Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

21 Juli, 2016

Overlord - Vol 9 - Chapter 4 Part 3

Massacre - Pembantaian besar-besaran

Part 3


Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaDia tidak tahu dimana dia berada. Rasanya seperti ditarik oleh mimpi buruk.

Gelar sebagai Empat Knight – gelar milik warrior terkuat dari Baharuth Empire – sekarang tampaknya teramat kecil.

Bagaimana bisa makhluk tak bertenaga seperti dirinya sendiri bangga dengan gelar itu? Sebesar itulah rasa terkejut yang dia terima.

Tangisan yang tidak bisa dibendung sampai di telinga Nimble. Itu adalah isak tangis dari orang-orang yang sudah didorong melewati batas mereka oleh ketakutan dan keputusasaan. Itu memang seperti anak-anak – tidak, itu adalah ratapan derita dari orang-orang yang menjadi seperti anak-anak. Yang menangis itu adalah para Imperial Knight.

Dia mendengar permohonan “Mari kita lari”

Itu adalah doa dari para knight yang telah – dengan mata penuh rasa iba – melihat pembantaian menyedihkan dari rekan sesama manusianya yang dilakukan oleh mesin pembunuh massal.

Begitu pahitnya tragedi ini bahkan lawan dari Kingdom sendiri, para Imperial Knight, memberikan do’a untuk mereka.


Mereka berdoa agar setidaknya beberapa orang akan selamat. Semakin banyak, semakin baik.

Mereka kemari untuk membunuh musuh. Namun, tak ada yang tetap tak tergerak dan tidak merasa kasihan di wajahnya atas pembantaian massal yang sedang terjadi di depan mereka. Siapapun yang tetap tidak tergerak pastilah seorang iblis yang memiliki wajah manusia, satu makhluk yang tidak bisa dianggap manusia.

Nimble dan para knight menyadari bahwa ini tidak bisa begitu saja dianggap sebagai sebuah masalah “kami melawan mereka”.

Tentu saja, dari sudut pandang Kingdom dan Empire, musibah ini terjadi kepada “mereka”. Tapi ketika dilihat dari sudut pandang manusia dan monster, pembantaian yang sadis ini terjadi kepada “kami”.

“Kalau begitu, sudah waktunya”.

Mata semua orang tertuju kepada Ainz saat dia bicara dengan lirih.

Dengan 60.000 orang yang hadir, tidak semuanya bisa mendengar suaranya. Namun, mereka tahu ketika orang-orang di samping mereka menolehkan kepalanya. Dan tahu bahwa wajah-wajah dari tetangganya telah menoleh ke arah Ainz Ooal Gown, mereka terlalu ditarik oleh tindakan itu.

Lagipula, setiap gerakan dan isyarat badan yang dibuat oleh pria yang telah mengatur mimpi buruk ini – Ainz Ooal Gown – membuat semua orang yang hadir dipenuhi dengan teror yang tidak terkendali.

Ainz perlahan membuka topengnya.

Dia menunjukkan tengkorak putihnya yang tanpa kulit, tanpa daging dan terpoles dengan baik ke dunia.

Jika keadaannya berbeda, mungkin mereka akan mengira bahwa dia sedang memakai sebuah topeng dibalik topeng. Namun, saat mereka melihat ini, jantung Nimble dan semua knight dari Empire seperti tenggelam.

Ini karena mereka sudah melihat dengan jelas wajah sebenarnya dari Ainz Ooal Gown, sang monster.

Siapapun yang bisa memiliki kekuatan sebesar itu pasti bukanlah manusia. Karena pemikiran inilah mereka bisa menerima kenyataan ini.

Ainz Perlahan meregangkan tangannya. Dia terlihat seperti sedang menanti pelukan dari seorang teman – atau apakah itu adalah seorang iblis yang meregangkan sayapnya? Di mata semua orang yang melihat, dia kelihatannya seperti membesar dua kali lipat, tiga kali lipat, mungkin lebih besar lagi.

Di dalam keheningan – yang disela oleh jeritan-jeritan sedih dari para prajurit Kingdom di kejauhan – suara Ainz yang kokoh dan kecil terdengar dengan luar biasa jelas.

“-Kalau begitu mari bersorak.”

Apa yang dia katakan, pikir Nimble saat dia menatap Ainz dengan mulut menganga.

Setiap orang yang bisa mendengarnya berpikir hal yang sama, dan saat ucapan Ainz ini diulang-ulang oleh para tentara dengan nada rendah, semakin banyak orang yang menolehkan mata mereka kepadanya.

Lalu, ketika perhatian setiap orang terarahkan kepadanya, dia bicara lagi.

“Bersorak untuk merayakan kekuatanku yang tertinggi.”

Yang bergerak pertama kali adalah Mare, yang bediri di sisi yang berlawan dari Nimble. Seakan dipicu oleh hal itu, suara dari tepukan tangan mulai terdengar dari para prajurit, sampai menjadi tepukan tangan yang bergemuruh.

Tentu saja, mereka tidak benar-benar bersorak karenanya.

Tak ada yang ingin bertepuk tangan untuk orang yang membawa pembantaian yang keji semacam ini. Ini bukanlah perang. Ini adalah pembantaian. Sebuah pembantaian besar-besaran.

Hanya saja, tak ada satupun orangpun yang hadir disini mengucapkan kalimat itu. Tak ada yang berani.

Tepukan tangan mereka yang menggetarkan bumi adalah sebuah bentuk dari rasa takut para knight.

Lalu intensitas dari tepukan tangan yang bergemuruh, yang semua orang pikir tidak akan lebih keras lagi, meningkat beberapa kali titik.

Itu karena salah satu Dark Young telah merubah arah gerakannya. Gerakan barunya adalah menuju pasukan Imperial.

Merespon hal itu, tangisan gembira terdengar.

Itu adalah teriakan pujian dari para Imperial knight untuk Ainz Ooal Gown. Itu adalah tangisan putus asa yang membuat tenggorokan mereka mengering.

Namun, Dark Young itu tidak melambatkan langkah kakinya.

Dan akhirnya, tangisan para knight bahkan semakin keras. Mereka mengira binatang buas itu sedang mendekat karena suara mereka tidak cukup.

Tapi tetap saja, binatang itu tidak berhenti.

Dan kemudian, saraf mereka yang terluka berat akhirnya berontak.

Tak ada yang tahu siapa yang memulainya. Mungkin hanya rasa gemetar dari satu orang knight. Teror yang memenuhi meeka semua hingga batasnya meledak dengan mudah malahan.

“Aieeeeeeeeeeeee!”

Teriakan yang memilukan jiwa bergema ke seluruh penjuru barisan dan menggetarkan pasukan Imperial.

Para knight telah membuang kuda mereka, yang tidak bisa bergerak, agar bisa kabur dengan berlari. Gerakan yang tidak masuk akal ini lahir dari rasa takut mereka pada salah satu monster itu – monster yang sama yang sudah menginjak-injak Pasukan kerajaan – yang semakin mendekat. Mereka sudah terlalu banyak melihat pemandangan seperti neraka. Bahkan mereka yang tidak memiliki gambaran yang jelas tahu betul apa yang akan terjadi ketika tiba giliran mereka berada di bawah tapak kaki itu.

Dan tentu saja – rasa takut semakin menjalar.

Sementara kurang dari seratur orang kabur terlebih dahulu, hal itu segera berubah menjadi gerakan besar-besaran dari enam puluh ribu orang.

Ya.

Pasukan Imperial telah menjadi hancur, disiplin militer kebanggaan mereka sudah terkoyak.

Itu adalah gerakan mundur yang memalukan.

Para knight jelas sudah diajari bagaimana mundur dengan teratur. Namun, sudah tidak ada waktu lagi mengindahkan peraturan yang tak berguna itu. Jika saja itu bisa membuat mereka bisa meninggalkan tempat ini satu detik lebih cepat, jika mereka bisa bergerak satu langkah ke tempat yang aman, mereka akan mendorong rekan mereka hingga jatuh dengan seluurh tenaga dan berlari.

Ketika didorong dari belakang, tidak bisa dihindari jika ada orang yang kehilangan keseimbangan dan jatuh. Dan ketika mereka jatuh, gerombolan yang didorong oleh kepanikan di belakang mereka tidak akan memberi mereka kesempatan untuk bangkit lagi.

Yang jatuh akan diinjak-injak oleh yang ada di belakangnya.

Meskipun mereka semua memakai armor logam, orang lainnya juga memakai armor pula. Tidak lama agar bisa meremukkan baja dan daging menjadi satu darah kental berlapis benjolan.

Pemandangan seperti ini terjadi dimana-mana.

Korban dari pasukan Imperial tidak disebabkan oleh lawan, tapi oleh mereka sendiri.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Nimble ragu-ragu dengan perasaan tidak enak.

Dia ingin lari pula. Tapi dia tidak bisa, dan lagipula tidak semua knight telah kabur.

Saat dia melihat ke belakang ke arah pasukan Imperial, dia melihat beberapa diantara mereka, tetap berada di atas kuda mereka.

Alasan mereka tidak kabur bukan karena takut. Namun, karena mereka terpesona, dengan cara yang sama manusia terpesona oleh kekuatan yang luar biasa yang tidak bisa mereka lawan.

Sebagai contoh, orang biasa akan kabur ketika mereka melihat sebuah angin topan raksasa yang menyapu ke arah mereka. Namun, ada beberapa makhluk yang memuji keindahan dari angin topan itu dan tetap berdiri meskipun mereka sadar itu akan merenggut nyawa mereka. Yang masih tetap di tempat bisa dianggap sebagai deviant (orang yang menyimpang).

Dark Young itu tiba di depan Ainz, menekuk lututnya, lalu merendahkan tentakelnya. Mungkin untuk menunjukkan sikap hormat kepada tuannya.

Nimble tersenyum, wajahnya berkedut, saat monster itu bersikap seperti anak anjing.

Bagian muka dari Dark Young berlumuran darah segar, dan yang tak terlihat sudah diserap oleh kulitnya.

Binatang itu melingkarkan tentakelnya ke pinggang Ainz, lalu menjulurkannya agar bisa menggenggam tubuhnya kuat-kuat sebelum mengangkatnya. Lalu, dia meletakkan Ainz di kepalanya.

“Aku yakin rencana awalnya adalah aku akan merapalkan mantra untuk membuat sebuah celah, lalu pasukan Imperial akan menyerang dari belakang, tapi kelihatannya tidak ada gerakan dari pasukan Imperial.

Nimble tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Seperti itu. Empire telah merusak syarat perjanjian yang mereka buat sendiri dengan raja dari negara sekutu mereka.

Namun, tidak ada yang bisa menyalahkan para knight yang sudah kehilangan kesadarannya. Nimble mungkin akan melindungi mereka meskipun berada di depan Jircniv, karena dia tahu jangkauan teror yang mencengkeram mereka.

“Ah, aku tidak berniat untuk memarahimu. Aku tahu jika kamu memutuskan untuk meluncurkan serangan, ada peluang mungkin kamu akan terinjak-injak bersama dengan musuh. Sejujurnya, jika itu terjadi, aku akan kesulitan dalam menjelaskan kematian itu kepada kaisarmu. Yah, kalau begitu, kurasa aku akan menangani bagian pekerjaanmu pula.”

Nimble melihat ke arah rombongan undead, yang tetap tidak bergerak.

“Apakah... apakah... apakah pasukan undead akan menyerang juga?”

“Oh tidak, domba kecil kesayangan ini sudah melakukan sebagian besarnya, aku hanya berniat untuk membersihkan saja. Mare, jangan lengah.”

“Ya, ya! Serahkan itu padaku, Ainz-sama!”

Nimble tidak bisa bicara.

Dia masih ingin melanjutkan serangan, bahkan setelah semua ini. Yang telah melepaskan mantra itu sendiri.

Apakah dia berniat untuk menghabisi secara pribadi semua orang di medan perang?! Apakah nafsunya untuk membantai tidak tahu batasan?!!

“Tidak kukira... itu masih tidak cukup. Apakah dia seorang iblis?”

Meskipun dia bergumam sendiri, Ucapan Nimble lebih keras dari yang dia kira, lalu Ainz menolehkan wajahnya yang mengerikan kepada dirinya dari tempat dia duduk di atas Dark Young.

Dia menggelengkan kepalanya kepada Nimble yang gemetaran.

“Jangan salah. Aku seorang undead.”

Apa yang ingin Ainz coba katakan adalah bahwa dia bukan seorang setan yang senang dengan kejahatan, tapi seorang undead yang membenci makhluk hidup. Oleh karena itu, dia tidak akan mengizinkan satupun prajurit Kingdom kabur. Sebagian alasannya adalah untuk mencabut nyawa lebih banyak lagi daripada yang sudah tiada.

Kedua jawaban ini kelihatannya adalah yang paling membawa petaka.

Menjadi seorang undead sendiri, jika Ainz ingin membantai semua yang hidup, maka mungkin bisa saja dia akan mengarahkan kekuatannya kepada Empire suatu hari, yang dipenuhi dengan makhluk hidup.

Tidak, masa depan yang mengerikan itu tidak bisa dihindari.

Saat Nimble penasaran apa yang harus dia lakukan, diserang oleh keributan dan ketakutan  serta kurangnya kemampuan untuk bisa memfokuskan diri, Nimble mendengar kalimat terakhir yang Ainz ucapkan.

“...Dan kelihatannya aku sudah menemukan targetku.”

---

Basis perkemahan raja Ranpossa III terletak di tengah-tengah pasukan kerajaan. Dikelilingi oleh bendera-bendera milik banyak bangsawan Kingdom Re-Estize.

Meskipun ada banyak bangsawan yang berkumpul di sini sebelumnya, sekarang hanya ada beberapa saja yang tersisa. Kebanyakan dari mereka sudah kabur, dan jumlah orang-orang yang tetap tinggal di perkemahan ini bisa dihitung dengan dua tangan. Tapi tentu saja, tak ada yang marah kepada para bangsawan yang lari.

“Tinggalkan aku dan larilah!”

“Yang mulia, ini bukan waktunya bercanda! Tolong larilah segera. Ketika monster itu mengejar kita, takkan ada kesempatan lagi untuk bisa selamat!”

Bawahan Gazef, wakil kapten dari kelompok warrior, sedang bicara.

“Bagaimana mungkin aku bisa, sebagai seorang raja, lari?”

“Meskipun Yang Mulia tetap disini, tidak ada yang bisa dilakukan. Bukankah anda seharusnya kembali ke E-Rantel dan merencanakan serangan balik?”

Ranpossa III tersenyum pahit. Sakit rasanya mendengar ucapan itu.

“Benar sekali. Meskipun aku tetap berada disini, tidak ada yang bisa kulakukan.”

Tidak mungkin lagi mengumpulkan pasukannya yang sudah tercecer dalam keadaan seperti ini. Ini bukan hanya Ranpossa III; tak ada komandan manapun yang bisa melakukan hal itu pula.

“Yang MUlia! Tidak ada waktu lagi! Dengarkan, meskipun kamu harus menyeret beliau dengan rantai, kamu harus membawa Yang Mulia kembali pulang!”

Dengan berkata demikian, bawahan Gazef melompat dan bertindak.

Membuang-buang waktu lagi hanya akan membahayakan bukan hanya dirinya tapi juga orang-orang di sekitarnya. Dengan berpikir demikian, Ranpossa III membulatkan keputusannya dan bangkit berdiri.

“Baiklah. Ayo pergi. Tapi apa yang berubah jika kita kabur sekarang?”

Hentakan kaki itu menggetarkan tanah sepergi sebuah gempa bumi saat mereka semakin dekat. Tapi bahkan dalam keadaan berbahaya seperti saat ini, Ranpossa III tetap tenang. Jauh sekali dari suara bising yang dibuat oleh para bangsawan.

“Pada awalnya, kita tidak bisa menunggang kuda. Jika kita mencoba kabur dengan menunggang kuda, mereka akan mengejar kita. Mereka kelihatannya menargetkan kelompok prajurit yang besar dahulu. Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi kita untuk bisa selamat.”

Hanya sekaranglah Ranpossa III menyadari bahwa orang-orang dari pasukan bangsawan ini kemari tepat karena alasan ini.

“Jadi yang bisa kita lakukan adalah berlari dengan kaki.”

Beberapa kelompok warrior mulai melepaskan armor mereka.

“Orang-orang ini akan membawa Yang Mulia lari.”

“Dan yang lainnya?”

Tidak semua orang melepaskan armor mereka. Wakil Kapten dan rekan-rekannya masih tetap memakai armor mereka.

“Kami akan bertindak sebagai gangguan dengan berkendara lalu kabur di arah yang berlawanan.”

Ranpossa III memahami tekad mereka dari senyum jelas di wajah warrior-warrior itu.

“Tidak mungkin. Kalian adalah harta bagi kerajaan kita! Tak perduli bagaimanapun, kalian harus selamat! Aku masih memerlukan kalian agar bisa melayani anak-anakku!”

“Tentu saja. Meskipun kami berniat menjadi umpan, kami tidak berniat untuk mati!”

Itu adalah sebuah kebohongan. Mereka berencana untuk mati. Atau lebih tepatnya, mereka menerima bahwa kematian adalah takdir mereka.

Ranpossa III mencoba memikirkan suatu perkataan yang meyakinkan, tapi tak ada kalimat yang keluar. Di hadapan senyum para warrior itu, semua yang dia pikirkan kelihatannya seperti gugur dan tertiup angin.

Para warrior membantu Ranpossa III melepaskan armornya.

Seorang warrior dengan armor putih melangkah maju. Dia adalah Climb, bawahan setia dari putrinya Renner, dan satu-satunya yang tetap tinggal disini sampai sekarang.

“Biarkan saya membantu dalam membuat gangguan. Meskipun kita tidak tahu jika monster-monster ini memiliki mata, tapi jika kita melambaikan bendera kita terus-terusan, seharusnya kita bisa menarik perhatian mereka dan armor ini seharusya sangat mencolok.”

Climb memegang bendera Kingdom di tangannya. Bendera itu sudah dikotori oleh langkah kaki para prajurit yang kabur, dan kelihatannya seperti sebuah petunjuk terhadap bagaimana caranya menghadapi situasi saat ini.

“Aye. Kalau begitu aku akan pergi juga.”

Di sampingnya ada Brain Unglaus. Kelihatannya dia adalah warrior kelas satu yang setara dengan bawahannya yang dipercaya, Gazef Stronoff. Brain masuk ke dalam perang ini sebagai bawahan Renner. Dengan kata lain, mereka berada di posisi yang mirip.

“Apakah kamu yakin? Bukankah Kalian berdua sebetulnya adalah bawahan sang Putri.”

“Ah? Yah, jangan khawatir dengan hal itu. Ketika demonic disturbance kami berada di garis depan, dan entah bagaimana kami masih bisa kembali dengan selamat. Kali ini, kami hanya akan berharap bahwa keberuntungan akan bersama kami. Dan kami berharap keberuntungan itu bersamamu pula.”

“Para dewa tidak akan melihat dengan diam begitu saja. Ketika keributan itu terjadi, seorang pahlawan datang menyelamatkan kami. Aku yakin mereka akan merubah nasib kami juga.”

Di depan Ranpossa III, Brain mendekatkan tinjunya untuk memberi hormat, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada wakil kapten.

“Bagaimana bisa berakhir seperti ini...”

Dimana yang salah?

Ranpossa III mengeluh lirih. Dia tahu tak ada satupun dari orang-orang di depannya akan selamat.

Wakil Kapten dan Climb akan mati sebagai umpan.

Dan Gazef, yang telah hilang ke dalam keributan itu setelah berkata dia ingin berniat menghentikan Dark Young, siapa yang tahu apa yang terjadi dengannya?

Matanya panas.

Biarkan aku, dia ingin berkata demikian.

Mereka akan membuang masa muda mereka, untuknya, seorang pak tua.

Tapi dia tidak bisa berkata begitu. Mereka sedang bertarung mati-matian sambil mewaspadai kematian mereka yang dekat.

Kalau begitu-

“Kembalilah dengan selamat ke E-Rantel, dan aku akan memberikan hadiah apapun yang kamu inginkan.”

Climb dan Brain berhenti di tengah langkah dan berbalik.

“Tidak perlu memberikan hadiah, Yang Mulia. Saya ada untuk membantu Renner-sama. Itu adalah hadiah yang cukup.”

“Sedangkan untuk aku, yah, bagaimana kalau menikahkan putri yang paling cantik di negeri ini kepada bocah ini?”

“...Hahahahaha. Yah, itu adalah hadiah yang mewah.”

“Brain-san! Apa yang kamu katakan?”

“Yah, kita harus mulai memberikan gelar bangsawan kepada anak ini. Bekerjalah dengan keras!”

“Kalau begitu kamu harus kembali dengan selamat, Climb-kun.”

Mata kosong Climb dan mulutnya yang terbuka tidak lagi memiliki semangat seorang warrior yang baru saja mereka miliki tadi. Namun sang raja, secara tidak sengaja tersenyum cerah di wajahnya.

“kalau begitu, kami berangkat, yang Mulia.”

“Aku akan serahkan padamu.”

Ranpossa III yang sekarang tidak berpakaian armor diangkat tinggi-tinggi oleh seorang prajurit.

“Yang Mulia, bahkan sekarang, perjalanan kita masih tetap bergantung pada keberuntungan. Jika skenario yang terburuk terjadi... Aku harap anda akan memaaafkan saya.”

“Baiklah. Sudah menjadi keputusanku menggunakan ide kalian. Jika gagal karena nasib buruk, maka aku tidak akan protes.”

“Kalau begitu! Yang Mulia! Semoga kita bertemu lagi di E-Rantel!”

Wakil Kapten itu memacu kudanya. Seakan monster itu sedang menunggu mereka, salah satu Dark Young merubah arahnya.

“Baiklah! Ayo pergi sementara mereka sedang memancingnya!”


14 komentar:

Ikin mengatakan...

PertaMaxxxx
Lanjutt. kan Min

R mengatakan...

akhirnya yg dtunggu muncul juga. :p

Rinnan Kanvas mengatakan...

Gag sabar dengan lanjutan nya.

Unknown mengatakan...

Nunggu update

Unknown mengatakan...

Menantikan update chapter trakhir

Ryuzaki mengatakan...

silakan download VOL 9 complate dsni
https://drive.google.com/file/d/0B4OOihQumOjiLXFBSmFzQlNvMUk/view

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.9 bab 4 bag.3

aweawea mengatakan...

Ini yg paling seru hahahaha
Gak berasa bacanya cpet abis

Natural mengatakan...

Yg selamat dri permbantaian tsb saya kira = raja, gazerf, brain,raven saya harap climb juga selamat

Jueloanz mengatakan...

Wah brain kemungkinan gaa hidup, climb itu kan dianggap sebagai bgian dr rencana sebas

Unknown mengatakan...

Matap min lanjut terus

D mengatakan...

Kembalilah dgn selamat dan mintalah apapun minna

Kuhaku mengatakan...

Saya suka pembantaian ini

Yahaha hayyuk mengatakan...

Next pembantaian 1 negara