Player Versus NPC - Pemain vs NPC
Part 3
Sebuah suara tebasan.
"Kyaaaaaaaa!"
Terperangah karena melihat pemandangan yang tidak mungkin, Shalltear menjerit. Pedang menembus bahunya, membelah tulang dadanya dan berhenti pada jantungnya yang tak bergerak.
Dengan langkah yang terhuyung-huyung, dia mundur. Armor berwarna merah itu sekarang semakin tua merahnya, Shalltear menatap dengan kaget.
Ainz menggenggam sebuah pedang di tangan. Sebuah katana yang besar dan tajam terbungkus petir. Katana itu telah memotong menembus armor Shalltear seperti kertas.
Bahkan diantara Item Kelas Divine, hanya ada beberapa yang bisa dengan mudah memotong dan menembus armor kelas legendaris Shalltear.
Lalu - jawabannya memang hanya ada 'sedikit'.
Memang benar.
Senjata yang digenggam Ainz di tangan merupakan senjata salah satunya-
Bersama dengan darahnya, Shalltear terbatuk sambil menyebut nama senjata tersebut.
"Takemikazuchi Mk 8!"
Sekali lagi, pedang itu terhempas kepadanya, membuat Shalltear mundur dengan jarak yang lebar untuk menghindarinya. Jarak Shalltear yang lebar di luar jarak senjata itu menunjukkan seberapa takutnya dia dengan senjata tersebut.
Tak ada yang bisa menyalahkannya, terutama salah satu dari Guardian Floor dari Great Tomb of Nazarick.
Karena sebuah senjata yang dipakai oleh 'Warrior Takemikazuchi' - salah satu 41 Supreme Begin, telah muncul.
"Seperti yang sudah kukatakan, Shalltear. Tak ada kata kalah bagi [Ainz Ooal Gown]."
Ainz maju selangkah, dan Shalltear mundur dua langkah.
"Baru sadar sekarang, Shalltear. Kamu menghadapi Ainz Ooal Gown, dengan gabungan kekuatan dari seluruh 41 Supreme Begin. Dari awal, kamu tak memiliki peluang untuk menang."
Saat ini - gelombang pertarungan tidak lagi sama dengan sebelumnya.
Sebuah suara yang lirih terdengar, suara milik seorang pria yang telah menyingkirkan situasi yang tidak menguntungkan baginya.
"Shalltear Bloodfallen. Tancapkan baik-baik pada kedua matamu kekuatan dari orang yang kalian semua panggil dan sebut sebagai Penguasa Tertinggi Great Tomb of Nazarick, pemimpin dari Supreme Being."
Itu adalah sebuah sinyal bahwa dia sekarang akan berubah menjadi offensive.
Ainz melangkah maju, mengangkat kedua tangannya ke atas kepala dan mengayunkan katananya.
Ainz bicara lirih.
Dengan penuh kepercayaan diri dan keteguhan yang mutlak.
Seperti berjalan pada es yang tipis, itu adalah pertarungan dimana kesalahan sekecil apapun akan membuat jatuh terjerembab ke dalam danau yang tak berdasar. Ainz saat ini semakin dekat di hati musuhnya.
MP keduanya sudah nol. Dalam HP, Shalltear memiliki keunggulan.
Namun, Ainz, yang sekarang adalah warrior level 100 berkat [Perfect Warrior], melebihi Shalltear tidak hanya kelas warrior murni. Bahkan dalam equipment, Ainz memiliki keunggulan.
Shalltear mengambil langkah mundur dan mempersiapkan diri untuk menyerang dalam waktu bersamaan. Dia berencana untuk menyerang ketika ada celah setelah pedang diturunkan. Dalam kenyataan, Takemikazuchi Mk. 8 termasuk senjata yang besar, dan seperti Spuit Lance, tidak mampu melakukan gerakan yang lincah.
Dibungkus Petir, Takemikazuchi Mk 8 membelah udara dan berhenti tepat di pinggir dada Shalltear, yang berdiri siap untuk menyerang mau. Selanjutnya adalah sebuah tusukan dengan kecepatan dewa.
Tak perduli seberapa kuat fisikmu, sulit untuk menghentikan sebuah ayunan yang sudah berada di bawah dengan kekuatan penuh kembali ke udara. Apalagi jika senjata itu termasuk ukuran yang perlu dipertimbangkan.
Alasan mengapa hal seperti itu mungkin karena Ainz tidak mengayunkan dengan kekuatan penuh. Dengan kata lain, itu adalah sebuah serangan dengan asumsi tidak akan mengenai targetnya, sengaja membuat titik lemah.
Merencanakan seranganmu sambil berpikir beberapa langkah ke depan, itu adalah taktik yang sangat jelas bagi seorang warrior.
Yang Ainz lakukan hanyalah mempraktekkan hal itu.
Namun, dia tak pernah terpikirkan hal itu jika dia tidak pernah merasakan sendiri pertarungan yang dia lakukan di E-Rantel. Dia hanya akan mengayunkan tanpa tujuan yang jelas dan menemui serangan balik Shalltear.
Tidak diragukan bagi Ainz, meskipun menjadi seorang warrior level 100, akan berakhir di dalam situasi dimana dia tidak akan mampu mengeluarkan kekuatan penuhnya dan membuat kesempatan. Mirip dengan mengendarai mobil. Meskipun seseorang memiliki Surat Izin Mengemudi dan tahu bagaimana mengendarai, perbedaan antara pengendara pemula dan yang sudah berpengalaman akan sangat terlihat jelas ketika menghadapi situasi yang sulit.
Ini - adalah pengalaman.
Yang dipercaya Ainz sebagai 'senjata' terhebat pada pertempuran melawan Shalltear.
Menghindarinya akan sulit.
Shalltear dengan tenang menilai hal itu sambil menatap tusukan yang luar biasa cepat menuju dia. Namun, sebuah tusukan adalah teknik yang beresiko. Mengamati kelemahannya akan memberi kesempatan yang besar bagi Shalltear.
Kalau begitu...Aku tidak punya pilihan.
Dengan tekad mengorbankan sebuah lengan. Shalltear mengarahkan tangan kirinya ke jalur lintasan dari tusukan.
Dalam sekejap katana tersebut menusuknya; Shalltear sedikit menggerakkan tangan kirinya dan mengarahkan tenaga tusukan sedikit ke samping.
Menembus telapak tangan kiri daripada dadanya, katana itu tidak kehilangan momentumnya dan membelah baik daging dan tulangnya, merobek bagian dalam tangan kirinya.
Bahkan untuk seorang undead, rasanya ketika tubuh terkoyak membuat merinding. Namun, sudut bibir Shalltear pun naik.
Itu adalah sebuah senyum - bukan sebuah ekspresi yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang menerima luka seperti itu. Tapi itu juga bukan sebuah tipuan. Ini adalah apa yang dituju oleh Shalltear.
Shalltear melenturkan lengan kirinya dengan katana yang masih menancap di dalam. Ototnya menggenggam pedang dan menghentikan gerakannya.
Sudah umum jika sebuah tusukan seringkali akan luput dari targetnya atau menjadi tertancap karena otot. Itulah kenapa tusukan itu termasuk sulit digunakan, dengan kata lain, memiliki kelemahan. Karena Shalltear tahu ini, dia mengorbankan lengan kirinya untuk membuka sebuah celah.
Itu adalah teknik yang menakjubkan dimana jendeal timing antara pedang yang masuk ke lengannya dan merobek daging kurang dari satu detik.
"Sebuah celah!"
Dengan pedang yang masih tertancap, Ainz tidak memiliki cara untuk menghindari Spuit Lance.
Shalltear, yang akan mengayunkan Spuit Lance miliknya dengan kecepatan cahaya, melihat sebuah pemandangan yang mengagetkan.
Ainz melempar kata kelas divine miliknya, salah satu yang terkuat dari kelasnya, dan menarik salah satu batang kayu yang dia tempelkan di pinggang.
"Hah! Bodoh sekali! Anda mau menghadang Spuit Lance dengan benda seperti itu?! Dan anda bahkan membuat senjata anda. Pilihan yang salah!"
Tidak terlalu bergantung pada item kelas divine Takemikazuchi Mk. 8 adalah bijak, tapi tidak mungkin menang tanpanya.
Dengan sebuah cibiran, Shalltear, bertekad untuk memberikan luka sebanyak yang dia terima di lengan kiri, menusukkan Spuit Lance miliknya dengan seluruh kekuatan dan dipentalkan oleh suara logam.
"Eh?"
Shalltear mengeluarkan suara terperangah.
Batang kayu di tangan Ainz tidak lagi ada disana. Berganti dengan dua Kodachi. Senjata yang memiliki kilauan brilian seperti matahari, cahaya tenang seperti bulan.
Asap keluar dari tangan Ainz yang menggenggam senjata, seakan marah disentuh oleh seorang undead.
"Dimana celahnya, Shalltear?"
"Ehh?! Apa? Ba. Bagaimana mungkin?"
Beban dari senjata yang seharusnya ada di lengan kiri Shalltear sudah tidak ada lagi. Segera Ainz menarik senjata baru, yang tadi menghilang, seakan tidak bisa berada di dunia yang sama. Shalltear samar-samar mengerti: Senjata itu telah kembali ke tempat asalnya.
"Tak tahu cara menipu, bahkan jika aku menggenggam sebuah pedang di masing-masing tangan, akan lebih baik bagiku untuk menggunakan satu saja... ya kan?"
Seakan mengingat kembali, Ainz bergumam kepada seseorang yang sudah tidak ada.
"Mungkin, bagaimana dengan aku yang sekarang?"
Bahkan tanpa kesempatan untuk berpikir arti kalimat itu, Kodachi dengan rembesan cahaya bulan dengan sekejap mengarah ke Shalltear.
Meskipun terlihat seakan menuju lehernya, jalur lintasan senjata itu berubah dan menuju bahunya. Serangan seperti itu hampir saja tidak bisa dipentalkan oleh Spuit Lance.
Membidik hal ini, Ainz berjalan ke dalam ruang di celah Shalltear. Semakin besar senjatanya, semakin lemah mereka dalam pertarungan jarak dekat. Memahami ini sepenunya - itu adalah gerakan dari seorang veteran.
Kodachi matahari di tangan lain - menembus pertahanan Spuit Lance dan sedikit menancap ke dalam tubuh Shalltear.
"AAHHHHHH!!"
Sebuah suara dipenuhi dengan rasa perih meledak dari ruang antara bibirnya.
Luka dari pedang sesungguhnya bukan apa-apa. Namun, luka karena atribut holy dari pedang yang merembes ke dalam tubuh seperti sebuah racun. Inilah yang dia tidak bisa tahan.
Dengan pedang masih menancap, Ainz menggerakkan pedang itu ke samping untuk mencoba melebarkan lukanya.
"Minggir!"
Karena itu bukanlah jarak dimana Shalltear bisa dengan bebas mengayunkan Spuit Lance, dia melemparkan sebuah tendangan. Meskipun Ainz menghadangnya dengan Kodachi, dia tidak bisa menyerap tenaga benturannya dengan sempurna dan terlempar mundur. Lalu Shalltear melihatnya; figur Ainz yang melepaskan Kodachi dan menggenggam batan kayu kecil.
Dan disaat batang tersebut patah, menutupi tangan Ainz dan memperlihatkan sarung tangan besar yang mematikan. Cukup besar hingga menyentuh tanah meskipun berdiri -
"Haah!"
-Membelah udara saat Ainz melangkah maju dan merangsek dengan sebuah teriakan.
Meskipun Shalltear tidak berniat menghadang dengan tombak miliknya, benturan yang menakutkan menjalar melalui senjata itu dan sampai ke tubuh Shalltear.
"Gueh!"
Benturan ketika terkena serudukan tinju raksasa memaksa Shalltear mengeluarkan suara yang memalukan dan membuat dia terbang. Luka akibat shockwave memang tidak berat, dan serangan fisiknya sendiri dihadang oleh Spuit Lance. Namun, efek memukul ke belakang dari shockwave itu menembus pertahanan magic dari equipment Shalltear.
Meskipun keseimbangannya cepat kembali dengan bantuan item magic, kepalanya berwarna merah karena marah.
"Ka, Kamu, beraninya kamu membuatku mengeluarkan suara yang memalukan itu! Sebelum aku merobekmu menjadi berkeping-keping aku akan memaksamu berbuat sama... sama?"
Saat Shalltear berputar, pandangannya bertemu dengan cahaya besar dan dia merasakan kemarahannya langsung hilang.
Pada tangan Ainz adalah sebuah busur yang dilingkupi dengan cahaya matahari. Kepala anak panahnya yang memberikan kemegahan yang cemerlang, tidak usah dikatakan, mengarah langsung ke Shalltear.
"Ti..Tidak mungkin. Tidak, itu bohong... Itu adalah, Hou Yi?"
Sebuah cerita diturun temurunkan di tanah jauh yang disebut China, sebuah senjata yang bernama sama dengan pahlawan yang diceritakan bisa menembak matahari. Itu adalah senjata utama dari pencipta Shalltear.
Author Note : Sebuah legenda ketika zaman Kaisar Yo. Kemunculan tiba-tiba dari sepuluh matahari di langit membakar tanah dan ladang. Dikatakan seorang pria bernama Hou Yi menembak jatuh sembilan matahari itu.
Hampir seluruh Guardian sudah memperhitungkan serangan jarak jauh, jadi sebuah anak panah tidak ada yang ditakutkan. Namun, anak panah itu tidak memberikan kerusakan fisik; namaun, itu adalah kerusakan elemental yang besar. Dengan kata lain, anak panah itu dianggap magic dan tidak bisa dibendung.
Sialan! Aku tidak punya MP lagi! Aku bisa membendungnya jika itu adalah magic! Bahkan sebuah skill juga tidak apa! Aku seharusnya menyimpan sedikit MP jika tahu.. Tidak, ini tidak benar!
Fakta bahwa dia tidak memiliki MP lagi, atau skill apapun yang tersisa, semuanya adalah karena hasil dari pertarungan sebelumnya. Dengan kata lain, semuanya adalah hasil dari skema dari pria yang dikenal dengan Ainz Ooal Gown.
Dengan mata yang masih merah, Shalltear mengeluarkan sebuah teriakan marah. Itu adalah penampilan dari seseorang yang mengerti apa yang akan datang selanjutnya, usaha dari seseorang yang tidak ingin mengakui kekalahan.
"Dasar brengsek! Senjata Peroronchino-sama! Semuanya adalah bagian dari rencanamu! Bagaimana kamu bisa mempersiapkan senjata itu?! Dimana kamu menyembunyikannya! Apakah itu adalah skill yang dipicu oleh patahnya batang kayu!?"
Trik macam apa itu?
Seakan tindakan Ainz diuntungkan oleh dunia itu sendiri.
"Seorang magician tidak akan memberitahu triknya!"
"Bagaimana itu bisa disebut trik magic! Bagaimana kamu bisa mengeluarkan senjata Peroronchino-sama begitu saja!"
"...Memang, kamu benar. Ini mungkin tidak sopan baginya. Namun, jawabannya adalah item cast. Lebih tepat, apakah kamu akhirnya mengerti? Bahwa semuanya adalah bagian dari rencanaku?"
Bola Cahaya, dengan pengisian penuh, meluncur ke arah Shalltear. Meskipun tahu percuma, Shalltear menggenggam tombaknya secara diagonal untuk menghadangnya dan sebuah ledakan cahaya menutupi sekeliling.
Dengan seluruh tubuh yang terbakar di dalam cahaya suci, Shalltear menilai bahaya untuk mundur. Jika keadaan seperti ini, dia akan dikalahkan tanpa bisa melakukan apapun.
Bahkan jika armor putih itu kuat, dia tidak akan tidak terkena efek dari Spuit Lance. Maka Shalltear harus melakukan pertahanan dan menyerang sambil mengandalkan efek menghisap kehidupan senjatanya.
"Oooohhhhh!"
Tidak pas dengan penampilan luarnya, teriakan pertempuran yang bersemangat meledak dari tenggorokan Shalltear. Suara dingin yang mengambang meresponnya.
"Peluang menang 7 banding 3...sekitar itu kelihatannya. Tidak perlu lagi dikatakan pihak mana yang delapan kurasa?"
Ainz pelan-pelan mengangkat sebuah kapak yang besar sekali. Mengeluarkan cahaya ungu, tekanan dari kapak itu sendiri ditempa dari kristal merah yang cukup membuat orang yang akan memperpendek jarak menjadi sulit. Meskipun begitu, Shalltear maju menyerang.
Hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah maju ke depan.
"Tekad yang bagus. Ini adalah fase final. Shalltear!"
--------
"....Ini. adalah. kemenangan. Ainz-sama."
Seakan terkunci dalam kekaguman, Cocytus bergumam sambil menganggukkan kepalanya. Sedangkan Demiurge, yang tidak memiliki bakat sebagai seorang warrior, melemparkan tatapan ragu. Tentu saja, Demiurge juga, percaya bahwa tuannya akan muncul dalam kemenangan. Tapi kebutuhannya untuk menganalisa situasi secara logis menyebabkan dia bertanya.
"Mengapa begitu? Bagiku, kelihatannya masih akan sedikit lama sebelum pemenang diputuskan."
"Shalltear.sudah.memutuskan.untuk.melupakan.bertahan.dan.fokus.pada.menyerang.itu.bukan.sebuah.keputusan.yang.buruk.aku.juga.akan.melakukan.hal.yang.serupa.di.dalam.situasi.itu."
"Benar sekali. Ainz-sama telah melakukan pergantian senjata terus menerus - kamu takkan bisa tahu senjata lain apa lagi yang dia miliki. Di dalam situasi seperti itu diana informasi tidak cukup, memberikan jarak yang lebar bisa berakibat kesalahan yang menyakitkan. Bukankah melihat busur itu membuat Shalltear lebih yakin hal ini? Jadi Shalltear tidak punya pilihan lain selain melawan pada jarak dimana Spuit Lance bisa meraihnya. Dan dia bahkan tidak bisa menggunakan magic atau skill lagi, yang mana semakin yakin pada keputusannya ke depan... Mungkin begitulah dia menilai situasi itu?"
"Aha, jadi begitu. Supreme Being tak pernah memamerkan senjata mereka di depan kita. Jadi kamu mungkin satu-satunya yang benar-benar memahami senjata mereka, Cocytus."
Cocytus mengangkat bahunya.
"Aku.juga.hanya.tahu.nama-nama.mereka.dan.efeknya.tak.pernah.kusaksikan.langsung."
"Hmmm. Aku mengerti paling banyak dari itu. Dengan kata lain, sekarang Shalltear telah mengabaikan pertahanannya, Ainz-sama akan mengeluarkan kapak dan-"
"menghisap.darahnya.dan.memakan.dagingnya."
"Terima kasih Cocytus. kelihatannya 'Menghisap Darah dan memakan daging' memiliki keseimbangan yang buruk dan mengurangi akurasi. Namun, seharusnya itu bukan masalah terhadap Shalltear yang memutuskan untuk mengabaikan pertahanannya."
"Tidak.kukira.semua.jalannya.pertarungan.sudah.diprediksi.oleh.Ainz-sama...Meskipun.sebelumnya.aku.sudah.berkata.begini.aku.hanya.bisa.memberikan.pujianku."
"Jika itu adalah Ainz-sama, maka sangat mungkin baginya untuk membaca seluruhnya dari sudut pandang seorang dewa. Bukankah kamu setuju pada pandangannya memang layak sebagai pemimpin Supreme Being?..Sejujurya, Ainz-sama mungkin akan mengatur Nazarick dengan baik-baik saja meskipun kita tidak ada. Sedikit mengecewakan."
"...Aku.memberikan.pujianku.pada.kemampuannya.untuk.strategi.sebagai.seorang.magic.caster...tidak.sebagai.seseorang.yang.bertarung."
"Namun...apakah tidak benar jika pemenang masih belum bisa diputuskan? Sebuah pertarungan HP tidak akan menguntungkan Ainz-sama."
Pada kalimat itu, Albedo tersenyum. Itu adalah sebuah senyum yang yakin akan kemenangan Ainz.
"Tidak apa."
"Mengapa begitu?"
"Dia adalah seseorang yang memakai nama Ainz Ooal Gown, yang memerintah kita semua, yang agung dan tertinggi. Kemenangan sudah dideklarasikan dengan namanya."
----
Setiap kali keduanya bertukar serangan, kesehatan mereka terkikis.
Meskipun Shalltear menyembuhkan diri dengan serangannya, serangan Ainz melahap cukup banyak damage yang membuat healing menjadi tidak ada gunanya. Di waktu yang sama, kesehatan Ainz juga terkikis oleh Spuit Lance. Pertempuran berubah menjadi lebih mirip balapan ayam.
Armor yang terancam hancur dengan setiap serangan dari kapak. Perasaan tulang yang retak dan daging yang hancur. Bertemu dengan tusukan dari tombak, tombak itu dibarengi dengan property serangan dari sebuah skill. Mengeluarkan sensasi yang meremukkan tulang.
Perasaan ini... berdasarkan sisa kesehatan, aku mungkin akan menang...?
Shalltear lega bahwa dia masih memiliki jalan menggapai kemenangan. Jika mereka melanjutkan pertukaran serangan ini, dia akan lebih dekat ke jalan kemenangan.
Pertarungan jarak dekat yang mengabaikan pertahanan dan fokus seluruhnya pada serangan, dimana hal lain yang bisa Shalltear pikirkan adalah pihak mana yang akan jatuh terlebih dahulu. Sejak pertama kali pertikaian itu terjadi, Shalltear sudah gugup. Sebuah titik harapan yang samar kini muncul dari wajahnya.
Itu karena, di sudut otaknya, dia dengan tenang memperhitungkan kesehatan mereka yang hilang. Wajahnya yang gembira sehebat kecemasan sebelumnya.
"Ahahahaha!"
Meskipun sedang bertukar serangan, tawa yang keras bisa terdengar.
"Ahahaha! Ainz-sama! Kelihatannya anda yang akan pertama kehabisan HP?! Perbedaan HP dasar kita membuktikan hal yang krusial disini."
"...Apakah kamu benar-benar mempercayai hal itu?"
Konspirator yang memberi Shalltear pertarungan yang mengerikan hingga saat ini, suara yang telah mengendalikan semuanya di dalam telapak tangannya, Shalltear menyadari kebodohannya sendiri.
Tidak mungkin.
Lalu bagaimana dia akan membalik roda pertempuran ini?
Shalltear tidak mengerti. Jawabannya datang dari bentuk suara pihak ketiga.
[Waktunya habis -- Momonga Onii-chan!]
Sebuah suara wanita
Suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya, suara wanita yang kekanak-kanakan mengingatkan Shalltear kepada seorang wanita dari ingatannya. Orang itu memang akan kedengaran bersuara seperti itu jika dia menyamarkan suaranya, Shalltear pikir.
"Shalltear, waktu apa kira-kira yang dia bicarakan?"
Tidak sadar akan arti dari pertanyaan ini, saat mereka terus melanjutkan pertempuran jarak dekat dengan saling menusuk tubuh mereka dengan senjata, Shalltear melayangkan tampang penasaran di wajahnya.
"Jika semuanya sampai sekarang telah berdasarkan rencanaku, maka kali ini kita habis-habisan seperti ini juga berdasarkan prediksiku. Kalau begitu waktu sudah selesai seperti yang dikatakan oleh jam ini, apa arti yang dia miliki bagimu dan aku?"
Kapak di tangan Ainz menghilang dan digantikan dengan perisai yang putih murni. Perisai itu sangat cocok dengan armor yang dia pakai memberikan tampilan Paladin yang putih murni.
Perisai itu membuat suara solid ketika mementalkan serangan Spuit Lance.
Mengapa dia sekarang berganti bertahan? Meskipun itu mungkin saja karena suara wanita sebelumnya, Shalltear tidak mengerti alasan dibalik itu. Ainz, yang benar-benar berubah menjadi bertahan, pantulan logam yang dibawa olehnya membuat suara yang merinding.
"Tidak perlu lagi dijawab. Waktu akhir telah datang. Waktunya untuk menyelesaikan pertarungan ini."
Mengapa? Shalltear masih memiliki 25% sisa kesehatannya. Lalu bagaimana dia akan mengakhiri pertarungan ini? Meskipun Shalltear ingin meneriakkan kalimat itu, mereka tidak akan keluar.
"...Sebuah serangan dari Magic Super tidak akan mengalahkan dari 100%. Maka jawabannya adalah membawa kesehatanmu hingga hal itu bisa dilakukan? Kelihatannya HP milikmu sudah turut drastis dari pertarungan jarak dekat kita."
"....Ah, Ah, Ahhhhhh!"
Dengan ketenangan yang sudah hilang, Shalltear menghujani Ainz dengan serangan; Seakan kekalahannya sudah jelas bisa dicegah dengan menghentikan Ainz bicara.
Suara solid terdengar tidak berhenti dari rentetan serangan Shalltear. Seperti hujan deras.
Namun, Ainz dengan baik menghadang seluruh serangan Shalltear. Dengan ketenangan dan rasa percaya diri untuk tidak membiarkan setetespun menyentuhnya, bahkan meskipun itu adalah air terju, dia akan terus bicara.
"...Dalam pertarungan kekuatan yang sebenarnya, aku memang kalah...tapi sebagai ganti, aku lebih tinggi dalam hal pertahanan magic. Kalau begitu - apakah kamu mengerti apa yang ingin aku katakan? Ini dia, Shalltear. Kamu hanya bisa berdoa bahwa perhitunganku salah."
"Kuuuuuu!!"
Merasakan kekalahan yang semakin mendekat, Shalltear memperbaharui serangannya. Melihat wajahnya yang berubah hebat, namun masih tidak enak dilihat, Ainz mulai pertaruhannya.
Meskipun dia sesumbar dengan percaya diri kepada Shalltear, sebenarnya, semuanya masih belum yakin.
Magic Super memiliki kesamaan dengna skill dan tidak mengkonsumsi MP. Namun, masih diperhitungkan sebagai magic dan oleh karena itu tidak bisa digunakan ketika menjadi seorang warrior.
Jika dia melepaskan magic perubahan warrior miliknya, dia tidak akan lagi bisa memakai perisai dan armornya lalu mereka akan rontoh dari tubuhnya. Tidak ada peluang dia bisa menghadang serangan Shalltear dalam sesaat itu. Jika Shalltear menggunakan seluruh skill miliknya dalam serangan itu, ada kemungkinan bahwa Magic Super tidak akan cukup untuk mengakhiri pertarungan.
Itu artinya adalah kekalahan Ainz.
Namun, tidak ada cara lain untuk menang.
Ainz mengestimasi waktunya. Pertama dia akan melepaskan magicnya, lalu menggunakan item cast yang dia pegang di tangan.
Ainz tertawa kcil.
Bahkan dalam PVP YGGDRASIL, dia tak pernah menggunakan item cast sebanyak ini. Sebuah game dan realitas - ini adalah perbedaan antara membuat kembali dan sebuah bertarungan yang harus dimenangkan dengan segala cara.
Sekarang!
Dia menahan serangan kuat Shalltear dengan perisai temannya dan mengumpulkan kekuatan di matanya.
Dia melepaskan perubahan warrior dan meluncurkan supermagic.
Seperti sebelumnya, sebuah lingkaran magic muncul di sekeliling. Saat dia akan menghancurkan item cash berbentuk jam pasir di tangannya-
-dalam sekejap, dia ragu.
Itu lahir dari perasaan bersalah membunuh NPC yang membawa pemikiran temannya.
Sebuah kesalahan fatal.
Shalltear tidak melewatkan celah itu. Setelah menemukan item di tangan Ainz, Shalltear menyalurkan skill miliknya kepada Spuit Lance dengan niat menghancurkan lengan Ainz.
Ainz, yang telah melepaskan transformasi warriornya, tidak mungkin lagi menghindari serangan itu-.
-gemetar.
Saat Spuit Lance akan menghancurkan item tersebut, Shalltear merasakan kehadiran musuh yang merangkak di tulang belakangnya.
Tidak tahu bagaimana bisa muncul, Shalltear merasakan kehadiran tepat di sampingnya. Penuh dengan niat membunuh sehingga dia tidak bisa melewatkannya. Ini adalah sesuatu yang benar-benar tidak bisa diabaikan.
Shalltear cepat-cepat menolehkan matanya dari item dan menoleh ke arah seseorang yang bertanggung jawab.
Dan-- dia tidak melihat apapun.
Gurun dengan diameter 200 meter yang dibuat oleh Magic Ainz, tidak ada yang selamat kecuali Ainz dan Shalltear. Rasa permusuhan yang dia rasakan sebelumnya sudah hilang tanpa jejak. Seakan itu adalah mimpi di siang bolong-
"Ah....!"
Meskipun Shalltear, yang sudah kembali sadar, berteriak, sudah terlambat.
Jam Pasir sudah hancur dan mengurangi waktu pengaktifan mantra menjadi nol.
"[Heaven's Downfall]"
Di waktu yang sama dengan suara Ainz, semuanya dibungkus dengan cahaya yang dibentuk dari ruang sempit di antara mereka.
Di dalam warna putih yang panas, Shalltear merasakan tubuhnya rontok.
Tangannya berubah menjadi arang dan hancur berkeping-keping. Di dalam dunia yang putih itu, Spuit Lance pelan-pelan jatuh ke tempat yang seharusnya lantai. Wajahnya mengering dengan panas yang mengamuk dan matanya sekarang hanya bisa melihat putih.
Tenggorokannya juga, mengering dan tidak, entah mengering atau belum selesai terbakar - sulit untuk bicara, namaun kalimat itu sendiri, Shalltear harus mengucapkannya bagaimanapun juga. Mengumpulkan seluruh yang tersisa dari hidupnya, dia berbicara.
"......Ahhhh, hidup Ainz Goal Gown sama. Anda memang wujud yang paling tinggi dan benar-benar terkuat di seluruh Nazarick."
Kepada pemimpin terkuat dari 41 Supreme Being, Shalltear mengekspresikan rasa hormatnya. Seakan gelombang panas telah membakar belenggunya, sementara tubuhnya tidak bisa lagi bergerak, hatinya terasa ringan.
Di Waktu yang sama, dalam kesadaran yang semakin kabur, Shalltear mengingat penampilan dari figur yang seharusnya tidak ada disana. Itu adalah dia yang telah memotong jalan terang menembus kegelapan untuk memperoleh hasil ini.
Biasanya, undead kebal terhadap seluruh efek mental. Namun, ada metode yang memiliki kekuatan yang sama, meskipun tidak termasuk efek mental. Orang itu menggunakan metode seperti itu.
Shalltear cuma tersenyum saat dia bilang:
".....Bocah."
Dan dengan ekspresi puas, Shalltear benar-benar lenyap ke dalam dunia putih.
----
Sambil melepaskan skill 'Sky Eye' yang telah dia pertahankan hingga sekarang, bibir pink yang cantik dan cemberut kembali ke bentuk asal. Aura mengeluarkan tampang tidak senang saat dia menumpuk ejekan kepada orang yang sudah tidak ada disana.
"Dasar bodoh, Seorang undead tidak seharusnya terkena pengendalian pikiran. Benar-benar, bodoh sekali."
"Ada apa, Onee-chan?"
"Hm? Bukan apa-apa."
Mare melihat ke arah dimana Aura menatap, tapi yang bisa dia lihat di dalam hutan itu hanyalah pepohonan. Namun, dia bisa menebak dari arah tatapannya.
Aura kelihatannya mengawasi pertarungan antara tuan mereka dan Shalltear.
Skill kakaknya adalah kelas ranger yang membuat dia bisa mengawasi apapun di dalam jarak dua kilometer di sekeliling. Itulah kenapa dia, bersama dengan Eyeball Corpse, diberikan tugas untuk berjaga.
"J..Jadi, apakah pertarungannya sudah selesai?"
"Yeah. Kemenangan penuh Ainz-sama."
"Te..Tentu saja."
Bahkan Guardian terkuat dari Nazarick tidak bisa mengalahkannya. Mare membayangkan figur Ainz dan berpikir itu sudah jelas. Tidak mungkin yang memimpin para Supreme Being bisa dikalahkan.
"Kalau begitu Onee-chan, uh, um, kapan kita akan mengumpulkan item-item yang Shalltear pakai?"
Aura mengingat pemandangan tepat sebelum dia melepaskan skill miliknya.
"Kurasa Ainz-sama sudah melakukannya. Mari kita mundur seperti diperintahkan."
"O, Okay."
Mengetahui kakaknya berada dalam mood yang buruk, Mare setuju tanpa berkata apapun.
Yang bisa disebut sebagai 'teman terbaik' Aura telah dikendalikan otaknya. Dia lalu mengarahkan pedangnya kepada tuan mereka, tujuan dari rasa hormat dan loyalitas mereka. Meskipun jelas dia harus mati, Aura menjadi sedikit marah-marah.
sankyu overlord vol3 chpater 5 bag. 3
BalasHapusHoohh, jadi pas Shalltear ngerasa ada musuh disampingnya pas mau nyerang ainz diakhir itu, efek pengendali pikirannya udah hilang yah?, itu karena si Kairenya mati yah?
BalasHapusAne baru paham dari penjelasan orang yg di atas
BalasHapusBukan bro itu karena skill aura
BalasHapusShalltear nengok ke belakang krn Skill nya Aura, bukan krn Kaire mati. Itu lho, skill yg sama kaya pas bangunin Hamsuke.
BalasHapusmin ada beberapa kata yg typo jadi ga enak bacanya, typonya bisa bikin arti katanya beda dari yg seharusnya dan bisa bikin salah paham kalo belum nonton animenya
BalasHapusCoba nanti lihat animenya. Lupa kalo ada scane terakhir yang seperti itu.
BalasHapus