Departure - Keberangkatan
Part 2
Gubuk terbesar di dalam desa - Aula untuk Berkumpul - sangat jarang digunakan. Pemimpin klan memiliki otoritas untuk semua urusan dan berkumpul hanya terjadi sekali ketika bulan biru. Tidak ada nilai sebenarnya memiliki gubuk itu, tapi hari ini di dalam gubuk dipenuhi dengan keributan yang menegangkan.
Banyak lizardmen yang berkumpul, menyebabkan ruang gubuk yang luas menjadi sempit dan gerah: warrior, druid, hunter dan dewan tetua serta Zaryusu, yang merupakan traveler. Semuanya duduk bersila, menghadap Shasuryu.
Bertindak sebagai pemimpin klan, memutuskan untuk memulai rapat dan yang pertama bicara adalah tetua druid.
Wanita lizardmen tua itu ditutupi oleh warna putih, menunjukkan gambaran yang fantastis. Meskipun simbol-simbol itu memiliki banyak arti, makna mereka tidak diketahui oleh Zaryusu.
"Kalian semua ingat awan hitam yang menutupi langit? Itu adalah magic. Dari yang aku tahu, ada dua mantra untuk memanipulasi cuaca. Satu disebut [Control Weather], magic tingkat 6. Kita bisa dengan aman mengeluarkan magic itu karena itu adalah mantra di ranah legenda. Yang lainnya adalah magic tingkat 4 yang disebut [Control Cloud]. Ini juga adalah mantra yang hanya bisa digunakan oleh magic caster yang kuat. Kita bodoh jika melawan musuh seperti itu."
Di belakang Tetua Druid, yang memakai pakaian sama dengan druid itu mengangguk setuju.
Meskipun Zaryusu mengerti seberapa kuatnya magic tingkat 4 itu, lizardmen lain tidak tahu dan suara keraguan mereka memenuhi sekeliling.
Tidak yakin bagaimana menjelaskannya, Tetua Druit menunjukkan ekspresi bingung sebelum menunjuk kepada seorang lizardmen. Yang ditunjuk juga menunjukkan ekspresi binung, menunjuk dirinya pula.
"Ya, kamu. apakah kamu bisa mengalahkanku?"
Lizardmen perlahan menggelengkan kepala.
Dia mungkin bisa melawan jika kedua pihak menggunakan senjata, tapi jika kamu memasukkan magic, peluang menang sangat rendah. Atau lebih tepatnya, hampir tidak mungkin untuk hanya seorang warrior bisa menang.
"namun, bahkan aku hanya bisa menggunakan mantra tingkat 2."
"Jadi yang kamu katakan, dia seharusnya lebih kuat dua kali lipat darimu?"
Menghadapi pertanyaan bodoh ini, Tetua Druid menghela nafas dan menggelengkan kepala.
"Tidak sesederhana itu. Menghadapi magic tingkat 4, bahkan Pemimpin Klan kita akan dengan mudah dibunuh."
"Meskipun itu tidak multak" ditambahkan oleh spekulasi dari Tetua Druid lalu menutup mulutnya.
Akhirnya memahai terror dari magic tingkat 4, ruangan itu menjadi hening. Saat ini, Shasuryu mulai bicara.
"Pada akhirnya, apa yang ingin dikatakan oleh tetua druid adalah.."
"Kabur adalah tindakan yang terbaik. Meskipun kita melawan, tidak mungkin bisa menang."
"Apa yang kamu katakan!"
Mengikuti suara raungan yang keras dan rendah, Lizardmen yang tinggi berdiri. Dia memiliki postur yang mirip dengan Shasuryu dan merupakan kepala Warrior.
"Kabur tanpa melawan! Kabur ketika menghadapi level bahaya seperti itu tidak bisa ditolerir."
"Ada apa dengan kepalamu?! Sudah terlambat jika kita mulai melawan!"
Tetua Druid menatap dan berdiri tergopoh-gopoh, berhadapan dengan kepala Warrior. Kedua orang itu tampaknya marah dan membuat suara mengancam. Saat ketika ketakutan setiap orang meningkat, sebuah suara dingin terdengar.
"...Sudah cukup."
Dengan wajah seperti bangun dengan air dingin, keduanya menoleh ke arah Shasuryu dan duduk keduanya meminta maaf.
"Kepala Hunter, mari dengar sudut pandangmu."
"....Pendapat Tetua Druid dan Kepala Warrior keduanya bisa dimengerti, mereka memang masuk akal."
Untuk menjawab pertanyaan Shasuryu lizardmen kurus membuka mulut. Meskipun dia kelihatannya kecil ukurannya, dia tidak kekurangan otot, tapi lebih ototnya sangat tertutup rapat.
"Itulah kenapa karena masih ada waktu. Kita harus menelaah situasinya. Jika benar, mereka akan mengirim tentara. Mereka pasti akan memiliki tanda-tanda bangunan untuk markas nantinya dan sebagainya, oleh karena itu kita harus mengawasi dulu dan memutuskannya setelah itu."
Tanpa informasi apapun, mengatakan hal ini atau itu tidak akan ada gunanya. Beberapa orang menyatakan persetujuan.
"Tetua."
"Tidak ada banyak hal yang bisa dikatakan, seluruh pendapat adalah benar. Yang tersisa adalah keputusan dari Ketua klan."
"Muu.."
Pandangannya berkeliling, Shasuryu bertemu dengan mata Zaryusu, yang sedang duduk diantara kerumunan, dan memberikan anggukan.. Zaryusu merasa seakan mendapatkan dorongan lembut di punggungnya - apakah jalan di depan adalah bahaya atau tidak diketahui - tetap saja, dia mengangkat tangan untuk menunjukkan dia juga mempunyai suatu ide.
"Ketua Klan, tolong biarkan aku bicara."
Kali ini, fokus dari seluruh lizardmen berkumpul kepada Zaryusu. Kebanyakan dari mereka menunjukkan ekspresi memberi harapan, tapi lainnya menunjukkan ketidak puasan.
"Ini bukan tempat bagi 'traveler' untk bicara. Kamu seharusnya bersyukur kami sudah memperbolehkanmu datang," seorang anggota dewa Tetua bersuara, "Turun seka..."
Bam! Suara ekor yang memukul lantai, membelah ucapan tetua seperti pisau tajam.
"Diam."
Memberikan getaran bahaya, suara Shasuryu membawa nada parau yang membuat lizardmen bergidik, tensi di ruangan itu memuncak dan atmosfir yang semakin panas dari sebelumnya yang dingin.
Pada atmosfir ini, seorang Tetua membuka mulutnya tanpa memperhatikan orang-orang disekitarnya yang memperingatkan dia "Jangan melakukan hal-hal yang tidak perlu."
"Tapi Ketua klan, menerima pengecualian khusus hanya karena dia adalah adikmu tidaklah baik. Disamping itu, Traveler adalah.."
"Aku bilang diam. Apakah kamu mendengarku?"
"Geh"
"Saat ini, semua orang yang duduk disini memiliki kebijaksanaan. Mengapa tidak mendengar ide dari seorang traveler."
"Traveler adalah --"
"Ketua klan telah bicara dan kamu masih menolak perintahnya?"
Menggerakkan pandangannya dari Tetua yang diam, Zaryusu melihat kepala lainnya.
"Tetua Druid, Kepala Warrior, Kepala Hunter, apakah kalian kira tidak ada nilainya mendengarkanku?"
"Ucapan Zaryusu layak didengar."
Kepala Warrior berbicara dulu.
"Warrior macam apa yang mengabaikan pengguna Frost Pain."
"Aku setuju, ada nilainya mendengarkan."
Lalu Kepala Hunter berbicara mengikuti Tetua Druid yang mengangkat bahu.
"Tentu saja kita harus dengarkan. Menolak mendengar orang bijak adalah hal yang hanya dilakukan orang-orang bodoh."
Menerima ejekan yang intens, beberapa dewan tetua mengerutkan alis mereka. Shasuryu mengangguk kepada ketiga kepala dan membiarkan Zaryusu melanjutkan ucapannya. Zaryusu tetap duduk dan membuka mulutnya.
"Kabur atau bertarung, jika kita harus memilih kita harus memilih yang terakhir."
"Apa alasannya?"
"Karena hanya itu pilihannya?"
Biasanya, jika ketua klan bertanya alasan seseorang harus menjelaskan dengan jelas. Tapi Zaryusu tidak melanjutkan dan menutup mulut seakan selesai.
Shasuryu menutup dagunya dan jatuh ke dalam pemikiran yang dalam.
..Apakah kamu sudah melihat apa yang aku pikirkan?...Kakak.
Zaryusu melakukan sebaik-baiknya untuk tidak membocorkan pemikirannya. Waktu itu, Tetua Druid menunjukkan ekspresi terluka sambil mengarahkan pertanyaannya kepada orang-orang tertentu.
"Apakah mungkin bisa menang?"
"Tentu saja kita bisa menang!"
Kepala Warrior berteriak seakan memecahkan perasaan tidak tenang, tapi tetua Druid hanya memicingkan matanya.
"...Tidak, dalam situasi sekarang peluang sukses adalah sangat rendah."
Yang langsung menolak pendapat Kepala Warrior adalah Zaryusu.
"...Apa sebenarnya maksudmu?"
"Kepala Warrior, musuh sudah tahu kekuatan tempur pihak kita, dengan kata lain mereka tidak akan mendekati kita dengan sikap yang meremehkan. Jika itu masalahnya, maka tidak mungkin memperoleh kemenangan dengan kekuatan tempur kita."
Lalu apa yang harus kita lakukan? Saat semuanya akan menyuarakan keraguan mereka, Zaryusu berbicara sebelum siapapun mengeluarkan pendapatnya.
"Itulah kenapa kita harus mengganggu rencana dari musuh kita.. Apakah disini masih ada yang mengingat perang sebelumnya?"
"Tentu saja."
Bahkan mereka yang terkena dementia tidak akan bisa melupakan perang yang terjadi tujuh tahun yang lalu.
Di masa lalu tanah basah ini dihuni oleh tujuh suku lizardmen: Green Claw, Razor Tail, Dragon Tooth, Yellow Speckle, Sharp Edge dan Red Eye.
Namun hanya tersisa lima.
Itu adalah peperangan yang merenggut banyak nyawa, dan menghapus dua suku.
Alasan konflik ini adalah hasil panen yang buruk dari makanan pokok, ikan. Diikuti oleh kelas hunter, zona berburu ikan semakin melebar di danau. Tentu saja suku yang lain mengikutinya.
Lalu konflik terhadap perburuan dan titik mencari ikan diantara para kelas hunter timbul. Karena itu mengenai bahan makanan untuk bisa menyelamatkan suku, tidak mungkin bisa ditolerir.
Pertikaian lalu berubah menjadi pertempuran, dan hanya masalah waktu sampai pertempuran ini naik menjadi pembunuhan besar-besaran..
Selanjutnya, untuk mendukung kelas hunter, kelas warrior juga mengambil tindakan. Pertempuran sengit terpicu karena ketersediaan makanan yang menipis.
Lima dari tujuh suku yang masih ada terlibat dalam pertarungan dan berakhir dengan situasi tiga lawan dua: Green Claw, Small Fang dan Razor Tail melawan Yellow Speckle dan Sharp Edge. Selain dari kelas warrior, lizardmen pria lainya dan bahkan lizardmen wanita digerakkan untuk bertarung demi suku mereka.
Setelah beberapa pertempuran besar, pihak tiga suku yang termasuk Green Claw muncul menjadi pemenang, meninggalkan dua suku yang kalah menjadi sangat miskin mereka akhirnya tidak mampu mendukung diri mereka sendiri dan terpaksa menyebar. Sisa-sisa ini lalu diserap oleh suku Dragon Tooth yang tidak ikut perang.
Ironisnya, karena anggota lizardmen sangat berkurang drastis, kekurangan bahan makanan yang pada asalnya memicu konflik ini juga selesai. Diet makanan pokok ikan sekarang bisa dibagikan kepada semuanya.
"Lalu kenapa?"
"Berpikirlah tentang kata-katak yang ditinggalkan oleh orang yang pergi itu. Dia bilang bahwa desa ini adalah yang kedua, itu juga artinya bahwa dia telah meninggalkan pesan yang sama kepada desa lain."
"Ah."
Banyak suara yang setuju dengan ucapan Zaryusu.
"Itu artinya kita harus membentuk aliansi baru!"
"Jangan-jangan.."
"Ya, kita harus membentuk aliansi."
"Sama seperti perang sebelumnya."
"Dengan begitu, mungkin kita akan menang?"
Ucapan-ucapan kecil antara lizardmen segera berkembang menjadi keributan besar. Seluruh gubuk mendiskusikan pendapat Zaryusu, namun ketua klan Shasuryu mempertahankan diamnya. Mata kepala itu terlihat seakan dia memandang jauh ke dalam hatinya, membuat Zaryusu tidak bisa lagi menolehkan wajahnya menghadap dia.
Setelah memperbolehkan sedikit waktu berdiskusi, Zaryusu bicara lagi.
"Jangan salah. Aliansi yang aku bicarakan termasuk seluruh suku."
"Apa?"
Saat pendapat itu, orang kedua yang mengerti artinya adalah kepala hunter, yang mengeluarkan suara kagum. Mata Zaryusu terkunci kepada Shasuryu dan lizardmen di garis penglihatannya secara tidak sadar terbagi ke dalam dua sisi.
"Ketua Klan, saya juga menyarankan membentuk aliansi dengan Dragon Tooth serta Red Eye."
Sekeliling mereka meningkat menjadi keributan besar, seakan sebuah granat yang meledak di ruangan itu. Mereka tidak memiliki komunikasi dengan Dragon Tooth dan Red Eye yang tidak ambil bagian dalam peperangan. Terlebih lagi, Dragon Tooth mengambil sisa dari Yellow Speckle dan Sharp Edge, para pengungsi dari suku musuh.
Untuk membentuk aliansi dengan dua suku tersebut, membentuk aliansi lima suku.
Jika itu mungkin maka mungkin saja untuk menang. Saat semuanya bergantung kepada harapan yang kecil ini, Shasuryu tiba-tiba berbicara:
"Siapa yang akan jadi wakilnya?"
"Aku akan pergi."
Shasuryu tidak terkejut jawaban langsung dari Zaryusu. lizardmen di sekitarnya telah memperhitungkan ini bahwa Shasuryu mengerti karakter adiknya dan mengantisipasi respon tersebut. Mengeluarkan suara empati, mereka juga berpikir bahwa tidak ada calon yang lebih cocok untuk dipilih. Namun satu pendapat yang melawan.
"Mengirimkan seorang traveler?"
Itu adalah Shasuryu. Tatapannya yang seperti es menusuk langsung kepada Zaryusu.
"Itu benar, Ketua klan. Namun kita sudah berada di waktu mencoba. Jika sisi lain tidak mau mendengarkan perkataanku hanya karena aku seorang traveler, maka mereka tidak layak dijadikan sebagai sekutu."
Zaryusu dengan mudah menangkal tatapan dingin itu. Setelah keduanya saling menatap sebentar, Shasuryu mengeluarkan senyum sendiri. Bukan karena dia menyerah atau karena dia tidak bisa menghentikan adiknya, atau mungkin karena dalam dirinya dia mengejek dirinya yang setuju. Itu adalah senyum tanpa kesedihan.
"Bawa serta segel kepala suku."
Itu berarti memiliki arti sebagai wakil kepala suku. Beberapa Tetua yang berharap untuk mengutarakan pendapatnya bahwa 'itu bukan sesuatu yang seharusnya dimiliki oleh seorang traveler' terdiam di bawah tatapan kuat Shasuryu.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya."
Zaryusu membungkuk. Menerima rasa terima kasihnya, Shasuryu melanjutkan bicaranya:
"...Aku akan memilih wakil siapa yang menuju ke suku lain. Pertama adalah..."
Angin dingin bertiup di malam hari. Karena itu adalah tanah basah, kelembaban yang tinggi dan panasnya musim panas bergabung dan memberikan luka yang mengerikan pada orang-orang, namun di malam hari panas ini sedikit mengendur dan tiupan angin termasuk dingin sekali. Tentu saja lizardmen memiliki kulit yang kuat, ini tidak termasuk perubahan yang signifikan.
Zaryusu berjalan menyusuri tanah basah, tujuannya adalah ke gubuk Rororo.
Meskipun masih ada beberapa waktu, tidak bisa dikatakan dengan pasti bahwa tidak ada hal yang mungkin bisa tiba-tiba terjadi, dan terlebih lagi tidak diketahui apakah musuh akan mematuhi jadwal yang mereka buat sendiri, atau mungkin menghambat gerakan Zaryusu. Dengan semua pertimbangan tersebut, menyusuri tanah basah ke Rororo masih merupakan hal yang paling tepat.
Jejak Kaki Zaryusu semakin lambat lalu berhenti. Tas di belakang punggungnya yang dipenuhi dengan berbagai macam item juga bergoyang. Alasan dia berhenti karena cahaya bulan menyinari pemandangan dari lizardmen yang familiar dan sedang meninggalkan gubuk Rororo.
Kedua individu itu terdiam saat saling memandang, dan Zaryusu yang bingung membengkokkan lehernya menjadi lengkung. lizardmen bersisik hitam itu semakin dekat dan memperpendek jaraknya.
"...Aku memperhitungkan kamu sebagai orang yang paling pantas memakai mantel ketua suku."
Hanya itu ucapan dari Shasuryu yang mendekat menjadi dua meter.
"..Apa yang kakak katakan."
"Masih ingat peperangan besar sebelumnya?"
"Tentu saja."
Karena Zaryusu memunculkan pertanyaan ini selama rapat, tidak mungkin dia tidak ingat. Tentu saja bukan ini point utama pertanyaan Shasuryu.
"...Setelah peperangan kamu menjadi seorang traveler. Waktu itu ketika kamu memiliki tanda yang dibakar di dadamu, kamu tidak tahu seberapa besar aku menyesalinya. Meskipun jika aku harus menggunakan tinjuku, aku seharusnya menghentikanmu."
Zaryusu menggelengkan kepala dengan keras. Ekspresi kakaknya waktu itu masih mengganjal di hatinya.
"...Berkat izin kakak aku bisa belajar kemampuan untuk merawat ikan."
"Jika itu adalah kamu, meskipun kamu tetap di desa kamu akan mampu mendapatkan metode itu. Orang sepintar dirimu seharusnya bisa mendukung tiang desa ini."
"Kakak."
Masa lalu adalah masa lalu, oleh karena itu diskusi hipotetis yang dimulai dengan 'bagaimana jika...' adalah hal sia-sia. Masa lalu sudah menjadi batu, tapi menyesali peristiwa itu adalah kelemahan dua orang ini.
Tidak, bukan itu juga.
"...Tidak sebagai ketua klan, tapi sebagai kakakmu, aku tak bisa mengatakan padamu bahwa itu akan bergerak lancar jika kamu sendirian. Kembalilah dengan selamat, jangan menjadi sok pemberani."
Merespon hal ini, Zaryusu menjawab dengan senyum sombong:
"tentu saja aku akan menyelesaikan misi ini dengan sempurna agar kamu lihat. Tugas ini adalah bukan apapun bagiku."
"Huh." wajah Shasuryu berubah menjadi senyum kecut.
"Kalau begitu, jika misimu gagal, ikan yang paling gemuk yang kamu rawat harus jadi milikku."
"Kakak, hal seperti itu tidak ada apa-apanya, dan bukanlah sesuatu yang harus kamu katakan saat ini."
"...Muu."
Kedua orang itu tertawa lirih.
Lalu bertukar wajah serius.
"Jadi tujuanmu hanya itu?"
"..Apa yang katakan? Apa maksudmu?"
Sesaat Zaryusu memicingkan matanya... lalu berpikir sendiri "Sial!". Dengan pengetahuan sebagai kakak, reaksinya tadi adalah kesalahan.
"..Pidatomu di gubuk seakan memberikan semangat kepada pendapat semua orang, namun caramu mengatakannya jelas menyimpan sesuatu."
Zaryusu terdiam dan Shasuryu melanjutkan:
"..Penyebabnya dari perang sebelumnya adalah bukan hanya karena pertikaian antara suku. Peningkatan substansial dari populasi lizardmen adalah salah satu alasannya."
"Kakak.. mari kita tidak membicarakan ini lagi."
Nada suram Zaryusu kelihatannya memastikan statemen Shasuryu.
"Jadi... karena itu."
"...hanya karena itu, untuk mencegah peperangan sebelumnya terjadi lagi."
Kalimat yang diucapkan Zaryusu ini mengandung makna dalam dari pemikiran menjijikkan dirinya dan rencananya. Hanya terlalu busuk, dan jika mungkin dia tidak ingin kakaknya tahu tentang itu.
"Jadi jika suku lain menolak membentuk aliansi, lalu apa? Karena mereka yang hanya mau mendukung dan mereka yang berharap untuk kabur ke luar akan pasti menolak."
"Jika begitu maka... pilihannya hanyalah membasmi mereka."
"Dimulai dengan membasmi sukumu sendiri?"
"Kakak..."
Mendengar nada persuasi dari suara Zaryusu, Shasuryu tersenyum hampir tidak sopan.
"Aku mengerti bahwa kekhawatiranmu itu benar. Sebagai tokoh pembimbing untuk suku, karena menyangkut kelangsungan hidup suku kita, tentu saja aku harus mempertimbangkan ini. Itu sebabnya kamu tidak perlu diam, adik."
"Aku menghargai ucapan itu. Lalu apakah mereka harus dibawa ke desa ini?"
"Jangan. Menurut orang yang datang itu desa ini adalah yang kedua, jadi pasukan utama seharusnya berada di desa pertama. Biasanya strategi terbaik adalah berkumpul di desa terakhir atau dengan pertahanan terbaik, tapi jika itu dihancurkan maka akan menjadi pukulan serius pada pertarungan berikutnya, oleh karena itu mari buat posisi bertahan di desa pertama. Untuk bertukar laporan intelejen denganmu, mari kita berkomunikasi melalui magic tetua druid jadi kamu bisa langsung mengirimkannya kemari."
"Mengerti."
Magic yang kakak sebutkan adalah hal rapuh yang tidak bisa mengirimkan terlalu banyak isi jika jaraknya terlalu jauh, tapi Zaryusu menilai tidak apa untuk saat ini.
"Kalau begitu aku asumsikan bahwa tidak akan ada masalah jika kita menarik jatah untuk pasukan dari ladangmu?"
"Tentu saja, tapi tolong sisakan yang remaja. Tidak mudah mendapatkan mereka dari tempatnya sekarang, bahkan jika kita harus mengabaikan desa maka akan itu akan berguna."
"Sepakat. Berapa banyak yang bisa disediakan ladangmu?"
"Jika kita bicara tentang konsumsi kering, sekitar seribu ton seharusnya bukan masalah."
"Jika begitu... maka untuk jangka pendek itu bukan masalah."
"Ah, aku serahkan itu padamu. Jadi, kakak, biarkan aku pergi kesana... Rororo."
Bereaksi terhadap suara Zaryusu, seekor kepala ular muncul di jendela. cahaya bulan biru pucah memantul dari sisik-sisiknya, memberikan kecantikan seperti fantasy.
"Kita harus pergi. Bisakah kamu kemari?"
Rororr melihat sesaat kepada Zaryusu dan Shasuryu, dan menurunkan kepalanya kembali ke dalam. Lalu sebuah suara datang seperti seekor binatang yang bergerak menyusuri air.
"Kakak, masih ada beberapa masalah yang aku harap untuk didengar, apakah kamu bisa menjawabnya? Bagaimana dengan jumlahnya? Tergantung situasi kita membutuhkan equipment untuk digunakan sebagai negosiasi."
Shasuryu diam sejenak, lalu membalas:
"...Sepuluh warrior, dua puluh hunter, tiga druid, tujuh puluh wanita, seratus pria, anak-anak...sekitar itu."
"...Ah, aku mengerti."
Shasuryu memberikan senyum lelah dan Zaryusu tetap diam. Suara air yang keras tiba-tiba memecahkan keheningan. Kedua orang itu memeriksa arah dimana suara air itu berasal, dan tersenyum nostalgia.
"Ah, kakak, aku juga. Aku tidak mengira dia bisa tumbuh begitu besar. Ketika aku mengambilnya, masih kecil."
"Aku juga tidak percaya, sudah sebesar ini ketika kamu bawa kembali."
Keduanya teringat dengan masa lalu Rororo. Lalu empat kepala ular muncul di air dekat dengan gubuk, keempatnya menggunakan tindakan yang sama dalam memecah air dan menuju Zaryusu.
Tiba-tiba ular itu menaikkan kepalanya dan figur tubuh besar bisa terlihat di dalam air. Binatang buas itu memiliki empat kepala reptil yang tersambung dengan leher panjang kepada tubuh besar dengan empat kaki.
Itu adalah monster, seekor hydra.
Ini adalah nama dari spesies Rororo.
Itu bukan hanya bukti dari elemen ular, tapi juga diketahui dari suara mengunyahnya ketika diberi makan ikan.
Dengan gerakan yang tak diduga cepat tidak cocok dengan tubuhnya yang besar sekitar lima meter panjangnya, dia tiba di samping Zaryusu.
Zaryusu menaiki punggung Rororo dengan lincah seperti ular.
"Kamu haus kembali dengan selamat. Ditambah lagi, bukan gayamu tidak menggunakan otak seperti yang kamu lakukan di masa lalu ketika berteriak 'tak ada yang boleh menjadi korban'."
"..Aku juga sudah tumbuh, itulah yang terjadi."
Untuk ucapan Zaryusu, Shasuryu mendengus.
"Bocah itu ternyata tumbuh menjadi seorang pria dewasa sekarang...Baiklah, jangan terkena masalah. Jika kamu tidak kembali, target pertama untuk diserang akan diputuskan."
"Aku akan kembali dengan selamat. Tunggu saja aku, kakak."
Setelah beberapa saat, mereka bertukar tatapan yang dipenuhi dengan emosi dan tanpa teguran, keduanya semakin menjauh.
3 komentar:
sankyu overlord vol 4 bab 1 bag. 2
Yeyeye okokok
kadaal
Posting Komentar