Prolog
Menghadapi seorang gadis dan adik perempuannya, Seorang Knight mengangkat pedangnya ini. Mengampuni seseorang itu artinya mencabut nyawanya dalam satu kali sabetan. Cahaya matahari terpendar di pedang si knight membuatnya berkilauan di udara.
Si Gadis menutup matanya sambil menggigit bibirnya. Ekspresi
yang ditunjukkan adalah dia tidak mengharapkan situasi seperti ini. Dia hanya
pasrah karena tak ada lagi yang bisa dilakukan. Jika sang gadis punya kekuatan,
dia pasti akan menggunakannya untuk melawan pria yang ada di depannya dan lari.
Tapi- si gadis tak punya kekuatan semacam itu.
Oleh karena itu hanya ada satu kesimpulan.
Si gadis pasti binasa disini.
Pedang telah meluncur kebawah. Namun dia tidak merasakan
luka apapun. Si gadis membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat di dunia
adalah pedang yang berhenti di saat meluncur ke bawah. Hal berikutnya yang
berada dalam pandangannya adalah si pemegang.
Dia berhenti bergerak seakan diselimuti es. Perhatian knight tidak lagi pada si gadis. Sikapnya yang tidak bertahan sama sekali
benar-benar menunjukkan rasa kagetnya yang meluncur dari dalam tubuh.
Seakan dituntun oleh tatapan si knight, sang gadis juga
memalingkan wajahnya menghadap arah yang sama. Lalu dia melihat hal yang bisa membuat seseorang lemah tak berdaya.
Ada sebuah kegelapan. Kegelapan murni setipis kertas, namun
dalamnya tak terduga. Muncul ke permukaan dengan bentuk oval yang terpotong
sisinya. Pemandangan yang membangkitkan ketakutan yang tak bisa dilukiskan.
Sebuah pintu?
Itulah yang ada pada pikiran si gadis setelah melihatnya…
Setelah jantung si gadis berdetak lagi, apa yang dia duga benar adanya.
*Drippp*
Ada yang muncul dari dalam kegelapan. Sekejap dia menyadari apa
itu-
“Hiii!”
Si gadis mengeluarkan jeritan tajam. Sebuah wujud yang
tidak bisa ditaklukkan oleh siapapun.
Sebuah bola merah yang melayang seperti api yang memudar di
dalam tengkorak putih yang berlubang. Ketika pandangannya tertuju pada dua gadis tersebut, keduanya merasa seperti
tatapan dingin pemburu pada mangsanya. Di
tangannya, yang tidak ada daging dan kulit sedikitpun, sebuah tongkat mengerikan namun
terlihat sangat indah.
Terlihat seperti kematian itu sendiri, terbungkus dalam
sebuah ornamen, jubah hitam pekat, yang terlahir di dunia ini dengan kegelapan
dari dunia lain.
Udara pun membeku dalam sekejap mata. Seperti waktu itu
sendiri yang beku di hadapannya. Si gadis telah lupa menarik nafas seakan
jiwanya telah tercabut.
Di Situasi seperti ini, dimana kesadaran akan waktu terlihat
seakan hilang, si gadis mulai menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya
seakan kekurangan udara.
Dewa kematian telah datang dari dunia lain untuk menjemputku.
Itulah yang ada dalam benak si gadis, tapi segera dia
merasakan sesuatu yang ganjil. Si knight yang mengejarnya pun tidak bergerak
juga.
“Urgh...”
Erangan kecil terdengar.
Dari siapa datangnya itu? Rasanya bukan dari si gadis,
ataupun dari adiknya yang bergetar ketakutan, dan juga bukan dari knight di
depan yang terangkat pedangnya.
Seakan melambat, jari-jari makhluk itu, yang hanya tulang
tanpa daging, seperti meraih sesuatu dan tertuju bukan pada si gadis, tapi
kepada knight di depannya, seakan menggenggam sesuatu.
Dia ingin berhenti melihat, namun dia terlalu ketakutan
untuk melakukannya. Dia merasa akan melihat sesuatu yang lebih mengerikan
jika memalingkan mukanya.
<-Grasp Heart->
Inkarnasi kematian itu membuat gerakan menggenggam erat, dan
suara logam yang keras terdengar di samping si gadis.
Dia takut memalingkan matanya ke arah Kematian, tapi
didorong sedikit rasa penasaran dari lubuk hatinya, dia menatap dan melihat si
knight tergeletak di tanah, tak bergerak sema sekali.
Dia telah mati.
Ya, mati.
Krisis yang mengancam jiwa si gadis telah hilang seperti
sebuah lelucon. Namun, dia tidak bisa gembira karena Kematian telah berubah
bentuknya dan menampakkan diri dalam wujud yang lebih nyata.
Dengan tatapan ketakutan dari si gadis, Kematian pun
bergerak menuju si gadis.
Kegelapan berkumpul di tengah penglihatannya semakin
meningkat.
Kegelapan itu akan membungkus diriku.
Dengan berpikir seperti itu, si gadis memeluk erat adiknya. Pikiran
untuk kabur sudah tidak ada lagi.
Jika musuhnya hanya manusia, dia bisa bertindak dengan
sedikit harapan. Tapi sesuatu di hadapan matanya adalah wujud nyata yang
membuyarkan hal itu.
Tolong biarkan aku
mati dengan tanpa rasa sakit.
Hanya berdoa yang bisa dia lakukan.
Adik yang berada di pelukannyapun, mengigil ketakutan. Dia
ingin menyelamatkan kakaknya, tapi dia tidak bisa. Dia hanya bisa minta maaf
atas ketidak berdayaannya. Dia hanya berdoa agar dia tidak merasa kesepian, karena
bersama kakaknya.
Lalu...
15 komentar:
Pertamax
makasih min :)
coba baca2 juga web novel versi indonesia dengan nada xianxia di http://ceritera.net/stories/11-legenda-lamafa
Tq min
ijin copas buat referensi novel fiksi
min ada salah ketik, dan translatenya juga ada yg ngawur. yah mungkin ga banyak tapi serius deh kalo ane ga baca yg versi Inggris sebagai referensi ane ga ngerti maksud perkataannya dan bisa jadi salah pengertian. sejuah ini ane baru baca sampe vol 2 yah semoga aja translatenya makin baik di vol lainnya
Yes
Klo di LN Ternyata lngsung ke Ds Carne, kirain kek di anime dari momonga msih main game dan sblum kjabak di Yggdrasil
Huahahahahahahahha
Kangen Overlord. Sudah nonton animenya 3,5 kali, juga sudah baca ln-nya mulai dari Perang Kata-kata sampai akhir Vol 13. Sekarang mau baca mulai awal sampai Akhir.
Makasih Min.
Hai. Kita komen di hari yg sama ya. Khikiki
SANGKYU MIN
Makasih gan, semangat terus
Mkasih min udh di translate in, 🤩🤩 semangat trus
Wah, sama kita
Posting Komentar