Chapter 1 : The Sorcerous Kingdom of Ainz Ooal Gown
Part 1
Sorcerer
King. Penguasa absolut dari Great Underground Tomb of Nazarick dan Sorerous
Kingdom Ainz Ooal Gown. Seseorang yang memimpin 41 Supreme Being, dan yang
terakhir dari mereka yang tetap tinggal di dalam Nazarick. Saat ini, makhluk
itu yang seharusnya menikmati perhatian dari para bawahannya sedang melingkar
di atas tempat tidurnya yang lembut, sedang membaca sebuah buku.
Tempat
tidur yang disebutkan itu dipindakan dari Great Underground Tomb of Nazarick ke
tempat ini – ke kamar pribadi dari mantan penguasa E-Rantel, Walikota
Panasolei, yang sebagian sudah ditata ulang dan dirubah menjadi kamar Ainz
sendiri. Sejak dipindah kemari, dia tidak lagi bisa mencium adanya aroma yang
dulunya selalu terpancarkan ketika tempat tidur itu masih ada di Nazarick.
Mungkin karena tempat tidur yang ada disini
tidak disemprot oleh parfum, pikir Ainz saat dia menyandarkan berat badannya kepada tempat tidur
yang menjadi pertanyaan.
Tentu saja,
tidur benar-benar tidak diperlukan bagi seorang makhluk undead seperti Ainz.
Memang
benar, hanya ada sisa-sisa dari sisi manusianya yang mengatakan kepada otaknya
bahwa dia seharusnya lelah. Itulah kenapa Ainz seing melakukan hal ini,
merebahkan diri di atas tempat tidur untuk menenangkan kepala dan jantungnya
yang sudah kelewat panas. Namun, itu hanyalah solusi sementara. Oleh karena
itu, merebahkan diri seperti ini dalam waktu yang lama, seperti seorang manusia
sebenarnya sangat sia-sia.
Sebagai
contoh – ya. Sementara dia sedang membaca sebagai contohnya. Khususnya, ketika
dia sedang memikirkan cara orang lain melihat ke arah dirinya.
Seharusnya waktu segera pagi..oh!
Sebuah
sinar lemah dari sinar matahari tersaring melewati celah-celah dari kelambu,
membuat Ainz secara kasar bisa menebak waktunya. Dengan begitu, dia lalu meletakkan
buku yang baru saja dia baca sampai sekarang di bawah bantalnya.
Lalu, dia
mencondongkan tengkoraknya ke arah sudut ruangna.
Dia melihat
seorang pelayan disana.
Dia adalah
salah satu pelayan reguler Nazarick, dan dia sedang menemani AInz hari ini –
lebih tepatnya, dia telah menemani Ainz sejak kemarin. Saat ini, dia dengan
elegannya duduk di kursi dengan punggung tegak lurus. Namun, postur itu tidak
berubah sejak kemarin malam. Dari yang Ainz tahu, tak ada satupun pelayan yang
gagal mempertahankan posisi tersebut.
Garis
pandangannya terus terpaku pada Ainz, membuat beberapa gangguan sesaat.
Itu
benar-benar adalah beban yang sulit dijelaskan.
Tentu saja,
dia pastinya tidak bermaksud untuk mengeluarkan tekanan ini. Itu hanya karena
memperhatikan Ainz dengan seksama akan membuat dia bisa langsung merespon
terhadap situasi apapun yang mungkin akan muncul. Namun, itu membuat orang
biasa seperti Satoru Suzuki ingin menangis dan memelas “Tolong biarkan aku.”
Tak ada
yang akan merasa nyaman jika mereka terus-terusan ditatap seperti itu, terutama
oleh anggota lawan jenis yang melakukannya. Meskipun tak ada apapun yang
terjadi, itu membuat Ainz merasa seperti dia telah membiarkan ada sesuatu yang
tidak beres.
Hal yang
paling penting adalah cara dia yang dengan tanpa bicara merespon Ainz terhadap
segala gerakan apapun.
Secara
singkat – itu adalah pengalaman yang menyedihkan
Tentu saja,
Ainz adalah seorang penguasa absolut, jika dia melarang pelayan itu
melakukannya, dia akan berhenti. Namun, ketika Ainz memikirkan wajah dari para
pelayan jika dia mengatakan itu, dia tidak tega mengeluarkan kalimat yang
sedang menunggu di mulutnya itu.
Setelah
datang ke dunia ini. Ainz cepat-cepat bertindak menyamar sebagai Momon. Itu
adalah pertama kalinya para pelayan yang mengelilinginya seperti ini. Bahkan
sekarang, mereka terus melakukan pelayanan mereka kepadanya dengan loyalitas
yang sangat menakjubkan. Itu adalah karena dia tahu hal ini sehingga Ainz
merasa tidak tega memaksa mereka mematuhinya.
Sudah
sebulan sejak dia memikirkan hal itu.
Bayangan
keadaan seperti ini mungkin akan terus berlanjut selamanya memenuhi Ainz dengan
beberapa derajat rasa tidak enak. Karena para pelayang mengambil waktu 41 hari
untuk bisa menyelesaikan satu rotasi jam tugas, dia memutuskan untuk membiarkan
masalah itu di masa depan, tapi pemikiran itu hanya seperti menendang kaleng di
jalanan hingga sekarang.
Apakah ini yang mereka sebut sebagai beban
kepemimpinan.... mengatur Nazarick, merencanakan masa depan kelompok, merespon
permintaan bawahanku... orang-orang yang berdiri di atas benar-benar hebat.
Tidak heran mereka memiliki gaji yang sangat tinggi....
Orang-orang di atas melakukan sedikit hal namun
mereka mendapatkan begitu banyak bayaran. Sekarang dia mengerti apa yang mereka telah lalui,
Ainz tertawa dengan dirinya yang bodoh di masa lalu. Lalu, perlahan dia bangkit
dari tempat tidurnya.
Saat ini,
pelayan tersebut tanpa suara bangkit dari tempat duduknya pula. Itu membuat
Ainz merasa seakan ada sebuah benang yang menyambungkan mereka.
Bagaimana
bisa gerakannya masih begitu anggun meskipun sudah terjaga semalaman?
“-Aku
bangun.”
“Baik.
Kalau begitu, pelayan anda akan pergi. Setelah ini, pelayan untuk hari ini akan
datang untuk menggantikan saya.”
Ainz tidak
berkata apapun seperti ucapan “Aku akan serahkan kepadamu”, tapi hanya bergumam
“umu” dan melambaikan tangannya untuk menandakan bahwa dia boleh meneruskan apa
yang ingin dilakukan.
Mungkin aku sudah menjadi terlalu arogan, pikir Ainz.
Tetap saja,
mungkin memang lebih baik seperti ini.
Dia telah
mengirimkan Hamsuke untuk bertanya ke sekeliling, dan respon pertama dari para
pelayan kelihatannya adalah, “Rasanya seperti dia telah mendominasi kita,
Ainz-sama adalah yang terbaik” atau semacam itu. Kelihatannya merka semua
adalah masochist, dan sementara hal itu membuat masalah bagi Ainz ketika
pertama kali dia mendengarnya, setelah dengan tenang mempertimbangkan masalah
tersebut, dia menyadari bahwa seorang penguasa harus bersikap dan berpakaian
yang sesuai. Itu adalah apa yang diharapkan oleh para bawahannya.
Menggunakan
sebuah perusahaan sebagai contoh, seorang bos harus terlihat dan bersikap
seperti seorang bos.
Ketika dia
berpikir seperti itu, AInz merasa apa yang telah dia lakukan adalah apa yang
seharusnya dilakukan oleh Sorcerer King. Kenyataannya adalah, ketika dia
pertama kalinya memata-matai penguasa Empire, Jircniv Rune Farlord el Nix, di
waktu senggangnya, dia menyadari bahwa pria itu telah melakukan sikap yang
sebagian besar sama.
Tetap saja,
Suzuki Satoru dulunya hanya seorang pekerja, dan dia merasa sedikit tidak enak
dengan tidak berkata sesuatu seperti, “Terima kasih atas kerja kerasmu.”
“...Kalau
begitu, kamu harus pergi dan beristirahatlah.”
“Ah! –
Tolong biarkan pelayan anda ini memberikan rasa terima kasih yang paling dalam
atas kebaikan anda, Ainz-sama!”
Pelayan
tersebut membungkuk dalam-dalam saat dia mengutarakan rasa terima kasihnya.
“Namun, ini
semua berkat item ini yang telah anda pinjamkan kepada saya sehingga pelayan
anda bisa tetap berada di samping anda untuk bisa menemani anda tanpa harus
beristirahat, Ainz-sama.”
Tidak, bukan itu maksudku, gumam Ainz dalam hati.
Memang
benar jika seseorang memakai ring of
sustenance, dia bisa terus bekerja siang dan malam tanpa butuh tidur. Tetap
saja, duduk di atas kursi dan menatap Ainz semalaman seharusnya tidak lain
adalah sebuah neraka. Meskipun dia sangat senang dengan dedikasinya, tidak
perlu mereka bersikap sejauh itu.
Setidaknya mereka harusnya membatalkan jam
giliran waktu malam... bagian dimana mereka menatapku ketika tidur, ya kan?
Sebagai
seorang pelayan, memang wajar bagi mereka untuk dengan sepenuh hati melayani
tuan mereka dengan jiwa dan raga.
Ainz tidak
tahu siapa sebenarnya pelayan yang telah mengatakannya, tapi dia ingat
mendengarnya dari salah satu pelayan-pelayan itu.
Dengan sepenuh hati melayani tuan mereka, huh. Apa
yang akan kamu katakan jika aku ingin hidup setara denganmu?
Tidak
seperti bagaimana dia merasa ketika pertama kalinya datang ke dunia ini, Ainz
sekarang percaya diri bahwa seluruh bawahannya benar-benar setia kepadanya.
Selama Ainz memperhatikan tindakannya dan tidak melakukan sesuatu yang membuat
mereka kecewa, tidak ada kesempatan mereka berkhianat – kecuali pengaruh dari
luar. Kalau begitu, mungkin dia harusnya merubah hubungan diantara mereka, dan
meletakkan diri setara dengan para NPC. Itu mungkin akan menjadi pilihan yang
bagus, pada titik-titik tertentu.
Jika itu
terjadi, Ainz akan terbebas dari kehidupan ini sebagai seorang penguasa, karena
harus memeras otaknya seharian. Ditambah lagi-
-itu akan menjadi seperti sebelumnya,
malahan, ketika hari-harinya saat di guild. Aku penasaran apakah aku bisa
kembali ke dalam kehidupan seperti itu lagi.
Ketika di
berbicara kepada para NPC, dia terus membayangkan mantan teman-temannya
membayangi mereka. Karena itu, Ainz berharap dia tidak harus berhubungan dengan
mereka dalam kapasitas sebagai seorang tuan dan pelayan, tapi lebih kepada,
cara seperti yang mereka jalankan di masa lalu –
-Tidak, pikir Ainz saat membayangkan dia
menggelengkan kepalanya.
Sementara
dia tidak tahu benih kekecewaan macam apa yang mungkin akan tertanam di dalam
diri para bawahannya, perubahan sedramatis itu tidak mungkin adalah pilihan
yang bijak. Ditambah lagi, karena dia tahu bahwa mereka menginginkan hubungan
sebagai seorang tuan dan pelayan dengannya, adalah tanggung jawabnya sebagai
tuan mereka untuk terus bersikap dalam kapasitas seperti itu. Di waktu yang
sama, sebagai orang terakhir yang tetap tinggal disini, dia harus melakukan
apapun yang dia bisa bagi para NPC (anak-anaknya).
Pelayan
tersebut meminta izin kepada Ainz lalu meninggalkan ruangan.
Saat itu,
Ainz langsung bertindak. Pertama, dia menukar buku di bawah bantal dengan buku
lain. Buku yang dia gantikan memiliki judul yang rumit – hanya dengan
melihatnya saja akan membuat siapapun kehilangan semangat untuk membaca. Lalu,
buku yang dia baca tadi malam pergi ke dalam dimensi kantung pribadinya –
inventory miliknya.
Setelah
meletakkan buku itu di tempat yang tidak mudah dicuri, Ainz menghela nafas
lega.
Itu juga,
adalah bagian dari tanggung jawbnya sebagai tuan mereka.
Dia
tentunya tidak ingin membaca buku-buku serumit itu yang membuat kepalanya sakit
semalaman. Jika mungkin, dia ingin membaca beberapa buku yang terkenal sebagai
gantinya. Namun, terlihat membaca buku seperti itu akan menghancurkan
kewibawaaan Ainz sebagai penguasa. Oleh karena itu, Ainz terpaksa mengambil
tindakan pencegahan yang menyusahkan seperti itu.
Sekali-sekali,
dia sudah mempertimbangkan kenyataan bahwa para pelayan akan memindahkan buku
di bawah bantal ke tempat lain.
Sekarang
setelah dia menyelesaikan apapun yang bisa dia lakukan di tempat tidur, Ainz
menyingkirkan kanopi kain kassa yang menyelimuti tempat tidur dan bangkit
berdiri.
Ketika itu,
beberapa ketukan datang dari arah pintu. Segera setelah itu, pelayan yang
bertugas untuk mengambil alih jam kerja selanjutnya membuka pintu dan masuk ke
dalam ruangan.
Saat dia
melihat Ainz yang bangun dari tempat tidur, dia tersenyum dan mendekatinya.
Kelihatannya dia adalah pelayan yang ditugaskan untuk menemani Ainz hari ini.
“Selamat
pagi, Fifth.”
Senyum yang
cerahnya membutakan muncul di wajah pelayan tersebut.
Jika Fifth
memiliki ekor, dia mungkin sudah mengibas-ngibaskannya dengan seluruh tenaga.
Tiba-tiba saja, Ainz terpikirkan Pestonya yang sedang mengibaskan ekornya di
masa lalu.
Seragam
pelayannya sama dengan yang dipakai oleh pelayan sebelumnya, Fourth. Tidak
seperti battle maids, regular maid (pelayan biasa) semuanya memakai seragam
yang sama. Namun, penampilan mereka yang sebenarnya bervariasi antara tiap-tiap
pelayan – mungkin karena masing-masing pelayan yang memakai seragam itu
berbeda.
Ainz
teringat sesuatu yang sering dikatakan oleh salah satu temannya sehingga
kelihatannya seperti sudah membuat rumah di telinganya: “Seragam pelayan yang
biasa memang bagus, tapi seragam pelayan yang ditambahi hiasan adalah yang
terbaik”. Ada juga lanjutan dari itu: “Dengan kata lain, seragam pelaya adalah
yang terbaik, tak perduli bagaimana caranya dilihat. Seragam pelayan adalah
penemuan terbaik dari sejarah manusia. Viva seragam pelayan~”
Meskipun
Ainz tidak tahu apa yang dia maksud dengan “viva”. Mungkin itu semacam seruan.
Mungkin juga semacam istilah yang diciptakan sendiri olehnya. Dengan begini,
Ainz teringat kenangan dari rekan-rekan lamanya, sedikit demi sedikit.
Ainz
tersenyum pahit – meskipun ekspresi wajahnya tidak berubah, tentu saja – dan
diam-diam melihat ke arah pelayan tersebut.
“Ai-Ainz-sama,
apakah, apakah ada yang perlu saya layani?”
Fifth
tersipu malu saat tangannya menggenggam erat celemek di seragamnya. Saat itulah
Ainz menyadari kecerobohannya.
“Maafkan
aku. Kelihatannya aku.. ya, kelihatannya entah bagaimana aku terpana olehmu.”
“-!”
“Kalau
begitu, ayo pergi.”
“-Hieh? Ah,
ya. Saya mengerti!”
Pelayan itu
terdiam sesaat, tapi tetap bisa membalas dengan enerjik saat dia mengikutinya
keluar dari ruangan tersebut.
Ainz
melewati beberapa ruangan lain. Apa yang dia lihat disana tidak bisa
dibandingkan dengan pemandangan di dalam lantai 9 dari Nazarick. Oleh karena
itu, Ainz memutuskan untuk tinggal disini, para guardian menyuarakan
penolakannya satu persatu.
Titik.
Tempat ini memang kurang dalam hal kelayakan kediaman bagi seorang Supreme
Being.
Titik.
Kemampuan pertahanan dari tempat ini sangat kurang dan perlindungan terhadap
mata-mata sangat kurang.
Titik.
Titik. Titik –
Namun, Ainz
hanya mengangkat bahu terhadap semua penolakan ini dan memilih tempat ini
sebagai rumahnya.
Ini adalah
kewajibannya sebagai seorang raja – lagipula, Jircniv juga hidup di dalam
Imperial Palace (Istana kekaisaran) di Imperial Capital (ibukota kekaisaran).
Atau setidaknya, itulah yang ingin dipikirkan oleh orang-orang. Kenyataannya
adalah, tempat ini cukup mewah bagi Ainz, tidak, bagi Suzuki Satoru. Rumahnya
yang dulu sangat tidak layak jika dibandingkan. Ditambah lagi, kamarnya di
lantai 9 selalu terlihat terlalu mewah dan mencolok dan terlalu besar.
Dia tidak
keberatan ketika masih sebuah game. Namun, sekarang setelah dia benar-benar
tinggal di sana, dia memang sangat yakin bahwa tidak ada tempat baginya di
dalam dinding itu. Yang Ainz inginkan adalah bersembunyi ke dalam sudut
ruangan.
Ainz
memimpi Fifth dan Eight Edge Assassin yang turun dari atap ke ruangan ganti.
Beberapa
pelayan biasa sudah berada di sana menunggu Ainz. Mereka membungkuk dengan
hormat kepadanya berbarengan. Fifth dengan lincahnya bergabung ke dalam barisan
mereka pula.
“Ainz-sama,
apa yang ingin anda pakai hari ini?” tanya Fifth dalam suara yang dipenuhi
dengan tenaga.
....Oh, ada sebuah di mata Fifth. Setelah
dipikir-pikir, apakah setiap orang yang memiliki pekerjaan ini memiliki kilauan
mata yang sama juga? Mereka memang bilang bahwa para gadis menyukai pakaian...
apakah itu bagaimana mereka mengekspresikannya? Atau apakah mereka hanya menyukai
mengatur pakaian-pakaian dan aksesorisnya?
Sebuah
sensasi lelah yang terus meningkat merambatinya, tapi Ainz tidak bisa
menunjukkannya. Malahan, dia berujar “Umu” dengan cara yang sombong – atau
setidaknya, begitulah bagaimana rasanya ketika dia mempraktekkan ini
sebelumnya.
Sejujurnya,
Ainz tidak perlu berganti pakaian.
Jubah
magicnya tidak akan lusuh meskipun dia menghabiskan semalaman bergulung-gulung
di atas tempat tidur. Tubuhnya tidak mengeluarkan kotoran apapun. Debu-debu
yang beterbangan di udara memang bisa menempel padanya, tapi yang perlu dia
lakukan hanyalah mengosoknya agar terlepas. Ditambah lagi, tempat manapun yang
menjadi tujuan Ainz pasti sudah dibersihkan dengan cermat oleh para pelayan.
Terlebih lagi, dia tidak perlu makan atau minum, dan oleh karena itu dia tidak
akan kotor karena aktifitas itu.
Memakai
satu pasang pakaian yang sama tidak akan ada masalah baginya.
Namun, tak
ada satupun dari bawahannya yang memperbolehkan hal itu. Namun, itu memang bisa
diduga, ketika penguasa absolut mereka mengenakan hal yang sama setiap hari
akan merusak imej dirinya.
Oleh karena
itu, Ainz tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam mengatur pakaiannya
sendiri.
Sekarang,
jika dia sedang mempersiapkan perlengkapan untuk bertempur, setelah
mempertimbangkan kemampuan dan skill lawan dan merencanakan taktik miliknya,
dia akan sangat percaya diri dalam kemampuannya untuk memilih perlengkapan yang
tepat untuk bisa mengalahkan lawan yang akan dia hadapi. Namun –
Yah, sampai
titik tertentu, pengalaman yang didapatkan oleh Satoru Suzuki membuatnya bisa
mengomentari apakah dasi ini akan serasi dengan pakaian itu. Pengalaman itu
tidak membuatnya bisa mengatakan apapun tentang apakah jubah ungu dengan
ornamen perak cocok dengan kalung perak yang memiliki empat berlian dan
seterusnya. Ditambah lagi, dia harus memilih pakaian yang cocok dengan tubuh
kerangkanya.
Namun, jika
dia memakai pakaian yang tidak cocok, orang-orang mungkin akan meragukan selera
berpakaiannya sebagai seorang pemimpin. Itu akan seperti mengkhianati
bawahannya yang setia. Oleh karena itu, Ainz harus memberikan yang terbaik
meskipun dalam masalah berpakaian.
Tetapi
muncul masalah fatal yang lain.
Apakah
bawahannya akan ada yang berkomentar meskipun Ainz memakai sesuatu yang tidak
cocok? Itu mirip dengan situasi dimana sebuah rambut palsu merosok dari kepala
sang CEO perusahaan besar, tak ada yang akan berani berkata apapun.
Oleh karena
itu, hanya ada satu alternatif yang tersisa baginya.
“-Fifth,
aku akan serahkan kepadamu. Persiapkan satu buah setelan pakaian yang paling
cocok denganku.”
“Saya
mengerti! Serahkan pada saya, Ainz-sama! Pelayan anda akan memilih dengan
sangat hati-hati!”
Kamu tak perlu terlalu bersemangat seperti itu
tentang hal ini –
yah, Ainz berpikir demikian, tapi dia tak pernah mengatakannya secara
terang-terangan kepada pelayan yang ada di depannya.
“Saya –
Saya pikir merah sangat cocok dengan anda, Ainz-sama! Oleh karena itu, Saya
berpikir menggunakan merah sebagai warna dasar untuk mengatur pakaian anda. Bagaimana
menurut anda?”
“...Aku
sudah bilang aku akan serahkan masalah itu padamu. Meskipun begitu, tidak perlu
memastikan pilihanmu kepadaku.”
“Ya! Saya
mengerti!”
Jika Ainz
tidak percaya diri, maka yang perlu dia lakukan adalah menyerahkan tugas itu kepada
orang lain – seperti bagaimana dia membiarkan pelayan tersebut memilihkan
untuknya.
AInz sangat
tidak enak dengan jubah merah tua yang dia pilih, namun. Warna merah itu sangat
cerah sehingga hampir membutakan matanya, dan terlebih lagi telah ditambahkan
dengan banyak sekali permata-permata yang seperti kancing besar. Mungkin bisa
diterima jika permata-permata itu memiliki warna yang sama, tapi banyak
permata-permata yang memantulkan separuh dari lusinan warna cahaya. Ditambah
lagi, kainnya memiliki pinggiran karakter ane yang disulan dengan benang emas.
- Apakah ini adalah pakaian biasa? Bisakah ini
dianggap pakaian dalam arti normal?
Ainz merasa
seperti manusia papan sandwich yang disinari oleh cahaya neon. Dia takkan
pernah memilih pakain ini sendiri. Atau lebih tepatnya, Ainz mulai penasaran
mengapa dia dulu membeli pakaian ini sejak awal. Karena dia tidak ingat jika
anggota guildnya memaksa hal itu, dari proses eliminasi, dia sendiri pasti
mendapatkannya entah darimana.
Apakah ini adalah hadiah? Apakah aku
memenangkannya dari sebuah lotre atau semacam event tertentu? ... Tetap saja,
yah, mau bagaimana lagi, huh.
Bahkan
setelah mengingat bagaimana dia mendapatkan pakaian itu masih tidak membuat
jubah merah di depannya itu hilang.
Memang
mudah hanya dengan menolaknya, itu akan merubah “Aku akan serahkan padamu” yang
dia katakan kepada Fifth menjadi sebuah kebohongan. Terlebih lagi, Ainz mungkin
adalah satu-satunya yang merasa malu sementara orang lain menyukainya. Atau
lebih tepatnya, mungkin memang begitu.
Dan lebih
jelasnya, karena Fifth yang memilih jubah ini, dia bisa menyalahkan dia jika
ada satu orangpun yang berkomentar terhadap pakaian itu.
Aku benar-benar seorang bos yang kejam.
Ainz tahu
ini bukanlah sesuatu yang dia banggakan, dan dia merasa bersalah dengan hal
itu.
Mendorong
kesalahan tersebut kepada orang lain bukanlah sikap yang lucu bagi seorang bos
– bagi seorang atasan. Ainz tahu hal ini, tapi meskipun begitu, dia perlu
sesuatu yang mempertahankan kewibawaannya.
Dia harus
melindungi diri dengan mengorbankan bawahannya. Mau bagaimana lagi.
“-Maaf
tentang hal itu.”
“Ah,
maafkan saya!”
“Tidak
apa... Aku hanya sedang bicara dengan diriku sendiri. Tidak usah dihiraukan.
Setelah dipikir-pikir...”
Ainz
memutuskan untuk memilih ucapannya dengan hati-hati saat dia menanyakan
pertanyaan ini.
“Ada
sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu. Apakah kamu tidak berpikir jubah ini
sedikit terlalu mencolok bagiku?”
“Tentu saja
tidak! Lagipula, apapun akan terlihat bagus dipakai oleh anda, Ainz-sama!
Meskipun saya merasa hitam sebagai dasar dengan coklat gelap sebagai warna
kedua juga terlihat bagus, mengenakan warna seperti itu setiap waktu tidak akan
menunjukkan sisi baik anda yang lainnya, Ainz-sama! Semua ini agar bisa
memberikan kesan gambaran diri anda yang kuat kepada semua orang yang –“
Ainz
menyela aliran kata-katanya.
“-Tidak
apa. Selama cocok, tidak apa. Kalau begitu, bisakah kamu memakaikannya
kepadaku?”
“Saya
mengerti!”
Fifth dan
pelayan-pelayan lain segera bekerja.
Saat Ainz tetap
berdiri, para pelayan melepaskan pakaian Ainz tanpa suara. Situasi dimana
pakaiannya dilepaskan oleh wanita, meskipun tubuhnya hanya ada kerangka,
membuatnya penuh dengan rasa malu yang terbakar.
Tapi tentu
saja, sikap seperti itu adalah hal yang wajar bagi seorang penguasa absolut.
Setidaknya,
begitulah untuk Jircniv. Ainz juga pernah membaca hal yang sama di salah satu
bukunya.
Ainz tetap
terdiam dan membiarkan para pelayan bekerja, sambil melihat-lihat tubunya di
cermin ganti tanpa suara.
Segera
setelah itu, Ainz berjubah merah muncul di cermin. Seperti yang diduga, terlalu
mencolok. Tidak ada hal lain selain mencolok.
...Tidak. Dunia ini memiliki selera yang sangat
berbeda dalam hal estetika. Yang kutahu.. pakaian ini mungkin sangat cocok bagi
seorang penguasa.
Dia
teringat Hamsuke sebagai perumpamaan, dan menyingkirkan rasa tidak enaknya.
“Kalau
begitu, ayo pergi.”
Pemikiran
itu berkelebat di kepalanya saat dia bergerak maju, dengan ditemani oleh Fifth.
Betapa dia sangat berharap dia memiliki waktu untuk menghela nafas.
-----
Jubah merah
mencolok yang bergoyang, maju ke arah kantornya. Saat Ainz mendekati pintu
tersebut, Fifth dengan cekatan maju mendahului dan dengan penuh hormat
membukakan pintu itu untuk Ainz.
Suatu
ketika, dia berpikir untuk berkata, Itu
hanyalah sebuah pintu, biarkan aku membukanya. Namun, saat dia melihat
tampang di wajah para pelayan yang berkata, “Whoa, lihatlah aku, aku sedang
bekerja!”, Ainz tidak tega selain menerima ini sebagai sebuah bentuk pintu yang
terbuka secara otomatis.
Ainz
memimpin Fifth dan Eigt Edge Assassins ke dalam kantor.
Pintu di
tengah ruangan tersebut mirip dengan yang dimiliki Ainz di ruangannya sendiri,
dan meja itu memancarkan udara bermartabat.
Meja itu
dibawa kemari dari Nazarick, beserta tempat tidurnya. Sebuah bendera
menggantung di kedalaman ruangan – bendera Ainz Ooal Gown – bendera Sorcerous
Kingdom.
Ainz
melewati ruangan tersebut, dan tiba di balkoni.
Ada sebuah
kotak kaca di balkoni. Tidak seberapa besar dan mengandung suasana hutan. Ainz
memasukkan jari-jari tulangnya ke dalam kotak tersebut, yang kelihatannya
seperti tidak memiliki kehidupan, dan mengangkat sebuah daun. Tersembunyi di
dalamnya adalah sebuah makhluk yang bersembunyi di dalam kegelapan untuk
menghindari cahaya matahari.
Tubuhnya
yang berwarna cerah terbungkus oleh cairan lengket namun licin yang keluar dari
tubuhnya, dan bagian depan tubuhnya mirip dengan sepasang bibir manusia.
Ainz dengan
hati-hati mempelajari ‘Lip Bug’ di depan matanya.
“-Itu
adalah warna yang bagus. Kamu terlihat sangat bersemangat.”
Ainz
teringat apa yang pernah dikatakan kepadanya, yang mana adalah warna itu sangat
penting. Dia juga teringat memiliki beberapa Lip Bugs yang diletakkan di
depannya, dan diajari untuk bisa membedakan mereka adalah yang paling
bersemangat dari warnanya. Dan memang benar; Lip Bug di depannya terlihat
sangat bersemangat dari yang lainnya waktu itu.
Ainz
mengeluarkan sebuah daun kubis segar dari piring yang ada di dekatnya.
“Kemarilah,
Nurunuru-kun. Sudah waktunya makan~”
Dia
mendekatkan daun tersebut ke Lip Bug itu, yang lalu melahapnya dengan sebuah
suara seperti nom. Setelah Ainz
melepaskan daun tersebut, Lip Bug itu cepat-cepat melahap hingga mulutnya penuh
daun tersebut.
Ainz
membawa dua daun lagi, yang mana langsung dilahap juga oleh Lip Bug tersebut.
Dia
memutuskan untuk berhenti sampai disana, karena Entoma pernah berkata kepadanya
bahwa terlalu banyak memberinya makan itu tidak baik.
Ainz dengan
lembut mengembalikan Lip Bug yang telah diberi makan dan gembira itu ke
rumahnya yang tertutup di kota kaca – ke tempat yang paling disenanginya.
“Kelihatannya
agak sedikit jijik pada awalnya, tapi setelah merawatnya beberapa saat,
ternyata semakin terlihat menggemaskan.”
Dia sedang
tidak berbicara dengan siapapun secara khusus, hanya berbicara sendiri. Ainz
mengeluarkan senyum gembira di wajahnya saat dia menutup penutup kota yang
tipis itu. Kota itu tidak seberapa kuat, dan Lip Bug tersebut bisa keluar jika
dia menginginkannya. Alasan Ainz menggunakannya adalah untuk membuktikan bahwa
dia percaya diri bisa merawat penghuninya. Meskipun begitu, penghuni tersebut
tidak lain hanyalah monster yang dipanggil dengan emas, jadi pertanyaannya
adalah apakah dia akan kabur atau tidak masih tidak ada jawabannya.
Ainz pelan-pelan
membersihkan tangannya dengan kain yang ada di dekat, dan setelah menyelesaikan
tugasnya pagi ini, dia duduk di kursi, menyandarkan beban tubuhnya ke belakang
dan membiarkan tubuhnya tenggelam.
...Ah, pekerjaan. Tidak ada jam kerja yang
resmi, tapi jantungku masih tetap tenggelam di jam-jam seperti ini. Kurasa
kebiasaan lama akan sulit hilangnya.
Meja
tersebut tidak sedikitpun ada debunya, ataupun dokumen-dokumen.
Benar-benar
berbeda dengan meja dari Suzuki Satoru.
Semua ini
karena dia tidak perlu bekerja sepanjang malam. Pekerjaan Ainz adalah untuk
membuat keputusan besar, tidak mengkhawatirkan tentang detil-detil kecil.
Setelah dia memutuskan arah secara keseluruhan, bawahannya akan bergerak.
...Tetap saja, mengapa ini sangat sulit sekali.
Untuk pertama kalinya, aku menyadari bahwa kesulitan dari sebuah pekerjaan
ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya.
Lebih melelahkan secara mental daripada secara fisik... dan tentu saja lebih
cenderung membuat stres. Ah, apakah sudah waktunya mulai bekerja?
Tidak perlu
melihat jam.
Saat itu,
sebuah ketukan datang dari pintu. Fifth – yang berdiri menunggu pintu –
memastikan identitas dari yang datang.
“Ainz-sama,
Itu adalah Albedo-sama dan para Elder Lich.”
Ada sebuah
sikap hormat di dalam suara Fifth, karena para Elder Lich ini adalah ciptaan
Ainz secara pribadi.
“Ternyata
begitu. Persilahkan mereka masuk.”
Fifth
minggir dari pintu tersebut untuk membuat jalan bagi para pengunjung. Albedo
masuk ke dalam ruangan di depan enam Elder Lich.
“Selamat
pagi, Ainz-sama.”
Setelah
sambutan dari Albedo, para Elder Lich membungkukkan kepala mereka dalam-dalam.
“Umu,
selamat pagi, Albedo. Kelihatannya cuaca hari ini sangat baik.”
“Memang
benar. Saya memiliki laporan bahwa akan cerah sepanjang hari – tentu saja, jika
anda menginginkan sebagai penguasa tertinggi dari dunia ini, kami bisa
menghasilkan berbagai macam cuaca yang anda inginkan. Apakah mau saya teruskan,
Ainz-sama?
Ini
hanyalah menggunakan topik yang tidak relevan untuk memulai sebuah percakapan,
tapi dia tidak menduga Albedo mulai dengan memberikan saran seperti itu.
“Itu tidak
perlu. Aku senang dengan cuaca. Hari yang cerah itu baik, gemuruh petir di hari
hujan adalah untuk dinikmati, dan salju yang turun dengna lembut adalah sangat
menarik. Bisa dikatakan hanya dengan mengamati perubahan cuaca secara alami
dalam satu hari dia bisa mendapatkan hiburan.”
Ainz bukan
tidak senang dengan perubahan iklim di dunia ini. Di dunia yang belum ternoda
ini, dia menemukan bahwa dia memahami ucapan dari mantan rekannya Blue Planet.
“Hujan pada dasarnya adalah berkah dari alam.”
Memang yang
paling baik adalah biarkan alam tetap alami.
“Ya, saya
mengerti... Tentu saja, saya merasakan anda tidak ingin mengubah cuaca, tapi
saya harus bertanya untuk memastikannya, Ainz-sama. Lagipula, anda bukanlah
semacam pemimpin yang akan memerintahkan kepada kami secara langsung untuk
memenuhi keinginan sendiri.”
“...Begitukah?
Bagiku rasanya tidak seperti itu...”
Ainz
berpikir tentang hal itu, tapi dia tidak bisa mendapatkan ide apapun yang
diinginkan. Ketika dia masih Suzuki Satoru, pikirannya dipenuhi dengan
pemikiran Yggdrasil. Setelah tubuhnya menjadi seperti ini, itu semakin parah.
Meskipun dia tidak yakin jika itu adalah efek sampingan karena menjadi makhluk
undead, peluang akan terus menjadi seperti ini sangatlah tinggi. Jika dia harus
membicarakan keinginan akan sesuatu, itu adalah keinginan untuk mengkoleksi
item-item langka. Dan juga-
Ainz
tersenyum dalam kesepian, dan dengan lembut menggelengkan kepalanya.
“Tidak,
mungkin memang seperti yang kamu katakan. Bagaimanapun, itu hanya karena tidak
ada apapun yang benar-benar kuinginkan. Jika aku nantinya menemukan sesuatu
yang diinginkan, aku akan langsung memberikan perintah yang tepat waktu itu.”
“Ketika
saatnya tiba, saya harap anda akan memperbolehkan saya, sebagai Pengawas
Guardian, untuk memilih orang-orang yang akan langsung merespon keinginan
anda,” balas Albedo saat dia menundukkan kepalanya. Ketika kepalanya menengadah
kembali, wajahnya terlihat entah bagaimana tersemu merah. “Namun, pakaian anda
hari ini sangat spektakuler. Mereka sangat terpancar. Tidak, mereka bersinar
sangat cerah karena anda memakainya, Ainz-sama.”
Albedo
terus memberikan pujiannya kepada Ainz.
Pancaran yang
dia bicarakan adalah mungkin permata-permata yang terlihat sebagai pengganti
dari kancing-kancing, karena tengkoraknya tidak memancarkan cahaya. Ainz
mengangguk saat dia memikirkan tentang ini.
“Begitukah,
kalau begitu aku harus berterima kasih kepadamu untuk itu, Albedo.”
“Anda
terlalu baik hati. Saya hanya mengutarakan apa yang terlihat jelas, Ainz-sama,
anda benar-benar-“
Ainz
mengangkat tangannya untuk menghentikan Albedo saat dia dengan gembira bersiap
melanjutkan. Ainz mempunyai perasaan bahwa membiarkan Albedo terus-terusan
begitu akan menyeret percakapan itu menjadi lama.
“Mari kita
kesampingkan masalah itu sekarang. Kalau begitu, dokumen-dokumen apa yang akan
kamu serahkan dengan yang lainnya kemarin, Albedo?”
“Ya.”
Albedo
menggembungkan pipinya dengan sikap yang menggemaskan, lalu para Elder Lich
mengikuti arahannya dan menempatkan dokumen-dokumen mereka di meja.
Tumpukan
dokumen-dokumen itu satu di atas yang lainnya semakin menjadi tebal.
Berkas-berkas itu sendiri tidak banyak mengandung apapun selain hanya proposal,
tapi dokumen-dokumen itu memiliki dokumen-dokumen pendukung yang menempel.
Mirip dengan bagaimana dia memerlukan data dari banyak bidang di pekerjaannya
yang lama, kelihatannya ini semua dipersiapkan untuk menghadapi masalah yang
rumit.
Ainz sudah
mempersiapkan dalam hati untuk ini, Ainz telah menghabiskan seluruh paginya
memperkuat diri dan mengokohkan tekadnya untuk saat ini.
Suzuki
Satoru hanyalah seorang pegawai biasa, dan dia bukanlah semacam orang yang
berinteraksi dengan operasional perusahaan. Jika ditanya apakah seseorang
seperti itu bisa mengatur seluruh negeri, Ainz akan dengan percaya diri
menjawab “tidak”. Atau lebih tepatnya, bahken sebuah manajer operasional akan
sulit dalam menjalankan sebuah negeri.
Yang membuatnya
lebih parah adalah bahwa Ainz adalah penguasa absolut. Meskipun nantinya ada
kesalahan kecil dalam ucapannya, bawahannya akan langsung bersama-sama berusaha
mengubahnya menjadi kenyataan.
Apakah ada
yang lebih mengerikan dari hal itu? Sebuah ucapan dari Ainz mungkin akan
menyebabkan sebuah bunuh diri massal.
Oleh karena
itu, apa yang harus dia lakukan?
Jawabannya
sangat sederhana. Seperti pakaiannya, dia harus menyerahkan tanggung jawab itu
kepada orang yang mampu.
Ahli dalam
mengalokasikan bawahan seseorang menurut kekuatan mereka juga adalah kualitas
penting dalam seorang bos.
Dengan
begitu, ada juga masalah jika menyerahkan sepenuhnya kepada orang lain. Memang
benar, dia bisa tenang jika semuanya diserahkan kepada penanganan Albedo.
Namun, dia adalah seorang raja, bukan hanya sebuah pajangan. Sebagai seseorang
di dalam posisi yang tinggi, menjadi seorang atasan sama saja dengan harus
memikul tanggung jawabnya.
Ada
beberapa tugas yang tidak bisa lepas dengan hanya berkata “Aku tidak tahu
apapun.”
Oleh karena
itu, Ainz mulai membaca tumpukan dokumen-dokumen itu dengan hati-hati dari atas
hingga bawah, menempatkan segel kerajaan pada masing-masingnya.
Setelah
memberikan stempel dengan irama pada beberapa dokumen, Ainz berhenti sejenak,
memilih salah satunya sebagai target harian. Dia membuka dokumen itu untuk
membaca isinya dengan hati-hati. Lalu-
...Aku tidak mengerti, lagipula. Apakah ini ada
hubungannya dengan sumber-sumber bahan? Apakah ini sangat penting? Apakah para
Elder Lich benar-benar mengerti? ... Yah, mereka semua diciptakan olehku...
bagaimana mungkin perbedaan kemampuan ini bisa dijelaskan – meskipun, membaca
semua ini benar-benar melelahkan, sama seperti membaca dokumen-dokumen resmi...
Karena ada
banyak yang berhubungan dengan halaman-halaman lain, ada banyak pengulangan
dari beberapa kalimat yang harus dibalik berulang-ulang antara halaman-halaman
itu. Titik akhir berdasarkan kepada kesimpulan sebelumnya agar bisa tiba pada
sebuah penilaian negatif. Terlebih lagi, karena banyak kalimat-kalimat negatif
yang muncul di dalam teks, menjelaskan isinya akan sangat sulit.
“-Albedo.”
“Ya,
Ainz-sama! Apakah ada yang menarik perhatianmu?”
“Tidak,
tidak ada hubungannya dengan ini, tapi saya terpikirkan sesuatu. Bagaimana
dengan hukum-hukum yang harus ditetapkan?”
Negeri ini
disebut Sorcerous Kingdom, tapi tidak memiliki legislasi yang unik satupun,
malahan hanya melanjutkan penggunaan dari hukum Kingdom yang lama.
“Ya,
sekarang masih hanya berupa draft. Jika kita paksakan hukum yang baru dengan
terlalu agresif bisa menyebabkan rasa tidak puas yang melebar. Oleh karena itu,
kita tidak yakin apakah harus melakukannya atau tidak.”
Kalimat ini
terdengar aneh ketika datangnya dari Albedo, yang tidak perduli sama sekali
dengan umat manusia. Tetap saja, Ainz mau tidak mau menepuk dadanya karena
lega.
“Meskipun
saya sudah mendiskusikannya dengan Demiurge sebelumnya... hukum dari Kingdom
tidak memberikan kekuatan yang cukup bagi penguasa absolut seperti anda,
Ainz-sama. Saat ini kami sedang mempertimbangkan untuk mempertahankan hukum
pertama dari Kingdom lalu mendorongnya dengan paksaan.”
“Aku lebih
percaya diri dengan area-area lainnya..”
Itu adalah
kebohongan yang sangat jelas – Ainz tidak percaya diri dengan apapun.
“Aku
menyesal harus berkata bahwa aku tidak seberapa paham dengan hukum. Lakukan
saja yang menurutmu cocok. Kamu memiliki kepercayaan penuh dariku.”
“Ya! Saya
mengerti.”
Albedo
terlihat bahagia di wajahnya. Jika Ainz melihat dengan cermat, dia bisa melihat
sayapnya bergetar di belakang. Dia – dan Demiurge, entah karena suatu alasan
tertenu – terlihat seperti menganggap Ainz sebagai seorang jenius yang selalu
satu langkah di depan mereka.
Oleh karena
itu, ketika Ainz berkata tidak tahu atau sesuatu yang mirip dengan hal itu, dia
bisa sangat memahami kegembiraan yang mereka – yang diciptakan sebagai makhluk
yang memiliki kecerdasan tinggi – rasakan karena mampu mengesahkan keberadaan
mereka.
“Tetap
saja, tidak perlu berbohong tidak memahami hukum..”
“Tidak, itu
memang benar, aku tidak mahir menghadapi masalah hukum.”
“Ternyata
begitu... itu pasti bagaimana cara anda melihatnya, dari sudut pandang pemimpin
tertinggi yang tak pernah terikat oleh hukum apapun. Saya mengerti artinya.”
Ainz merasa
bahwa dia sudah disalah pahami, tapi dia memutuskan untuk mengabaikan masalah
tersebut. Lagipula, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada Albedo.
Sebagai gantinya, dia hanya tersenyum. Perasaan ini hanya terasa samar baginya,
tapi itu mungkin adalah bagaimana rasanya seorang anak yang dengan bangga
menunjukkan bakat mereka kepada orang tuanya.
“Apakah ada
yang salah?”
Tampang
terkejut Albedo hanya membuat Ainz yang sangat gembira. Tetap saja, sangat
tidak sopan jika kegembiraan itu hanya miliknya.
“Maafkan
aku, tapi ketika aku melihat seberapa bahagianya dirimu, Aku seperti disambar
oleh bagaimana manisnya rupamu.. bagaimana aku harus mengatakan hal ini. Umu.
Rasanya sulit dijelaskan.”
Saat dia
berkata demikian, ada sebuah ledakan kecil gerakan dari Eight Edge Assassin di
atap, tapi mereka lalu terdiam.
“Ah`
Malunya.”
Albedo
menekankan tangannya ke pipi. Saat Ainz melihat bagaimana dia tersipu malu, dia
menyadari betapa tidak nyamannya hal itu bagi Albedo karenanya, dan sedikit
batuk, dia memutuskan untuk mempelajari dokumen-dokumen di depannya malahan.
Kelihatannya
dari cara dia memperlakukan para NPC sebagai anak dari teman-temannya telah
membuatnya mengatakan hal-hal yang membuat mereka malu.
Dia merasa
sedikit bersalah dengan sikap tidak sopannya, namun pada akhirnya, dia
memberikan stempel kepada dokumen terakhir sebagai gantinya. Dengan begitu,
satu tugas telah selesai.
Dia
menyerahkan berkas-berkas itu kepada Albedo, yang sedang menutupi mulutnya
dengan tangan. Dia lalu menyerahkan berkas-berkas itu kepada para Elder Lich.
“Kalau
begitu, mari kita mulai seperti biasanya. Ini adalah proposal-proposal yang
akan kita saring hari ini.”
Ainz
membuka kabinetnya dan mengeluarkan sebuah tumpukan kertas. Ini adalah
saran-saran dan pendapat-pendapat yang dikumpulkan dari semua orang di Nazarick
agar bisa membantu perkembangan Sorcerous Kingdom.
Setelah
membaca kertas-kertas itu, Ainz akan menggandakan saran-saran ini dan
membacanya keras-keras agar Albedo mendengarnya pada setiap pagi seperti ini.
“Tidak
perlu membuang-buang waktu anda yang berharga dengan tugas-tugas remeh seperti
menuliskannya semua, Ainz-sama.”
“Tidak,
karena mungkin saja ada saran-saran di dalam sana yang mungkin diarahkan
kepadaku. Ditambah lagi, tubuhku tidak membutuhkan tidur. Akan sangat sia-sia
jika aku tidak melakukan apapun.”
Itu juga
merupakan sebuah kebohongan. Atau lebih tepatnya, memang benar dia akan menjadi
terdiam begitu saja jika tidak melakukan apapun. Namun, dia bisa menghabiskan
waktu itu untuk hal-hal seperti membaca, mandi, melatih kemampuan akting dan
simulasi tempur. Meskipun begitu, dia masih harus melakukan ini sendiri karena
Ainz menyelipkan saran buatannya sendiri diantara kertas-kertas itu.
Ainz harus
melakukan ini karena jika dia membuat saran-saran itu langsung, bawahannya akan
memaksa diri mereka untuk membuat saran itu menjadi kenyataan, meskipun
saran-saran itu tidak berguna. Itu bisa menjadi awal dari konsekuensi tragis.
Oleh karena
itu, dengan mengajukan sarannya sendiri dengan tanpa nama, dia berharap agar
Albedo, sebagai pihak ketiga yang berimbang, akan menilai saran-saran itu
berdasarkan keuntungannya semata. Ditambah lagi, dengan tidak menyebutkan
nama-nama dari sang pemberi saran, kemampuan Ainz sendiri tidak akan
dipertanyakan, yang mana seperti membunuh dua burung dengan satu batu.
Ainz mulai
membacakan saran yang teratas dengan keras-keras.
“Muu....Saya
yakin kita memerlukan layanan pendidikan anak agar bisa menari
individu-individu bertalenta dan mendidik mereka. Dengan begitu, kita mungkin
bisa memperkuat Nazarick. Meskipun itu tidak berhasil, kita masih bisa
menggunakannya untuk mengembangkan teknologi untuk diri sendiri, yang mana juga
akan bisa digunakan sebagai pondasi untuk memperkuat Nazarick pula.... Seperti
itu.”
Ainz
melihat ke arah Albedo, yang sedang berdiri dengan mata menghadap ke depan.
“Keuntungannya
memang jelas sekali terurai, dan itu merupakan saran yang baik sekali. Bisa
dirasakan bahwa pemberi saran itu telah memikirkan hingga jauh ke depan dari
sarannya. Mungkin bagus juga mengedarkan hal ini sebagai sebuah model agar bisa
dipelajari oleh yang lain.”
Setelah
semua pujian itu, Ainz melanjutkan wajahnya yang tegas – meskipun tentu saja
wajahnya tidak bergerak. “Setelah dipikir-pikir, kira-kira siapa yang menulis
itu?”
“Saya yakin
itu pasti Yuri Alpha.”
Itu adalah
jawaban yang instan. Ainz juga merasakan yang sama.
“Aku
setuju. Itu pasti saran dari Yuri. Kalau begitu, Albedo, bagaimana menurutmu
saran itu?”
“Itu jelas
sekali adalah hal yang bodoh. Babi seharusnya hidup seperti babi dan mati setelah
memberikan semuanya yang mereka miliki kepada peternaknya. Tidak perlu mereka
hidup dengan cara lain. Karena tidak ada artinya bagi mereka untuk hidup
berbeda, tidak ada gunanya membiarkan mereka memilih kehidupan yang berbeda.”
“Wah, itu
sangat kasar sekali kelihatannya, tapi aku memang setuju, hingga batasan
tertentu. Seseorang memang memerlukan pendidikan dasar agar bisa melayani
sebagai roda gerigi agar bisa memutar roda masyarakat. Ini adalah bagaimana
seharusnya orang-orang itu hidup, bertambah tua dan mati. Membiarkan teknologi
menyebar hanya akan mengancam kekuatan kita – umu?”
“Ainz-sama,
apakah anda baik-baik saja?”
“Akuingat
pernah mendengarkan ucapan ini sebelumnya. Seseorang pernah berkata kepada
orang lain, tapi siapa? Narberal dan ... ah, Lupusregina, ketika dia bertanya
tentang potion penyembuh... Kurasa aku tidak perlu mengatakannya kepadamu
karena kamu sudah tahu, Albedo. Oh, sangat janggal sekali, aku harap kamu tidak
usah memperdulikannya.”
“Te, Tentu
saja tidak. Saya yakin saya harus mengerti wawasan anda yang sangat mendalam,
Ainz-sama. Saya mohon, bagikanlah itu dengan saya.”
“Be,
begitukah... yah, meskipun itu membuatku malu entah bagaimana, aku tidak boleh
menjadi satu-satunya orang yang membagikan pemikiranku. Jika kamu tidak senang
dengan apapun yang kamu dengarkan, silahkan saja membetulkan aku.”
Tidak ada
lagi yang lebih memalukan daripada bersikap seperti orang yang sok tahu
segalanya di depan seseorang yang dia kenal dengan baik. Dengan tampang cemas
mungkin dianggap sebagai seorang idiot di dalam hati Albedo, Ainz memutuskan
untuk membagikan pemikirannya pada masalah itu.
Pengetahuan,
pendidikan dan informasi adalah senjata dasar dari manusia – yang juga termasuk
makhluk non manusia di dunia ini. Saat pengetahuan negara semakin meningkat,
begitu juga dengan kekuatannya, tapi di sisi sebaliknya, begitu juga dengan
kebencian karena mereka tidak bisa memiliki apapun.
Oleh karena
itu, seorang penguasa harus mempertimbangkan apakah mempersenjatai rakyatnya
dengan senjata yang disebut pengetahuan atau tidak, karena senjata itu mungkin
suatu hari akan diarahkan kepada penguasa itu sendiri.
Di dalam
game yang disebut Yggdrasil, Ainz telah belajar pentingnya memiliki informasi.
Inilah kenapa dia harus membawa dua orang anggota keluarga herbalist Bareare ke
desa Carne, dimana dia bisa terus mengawasi mereka, dan agar mereka membuat
potion disana. Ini agar dia bisa memonopoli buah dari riset mereka dan
menyimpan pengetahuan yang didapat itu sendiri.
Dari sudut
pandang Ainz, mereka yang dikuasai harusnya bersikap seperti itu, hidup dan
mati tak perduli. Namun harus ada yang mengembangkan teknologi baru agar
kekuatan negeri meningkat. Pada akhirnya, pertanyaannya adalah siapa yang akan
dituju oleh tombak pengetahuan itu.
“Kesimpulannya,
kita harusnya hanya membagikan teknologi baru kita dengan mereka yang
benar-benar setia kepada Great Underground Tomb of Nazarick. Kita akan
memberikan rakyat biasa teknologi yang kuno yang tidak membahayakan kita. “Buah
dari pengetahuan” hanya memiliki nilai jika kita sendiri yang memilikinya.”
Setelah dia
sampai pada bagian itu, dia mengintip ke arah Albedo, untuk memastikan dia
tidak ragu-ragu atau kecewa padanya.
“Dan
sekarang, inilah yang bisa kupahami. Albedo, berkebalikan dengan apa yang baru
saja kukatakan, kurasa kita harus menerima tawaran ini.”
Mata Albedo
melebar untuk sesaat.
“Bolehkah
saya tahu apa yang membuat anda sampai pada kesimpulan seperti itu?”
“Kesentimentalan.
Ditambah lagi, aku merasa Yuri ada benarnya.”
“Tetap
saja, saya merasa terlalu banyak kerugian pada saran itu.. atau apakah anda
ingin berkata bahwa anda ingin mengujinya di daerah pinggiran? Ketika anda
segel semua kebocoran informasi lalu menjalankan pendidikan melalui cuci otak,
keuntungannya memang akan muncul.”
“Kita tidak
akan melakukan itu. Meskipun in mungkin akan melenceng entah bagaimana dari
saran Yuri, kita akan mendirikan sebuah panti asuhan di kota ini.”
Ketika Ainz
hidup disini sebagai Momon, dia pernah mendengar bahwa panti asuhan dijalankan
oleh kuil-kuil. Dia langsung memiliki ide untuk mendirikan sebuah panti asuhan
sendiri atas nama Ainz Ooal Gown.
“Dalam
keadaan apapun, kita harus mempertimbangkan kemungkin dari bocornya teknologi
Nazarick ke dunia luar. Seharusnya tidak apa jika kita menjalankan sebuah panti
asuhan biasa dan membatasi pengetahuan yang kita ajarkan disana kepada mereka
yang dekat dengan kita. JIka kita menemukan individu-individu yang bertalenta
di sana, lalu kita bisa mempertimbangkan apa yang harus kita lakukan kepada
mereka.”
“...Ternyata
begitu. Rencana itu seharusnya tidak ada masalahnya.”
“Kalau
begitu, aku berniat menggunakan para janda sebagai staf panti asuhan tersebut.”
“Para
wanita yang telah kehilangan suami mereka dalam perang dimana anda menunjukkan
sebuah bagian kecil dari kekuatan yang mahakuasa milik anda. Itu akan menjadi
sebuah bantuan finansial atau semacamnya bagi wanita-wanita itu yang sedang
berusaha di bawah garis kemiskinan. Dan memang benar, bantuan seperti itu akan
meningkatkan opini populer dari anda... seperti yang saya duga dari anda,
Ainz-sama.”
“Umu, jika
kita hanya bertindak setelah Momon mengatakan kepada kita permohonan dari para
janda, maka hanya reputasinya saja yang akan meningkat, dan bukan milikku. Oleh
karena itu, kita harus bertindak dengan cepat, sebelum ada seseorang yang
datang minta bantuan kepadanya. Agar bisa mengerjakan hal ini... Aku
perintahkan agar Pestonya dan Nigredo dibebaskan dari kurungan mereka.”
Ainz
merasakan sebuah kilauan samar di mata Albedo.
“Maafkan
atas sikap terus terang saya.. tapi jika anda memberikan amnesti kepada mereka
yang sudah diputus bersalah karena sudah tidak mematuhi perintah anda dan
memaafkan mereka, saya takutnya itu mungkin akan mengacaukan aturan dalam
Nazarick.”
“Bukankah
kita sudah menempatkan mereka dalam kurungan karena itu?”
“Itu jauh
terlalu ringan sebagai hukuman. Keinginan anda adaah segalanya bagi kami,
Ainz-sama. Kejahatan karena tidak mematuhi perintah anda jelas sekali tidak
bisa dimaafkan. Pelayan anda menganjurkan agar mereka harusnya dibebaskan dari
kepalanya sebagai peringatan bagi yang lain.”
“JIka untuk
itu-“
Ainz ingin
berkata bahwa itu adalah masalah yang remeh, tapi wanita-wanita itu semuanya
termotivasi oleh rasa hormat mereka terhadap Ainz – salah satu dari 41 Supreme
Being. Akan sangat tragis menolak loyalitas mereka.
Tetap saja,
itulah kenapa dia harus memaafkan mereka berdua. Kepribadian mereka diciptakan
oleh teman-teman masa lalu Ainz. Oleh karena itu, tindakan dari Pestonya dan
Nigredo bisa dikatakan sama dengan teman-temannya.
Ainz tahu
jika dia memberikan perintah kepada Albedo, dia akan mematuhinya tanpa
bertanya. Namun, itu adalah cara terakhir untuknya. Pertama, dia harus mencoba
untuk meyakinkannya dengan ucapan.
“-Kenyataan
bahwa membiarkan perintah itu bocor keluar dunia akan menjadi masalah. Siapapun
akan bisa menyambungkan titik-titik dan jejak dari insiden di ibukota kerajaan
kepada Nazarick, yang bersembunyi di dalam bayangan. Itulah kenapa bahkan
anak-anak pun harus dihabisi.
Namun, dua
orang itu mencoba untuk mempertahankan anak-anak yang tak punya ingatan apapun atas insiden
tersebut, itu artinya tidak perlu menghabisi mereka. Bisa dikatakan bahwa
mereka bisa mengerti niatku dengan akurat.”
“Mereka
hanya memutar balikkan fakta untuk keuntungan mereka sendiri. Tindakan mereka
tidak bisa dimaafkan.”
“Albedo-“
Dia
mengerti perasaan Albedo sebagai pengawas Guardian. Itulah kenapa dia harus
berpikir sekeras mungkin agar bisa meyakinkannya.
Ainz
tersenyum; sebuah senyum yang pahit dan bermasalah. Tentu saja, ekspresinya
tidak berubah.
“Ainz-sama,
tampang anda itu terlalu tidak fair..” gumam Albedo, dengan entah bagaimana
pipinya bersemu merah. Ainz menepuk wajahnya untuk memeriksa.
“Oh,
benarkah?”
“Mm,
itu...”
Albedo
menghela nafas tanpa daya, dan membiarkan kepalanya tertunduk. Haa~, dia pun menghela nafas
dalam-dalam.
Ketika dia
mengangkat kepalanya lagi, dia kembali seperti sedia kala.
“Saya
mengerti. Tidak ada yang lebih penting dari keinginan anda, Ainz-sama. Mereka
adalah segalanya bagi saya. Silahkan perintahkan kepada saya jika anda
melihatnya memang benar.”
“Aku tidak
ingin kamu mematuhiku karena perasaanmu. Aku ingin kamu mematuhiku karena itu
merupakan hal yang masuk akal untuk dilakukan.”
“Itu tidak
masalah. Kelihatannya, tidak ada seorangpun di Nazarick yang akan keberatan
membebaskan mereka berdua selain diri saya yang sebelumnya.”
“Begitukah...
kalau begitu bagus sekali. Letakkan mereka berdua sebagai penanggung jawab
untuk menjalankan panti asuhan tersebut.”
“Saya
mengerti. Saya akan menyampaikan instruksi anda kepada mereka.”
“Aku akan
serahkan itu kepadamu. Kalau begitu – saran berikutnya.”
Ainz
bergumam sendiri. Saran selanjutya adalah yang dia tulis.
“...Ahem.
Yah, ini bukanlah saran yang terlalu buruk..eh, mau bagaimana lagi.”
Ainz
mengintip kearah ekspresi Albedo dan meneruskan ucapannya.
“Mari kita
buat seragam untuk aktivitas atletik (pakaian olahraga) untuk memperkuat
persatuan Nazarick. Bagaimana menurutmu?”
Saat Ainz
selesai bicara, Albedo mengerutkan dahinya karena marah.
“...Jika
ada batasan yang lebih rendah dari kalimat ‘rendahan’, ide itu saya yakin
berhasil menembusnya. Lagipula, siapa yang membuat saran itu?”
Ainz
membuat usaha setinggi mungkin untuk memeriksa dorongan untuk berkata, “Maafkan
aku” dan sebagai gantinya mengeluarkan ekspresi bingung.
“Er, itu –
aku tidak terlalu yakin. Aku sudah membuat lembaran kertas aslinya.”
“Saya tidak
bisa membayangkan bagaimana perasaan anda jadinya. Bagaimana mungkin ada orang
yang tega membuang-buang waktu berharga anda dengan saran yang jelas sekali
bodoh seperti itu, Ainz-sama? Biarkan saja meluncurkan investigasi secara
langsung untuk menarik keluar orang ini dan memutuskan hukuman yang tepat.”
“...Tidak!
Tidak perlu berlaku seperti itu! Dengarkan, Albedo! Kamu tak boleh melakukan
itu, tak perduli bagaimanapun!”
Meskipun
dia seperti menjerit “awawawa” di dalam hatinya, Ainz berhasil mencondongkan
dadanya.
“Aku sudah
bilang kepada semua orang di Nazarick agar bisa memberikan mereka keberanian
mengeluarkan balasan dari banyak sudut pandang, Aku tidak akan mengejar mereka
atas saran apapun yang dibuat kepadaku. Jika kamu melanggar hal itu karenanya,
itu akan membuat ucapanku menjadi kebohongan. Itu juga berarti bahwa semua yang
aku katakan di masa depan juga akan menjadi kebohongan.
Ditambah
lagi, sulit bagi orang-orang yang ketakutan untuk bisa memberikan opini
mereka... oleh karena itu, aku harap agar ketika kamu meninggalkan ruangan ini,
kamu akan lupakan saran itu.”
“Ya, saya
akan melakukannya, seperti yang anda katakan, Ainz-sama.”
“Bagus,
bagus. Kamu harus melakukan itu.”
Ainz sangat
berterima kasih atas kenyataan bahwa tubuhnya tidak bisa berkeringat. Jika
bukan karena itu, lantai di bawahnya mungkin sudah basah kuyup sekarang. Namun,
meskipun memiliki keadaan tubuh dan pikiran yang luar biasa, kata “rendahan”
tenggelam dalam-dalam di hatinya, meninggalkan sebuah luka yang tidak akan
sembuh untuk waktu yang lama.
“...Ainz-sama,
saya memiliki saran. Di masa depan, mohon perbolehkan saya untuk memilihkan
saran-saran itu. Dengan begitu, anda tidak akan dipermasalahkan oleh
saran-saran bodoh seperti itu kedua kalinya.”
“Guh...
tidak, tidak perlu menyusahkanmu dengan itu. Disamping itu, jika kamu memilih
semuanya, maka peranku hanya untuk menandatangani pilihanmu. Diskusi kita di
sini akan menjadi percuma.”
“Ah, ya,
benar juga, Ainz-sama. Kita harus bekerja sama dan melakukannya.”
Sayap
Albedo terkepak, dan Eight Edge Assassin di atas menggeliat sekali lagi.
“Ba,
Baiklah. Karena kamu sudah mengerti, mari kita bergerak ke selanjutnya, Albedo”
Secara
pribadi, dia tidak menganggap saran itu tidak bisa dikerjakan, tapi suasana
hatinya sudah tidak bisa membuatnya mengeluarkan saran itu, ataupun merasa
percaya diri menyebutkan topik yang mirip.
“Kalau
begitu, selanjutnya-“
Saat Ainz
akan melanjutkan pembacaannya, sebuah suara ketukan datang dari pintu.
Dua orang
itu melihat ke arah Fifth. Dia sedikit membungkuk, lalu pergi melihat siapa
pengunjungnya.
Sebuah
suara anak-anak yang periang datang melalui celah pintu, beserta dengan suara
yang hampir tidak terdengar yang kurang kepercayaan diri.
...bukankah ini pertama kalinya mereka berdua
datang kemari di jam seperti ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Jika itu
masalahnya, maka mungkin bagus juga Albedo ada di sini.
Karena Ainz
sudah tahu siapa yang berkunjung, dia bisa langsung memperbolehkan mereka
masuk. Namun, Fifth kelihatannya sangat gembira melakukan tugasnya, dan
memperbolehkan izin masuk sebelum dia bisa melaporkan nama mereka berarti
seolah menyelanya.
Mengacaukan
kepalanya mungkin akan membuatnya kehilagan motivasi dalam bekerja. Penting
sekali bagi orang-orang yang di atas untuk mengerti dan mencatatnya.
Kurasa Jircniv juga melalukan ini. Lagipula,
dia menyerakan banyak hal kepada para pelayannya, pikir Ainz, saat dia mengkomentari contoh
model raja yang terus-terusan dia pelajari.
Pada titik tertentu, seharusnya
aku ngobrol santai dengannya tentang beban kepemimpinan.
“Ainz-sama,
mereka adalah Aura-sama dan Mare-sama.”
Sekarang
setelah dia menyelesaikan tugasnya, Ainz memberikan isyarat kepada dua orang
itu diizinkan masuk ke kantornya.
Pintu itu
terbuka, dan sepasang dark elf kecil mungil melangkah masuk. Senyum mereka yang
berseri-seri tidak menandakan ada masalah apapun yang menjengkelkan yang telah
terjadi, lalu Ainz merasa lega.
“Selamat
pagi! Ainz-sama!”
“Se-Se-Selamat
pagi, Ainz-sama!”
“Ah,
selamat pagi. Kalian berdua kelihatannya bersemangat sekali hari ini.”
Dua orang
itu menyapa Albedo juga. Aura mengitari meja dan berdiam di samping Ainz.
Ketika dia
sudah dekat dengannya, Aura mengeluarkan kedua tangannya, membuat tanda
V-Victory.
“Hm.”
Aura tidak
berkata apapun kepada Ainz yang bingung, hanya mengangkat tangannya dan membuat
tanda.
Matanya
yang berkilauan, penuh dengan penantian, tertuju kepadanya, lalu dia mulai
melompat dari kaki ke kaki.
Setelah
menyadari apa yang dia inginkan, Ainz menarik kursinya ke belakang, memegang
Aura di bawah ketiaknya, lalu mengangkatnya.
“Apa, apa
yang sedang anda lakukan, Ainz-sama-“
Ainz tidak
menghiraukan jeritan kaget dari Albedo. Malahan, dia memutar Aura 180 derajat,
menghadapkan punggungnya ke arah Ainz, lalu mendudukkannya ke salah satu tulang
paha kanan Ainz.
Tidak
seperti tulang paha normal yang keras, jadi AInz meletakkannya secara paralel,
membuat pantat Aura yang lunak sebagai bantalannya.
“Ehehe~”
Tawa dari
Aura itu malu-malu namun jelas sangat gembira, lalu Ainz membalasnya dengan
senyuman. Lalu, dia berpaling dan memberi isyarat kepada Mare yang terlihat
gugup.
Dia
memegang Mare saat mendekat, lalu meletakkannya di tulang paha sebelah kiri.
“Ah, um,
Ai-Ainz-sama, ba, bagaimana dengan saya?”
Saat Ainz
tidak tahu apakah dia harus memberi mereka semacam bantalan, giliran Albedo
yang bicara dengan gugup. Namun, terlalu memalukan membiarkan seorang wanita
dewasa duduk di pahanya – di tulang pahanya.
“Tidak,
itu... aku tidak bisa.”
“Tapi,
tapi, mereka berdua.....”
“...Albedo,
mereka berdua ini masih anak-anak. Kamu sudah dewasa, bukankah begitu?”
Untuk
sesaat, Ainz merasa dia seperti melihat sesuatu di belakang Albedo – sebuah
kilatan cahaya yang merupakan manifestasi fisik dari pukulan yang baru saja dia
terima. Meskipun Ainz merasa sedikit kasihan padanya, malu tetaplah malu.
Disamping itu, jika dia benar-benar melakukannya, itu akan menjadi pelecehan
seksual.
“Kalau
begitu, kalian berdua. Ada apa?”
Benteng di
dalam Hutan Besar Tob – Nazarick palsu, atau mungkin sebuah tempat penyimpanan
barang-barang – telah selesai sekarang.
Tugas Aura
selanjutnya adalah menyembunyikan benteng itu dan memperkuat pertahanannya.
Rencana
awalnya adalah kabur kesana jika musuh muncul dan menyembunyikan Nazarick yang
sebenarnya, tapi Jircniv sekarang tahu lokasi dari Great Underground Tomb of
Nazarick.
Oleh karena
itu, sekarang benteng tersebut berperan sebagai sebuah bunker dan sebuah depot
sumber daya.
Mare, di
lain pihak, ditugaskan untuk menggali sebuah makam bawah tanah di perbatasan
E-Rantel.
Tidak ada
rencana untuk menggunakan fasilitas itu sekarang juga. Hanya saja karena dia
memiliki tenaga kerja lebihyang tidak digunakan.
Menggunakan
manusia untuk pekerjaan demikian akan membebani biaya tenaga kerja, tapi
golem-golem dan undead tidak ada masalah. Ditambah lagi, mereka bisa
menggunakan magic milik Mare untuk menghasilkan bangunan batu yang sederhana.
Sedangkan
yang lain, diantara guardian-guardian lain, Shalltear ditugaskan untuk tugas
teleportasi yang berhubungan dengan [Gate] dan keamanan Nazarick. Cocytus
bertugas untuk desa Lizardmen dan danau di dekatnya. Demiurge di lain pihak,
sedang bertugas di Holy Kingdom.
Dengan kata
lain, seluruh guardian di E-Rantel sekarang ada di ruangan ini.
Karena
tugas mereka sudah dibagikan, apa yang mereka berdua sedang lakukan disini?
Aura dengan
gembira menjawa pertanyaan Ainz.
“Kami
kemari untuk menemuimu, Ainz-sama!”
Ucapannya
yang lugu mengeluarkan senyum berseri-seri kepada wajah Ainz.
“Ternyata
begitu. Yah, aku sangat senang melihat kalian berdua pula.”
Ainz
menepuk kepala Aura. Aura kelihatannya sangat nyaman, dan menciumi balik tangan
Ainz. Itu seperti sedang bermain dengan anak anjing yang lucu.
“Ka, kalau
begitu, Ainz-sama, a-apa yang sedang anda lakukan? Sa, saya harap kami tidak
membuat masalah untuk anda...”
“Ya-“
“Tentu saja
tidak. Bagaimana mungkin hanya bertemu kalian merupakan masalah bagiku?” Ainz
membalas Mare dengan halus.
Ainz lalu
melihat ke arah Albedo.
“Maafkan
aku Albedo. Aku teralihkan perhatianku saat kita akan memulai topik baru. Ah,
benar sekali, aku juga merasakan hal yang sama bertemu denganmu pula.”
“Y-Ya,” ucap
Albedo, wajahnya berubah semerah apel saat dia cemberut dan mencoba untuk
terlihat serius.
“Ainz-sama!”
Ada apa? Pikir Ainz saat matanya melebar.
“Ogyaaa!”
Ainz tidak
tahu apakah dia salah dengar atau tidak. Apa yang baru saja Albedo katakan?
Seakan
memberitahukan kepada Ainz bahw pendengarannya baik-baik saja, Albedo berkata
“Ogyaaa!!” lagi, dengan suara yang sangat malu.
...Dia mungkin mencoba bersikap seperti bayi.
Tidak, hal yang mengerikan adalah jika dia mencoba bersikap seperti yang lain.
Tetap saja, mengapa dia melakukan hal ini? Apakah dia lelah karena sudah
bekerja terlalu keras? Ah! Ini mungkin ada hubungannya dengan Nigredo dan melepaskan
dari kurungannya.
Kebingungan
melanda Ainz, meskipun dia memiliki tubuh undead, dan di waktu yang sama, Mare
mulai berubah tidak tenang dalam duduknya.
“Itu, um,
ti, tidak apa bagiku, jadi, um, aku harusnya membiarkan Albedo-sama...”
Ucapan itu
seperti ilham baginya.
Baru saja, aku berkata tidak apa karena mereka
adalah anak-anak, jadi sebagai orang dewasa, kau harusnya mampu menahan itu.
Apakah itu alasannya mengapa dia pura-pura menjadi anak-anak sekarang?
Tetap saja, mengapa seorang bayi? Dan disamping
itu, membiarkan Albedo duduk di pahaku terlalu...
Meskipun begitu, dia sudah sejauh itu mempermalukan
diri dengan maju ke depan. Aku tidak bisa melewatkan hal itu, baik sebagai
seorang atasan dan seorang pria. Ditambah lagi, Albedo adalah salah satu anak,
seperti Aura dan Mare. Aku harus adil kepadanya.
“Maafkan
aku Mare,” ucap Ainz. Setelah memperkuat diri, dia membiarkan Mare turun dari
kakinya lalu memberikan isyarat kepada Albedo.
“Kemarilah,
Albedo.”
“Ya!”
Rasa
malu-malu Albedo sebelumnya hilang seperti kabut diterangi matahari pagi,
digantikan dengan sebuah tampang penuh harapan yang mungkin dikeluarkan oleh
seekor anak anjing sebelum pergi jalan-jalan. Dalam sekejap, Albedo bergerak ke
sisi Ainz.
Albedo
membuat tanda V pula.
Entah
kenapa itu sulit bagi Ainz melakukannya sambil duduk, tapi bagaimana juga dia
meletakkan tangannya di bawah ketiak Albedo dan mengangkatnya.
“..Um, maaf
tentang hal ini. Maukah kamu duduk seperti ini?”
“Tentu
saja! Saya mengerti!”
Albedo
mengambil tempat Mare di paha kiri, dan bergerak dengan sikap yang genit.
Hal pertama
yang dirasakan Ainz adalah kelembutannya, Tidak seperti anak-anak, itu adalah
kelembutan dari tubuh dewasa. Lalu, kehangatannya mengalir kepada Ainz, yang
membuatnya sedikit gatal.
Meskipun begitu, dia tetap benar-benar lembut!
Dia adalah
warrior level 100, tapi entah dimana ototnya berada. Bisa dikatakan dengan cara
yang sedikit kurang sopan dan penasaran apa benar dia bukan moluska.
“Kufufu~”
Dia
mendengarkan tawa keras Albedo.
Sebuah
aroma mengalir dari rambut panjang Albedo. Rambut itu membuat hidung Ainz
gatal.
Aroma ini tidak aneh, dimana aku pernah mencium
aroma ini sebelumnya? Pakaian Albedo? Bukan, Parfumnya?
“Mmm...
Albedo. Apakah kamu menggunakan suatu macam parfum?”
“Ya, saya
menggunakan parfum. Apakah itu membuat anda tidak senang?”
“Tidak,
tentu saja tidak, aromanya enak.”
Albedo
cepat-cepat memutar wajahnya ke arah Ainz. Matanya yang menonjol membuat Ainz
sedikit ketakutan.
“Benarkah,
Ainz-sama! Jika anda senang, bagaimana kalau mencium baunya dari tubuh saya,
sejam juga tidak apa-apa, sehari penuh juga tidak apa-apa?”
“Tidak,
disamping itu, satu jam agar terlalu...”
Tetap saja,
tak perduli apapun yang Ainz katakan, memang kenyataannya adalah bahwa dia
sangat tertarik. Disamping itu, jika dia mencium baunya dari tubuh Albedo, dia
mungkin bisa mengingat lebih detil tentang aroma itu.
“Kalau
begitu, bolehkah aku mencium aromamu sedikit?”
Ainz dengan
hati-hati mendekatkan tengkoraknya ke arah Albedo dan menghirup aroma tubuhnya.
Karena sekarang Ainz lebih dekat daripada tadi, dia bisa mencium aroma yang
enak itu sekali lagi lebih jelas. Saat dia berpikir, aroma itu akrab, tapi dia
tidak bisa mengingatnya dimana dia pernah menemui aroma itu sebelumnya. Saat
Ainz memutar otaknya untuk mengupas misteri di kepalanya, sebuah suara sampai
di telinganya.
“..Ainz-sama.”
Meskipun
Ainz tidak tahu siapa itu sesaat, suara itu jelas sekali milik Aura. Ainz
dengan gugup menoleh ke arahnya, dan melihat Aura yang menggembungkan pipinya.
“Tampang
itu seperti tampang mesum.”
“Ah,
maaf...”
Dia memang
ada benarnya....
Ainz
mengutuk dirinya sendiri karena sudah melakukan sesuatu seperti ini di depan
anak-anak. Ini akan berakibat buruk terhadap pendidikan seksual mereka. Inilah
kenapa dia memanggilnya dengan nada yang sama dengan teman lamanya ketika dia
marah kepada adiknya.
“Ka-Kalau
begitu, Albedo, Aura. Tolong bangunlah. Oh, Albedo, mari kita lanjutkan diskusi
tentang masalah yang tadi.”
Namun, tak
ada gerakan.
Dua orang
itu tetap di tempat. Mereka sedang menunggu pihak lain bangun terlebih dahulu.
“Ya
ampun...”
Ainz
mengangkat Aura dan menempatkannya di lantai sebelahnya. Sebuah tawa keras dari
“Kufufufu~” datangnya dari arah Albedo.
“..Aura
adalah yang duduk terlebih dahulu. Albedo, kamu sebaiknya turun pula.”
“Tapi,
tapi... Aura sudah duduk selama 3 menit 41 detik. Saya hanya duduk selama 57
detik. Meskipun kedengarannya bodoh, saya yakin seharusnya saya diperbolehkan
untuk duduk selama tiga menit lagi.”
“Bukankah
kamu sudah menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ainz-sama?”
“Mau
bagaimana lagi, itu adalah pekerjaan.”
“Oh, Pekerjaan,
ya? Kamu hanya datang karena pekerjaan? Aku berusaha datang kemari hanya untuk
melihat Ainz-sama, tahu.”
“!!”
Albedo
menggoyangkan pantatnya di paha Ainz, mengubah posisinya untuk menatap Aura di
matanya.
Ainz
berpikir, Aku bisa menebak mengapa Albedo
ingin duduk di pahaku, tapi mengapa Aura ingin melakukan itu? Dia juga tidak
mencintaiku seperti Albedo.
Ainz tidak
bisa ingat apa yang telah dia lakukan sehingga membuat seorang gadis seperti
Aura mencintainya. Perasaan yang disebut cinta seharusnya adalah misteri bagi
Aura. Dan lalu – Ainz akhirnya tahu jawabannya.
“Ternyata
begitu. Jadi dia menjadi seorang posesif.”
Ditambah
lagi, dia mungkin sudah lama mendambakan cinta seorang ayah. Aura dan Mare
didesain sebagai anak-anak, dan mereka masih berada pada usia dimana orang tua
mereka akan merawat mereka. Mungkin mereka secara tidak sadar mencarinya pada
Ainz untuk bisa memenuhi celah di hati mereka.
Jika ada
sebuah negeri Dark Elf, dia harus mempertimbangkan kemungkinan mengirim mereka
kesana untuk bisa mendapatkan teman-teman. Namun, Suzuki Satoru tidak pernah
memiliki pengalaman sebuah cinta seorang ayah sendiri, jadi dia merasa agak
telat untuk itu.
Aku penasaran jika ada buku-buku atau
pendidikan sex anak-anak di perpustakaan?
Dulu ketika
masih berupa data tidak apa-apa. Namun, Ainz telah berpikir sampai sekarang dan
menyadari masih ada hal-hal yang kurang agar pertumbuhan mental mereka sehat.
Seperti yang kuduga, mereka benar-benar perlu
membuat teman-teman Dark Elf? Mari kita buat itu sebagai prioritas. Untuk itu-
“Aura. Ada
sesuatu yang ingin kutanya; apa yang terjadi dengan tiga orang Elf yang aku
serahkan kepadamu dan Mare?”
“Maksud
anda Elf-elf yang menginjakkan kakinya ke Nazarick tapi diampuni oleh anda,
Ainz-sama?”
Ainz
mengangguk.
Ketika Ainz
menarik para worker untuk masuk ke dalam, dia menyerahkan budak-budak elf yang
mengikuti mereka kepada Aura dan Mare. Biasanya, siapapun yang memasuki
Nazarick tanpa undangan tidak akan bisa pergi hidup-hidup. Namun, mereka
mungkin disana karena bukan keinginan sendiri, dan mereka tidak berniat membawa
harta karun Nazarick menjadi milik mereka sendiri. Oleh karena itu, bukan tidak
beralasan menunjukkan semacam kebaikan kepada mereka.
Ditambah
lagi, jika mereka adalah Wood Elf (Elf hutan), mereka mungkin memiliki efek
yang menguntungkan perkembangan Aura dan Mare.
“Ya, untuk
sementara, kami meletakkan mereka di lantai kami.”
“Dimana
mereka?”
“Ya.
Bagaimana harus menjelaskannya... mereka tidak punya apapun yang dikerjakan,
tapi terus mencoba merawat kami. Agak menjengkelkan bagaimana mereka terus
menempel di sekitar kami.”
“Be, benar
sekali. Seperti, pa, pakaian kami dan seterusnya. Sa, Saya bisa berpakaian
sendiri, tapi mereka terus-terusan datang untuk membantu kami...”
“Kamu harus
sadar. Mereka terus mencoba untuk membantu dirimu berpakaian karena kamu terus
bersikap seperti itu. Lihat aku, aku tidak ada masalah, ya kan?”
Ternyata begitu, jadi mereka ingin melakukan
sesuatu. Sama seperti para pelayan di sekitarku. Aku merasakan lukamu, Mare.
Tetap saja, itu artinya tiga orang yang aku selamatkan tidak sepenuhnya
sia-sia, lagipula. Bukankah tambah gawat bagi mantan budak mengajarkan
pendidikan sex? Hm~”
“Yah, kita
memang menyelamatkan nyawa mereka. Jangan bunuh mereka karena marah, meskipun
jika kamu marah. Jika kamu merasa benar-benar menjengkelkan, katakan kepadaku
dan aku akan kirimkan mereka ke tempat lain.”
“Mengerti!
Saya akan beritahu anda ketika waktunya tiba.”
Ainz
menatap ke arah Mare, yang kepalanya tertunduk, dan bergumam “Apa,” kepada
dirinya sendiri. Lalu, dia menoleh dengan tatapan setajam es kepada Albedo.
“Albedo.
Sudah waktunya kamu turun. Sudah lebih dari tiga menit sekarang.”
Albedo
terlihat kecewa untuk sesaat, tapi dia tetap patuh dan turun dari paha Ainz
tanpa berkata apapun.
“Setelah
dipikir-pikir, apa yang anda berdua sedang lakukan, Ainz-sama?”
“Hm? Ahhh.
Aku sedang mengumpulkan saran-saran dari orang-orang Nazarick tentang bagaimana
membuat negeri ini hebat. Ah, benar juga. Kalian berdua juga. Jika kalian punya
ide bagus, mengapa tidak mencobanya. Aku akan mendengakan apapun?”
Wajah Aura
menjadi bertambah cerah.
“Jika anda
berkata demikian, Ainz-sama! Saya punya ide yang bagus!”
“Hohoh –
Dan apa itu, Aura? Silahkan katakan kepadaku.”
“Ya! Saya
pikir anak laki-laki seharusnya berpakaian seperti para gadis, dan para gadis
seharusnya berpakaian seperti anak laki-laki!”
.....Bukubukuchagama---!
Ainz
meneriakkan nama dari salah satu temannya di dalam hati.
Untuk
sesaat, Ainz bahkan melihat gambaran samar dari Pink Slime berkata “Sor~ry!”
dengan suara yang menggemaskan dan benar-benar berlawanan dengan penampilannya.
“Ternyata
begitu. Jadi itu adalah ide dari Bukubukuchagama-sama. Memang benar itu adalah
penawaran yang bagus. Terlebih lagi, di negeri ini, setiap keputusan dari
Supreme Being pastinya yang paling benar.”
Benar? Ainz ingin mengolok-olok Albedo, tapi dia
tidak bisa melakukannya.
Bagaimanapun,
ide ini tidak boleh dibiarkan terjadi. Namun, ada masalah dengan hal itu.
Keduanya
hanya berpakaian seperti itu karena Bukubukuchagama mendesain mereka seperti
itu. Jika Ainz menolak ide Aura, dia harus menjelaskan alasan yang tepat
mengapa kepada yang lainnya.
Ainz tidak
bisa langsung terpikir penjelasan seperti itu.
“Ainz-sama.
Apakah kita akan mengimplementasikan saran dari Aura secara langsung?”
Mengapa kamu membuat keputusan cepat sekali?!
Ainz sudah
kehabisan waktu.
Jika Ainz
setuju dengan saran ini, itu seperti mendeklarasikan kepada semua pihak di
dalam dan di luar negeri bahwa Sorcerous Kingdom adalah sebuah negara yang
menghargai cross-dressing. Itu akan
sangat buruk. Mungkin hanya Bukubukuchagama yang akan tertarik dengan itu.
Tidak, jika Bukubukuchagama di dunia ini, Ainz merasa dia pasti tidak ingin
membuat sebuah negeri seperti itu.
Jika mereka tahu para NPC telah mengembangkan
ego mereka masing-masing, beberapa orang akan merasa tertarik dan ingin menemui
mereka, sementara yang lainnya ingin meghindari mereka. Bukubukuchagama mungkin
akan jatuh ke dalam kelompok terakhir. Yamaiko dan Ankoro Mochimochi mungkin
akan sangat ingin bertemu dengan mereka. Mengapa hal itu sangat berbeda
meskipun mereka semua adalah gadis...
Saat dia
terbayang tentang mereka, Ainz perlahan bangkit dan melihat ke luar jendela.
Tentu saja, sikap seperti itu tidak memiliki arti yang signifikan. Dia hanya
sedang mencoba mengulur waktu sendiri. Ketika dia sudah memiliki ide kasar
tentang apa yang sedang terjadi, Ainz menoleh ke arah mereka bertiga.
“Aku tidak
mungkin bisa membiarkan ide itu.”
“Mengapa,
mengapa bisa begitu?”
Tentu saja mereka akan bertanya demikian, ya
kan?...Maksudku, memberikan satu orang pria topeng di hari natal masih
merupakan hukum yang lebih baik dari itu....
Ainz
menghela nafas. Tentu saja, tindakan itu tidak memiliki arti signifikan. Dia
hanya ingin mencoba mengulur waktu.
“Ada banyak
alasan rumit untuk itu. Apakah aku harus menjelaskan masing-masingnya pada
mereka?”
“Y-Ya, Saya
Mo-Mohon. Jika anda tidak keberatan.”
Ainz
berencana untuk berkata begitu kepada Albedo, tapi mare adalah yang pertama
memotongnya malahan. Mare biasanya adalah
bocah yang sangat jujur; mengapa dia menjadi sangat kejam sekarang, pikir
Ainz dengan sedih. Jika itu adalah Albedo, dia pasti akan berkata, “Tidak perlu
itu. Biarkan saya menjelaskan kepada mereka berdua sebagai ganti dari Ainz-sama”.
Tapi dalam keadaan ini, Ainz harus melakukannya sendiri.
“...Begitukah.
Kalau begitu, aku akan menjelaskannya padamu. Tapi darimana aku harus
memulainya agar bisa membuatmu mengerti...?”
Umu, Ainz memegang dagunya dengan tangan. Tak usah
dikataka lagi, itu juga untuk bisa mengulur waktu. Ainz mati-matian memaksa
dirinya berpikir, dia berpikir keras sekali sehingga seakan-akan otaknya
seperti mulai berkeringat, lalu sebuah ide menyerangnya.
“-Pertama,
ah ya, harusnya begitu. Kalian berdua pasti merasa begitu karena kalian
berpakaian demikian, seluruh negeri harus berpakaian seperti kalian juga, benar
khan? Lagipula, kalian pasti merasa bahwa itu adalah keingingan dari
Bukubukuchagama-san. Namun, itu salah – Ya, kalian berdua adalah spesial.”
“Kami
spesial?!”
“Memang
benar. Kalian berdua spesial bagi Bukubukuchagama-san. Itulah kenapa kalian
diizinkan berpakaian seperti itu... jadi apakah kalian ingin memberikan
kespesialan itu kepada banyak orang yang tidak kamu tahu?”
“Bagaimana
mungkin kami begitu?!”
Orang yang
membalas dengan keras adalah – cukup mengagetkan – Mare.
“Tak pernh!
Saya takkan pernah membiarkan siapapun selain Nee-chan memiliki kespesialan
dari Bukubukuchagama-sama!”
“Itu, benar
sekali. Begitulah seharusnya. Apakah kamu mengerti, Aura?”
“Ya! Saya
sangat bodoh sekali karena tidak berpikir apa yang dirasakan oleh
Bukubukuchagama-sama!”
“Dan juga..”
Aura dan
mare sudah menerima alasan itu. Seharusnya tidak apa untuk perlahan-lahan
keluar dari topik tersebut sekarang. Namun, ada satu hal lagi yang membuat Ainz
khawatir.
Ainz
menggumamkan sesuatu tentang beberapa alasan lain, lalu dia mengintip ke arah
Albedo saat dia bergumam.
Seseorang
sehebat Albedo mungkin sudah berpikir lebih jauh ke depan daripada Ainz. Apakah
dia akan menganggapnya aneh jika dia memutuskan topik itu sekarang? Itulah yang
membuat Ainz tidak tenang.
Saat mata
mereka bertemu, Albedo tersenyum, lalu dia mencondongkan lehernya.
Tidak apa
respon itu artinya, Ainz mengalihkan matanya. Dan kemudian, kebetulan ada Elder
Lich di depannya. Ainz secara tidak sengaja memandang ke arah berkas yang dia
pegang.
“-Ahhh. Jadi
anda juga berpikir demikian. Ainz-sama. Lagipula, anda kebanyakan melihat
dokumen itu. Seharusnya tidak apa mengatakannya kepada mereka berdua juga, ya
kan?”
Ainz
menoleh ke arah Albedo lagi saat dia tiba-tiba berbicara.
“-Umu. Jadi
kamu juga memikirkannya, Albedo.”
“Ya, benar.
Saya penasaran apakah anda akan menyebutkan ide itu juga, Ainz-sama. Saya yakin
apa yang sedang anda pikirkan adalah apakah boleh atau tidak menjelaskannya
kepada mereka berdua, ya kan?”
“Seperti
yang kuduga darimu, Albedo. Kamu tahu apa yang kupikirkan tanpa perlu kuucapkan
langsung.”
“Anda
terlalu baik hati.”
Albedo
tersenyum dan membungkukkan kepalanya. Di lain pihak, Aura menggembungkan
pipinya karena merasa jengkel.
“Tetap
saja, saya tidak percaya tidak terpikirkan keingingan dari Bukubukuchagama,
meskipun itu adalah hal yang paling penting untuk dipertimbangkan. Seperti yang
diduga dari pencipta kami, Maharja kami. Saya takkan pernah mampu setara dengan
keputusan anda yang bijaksana, yang dibuat dengan mempertimbangkan berbagai
sudut pandang.”
“Tidak,
jangan berkata begitu, Albedo. Aku yakin kamu akan menunjukkan bakat yang
melebihi diriku suatu hari.”
Faktanya adalah,
Albedo sudah melebihi Ainz hingga sejauh ini. Ainz merasa malu terhadap dirinya
sendiri saat dia berpikir begitu, tapi Albedo hanya mengangguk, wajahnya penuh
keyakinan.
“ya! Saya
akan melakukannya!”
“-Kalau
begitu, apa alasan lain yang ada?”
“Benarkah
kamu tidak tahu, Aura. Albedo, jelaskan kepada mereka berdua. Buatlah menjadi
mudah agar anak kecil pun bisa paham. Ya, itu pasti mudah dipahami.”
Setelah
Ainz berkata begini, dia terdiam lalu melihat ke luar jendela sekali lagi.
Namun, seluruh saraf di tubuhnya terkonsentrasikan untuk mendengar, karena dia
tidak ingin melewatkan satu kata pun dari ucapan Albedo.
“Memang
benar. Sebenarnya, saya ingin membawa hal ini kepada Ainz-sama setelah ini.
Kenyataannya adalah, sebuah masalah kecil telah muncul.”
“Ehhh?
Apakah ada yang membuat masalah? Apakah kamu ingin kami pergi kesana dan
menghabisi mereka untukmu?”
“Tidak,
bukan seperti itu. Sebenarnya adalah, kita menemukan bahwa tumpukan barang-barang
kebutuhan mungkin tidak cukup untuk masa depan. Jadi jika kita memerintahkan
kepada semua orang untuk mengganti pakaian mereka sekarang ini, kita hanya akan
membuat hal-hal yang menyusahkan seperti menukarkan pakaian dan seterusnya.”
Eh, benarkah? Tentu saja, Ainz tidak bisa mengatakan itu.
Yang bisa dia lakukan adalah mati-matian mengingat isi dari berkas yang baru
saja dia lihat.
Memang
benar, berkas itu mengandung sesuatu seperti barang-barang kebutuhan, tapi
jumlahnya seakan masih cukup. Namun, jika Albedo berkata begitu, maka itu pasti
benar.
Dengan kata lain, ini adalah situasi yang
buruk, ya kan? Tetap saja, jika itu masalahnya, tidak bisakah kita membeli
lebih banyak lagi dari Kingdom atau Empire? Sebuah kota seperti ini seharusnya memiliki
cukup modal untuk itu, ya kan?
Albedo
memiliki jawaban dari keraguan Ainz yang beralasan:
“Kota ini
memang merupakan gudang penyimpanan yang sangat baik untuk menyimpan
barang-barang kebutuhan, dan berfungsi sebagai kota perdagangan. Namun, sejak
Ainz-sama mengambil alih, para pedagang dari tiga negeri lain jarang sekali
berkunjung ke tempat ini. Oleh karena itu, kita sedang berada di dalam situasi
dimana sisa barang-barang kebutuhan kita semakin menipis.”
“Jika kita
tidak memilikinya, mari kita ambil dari tempat lain. Bagaimana kalau dari
Empire atau Kingdom?”
“Onee-chan,
kita, kita tidak boleh melakukan itu. Ah. A-Ainz-sama sudah bilang kita
dilarang menggunakan kekuatan kepada tiga negeri itu, ya kan?”
Memang
benar. Meskipun dia tidak tahu tentang masa depan, dia sudah menepatkan selimut
larangan untuk penggunakan kekuatan militer sampai dia sudah bisa mengasumsikan
kendali penuh terhadap kota ini. Tentu saja, jika pihak lain menyerah dahulu,
itu adalah masalah yang benar-benar berbeda.
“Kalau
begitu, apa yang harus kita lakukan?”
“Er, erm,
kita seharusnya tidak usah khawatir. La-Lagipula, A-Ainz-sama akan
menyelesaikannya.”
Apakah kamu akan melemparkan ini semua kepadaku
sekarang? Ainz
ingin menyanggah Mare dengan itu, tapi dia memaksa dirinya agar tidak melakukannya.
Setelah Aura memebalas Mare dengan, “Ternyata begitu!” Ainz tidak tega
mengkhianati kepercayaan dua anak itu yang dibebankan kepadanya.
Namun,
seorang pegawai biasa seperti Ainz tidak mungkin bisa memikirkan peraturan
keuangan yang benar. Karena itu, Ainz memutuskan untuk memainkan salah satu
dari dua kartu asnya.
Ainz
perlahan menoleh, dan dengan percaya diri berkata:
“-Albdo.
Kamu sedang menangani ini, ya kan?”
Dengan kata
lain, dia akan melemparkan ini semua kepada orang berbakat lainnya (Albedo) dan
selesai dengannya.
“ya. Saat
ini, benih-benih yang disemaikan oleh Demiurge seharusnya sudah siap dipanen.”
“Begitulah.
Kalian berdua tidak usah khawatir.”
Tampang
mereka yang berkilauan dengan rasa hormat dan pujian membuat Ainz merasakan perasaan
bersalah yang menusuk. Di waktu yang sama, rasa takut melihat tampang kecewa di
mata merka ketika mereka mengetahui semua ini hanya palsu mengakar dalam
hatinya.
Tetap saja, Demiurge itu. Aku tidak tahu benih
apa yang dia tanam, tapi dia benar-benar menakjubkan.
Ainz ingin
bertanya tentang panen tersebut, tapi dia tidak bisa.
Ini karena
Ainz Ooal Gown seharusnya adalah seorang bintang yang tahu segalanya.
Aku tahu seharusnya aku lebih banyak bejalar
tentang ekonomi, tapi aku hanya bisa membaca sepintas sambil lalu buku-buku
rumit itu... seperti, mereka seharusnya salah satu dari teori-teori ekonomi
Keynesian dan semacamnya lebih mudah dimengerti. Atau jangan-jangan aku sudah
diantur demikian karena usiaku?
Ainz memang
sangat memahami mekanika game dari Yggdrasil. Ini bukanlah bualan semata; dia
telah mempelajari lebih dari 700 mantra dan telah mengingat detil pada
tiap-tiapnya, sebuah perolehan yang mengejutkan teman-temannya. Bahkan
mantra-mantra yang tidak bisa dia pelajari masih bisa menjadi sebuah senjata
untuk bisa membaca kekuatan lawan, ketika dia tahu mantra-mantra itu. Dia bisa
dengan mudah menjadi lima teratas diantara teman-teman satu guildnya ketika itu
ada hubungannya dengan pengetahuan magic.
Tetap saja,
sementara dia bisa melakukan itu, dia benar-benar tidak tahu tentang akademik.
Eh? Jangan-jangan aku tidak bisa ingat lebih
banyak lagi karena aku tidak punya sebuah otak?
Ainz tahu
bahwa dia telah mempelajari lebih banyak hal sejak datang ke dunia ini. Jadi dia
juga tahu jika itu tidak mungkin. Tetap saja, dia sedikit gemetaran dengan
teori semenakutkan itu.
“Dan
kemudian, saya punya sebuah masalah yang membutuhkan persetujuan Ainz-sama...”
“-Apa?
Apakah kamu bilang persetujuan?”
Ainz tidak
merasa saran apapun yang dibuat Albedo akan membutuhkan persetujuannya.
Lagipula, dia adalah gadis yang pandai, dan pastinya akan membuat pilihan yang
lebih baik darinya. Namun, jika memang itu masalahnya, organisasi tidak akan
bisa berjalan dengan benar. Lagipula, orang-orang yang ada di atas harus
bertanggung jawab terhadap tindakan bawahannya. Karena itu, kelihatannya
seorang atasan harus memberikan segel persetujuan dengan cara ini.
“Seseorang
harus mengunjungi ibukota kerajaan untuk mendorong para manusia itu. Apakah
anda mengizinkan pelayan anda pergi?”
“Apa?!”
Ainz
benar-benar terkejut, dan berseru lebih keras dari biasanya.
Mengirim
Albedo keluar sementara Demiurge tidak ada membuat Ainz merasa tidak enak.
Disamping itu, kendali dirinya terhadap kota ini masih belum sempurna.
Lebih dari
apapun, alasan mengapa hal ini sangat mengejutkan adalah karena ini adalah
pertama kalinya Albedo berbicara sesuatu seperti ini.
“..Jika aku
mengirimmu keluar... aku akan sangat khawatir...”
“Wah,”
Albedo tersenyum kegirangan. “Tidak akan apa-apa, Ainz-sama. Saya akan segera
menyelesaikan persoalan dan kembali ke sisi anda.”
“Begitukah...
yah, jika hanya sebentar seharusnya tidak apa. Siapa yang akan diberi kendali
Nazarick dan kota ini?”
Aura dan
Mare terlihat sangat terkejut, jadi jelas bukan mereka. Bukan aku, kuharap, Ainz berharap.
“Saya
percayakan mereka kepada Pandora’s Actor.”
Aura dan
Mare berkata sesuatu seperti “Tidak apa-apa jika itu adalah dia.”
“..Dia, kau
bilang.”
“Dia adalah
individu yang sangat baik diciptakan oleh anda, Ainz-sama. Seperti yang mereka
bilang, anak sama dengan bapaknya – ah, saya minta maaf. Tidak kukira kami yang
hanya ciptaan berani mengklaim sebagai anak dari para Supreme Being. Saya
berharap anda mau memaafkan sikap kurang ajar saya.”
Permintaan
maaf Albedo yang tiba-tiba mengejutkan Ainz – bahkan titik merah cahaya di
dalam matanya menjadi pudar.
“Tidak
perlu minta maaf. Itu, yah, anakku... maaf. Bukannya aku tidak menyukainya,
itu, hm. Anak yang bodoh.. tidak, itu juga bukan salahnya juga.. Yah, bagaimana aku harus mengatakannya. Dia
seperti seorang anak. Umu.”
Sebelum dia
tahu, semua orang sudah terdiam. Ainz tahu bahwa percakapan itu akan membuatnya
garis jika diteruskan. Jadi dia menguatkan diri dan bertanya:
“Jika kita
biarkan Pandora’s Actor mengatur hal ini, bagaimana dengan Momon, siapa yang
akan memerankannya? Apakah harus aku?”
“Tidak,
bagaimana mungkin kami berani melakukan hal semacam itu, Ainz-sama? Saya
berencana untuk membuat Momon menerima sebuah permintaan dan dikirimkan ke luar
negeri untuk pengintaian.”
Mm, Ainz mengangguk. Meskipun dia berpikir untuk bersantai dengan menyamar
sebagai Momon, keadaan sekarang sangat jauh berbeda daripada ketika dia masih
memainkan peran sebagai seorang petualang.
Ada banyak
hal yang menyusahkan, atau hal-hal yang harus ditangani dengan hati-hati. Oleh
karena itu, mengirimkan Momon keluar dalam misi pengintaian mungkin adalah
pilihan yang terbaik.
“Ah,
te-tentang itu.. jika kamu mengirimkan Mo-Momon-sama keluar, apakah orang-orang
di kota ini akan bersikap baik?”
“Tidak apa.
Satu gerakan oleh Ainz-sama ini memiliki dampak yang besar. Karena kita tidak
menyepelekan para manusia – meskipun tidak ada niat sedikitpun untuk
melakukannya – Momon telah menjadi sangat dipercaya. Oleh karena itu, yang
perlu kita lakukan adalah buat Momon mengatakan kepada pemimpin lokal untuk
mematuhi kita sebelum dia pergi dan semuanya seharusnya baik-baik saja. Tetap
saja, setelah dipikir-pikir, mereka tidak tahu bahwa mereka adalah boneka yang
sedang menari di tali, dikuasai oleh Ainz-sama.. seperti yang kuduga, hanya
beliau yang bisa mengantisipasi perubahan keadaan ini tepat setelah dipindahkan
kemari dan membuat persiapan yang tepat.”
“MM – agak aneh,
bagaimana mereka mempercayai Momon-sama, tapi bukan Ainz-sama.”
“Memang
benar. Tetap saja, ini adalah bagian penting dalam mengendalikan kota dengan
penuh dalam nama kedamaian. Yang kita butuhkan hanyalah perlahan-lahan
menghapus Momon dan menanamkan loyalitas kepada Ainz-sama sebagai gantinya. Ini
mungkin akan memakan waktu tahunan, tapi mau bagaimana lagi.”
“Bagus.
Kalau begitu, Albedo, serahkan kepada Pandora’s Actor. Setelah kamu
bersiap-siap dan menyerahkan tugasmu, pergilah dan tuailah hasil panennya.
Apakah ada hal lain yang kamu perlukan?”
“Saya
mengerti. Kalau begitu saya akan berencana untuk melakukan beberapa negosiasi
ketika saya pergi untuk melihat raja dari manusia. Bisakah anda memberikan
sedikit waktu anda yang berharga untuk memeriksa kembali sebuah draft dengan
saya?”
“Umu.
Bawakan nanti kepadaku.”
Disamping
itu, yang bisa dia lakukan adalah sesuatu yang sederhana seperti meletakkan
segel di atas draft Albedo.
“Ditambah
lagi, meskipun agak memalukan untuk meminta. Saya akan gembira sekali jika anda
bisa memberikan saya beberapa pasang pakaian. Saya hanya berpikir bahwa perlu
untuk berganti pakaian di sana.”
“Begitukah.
Kalau begitu aku akan berikan kepadamu beberapa set pakaianku. Nanti carilah
aku. Ngomong-ngomong, Demiurge – tidak, tidak perlu. Tidak apa. Kalau begitu,
ayo lanjutkan... hm, karena kamu sudah jauh-jauh kemari. Aku ingin mendengar
dari kalian berdua pula.”
24 komentar:
akhirnya update, uda lama ga update panjang gini nih hehe
Mkasih min udh update smpe malem" gni. Smangat min...
makasih min
Vol 10 yang versi inggris cari di mana ya..
Thx gan, semangat
Semangat min
Update lagi...
hohoh nga sabar liat bagian si lampu philip dimaanfaatin sama albedo(the walking coprse), hilma aja ampe jedot kepala liat si philip :v
Thanks Gan, untuk selalu update
LanjutKAaan..!!
sankyu overlord vol.10 bab 1 bag.1
Wah panjang sekali hehe
Si pestonya sama nigredo kenapa dikurung? Lupa 😥😥😥
@Muhammad Furqan itu orang yang paling banget pingin gw bawa ke 5 worst buat di torture idup/mati" berulang kali ampe otak tu orang meleleh sangking stress ama gila -,-
Anjay jadi pada ngelawak keluarga overpower
Hhhhhh
Panjang banget kampret tapi gpp lah gua demen hehe:v
Noice
Vuset, baca satu chapter aja udah selama ini :/
Wadaw panjangnya sekali, tapi gpp aku suka banget nih LN, semangat min👍👍
Udah mulai menarik
Menunggu kecupan albedo wkwk
Umu...... just that word....
Keknya di arc Zaldabaoth. Pas Demurge nguasain kota, dia kan jg bawa rakyat kotanya ke Nazarick, trus Pestonya sama Nigredo minta biar anak2 ga dibunh.
Sejak insiden vol 8. Keknya Aura mulai 'join the harem' wkwk
Posting Komentar