai.

Crusch pun terkejut lagi akan kemampuan luar biasa dari Zaryusu sebagai seorang warrior.

Di sekeliling tak henti-hentinya mengeluarkan suara dorongan semangat.

Dorongan semangat itu mengarahkannya kepada penyerang yang tak ada hentinya, kepada Zenberu yang tampil benar-benar lebih kuat dari lawannya. Lizardmen di sekelling tampaknya tidak menyadari fakta bahwa anggota badan Zenberu sudah semakin melambat gerakannya.

Zaryusu memang kuat. Crusch percaya diri dengan kesimpulan ini.

Hampir seluruh lizardmen bersandar kepada tubuh yang kuat dan tegap, menggunakan tenaga kasar untuk bertarung, tapi Zaryusu...tidak, bahkan Zenberu juga... mengandalkan teknik untuk bertarung, dan Frost Pain hanyalah aset untuk mendukungnya.

Dengan demikian, situasi saat ini... jarak antara dua individu dan Frost Pain sebagian besar terkait, tapi Crusch memahami dengan jelas bahwa Frost Pain itu bukan satu-satunya waktu dalam mewujudkan hasil ini.

Secara hipotetis, jika seseorang memberikan Frost Pain untuk digunakan oleh orang biasa, akankah orang tersebut bisa menghadapi Zenberu sepeti ini?

Jawabannya mungkin saja tidak. Zenberu bukanlah musuh yang mudah.

Senjata itu memang kuat, tapi Zaryusu yang mampu dengan indahnya menggunakan kemampuan senjata tersebut termasuk juga seorang warrior kelas satu.

Tapi yang lebih terpuji dari itu adalah pikirannya yang tajam dan berwawasan luas.

Zaryusu telah mampu menghindari serangan musuh ketika dia telah menjatuhkan halberd, karena dia selalu berhati-hati dan terus mengamati situasi. Pertama dia mengamati kartu as musuhnya, dan menyadari bahwa halberd itu hanyalah tipuan.

Setelah menghadapi keputusan sulit dicap sebagai seorang traveler, namun setelah bertekad memikul konsekuensinya, lalu apa lagi dan seberapa banyak pengetahuan yang telah dia bawa kembali setelah melakukan travel selain merawat ikan dan taktik pertarungan ini?

Tanpa sadar, Crusch yang telah menjadi sangat percaya bahwa Zaryusu telah menggenggam kemenangannya. Sekarang ini, hatinya berdetak kencang bukan karena mengkhawatirkan Zaryusu, tapi karena alasan lain saat dia menatap diam-diam pada wajah lizardmen pria tersebut.

"Dia benar-benar lizardmen pria yang lain daripada yang lain."

Pertarungan sengit membuat setiap orang lupa akan waktu dengan mudah, tapi bagi mereka berdua yang sedang bertarung, rasanya sangat lama. Mereka sudah kehabisan nafas dan kelelahan fisik dan mental lebih hebat daripada waktu yang dihabiskan.

Zaryusu yang telah mendapatkan kembali semangat bertarungnya meskipun darah sudah mengucur dari seluruh tubuhnya memiliki keberanian yang patut dipuji. Dia menerima pujian yang tinggi dari lizardmen yang menonton karena dapat bertahan dari kepala suku mereka jauh lebih lama dari siapapun.

Tiba-tiba saja, Zenberu yang kelihatannya hanya satu inchi lagi dari kemenangan menjatuhkan sikap siap tempurnya.

lizardmen yang ada di sekeliling menunggu menunggu dengan nafas tertahan agar Zenberu mengumumkan kemenangannya ketika dia meneriakkan.

Tapi isi dari teriakannya berlawanan dengan apa yang mereka kira.

"Ini adalah kekalahanku!"

Kepala suku mereka seharusnya hanya tinggal selangkah lagi dari kemenangan.

Jadi mengapa kepala desa mendeklarasikan kekalahannya? Hanya Crusch yang tahu ini akan terjadi. Dia berlari dengan cepat ke tengah-tengah formasi lingkaran.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Zaryusu bernafas dalam-dalam ketika dia mendengar pertanyaan itu. Dia menurunkan pedang di tangannya dan menjawab dengan kelelahan:

"Tidak ada luka yang fatal... Ini tidak akan berakibat pada pertarungan masa depan."

"...Bagus, aku akan mengobatimu dengan mantra."

Crusch membuat suara gemerisik dengan pakaian rumput itu dan menunjukkan wajahnya.

Zaryusu merasakan kehangatan yang menenangkan dari lukanya, berbeda dengan luka bakar yang dia alami sebelumnya. Zaryusu membenamkan diri ke dalam sensasi energi yang mengalir ke dalam tubuhnya lalu menolehkan wajah menghadap lizardmen raksasa yang bertarung mati-matian dengannya.

Zenberu dikelilingi oleh anggota sukunya saat dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan apa taktik Zaryusu sebenarnya.

"Seharusnya ini sudah cukup."

Setelah merapalkan mantra dua kali, Crusch memberitahukan perawatannya sudah selesai. Zaryusu melihat ke arah tubuhnya.

Masih ada darah yang mengering di kulitnya, tapi luka yang dialami telah sembuh sama sekali. Zaryusu masih terasa kaku ketika melenturkan lukanya, tapi kelihatannya luka ini tidak akan terbuka.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Crusch tersenyum cerah, dia terlihat cantik ketika menunjukkan gigi-gigi putihnya yang seperti mutiara.

" Cantiknya."

"Ah..!"

Ekor Crusch menghentak dengan keras permukaan air.

Kedua orang itu terdiam.

Crusch yang terdiam karena dia bingung dengan lizardmen pria ini yang dengan santainya mengatakan kalimat itu. Bagi Crusch yang tidak terbiasa dipuji, itu tidak bagi jantungnya jika mendengar Zaryusu terlalu sering mengatakannya.

Di lain pihak, Zaryusu tidak mengerti mengapa Crusch tidak merespon. Jangan-jangan dia membuat kesalahan-- Perasaan tidak tenang itu berkelebat di otaknya. Sebenarnya, Zaryusu selalu merasa hidupnya tidak akan ada hubungan dengan lizardmen wanita, jadi dia tidak tahu reaksi macam apa seharusnya, Tanpa disangka Zaryusu akhirnya tidak bisa berkata apapun.

Saat kedua orang itu bingung dan penasaran apa yang harus dilakukan, sebuah suara menyelamatkan mereka.

"Hey hey hey, kalian terlalu membuat iri dasar brengsek."

Kedua orang itu melihat ke arah sumber suara -- Zenberu.

Zenberu bengong sesaat ketika kedua orang itu bereaksi sama.

"Eh! Putih, bisakah kamu menyembuhkanku?"

Zenberu tidak tergerak meskipun dia telah melihat wajah albino Crusch. Ketika Crusch teringat kesan ketika dia pertama kali melihat penampilan Zenberu, dia mengerti kurangnya reaksi dari Zenberu.

"Baiklah..Tapi bukankah itu masalah tidak membiarkan druid desamu menyembuhkanmu."

"Yeah, tidak masalah. Jangan banyak bicara, aku sedang sakit nih, bahkan tulangku beku semua, bisakah kamu cepat-cepat?"

"Kamu yang memintaku melakukan ini, ingatlah untuk menjelaskannya kepada druidmu."

"ya, aku yang memaksamu, jadi tolong."

Crusch menghela nafas dan memulai perawatannya.

Zaryusu merasakan banyak tatapan memusuhi yang telah reda, dan tampang-tampang baik telah mulai bermunculan.

"Okay, aku selesai."

Crusch merapalkan lebih banyak mantra kepada Zenberu dibandingkan Zaryusu. Itu artinya bahwa lukanya sangat dalam, meskipun tidak tampak.

"Oh, kemampuanmu lebih baik daripada druid-druid di desaku."

"Terima kasih, tapi aku jarang melakukan ini untuk suku lain...Tidak, terima kasih atas pujianmu."

"Luka kami sudah selesai dirawat, ayo kita menuju topik utama untuk hari ini okay? Apakah ini terlalu terburu-buru bagimu?"

"Oh! Mari kita dengar apa yang ingin kamu katakan -- Meskipun aku ingin bilang padamu bahwa.."
Zenberu berhenti sebentar ketika tiba di titik ini, lalu berkata sambil tersenyum : "Mari kita minum dahulu!"

Zaryusu dan Crusch - kedua orang itu terlihat bingung, seakan mereka tidak mengerti apa yang Zenberu katakan.

"Urusan formal menyusahkan akan dibicarakan di perjamuan, kamu mengerti?"

Membiarkan pihak lain mengetahui kekuatanmu akan membuatmu unggul dalam negosiasi. Zaryusu mengerti bahwa dia harus mempertaruhkan nyawanya untuk ini karena begitulah bagaimana lizardmen melakukan sesuatu. Tapi dia tidak bisa mengerti sikap mengadakan pesta karena 'Green Claw' tidak memiliki tradisi seperti itu.

Kelihatannya buruk sekali jika harus pesta setelah bertempur mati-matian.

"Aku tidak mengerti..."

Sebuah perasaan ragu terbersit pada Zaryusu, membuatnya menunjukkan rasa terkejut yang sejujurnya saat dia menjawabnya dengan lembut. Tapi gelombang penyesalan langsung muncul di hatinya, karena dia telah memunculkan sikap seperti anak-anak kepada kepala suku yang belum dia jadikan sekutu. Zaryusu juga bisa merasakan Crusch melihatnya dengan tatapan aneh.

Bagi Zaryusu yang tidak memiliki pengalaman dalam cinta, tidak mungkin baginya untuk bisa merasakan bahwa Crusch yang sedang melihatnya itu dikarenakan orang yang dia suka telah menunjukkan sisi baru. Itu adalah tampang penasaran yang mengagumi hal yang lucu.

"Tidak, apa yang aku maksudkan adalah minum terlalu banyak akan membuat tumpul otak dan itu akan menjadi masalah buatku."

Zaryusu mengubah kalimatnya karena panik, tapi Zenberu kelihatannya tidak mempermasalahkannya dan membalas:

"hey hey hey, kamu seorang traveler ya kan? Jika kamu ingin belajar sesuatu di sekitar sini, pastinya adalah Dwarves ya kan?"

"Tidak, aku tidak belajar dari dwarves, tapi dari orang-orang yang hidup di hutan."

"Begitukah? kalau begitu ingat ini, teman yang minum bersama akan menjadi teman dekat, itulah ajaran dari dwarves. Mungkin tidak banyak waktu tersisa, tapi kita seharusnya segera memulai pembicaraan. Benar kan, Zaryusu Shasha?"

"oh begitu... aku mengerti sekarang, Zenberu Gugu."

"Bagus! Semuanya, kita akan pesta! Bawa itu kemari! Mulai persiapannya!"

----

Lubang api dengan lebar hampir dua meter terpasang di tanah, api tersebut hampir membakar langit. Kilauan merahnya menyingkirkan kegelapan langit malam.

Di dekat lubang api tersebut ada panci raksasa dengan tinggi lebih dari satu meter dan diameter hampir 80 cm, bau alkohol menggantung di udara.

Banyak lizardmen yang bergantian menyendok caira di dalamnya. Tapi anggur dari panci wine tersebut kelihatannya tidak ada habisnya.

Seperti Frost Pain dari Zaryusu, ini adalah salah satu dari empat harta, 'Panci Wine Raksasa'.

Rasa wine yang tak pernah habis sangat datar dan akan membuat siapapun yang menghargai alkohol akan mengerutkan dahi. Tapi bagi lizardmen, ini adalah wine yang enak.

Itulah kenapa mereka terus kembali untuk minta lagi.

Tidak jauh dari panci itu ada tempat yang sangat sepi. Sebabnya kenapa, itu dikarenakan lizardmen yang mabuk tidur tak bergerak disini.

Lizardmen yang pingsan karena alkohol semuanya dilempar kemari.

Crusch telah melepaskan pakaian rumputnya melangkah di tanah dengan hati-hati - meskipun dia menginjak ekor lizardmen tanpa sengaja -- saat dia bergerak maju. Langkahnya sangat stabil dan kelihatannya tidak mabuk, tapi dia tidak benar-benar baik-baik saja pula.

Ekornya terlihat bergerak sendiri, mengamuk kesana kemari, terkadang melengkung, selanjutnya menjadi lurus. Saat ini tegang dan terjatuh kemudian, gembira seperti anak-anak.

Faktanya, Crusch merasa seakan angin yang menyegarkan bertiup ke arah hatinya. Sebagian alasan adalah karena alkohol, tapi perasaan bebas juga menambahi ini.

Ini adalah pertama kalinya dia menunjukkan tubuh albinonya ke sekelompok besar orang-orang. Banyak yang terkejut, tapi karena kepala mereka seperti mutant, dia bisa bercampur dengan lainnya tidak lama.

Crusch membawa makanan dengan kedua tangan dan berjalan dengan langkah yang cepat.

Dia datang ke tempat dimana Zaryusu dan Zenberu sedang duduk bersila dan minum bersama-sama.

Keduanya menggunakan sesuatu seperti kelapa sebagai gelas. Di dalamnya terlihat cairan yang transparan, tapi bau alkohol sangat kuat.

Ikan mentah ditempatkan tepat di depan mereka sebagai teman bagi wine itu. Zenberu menyambut Crusch yang berjalan dengan tersenyum.

"Ah, monster tanaman."

"...Bisakah kamu merubah caramu memanggilku?"

Dia telah melepaskan pakaiannya, tapi lizardmen pria ini tetap memanggilnya seperti itu. Dia mungkin berencana untuk menggodanya seperti itu selamanya. Crusch yang menyadari kenyataan ini memutuskan untuk menghentikan usahanya yang sia-sia.

"Apakah kamu sudah menyelesaikan diskusi kalian?"

Zaryusu dan Zenberu saling memandang satu sama lain dan mengangguk.

"Sebagian besarnya."

Mereka ingin berbicara dari pria ke pria, jadi mereka meminta Crusch untuk memberikan beberapa waktu sendirian. Mereka sudah membuatnya sangat jelas, jadi dia tidak punya pilihan lain selain meninggalkan mereka dan mencari makanan, meskipun ingin bergabung dengan pembicaraan mereka. Jika mereka ingin mendiskusikan pertempuran yang akan datang, dia juga harus terlibat.

Dia ingin tahu esensinya sambil menghindari detil-detil yang canggung --

"Ini adalah pembicaraan antar pria."

Tapi Zenberu menutup topik dengan dingin menggunakan kalimat ini. Crusch menunjukkan rasa tidak senang di wajahnya, dan tidak punya pilihan lain selain merubah topik.

"Jadi apa rencanamu? Membentuk aliansi dan bertarung sama-sama?"

"Huh? Oh, tentu saja kami akan bertempur. Meskipun kalian berdua tidak datang, kami masih akan bertempur."

Suara papan kayu yang saling bersentuhan datang dari mulut Zenberu.

"Kamu benar-benar maniak bertarung."

"Jangan memujiku seperti itu, aku jadi malu."

Zenberu mengabaikan Crusch yang bengong dan meminta sesuatu darinya.

"Oh ya, monster tanaman, bisakah kamu membantuku meyakinkannya? Tak perduli bagaimanapun aku memohon kepadanya, Zaryusu masih tidak ingin menjadi kepala suku kami."

Zaryusu juga menunjukkan ekspresi menolak dan lelah. Crusch bisa tahu dari tampang yang lelah ketika Crusch tidak ada disekitarnya, pertanyaan ini diulang berkali-kali.

"Tidak mungkin baginya untuk menerima pekerjaan ini. Dia dari suku yang berbeda dan seorang .."
Crusch ingin berkata traveler, tapi dia teringat bahwa Zenberu juga seorang traveler, jadi dia mengubah topiknya: "Mengapa kamu menjadi seorang traveler?"

"Huh? Oh, kalah dari pemilik Frost Pain adalah pukulan yang telak bagiku, jadi wajar saja aku ingin pergi dan mengunjungi tempat berbeda dan menjadi lebih kuat ya kan? Jadi aku menjadi seorang traveler."

Zaryusu yang berada di sampingnya menurunkan bahu karena lelah. Crusch teringat Zaryusu yang membicarakan tentang perjalanannya juga.

Ketika Zaryusu menjadi seorang traveler, dia sangat termotivasi dengan tekadnya, ketetapan hati dan rasa tangungg jawab terhadap sukunya. Zenberu yang seorang traveler pasti memiliki pemikiran yang sama...Tapi kelihatannya itu tidak terlihat dari caranya bersikap.

Crusch meletakkan tangannya dengan lembut pada bahu Zaryusu untuk menenangkannya, menyampaikan pesan kepadanya bahwa dia adalah dia, kamu adalah kamu.

Bagi orang lain, tindakan Crusch terlihat seperti seorang kekasih. Ketika dia tahu akan hal itu, ekor Crusch mulai panik. Ekor Zaryusu juga ribut tidak karuan.

Kedua orang itu saling melihat satu sama lain mata masing-masing dan tersenyum malu-malu.

Zenberu pura-pura tidak melihat semua itu dan melanjutkan bicaranya dengan gembira:

"Aku kira pasti ada orang kuat di gunung itu karena kelihatannya besar sekali, belajar banyak dari dwarve yang aku temui dalam perjalananku dan mendapatkan war scythe itu. Pertama aku tidak menginginkannya, tapi karena dia bilang itu adalah kenang-kenangan pertemuan kami, aku tidak ada pilihan selain menerimanya."

"...Jadi itu yang terjadi, bagus sekali."

Crusch menjawab dengan dingin.

"Yeah, terima kasih."

--Sarkasme tidak berhasil.

Dengan suasana indah yang buyar, Crusch mengambil cangkir dan meminumnya semua. Dia merasa tenggorokannya panas, sebuah kehangatan menyebar dari anggur di dalam perutnya ke seluruh tubuh. Zaryusu juga melakukan hal yang sama.

Saat ini, suara lembut datang. Rasanya benar-benar berbeda daripada sebelumnya, membuatnya sulit dibedakan siapa yang langsung bertanya.

"Jadi, kira-kira kita bisa menang?"

Zaryusu menjawab dengan lirih.

"..Aku tidak tahu."

"Yeah, aku juga begitu, tidak ada jaminan dalam peperangan. Jika seseorang menjamin kemenangan tanpa tahu kekuatan dari musuhnya, aku ingin menghajarnya dan memintanya untuk tidak berkata omong kosong."

Crusch tidak mengatakan apapun lagi kepada Zenberu yang tertawa lirih.

"Tapi...musuh kita ceroboh, ini mungkin akan berakibat terhadap kemenangan kita."

Crusch menjelaskan kepada Zenberu yang bingung daripada Zaryusu.

"Apakah kamu ingat apa yang dikatakan monster itu?"

"Maaf, aku saat itu sedang tidur."

"..Seseorang pasti mendengarnya ya kan?"

"Hmmp, aku lupa karena menjengkelkan. Lagipula yang penting mereka ingin menyerang kita, kita serang balik, ya kan?"

Orang ini tidak punya harapan -- Crusch menyerah menjelaskannya dengan wajah seperti itu sementara Zaryusu menjelaskannya dengan senyum masam.

"..Mereka berkata, 'Melawanlah dengan dengan keras kepala, makhluk mortal'."

Ekspresi bahaya muncul di wajah Zenberu, wajahnya merengut lalu menyeringai.

"Benar-benar membuat marah, meremehkan kita dari awal."

Zenberu mengaum marah.

Itu menunjukkan kemarahan yang kuat dan tidak senang.

"Benar sekali, mereka meremehkan kita. Sangat percaya diri seperti itu...artinya mereka memiliki kekuatan untuk unggul dari kita dengan mudah... Tapi kita akan hancurkan arogansi musuh kita. Kita akan mempersatukan lima suku dan menunjukkan kepada mereka kekuatan terbesar yang bisa dikumpulkan. Kita akan menyerang mereka langsung, dan mengatakannya kepada mereka bahwa kita bukanlah orang lemah yang tak berdaya."

"Hmmp, tidak buruk, itu adalah cara sederhana untuk merangkumnya. Aku suka itu."

Saat dua orang pria lizardmen itu mendiskusikan dengan semangat bagaimana cara melawan, Crusch menuangkan air dingin ke dalam rencana mereka.

"Tidak baik terlalu banyak melukai harga diri mereka. Kita hanya perlu menunjukkan pada mereka nilai kita, ya kan? Jika mereka tahu kita berguna, mereka mungkin akan menahan diri untuk tidak membasmi kita."

"Hey hey, kamu ingin kami membungkukkan kepala kepada orang-orang mengjengkelkan itu?"

"Zaryusu... Aku mengerti bahaya dalam evakuasi, tapi kurasa menyelamatkan diri lebih penting daripada kehilangan kebebasan."

Crusch mengatakan pendapatnya dengan lembut.

Dua orang lainnya tidak menolak atau mengejek pemikirannya tentang ini.

Tak ada yang ingin dikuasai, tapi menjadi budak lebih memiliki masa depan daripada kehilangan nyawa. Jika mereka memiliki masa depan, akan ada banyak kemungkinan yang tak terhingga.

Sebagai congoh, jika mereka mengajarkan teknik beternak ikan kepada setiap orang, mereka mungkin bisa membuang rumah mereka saat ini dan kabur.

Jika seseorang menyerah terhadap kemungkinan ini dan memerintahkan yang lainnya untuk mati, dia tidak berhak menjadi pemimpin.

"Dengar ini."

Setelah mendengar apa yang Zaryusu katakan dengan lembut, ketiga orang itu memasang telinga dan mendengar tawa dari pesta yang terbawa angin.

"Kita mungkin tidak akan bisa bersenang-senang seperti ini setelah dikuasai."

"Mungkin kita bisa, ya kan?"

"Benarkah? Kurasa tidak. Sebuah wujud yang senang dengan kematian kita tidak mungkin sangat dermawan. Jika merak memiliki belas kasihan, mereka tidak akan mencoba untuk menghabisi kita dengan sikap main-main seperti itu."

Crusch mengangguk setuju.

Namun begitu-

"Apa yang ingin aku katakan adalah... tolong jangan sampai tewas."

"--!"

Crusch dan Zaryusu saling menatap mata satu sama lain di bawah langit malam yang dingin.

Dan membuat janji.

-Mengabaikan sama sekali Zenberu yang bersungut-sungut.

5 komentar:

Berkomentarlah dengan bijak! Tanpa ada SARA dan penghinaan.