Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

30 Juni, 2016

Overlord - Vol 9 - Chapter 2 Part 2

Preparations for the Battle - 

Persiapan-persiapan untuk perang

Part 2


Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaSudah dua bulan sejak deklarasi perang dari Empire, dan sekarang adalah musim dingin.

Di desa-desa di seluruh Kingdom, sebagian besar pekerjaan telah berpindah dari luar ruangan menjadi di dalam ruangan. Lebih sedikit orang-orang yang bepergian keluar sekarang, dan tidak banyak orang yang masih tetap bekerja. Ini juga terjadi kepada para petualang, yang memang terbiasa bekerja setiap tahunnya.

Meskipun ada kasus dimana monster-monster yang lapar tiba-tiba muncul di desa dan permintaan pun dibuat dengan terburu-buru, dari sebagian besarnya, hanya sedikit yang mau melakukannya. Jauh lebih berbahaya menjelajahi reruntuhan atau perbatasan yang tidak diketahui selama musim ini. Karena itu, para petualang menganggap musim ini sebagai suatu liburan, dan mengalirkan energi mereka ke dalam latihan, rekreasi atau bisnis sampingan mereka.

Meskipun begitu, Kota Benteng E-Rantel tidak seperti itu. Kota itu dipenuhi dengan kehidupan dan energi.

Keributan ini, bagaimanapun, entah bagaimana berbeda dari kota-kota lainnya. Aktifitas disini tidak terlahir dari energi yang biasa ada di kehidupan kota.


Sumber dari energi ini datangnya dari sektor paling luar dari Benteng Tiga.

Tak terhitung orang-orang sedang berkumpul disini dengan berpakaian lusuh, dan mungkin adalah rakyat biasa. Tapi jumlah mereka menakjubkan - ada sekitar 250.000 orang.

Tentu saja, E-Rantel tidak selalu punya orang sebanyak ini.

Memang benar E-Rantel adalah perhubungan perdagangan dan lalu linta antara tiga kerajaan, dengan orang, uang, barang dan hal lainnya mengalir dengan bebas melalui kota ini. Karena itu, kota ini memang besar.

Namun, itu saja bukanlah alasan yang cukup hanya untuk satu sektor saja dipenuhi dengan 250.000 orang.

Kalau begitu, mengapa banyak sekali orang berkumpul disini?

Yang paling bisa menjelaskan hal ini adalah sekelompok pemuda.

Dengan membawa tombak tanpa mata pisau - lebih seperti tongkat biasa - banyak pemuda yang menusuk dan mendorong tongkat itu ke arah orang-orangan yang terbuat dari kayu dan jerami, yang dibungkus dengan armor yang berkarat dan perisai.

Ini adalah latihan tempur. Semuanya berkumpul disini hari ini - 250.000 penduduk diambil dari Kingdom - telah diwajibkan militer untuk melawan Empire.

Teriakan perang yang keras terdengar dimanapun. Tentu saja, tidak banyak dari mereka yang benar-benar berteriak dengan sungguh-sungguh. Kebanyakan dari mereka digenggam oleh ketakutan akan adanya peperangan yang menyambut, dan mereka berlatih untuk mengalihkan diri mereka dari omelan khawatir jika mereka tidak pulang setelah ini.

Meskipun begitu, tidak semuanya yang berlatih dengan sungguh-sungguh.

Perang dengan Empire adalah kejadian tahunan. Sebagai hasilnya, banyak orang yang kehilangan semangat bertarung. Ada mereka yang sedang merebahkan diri di dalam cekungan yang tidak menonjol di sepanjang tangga batu, seperti boneka yang talinya putus. Ada mereka yang mengalirkan keputusasaan mereka kepada sekitarnya. Ada yang duduk-duduk dan memeluk lutut meeka serta menunggu akhir.

Saat tentara sipil semakin tua, mereka lebih sering seperti ini.

Mereka tidak memiliki semangat bertempur sama sekali dan hanya ingin pulang.

Ini adalah wajah sebenarnya dari Pasukan kerajaan. Namun, mau bagaimana lagi. Pada awalnya, mereka dikumpulkan dengan paksa. Lalu mereka dibilang harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran berdarah yang tidak ada untungnya bagi mereka. Meskipun mereka berhasil kembali hidup-hidup, mereka kembali untuk menghabiskan hasil panen, dan kehidupan mereka akan sangat sulit, seperti sebuah jerat yang perlahan mencekik mereka.

Ini tidak ada bedanya dengan eksekusi yang diulur-ulur.

Kereta berjalan melewati pasukan itu. Di dasarnya dipenuhi dengan jumlah makanan yang sangat banyak.

Secara logis, akan sangat sulit merumahkan dan memberi makan 3% Populasi Kingdom di dalam satu kota. Namun, E-Rantel adalah baris depan dari peperangan dengan Empire, dan didesain untuk bisa mengakomodir kekuatan militer dari Kingdom.

Sebagai hasil dari persiapan berkepanjangan yang dibuat untuk kota ini, bisa menampung 250.000 orang dengan mudah. Gudang mereka sangat besar, dan mungkin merupakan bangunan terbesar di kota.

Suplai di dalam gudang-gudang itu diangkut dengan angkutan untuk hilir mudik.

Orang-orang yang tidak bersemangat itu menjadi ketakutan ke arah kereta tersebut. Seakan mereka telah melihat Kematian yang perlahan merangkak ke arah mereka.

Semuanya tahu apa yang selanjutnya terjadi.

Ini adalah perpindahan bahan makanan dalam jumlah besar.

Itu artinya perang dengan Empire akan segera terjadi.


----


Bagian paling dalam dari tiga dinding E-Rantel.

Di pusat kota ada sebuah rumah mewah milik walikota E-Rantel, Panasolei Guruze Dale Rettenmaier. Meskipun itu adalah rumah mewah yang layak sebagai pemimpin kota, masih kalah jika dibndingkan dengan bangunan di sampingnya.

Banguan itu adalah yang paling menakjubkan di kota - villa VIP. Biasanya tersegel, dan hanya keluarga kerajaan atau mereka yang dekat dengan mereka yang boleh menggunakannya.

Dan sekarang, di dalam villa itu, beberapa pria berkumpul mengelilingi Raja Ranpossa III dan para bangsawan agung.

Gazef berdiri tanpa suara di sisi raja, yang duduk di atas tahkta yang kasar.

Sebuah meja besar mendominasi pusat ruangan, dikelilingi oleh para bangsawan, yang sedang mempelajari peta besar yang dibuka gulungannya di atas meja itu. Di sekitar peta tersebut berserakan dokumen-dokumen dalam jumlah yang tak bisa dihitung, gulungan-gulungan nominal, laporan pengintaian, catatan peperangan, laporan kemunculan monster-monster dan sebagainya. Meskipun ada para pelayan di belakang sedang membawa ceret air, hanya tersisa sedikit air.

Itu adalah bukti dari debat-debat yang sangat kuat terjadi disini.

Sebenarnya keletihan mulai muncul di wajah-wajah berbeda dan terlihat baik dari bangsawan besar. Saat satu kekuatan tumbuh semakin besar, akan ada lebih banyak masalah logistik yang harus dipenuhi, dan lebih banyak keputusan yang harus dibuat. Sementara masalah level rendah bisa ditangani oleh bawahan, mereka harus berkoordinasi tentang masalah bangsawan di dalam fraksi mereka secara pribadi.

Saat para bangsawan dengan harga diri mereka sebagai taruhan, mereka bahkan tidak bisa menunjukkan ketegangan semakin menjerat mereka, membuat pekerjaan semakin berat.

Namun, sekarang sudah selesai.

Marquis Raeven, yang terlihat paling sedikit lelahnya dari semua yang ada disini, membuka mulutnya untuk bicara.

Sebenarnya sudah sangat umum dirinya mengambil inisiatif untuk menyapa para bangsawan. Dia mungkin sedikit seperti 'kelelawar', tapi tak ada yang meragukan kecerdasannya. Jelas sekali dengan membuatnya bicara, adalah sebuah cara untuk memotong baris Fraksional, adalah cara yang tercepat untuk membuat semuanya diam.

"Terima kasih atas kerja keras anda. Setidaknya, kita sudah menyelesaikan persiapan kita di dalam waktu yang terbatas. Mulai sekarang kita akan mulai mendiskusikan strategi melawan Empire dalam perang yang akan datang."

Tatapan Raeven menyapu ke semua orang yang hadir, dan dia memegang sebuah perkamen agar semuanya melihat.

"Ini adalah surat resmi dari Empire yang tiba beberapa hari yang lalu. Menyatakan tempat yang ditawarkan untuk medan perang."

Karena medang perang selalu dikotori dengan mayat-mayat, tanahnya nanti akan terkutuk, dan akan menjadi tempat munculnya para undead. Oleh karena itu, sebagai sebuah spesies, manusia akan menentukan tempat yang spesifik untuk perang mereka. Ketika kedua pihak setuju di tempat itu, mereka bisa melakukan pertempuran sesuka hati mereka tanpa harus melukai masing-masing negeri.

Tentu saja, tidak semua peperangan dilakukan seperti itu. Atau lebih tepatnya, jarang sekali pertempuran dilakukan seperti itu. Hanya ketika Kingdom dan Empire maju peranglah situasi ini datang, dan selama beberapa tahu belakangan, mereka terlah berperang di medan perang yang telah ditentukan.

Meskipun jika mereka mengambil tanah bau, akan jadi lebih merugikan daripada menguntungkan jika itu menjadi tempat munculnya undead, dan tidak ada gunanya menjaga tempat dari penyerang jka nantinya berakhir menjadi tempat terkutuk dan tidak bisa ditinggali lagi. Kedua pihak memiliki sudut pandang yang sama, akhirnya terbentuklah perjanjian.

Karena alasan itu, sebuah helaan nafas datang dari entah darimana saat Raeven mengumumkan surat penting itu. Para bangsawan pasti berpikir perang ini akan sama seperti sebelum-sebelumnya, karena sifat dari deklarasi yang sudah akrab.

"Kalau begitu, medang perangnya akan ada di-"

"Bukankah itu adalah tempat yang sama, Marquis Raeven? Dimana lagi memangnya?"

"Memang benar. Seperti yang dikatakan oleh Marquis Bowlrob, medang perang itu adalah salah satu yang sangat akrab dengan kita. Tanah terkutuk yang diselimuti oleh kabut, area barat laut dari dataran Katze."

"Karena tempatnya sama, bukankah itu artinya Empire akan melakukan hal yang sama?"

Meskipun Empire mengklaim hanya membantu magic caster Ainz Ooal Gown mengambil kembali wilayahnya yang menjadi hak, sebagian besar bangsawan merasa ini hanyalah sebuah 'casus belli' bagi mereka untuk bisa mendeklarasikan perang seperti yang selalu mereka lakukan.

Jika hanya itu saja, Gazef akan setuju, tapi Raeven menggelengkan kepalanya.

"Sayang sekali, Marquis Volumlash, kelihatannya bukan begitu, Menurut sumber saya, Empire telah menggerakkan sebuah kekuatan militer dalam jumlah yang sangat besar untuk perang ini. Aku mengirimkan mantan tim petualang dengan peringkat orichalcum milikku untuk memperjelas ini, dan ketika mereka tidak yakin dengan figur yang tepat, melihat simbol dan lencana dari unit yang aktif, Empire telah mengeluarkan enam legiun penuh."

"Enam Legiun?!"

perbedaan pendapat mengalir pada para bangsawan yang sedang berkumpul.

Empire memiliki delapan legiun, tapi sampai saat ini mereka hanya mengeluarkan empat legion paling banyak. Tapi kali ini, mereka membawa satu setengah jumlah itu.

"Apakah mereka... serius?"

Pertanyaan itu datangnya dari seorang bangsawan dengan ekpresi tidak tenang di wajahnya.

Enam legiun. 60.000 orang. Kingdom memiliki 250.000 orang, tapi meskipun mereka memiliki keunggulan jumlah, hal sebaliknya memang bena dalam hal kualitas pasukan.

"Kita mungkin harus mempertimbangkan jika ini mungkin tidak akan berakhir dalam pertempuran kecil yang biasa."

Di masa lalu, dengan 40.000 orang Empire melawan 200.000 orang, Empire akan meluncurkan serangan, Kingdom akan menahannya lalu perang akan berakhir. Tujuan Empire adalah perlahan membuat Kingdom lelah dan membuang stok makanan mereka, jadi dengan membuat Kingdom melakukan perang sudah memenuhi salah satu tujuan mereka.

Jika mereka berencana melakukan hal yang sama, seharusnya tidak perlu menggerakkan 60.000 orang. Itu artinya mereka memiliki motif lain melakukan ini, pikir Raeven.

"Kelihatannya menaikkan pajak adalah keputusan yang benar."

Namun, biaya yang meningkat dari lebih banyak prajurit yang diberangkatkan juga membuat sakit kepala.

Di masa lalu, peperangan dilakuakn ketika musim panen saat musim gugur. Perang ini akan dilakukan ketika musim dingin, dan biaya tambahan terhadap hal-hal seperti kayu bakar, pakaian hangat dan seterusnya mulai bertambah.

Perang ini dibiayai oleh Fraksi Bangsawan. Jika kekuatan dari Fraksi kerajaan tidak meningkat, akan sangat sulit mengumpulkan donasi, dan kekuatan raja sendiri akan turun sangat drastis.

"Memang begitu, Marquis Raeven. Empire telah menggerakkan lebih banyak pasukan sekarang, di bawah alasan yang dibuat untuk membantu raja magic caster. Mereka akan menganggap mereka akan kehilangan wajah jika mereka tidak mengeluarkan pertunjukan yang bagus dalam membantu sekutu."

"Aku yakin memang begitu. Sebenarnya, karena kita tidak menerima komunikasi dari Ainz Ooal Gown ini, aku curiga insiden ini mungkin didalangi oleh Empire dan Ainz Ooal Gown ini hanyalah penonton yang ditarik ke dalamnya. Dia mungkin bahkan tidak ikut berpartisipasi di dalam perang ini dengan kemauan sendiri."

Bagi Gazef, jika itu memang benar adalah hal yang sangat menggembirakan. Mereka tidak perlu bermusuhan dengan seorang musuh yang mungkin adalah magic caster itu. Namun, mungkin itu terlalu optimis.

Gazef membuka mulutnya yang terkunci rapat sampai sekarang.

"Bolehkah saya bicara?"

"Silahkan."

Dengan izin sang raja, Gazef mulai melepaskan beban keraguannya.

"Saya tidak setuju, begitu juga dengan dokumen dari Slaine Theocracy. Saya tidak mengira deklarasi perang ini hanyalah isapan jempol."

Rasa tidak senang jelas terbukti di wajah para bangsawan.

E-Rantel dan sekelilingnya adalah titik temu dari tiga negara. Setiap kali Kingdom dan Empire pergi berperang, Theocracy akan mengumumkan pendapatnya.

"Pada awalnya, mereka bilang, E-Rantel dan sekitarnya pada awalnya milik dari Slaine Theocracy. Kingdom telah mengambil alih secara tidak benar dan mereka harus mengembalikannya ke pemilik yang sebenarnya. Sayang sekali wilayang yang sama sekali tidak layak itu harus menjadi obyek perebutan kekuasaan," dan seterusnya.

Dua negara, kelihatannya seakan Theocracy akan ikut campur dengan perang mereka, tapi hingga tanggal mereka menggerakkan pasukan mereka. Perselisihan mereka hanyalah di mulut.

Kali ini, bagaimanapun, nada dari statemen resmi mereka telah berubah.

"Theocracy tidak memiliki catatan pemerintahannya, tapi jika Ainz Ooal Gown memang mengendalikan E-Rantel dan sekitarnya di masa lalu, Theocracy akan mengakui kenyataan itu dan kedaulatannya."

Itulah pengumuman resmi mereka.

Kepada para bangsawan di Kingdom, deklarasi itu tidak lain adalah gurauan belaka, seperti seorang badut istana yang muncul entah darimana dan berbicara ngawur. Namun, ada juga mereka yang mengerti arti sebenarnya dibalik dokumen itu.

Slaine Theocracy bilang, "Kami tidak berniat membuat marah Ainz Ooal Gown" di level nasional.

Itu artinya Slaine Theocracy, negeri terkuat di kawasan, tidak mau memusuhi satu orang magic caster.

Tapi itu memang bisa dimengerti, pikir Gazef.

"Dia dengan mudah menghabisi salah satu dari Enam Scripture... dan meskipun dia bilang dia tidak membunuh mereka, Slaine Theocracy merasa bermusuhan dengan orang level kekuatan seperti ini adalah ide yang buruk. Jika Ainz Ooal Gown ditarik ke dalam perang ini leh Empire, mereka tidak perlu bergulung-gulung seperti ini."

"Hmph. Memangnya kenapa kalau mereka memiliki satu orang lagi Magic caster? Bukankah kita memiliki 250.000 orang?"

Count Lindon tertawa di hadapan Gazef yang waspada, ejekan adalah bukti dari suaranya.

Gazef melawan keinginan untuk mengerutkan alisnya. Meskipun dia mengerti kekuatan mengejutkan dari seorang magic caster hebat, di waktu yang sama, dia juga mengerti dari mana Lindon berasal.

Jika dia tidak tahu hal lain, Gazef akan berpikir hal yang sama juga.

Seperti contohnya, ada magic caster yang terkenal di Empire, Fluder Paradyne. Namanya dikenal hingga negeri yang jauh. Dia dirumorkan mampu menggunakan magic tingkat ke-5 atau ke-6, tapi sejujurnya, tak ada yang tahu seberapa kuat dia sebenarnya.

Itu karena dia tak pernah ambil bagian di dalam peperangan Empire, ataupun menggunakan magicnya untuk memutarbalikkan pasukan dari Kingdom.

Sedangkan magic tingkat ke-6 memang menakjubkan, sebenarnya seberapa mengagumkannya itu masih tetap belum dilihat.

Gazef merasa begitu sebagai orang yang selamat dari jumlah yang tak terhitung dari pertarungannya sebagai Kapten Warrior.

Para bangsawan bukanlah magic caster, tapi hanya diajarkan magic sebagai bagian dari pendidikan mereka. Banyak bangsawan Kingdom yang menganggap kecil Fluder, berpikir dia bukanlah apa-apa kecuali hanyalah 'poster boy' untuk propaganda Empire. Para bangsawan yang hanya memiliki sedikit kontak dengan magic user seperti para petualang memang akan lebih berpikir demikian.

Count Lindon adalah salah satunya. Baginya, magic caster tidak lebih dari artis jalanan. Tentu saja, para priest yang menjadi tumpuannya ketika dia sakit adalah masalah lain.

"..Kurasa itu tidak benar juga. Mereka bisa sangat sulit diatasi jika mereka menggunakan mantra 'Flight' dan menyerang dengan magic yang memiliki efek area. Memang menjengkelkan jika mereka hanya menyerang dari jarak jauh. Tentu saja, magic caster profesional tidak akan melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan mereka. Tetap saja, Aliansi Empire dengan Ainz Ooal Gown terlalu aneh. Mereka tidak akan bertindak sejauh ini jika dia hanyalah magic caster biasa, jadi kita sebaiknya waspada."

Kalimat yang menyakitkan itu diucapkan oleh Margrave Urovana, yang kepalanya penuh rambut putih dan wajah keriputnya membawa kewibawaan seorang individu senior. Sebagai yang paling tua dari Enam bangsawan besar, dia jelas sekali berlawanan dengan Count Lindon yang muda. Setiap ucapan dan gerak tubuhnya membuat Count mengangguk mengakui. Namun, yang melawannya justru adalah Marquis Bowlrob.

"Hmph! Siapa Ainz Ooal Gown ini? Seperti yang Lindon katakan, apa yang bisa dilakukan oleh satu orang saja? Jika dia terbang, kita akan tembak dia dengan busur. Sama halnya jika dia menyerang dari jarak jauh. Apa yang bisa satu orang magic caster lakukan? Cerita-cerita tentang magic caster yang merubah medan pertempuran hanya itu saja, cuman cerita!"

"...Saya minta maaf, tapi bukankah beberapa cerita yang dinyanyikan oleh para bard mungkin saja benar?"

"Saya yakin Kapten Warrior - dono tidak memiliki semua faktanya. Para bard melebih-lebihkan fakta untuk membesarkan daya tarik. Setelah melebih-lebihkan kenyataan, cerita yang sebenarnya terhapus dari kenyataan. Ini hanya membuat lebih buruk saat para bard memutar balikkan cerita yang diambil dari bard-bard lain, karena tradisi dari mulut ke mulut rawan dibelokkan."

"Namun, jika mereka bisa mengumpulkan banyak magic caster yang bisa menggunakan 'Fireball'-"

"Dan tepatnya berapa kemungkin perkumpulan dari magic caster yang anda katakan itu nantinya, hm? Silahkan katakan kepada kami, Wahai Kapten Warrior dono."

"Itu... kurasa tidak banyak."

'Fireball' adalah mantra tingkat ke-3. Tidak mungkin bisa mengumpulkan magic caster yang bisa menggunakan mantra itu dalam jumlah yang besar, meskipun Empire memiliki akademi magic.

"Kalau begitu, bukankah itu adalah jawabannya? Magic adalah senjata yang bagus, tapi tak perduli seberapa kuat dia, satu orang tidak bisa merubah medan perang! Anda - maafkan saya - Kapten Warrior adalah contoh yang sempurna. ketika tidak ada yang bisa menandingi anda dalam duel, bahkan anda sendiri tidak bisa membantai beberapa ribu orang dalam sekali!"

Dia benar. Gazef tidak menemukan apapun untuk bisa menangkal argumen Marquis Bowlrobs.

Cerita-cerita tentang menghancurkan sepuluh ribuan dalam sekali pukul sangat diragukan kebenarannya. Bahkan si nenek itu. Salah satu dari Tiga belas Pahlawan, Rigrit Bers Carau, tidak bisa melakukan hal semacam itu.

Namun, rasa tidak nyaman masih menggantung di dalam hati Gazef.

Jangan-jangan dia tidak bertemu magic caster yang luar biasa, namun hanya tidak tahu?

"...Lalu, bagaimana jika itu adalah naga?"

"Marquis Volumlash...magic caster itu adalah manusia, mengapa kamu bahkan memunculkan seekor naga?"

"Tidak, maksudku dalam hal kemampuan bertempur satu orang melawan satu brigade."

"Pada awalnya, tidak ada gunanya menyebutkan naga ketika kita sedang mendiskusikan manusia! Aku tidak tahu apa yang kalian semua pikirkan, ketakutan sekali hanya karena seorang magic caster kecil-"

Dia mengalihkan pandangan tajam kepada Gazef.

"Sebagai bangsawan Kingdom, seharusnya kamu malu dengan dirimu, ketakutan dengan hanya bayangan saja! Tetap saja, bukannya aku tidak mengerti kekhawatiran Kapten Warrior... kalau begitu, mari kita anggap Ainz Ooal Gown sebagai kekuatan yang mampu setara dengan lima ribu orang."

"Li-Lima ribu?!"

Mata Lindon melebar.

"Bukankah itu terlalu banyak, menilai satu orang setara dengan lima ribu? menyamakannya dengan separuh saja sudah terlalu banyak."

"Aku, sebagai contohnya, menganggap Kapten Warrior-dono setara dengan seribu orang, dan karena Kapten Warrior kita sangat mewaspadai individu ini, kita seharusnya menghitungnya sebagai orang yang mampu melawan lima kali jumlah itu. Aku yakin dengan penilaian Kapten Warrior dengannya."

"Anda terlalu memuji saya."

Meskipun dia masih ragu jika kemampuan tempur Ainz Ooal Gown hanya setara lima ribu orang, segitu sudah sulit dipercaya. Akan lebih baik berterima kasih kepadanya dan mencoba mendapatkan sedikit niat baik. Dengan begitu, Gazef menurunkan kepalanya.

Dalam keadaan seperti itu, Pangeran mahkota Barbro yang diam sampai saat ini membuka mulutnya.

"Jika mungkin saya diperbolehkan mendapatkan sedikit waktu anda... saya telah berpikir. Mengapa kita tidak memaksa para petualang itu ke dalam pasukan? Lagipula, mereka bekerja di dalam Kingdom, jadi bukankah mereka adalah wajib memenuhi panggilan militer? Mengapa mereka tidak diperbolehkan bergabung dengan militer? Saya tidak ingat ada hukum apapun di dalam Kingdom yang melaran itu."

Para bangsawan saling melihat satu sama lain. Sebagai tuan tanah, mereka jelas sekali mengerti nilai dan kekuatan dari para petualang. Karena itu, mereka tidak menerima alasan dari Barbro.

Bagi Gazef, dia merasa alasan mengapa Barbro berpikir demikian adalah karena dia adalah anggota dari keluarga kerajaan. Jika dia memiliki perkebunan untuk dikelola, dia tidak akan berpikir seperti itu.

Marquis Raeven terbatuk.

"Pangeranku. Saya yakin anda mengerti itu selain dari mereka yang berplat tembaga, setiap petualang lebih kuat dari pasukan rata-rata?"
"Um. Tentu saja. Itulah kenapa kita harus menarik mereka. Ketika sudah ditarik. mereka akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Mereka akan bisa mengalahkan knight-knight dari Imperial dengan mudah!"

"Saya tidak menentang hal itu. Namun, jika kita melakukan itu, maka musuh kita - Empire, sebagai contohnya - juga akan mewajibkan para petualang untuk melawan kita dengan menggunakan mereka. Dengan begitu, daripada pertempuran diantara para petualang, itu akan menjadi pembantai tersistematik dari jajaran petualang. Kerugian akan jauh lebih besar, dan banyak wajib militer yang akan mati. Inilah kenapa kedua pihak tidak menggunakan petualang, untuk menghindai perlombaan senjata. Ditambah lagi, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkan."

Worker juga tidak digunakan untuk alasan yang sama. Ditambah lagi, mereka biasanya lebih mahal daripada petualang, kurang sedikit bisa diandalkan.

"Begitukah... meskipun aku tidak senang dengan ide itu, aku bisa menerimanya. Kalau begitu bagaimana jika kota diserang? Jika mereka tidak bergabung mempertahankan, bukankah itu adalah pengkhianatan, bagi penduduk Kingdom?"

"Saya mengerti poin yang anda coba buat. Namun, mereka akan merasa bahwa mereka kebebasan bertindak terhadap apakan mereka dianggap penduduk atau tidak dari Kingdom. Ditambah lagi, mereka mungkin juga akan bepergian jauh suatu ketika. Hal terpenting adalah semakin baik mereka, semakin besar nantinya negeri itu akan berkurang ketika mereka musnah di dalam peperangan. Itu mungkin akan membuat situasi menjadi tak terkendali ketika monster-monster muncul, tapi tidak ada petualang yang mampu menghentikannya. Oleh karena itu, kita harus menangani para petualang dengan hati-hati."

"Marquis Raeven, bukankah anda tadi menyebutkan bahwa anda telah mewajibkan beberapa petualang yang sudah pensiun ke dalam pasukan anda? Sesuatu tentang - mantan orichalcum? Mengapa itu boleh?"

"Itu tidak apa. Mereka tidak lagi diikat oleh peraturan dari Guild Petualang ketika mereka sudah pensiun dan tidak lagi menjadi anggota. Itulah kenapa saya mempekerjakan mereka."

"..Ternyata begitu. Meskipun, saya mendengarnya, tapi saya tidak seberapa mengerti itu." Tawa lirih dan suara setuju datang dari rombongan bangsawan.

"Tetap saja, Itu hanya berlaku untuk petualang dengan peringkat orichalcum. Petualang dengan peringkat Adamantite adalah masalah yang sangat berbeda sama sekali. Dari dua petualang adamantite di Kingdom..."

Tidak ada siapapun disini yang tidak tahu keberanian mengeksploitasi Blue Rose ketika kekacauan yang disebabkan oleh iblis.

"Sebelum mereka ambil bagian, ada kelompok adamantite lain. Meskipun mereka semua sudah pensiun, mereka belum dipekerjakan sama sekali sejak... benar kan, Kapten Warrior-dono?"

"Benar sekali. Ada empat orang. Satu orang membuka sekolah berpedang eksklusif untuk murid-murid yang dia pilih. Dua orang lain pergi berkelana. Yang terakhir adalha nenek yang menghabiskan beberapa saat di Blue Rose sebelum pergi entah kemana."

Gazef menghitung wajah yang familiar di jarinya saat dia mengingat mereka.

ketika dia berjalan-jalan di ibukota, dia telah ditarik ke dalam aula latihan oleh guru masa depannya, dan dia mulai mengalami cara hidup seperti neraka dari latihan dan ilmu pedang.

Karena pertemuan itu, Gazef yang seharusnya hanyalah tentara bayaran akhirnya menjadi juara sang raja, tapi meskipun begitu-

Tidak, setelah dipikir-pikir, itu adalah ingatan yang indah juga.

"Ternyata begitu. Aku juga mendengar kota ini dijadikan markas oleh tim petualang yang disebut 'Darkness'. Jika saja kita bisa mengandalkan 'Beatiful Princess' Nabe untuk melawan Ainz Ooal Gown... Meskipun itu kelihatannya agak sulit."

Memang itu adalah ide yang bagus, Guild Petualang tidak akan pernah memperbolehkannya.

Beberapa bangsawan mulai mengutuk dengan keras guild itu.

Contohnya, "mereka bukan apa-apa selain rakyat jelata!"

contohnya, "mereka pikir siapa yang membayar mereka?!"

contohnya, "jika mereka adalah penduduk Kingdom, mereka seharusnya membantuk kita!"

Memang wajar jika mereka yang memiliki kekuasaan tidak akan senang dengan Guild Petualang yang menolak tunduk kepada kekuasaan itu. Namun, itu juga adalah kenyataan bahwa mereka adalah satu-satunya yang bisa menghadapi monster-monster itu.

Jika Guild Petualang pergi dari Kingdom, mereka tidak akan memiliki cara untuk memukul balik monster-monster yang kuat itu. Sebagai hasilnya, Kingdom akan terus hancur, dan bahkan Gazef sekalipun takkan bisa mengubah hal itu.

Monster-monster memiliki kemampuan spesial, dan mengalahkan mereka akan membutuhkan macam-macam serangan berbeda yang sama, pertahanan dan metode penyembuhan. Karena ini, para petualang memang tidak bisa digantikan. Fakta bahwa Empire mengumpulkan magic caster dan ranger ke dalam legiunnya adalah masalah lain.

"Se-Seperti yang diduga dari Yang Mulia! Saya merasa ini adalah ide yang luar biasa!"

Yang berbicara seperti itu adalah seorang baron yang dikumpulkan dari bagian yang tidak diketahui.

Dia adalah tuan kecil diantara orang-orang yang hadir, itu artinya dia adalah bawahan dari seseorang.

"Sebagai seorang magic caster, dia mungkin memiliki semacam pandangan terhadap situasi ini. Mungkin bagus sekali untuk mendengarkan apa yang akan dia katakan. Mungkin kita harus mengirimkan utusan kepadanya, untuk jaga-jaga."

Ide itu menemui jumlah persetujuan yang sedikit. Paling banyak dari mereak yang setuju adalah bangsawan dengan kelas rendah, dan dari cara mereka memuji Barbro, mereka mungkin adalah bawahan dari Fraksi Bangsawan.

Semakin banyak orang-orang bermata tajam yang membuat wajah masam, namun kelihatannya yang lain tidak menyadari.

"Kalau begitu pergilah." Sang raja memerintakan dengan suara lelah. "Momon-dono adalah seorang petualang peringkat adamantite. Kamu boleh membuatnya marah dengan alasan apapun!"

"Saya mengerti! Cheneko ini akan melaksanakan perintah dari kerajaan dengan seksama!"

"Begitukah. Kalau begitu, jaga baik-baik jangan sampai membuat Momon-dono marah."

Sang raja melambaikan tangan lagi setelah mengulangi perintahnya. Bangsawan itu pergi dari ruangan tersebut.

Dia kelihatannya tidak menyadari jika ada yang salah, dia akan dengan keji dibuang.

"Hah... kita sudah melenceng jauh dari topik awal. Sekarang, dimana kita..ah. Jadi untuk kekuatan tempur Ainz Ooal Gown, kurasa tidak ada yang menyangkalnya kita menganggap dia berkekuatan lima ribu orang?"

Marquis Raeven melihat ke arah Gazef.

"Saya tidak masalah dengan penilaian itu."

Secara pribadi, Gazef merasa angka itu agak melenceng jauh dari jangkauan minimalnya, tapi dia bisa mengerti mereka yang tidak melihat sendiri kekuatan dari Ainz Ooal Gown mungkin sulit percaya.

"Kalau begitu, saat Empire sudah setuju dengan pilihan medang perangnya, saya yakin kita semua bisa mulai menggerakkan tentara kita ke arah dataran Katze?"

Garis pandangan Marquis Raeven menyapu ke seluruh ruangan, dan satu demi satu para bangsawan menjawab setuju. Ketika dia tiba pada Marquis Bowlrob terakhir kalinya, pria itu membalas dengan jelas dan keras.

"Akan dilaksanakan, Marquis Raeven. Pasukanku sudah siap bergerak kapanpun. Kalau begitu, Yang Mulia, bolehkah saya memiliki saran? Ini mengenai masalah sang Pangeran..."

Hanya ada satu Pangeran yang hadir. Mata semua orang tertuju kepada Barbro.

"Kelihatannya Ainz Ooal Gown pernah muncul untuk menyelamatkan sebuah pemukiman yang disebut desa Carne. Jika itu memang murni karena kebaikan hati, itu boleh-boleh saja. Namun, dia mungkin memiliki motif strategis di pikirannya. Saya merasa yang terbaik adalah menggerakkan beberapa pasukan dan mencoba menanyai para penduduk detilnya. Saya ingin mempercayakan perintah unit perintah itu kepada Pangeran."

"-Marquis!"

Barbro menatap Marquis Bowlrob.

"Diam" kata sang raja. "Itu bukan ide yang buruk. Putraku, aku perintahkan kepadamu - pergilah ke desa Carne dan pelajari apa yang kamu bisa dari para penduduk desa."

Gazef mencoba sebaik mungkin untuk tidak mengerutkan dahinya.

Jika mereka pergi ke desa Carne sekarang, mereka kelihatannya tidak akan mempelajari informasi yang berguna tentang magic caster itu. Ditambah lagi, membagi pasukan mereka sulit dilihat sebagai gerakan yang bijak, meskipun itu adalah jumlah yang sangat kecil.

"...Sang raja telah memerintahkan dan saya laksanakan. Namun, saya ingin mengutarakan bahwa penempatan ini bukanlah kehendak saya."

Melihat sang raja tidak berniat menarik kembali perintahnya, Barbro membungkukkan kepalanya, sebuah ekspresi tidak senang muncul di wajahnya.

"Aku akan meminjamkan beberapa pasukan elit. Aku juga akan mengirimkan seorang tuan rumah bangsawan untuk menemani pangeran. Total kekuatan unit anda sekitar lima ribu orang."

"Oh begitu. Kamu mewaspadai pasukan khusus dari Empire. Seperti yang kuduga dari Marquis Bowlrob, anda memang berpandangan jauh ke depan."

Gazef bisa melihat logika dalam ucapan Raeven. Namun, dia masih ragu jika Pasukan Imperial akan menggunakan metode yang sanga licik itu bahkan setelah menyetujui medan pertempuran. Meskipun itu benar jika semua peperangan berdasarkan tipuan, serangan sembunyi-sembunyi seperti ini setelah setuju hanya mempermalukan diri mereka terhadap negeri tetangga. Empire hanya akan 'menembak kakimu sendiri' (membuat masalah bagi diri sendiri).

"Meskipun saya tidak merasa membutuhkan banyak prajurit, karena Marquis telah dengan senang hati menawarkan ide itu, saya tidak ada pilihan lain selain menerimanya."

"Terima kasih banyak, Yang Mulia. Kalau begitu, saya punya satu pertanyaan lagi."

Marquis Bowlrob berhenti sejenak. Daripada untuk bernafas, jeda itu adalah untuk menarik perhatian terhadap apa yang akan dikatakannya.

"Siapa yang akan menjadi Komandan Umum untuk perang ini? Saya yakin tidak ada yang menolak diri saya sendiri?"

Suasana di ruangan itu berubah.

Ini adalah deklarasi secara tidak langsung. Itu diucapkan sebagai pertanyaan, tapi jelas membawah berat yang tidak diucapkan dan kekuatan memilih orang yang akan memegang otoraitas terhadap seluruh pasukan.

Jika ditanya siapa yang lebih baik dalam mengkomandoi diantara Raja Ranpossa III dan Marquis Bowlrob, banyak bangsawan akan menunjuk yang terakhir. Ini memang benar karena pasukan Marquis sendiri terdiri dari seperlima dai pasukan kerajaan - 50.000 orang.

Ditambah lagi, Marquis Bowlrob juga mengomandani pasukan elit. Dia telah menjadi inspirasi dari kelompok warrior Gazef, dan oleh karena itu menciptakan sebuah unit dari warrior profesional.

Mereka adalah pasukan yang sangat bagus. Meskipun mereka masih lebih lemah dari kelompok warrior di bawah Gazef, mereka masih menjadi tandingan terhadap para knight Empire - mungkin lebih dari setara. Dalam catatan tertentu adalah jumlah mereka, yang berjumlah sekitar 5.000. Jika mereka beradu pedang dengan kelompok warrior Gazef, Pasukan elit Bowlrob akan menang murni karena jumlah.

Jika raja tidak hadir secara pribadi, otoritas komandan tidak diragukan lagi jatuh kepada Marquis Bowlrob. Tapi karena raja ada disini, sewajarnya raja Ranpossa III adalah Komandan Tertinggi, meskipun para bangsawan mungkin tidak akan menerima itu.

Ekspresi Gazef mengeras saat Marquis Bowlrob menempatkan tekanan kepada sang raja. tapi Marquis Bowlrob tetap tidak bergeming bahkan saat dia melihat ekspresi Gazef. Bagi Bowlrob, Gazef hanyalah orang biasa yang bagus dalam berpedang, dan membiarkan bukan seorang bangsawan tetap disini adalah hal yang tidak bisa ditoleransi.

"..Marquis Raeven."

"Ya, Yang Mulia!"

"Aku akan serahkan padamu. Pimpin pasukan dengan aman ke dataran Katze. Dari sana, kamu akan bertanggung jawab dalam perkemahan dan pertahanan."

"Saya mengerti."

Raeven mengangguk menerima perintah kerajaan. Meskipun tempat yang diinginkan Bowlrob telah dicuri darinya, Jika itu adalah Raeven, Bowlrob tidak bisa protes. Dia tahu pria itu sangat berbakat, dan sebagai hasilnya, mengkritisinya akan sangat sulit. Terlebih penting lagi, Raeven memiliki koneksi yang luas, dan banyak orang-orang Bowlrob berhutang budi kepadanya. Jika dia mencoba mengkritisi Raeven di depan mereka, mereka hanya akan meragukannya malahan. Oleh karena itu, Bowlrob tidak ada pilihan lain selain menyengir dan menerimanya.

"Marquis Raeven, pasukanku akan berada dalam tanggung jawabmu. Tolong beritahu saya jika kamu perlu apapun."

"Terima kasih banyak, Marquis Bowlrob. Saya akan mengandalkan anda saat itu."

Gazef senang dengan keputusan brilian dari sang raja seakan itu adalah miliknya.

"Apakah ada hal lainnya?"

Sang raja menunggu sebentar, tapi tak ada yang membalas.

"...kalau begitu mari kita mulai persiapan untuk bergerak. Kita akan pergi besok. Akan memakan waktu dua hari untuk bisa tiba di medang perang, jadi jangan lengah dalam mempersiapkannya. Kalau begitu, rapat dibubarkan. Marquis Raeven, silahkan teruskan."

"Saya mengerti, Yang Mulia."

Para bangsawan terus keluar dari ruangan itu untuk mulai persiapan bergerak maju, meninggalkan hanya sang raja dan Gazef.

Ranpossa III perlahan menolehkan kepalanya. Sebuah suara gemeretak sampai kepada telinga Gazef. Dia pasti sangat kaku. Setelah peregangan, sebuah ekspresi lega berkembang di wajah sang Raja.

"Terima kasih atas kerja keras anda, Yang Mulia."

"Ahhh, itu memang kerja keras. Aku lelah sekali."

Gazef tersenyum masam kepada sang raja. "Lelah" adalah sebuah kapsul kesimpulan dalam mangatur Fraksi Kerajaan dan Fraksi Bangsawan. Namun, masih ada orang-orang yang lebih lelah daripada Ranpossa III.

"Sudah waktunya-"

Saat Ranpossa akan melanjutkan, beberapa ketukan datang dari arah pintu. Lalu pintu itu perlahan terbuka, dan tamu yang sedang menunggu mulai masuk.

Dia adalah seorang pria yang bulat sepergi babi, selain itu tidak ada tanda-tanda yang istimewa. Rambutnya jarang sampai tidak ada, dan apa yang tersisa adalah putih seperti salju.

Tubuhnya bulat, perutnya gendut, dan dagu serta rahangnya lembek.

Namun, cahaya kecerdasan bersinar di dalam mata manusia yang tidak mengesankan ini. Ranpossa III tersenyum ramah kepadanya.

"Selamat datang, Panasolei."

"Yang Mulia," kata walikota E-Rantel saat dia membungkuk kepada tuannya. Lalu, dia mengalihkan pandangannya.

"Sudah lama sekali, Stronoff-dono."

Panasolei adalah seorang bangsawan, namun dia masih sangat hormat kepada Gazef, orang biasa. Tepat karena itulah menjadikannya ditempatkan di tempat ini.

"Anda sudah merawat saya dulu, Pak walikota. Saya berterima kasih sudah menyembuhkan bawahan saya. Saya sedang terburu-buru melaporkan ke ibukota, jadi saya bergegas pergi tanpa berterima kasih dengan baik kepada anda. Tolong terimalah maaf saya."

"Ah, tidak, tidak, tidak usah dipikirkan. Saya mengerti pentingnya Kapten Warrior melaporkan pengepungan itu. Bagaimana mungkin saya berkeras hati dan mendendam kepada anda karena itu?"

Melihat kedua pihak saling membungkuk, sang raja tertawa senang.

"Panasolei, apakah kamu tidak menguik dengan hidungmu?"

"Yang Mulia... tidak perlu melakukan hal itu di dekat orang-orang yang tidak menggurui saya. Atau mungkin Yang MUlia dan Stronoff-dono merasa saya adalah seorang pelawak yang berdagang tindakan tertentu seperti itu?"

"Maaf, maaf, itu hanya guyonan. Tolong maafkan aku, Panasolei."

"Ah, tidak, pelayan anda yang mulia ini telah melangkahi batasannya. Harusnya saya yang harus meminta maaf kepada anda, Yang Mulia. Kalau begitu... mari kita mulai?"

"Tidak..." Sang raja ragu-ragu, lalu membalas, "Tidak, masih ada satu lagi orang yang belum datang. Mari kita tunggu dia."

"Begitukah. Kalau begitu, bolehkah kami mendiskusikan biaya makan di dalamkota? Setelah itu, saya akan melaporkan proyeksi dari kekuatan nasional kita untuk tahun berikutnya, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Marquis."

"Umu, semakin cepat kita menyingkirkan sakit kepala ini semakin baik."

Saat Panasolei mulai bicara, bahkan Gazef, yang tidak terbiasa mengatur urusan domestik negara, akhirnya mengerutkan dahi.

Laporannya terhadap bahaya dari pengeluaran negara saat ini dan masa depan. Pengumpulkan makanan ke seluruh wilayah membuat kekurangan bahan pangan semakin buruk. Dari catatan tertentu adalah kenyataan bahwa negeri akan terus merosot bahkan setelah para penduduk disini dilepaskan dari wajib militer.

Prediksi Panasolei adalah di sisi optimis, dan masih tergambar sangat buruk.

Sedangkan untuk raja, wajahnya sebuah topeng datar.

"Bagaimana bisa seperti ini..."

"Jika...Jika Empire terus-terus melanjutkan serangan tahunannya, peluang perang sipil akan sangat tinggi. Karena keadaan pajak sekarang, banyak orang yang menjadi kelaparan hingga mati, dan jika kita mengurangi pajak, kita tidak akan cukup dalam membiayai peraturan kita."

Ranpossa III meletakkan tangannya ke dahinya, menutupi mukanya.

Ini adalah hasil dari merespon pertempuran tahunan dari Empire. Ketika saatnya mereka menyadari tujuan Empire, sudah terlambat - Kingdom sudah berada dalam keadaan menurun.

"Yang Mulia..."

"Betapa... Menjengkelkan. Jika kita tahu lebih awal... Jika kita menghadapi ini sebelum para bangsawan sepenuhnya terbagi dalam fraksi-fraksi mereka... betapa bodohnya."

"Tentu saja tidak, Yang Mulia. Mungkin saja saat menghadapi perpecahan fraksi, Empire mungkin akan mengambil peluang ini untuk menyerang dan menaklukkan kita."

Gazef sangat yakin dengan hal ini - sang raja, Ranpossa III, telah melakukan pekerjaan yang bagus.

Kondisi yang akhirnya membuat situasi begini adalah hasil dari keputusan buruk dari raja sebelumnya. Tidak mungkin satu generasi bisa menghapus dosa-dosa yang terkumpul dari seluruh leluhurnya.

"Aku hanya ingin meninggalkan kerajaan yang layak kepada selanjutnya - kepada anak-anakku."

Meskipun sang raja berbicara perlahan, setiap ucapan dicampur dengan tujuan yang kuat.

"Kalau begitu... apakah ini bukan waktu yang tepat? Saya memiliki banyak pendukung sekarang karena kekacauan itu. Bukankah kita harus menyerang Empire, tak perduli berapapun biayanya, jadi kita bisa memenangkan beberapa tahun kedamaian untuk Kingdom?"

Gazef bisa melihat sebuah cahaya di mata sang raja. Cahaya itu membuatnya khawatir. Sebenarnya, dia harus menolak ini, tapi dia tidak bisa mengeluarkan suara.

Jika sang raja sudah berbiara memajukan ambisi dan hasratnya sendiri, mungkin dia bisa menegurnya. Tapi saat dia menydari sang raja berbicara tentang memastikan keamanan rakyat dan negerinya, ucapan itu terperangkap di tenggorokannya.

Sebagai saksi pertama terhadap raja yang menyiksa negerinya, Kapten Warrior tidak bisa mengeluarkan suara menolaknya.

"Memang itu sangat mungkin, saya yakin anda juga sadar bahwa ini adalah gerakan yang sangat berbahaya. Jika anda bertindak untuk mengurangi kekuatan dari bangsawan, negeri itu mungkin akan jatuh ke dalam keributan."

Sang raja menyimpulkan alisnya, dan hati Gazef terasa sakit.

"Panasolei, seperti biasa, kamu telah memalu tepat di kepala. Meskipun seseorang bisa saja mati karena operasi, ada juga peluang dia mungkin saja hidup. Tak perduli apapun yang kita lakukan, penyakit itu akan menyebar ke seluruh tubuh dan perlahan membunuh kita. Kalau begitu, bukankah kita harusnya melangkah maju dan meraih hari?"

"Rajaku, operasi bedah tidak bisa diandalkan. Akan lebih baik untuk mencari solusi lain malahan."

"Jika ada solusi ajaib untuk menyelamatkan Kingdom, semua orang pasti akan menggunakannya. Tapi metode barbar dalam membuka tubuh untuk mengeluarkan bagian penyakit adalah satu-satunya obat bagi keadaan sulit kita."

Prosedur yang kasar dan menakutkan ini, diianjurkan oleh Minotaur Sage, adalah satu-satunya obat bagi Kingdom.

Sebuah keheningan yang suram mendominasi ruangan, yang melihat seorang raja memaksa tindakan drastis untuk menyelamatkan negerinya.

Kalau begitu, saat suasana yang menyesakkan ini akan bertahan lama, sebuah ketukan terdengar dari pintu, seakan memecah ketergantungan yang ada di udara.

Orang yang masuk tanpa menunggu respon adalah Marquis Raeven.

"Hadiri, saya minta maaf sudah terlambat."

Kelegaan tersebar ke seluruh penjuru ruangan.

"Ah, orang yang sangat kunantikan. Marquis Raeven, aku sudah memberikan beban yang sangat besar kepadamu."

Sebuah tampang bingung muncul di wajah Raeven sesaat karena dia kaget, tai dia langsung bereaksi dengan menggantinya dengan ekspresi lelah.

"Tidak, tolong jangan dimasukkan hati, Yang Mulia. Sebenarnya, mempercayakan komando kepada Marquis Bowlrob adalah kebodohan yang sangat. Lagipula, dia hanya tahu bagaimana memerintahkan cara menyerang dan mundur."

Tidak jelas apakah Raeven memang tulus dengan kritiknya yang kasar. Mungkin dia mengatakan ini dengan sengaja untuk meringankan suasana hati ketika dia merasakan kesuraman di dalam ruangan.

"Ditambah lagi, jika Yang Mulia berasumsi mengambil kendali pasukan, sebuah kesalahan dalam melangkah mungkin akan menghasilkan Fraksi bangsawan yang mundur dalam puncak peperangan. Oleh karena itu, tidak ada komandan yang cocok dengan peran itu selain diri saya. Meskipun begitu, bekerja terus menerus tanpa istirahat sudah banyak membebaniku. Saya ingin mengumumkan sebelumnya bahwa setelah perang ini selesai, saya ingin beristirahat di tanah saya sendiri selama beberapa bulan."

Dengan begitu, ekspresi Raeven tiba-tiba berubah serius.

"Saya minta maaf atas kurang sopannya saya, tapi kita tidak bisa membuang waktu disini, jadi mari kita selesaikan ini dengan cepat-cepat."

Meskipun wajahnya tetap dingin seperti ular, Gazef bisa merasakan emosi manusia di dalam dirinya, begitu juga dengan kualitas yang bisa membuatnya terkagum-kagum.

Aku memang bodoh tidak bisa melihat sifat asli dari seseorang sebelumnya. Apakah aku benar-benar seburuk itu dalam membaca orang lain?

Dengan penyesalan ini di hati, Gazef mengingat pertemuan di ruangan Raja sebelum mereka pergi ke ibukota. Ada lima orang yang hadir; Raja Ranpossa III, Gazef sendiri, Putri Ketiga Renner, Pangeran Kedua Zanack dan Marquis Raeven. Setelah mendengar dua orang yang terakhir, Gazef merasa terkejut sekali hingga bisa meruntuhkan istana itu. Terutama, ada orang itu yang sangat dibenci oleh Gazef, pria yang mengingatkannya kepada ular dan kalajengking.. sebuah ucapan seperti kejutan yang tidak bisa sepenuhnya mengekspresikan reaksinya ketika dia tahu bahwa Raeven adalah salah satu bangsawan yang paling tekun dan setia, bekerja tanpa henti demi keuntungan sang raja.

"Kelihatannya saya terus-terusan menyebabkan masalah untukmu Marquis Raeven, begitu juga dengan putriku."

Ranpossa III merendahkan kepalanya kepada Raeven yang sedang duduk, sebuah ekspresi tulus di wajahnya.

"Yang Mulia, tolong jangan melakukan hal itu. Saya sudah bertindak sendiri tanpa berkonsultasi kepada anda; saya hanya menyesal tidak bertindak lebih awal."

"Marquis Raeven, biarkan saya minta maaf kepada anda pula," Gazef berkata seperti itu saat dia merendahkan kepalanya, "Saya telah ditipu oleh kesan yang ada di permukaan dan sudah memiliki pemikiran yang tidak sopan tentang anda tanpa memahami niat anda yang sebenarnya. Tolong maafkan saya yang bodoh ini."

"Kapten Warrior-dono, tidak perlu khawatir dengan hal itu."

"Meskipun begitu, jika saya tidak dihukum atas kebodohan saya, itu akan menusuk seperti duri di dalam hati."

Wajah Raeven seperti berkata "Benarkah?" lalu dia menggelengkan kepalanya. Setelah itu, dia mengucapkan sesuatu kepada Gazef.

"Saya mengerti.. kalau begitu, mulai sekarang saya tidak akan memanggil anda seagai Kapten Warrior-dono, tapi sebagai Gazef-dono. Anggap itu sebagai satu rasa hormat saya kepada anda."

Itu adalah hukuman yang bahkan tidak terhitung sebagai hukuman.

Sebuah pemikiran - dia memiliki mata, tapi tidak bisa melihat - mulai muncul di hatinya, dan Gazef membalas dengan rasa terima kasih yang tulus.

"Terima kasih banyak, Marquis Raeven."

"Gazef-dono, tidak usah dipikirkan. Kalau begitu, mari kita mulai diskusi ke arah mana Kingdom ini akan dibawa mulai hari ini."

17 komentar:

Andi mengatakan...

Labjutkan min

Yan mengatakan...

lanjuuuuttsss :3 ga sabar nunggu updetan berikutnya

Unknown mengatakan...

makasih min semoga sehat selalu ,dan ditunggu lanjutanya :)

Joy mengatakan...

thx min

Ramiris mengatakan...

Ty

Brian Torao mengatakan...

sankyu overlord vol.9 bab 2 bag.2

Unknown mengatakan...

gemes pingin liat si momon nolak mentah-mentah kekaisaran buat ngelawan ainz-sama

xD

machrus ali mengatakan...

Gw pengen liat kalo momon vs ainz, dy setingnya gimana 🤣

Unknown mengatakan...

@machrus ali pakai pandora aktor kan bisa

Anda mengatakan...

Thanks min

Nurdin bahari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

ntaps

Unknown mengatakan...

Yang penting semangat min up nya

Unknown mengatakan...

Mantap min lanjut terus

Unknown mengatakan...

Ini tidak bisa disebut peperangan, melainkan pembantaian lebih tepatnya

Kuhaku mengatakan...

Menuju pembantaian

Kuhaku mengatakan...

Dan ini lah overlord, pembahasan nya mendetail, terkadang keluar jalur yg mana lebih memperlihatkan logika nyata yg tidak selalu lurus ke masalah utama,,best cerita paling kompleks